Disusun oleh:
Kelompok 3A
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Analisa Jurnal Ebn Dalam Intervensi
Keperawatan Anak Dengan Tema “Sponge Bathing For The Newborn” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Keperawatan Anak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Sponge Bathing For The Newborn bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/ Ibu Dosen Tim Keperawatan Anak dan
Dosen Pembimbing kami Ns. Ricca Olivia N, S.Kep yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Serta kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1. Latar Belakang.......................................................................................................................1
2. Tujuan.....................................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................................2
ANALISA JURNAL........................................................................................................................2
BAB III.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
BAB IV...........................................................................................................................................19
PENUTUP......................................................................................................................................19
1. Kesimpulan...........................................................................................................................19
2. Saran.....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai 28 hari, dimana terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan dalam rahim menjadi diluar rahim. Bayi baru
lahir (neonatus) merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami
trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin
ke kehidupan ekstrauterin (Dewi,2013). Menurut WHO definisi anak adalah dihitung
sejak seseorang di dalam kandungan sampai dengan usia 19 tahun.
Tindakan tepid sponge bath merupakan salah satu tindakan mandiri dari perawat,
tetapi sering diabaikan bahkan sering dibebankan pada keluarga pasien. Padahal tindakan
tepid sponge bath lebih mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang cukup besar.
Selain itu, tindakan ini juga memungkinkan pasien atau keluarga tidak terlalu bergantung
pada obat antipiretik saja.
2. Tujuan
Untuk mengetahui perbedaan penurunan suhu tubuh anak demam menggunakan teping
sponge bath.
1
BAB II
ANALISA JURNAL
2
Dewi Eksperiment Responden tubuh kompres air
hangat dengan
tepid sponge
bath
BAB III
PEMBAHASAN
3
Identifikasi Jurnal
4
ditemukan pada instalasi gawat darurat dirumah sakit, di puskesmas
pada poli anak atau dalam praktik dokter sehari-hari ( Arifin, 2010).
Sponge bath merupakan metode terbaru dalam penatalaksanaan
demam secara non farmakoterapi. Sebelumnya ada penelitian tentang
tepid sponge, menurut Suprapti (2008) tepid sponge efektif dalam
mengurangi suhu tubuh pada anak dengan hipertermi dan juga
membantu dalam mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamananan.
Kompres Air Hangat Dan Sponge Bath
5
tubuh sehingga darah dapat mengalir dengan lancar. Tindakan tepid
water sponge juga memberikan sinyal ke hipotalamus anterior yang
nanti akan merangsang sistem efektor sehingga diharapkan terjadi
penurunan suhu tubuh pada anak (Filipinomedia, 2010).
Tepid Sponge Bath
Tindakan pada metode tepid sponge , pada langkah awal, hampir sama
dengan pemberian kompres hangat. Pemberian kompres hangat
dilakukan di tempat-tempat tertentu di bagian tubuh, sedangkan
pemberian tepid sponge bath dilakukan dengan cara menyeka seluruh
tubuh klien dengan air hangat.
6
Kompres merupakan salah satu metode fisika dalam menurunkan
suhu tubuh. Kompres merupakan salah satu cara menghilangkan
panas dari tubuh dengan cara kontak langsung antara satu objek
dengan objek lainnya atau lebih dikenal dengan proses konduksi.
Tepid sponge adalah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh pada
klien demam dengan cara meningkatkan kehilangan panas tubuh
dengan cara konduksi dan evaporasi (kozier,1995). Proses konduksi
terjadi karena adanya kontak kulit dari benda dengan perbedaan suhu,
sedangkan evaporasi menyebabkan hilangnya panas yang disebabkan
perubahan cairan menjadi gas.
Pada penelitian ini kompres dingin hanya dilakukan daerah dahi dan
lipatan ketiak (axila) responden. Sebelum kain kompres diletakkan di
kening dan lipatan ketiak responden, handuk terlebih dahulu direndam
dalam air ledeng, kemudian di peras dengan kekuatan sedang hingga
air tidak menetes lagi. Kain kompres ( handuk) diganti setiap 10
menit, dengan pertimbangan agar perbedaan suhu antara kain kompres
dan suhu pasien terdapat perbedaan yang bermakna. Setiap responden
dilakukkan kompres selama 30 menit atau 3x ganti kain kompres,
kemudian di ukur suhu tubuh responden.
7
ini menggunakan kompres blok tidak hanya di satu tempat saja,
melainkan langsung dibeberapa tempat yang memiliki pembuluh darah
besar. Selain itu masih ada perlakuan tambahan yaitu dengan
memberikan seka di beberapa area tubuh sehingga perlakuan yang di
terapkan terhadap klien pada teknik ini akan semakin komplek dan
rumit dibanding dengan teknik yang lain. Namun dengan kompres
blok langsung diberbagai tempat ini akan mempasilitasi penyampaian
sinyal ke hipotalamus dengan lebih gencar. Selain itu pemberian seka
akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan
mempasilitasi perpindahan panas dari tubuh kelingkungan sekitar yang
akan semakin mempercepat penurunan suhu tubuh (Reiga, 2010;
Hamid, 2011).
Tepid Sponge Bath Dan Kompres Plester
8
membantu dalam mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan.
6. Implementasi
9
paraben dan menthol yang dapat menurunkan suhu tubuh melalui
evaporasi.
Materi tertulis dapat di produksi dan tersedia untuk para orang tua
yang memiliki anak baik dirumah sakit maupun di seluruh praktik
keperawatan primer untuk meningkatkan kesadaran dalam mengatasi
demam pada anak.
Outcome Hasil pemberian tepid sponge bath pada anak yang menunjukkan
Measure And penurunan suhu tubuh yang dialami oleh anak. Rekomendasikan
Process untuk evaluasi rutin untuk untuk mengatasi masalah demam pada
Measures anak.
Staff And Staf pelayanan keperawatan memberikan edukasi mengenai
Family penggunaan tepid sponge bath dengan tepat melalui media yang
Education dipahami. Dengan edukasi yang diberikan diharapkan orang tua
(Pendidikan Staf mengerti dan memahami bagaimana menangani anak demam
Dan Keluarga dirumah.
Rangkuman :
10
dengan cara berkeringat, dan dengan berkeringat suhu tubuh yang awalnya meningkat menjadi
turun bahkan sampai mencapai suhu normal.
Sponge bath merupakan metode terbaru dalam penatalaksanaan demam secara non
farmakoterapi. Sebelumnya ada penelitian tentang tepid sponge, menurut Suprapti (2008) tepid
sponge efektif dalam mengurangi suhu tubuh pada anak dengan hipertermi dan juga membantu
dalam mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamananan. Menurut Donna L Wong (2008) tepid
sponge adalah tehnik kompres hangat dengan menggabungkan tehnik kompres blok pada
pembuluh – pembuluh darah yang besar dengan tehnik seka. Akan tetapi efek tepid sponge
selain menurunkan suhu tubuh juga menyebabkan anak merasa kedinginan bahkan sampai
menggigil, terutama jika tidak dikombinasikan dengan antipiretik. Berbeda dengan sponge
bath, metode ini menggunakan air suam – suam kuku yang dibilas ke seluruh tubuh
menggunakan waslap, dengan tehnik membilas seluruh tubuh memudahkan tubuh untuk
berkeringat dan suhu tubuh dapat turun.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa sponge bath lebih efektif dari pada kompres air
hangat. Hal ini didapatkan dari standar deviasi (SD) post kompres air hangat sebesar 0,483
sedangkan SD sponge bath 0,675. Selain daerah yang dikompres, faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan dalam pelaksanaan sponge bath adalah jenis kelamin, usia, status
gizi, lingkungan, dan lain – lain. Laki – laki merupakan salah satu kelompok beresiko yang
mengalami masalah angka kesakitan, karena anak laki – laki lebih aktif dan banyak beraktifitas
dari pada perempuan. Usia sangat mempengaruhi metabolisme tubuh. Pada bayi terdapat
mekanisme pembentukan panas melalui pemecahan / metabolisme lemak sehingga terjadi
proses thermogenesis tanpa menggigil (non – shivering thermogenesis). Status gizi juga
mempengaruhi keberhasilan pemberian kompres karena seseorang dengan malnutrisi yang
cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolism 20 – 30%. Hal ini terjadi karena di
dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Suhu tubuh
dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau
berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin.
11
Demam adalah keadaan di mana terjadi kenaikan suhu tubuh hingga 38oC atau lebih, ada juga
yang mengambil batasan lebih 37,8oC sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40oC disebut
demam tinggi (hiperpireksia) dan bila suhu tubuh kurang dari 36oC disebut hipotermi. Demam
biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus, bakteri, parasit).
Demam juga bisa disebabkan oleh faktor non infeksi seperti kompleks imun atau inflamasi
(peradangan) lainnya. Virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih
atau leukosit melepaskan zat penyebab demam (pirogen endogen) yang selanjutnya memicu
produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior, yang kemudian meningkatkan nilai-ambang
temperatur dan terjadilah demam.Selama demam, hipotalamus cermat mengendalikan
kenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarang sekali melebihi 41 derajat Celsius.
Populasi penelitian ini adalah balita yang mengalami demam di RSUD dr. Raden Soedjati
Purwodadi dengan jumlah sampel adalah 12 orang. Berdasarkan hasil penelitian perbandingan
pemberian kompres hangat dan tepid water sponge terhadap penurunan probabilitas atau p
yang besarnya 0,000 yang berarti <a 0,05 sehingga hipotesis diterima artinya ada perbedaan
pemberian kompres hangat dan tepid water sponge terhadap penurunan suhu tubuh balita yang
mengalami demam di Ruang Anggrek RSUD Dr. Raden Soedjati. Pada kelompok kompres
hangat deberikan tindakan selama 15 menit, sebagian besar responden mengalami penurunan
suhu tubuh, sebagian responden merasa nyaman sehingga tertidur saat dilakukan tindakan.
Pada kelompok tepid water sponge diberikan tindakan selama 15 menit sebagian besar
responden mengalami penurunan suhu tubuh hal yang terlihat dalam melakukan tindakan yaitu
tingkat ketidak nyamanan balita secara subjektif oleh peneliti, bahwa rata-rata responden tidak
nyaman pada tindakan ini di banding dengan kompres hangat.
3. EFEKTIFITAS TEPID SPONGE BATH SUHU 32oC DAN 37oC DALAM MENURUNKAN
SUHU TUBUH ANAK DEMAM
Pemberian tepid sponge bath adalah mengusapkan waslap ke seluruh permukaan tubuh anak,
semakin luas permukaan tubuh anak semakin luas kulit yang kontak dengan waslap dan air
hangat sehingga pelepasan panas baik melalui cara evaporasi maupun konveksi lebih optimal.
Responden dalam penelitian ini meskipun sebagian besar berumur 1 tahun tetapi penurunan
12
suhu tubuh setelah diberikan tepid sponge bath menunjukkan rerata selisih penurunan suhu
tubuh yang cukup besar berarti anak yang memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dapat mengalami penurunan suhu tubuh yang cukup besar. Responden yang berumur lebih dari
1 tahun (1,5-3 tahun) juga menunjukkan rerata selisih penurunan suhu tubuh yang cukup besar.
Hal ini membuktikan bahwa luas permukaan tubuh yang secara tidak langsung dilihat dari
umur anak, tidak mempengaruhi penurunan suhu tubuh. Selain itu Anak laki- laki pada
umumnya memiliki karakteristik lebih banyak melakukan aktifitas dibandingkan dengan anak
perempuan, tetapi dalam keadaan sakit mereka mengalami kelemahan dan lebih banyak
menghabiskan waktu istirahat di tempat tidur. Aktifitas meningkatkan metabolisme anak, di
mana dalam metabolisme akan terbentuk panas sehingga akan memperlambat penurunan suhu
tubuh pada anak yang sedang mengalami demam. Anak laki-laki dalam keadaan sakit tidak
melakukan banyak aktifitas sehingga setelah diberikan tepid sponge bath mengalami banyak
penurunan suhu tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata selisih penurunan suhu
tubuh pada anak perempuan tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan anak laki-laki.
Jadi Pemberian tepid sponge bath dengan suhu air hangat selain dapat menurunkan suhu tubuh,
juga memberikan kenyamanan pada anak (Widyanti, Fatimah, dan Mardhiyah, 2004).
Kenyamanan yang dirasakan anak merupakan respons dari sensasi hangat pada air yang
digunakan dalam pemberian tepid sponge bath, selain itu efek dari usapan waslap yang disertai
massage juga memberikan rasa nyaman.
13
belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor
mengeluarkan sinyal melalui berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan pembuluh darah
diatur oleh pusat vasometer pada medulla oblongata dari tangkai otak di bawah pengaruh
hipotalamus bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi ini
menyebabkan pembuangan atau kehilangan energi panas melalui kulit meningkat (yang
ditandai dengan tubuh mengeluarkan keringat), kemudian suhu tubuh dapat menurun atau
normal (Potter, 2005).
Hasil penelitian pada kelompok kompres hangat juga didapatkan hasil terjadi penurunan rata-
rata suhu setelah dilakukan tindakan. Rata-rata suhu tubuh sebelum dilakukan tindakan yaitu
38,380C atau dibulatkan menjadi 38,40C dan rata-rata suhu 30 menit setelah dilakukan tindakan
kompres hangat yaitu 37,8430C atau dibulatkan menjadi 37,80C.
Kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi. Dengan kompres
air hangat menyebabkan suhu tubuh di luar akan hangat sehingga tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan
kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu di
luar hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar dan mengalami vasodilatasi
sehingga pori-pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas sehingga akan
terjadi penurunan suhu tubuh (Dewi, 2016). Senada dengan hasil penelitian Aminatul Fatayati
yang menyatakan ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada balita
demam (Fatayati, 2010).
Mekanisme kerja dari tepid water sponge sama dengan kompres hangat pada umumnya,
namun dengan teknik yang sedikit dimodifikasi yaitu dengan menggabungkan teknik blok dan
seka (Efendi, 2012).
14
Demam merupakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab, bukan suatu penyakit , dan
tidak terjadi dengan sendirinya. Menurut Muscari (2005), demam adalah peningkatan
abnormal suhu badan rektal minimal 38℃.
Kompres dingin merupakan salah satu cara hilangnya panas dari tubuh melalui proses
konduksi. Menurut Lumenta (1996). (pemberian kompres dingin bertuuan agar suhu badan
turun). Pemberian kompres dingin akan menyebabkan panas berpindah mengikuti penurunan
gradien termal dari benda yang lebih panas ke yang lebih dingin karena dipindahkan dari
molekul ke molekul. Selama proses ini, molekul yang semula lebih panas akan kehilangan
sebagian termalnya sewaktu molekul tersebut melambat dan menjadi lebih dingin.
Tepid sponge adalah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh paa klien demam dengan cara
meningkatkan kehilangan panas tubuh dengan cara konduksi dan evaporasi (kozier,2005).
Proses konduksi terjadi karena adanya kontak kulit dengan waslap saat penyekaan, sehingga
terjadi perpindahan panas dari tubuh ke waslap, disamping itu terjadi perpindahan suhu tubuh
ke udara sekitar karena perubahan air menjadi uap yang menguap pada tubuh terpapar ke
lingkungan sekitar.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa suhu tubuh balita setelah diberikan kompres
dingin dan tepid sponges mengalami penurunan. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa
penurunan suhu tubuh balita mengalami penurunan baik setelah 30 menit dilakukan. Hasil
penelitian diketahui rata-rata penurunan suhu tubuh balita setelah diberikan metode tepid
sponges sebesar 1,27℃ dengan sstandar deviasi 0,23, sedangkan rata-rata penurunan suhu
tubuh balita setelah diberikan kompres dingin sebesar 0,63℃ dengan standar devisiasi 0,12.
15
tubuh berjalan normal dalam melawan penyakit yang menimbulkan reaksi infeksi oleh virus,
bakteri, jamur, atau parasit (Sodikin et all, 2012).
Hasil studi pendahuluan didapatkan prevalensi demam pada anak di RSUD Majalengka tahun
2016 mengalami peningkatan dari tahun 2015 yaitu sebesar 667 anak (63,89%). Tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi demam pada anak selain menggunakan terapi antipiretik yaitu
dengan menggunakan kompres hangat dan menganjurkan banyak minum air putih.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien anak demam usia toddler yang di rawat di
ruang Melati RSUD Majalengka. Dalam menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini
menggunakan Acidental sampling yaitu mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada
atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmojo, 2010). Menurut
Sugiyono (2010) jumlah sampel minimum dalam penelitian eksperimen adalah 10-20 sampel,
maka peneliti mengambil sampel sebanyak 20 responden. Untuk mengetahui apakah ada
perubahan suhu tubuh, maka dilakukan tabulasi dan analisa data bivariat dengan uji normalitas
data yang menggunakan Shapiro Wilk karena sampel kurang dari 50 responden. Uji T test
dependen untuk membandingkan data sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan
tingkat signifikasi 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%.
16
Tepid sponge bath adalah sebuah tehnik kompres hangat yang menggabungkan tehnik kompres
blok pada pembuluh darah supervisial dengan tehnik seka. Pemberian tepid sponge bath
memungkinkan aliran udara lembab membantu pelepasan panas tubuh dengan cara konveksi.
Suhu tubuh lebih hangat daripada suhu udara atau suhu air memungkinkan panas akan pindah
ke molekul molekul udara melalui kontak langsung dengan permukaan kulit. Pemberian tepid
sponge bath ini dilakukan dengan cara menyeka seluruh tubuh klien dengan air hangat.
Kompres plester, dimana plester ini dibuat dari bahan hydrogel yang mengandung hydrogel on
polyacrylatebasis dengan kandungan paraben dan mentol yang dapat menurunkan suhu tubuh
melalui evaporasi.
Tepid sponge bath memiliki kelebihan terhadap perubahan suhu tubuh batita yang mengalami
demam yaitu lebih cepat dalam menurunkan suhu tubuh, dikarenakan efek dalam pemberian
tepid sponge bath ini sendiri langsung merangsang hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh
resonden yang mengalami demam, terlepas dari itu kekurangan dalam pemberian tepid sponge
bath ini sendiri yaitu teknik yang terlalu lama (Djuwariah dkk, 2013). Kelebihan dari kompres
plester yaitu cara menggunakannya yang sangat mudah, akan tetapi kekurangan dari kompres
plester ini sendiri yaitu proses penurunan suhu tubuh yang lama, karena efek kdungan paraben
dan mentol yang ada dalam kompres plester yang membutuhkan waktu untuk mengangkat
suhu tubuh dipindahkan kekompres plester (Djuwariyah dkk, 2013).
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa p value<α (0,000<0,05) maka dapat diambil kesimpulan
bahwa ada perbedaan efektivitas dalam pemberian tepid sponge bath dan kompres plester
terhadap perubahan suhu tubuh batita yang mengalami demam. Pada usia Batita kekebalan
tubuh anak sangat rentan terkena penyakit karena pada usia tersebut anak mulai berintraksi dan
bereksplorasi dengan lingkungan, sehingga meningkatkan resiko terkena paparan beberapa
penyakit baik itu dari virus, bakteri ataupun jamur yang bisa menimbulkan gejala demam.
Demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada perempuan dengan perbandingan 2:1
hal ini memungkinkan disebabkan oleh maturasi serebral yang lebih cepat pada perempuan
dibandingkan laki-laki. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena
anak berusaha mencari tau bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol sesuatu, di
bawah kondisi variasi suhu yang moderat, batita jarang mengalami kesulitan seperti pada bayi
17
kecil dalam mempertahankan suhu tubuh, dikarenakan fungsi sistem ginjal membantu
mempertahankan cairan pada saat stres dan mengurangi resiko dehidrasi.
Kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi. Dengan kompres
air hangat menyebabkan suhu tubuh di luar akan hangat sehingga tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan
kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu di
luar hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar dan mengalami vasodilatasi
sehingga pori pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas, sehingga akan
terjadi penurunan suhu tubuh. Pemberian kompres air hangat ini dilakukan di tempat-tempat
tertentu di bagian tubuh.
Tepid sponge bath bekerja dengan cara mengirimkan impuls ke hipotalamus bahwa lingkungan
sekitar sedang dalam keadaan panas. Keadaan ini akan mengakibatkan hipotalamus berespon
dengan mematok set poin suhu tubuh yang lebih tinggi dengan cara menurunkan produksi dan
konservasi panas tubuh. Pemberian tepid sponge bath dengan air hangat efektif menurunkan
demam tinggi.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pemberian tepid sponge bath lebih efektif dalam
menurunkan suhu tubuh anak dengan demam dibandingkan dengan kompres air hangat. Hal ini
disebabkan adanya seka tubuh pada teknik tersebut akan mempercepat vasodilatasi pembuluh
darah perifer di sekujur tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan
lebih cepat dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres air hangat yang hanya
mengandalkan reaksi dari stimulasi hipotalamus. Jumlah luas waslap yang kontak dengan
pembuluh darah perifer yang berbeda antara teknik kompres air hangat dengan tepid sponge
18
bath akan turut memberikan perbedaan hasil terhadap penurunan suhu tubuh pada kelompok
perlakuan tersebut.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bayi baru lahir (neonatus) merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru
saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi,2013).
2. Saran
a) Bagi Rumah Sakit
Tindakan tepid sponge bath sebaiknya dijadikan prosedur tetap intervensi
keperawatan mandiri dan dapat dikolaborasikan dengan obat antipiretik pada klien
yang mengalami demam karena infeksi di RS karena sudah terbukti mempunyai
pengaruh dalam penurunan suhu tubuh.
b) Bagi Profesi Perawat
Perlu adanya sosialisasi bagi pelaksana asuhan keperawatan berupa pelatihan
pemberian Tindakan tepid sponge bath sebagai intervensi keperawatan mandiri yang
dikolaborasikan dengan obat antipiretik, sehingga tepid sponge bath menjadi
alternatif intervensi keperawatan mandiri para perawat.
c) Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan ada penelitian lanjutan tentang pengaruh obat antipiretik, tepid sponge
bath dan obat antipiretik dengan observasi lebih dari 120 menit dan dengan sampel
yang lebih banyak.
19
DAFTAR PUSTAKA
Zahroh, Roihatul & Khasanah, Ni’matul. (2017). Efektifitas Pemberian Kompres Air Hangat dan
Sponge Bath Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pasien Anak Gastroenteritis. Jurnal Ners
LENTERA. Vol. 5 No. 1.
http://journal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/view/1568
Sutiyono. (2019). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Dan Tepid Water Sponge Terhadap
Suhu Tubuh Balita Di Rsud Dr. Raden Soedjati Purwodadi.
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCD3Kep/article/view/149/167
Kusnanto, K., Widyawati, I. Y., & Cahyanti, I. S. (2008). Efektifitas Tepid Sponge Bath Suhu
32oc dan 37oc dalam menurunkan suhu tubuh anak demam. Jurnal Ners, 3(1), 1-7.
https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/4972
SC, N. Y., Astini, P. S. N., & Sugiani, N. M. D. (2019). Pengaturan Suhu Tubuh dengan Metode
Tepid Water Sponge dan Kompres Hangat pada Balita Demam. Jurnal Kesehatan, 10(1), 10-
16.
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/897
Pairi, Agus. (2011). Efektifitas Metode Tepid Sponge Dan Kompres Dingin Dalam Menurunkan
Suhu Tubuh Anak Demam Di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi .Vol.11 No.3.
https://www.neliti.com/id/publications/225296/efektifitas-metode-tepid-sponge-dan-
kompres-dingin-dalam-menurunkan-suhu-tubuh-a
Hijriani, Hera. (2019). Pengaruh Pemberian Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada
Anak Demam Usia Toddler (1-3 Tahun). Jurnal Keperawaran dan Kesehatan Medisina. Vol
v No 10.
https://ejournal.akperypib.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/MEDISINA-Jurnal
Putra, A. A. (2018). Perbedaan Efektivitas Antara Pemberian Tepid Sponge Bath Dan Kompres
Plester Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Anak Batita Yang Mengalami Demam Di Ruang
Anak Rsud Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur. PrimA: Jurnal Ilmiah Ilmu
Kesehatan, 4(2).
http://id.stikes-mataram.ac.id/e-journal/index.php/JPRI/article/download/115/85
Dewi, A. K. (2017). Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres Air Hangat
Dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak Demam. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1(1).
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/DW
Dewi, VNL. 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Hidayati, R. d. (2014). Praktek Laboratorium Keperawatan Jilid 1 . Jaakrta: Erlangga.