Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 16 No.

2, Juli 2013, hal 67-76


pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203

EFEKTIVITAS PAKET PEREDA NYERI PADA REMAJA


DENGAN DISMENORE

Ratna Ningsih1,2* , Setyowati3 , Hayuni Rahmah3

1. Poltekkes Kemenkes Bengkulu, Prodi Keperawatan Curup, Bengkulu 39125, Indonesia


2. Program Studi Magister, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
3. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

*E-mail: ratnaningsih73@yahoo.com

Abstrak

Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting bagi remaja. Karakteristik perubahan awal pada remaja salah satunya
mengalami menstruasi, yang dapat menimbulkan dismenore. Dismenore dapat mengganggu aktivitas belajar serta
secara tidak langsung juga dapat berdampak pada produktivitas dan kualitas hidup remaja. Tujuan penelitian untuk
mengidentifikasi efektifitas paket pereda terhadap intensitas nyeri pada remaja dengan dismenore. Penelitian ini
merupakan penelitian quasi eksperimental, dengan posttest only with control group design. Total sampel adalah 64
responden. Hasil penelitian paket pereda efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada remaja dengan dismenore
setelah dikontrol oleh kecemasan dan keletihan (OR= 14,339). Paket pereda disarankan untuk digunakan remaja dan
sebagai bagian dari intervensi keperawatan untuk mengatasi dismenore.

Kata kunci: dismenore, intensitas nyeri, paket pereda, remaja

Abstract

The Effect of A Reliever (Pereda) Package in Reducing Dysmenorrheal Pain among Adolescents. Reproductive
health is an important issue among adolescents. The early characteristic change in the adolescents is having
menstruations that might cause dysmenorrhea. Dysmenorrhea could interfere learning activities and might also impact
on productivity and quality of life of adolescents indirectly. The aim of this study was to identify the effect of reliever
(pereda) package to pain intensity in adolescents with dysmenorrhea. The design was a quasi -experiment posttest only
with control group. Total samples were 64 respondents. The result shows that reliever (pereda) package was
effective to reduce pain intensity in adolescents with dysmenorrhea after controlled by anxiety and fatigue (OR=
14.339). reliever (pereda) package is suggested to be used by adolescents as part of nursing intervention to re duce
dysmenorrhea.

Keywords: adolescents, dysmenorrhea, pain intensity, pereda package

Pendahuluan wanita usia remaja. Dismenore yang dialami


remaja berkaitan dengan terjadi ovulasi sebelum-
Kesehatan reproduksi pada remaja perlu diper- nya serta ada hubungan dengan kontraksi otot
hatikan, karena remaja merupakan generasi uterus dan sekresi prostaglandin (dismenore
penerus bangsa. Masa remaja ditandai dengan primer).
percepatan perkembangan fisik, kognitif, sosial,
dan emosional. Perubahan paling awal yang Di Indonesia, prevalensi dismenore sebesar
terjadi pada remaja yaitu perkembangan secara 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore
fisik atau biologis, salah satunya remaja mulai primer dan 9,36% dismenore sekunder (Santoso,
menstruasi. Menstruasi yang dialami para remaja 2008). Sedangkan menurut Hendrik (2006)
wanita dapat menimbulkan masalah, salah dismenore primer dialami oleh 6075% wanita
satunya adalah dismenore. Dismenore merupakan muda. Di Surabaya didapatkan sebesar 1,07
masalah ginekologis yang paling umum dialami 1,31% dari jumlah kunjungan ke bagian kebidan-
68 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 16, No. 2, Juli 2013, hal 67-76

an adalah penderita dismenore (Harunriyanto, sekolah selama 13 hari per bulan. Hasil
2008). Dismenore primer umumnya terjadi penelitian Gunawan (2002) di empat SLTP
setelah 12 tahun dari menarche (Progestian, Jakarta menunjukkan sebanyak 76,6% siswi
2010). Menarche dimulai pada usia 1215 tidak masuk sekolah karena dismenore, 27,6%
tahun (Anurogo, 2008). Berdasarkan hal tersebut mengganggu aktivitas dan memerlukan obat,
maka dismenore akan terjadi pada remaja berusia dan 8,3% dengan aktivitas sangat terganggu
16-18 tahun. Remaja pada usia tersebut sedang meskipun telah mengkonsumsi obat. Sedangkan
berada di sekolah menengah atas (SMA). Hasil hasil penelitian Unsal, Ayranci, Tozun, Arslan,
studi pendahuluan yang dilakukan peneliti tanggal dan Calik, (2010), menyimpulkan dismenore
1-5 Pebruari 2011 pada remaja SMAN, yaitu merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
remaja yang mengalami nyeri haid terbanyak memengaruhi kualitas kehidupan dan dilapor-
berada di SMAN 1 Curup Utara, dan SMAN 1 kan menyebabkan 28,089,5% wanita tidak
Curup Selatan sebanyak 83%. hadir bekerja.

Dismenore dapat menimbulkan dampak bagi Menurut Weissman, Hartz, Hansen, dan Johnson
kegiatan atau aktivitas para wanita khususnya (2004), dismenore menyebabkan ketidakhadiran
remaja. Menurut Prawirohardjo (2005) dismenore dalam bekerja dan sekolah, dengan 1351%
membuat wanita tidak bisa beraktivitas secara wanita pernah absen dan 514% sering absen.
normal dan memerlukan obat pereda sakit. Hasil wawancara pada saat studi pendahuluan
Keadaan tersebut menyebabkan menurunnya juga menyatakan bahwa diantara remaja yang
kualitas hidup wanita, sebagai contoh siswi mengalami nyeri haid mengalami kesulitan
yang mengalami dismenore primer tidak dapat untuk berkonsentrasi saat belajar serta merasa
berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi lemah dan malas. Pihak UKS (usaha kesehatan
belajar menurun karena nyeri yang dirasakan. sekolah) sebagai suatu organisasi yang meng-
Menurut Nanthan (2005) yang melaporkan awasi kesehatan siswa di sekolah, mengatakan
dari 3060% wanita yang mengalami dismenore bahwa belum ada tindakan khusus yang biasa
primer, sebanyak 715% yang tidak pergi ke dilakukan untuk mengurangi nyeri haid yang
sekolah atau bekerja. Hal ini didukung Laszlo, dialami, tindakan untuk siswi tersebut hanya
et al. (2008) dari 3090% wanita yang mengalami diberikan keringanan tidak mengikuti kegiatan
dismenore, sebanyak 1020% mengeluh nyeri yang berat.
berat dan tidak dapat bekerja atau tidak dapat
bersekolah. Pada sebagian kaum remaja, dismenore primer
merupakan siksaan tersendiri yang harus dialami
Hasil penelitian yang dilakukan Sharma, setiap bulannya, sehingga remaja harus dapat
Taneja, Sharma, dan Saha (2008) dari total mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya.
responden remaja yang bersekolah, sebanyak Banyak cara untuk menghilangkan/menurunkan
35% menyatakan biasanya remaja tersebut nyeri haid, baik secara farmakologis maupun non-
tidak datang ke sekolah selama periode dis- farmakologis. Manajemen non-farmakologis
menore dan 5% menyatakan datang ke sekolah lebih aman digunakan karena tidak menimbulkan
tetapi mereka hanya tidur di kelas. Menurut efek samping seperti obat-obatan. Cara non-
Edmundson (2006) dismenore menyebabkan farmakologis untuk meredakan dismenore,
ketidakhadiran saat bekerja dan sekolah, sebanyak antara lain dengan abdominal stretching exercise
1351% wanita absen sedikitnya sekali, dan dan terapi minum air putih. Pada penelitian ini
514% berulangkali absen. kombinasi terapi tersebut, selanjutnya peneliti
namakan paket pereda, sehingga pada penelitian
Menurut Woo dan McEneaney (2010) bahwa ini diketahui efektifitas paket pereda terhadap
dismenore primer memengaruhi kualitas hidup intensitas nyeri pada remaja dengan dismenore
sebesar 4090% wanita, dimana 1 dari 13 yang di SMAN Kecamatan Curup. Hasil penelitian
mengalami dismenore tidak hadir bekerja dan ini diharapkan dapat memberikan masukan
Ningsih, et al., Efektivitas Paket Pereda Nyeri pada Remaja 69

kepada perawat maternitas dalam mengatasi (terasa kram berat pada perut bagian bawah,
masalah nyeri haid pada remaja. nyeri menyebar ke pinggang, paha atau
punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan
Metode lemas, tidak kuat beraktivitas, tidak dapat
berkonsentrasi belajar), dan 10 berarti nyeri
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif berat sekali (terasa kram yang berat sekali
dengan desain quasi eksperimental, dan rancangan pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
posttest only with control group design. pinggang, kaki, dan punggung, tidak mau makan,
Teknik pengambilan sampel menggunakan non mual, muntah, sakit kepala, badan tidak ada
probability sampling, yaitu consecutive sampling, tenaga, tidak bisa berdiri atau bangun dari tempat
dengan pertimbangan pemilihan sampel melalui tidur, tidak dapat beraktivitas, terkadang sampai
kriteria. Kriteria inklusi pada penelitian ini pingsan).
adalah remaja yang mengalami dismenore primer
pada hari pertama menstruasi dalam enam bulan Variabel intensitas nyeri untuk kepentingan
terakhir, bersedia hanya melakukan paket pereda analisis dikategorikan menjadi dua berdasarkan
pada kelompok intervensi, remaja tersebut cut of point, yaitu nyeri ringan (4) dan nyeri
mengetahui perkiraan siklus menstruasi dalam berat (>4). NRS sudah teruji validitas dan relia-
tiga bulan terakhir, remaja yang dibesarkan bilitasnya berdasarkan hasil penelitian Flaherty
dengan Suku Rejang, dan bersedia menjadi (2008) didapatkan nilai validitas 0,56-0,90, dan
responden. nilai konsistensi interval dengan menggunakan
Alpha-Cronbach didapatkan 0,75-0,89 (reliabel).
Perhitungan sampel pada penelitian ini meng- Kuesioner untuk hasil deskripsi nyeri pada tiap
gunakan uji hipotesis dua proporsi independen tingkatan NRS setelah diuji oleh peneliti
dengan derajat kemaknaan 5% dan kekuatan didapatkan deskripsi nyeri mudah dan jelas
uji 80%, dan diperoleh besar sampel minimal diinterpretasikan oleh responden.
29. Untuk mengantisipasi kemungkinan sampel
drop out, maka dilakukan penambahan jumlah Alat ukur untuk tingkat kecemasan pada pe-
sampel sebanyak 10% pada masing-masing nelitian ini dengan VAS rentang 0 sampai
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan 100. Angka 0 berarti tidak cemas,
menjadi 32, sehingga total sampel pada tenang dan rileks; 10-20 berarti cemas ringan,
penelitian ini sebanyak 64 remaja. mulai gelisah, dan khawatir; 30-70 berarti
cemas sedang, perasaan gelisah, dan khawatir
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah terasa mengganggu; dan 80-100 berarti cemas
kuesioner numeric rating scale (NRS) untuk berat, merasa ada bayangan buruk. Untuk
skala nyeri, visual analog scale (VAS) untuk kepentingan analisis maka variabel kecemasan
skala cemas, piper fatigue scale (PFS) untuk dikategorikan menjadi dua berdasarkan cut of
skala keletihan, dan kuesioner tentang dukungan point, yaitu cemas ringan (30) dan cemas
keluarga. Numeric rating scale untuk meng- berat (>30). Hasil uji validitas dan reliabilitas
ukur skala nyeri adalah angka 0-10 (Pillitteri, berdasarkan penelitian Kindler, et al. (2000)
2003; Potter & Perry, 2006). Angka 0 berarti yang mim-bandingkan visual analog scale
tidak ada keluhan nyeri haid/ kram pada perut (VAS) dengan state anxiety score of the
bagian bawah, 1-3 berarti nyeri ringan (terasa Spielberger state-trait anxiety inventory (STAI)
kram pada perut bagian bawah, masih dapat pada pasien yang akan menjalani pembedahan,
ditahan, masih dapat beraktivitas, masih bisa menunjukkan ada hubungan antara VAS dan
berkonsentrasi belajar), 4-6 berarti nyeri STAI (r = 0,66; p < 0,01).
sedang (terasa kram pada perut bagian bawah,
nyeri menyebar ke pinggang, kurang nafsu Pada penelitian ini pengukuran tingkat keletihan
makan, aktivitas dapat terganggu, sulit/ susah remaja dengan menggunakan piper fatigue scale
berkonsentrasi belajar), 7-9 berarti nyeri berat (PFS). Skala PFS ini dimodifikasi dari Damismaya
70 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 16, No. 2, Juli 2013, hal 67-76

(2008) menjadi 10 pertanyaan dengan skor Tabel 2 menunjukkan pada kelompok intervensi
terendah 1 dan skor tertinggi 10. Interpretasi proporsi intensitas nyeri yang terbanyak
hasil perhitungan berdasarkan cut of point berada pada nyeri ringan sebesar 78,1%,
adalah letih ringan bila 5 dan letih berat bila sedangkan pada kelompok kontrol pada nyeri
>5. Hasil uji validitas menggunakan Pearson berat sebesar 90,6%. Ada perbedaan yang
Product Moment terhadap kuesioner keletihan bermakna intensitas nyeri antara kelompok
didapat 10 item pertanyaan valid (r > 0,444), intervensi dan kelompok kontrol (p = 0,000; =
sedangkan hasil uji reliabilitas menggunakan 0,05). Pada kelompok intervensi akan mempunyai
Alpha Cronbach terhadap 10 pertanyaaan yang peluang 8,333 kali lebih besar untuk mengalami
valid pada kuesioner keletihan, didapatkan nyeri ringan dibandingkan dengan kelompok
nilai r Alpha 0,887 berarti 10 pertanyaan ini kontrol (95% CI: 2,794-24,853).
reliabel.
Berdasarkan Tabel 3 hasil uji dependensi dengan
Kuesioner tentang dukungan keluarga pada Chi-Square diperoleh p= 0,146 maka disim-
penelitian ini, peneliti rancang sendiri, yang pulkan bahwa ada pengaruh yang bermakna
terdiri dari 10 pertanyaan skor 14 dengan skala antara kecemasan terhadap intensitas nyeri.
Likert. Skor 1 berarti tidak pernah, skor 2 berarti Berdasarkan nilai RR= 1,643 (95% CI: 0,607-
kadang-kadang, skor 3 berarti sering, dan skor 4,444) dapat disimpulkan bahwa remaja dengan
4 berarti selalu. Nilai skor total berdasarkan cemas ringan mempunyai peluang 1,643 kali
cut of point yaitu <25 berarti keluarga tidak untuk mengalami nyeri ringan dibandingkan
mendukung dan 25 berarti keluarga mendukung. remaja dengan cemas berat.
Hasil uji validitas menggunakan pearson product
moment terhadap kuesioner dukungan keluarga Hasil uji dependensi didapatkan p= 0,047 (p <
didapatkan nilai r> 0,444 berarti 10 pertanyaan 0,05) maka disimpulkan bahwa ada pengaruh
valid, dan hasil uji reliabilitas menggunakan yang bermakna antara keletihan terhadap
Alpha Cronbach terhadap 10 pertanyaan yang intensitas nyeri. Berdasarkan nilai RR= 1,750
valid pada kuesioner dukungan keluarga, di- (95% CI: 0,8613,557) dapat disimpulkan
dapatkan r Alpha 0,907 berarti 10 pertanyaan bahwa remaja dengan letih ringan mempunyai
reliabel. peluang 1,750 kali untuk mengalami nyeri
ringan dibandingkan remaja dengan letih berat.
Hasil Hasil uji dependensi p= 0,402 (p > 0,05) maka
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang
Tabel 1 menunjukkan ciri responden (usia, bermakna antara dukungan keluarga terhadap
kelas) adalah homogen pada kedua kelompok. intensitas nyeri.

Tabel 1. Uji Homogenitas Berdasarkan Usia dan Kelas pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Variabel (n=32) (n=32) p
F % F %
Usia 0,613
1=Remaja Pertengahan (14-17 thn) 31 96,9 29 90,6
2=Remaja Akhir (18-21 thn) 1 3,1 3 9,4
0,315
Kelas
1=Kelas X 17 53,1 12 37,5
2=Kelas XI 15 46,9 20 62,5
Ningsih, et al., Efektivitas Paket Pereda Nyeri pada Remaja 71

Tabel 2. Perbedaan Intensitas Nyeri Haid pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Intensitas Nyeri
Total
Kelompok Nyeri Ringan (<4) Nyeri Berat (>4) p RR
F % F % F %
Intervensi 25 78,1 7 21,9 32 100,0 0,000 8,333
Kontrol 3 9,4 29 90,6 32 100,0 2,794-24,853

Tabel 3. Pengaruh Variabel Konfonding terhadap Intensitas Nyeri Haid pada Kelompok Intervensi

Intensitas Nyeri
Variabel Nyeri Ringan (<4) Nyeri Berat (>4) p RR
F % F %
Kecemasan
0=Cemas Ringan (< 30) 23 82,1 5 17,9 0,146 1,643
1=Cemas Berat (> 30) 2 50,0 2 50,0 0,607-4,444
Keletihan
0=Letih Ringan (< 5) 21 87,5 3 12,5 0,047 1,750
1=Letih Berat (> 5) 4 50,0 4 50,0 0,861-3,557
Dukungan Keluarga
0=Mendukung (> 25) 12 70,6 5 29,4 0,402
1=Tidak Mendukung (< 25) 13 86,7 2 13,3

Tabel 4. Model Akhir Uji Kemaknaan Efektifitas Paket Pereda terhadap Intensitas Nyeri Setelah Dikontrol Kecemasan
dan Keletihan

Variabel B p OR 95% CI
Paket Pereda 2,663 0,002 14,339 2,595-79,247
Kecemasan 2,082 0,029 8,021 1,239-51,907
Keletihan 0,601 0,487 1,823 0,336-9,905

Hasil uji kemaknaan pada Tabel 4 didapatkan stretching exercise terhadap intensitas nyeri
bahwa kelompok remaja dengan paket pereda haid, sehingga peneliti mencoba menghubungkan
mempunyai peluang 14,339 kali dapat menurun- terapi minum air putih dan abdominal stretching
kan intensitas nyeri haid dibandingkan kelompok exercise secara satu per satu.
kontrol setelah dikontrol oleh kecemasan dan
keletihan (95% CI: 2,595-79,247). Dengan kata Hasil penelitian didukung oleh pendapat Potter
lain paket pereda efektif dalam menurunkan dan Perry (2006) yang menyatakan air merupakan
intensitas nyeri pada remaja dengan dismenore salah satu komponen penting bagi tubuh karena
setelah dikontrol oleh kecemasan dan keletihan. fungsi sel tergantung pada lingkungan cair. Air
menyusun 60-70% dari seluruh tubuh, dengan
Pembahasan rentang kebutuhan cairan sehari-hari adalah 50
ml/kg BB/hari (Potter & Perry, 2006) atau
Hasil penelitian didapatkan bahwa paket pereda minimal delapan gelas (2000 ml) per hari (Potter
yang terdiri atas terapi minum air putih dan & Perry, 2006; Firdausy, 2010; Muhammad, 2011).
abdominal stretching exercise terbukti efektif Untuk mempertahankan kesehatan salah satunya
dalam menurunkan intensitas nyeri pada remaja dibutuhkan keseimbangan cairan dalam tubuh.
dengan dismenore. Peneliti belum menemukan Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan,
penelitian terkait yang mengungkapkan hubungan distribusi, dan haluaran air dan elektrolit, serta
antara terapi minum air putih ataupun abdominal pengaturan komponen-komponen tersebut (Potter
72 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 16, No. 2, Juli 2013, hal 67-76

& Perry, 2006). Pendapat serupa dikemukakan Sedangkan exercise merupakan salah satu
oleh Brunner dan Suddarths (2002) bahwa manajemen non farmakologis yang lebih aman
komponen tunggal terbesar dari tubuh adalah digunakan karena menggunakan proses fisiologis
air. Air adalah pelarut bagi semua zat terlarut (Woo & McEneaney, 2010). Penelitian ini
dalam tubuh baik dalam bentuk suspensi maupun didukung oleh Woo dan McEneaney (2010),
larutan. Air dapat menembus semua membran Bobak, et al. (2005), Nathan (2005), French (2005)
tubuh secara bebas. Hasil penelitian ini sejalan menyatakan salah satu cara untuk meredakan
dengan Muhammad (2011) yang menyatakan dismenore adalah dengan melakukan exercise.
bahwa terapi minum air dapat mengatasi Hasil penelitian didukung pendapat Daley
berbagai masalah kesehatan termasuk dismenore. (2008) yang menyatakan bahwa exercise efektif
Terapi minum air bertujuan menjaga kesehatan dalam menurunkan nyeri haid (dismenore
dan keutuhan setiap sel dalam tubuh; menjaga primer). Hasil penelitian lain yang terkait yang
tingkat cair aliran darah agar lebih mudah mendukung adalah penelitian Istiqomah (2009)
mengalir/lancar termasuk membantu mencairkan menyatakan bahwa senam dismenore efektif
stolsel; melumasi dan melindungi persendian; untuk mengurangi dismenore pada remaja.
dapat melarutkan dan membawa nutrisi,
oksigen, dan hormon ke seluruh sel tubuh; Hasil penelitian ini didukung Harry (2007)
melarutkan dan mengeluarkan zat-zat sampah dengan melakukan exersice tubuh akan meng-
sisa metabolisme dari dalam tubuh dan juga hasilkan endorphin. Endorphin dihasilkan di otak
elektrolit yang berlebihan; sebagai katalisator dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon
dalam tubuh; dapat menghasilkan tenaga; men- ini berfungsi sebagai obat penenang alami,
stabilkan suhu tubuh; dan meredam benturan bagi sehingga menimbulkan rasa nyaman. Kadar
organ vital di dalam tubuh (Muhammad, 2011). endorphin dalam tubuh yang meningkat dapat
mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Firdausy Exercise/latihan fisik terbukti dapat meningkat-
(2010) bahwa fungsi air yang utama bagi tubuh kan kadar endorphin empat sampai lima kali di
adalah membentuk sel-sel baru, memelihara dalam darah, sehingga semakin banyak melaku-
dan mengganti sel-sel yang rusak; melarutkan kan exercise maka akan semakin tinggi pula
dan membawa nutrisi, oksigen dan hormon ke kadar endorphin. Ketika seseorang melakukan
seluruh sel tubuh yang membutuhkan; melarut- exercise, maka endorphin akan keluar dan
kan dan mengeluarkan sampah dan racun dari ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus
dalam tubuh; katalisator dalam metabolisme tubuh; dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur
pelumas bagi sendi dan otot; menstabilkan suhu emosi. Peningkatan endorphin terbukti ber-
tubuh; dan meredam benturan bagi organ vital tubuh. hubungan erat dengan penurunan rasa nyeri,
peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu
Pendapat ini didukung Amirta (2007), satu- makan, kemampuan seksual, tekanan darah dan
satunya alat pengangkut di dalam tubuh untuk pernafasan (Harry, 2007), sehingga exercise/
mengumpulkan sampah-sampah sel dari seluruh latihan fisik dapat efektif dalam mengurangi
bagian tubuh yang telah mati adalah dengan masalah nyeri terutama nyeri dismenore.
minum air. Salah satu yang harus di keluarkan
tubuh adalah darah menstruasi sebagai hasil des- Latihan fisik adalah aktivitas fisik untuk membuat
kuamasi endometrium. Hal serupa dikemukakan kondisi tubuh meningkatkan kesehatannya dan
oleh Taber (2005) cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kesehatan jasmani. Menurut
mengatasi dismenore salah satunya adalah dengan Jhamb, et al. (2008) menyatakan bahwa latihan
perbanyak minum air putih. Pendapat ini didukung fisik memiliki hubungan yang signifikan dengan
juga oleh Batmanghelidj (2007) yang menyatakan penurunan tingkat keletihan otot. Remaja dengan
minum air dapat mengurangi nyeri menstruasi, dismenore akan mengalami kram otot terutama
air dapat mengencerkan darah dan mencegah pada abdomen bawah yang bersifat siklik di-
penggumpalan darah ketika beredar ke seluruh sebabkan karena kontraksi yang kuat dan lama
tubuh serta sumber utama energi bagi tubuh. pada dinding uterus sehingga terjadi kelelahan
Ningsih, et al., Efektivitas Paket Pereda Nyeri pada Remaja 73

otot dan physical inactivity maka diperlukan Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat
exercise untuk menghilangkan kram otot ter- Wong, et al. (2002) latihan seperti dengan
sebut (Jham, et al., 2008). Hal ini berarti dengan menggerakkan panggul, dengan posisi lutut-
melakukan exercise akan mengurangi keletihan/ dada, dan latihan pernapasan dapat bermanfaat
kelelahan otot terutama pada abdomen bawah, untuk mengurangi dismenore. Hal serupa di-
sehingga intensitas nyeri dapat menurun. Akan kemukakan oleh Taber (2005) bahwa salah
tetapi hasil penelitian ini tidak didukung oleh satu cara untuk mengatasi dismenore adalah
penelitian Blakey (2009) yang menyatakan tidak dengan mengambil atau melakukan posisi
ada hubungan antara dismenore dengan exercise/ menungging sehingga rahim tergantung ke
latihan fisik. Pada penelitian ini juga men- bawah, dan menarik napas dalam secara per-
jelaskan jika studi lebih kecil (<500 responden) lahan untuk relaksasi. Hal ini juga didukung
lebih mungkin menghasilkan hubungan positif. Brunner dan Suddarths (2002) yang menyata-
kan bahwa relaksasi otot skeletal dipercaya
Salah satu exercise yang dapat dilakukan untuk dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan
menurunkan intensitas nyeri haid (dismenore) ketegangan otot yang menunjang nyeri.
adalah dengan melakukan abdominal stretching
exercise. Abdominal stretching exercise yang Hasil penelitian ini dapat simpulkan bahwa
dilakukan pada saat dismenore untuk meningkat- paket pereda yang terdiri dari terapi minum air
kan kekuatan otot, daya tahan, dan fleksibilitas putih dan abdominal stretching exercise
otot (Thermacare, 2010), dapat meningkatkan merupakan intervensi yang mudah, murah, dan
kebugaran, mengoptimalkan daya tangkap, menggunakan proses fisiologis tubuh. Kedua
meningkatkan mental dan relaksasi fisik, terapi ini untuk menurunkan kontraksi uterus,
meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh, mengurangi kram pada abdomen bagian bawah,
mengurangi ketegangan otot (kram), mengurangi dan memperlancar peredaran darah, sehingga
nyeri otot, dan mengurangi rasa sakit pada saat pada akhirnya dapat menurunkan intensitas nyeri
menstruasi (dismenore) (Alter, 2008), untuk pada remaja dengan dismenore. Hasil penelitian
mengurangi ketegangan otot, memperbaiki pere- ini didapatkan paket pereda efektif dalam
daran darah, mengurangi kecemasan, perasaan menurunkan intensitas nyeri pada remaja dengan
tertekan, dan kelelahan, memperbaiki kewaspadaan dismenore setelah dikontrol oleh kecemasan dan
mental, mengurangi risiko cedera, mempermudah keletihan.
pekerjaan, memadukan pikiran ke dalam tubuh,
serta membuat perasaan lebih baik (Anderson, Kecemasan terhadap Intensitas Nyeri pada
2010), sehingga diharapkan dapat menurunkan Remaja Dismenore. Hasil penelitian menyata-
nyeri haid (dismenore) pada wanita. kan bahwa ada kontribusi kecemasan dalam
memengaruhi efektifitas paket pereda terhadap
Latihan peregangan otot atau stretching juga intensitas nyeri haid pada remaja dengan
dapat memperbaiki postur tubuh dan menghindari dismenore. Hasil penelitian ini didapatkan juga
rasa sakit yang terjadi pada leher, bahu, dan bahwa remaja dengan cemas ringan mempunyai
punggung (Nurhadi, 2007). Tujuan latihan peluang 1,643 kali untuk mengalami nyeri
peregangan otot adalah membantu meningkatkan ringan dibanding remaja dengan cemas berat.
oksigenasi atau proses pertukaran oksigen dan
karbondioksida di dalam sel serta menstimulasi Kontribusi kecemasan dalam memengaruhi
aliran drainase sistem getah bening, sehingga efektifitas paket pada hasil penelitian ini didukung
dapat meningkatkan kelenturan otot dengan pendapat Potter dan Perry (2006) menyatakan
cara mengembalikan otot-otot pada panjangnya bahwa kecemasan seringkali meningkatkan nyeri
yang alamiah dan dapat memelihara fungsinya sebaliknya nyeri juga dapat menimbulkan suatu
dengan baik serta memperbaiki elastisitas atau perasaan cemas. Hal ini sejalan dengan hasil
fleksibilitas jaringan tubuh serta mengurangi penelitian Wadhwa et al. (2004) yang mengung-
kram pada otot (Nurhadi, 2007). kapkan bahwa depresi dan kecemasan memiliki
74 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 16, No. 2, Juli 2013, hal 67-76

hubungan yang signifikan dengan intensitas pengaruhi efektifitas paket pereda terhadap
nyeri pada saat menstruasi. Hasil ini juga intensitas nyeri haid pada remaja dengan
didukung oleh pendapat Reddish (2006) bahwa dismenore. Hasil penelitian ini didapatkan juga
dismenore secara signifikan berhubungan dengan bahwa remaja yang mengalami letih ringan
depresi dan gangguan somatis, yang merupakan mempunyai peluang 1,750 kali untuk mengalami
salah satu indikator seseorang sedang mengalami nyeri haid ringan dibandingkan remaja dengan
kecemasan. letih berat.

Kontribusi kecemasan pada hasil penelitian ini Peneliti belum menemukan penelitian terkait
juga didukung oleh penelitian Hasanah (2010) yang mengungkapkan tentang hubungan antara
yang menyatakan bahwa tingkat kecemasan keletihan dengan intensitas nyeri haid, sehingga
berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas peneliti akan menghubungkan hasil penelitian
nyeri haid setelah dilakukan akupresur pada ini dengan teori terkait. Hasil penelitian ini sesuai
kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p= dengan pendapat Potter dan Perry (2006) menya-
0,032). Penelitian ini mengambil kesimpulan takan bahwa rasa letih/lelah dapat menyebabkan
bahwa lebih rendahnya rata-rata intensitas nyeri sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
pada responden dengan cemas ringan. Hasil kemampuan koping. Pendapat ini juga didukung
penelitian ini sesuai dengan pendapat Lemone Lubkin dan Larsen (2007) yang menyebutkan
dan Burke (2008) yang menyebutkan bahwa salah satu penyebab keletihan biasanya terjadi
kecemasan dapat meningkatkan persepsi nyeri pada kondisi/penyakit yang menyebabkan nyeri.
dan sebaliknya nyeri dapat menyebabkan Keletihan memengaruhi fungsi fisik dalam
kecemasan. Hal serupa juga dikemukakan oleh melakukan aktivitas sehari-hari, perubahan
Brunner dan Suddarths (2002) yang memapar- hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, dan
kan bahwa ansietas atau kecemasan dapat kualitas hidup. Akan tetapi kedua pendapat di
meningkatkan persepsi nyeri, menurunkan atas tidak didukung oleh Brunner dan Suddarths
toleransi terhadap nyeri, dan memengaruhi (2002) yang menyatakan bahwa keletihan tidak
sikap dalam merespons nyeri termasuk nyeri termasuk salah satu faktor yang memengaruhi
haid. respons nyeri.

Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti berpen-
berpendapat bahwa status emosional dapat dapat bahwa keletihan merupakan pengalaman
memengaruhi persepsi nyeri. Sensasi nyeri yang bersifat subjektif, dimana keletihan yang
dapat diblok oleh konsentrasi yang kuat atau dirasakan berbeda di antara remaja. Keletihan
dapat meningkat oleh rasa cemas. Remaja yang yang terjadi pada seseorang dalam situasi atau
mengalami cemas ringan cenderung mempunyai kondisi yang berbeda akan mengalami gejala
status emosional yang stabil dan memiliki yang bervariasi pula dan merupakan fenomena
koping yang lebih efektif dalam menurunkan subjektif yang berbeda yang terjadi dalam kehi-
intensitas nyeri haid (dismenore). Semakin dupan termasuk pada remaja. Apabila seseorang
tinggi tingkat kecemasan seseorang, biasanya remaja yang mengalami keletihan akan cenderung
semakin banyak merasakan gangguan somatis. malas beraktivitas dan akan menyebabkan
Sedangkan pada individu yang sehat secara semakin terfokus pada nyeri yang dirasakan,
emosional biasanya lebih mampu mentoleransi sehingga dapat meningkatkan intensitas nyeri.
nyeri pada tingkat sedang sampai berat daripada Perasaan letih dapat meningkatkan intensitas
individu yang memiliki status emosional yang nyeri tergantung juga pada tingkatan keletihan
kurang stabil. yang dirasakan oleh remaja tersebut.

Keletihan terhadap Intensitas Nyeri pada Berdasarkan penjelasan di atas didapatkan bahwa
Remaja Dismenore. Hasil penelitian menyatakan hasil penelitian menjawab hipotesis mayor yang
bahwa ada kontribusi keletihan dalam mem- menyatakan bahwa paket pereda efektif dalam
Ningsih, et al., Efektivitas Paket Pereda Nyeri pada Remaja 75

menurunkan intensitas nyeri pada remaja dengan Anderson, B. (2010). Stretching in the office
dismenore setelah dikontrol oleh kecemasan dan (Cetakan 1) (Penerjemah, Ratih Ramelan).
keletihan. Hasil penelitian juga menjawab Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
hipotesis minor yang menyatakan bahwa ada
Batmanghelidj, F. (2007). Air untuk menjaga
perbedaan yang bermakna intensitas nyeri haid
kesehatan dan menyembuhkan penyakit.
setelah dilakukan paket pereda pada kelompok Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
intervensi dan kelompok kontrol.
Blakey, H., Chisholm, C., Dear, F., Harris, B.,
Kesimpulan Hartwell, R., Daley, A.J., & Jolly, K. (2009).
Is exercise associated with primary
Karakteristik umur responden pada kelompok dysmenorrhoea in young women. BJOG An
intervensi didapatkan bahwa proporsi responden International Journal of Obstetrics &
terbanyak berada pada usia 14-17 tahun, kelas Gynaecology, 117, 222224.
X. Sedangkan pada kelompok kontrol proporsi Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., Jensen, M.D., &
responden terbanyak berada pada usia 14-17 Perry, S.E. (2005). Maternity nursing (4th
tahun, kelas XI. Hasil uji homogenitas didapatkan Ed.). St. Louis: Mosby-Year Book, Inc.
variabel usia dan kelas adalah homogen pada
kedua kelompok. Pada kelompok intervensi Brunner & Suddarths. (2002). Buku ajar
proporsi intensitas nyeri yang terbanyak berada keperawatan medikal bedah (Cetakan
pada nyeri ringan, sedangkan pada kelompok Pertama; Edisi 8; Vol. 1, 2, dan 3). Jakarta:
kontrol pada nyeri berat. Ada perbedaan yang Penerbit Buku Kedokteran EGC.
bermakna intensitas nyeri antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Paket pereda Daley, A.J. (2008). Exercise and primary
efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada dysmenorrhoea: A comprehensive & critical
review of the literature. Sport Medicine: Adis
remaja dengan dismenore setelah dikontrol oleh
Data International, 38 (8), 659670.
kecemasan dan keletihan.
Edmundson, L.D. (2006). Dysmenorrhea.
Remaja hendaknya menggunakan paket pereda Diperoleh dari http://www.emedicine.com/
nyeri dalam menurunkan intensitas nyeri haid,
sedangkan saran bagi perawat sebagai konselor/ Firdausy, M.I. (2010). Keajaiban air: Terapi
care provider/ edukator agar mengaplikasikan penyembuhan berbagai macam penyakit
paket pareda pada remaja yang mengalami dengan air. Jawa Tengah: One Books.
dismenore dalam praktek pelayanan keperawatan
French, L. (2005). Dysmenorrhea. American
mandiri berbasis terapi non-farmakologis. Saran
family physician, 71 (2), 285291.
untuk selanjutnya perlu dilakukan peneliti se-
rupa dengan sampel yang lebih besar dan Gunawan, D. (2002). Nyeri haid primer, faktor-
teknik pengambilan sampel dengan probability faktor yang berpengaruh dan perilaku remaja
sampling, yaitu simple random sampling (AT, dalam mengatasinya (survei pada 4 SLTP di
SW, ENN). Jakarta) (Tesis, tidak dipublikasikan). Bagian
Obstetri-Ginekologi, FK UI, Jakarta.

Harry. (2007). Mekanisme endorphin dalam tubuh.


Referensi Diperoleh dari http://klikharry.files.com.

Alter, M.J. (2008). Sport stretch. Florida: Florida Harunriyanto. (2008). Dismenore masih sering
International University. membayangi wanita. Diperoleh dari
http://www.mediainfopintar.com.
Amirta, Y. (2007). Sehat murah dengan air. Hasanah, O. (2010). Efektifitas terapi akupresur
Purwokerto: Penerbit Keluarga Dokter. terhadap dismenore pada remaja di SMPN 5
76 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 16, No. 2, Juli 2013, hal 67-76

dan SMPN 13 Pekanbaru (Tesis, tidak Santoso (2008). Angka kejadian nyeri haid pada
dipublikasikan). Program Pascasarjana FIK remaja Indonesia. Diperoleh dari http://
UI, Jakarta. www.info-sehat.com/insi.

Hendrik (2006). Problema haid: Tinjauan syariat Sharma, A., Taneja, D.K., Sharma, P., & Saha R.
islam dan medis (Cetakan 1). Solo: PT Tiga (2008). Problems related to menstruation and
Serangkai Pustaka Mandiri. their effect on daily routine of students of a
medical college in Delhi, India. Asia Pacific
Jhamb, M., Weisbord, S.D., Steel, J.L. & Unruh, Journal Of Public Health, 20 (3), 234241.
M. (2008). Fatigue in patients receiving doi: 10.1177/1010539508316939.
maintenance dialysis: A review of definitions,
measures and contributing factors. AMJ Thermacare. (2010). Abdominal stretching exercises
Kidney Dis, 52 (2), 353365. for menstrual pain. Diperoleh dari http://
www.chiromax.com/Med.
Laszlo, K.D., Gyorffy, Z., Adam, S., Csoboth, C.,
& Kopp, M.S. (2008). Work-related stress Unsal, A., Ayranci, U., Tozun, M., Arslan, G., &
factors and menstrual pain: A nation-wide Calik, E. (2010). Evaluation of dysmenorrhea
representative survey. Journal of Psychosomatic among women and its impact on quality of
Obstetrics & Gynecology, 29 (2), 133138. life in a region of western Turkey. Ups J Med
Sci. 115 (2), 138145. doi: 10.3109/0300
Lubkin, I.L. & Larsen, P.D. (2007). Chronic illness 9730903457218.
impact and interventions (6th Ed.). Sudbury,
MA: Jones and Bartlett Learning. Wadhwa, L., Sharma, J., Arora, R., Malhotra, M.,
& Sharma, S. (2004). Severity affect family
Muhammad, A. (2011). Kedahsyatan air putih and enviroment (safe) approach to evaluate
untuk ragam terapi kesehatan. Yogyakarta: chonic pelvic pain in adolescent girls. Indian
Penerbit DIVA Press. Journal of Medical Sclences, 58 (7), 275382.

Nathan, A. (2005). Primary dysmenorrhoea. Weissman, A.M., Hartz, A.J., Hansen M.D., &
Practice Nurse, 30 (6), 49. Johnson, S.R. (2004). The natural history of
primary dysmenorrhoea: a longitudinal study.
Nurhadi. (2007). Cara mudah tetap sehat. BJOG: An International Journal of Obstetrics
Diperoleh dari http://www.hady82.com. and Gynaecology, 111, 345352.

Prawirohardjo, S. (2005). Ilmu kebidanan. Edisi Woo, P., & McEneaney, M.J. (2010). New
Ketiga. Cetakan Keenam. Jakarta: Yayasan strategies to treat primary dysmenorrhea.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Clinical Advisor for Nurse Practitioners, 13
11, 43.
Reddish, S. (2006). Dysmenorrhoea. Australian
Family Physician. 35 (11), 842844, 846
849.

Anda mungkin juga menyukai