Anda di halaman 1dari 48

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KELUHAN PENINGKATAN

ASAM LAMBUNG PADA MAHASISWA SARJANA KEPERAWATAN

ALIH JENJANG ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA

SKRIPSI

Di Susun Oleh :
MURSITA NINGSIH
NIM : 21012023

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
2022

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KELUHAN PENINGKATAN


ASAM LAMBUNG PADA MAHASISWA SARJANA KEPERAWATAN

ALIH JENJANG ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana (S. Kep)

Di Susun Oleh :
MURSITA NINGSIH
NIM : 21012023

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul, ”
Hubungan Tingkat Stres Dengan Keluhan Peningkatan Asam
Lambung Pada Mahasiswa Keperawatan Sarjana Keperawatan Alih Jenjang
Kelas Samarinda ITKES Wiyata Husada Samarinda”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.

Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Untuk itu,
dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
Akhir kata saya mengharapkan semoga Skripsi ini dapat berguna bagi

banyak pihak. Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan Skripsi ini.

Samarinda, 2022

Penulis

v
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit asam lambung merupakan penyakit yang disebabkan karena

naiknya asam lambung yang berlebihan dan juga karena meningkatnya asam

lambung. Penyakit asam lambung terjadi karenya adanya gangguan

fungsional pada kerja lambung yang tidak baik. Asam lambung kerap kali

dapat menyebabkan penyakit pada organ lambung jika dikeluarkan secara

berlebihan. Peningakatan asam lambung pada umumnya dikenal dengan

istilah sakit maag (gastritis) yaitu suatu peradangan pada mukosa (dinding

lambung) terutama pada selaput lendir lambung. Ada beberapa macam-

macam penyakit lambung, yaitu seperti gastritis (iritasi lambung/magh),

dispepsia (pencernaan yang jelek/rusak) dan Gastroesophangeal Reflux

Disease (GERD) (Indah & Dewi, 2019).

Menurut World Health Organization (WHO), angka kejadian gastritis

di dunia sekitar 1,8-2,1% juta penduduk dari setiap tahunnya. Di Indonesia

menurut Departemen Kesehatan RI angka presentase dari kejadian penyakit

gastritis di Indonesia adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa

daerah di Indonesia itu sendiri cukup tinggi dengan prevalensi presentase

274,396 kasus dari 238.452.952 penduduk (Anshari & Suprayitno, 2019).

Di Indonesia prevalensi penyakit GERD masih belum ada data epidemiologi

yang pasti, Namun, di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta didapatkan

hasil sebanyak 22,8% kasus GERD (Ajjah et al., 2020). Prevalensi dispepsia

1
2

di Indoensia mencapai 40-50%. Pada tahun 2020 angka kejadian dispepsia

terjadi peningkatan dari 10 juta jiwa menjadi 28 jiwa setara dengan 11,3%

dari jumlah keseluruhan penduduk (Maresa, 2019).

Hasil penelitian Ayu Novitasari (2017), menunjukkan bahwa terdapat

17 (7,0%) dari beberapa responden yang mengalami gastritis. Penyebab dari

gastritis adalah karena pola makan yang tidak sehat seperti mengkonsumsi

alkohol, makan tidak teratur, mengkonsumsi kopi dan obat penghilang

nyeri, stres fisik, stres psikologis, dan kelainan autoimun. Peningkatan asam

lambung bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah stres

(Novitayanti, 2020).

Menurut World Health Organization (WHO) stres adalah keadaan

yang disebebkan oleh beberapa tuntutan yaitu tuntutan fisik, lingkungan dan

sosial yang sulit untuk dikontrol. Prevalensi kejadian stres cukup tinggi

dimana hampir dari 350 juta penduduk dunia mengalami stres dan

merupakan penyakit dengan peringkat tertinggi ke-4 di dunia. Stres juga

dapat mengakibatkan gastritis karena pada saat mengalami stres hormon di

dalam tubuh akan mengalami perubahan. Perubahan itulah yang akan

menjadikan sel-sel di dalam lambung memproduksi asam yang berlebih.

Asam yang berlebih akan menimbulkan gejala seperti perih, nyeri, dan perut

kembung (Mappagerang & Hasnah, 2017). Produksi asam lambung akan

meningkat pada keadaan stres, kadar asam lambung yang meningkat dapat

mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan lama-kelamaan akan

menyebabkan terjadinya gastritis (Indah & Dewi, 2019). Stres dapat terjadi
3

pada rentang usia 21-23 tahun, dimana usia tersebut berada pada kategori

dewasa awal. Mahasiswa tingkat akhir berada pada kategori usia dewasa

awal karena memasuki masa pengaturan, dimana mahasiswa mulai

dibebankan dengan tanggung jawab untuk menentukan karir serta kehidupan

masa depannya. Dewasa muda juga memiliki kewajiban untuk

menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi agar memiliki bekal untuk

karir kedepan (Aulia & Panjaitan, 2019). Menurut Ambarwati (2019)

menyebutkan bahwa stres lebih banyak terjadi pada perempuan

dibandingkan pada laki-laki, karena terdapat perbedaan hormonal dan stres

psikososial bagi wanita dan laki-laki.

Berdasarkan penelitian Kuontul (2020), tanggung jawab dan tuntutan

kehidupan akademik pada mahasiswa dapat menjadi bagian stres yang biasa

dialami mahasiswa. Jumlah mahasiswa yang mengalami stres akademik

meningkat setiap semesternya. Mahasiswa yang tidak memiliki penyesuaian

diri terhadap tuntutan akademis akan memiliki tingkat stres tinggi

sedangkan mahasiswa yang memiliki penyesuaian diri terhadap tuntutan

akademis umumnya stresnya rendah.

Berdasarkan hasil penelitian Ambarwati (2019), menunjukkan bahwa

dari 48 responden yang mengalami tingkat stres ringan 14 orang (13,8%),

stres sedang 30 orang (29,7%), dan stres berat 4 orang (4,0%). Rata-rata

mahasiswa mengalami stres karena tugas skripsi yang belum kunjung

selesai padahal waktu sudah mepet. Selain itu juga karena dosen yang sulit

ditemui
4

untuk proses bimbingan, dan selalu banyak revisi sehingga menimbulkan

rasa cemas dan takut jika tidak menyelesaikan tugas akhir dengan tepat

waktu.

Hasil penelitian Aulia & Panjaitan (2019), menunjukkan bahwa 93

responden yang mengalami tingkat stres sedang 77 orang (71,3%) dan yang

mengalami tingkat stres berat 16 orang (14,8%). Tingkat stres akademik

pada mahasiswa pada tahun kedua sampai mahasiswa tahun terakhir

digolongkan pada stres sedang dan stres berat. Penyebab stres pada

mahasiswa yang sering dialami yaitu masalah intrapersonal, akademik dan

interpersonal seperti masalah dengan teman-teman kampus, teman-teman

bergaul, serta keluarga (Kountul et al., 2020).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa

keperawatan program sarjana angkatan A15 Universitas Respati Yogyakarta

pada hari Jumat, 10 Desember 2021 melalui daring dengan responden

sebanyak 7 orang didapatkan hasil 3 responden mengalami tingkat stres

normal, 1 responden mengalami tingkat stres ringan gejalanya seperti sulit

untuk tidur, nafsu makan kurang, mudah tersinggung, maag dan sulit untuk

berkonsentrasi, 2 responden mengalami tingkat stres berat gejalanya seperti

perasaan cemas dan takut meningkat, mudah bingung dan panik dan 1

responden mengalami tingkat stres sangat berat gejalanya seperti tidak

memiliki motivasi untuk hidup dan cenderung pasrah. Lalu mengenai

keluhan peningkatan asam lambung didapatkan hasil 3 responden

mengalami keluhan peningkatan asam lambung ringan karena memunculkan

keluhan seperti mual, muntah, sering mengeluh begah, sering bersendawa

setelah makan
5

sering berkeringat dingin dan 4 responden mengalami keluhan peningkatan

asam lambung sedang gejalanya seperti mual, muntah, terasa ada cairan dari

lambung, sering bersendawa, berkeringat dingin, tidak ada nafsu untuk

makan, perut terasa begah, sering merasa nyeri ulu hati dan memproduksi

banyak ludah.

Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti


apakah ada Hubungan Tingkat Stres dengan Keluhan Peningkatan Asam
Lambung Pada Mahasiswa Sarjana Keperawatan Alih Jenjang Kelas
Samarinda ITKES Wiyata Husada Samarinda.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah


penelitian yaitu, “Apakah ada Hubungan Tingkat Stres dengan Keluhan
Peningkatan Asam Lambung Pada Mahasiswa Sarjana Keperawatan Alih
Jenjang Kelas Samarinda ITKES Wiyata Husada Samarinda?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Tingkat Stres dengan Keluhan Peningkatan
Asam Lambung Pada Mahasiswa Sarjana Keperawatan Alih Jenjang
Kelas Samarinda ITKES Wiyata Husada Samarinda.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Diketahui karakteristik responden Mahasiswa Sarjana Keperawatan


Alih Jenjang ITKES Wiyata Husada Samarinda.
b. Diketahui tingkat stres pada Mahasiswa Sarjana Keperawatan Alih
Jenjang ITKES Wiyata Husada Samarinda.
c. Diketahui keluhan peningkatan asam lambung pada Mahasiswa
Sarjana Keperawatan Alih Jenjang Kelas Samarinda ITKES Wiyata
Husada Samarinda.
6
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan
kepustakaan sebagai bahan pengetahuan bagi ilmu kesehatan, khususnya untuk
keperawatan jiwa dan keperawatan medikal bedah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang tingkat stes
dan keluhan peningkatan asam lambung.
b. Bagi Universitas ITKES Wiyata Husada Samarinda.
Dapat menambah refrensi di perpustakaan Universitas ITKES Wiyata
Husada Samarinda dan bahan kajian yang dapat berguna bagi
mahasiswa/mahasiswi dan dosen yang berhubungan dengan keluhan
peningkatan asam lambung dan tingkat stres.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai acuan penelitian yang akan datang sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut.
7

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.

No Nama Judul penelitian Metode penelitian Hasil penelitian Persamaan Perbedaan


pengarang
1. Ayu Faktor Jenis penelitian ini Hasil penelitian ini Desain yang Tempat yang
Novitasary, et Determinan adalah kuantitatif menunjukkan bahwa pola digunakan yaitu digunakan pada
al., (2017) Gastritis Klinis dengan makan beresiko (p value cross-seccional dan penelitian
Pada menggunakan = 0,000), stres (p value = penelitian ini sebelumnya pada
Mahasiswa Di pendekatan cross- 0,000), dan Riwayat merupakan Mahasiswa Di
Fakultas seccional study. keluarga (p value = penelitian Fakultas
Kesehatan 0,000) merupakan kuantitatif Kesehatan
Masyarakat determinan gastritis Masyarakat
Universitas klinis. Universitas Halu
Halu Oleo Oleo dan
Tahun 2016 penelitian yang
dilakukan
sekarang pada
Mahasiswa
Keperawatan A15
Universitas
Respati
Yogyakarta.
2. Sartika, et al., Hubungan Pola Penelitian ini Hasil penelitian ini Desain yang Tempat yang
(2020) Makan dan merupakan menunjukkan bahwa ada digunakan yaitu digunakan pada
Stress dengan penelitian hubungan stres dengan cross-seccional dan penelitian
Kejadian deskriptif korelasi kejadian gastritis pasien instrumen yang sebelumnya di
8

Gastritis di dengan rawat jalan di puskesmas digunakan Puskesmas


Puskesmas pendekatan cross- Pajang Surakarta kuesioner DASS. Panjang Surakarta
Panjang seccional. (sig=0,000). dan penelitian
Surakarta. yang dilakukan
sekarang pada
Mahasiswa
Keperawatan A15
Universitas
Respati
Yogyakarta.
3. Ansari & Hubungan Stres Desain penelitian Hasil penelitian ini Desain yang Responden yang
Suprayitno, Dengan yang digunakan menunjukkan bahwa digunakan yaitu digunakan pada
(2019) Kejadian adalah cross- tidak ada hubungan cross-seccional dan penelitian
Gastritis Pada sectional. antara stres dengan penelitian ini seblumnya pada
Kelompok Usia gastritis pada responden merupakan kelompok usia
20-45 Tahun di usia 20-45 tahun dengan penelitian 20-45 tahun dan
Wilayah Kerja nilai p-value sebesar kuantitatif. penelitian yang
Puskesmas 0,861 > a sebesar 0,005. dilakukan
Bengkuring sekarang pada
Kota kelompok usia
Samarinda remaja yaitu pada
Tahun 2019. Mahasiswa
Keperawatan A15
Universitas
Respati
Yogyakarta.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori

1. Mahasiswa

a. Definisi

Mahasiswa adalah individu yang sedang menuntut ilmu

ditingkat perguruan tinggi baik swasta maupun negeri atau lembaga

yang lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa

sendiri memiliki nilai intelektual yang tinggi, kecerdasan dalam

berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan

bertindak dengan cepat dan tepat adalah sifat yang cenderung

melekat pada mahasiswa (Ayu Novitasari, 2016)

Mahasiswa merupakan makhluk individu dan makhluk sosial.

Sebagai makhluk individu mahasiswa mampu mempunyai

kebutuhan-kebutuhan yang berbeda antara individu satu dengan

individu yang lainnya, mahasiswa tidak hanya hidup sendiri, selalu

membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya, oleh

karena itu mahasiswa juga disebut sebagai makhluk sosial.

Mahasiswa merupakan masa memasuki dewasa yang pada umumnya

berada pada rentan usia 18-25 tahun, pada masa tersebut mahasiswa

memiliki tanggung jawab terhadap kehidupannya untuk memasuki

masa dewasa (Djibran, n.d. 2018).

9
10

2. Usia

a. Kategori Usia menurut Depkes RI (2009):

1) Masa balita : 0-5 tahun

2) Masa kanak-kanak : 5-11 tahun

3) Masa remaja awal : 12-16 tahun

4) Masa remaja akhir : 17-25 tahun

5) Masa dewasa awal : 26-35 tahun

6) Masa dewasa akhir : 35-45 tahun

7) Masa lansia awal : 46-55 tahun

8) Masa lansia akhir : 56-65 tahun

9) Masa manula : >65 tahun

Menurut Sarwono (2011) perkembangan pada hakikatnya adalah

usaha penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara aktif mengatasi

stres dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah yang

dihadapi. Sehingga dalam tataran perkembangan remaja, penyesuaian

diri sangat penting. Kemampuan penyesuaian diri yang sehat terhadap

lingkungan merupakan salah satu prasyarat yang penting bagi

terciptanya kesehatan jiwa atau mental individu. Banyak individu

terutama remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai

kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam

menyesuaikan diri baik dengan kehidupan keluarga, sekolah,

pekerjaan maupun masyarakat pada umumnya.


11

3. Stres

a. Definisi stres

Stres merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran

dikarenakan oleh perubahan dan tuntutan dari kehidupan. Stres juga

bisa diartikan karena tekanan, ketegangan, dan gangguan yang tidak

menyenangkan yang berasal dari luar diri. Stres juga sebagai reaksi

fiologis dan psikologis yang terjadi jika seseorang mempersepsi

suatu ketidakseimbangan antara tuntutan yang dibebankan

kepadanya dan kemampuan seseorang untuk memenuhinya. Stres

juga merupakan factor penyebab dari suatu penyakit (Musradinur,

2016).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres

Factor-faktor yang dapat mempengaruhi stres menurut Saputri (2020),

adalah:

1) Faktor lingkungan

a) Beban terlalu berat masa kini merupakan burnout, perasaan

tidak berdaya, tidak memiliki harapan, disebabkan karena

stres yang sangat berat. Burnout menyebabkan penderitanya

mengalami lelah berlebih baik fisik dan emosianal.

b) Kejadian besar dalam hidup dapat menyebabkan stres.

Tinggal Bersama keluarga yang mengalami ketegangan dan

hidup dalam kemiskinan bukanlah suatu yang dapat dianggap

sebagai kejadian besar dalam hidup seorang remaja, namun

kejadian sehari-hari yang dialami remaja adalah kondisi


12

menumpuk sehingga menimbulkan kehidupan yang sangat

penuh dengan stres, dan remaja akan mengalami gangguan

psikologis atau penyakit.

c) Faktor kepribadian dan pola tingkah laku. Sekelompok

karakteristik yang memiliki rasa kompetitif yang berlebihan,

kemauan keras, tidak sabar, mudah marah, dan sikap

bermusuhan yang berarti memiliki reaksi fisiologis yang kuat

terhadap stres.

2) Faktor kognitif merupakan istilah yang digunakan untuk

menggambarkan interpretasi indivisu terhadap kejadian dalam

hidup mereka sebagai sesuati yang berbahaya, mengancam, atau

menantang dan keyakinan mereka apakah memiliki kemampuan

untuk menghadapi kejadian dengan efektif.

3) Faktor sosial budaya

a) Stres akulturatif merupakan konsekuensi negative dan

akulturasi karena kontak langsung yang sifatnya terus

menerus antara dua kelompok kebudayaan yang berbeda.

b) Status sosial ekonomi, pemukiman yang tidak memadahi,

lingkungan yang berbahaya, tanggung jawab yang berat dan

ketidakpastian keadaan ekonomi adalah pemicu stres yang

kuat dalam kehidupan warga yang miskin.


13

c. Tanda dan gejala stres

Menurut Ulansari & Sena (2020), gejala dari stres diantaranya

adalah:

1) Gejala fisiologi, adalah suatu keluhan seperti sakit pada kepala,

sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tekuk, tekanan

darah tinggi, kelelahan, sakit perut, maag, tidak selera makan,

sulit untuk memulai tidur, dan pikiran kacau.

2) Gejala emosional, adalah keluhan berupa gelisah, cemas, mudah

marah, gugup, takut, mudah tersinggung, sedih serta depresi.

3) Gejala kognitif, keluhan berupa susah untuk berkonsentrasi,

mudah lupa, sulit mengambil keputusan, sering melamun, dan

pikiran kacau.

4) Gejala interpersonal, merupakan sikap acuh tak acuh pada suatu

lingkungan, apatis, agresif, minder, kehilangan kepercayaan pada

orang lain dan mudah mempersalahkan orang lain.

5) Gejala organisasional, berupa peningkatan tidak masuk

kerja/kuliah, penurunan produktivitas, mengalami tegang dengan

teman kerja, tidak puas dengan pekerjaan dan terjadi penurunan

untuk berprestasi.
14

d. Klasifikasi Stres

Menurut Nur Rahmawati (2019) ada 4 klasifikasi stres, antara lain :

1) Stres ringan

Stres ringan merupakan stres yang tidak merusak aspek fisiologis

dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap

orang misalnya lupa, ketiduran, dan dikritik. Stres ringan sering

terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi dapat membantu

individu menjadi waspada. Situasi ini tidak akan menimbulkan

penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus. Stres ini berada

pada tahapan stres I dan II.

2) Stres sedang

Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga

beberapa hari. Respon dari tingkat stres ini didapatkan gangguan

pada lambung misalnya maag, buang air besar tidak teratur,

mudah letih, mudah marah, gelisah. Stres ini berada pada

tahapan stres tahapan III.

3) Stres berat

Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu

hingga beberapa tahun. Respon dari tingkat stres ini didapatkan

gangguan pencernaan berat, debar jantung semakin meningkat,

sesak napas, tremor, perasaan cemas dan takut meningkat,

mudah bingung dan panik. Stres ini berada pada tahapan stres

VI.

4) Stres sangat berat


15

Stres sangat berat merupakan suatu kondisi yang dapat terjadi

dalam beberapa bulan dan dalam waktu yang tidak dapat

ditentukan, biasanya stres berat tidak memiliki motivasi untuk

hidup dan cenderung pasrah.

e. Pengukuran Tingkatan Stres

Menurut Sri Kusumadewi (2018), tingkat stres adalah hasil

penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami seseorang.

Tingkatan stres ini diukur dengan menggunakan Depression Anxiety

Stress Scale 42 (DASS 42). DASS adalah seperangkat sekala

subjektif yang dibentuk untuk mengukur status sosial emosional

negative dari depresi, kecemasan dan stres. DASS dibentuk tidak

hanya untuk mengukur konvensional mengenai status emosional,

tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian,

dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional,

secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat

digunakan baik untuk kelompok ataupun individu. Pada standar

DASS-42, pembagian item/gejala yang mempengaruhi gangguan

tertentu dapat dilihat pada tabel 2.1.


16

Tabel 2.1. Instrumen DASS-42

No Item/Gejala
1 Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele
2 Mulut terasa kering
3 Tidak dapat melihat hal yang positif dari suatu kejadian
4 Merasakan gangguan dalam bernafas (nafas cepat, sulit
bernafas)
5 Merasa tidak kuat lagi untuk melakukan kegiatan
6 Cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi
7 Kelemahan pada anggota tubuh
8 Kesulitan untuk berelaksasi/bersantai
9 Cemas berlebihan dalam suatu situasi namun bisa lega bila
situasi/hal itu berakhir
10 Pesimis
11 Mudah merasa kesal
12 Merasa banyak menghasilkan energi karena cemas
13 Merasa sedih dan depresi
14 Tidak sabaran
15 Kelelahan
16 Kehilangan minat pada banyak hal (missal makan, ambulasi,
sosialisasi)
17 Merasa diri tidak layak
18 Mudah tersinggung
19 Berkeringat
20 Ketakutan tanpa alasan yang jelas
21 Merasa hidup tidak berharga
22 Sulit untuk beristirahat
23 Kesulitan dalam menelan
24 Tidak dapat menikmati hal-hal yang dilakukan
25 Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi tanpa stimulasi
oleh latihan fisik
26 Merasa hilang harapan dan putus asa
27 Mudah marah
28 Mudah panik
29 Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu menganggu
30 Takut diri terhampat oleh tugas-tugas yang tidak bisa
dilakukan
31 Sulit untuk antusias pada banyak hal
32 Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal-hal
yang dilakukan
33 Berada pada keadaan tegang
34 Berasa tidak berharga
35 Tidak dapat memaklumi hal apapun yang mengahalangi
untuk menyelesaikan hal yang sedang dilakukan
36 Ketakutan
17

37 Tidak ada harapan untuk masa depan


38 Merasa hidup tidak berarti
39 Mudah gelisah
40 Khawatir dengan situasi saat diri anda mungkin menjadi
panik dan mempermalukan diri anda sendiri
41 Gemetar
42 Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu

Dalam Tabel 2.1 tersebut item untuk mengukur tingkat stres

adalah 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39. Dan untuk

jumlah skor dari pertanyaan tersebut memiliki makna:

Normal : 0-14

Ringan : 15-18

Sedang : 19-25

Berat : 26-33

Sangat Berat : 34+

4. Asam Lambung

a. Definisi

Penyakit asam lambung merupakan penyakit yang disebabkan

karena naiknya asam lambung yang berkelebihan dan juga karena

meningkatnya asam lambung. Penyakit asam lambung terjadi

karenya adanya gangguan fungsional pada kerja lambung yang tidak

baik. Asam lambung kerap kali dapat menyebabkan penyakit pada

organ lambung jika dikeluarkan secara berlebihan. Peningakatan

asam lambung pada umumnya dikenal dengan istilah sakit maag

(gastritis)
18

yaitu suatu peradangan pada mukosa (dinding lambung) terutama

pada selaput lendir lambung (Indah & Dewi, 2019).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan asam lambung.

Menurut Ansari (2019), faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan

asam lambung adalah :

1) Stres

Pada saat mengalami stres hormon di dalam tubuh akan

mengalami perubahan. Perubahan itulah yang akan menjadikan

sel-sel di dalam lambung memproduksi asam yang berlebih.

Asam yang berlebih akan menimbulkan gejala seperti perih,

nyeri, dan perut kembung.

2) Pola makan tidak teratur

Pola makan yang tidak baik atau kebiasaan makan makanan

pedas, asam, minum the, kopi dan minum minuman berkarbonasi

dapat meningkatkan resiko munculnya gejala dispepsia. Suasana

yang sangat asam di dalam lambung dapat membunuhorganisme

pathogen yang tertelan Bersama makanan.

3) Mengkonsumsi obat-obatan OAINS

OAINS adalah jenis obat yang memeiliki efek menyebabkan

gastritis. Pemakaian obat-obatan yang luas ini akan

menyebabkan kejadian efek samping obat meningkat. Beberapa

obat akan menimbulkan efek samping yang berhubungan dengan

saluran
19

cerna. Obat yang bersifat asam akan mengiritasi mukosa lambung

dan inhibisi atau menghambat pengeluaran kadar prostaglandin.

c. Tanda dan gejala kenaikan asam lambung

Menurut Ayu Novitasary (2017), ada beberapa tanda dan gejala dari

kenaikan asam lambung, diantaranya adalah:

1) Nyeri pada daerah lambung

2) Mual dan Muntah

3) Lemas

4) Perut kembung

5) Tidak nafsu makan

6) Pucat

7) Suhu badan naik

8) Keringat dingin

9) Pusing

10) Bersendawa

11) Diare

12) Sulit dalam menelan

13) Ada benjolan di leher

14) Gangguan tidur

15) Terasa cairan asam

16) Batuk kronis

17) Rasa terbakar di dada

18) Cepat merasa kenyang


20

d. Macam-Masam Penyakit Asam Lambung

1) Gastritis

a) Definisi

Gastritis pada umumnya dikenal dengan istilah sakit

maag atau sakit ulu hati yaitu suatu peradangan pada mukosa

(dinding lambung) terutama pada selaput lendir lambung.

Gastritis juga merupakan salah satu faktor utama yang

menjadi masalah kesehatan pada masyarakat. Dalam

pemeriksaan fisiknya ditemukan adanya nyeri tekan pada

daerah epigastrum (bagian daerah lambung) dengan

mengarah pada diagnosa gastritis, dimana untuk

memastikannya dibutuhkan pemeriksaan penunjang lainnya

seperti endoskopi (Anshari, 2019).

Gastritis adalah inflamasi yang mengenai dinding

lambung lebih tepatnya pada mukosa lambung. Gastritis

dapat disebabkan karena infeksi H.pylory, makan-makanan

yang pedas, asam, minuman bersoda, sering mengkonsumsi

kopi dan alcohol, stres emosional, mengkonsumsi obat-

obatan NSAID, dan juga bisa karena imunitas (Ndruru,

2019).

Gastritis adalah salah satu penyakit yang umumnya

diderita oleh kalangan remaja, yang disebabkan karena tidak

teraturnya makan, gaya hidup dan salah satunya yaitu

meningkatnya aktivitas (tugas kuliah) sehingga mahasiswa


21

tidak sempat untuk mengatur pola makanya dan malas untuk

makan (Ayu Novitasari. 2017).

b) Etiologi

Menurut Sugano (2015), penyebab gastritis adalah

infeksi Helicobacter pylori karena dapat menyebabkan

kerusakan progresif pada mukosa lambung. Beberapa faktor

lainnya yang dapat menyebabkan gastritis adalah konsumsi

minimal alkohol, pola diet yang tidak baik, merokok,

penggunaan obat dan substansi yang bersifat korosif, stres

dan trauma. Penyakit sistemik non-infeksius seperti Crohn’s

disease, vasculitis, alergi, dan eosinophilia dan

mempengaruhi terjadinya gastritis.

(1) Gastritis akut

Penyebabnya adalah obat analgetic, antiinflamasi

terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat

mentebalkan erosi mukosa lambung). Bahan kimia misal:

lisol, alcohol, merokok, kafein, lada, steroid dan digitalis.

(2) Gastritis kronis.

Penyebab dan pathogenesis pada umumnya belum

diketahui, biasanya disebabkan oleh ulkus baning atau

meligna dari lambung Helicobacter pylory. Gastritis ini

merupakan kejadian biasa pada orang tua, tetapi diduga

pada peminum alcohol, dan merokok.


22

c) Tanda dan Gejala

Menurut Ayu Novitasari (2017), tanda dan gejala akan

mengalami nyeri pada daerah lambung, mual, muntah, lemas,

perut kembung, tidak nafsu makan, pucat, suhu badan naik,

keringat dingin, pusing, bersendawa dan juga dapat terjadi

pendarahan pada saluran cerna.

(1) Gatritis Akut

(a) Dapat terjadi ulserasisuperficial dan mengarah pada

hemoragi.

(b) Rasa tak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala,

kelesuan, mual, dan anoreksia.

(c) Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik

(d) Dapat terjadi kolik dan diare

(e) Biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun

nafsu makan mungkin akan hilang selama 2 sampai 3

hari.

(2) Gastritis Kronik

Manifestasi klinik pada gastritis ini umumnya bervariasi

dan tak jelas seperti perasaan penuh, anoreksia dan

adanya distres epigastrik. Biasanya ini akan berlangsung

lebih dari 3 bulan.

d) Faktor-Faktor yang menyebabkan gastritis

Menurut Ayu Novitasary (2017), ada beberapa faktor

penyebab dari gastritis adalah:


23

(1) Faktor stres

Stres merupakan suatu respon non spesifik tubuh

terhadap kebutuhan dan stimuli konsep biologis karena

perubahan temoeratur mekanik, stres juga adalah respon

tubuh tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh yang

terganggu. Stres juga fenomena yang terjadi pada

kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari dan akan

dialami oleh setiap orang.

(2) Faktor konsumsi kopi

Kopi merupakan minuman yang terdiri dari beberapa

jenis bahan dan senyawa kimia, termasuk lemak,

karbohidrat, asam amino, asam nabati yang disebut

dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi juga dapat

merangsang lambung untuk memproduksi asam lambung

sehingga membuat asam yang berlebih dan

menyebabkan mukosa lambung.

(3) Faktor konsumsi OAINS

OAINS adalah jenis obat yang memeiliki efek

menyebabkan gastritis. Pemakaian obat-obatan yang luas

ini akan menyebabkan kejadian efek samping obat

meningkat. Beberapa obat akan menimbulkan efek

samping yang berhubungan dengan saluran cerna. Obat

yang bersifat asam akan mengiritasi mukosa lambung

dan
24

inhibisi atau menghambat pengeluaran kadar

prostaglandin.

(4) Faktor Riwayat keluarga

Faktor Riwayat keluarga yang dimaksudkan adalah

adanya hubungan secara genetik yang diturunkan dari

orang tua, melainkan lebih kearah kebiasaan dalam

keluarga sehingga terdapat anggota keluarga yang

gastritis. Saudara yang dimaksudkan yaitu saudara

kandung, dimana terjadi sharing exposure (berbagi

pajanan) akibat kebiasaan-kebiasaan yang sama,

terutama dalam hal pola makan dalam keluarga sehingga

sangat berpeluang untuk menderita gastritis.

(5) Faktor pola makan

Pola makan adalah jenis makanan dan banyaknya

makanan yang dikonsumsi termasuk dengan sering

mengkonsumsi makanan yang beresiko terkena gastritis

telebih lagi apabila lambung dibiarkan kosong selama 3-

4 jam lebih akan memicu timbulnya berbagai penyakit

dan dapat terkena gastritis. Jenis makanan yang

dikonsumsi adalah sambal, cabai, gorengan, jeruk asam,

mangga muda, nanas, dan jeruk nipis.

2) Dispepsia

a) Definisi
25

Dispepsia adalah penyakit saluran cerna atas yang sering

dijumpai. Dispepsia dapat dipengaruhi oleh faktor tidak teraut

makan dan psikologi, Dispepsia merupakan penyakit tidak

menular pada saluran pencernaan namun banyak terjadi di

kalangan masyarakat (Wildani, 2020).

b) Etiologi

Menurut Windani (2020), dispepsia dapat disebabkan

oleh berbagai penyakit yang bersifat organic dan

fungsionalnya. Penyakit yang bersifat organic antara lain

karena terjadinya gangguan di saluran cerna atau di sekitar

saluran cerna, seperti pancreas, kandung empedu, dan lain-

lain. Sedangkan penyakit yang bersifat fungsional dapat

dipicu karena faktor psikologis dan faktor intoleran terhadap

obat- obatan dan jenis makanan tertentu.

c) Manifestasi Klinis

Menurut Wildani (2020), ada beberapa tanda dan gejala

dari dispepsia, yaitu:

(1) Mual/muntah

(2) Nyeri epigastrik

(3) Rasa cepat kenyang

(4) Kembung/Begah

d) Faktor yang menyebabkan dispepsia


26

Menurut Rinda Fithriyana (2018), ada beberapa faktor

yang dapat menyebabkan dispepsia, yaitu:

(1) Pola makan tidak teratur.

Pola makan yang tidak baik atau kebiasaan makan

makanan pedas, asam, minum the, kopi dan minum

minuman berkarbonasi dapat meningkatkan resiko

munculnya gejala dispepsia. Suasana yang sangat asam di

dalam lambung dapat membunuhorganisme pathogen

yang tertelan Bersama makanan.

(2) Faktor konsumsi obat yang mengandung AINs

Obat yang dikonsumsi mengandung AINs dosis tinggi

dapat menyebabkan rangsangan terhadap penyakit

dispepsia.

(3) Mengkonsumsi makanan dan minuman yang merangsang

HCl.

Mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung

HCl seperti minuman bersoda dapat menyebabkan asam

lambung meningkat yang dapat memperberat gangguan

lambung.

3) GERD

a) Definisi

Gastroesophageal reflux disease (GERD) merupakan

keadaan patogogis dimana refluks kandungan lambung ke


27

dalam esofagus dengan berbagai gejala yang timbul akibat

keterlibatan esofagus, laring, dan saluran nafas (Ricky, 2019)

b) Etiologi

Menurut Ricky (2019), penyebab dari GERD adalah:

(1) Stres

(2) Mengkonsumsi makanan yang mengandung kafein, keju,

coklat

(3) Merokok, alcohol

(4) Mengkonsumsi obat-obatan NSAID

(5) Hernia hianatal

c) Manifestasi Klinis

Menurut Ricky (2019) Tanda dan gejala dari GERD adalah:

(1) Rasa terbakar di dada

(2) Nyeri pada ulu hati

(3) Kesulitan dalam menelan

(4) Terasa ada benjolan di tenggorokan

(5) Gangguan tidur

(6) Regurgitasi makanan atau cairan asam

(7) Batuk kronis


28

B. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi stres
1. Lingkungan
2. Kepribadian Stres
Keluhan :
dan tingkah
laku 1. Nyeri pada daerah lambung
3. Kognitif 1. Stres Ringan 2. Mual dan Muntah
4. Sosial budaya 2. Stres Sedang 3. Lemas
3. Stres Berat 4. Perut kembung
4. Stres Sangat Berat 5. Tidak nafsu makan
6. Pucat
7. Suhu badan naik
8. Keringat dingin
Keluhan peningkatan asam lambung 9. Pusing
10. Bersendawa
11. Diare
Faktor-faktor yang 12. Sulit dalam menelan
mempengaruhi peningkatan 13. Ada benjolan di leher
asam lambung 14. Gangguan tidur
15. Terasa cairan asam
1. Konsumsi kopi 16. Batuk kronis
2. Konsumsi OAINS
17. Rasa terbakar di dada
3. Riwayat keluarga
18. Cepat merasa kenyang
4. Pola makan

Gambar 1. Kerangka Teori


Sumber: Saputri, (2020), Ayu Novitasary, (2020), Nur Rahmawati, (2019).
29

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Tingkat Stres Variabel Dependen


Keluhan Peningkatan Asam Lambung

1. Gastritis
2. Dispepsia
3. GERD

Keterangan:

Variabel Bebas : Tingkat Stres

Variabel Terikat : Peningkatan Keluhan Asam Lambung

: Diteliti

: Tidak diteliti (Variabel Perancu)

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini yaitu ada hubungan tingkat stres dengan

keluhan peningkatan asam lambung pada Sarjana Keperawatan Alih Jenjang

Kelas Samarinda ITKES Wiyata Husada Samarinda.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

dengan desain penelitian deskriptif analitik yang bertujuan untuk mencari

hubungan antar variabel. Adapun pengertian dari deskriptif analitik menurut

Sugiyono (2013), yaitu dengan metode cross sectional yang berfungsi untuk

mendeskripsikan atau memberikan gambaran suatu objek yang diteliti

melalui data atau sampel yang telah dikumpulkan sebagaimana adanya

tanpa melakukan analisis membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Menurut (Dharma, 2011), penelitian cross sectional adalah suatu penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel dimana variabel

independen dan variabel dependen diidentifikasi pada satuan waktu.

Penelitian ini ingin mengetahui adanya hubungan antara variabel bebas

yaitu tingkat stres dan variabel terikat yaitu keluhan peningkatan asam

lambung pada mahasiswa keperawatan A15 Universitas Respati

Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan

Maret 2023 secara daring dengan mengisi google form dengan link

: ..............................................

30
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Sarjana

Keperawatan Alih Jenjang Kelas Samarinda dan Kelas Balikpapan

ITKES Wiyata Husada Samarinda yang berjumlah 60 orang yang

aktif dalam menempuh studi.

b. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi Mahasiswa

Keperawatan Alih Jenjang Kelas Samarinda dan Kelas Balikpapan

ITKES Wiyata Husada Samarinda yang sedang menempuh studi di

ITKES Wiyata Husada Samarinda.

2. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Total Sampling,

yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil keseluruhan anggota

populasi sebagai responden atau sampel (Dharma, 2011) sejumlah 60

orang.

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

Variabel adalah karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi

antara satu orang dengan yang lainnya dan diteliti dalam suatu penelitian

(Dharma, 2011).

a. Variabel Bebas

Variabel Bebas (independent variable) disebut juga variabel seba

yaitu karakteristik dari subjek yang dengan keberadaannya

menyebabkan perubahan pada variabel lainnya (Dharma, 2011).


30
Variabel bebas dalam penelitian adalah tingkat stress.

b. Variabel Terikat

Variabel Terikat (dependent variable) adalah variabel akibat

atau variabel yang akan berubah akibat pengaruh atau perubahan

yang terjadi pada variabel independent (Dharma, 2011). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah keluhan peningkatan asam

lambung.

c. Variabel Luar

Variabel Luar variabel lain yang tidak ditelit namun secara

substansi dapat mempengaruhi variabel dependen atau variabel

independen (Dharma, 2011). Dalam penelitian ini mempengaruhi

variabel tingkat stres adalah faktor lingkungan, kepribadian dan

tingkah laku, kognitif serta sosial budaya. Sedangkan variabel yang

mempengaruhi gastritis adalah stres, konsumsi kopi, konsumsi

OAINS, riwayat keluarga dan pola makan.

2. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional tentang apa yang harus diukur, bagaimana mengukurnya,

apa saja kriteria pengukurannya, instrument yang digunakan untuk

mengukurnya dan skala pengukurannya dengan tujuan membuat

variabel lebih konkrit dan dapat diukur (Dharma, 2011

30
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Alat Ukur Parameter Skala


Tingkat Pernyataan DASS-42 1. Normal: Ordinal
Stres mahasiswa (Depression 0-14
sarjana Anxiety 2. Ringan:
keperawatan Stres Scale) 15-18
Alih Jenjang 3. Sedang:
kelas 19-25
Samarinda 4. Berat:
ITKES WHS 26-33
Samarinda 5. Sangat
dalam Berat:
merespon 34+
akibat (Ulfa Sari,
tindakan, 2018)
situasi,atau
kejadian
diluar dari
kemampuan
yang
menyebabkan
tuntutan fisik
dan/atau
psikologis
terhadap
seseorang,
yang
dibedakan
menjadi
5 yaitu,
normal,
ringan,
sedang, berat,
sangat berat.
Variabel Definisi Alat Ukur Parameter Skala
Keluhan Pernyataan Kuesioner 1. Normal: Ordinal
Peningkatan mahasiswa 0-13
Asam sarjana 2. Ringan:
Lambung keperawatan 14-27
Alih Jenjang 3. Sedang:
kelas 27-40
Samarinda 4. Berat:
ITKES WHS 40-54
Samarinda (Ayu
dalam Novitasari,
menyatakan 2020)
keluhan yang
disebabkan
karena
naiknya asam

30
lambung
yang
berlebihan.

E. Jenis danTeknik Pengumpulan Data


3. Jenis Data
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan
data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari
(Saryono, 2011). Data primer pada penelitian ini adalah nama, umur,
dan jenis kelamin, tingkat stres, dan data peningkatan keluhan asam
lambung.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak
langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip
resmi dan sumber lain (Sunyoto, 2012).
Data sekunder dalam penelitian ini adalah:
1) Jumlah mahasiswa/mahasiswi program studi Sarjana keperawatan
Alih Jenjang Kelas Samarinda ITKES Wiyata Husada Samarinda
2) Gambaran umum lokasi Universitas ITKES Wiyata Husada
Samarinda

4. Teknik/Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk mendapatkan data responden seperti


usia, jenis kelamin, tingkat stres dan keluhan peningkatan asam
lambung dilakukan secara daring dengan tahapan sebagai berikut:
Setelah memperoleh izin dari program studi Sarjana keperawatan Alih
Jenjang Kelas Samarinda untuk melakukan penelitian, peneliti lalu
menghubungi ketua kelas yaitu Kelas Alih Jenjang kelas Samarinda,
Setelah menghubungi ketua kelas peneliti membuat grup WhatsApp

30
yang berisi mahasiswa/i program sarjana Keperawatan Alih Jenjang
Kelas Samarinda Angkatan Tahun 2022 yang telah mengisi kuesioner
pada link pertama link.............................. yang berisi ketersediaan
menjadi responden. Setelah semua mahasiswa/i masuk kedalam grup
WhatsApp, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
pembuatan grup. Selanjutnya, peneliti menyebarkan dan menginfokan
link kuesioner Link................ . dan menyampaikan cara
pengisian google form secara online. Pada kuesioner google form
diberikan item Limit to 1 response sehingga hanya bisa mengisi satu
kali saja. Untuk waktu pengambilan data dilakukan selama 19 hari.

E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrument penelitian yang akan digunakan adalah
kuesioner untuk mengukur keluhan peningkatan asam lambung dan DASS
(Depression Anxiety Stres Scale) untuk mengukur tingkat stres pada
responden. Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyatan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Agung & Yuesti,
2019). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrument
penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data, adapun uraian
tersebut sebagai berikut:
a. DASS-42 (Depression Anxiety Stres Scale).

Dalam penelitian ini tingkat stres diukur menggunakan instrument

DASS-42 (Ulfa Sari, 2018). Instrument tersebut terdapat pada tabel 3.2

Tabel 3.2 DASS (Depression Anxiety Stres Scale).

No Item/Gejala
1 Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele
2 Cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi
3 Kesulitan untuk berelaksasi/bersantai
4 Mudah merasa kesal
5 Merasa banyak menghasilkan energi karena cemas
6 Tidak sabaran
7 Mudah tersinggung
8 Sulit untuk beristirahat
9 Mudah marah
10 Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu menganggu
11 Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal-hal
yang dilakukan
12 Berada pada keadaan tegang
13 Tidak dapat memaklumi hal apapun yang mengahalangi
30
untuk menyelesaikan hal yang sedang dilakukan
14 Mudah gelisah

Dan untuk jumlah skor dari pertanyaan tersebut memiliki makna:

Normal : 0-14

Ringan : 15-18

Sedang : 19-25

Berat : 26-33

Sangat Berat : 34+

b. Kuesioner Keluhan Peningkatan Asam Lambung

Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri


oleh peneliti yang terdiri dari nama, umur, dan jenis kelamin. Selain
berisi identitas responden, kuesioner ini juga berfokus pada beberapa
pertanyaan terkait dengan keluhan peningkatan asam lambung.
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Peningkatan Keluhan Asam Lambung

No Pertanyaan

1 Saya sering merasa nyeri ulu hati


2 Saya sering merasa mual beberapa jam setelah makan
3 Saya muntah beberapa jam setelah makan
4 Saya diare apabila saya telat makan
5 Saya merasa lemas pada saat saya telat makan
6 Saya mengeluh kembung/begah apabila telat untuk makan
7 Saya merasa ada cairan dari lambung ke mulut dan terasa pahit
8 Saya merasa bahwa saya tampak pucat
9 Saya merasa bahwa nafsu makan saya baik baik saja
10 Saya berkeringat dingin apabila saya telat untuk makan
11 Saya bersendawa pada saat sebelum makan
12 Saya bersendawa pada saat setelah makan
13 Saya merasa pusing pada saat saya telat makan
14 Saya merasa bahwa suhu badan saya meningkat pada saat saya
telat
makan
15 Saya mudah untuk menelan apabila saya merasa mual
16 Saya cepat untuk memulai tidur apabila ada rasa nyeri pada daerah
ulu hati saya
17 Saya merasa terbakar pada dada saya apabila saya telat makan
18 Saya tidak merasa cepat kenyang pada saat sedang makan

30
Dalam tabel 3.3 diatas adalah item untuk mengukur keluhan
peningkatan asam lambung. Dan instrument ini dihitung
menggunakan skala gutman (Ayu Novitasari, 2020).

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Peningkatan Keluhan Asam Lambung

Item
Asam Lambung Favourable Unfavorable Jumlah
Keluhan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,
Peningkatan Asam 10,11,12,13 18,16,15 18
Lambung 14,17
Jumlah 15 3 18
Pertanyaan positif (Favourable) 0 (tidak pernah), 1 (kadang-kadang), 2
(sering), 3 (selalu). Pertanyaan negative (Unfavorable) 3 (tidak pernah), 2
(kadang-kadang), 1 (sering), 0 (selalu).

Untuk menentukan skor kategori menggunakan rumus:


Jarak Interval = Nilai Max - Nilai Min / Jumlah Kategori
Dengan cara = 54 – 0 / 4 = 13,5 = 14
Berdasarkan rumus jarak interval skor kategori pada instrument
peningkatan keluhan asam lambung sebagai berikut:

Kategori Skor
Normal 0-13
Ringan 14-27
Sedang 27-40
Berat 40-54

F. Validitas dan Reabilitas Instrumen


Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur benar-
benar mengukur apa yang diukur, sedangkan reliabilitas merupakan indeks
yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur yang dapat dipercaya
atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2014). Reabilitas adalah tingkat
konsistensi dari suatu pengukuran. Reabilitas menunjukkan apakah
pengukuran menghasilkan data yang konsisten jika instrument digunakan
kembali secara berulang (Dharma, 2011).
Pada penelitian ini instrument DASS 42 tidak dilakukan uji validitas
dan reabilitas karena instrument tersebut sudah sering digunakan dalam
menilai depresi, kecemasan, stres. Suatu studi didapatkan nilai Reabilitas
30
dan Validitasnya dalam populasi umum yaitu nilai reabilitas yang
terkandung adalah 0,95 untuk stres dan nilai validitasnya didapat 0,71 (Ulfa
Sari, 2018) dan untuk instrument kuesioner peningkatan keluhan asam
lambung telah dilakukan uji validitas dan reabilitas menggunakan uji expert
kepada 2 orang expert keperawatan medikal bedah dengan nilai rata-rata
0,87. Berdasarkan nilai rata-rata uji expert maka kuesioner peningkatan
keluhan asam lambung layak digunakan.

G. Pengolahan dan Analisis Data


Menurut Dharma (2011) dan Notoatmodjo (2010), Pengolahan dan
analisis data penelitian kuantitatif dilakukan menggunakan uji statistik.
Statistik adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu terkait dengan data.
Stastistik dalam penelitian digunakan untuk:
1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul dari kegiatan pengumpulan data
kemudian diolah (Rahman, 2015). Pengolahan data pada penelitian ini
sebagai berikut:

a. Editing

Meneliti kembali kelengkapan data yang terkumpul dari setiap


jawaban kuesioner dan apakah data telah terisi dengan lengkap, jelas
dan konsisten. Pada penelitian ini kuesioner telah terisi lengkap oleh
responden.
b. Coding
Sebelum dimasukkan ke komputer variabel yang telah diteliti
diberi kode untuk memudahkan dalam pengolahan selanjutnya:
1) Coding untuk Tingkat Stres
a) Normal =1
b) Stres ringan =2
c) Stres sedang =3
d) Stres berat =4
e) Stres sangat berat =5
2) Coding untuk Peningkatan Keluhan Asam Lambung
a) Normal =1
b) Ringan =2
c) Sedang =3
d) Berat =4
30
c. Entry
Data yang telah diperiksa dan diberi kode dimasukkan ke dalam
program komputer untuk dianalisis.
d. Cleaning

Dilakukan untuk memastikan bahwa keseluruhan data sudah di


entry dan tidak terdapat kesalahan dalam memasukkan data sehingga
siap untuk dianalisis.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis Univariat adalah cara analisis untuk variabel tunggal.
Analisis univariat data sampel dapat juga menunjukan komposisi
populasi yang lebih besar sehubungan dengan variabel penelitian
untuk mana informasi seperti itu tidak tersedia. Analisis univariat
cukup mencapai objektif penelitian yang utama (Palau, 2012).
Analisis univariat (analisis deskriptif) bertujuan untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan karakteristik variabel penelitian. Bentuk
analisis univariat tergantung dari jenis datanya (Notoatmodjo, 2010).
Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi
frekuensi dan presentase dari tiap variabelnya. Pada penelitian ini
distribusi frekuensi responden adalah umur dan jenis kelamin.

𝑓
P= 𝑥 100%
𝑁

Keterangan:

P = Hasil presentase
F = Frekuensi
N = Jumlah semua responden.

b. Analisis Bivariat
Analisis bivarat adalah analisis yang dilakukan pada dua
variabel yang di duga berhubungan atau korelasi. Dalam penelitian
ini peneliti mencari hubungan antara Tingkat Stres dengan Keluhan
Peningkatan Asam Lambung Pada Mahasiswa Sarjana Keperawatan
Alih Jenjang Kelas Samarinda ITKES Wiyata Husada Samarinda.

30
Jenis uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
chi square (x2) karena uji ini digunakan untuk menguji hubungan dua
variable yang diduga berhubungan atau terdapat korelasi, dengan
rumus sebagai berikut:

𝑥2 = (𝑓𝑜 − 𝑓ℎ2
}
𝑓ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠
𝑓ℎ =

Keterangan

X2 = Chi Square
N = Sampel
Fo = frekuensi yang diperoleh
Fh = frekuensi harapan
Nilai x2 hitung tersebut kemudian di bandingkan dengan x2
tabel. Jika x2 hitung lebih besar dari atau sama dengan x2 tabel
dengan taraf kesalahan 5% sehingga Ho ditolak yang berarti ada
hubungan antara Tingkat Stres dengan Keluhan Peningkatan Asam
Lambung Pada Mahasiswa Sarjana Keperawatan Alih Jenjang Kelas
Samarinda ITKES Wiyata Husada Samarinda. Syarat mengunakan
uji chi-square :
1. Tidak ada sel dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga
Actual Count (Fo) sebesar 0 (Nol).
2. Apabila bentuk tabel kontingensi 2x2, maka tidak boleh ada 1
sel saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga
expected count (“Fh”) kurang dari 5.
3. Apabila bentuk tabel lebih dari 2x2, misal 2x3, maka jumlah sel
dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh dari
20%.
Bila tidak memenuhi syarat maka dapat menggunakan uji
alternatif yaitu uji Sommers untuk mengetahui apakah ada hubungan
atau tidak dalam penelitian ini.
30
H. Jalannya Penelitian
Dalam melakukan penelitian untuk mengetahui Hubungan Tingkat
Stres Dengan Keluhan Peningkatan Asam Lambung Pada Mahasiswa
Sarjana Keperawatan Alih Jenjang Kelas Samarinda ITKES Wiyata Husada
Samarinda :
1. Tahap Persiapan
a. Mengumpulkan judul penelitian ke Program Studi Sarjana
Keperawatan Alih Jenjang Kelas Samarinda ITKES Wiyata Husada
Samarinda.
b. Konsultasi judul pada pembimbing I dan pembimbing II Program
Studi Sarjana Keperawatan Alih Jenjang Kelas Samarinda ITKES
Wiyata Husada Samarinda.

c. Mengurus studi pendahuluan ke Program Studi Keperawatan


Program Sarjana Universitas Respati Yogyakarta.
d. Melakukan studi pendahuluan.
e. Menyusun proposal penelitian dari BAB I sampai BAB III.
f. Konsultasi proposal ke pembimbing I dan pembimbing II Program
Studi Kepetawatan Program Sarjana Universitas Respati
Yogyakarta.
g. Memperbaiki atau revisi proposal penelitian yang telah dikoreksi.
h. Mengurus syarat seminar proposal.
i. Mengikuti seminar proposal penelitian pada 17 Februari 2022.
j. Revisi proposal penelitian.
k. Mengumpulkan hasil proposal yang sudah direvisi atau diperbaiki.
l. Mengurus surat dan syarat uji validitas dan reabilitas.

2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrument kepada dosen ahli
dari tanggal 1 April s/d 19 April 2022, instrument yang dinyatakan
valid dan reliabel selanjutnya akan digunakan peneliti untuk
penelitian.
b. Mengurus surat izin penelitian ke Program Studi Keperawatan
Program Sarjana Universitas Respati Yogyakarta. Penelitian
dilaksanakan apabila sudah mendapatkan izin dari pihak terkait yang

30
telah disebutkan.

30
3. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrument kepada dosen ahli
dari tanggal 1 April s/d 19 April 2022, instrument yang dinyatakan
valid dan reliabel selanjutnya akan digunakan peneliti untuk
penelitian.
b. Mengurus surat izin penelitian ke Program Studi Keperawatan
Program Sarjana Universitas Respati Yogyakarta. Penelitian
dilaksanakan apabila sudah mendapatkan izin dari pihak terkait yang
telah disebutkan.

c. Sebelum responden mengisi kuesioner, peneliti akan menjelaskan


maksud dan tujuan penelitian kepada responden serta menjaga
privasi responden dan memberikan infoment consent.
d. Melakukan penelitian secara daring dengan mengisi kuesioner melalui
google form.
4. Tahap Akhir
a. Mengolah dan mengalisis data hasil penelitian.
b. Konsultasi hasil penelitian pada pembimbing I dan pembimbing II
Program Studi Keperawatan Program Sarjana Universitas Respati
Yogyakarta.
c. Melakukan seminar hasil penelitian pada 1 Juli 2022.
d. Melakukan revisi hasil penelitian yang telah diseminarkan.
e. Penyerahan hasil penelitian.

I. Etika Penelitian
Etika penelitian yang harus diperhatikan peneliti adalah:
1. Informed Concent
Informed concent adalah suatu bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden dengan memberikan surat persetujuan dan
ditandatangani oleh responden. Informed concent diberikan sebelum
penelitian dilakukan, peneliti akan menjelaskan beberapa informasi yang
terdapat di dalam lembar persetujuan untuk menjadi responden.

30
2. Tanpa Nama (Anonim)

Jaminan dalam penggunaan subjek dengan cara tidak


mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner dan hanya
menuliskan inisial nama dan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan swbagai hasil penelitian.

30

Anda mungkin juga menyukai