Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

PADA TN.BT DI UPTD BALAI PENYATUAN SOSIAL


LANJUT USIA TERLANTAR “SENJA CERAH” MANADO

DISUSUN OLEH :
INTAN BRIGITA RUNTU
22062014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2023
A. DEFINISI

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten


dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas
90 mmHg.
Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah dimana nilai sistolik di atas
140 mmHg dan nilai diastolic diatas 90 mmHg ( Aspiani, 2016).
Menurut Kushariyadi (2008), hipertensi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg, yang dapat
mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas.
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah dalam arteri. Tekanan
yang tinggi pada arteri dapat mengakibatkan penderita terserang stroke, gagal
jantung, dan kerusakan ginjal (Faqih, 2007)
Hipertensi adalah gangguan akibat ganggual sirkulasi darah dan menjadi
masalah yang paling banyak dihadapi masyarakat. Seseorang dapat dikatakan
hipertensi jika tekanan darahnya mencapai angka diatas 140/90 mmHg
(Suwardianto, 2011)
Menurut Sustransi (2006), hipertensi atau darah tinggi adalah gangguan
pada pembuluh darah dimana mengakibatkan terhambatnya suplai O2 dan
nutrisi yang dibawa oleh darah sampai ke jaringan tubuh.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1) Jantung, Jantung merupakan organ muskular berongga, bentuknya


menyerupai piramid atau jantung pisang yang merupakan pusat sirkulasi
darah ke seluruh tubuh, terletak dalam rongga toraks pada bagian
mediastinum, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas
diafragma, dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosta V dan
VI dua jari di bawah papilla mamae.
2) Pembuluh Darah
 Pembuluh darah arteri :
Arteri merupakan jenis pembuluh darah yang keluar dari jantung
yang membawa darah ke seluruh tubuh dari ventrikel sinistra disebut
juga aorta. Arteri mempunyai 3 lapisan yang kuat dan tebal tetapi
sifatnya elastic dan terdiri dari 3 lapisan, yaitu :
 Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah
mikroskop.kepiler pembentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh.
 Vena (pembuluh darah balik)
Vena yang akan membawa darah kotor kembali ke jantung.
Beberapa vena yang penting :
- Vena cava superior, Bermuara ke dalam bagian atas atrium
kanan. Muara ini tidak memiliki katub, menembalikan darah
dari separoh atas tubuh.
- Vena cava inferior, Lebih besar dari vena kava superior,
bermuara ke dalam bagian bawah atrium kanan, mengembalikan
darah ke jantung dari separoh badan bagian bawah.
- Vena jugularis, Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak
ke jantung.

Fisiologis

Jantung dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait


fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-
ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa
jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan
bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk
seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini
adalah suatu proses yang berkesinamb ungan dan berkaitan sangat erat
untuk asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya.

C. ETIOLOGI

1) Hipertensi esensial atau primer, Penyebab dari hipertensi ini belum


diketahui, sementara penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga
tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit
seperti gagal ginjal, penyakit renivaskuler maupun penyakit lainnya,
genetik serta ras menjadi suatu bagian dari penyebab timbulnya
hipertnesi esensial termasuk gaya hidup yang kurang sehat seperti
merokok, pecandu alkohol, stress dan lingkungan (Triyanto, 2014).
2) Hipertensi sekunder, Berbeda dengan hipertensi esensial, hipertensi
sekunder dapat diketahui penyebabnya seperti gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit parenkimal, kelainan pembuluh darah ginjal dan
hiperaldosteronisme.

D. KLASIFIKASI

- Normal apabila sistolik < 120 mmHg dan diastolic < 80 mmHg.
- Pre Hipertensi apabila sistolik 120-139 mmHg dan diastolic / 80-89
mmHg.
- Hipertensi stadium I apabila sistolik 140-159 mmHg dan diastolic / 90-99
mmHg.
- Hipertensi stadium II apabila sistolik ³ 160 mmHg dan diastolic / ³ 100
mmHg

E. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :


- Tidak ada gejala, Tidak ada gejala yang khas yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekana arteri
oleh dokter yang memerksa. Kesimpulannya hipertensi arterial tidak
akan bisa terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
- Gejala yang umum, Sering dikatakan bahwa gejala yang umum muncul
yang dapat menyertai hipertensi adalah nyeri kepala dan kelelahan.
Namun, dalam kenyataannya yang merupakan gejala yang umum yang
mengenai kebanyakan pasien yaitu seperti mengeluhkan sakit kepala atau
pusing, lemas atau kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual dan muntah,
kesadaran menurun.

F. PATOFISIOLOGI / PATOFLOW

Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin


II dari angiotensin I oleh Angiotensin I Converting Enzyme (ACE) yang
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya hormone
renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-
paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Renin disintesis dan
disimpan dalam bentuk inaktif yang disebut prorenin dalam sel-sel
jukstaglomerular (sel JG) pada ginjal. Sel JG merupakan modifikasi dari sel-
sel otot polos yang terletak pada dinding arteriol aferen tepat di proksimal
glomeruli. Bila tekanan arteri menurun, reaksi intrinsik dalam ginjal itu
sendiri menyebabkan banyak molekul protein dalam sel JG terurai dan
melepaskan renin.
Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat dan memiliki efek
lain yang juga mempengaruhi sirkulasi. Selama angiotensin II ada dalam
darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh utama yang dapat
meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh pertama yaitu vasokonstriksi, timbul
dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan sedikit lemah
pada vena. Cara kedua dimana angiotensin II meningkatkan tekanan arteri
adalah dengan bekerja pada ginjal untuk menurunkan ekskresi garam dan air.
Vasopressin atau disebut juga dengan ADH (Anti Diuretic System), bahkan
lebih kuat daripada angiontensin sebagai vasokonstriktor, jadi kemungkinan
merupakan bahan vasokonstriktor yang paling kuat dari tubuh. Bahan ini
dibentuk hipotalamus tetapi diangkut menuruni pusat akson saraf ke glandula
hipofise posterior, dimana akhirnya disekresi ke dalam darah.
Aldosteron yang disekresikan oleh sel-sel zona glomerulosa pada korteks
adrenal, adalah suatu regulator penting bagi reabsorpsi natrium (Na+ ) dan
sekresi kalium (K+ ) oleh tubulus ginjal. Tempat kerja utama aldosterone
adalah pada selsel principal di tubulus koligentes kortikalis. Mekanisme
dimana aldosterone meningkatkan reabsorpsi natrium sementara pada saat
yang sama meningkatkan sekresi kalium adalah merangsang pompa natrium
kalium ATPase pada sisi basolateral dari membrane tubulus koligentes
kortikalis. Aldosteron juga meningkatkan permeabilitas natrium pada sisi
luminal membrane. Sampai sekrang pengetahuan tentang pathogenesis
hipertensi primer terus berkembang karena belum didapat jawaban yang
memuaskan yang dapat menerangkan terjadinya peningkatan tekanan darah.
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat membantu memperkuat


diagnosa hipertensi yaitu :
- Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap

volume cairan (viskositas) dan dapat juga

mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas

dan anemia.

2) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang fungsi ginjal .

3) Glucosa : DM merupakan faktor pencetus

hipertensi

dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.

4) Urinalisa : darah, glukosa, protein, menandakan disfungsi

ginjal dan juga terdapat DM

- CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati


- EKG : menunjukan renggangan, luas, peninggian gelombang

P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

- IUP : mengenali penyebab hipertensi seperti batu ginjal dan

perbaikan ginjal

- Foto thorax : menunjukan distruksi klasifikasi pada area

katup dan pembesaran jantung.

H. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan umum, merupakan usaha untuk mengurangi faktor
risiko terjadinya peningkatan tekanan darah. Penatalaksanaan umum
adalah penatalaksanaan tanpa obat-obatan, seperti :
1) Diet rendah natrium, dengan syarat dan prinsip diet sebagai berikut :
- Energi cukup, jika pasien dengan berat badan 115% dari berat
badan ideal disarankan untuk diet rendah kalori dan olahraga.
- Protein cukup, menyesuaikan dengan kebutuhan pasien
- Karbohidrat cukup, menyesuaikan dengan kebutuhan pasien
- Membatasi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol
- Asupan natrium dibatasi 800 mg/hari g) Asupan magnesium
memenuhi kebutuhan harian (DRI) serta dapat ditambah dengan
suplementasi magnesium 240-1000 mg/hari
2) Diet rendah lemak dapat menurunkan tekanan darah
3) Berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol
4) Menurunkan berat badan agar kembali mencapai status gizi normal
5. Olahraga, bermanfaat untuk menurunkan tekanan perifer
b. Medikamentosa, merupakan penatalaksanaan hipertensi dengan obat-
obatan, yaitu :
1) Golongan diuretic
2) Golongan inhibitor simpatik
3) Golongan blok ganglion
4) Golongan penghambat Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)
5) Golongan antagonis kalsium

I. KOMPLIKASI

Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi, dalam
jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai
organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita hipertensi yaitu :
- Stroke, terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah
tinggi di otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain
otak yang terpajan tekanan darah tinggi.
- Infark miokard, dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila
membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah
melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi ventikrel,
kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan
hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran
listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
- Gagal jantung, dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi.
Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot
jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut
dekompensasi. Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa,
banyak cairan tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas
(eudema) kondisi ini disebut gagal jantung.
- Ginjal, tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat
membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui
aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh.
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian keperawatan

Dalam Aspiani (2014), dijelaskan hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan
hipertensi, yaitu:
a. Identitas Klien, Identitas klien yang biasa dikaji pada klien adalah nama,
jenis kelamin, usia, karena banyak klien lansia yang mengalami masalah
hipertensi.
b. Keluhan Utama, Keluhan utama yang sering ditemukan pada pasien
hipertensi adalah nyeri, biasanya nyeri di kepala.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang, Riwayat Kesehatan ini berupa uraian
keadaan klien saat ini, mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai
saat dilakukan pengkajian.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu, Riwayat Kesehatan yang lalu yang pernah
dialami oleh pasien.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga, Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga


ada yang mengalami masalah kesehatan atau riwayat penyakit
keturunan seperti DM, jantung maupun hipertensi.

f. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum, Keadaan umum klien lansia yang mengalami


hipertensi biasanya tampak meringis, gelisah.
2) Kesadaran, Kesadaran klien biasanya composmentis.

3) Tanda-tanda vital

- Suhu tubuh dalam batas normal (36 37,5OC)

- Nadi meningkat atau normal (70 100x/menit)

- Tekanan darah meningkat sistolik >140 mmHg, diastolik >90


mmHg d) Pernafasan biasanya normal atau mengalami
peningkatan
g. Pola Fungsi Kesehatan

- Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Klien mengalami gangguan persepsi, gangguan dalam memelihara


kesehatan dan menangani masalah kesehatannya.
- Pola nutrisi

Klien dapat mengalami penurunan nafsu makan.

- Pola eliminasi

Terjadi dysuria atau polyuria tergantung pada ada atau tidaknya


penyakit yang diderita oleh klien yang berhubungan dengan pola
eliminasi.
- Pola tidur dan istirahat

Klien bisa mengalami gangguan pola tidur tergantung dari


kondisinya saat ini
- Pola aktivitas dan istirahat

Klien mengalami gangguan dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari


karena merasa nyeri ataupun pusing sehingga dapat menghambat
aktivitas sehari-hari
- Pola hubungan dan peran

Menggambarkan hubungan dan peran klien terhadap anggota


keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya
rumah dan masalah keuangan.

- Pola sensori dan kognitif

Klien mengalami ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan minat


dan motivasi. Untuk mengetahui status mental klien dapat digunakan
table Short Portable Mental Status Questionare (SPMSQ).
- Pola persepsi dan konsep diri

Klien tidak mengalami gangguan konsep diri.

- Pola seksual dan reproduksi


Klien mengalami penurunan minat terhadap pemenuhan kebutuhan
seksual.
- Pola mekanisme atau penanggulangan stress dan koping
Klien menggunakan mekanisme koping yang tidak efektif dalam
menangani stress yang dialaminya.
- Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien tidak mengalami gangguan dalam spiritual.

2. DIAGNOSA

Diagnosa keperawatan menurut SDKI 2017 yaitu:

- Nyeri akut

- Intoleransi aktivitas

- Gangguan pola tidur

- Defisit Pengetahuan
No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1. Nyeri akut Setelah diberikan intervensi Manjemen Nyeri Manjemen Nyeri
keperawatan selama …x2O4 ervasi : Observasi :
bs jam maka tingkat 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui
nyeri menurun, dengan karakteristik, lokasi,
kriteria hasil : durasi, frekuensi, karakteristik,
1. Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas durasi, frekuensi,
2. Meringis menurun nyeri kulititas, dan
3. Frekuensi nadi 2. Identifikasi skala intensitas nyeri
membaik nyeri 2. Mengetahui skala
4. Tekanan darah 3. Identifikasi factor nyeri pasien
membaik yang memperberat 3. Mengetahui
5. Pola tidur membaik dan memperingan factor yang
nyeri memperberat dan
4. Monitor efek memperingan
samping nyeri
penggunaan 4. Mengetahui efek
analgetik samping
Terapeutik : penggunaan
analgesic
1. Berikan terapi
Terapeutik :
nonfarmakologis
untuk mengurangi 1. Membantu
rasa nyeri meredakan nyeri
2. Kontrol lingkungan dengan terapi
yang memperberat nonfarmakologis
rasa nyeri
Edukasi : 2. Mempertahankan
kenyamanan
1. Jelaskan penyebab,
pasien dengan
periode, dan pemicu
control
nyeri
lingkungan
2. Jelaskan strategi
Edukasi :
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik 1. Menambah
nonfarmakologis pengetahuan
untuk mengurangi pasien dan
rasa nyeri keluarga
Kolaborasi : menyenai
penyebab,
1. Pemberian
periode, dan
analgetik, jika perlu
pemicu nyeri
2. Menambah
wawasan pasien
dan keluarga
mengenai strategi
meredakan nyeri
3. Menambah
wawasan pasien
dan keluarga
mengenai teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :

1. Membantu
mengurangi nyeri
dengan
farmakologi
2. Gangguan Pola Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama
Tidur keperawatan selama
Dukungan tidur
….x……jam diharapkan
Observasi
pola tidur membaik dengan
1. Untuk
Kriteria hasil : 1. Identifikasi pola
mengetahui pola
1. Keluhan sulit tidur aktivitas tidur
aktivitas dan
menurun 2. Identifikasi faktor
tidur pasien
2. Keluhan sering terjaga pengganggu tidur
2. Untuk
menurun 3. Identifikasi
mengetahui
3. Keluhan tidak puas makanan dan
faktor
tidur menurun minuman yang
4. Keluhan pola tidur mengganggu tidur pengganggu
berubah menurun (mis. Kopi, the, tidur pasien
5. Keluhan istirahat tidak alcohol, makan 3. Agar pesien
cukup menurun mendekati waktu dapat tidur
6. Kemampuan tidur, minum cukup waktu
beraktivitas meningkat banyak air malam hari
sebelum tidur)
4. Agar tidak
4. Identifikasi obat terjaga tidur
tidur yang pada malam hari
dikonsumsi
5. Agar pasien
Terpeutik merasa lebih
5. Modifikasi nyenyak ketika
lingkungan tidur
(mis.pencahayaan 6. Agar waktu tidur
,kebisingan, suhu, pasien tidak
matras,dan tempat terganggu
tidur)
7. Agar pasien
6. Batasi waktu tidur merasa lebih
siang, jika perlu tenang ketika
beristirahat tidur

7. Fasilitasi 8. Agar pola tidur


menghilangkan pasien tidak
stress sebelum berubah
tidur 9. Untuk
8. Tetapkan jadwal membantu
tidur rutin pasien agar bisa

9. Lakukan prosedur tidur lebih

untuk nyaman dan

meningkatkan nyenyak

kenyamanan (mis. 10. Terapi


Pijat, pengaturan farmakologis
posisi, terapi yang diberikan
akupresure) untuk
10. Sesuaikan memudahkan
jadwal pemberian pasien untuk
obat dan/atau tidur
tindakan untuk 11. Agar pasien
menunjang silus mengetahui
tidur-terjaga pentinngnya
Edukasi tidur selama

11. Jelaskan sakit

pentingnya tidur 12. Agar waktu tidur


cukup selama sakit pasien tidak

12. Anjurkan berubah

menepati 13. Untuk


kebiasaan waktu menghindari
tidur makanan atau

13. Anjurkan minuman yang

menghindari mengandung

makanan/minuma kafein

n yang 14. Agar tidak


mengganggu tidur. berpengaruh

14. Anjurkan terhadap pola

penggunaan obat tidur pasien

tidur yang tidak 15. Agar pasien


mengandung mengetahui
supresosr factor yang
terhadap REM menyebabkan

15. Ajarkan pasien sulit tidur

factorfaktor yang 16. Agar pasien

berkontribusi tidak

terhadap ketergantungan

ganggguan pola terhadap obat

tidur (mis.
Psikologis, gaya
hidup, sering
berubah shift
bekerja)

16. Ajarkan
relaksasi otot
autogenic atau
cara
nonfarmakologis
lainnya
3. Intoleransi Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama
aktifitas keperawatan selama...x… (manajemen energi)
jam diharapkan toleransi
aktivitas meningkat dengan
kriteria hasil: OBSERVASI:
OBSERVASI:

1. Frekuensi nadi 1. Identifikasi


1. Untuk
meningkat gangguan fungsi
mengetahui
2. Saturasi oksigen tubuh yang
gangguan fungsi
meningkat mengakibatkan
tubuh yang
3. Kemudahan dalam kelelahan
mengakibatkan
melakukan aktivitas 2. Monitor kelelahan
kelelahan
sehari-hari meningkat fisik dan
2. Untuk memantau
4. Kecepatan berjalan emosional
kelelahan fisik
meningkat dan emosional
5. Jarak berjalan 3. Monitor pola dan
3. Untuk
meningkat jam tidur
mengetahui pola
6. Kekuatan tubuh bagian dan jam tidur
atas meningkat 4. Monitor lokasi dan pasien
7. Kekuatan tubuh bagian ketidaknyamanan 4. Untuk
bawah meningkat selama melakukan mengetahui lokasi
8. Toleransi dalam TE aktivitas dan
menaiki tangga RAPEUTIK: ketidaknyamanan
meningkat 5. Sediakan lingkungan selama pasien
9. Keluhan lelah menurun yang nyaman dan melakukan
10. Dyspnea saat rendah stimulus aktivitas.
aktivitas menurun 6. Lakukan latihan TERAPEUTIK:
rentang gerak pasif
11. Dyspnea setelah dan/atau aktif 5. Agar pasien
aktivitas menurun merasa nyaman
12. Perasaan lemah 7. Berikan
menurun aktivitas
13. Aritmia saat aktivitas distraksi yang
menurun menenangkan 6. Agar pasien dapat

14. Aritmia setelah berlatih

aktivitas menurun melakukan gerak


8. Fasilitasi duduk di
15. Sianosis menurun pasif atau aktif
sisi tempat tidur, jika
16. Warna kulit membaik 7. Agar pasien dapat
tidak dapat
17. Tekanan darah merasa nyaman
berpindah atau
membaik dan tenang
berjalan
18. Frekuensi napas 8. Untuk

membaik mengantisipasi

19. EKG iskemia membaik EDUKASI: pasien agar tidak


jatuh
9. Anjurkan tirah
baring

UKASI:
10. Anjurkan
ED 9. Agar kebutuhan
melakukan aktivitas
istirahat pasien
secara bertahap
terpenuhi
10. Agar pasien
11. Anjurkan dapat melakukan
menghubungi aktivitas secara
perawat jika tanda bertahap
dan gejala 11. Agar perawat
kelelahan tidak dapat memberikan
berkurang penanganan lebih
12. Ajarkan strategi lanjut
koping untuk
mengurangi 12. Agar pasien
kelelahan dapat mengetahui
cara mengurangi

KOLABORASI: kelelahan

13. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
KOLABORASI:
meningkatkan
asupan makanan 13. Agar pasien
dapat
mengetahui
cara
meningkatkan
asupan
makanan
4. Defisit Setelah diberikan asuhanISDKI
pengetahuan keperawatan selama …x…Edukasi Kesehatan 1. Mengetahui factor
jam,diharapkan 1. Identifikasi faktor- yang mempenga-
pengetahuan bertambah faktor yang dapat ruhi perilaku
dengan kriteria hasil : meningkatkan dan hidup bersih dan
menurunkan sehat
SLKI :
motivasi perilaku 2. Menambah
a. Tingkat pengetahuan hidup bersih dan informasi tentang
1. Perilaku sesuai sehat kesehatan anak
anjuran 2. Berikan kesempatan 3. Agar tidak meng-
2. Kemampuanmenjelas- untuk bertanya hambat tumbuh
kan pengetahuan ten- 3. Anjurkan perilaku kembang anak
tang suatu topik hidup bersih dan 4. Agar orang tua
3. Persepsi yang tidak sehat tidak keliru
keliru terhadap 4. Jelaskan manfaat tentang perawatan
masalah perawatan bayi bayi
4. Menjalani
pemeriksaan
yangtepat

1. Pengkajian
Proses kesehatan fungsional
menurut Gordon dalam
Aspiani (2016) yaitu:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih,
napas pendek, gaya hidup
monoton.
Tanda : frekuensi jantung
meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala :
1) Riwayat hipertensi,
aterosklerosis, penyakit
jantung koroner/katup, dan
penyakit serebrovaskuler.
2) Episode palpitasi
Tanda :
1) Peningkatan tekanan darah
2) Nadi denyutan jelas dari
karotis, jugularis, radialis,
takikardia
3) Murmur stenosis

Anda mungkin juga menyukai