Anda di halaman 1dari 200

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku

Pencegahan Penularan HIV/AIDS pada Waria Pekerja


Seks Di Kabupaten Kudus Tahun 2015

( Studi Kasus Waria Pekerja Seks di Wilayah Kabupaten Kudus )

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk Memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

Ika Hapsari Enggarwati


NIM. 6411411251

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
i
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Desember 2015

ABSTRAK

Ika Hapsari Enggarwati


Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan
Penularan HIV/AIDS pada Waria Pekerja Seks di Kabupaten Kudus
Tahun 2015,
XVIII + 95 halaman + 28 tabel + 3 gambar + 37 lampiran

Waria merupakan kelompok yang berisiko terkena HIV/AIDS. Perilaku pencegahan


penularan HIV dapat dilakukan dengan cara penggunaan kondom, pelicin dan praktik
VCT secara rutin. Berdasarkan laporan tes VCT rutin Komunitas Waria Kudus
didapatkan hasil sebanyak 42,55%, 31,92% dan 100%. Sedangkan praktik VCT tahun
2105 mencapai 78,72%, 72,34% dan 87,23%.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan total sampel
sebanyak 42 responden. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat dengan uji chi-
square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi keseriusan (p =
0,033), persepsi manfaat (p = 0,001), persepsi hambatan (p = 0,037), persepsi isyarat
untuk bertindak (p = 0,049), keyakinan diri (p = 0,001) dengan perilaku pencegahan
penularan HIV/AIDS, dan tidak ada hubungan antara persepsi kerentanan (p = 0,069)
dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.
Saran yang peneliti direkomendasikan adalah lebih meningkatkan perilaku
pencegahan penularan HIV/AIDS dengan penggunaan kondom, pelicin dan praktik
VCT.
Kata Kunci : Waria, Kondom, Pelicin, Praktik VCT
Kepustakaan : 44 (1980-2015)

ii
Public Health Science Department
Faculty of Sport Science
Semarang State University
December 2015

ABSTRACT

Ika Hapsari Enggarwati.


Factors Associated with Infection Prevention Behavior HIV/AIDS in the
Transgender Sex Workers in the Kudus District 2015,
XVIII + 95 pages + 28 tables + 3 figure + 37 attachments
Transvestites is one a groups at risk for HIV/AIDS. HIV infection prevention
behaviors can be done by the use of condom, lubricants and practice on a regular basis
VCT. Based on report from routine VCT test result obtained Kudus Transgender
Community as much as 42,55%, 31,92% and 100%. Whereas the practice of VCT in
2015 reached 78,72%, 72,34% and 87,23%.
This research using cross sectional approach with total sample of 42 respondents. An
analysis of data using univariat and bivariat with chi-square test.
The result of the data showed that there was a connection between the perception
seriousness (p = 0,033), perveived benefits (p = 0,001), perceived barriers (p = 0,037),
perceptual cues to action (p = 0,049) peperception of self-convident (p = 0,001) with HIV
infection prevention behavior, and there no connection between the perception
susceptibility (p = 0,069) with HIV infection prevention behavior.
Suggestions recommended by the researchers is further increase preventive with
condoms, lubricant and practices VCT.
Keywords : Transvestites, Condom, Lubricants, VCT practice
Bibliography : 44 (1980-2015)

iii
Public Health Science Department
Faculty of Sport Science
Semarang State University
December 2015

ABSTRACT

Ika Hapsari Enggarwati.


Factors Associated with Infection Prevention Behavior HIV/AIDS in the
Transgender Sex Workers in the Kudus District 2015,
XVIII + 95 pages + 28 tables + 3 figure + 37 attachments
Transvestites is one a groups at risk for HIV/AIDS. HIV infection prevention
behaviors can be done by the use of condom, lubricants and practice on a regular basis
VCT. Based on report from routine VCT test result obtained Kudus Transgender
Community as much as 42,55%, 31,92% and 100%. Whereas the practice of VCT in
2015 reached 78,72%, 72,34% and 87,23%.
This research using cross sectional approach with total sample of 42 respondents. An
analysis of data using univariat and bivariat with chi-square test.
The result of the data showed that there was a connection between the perception
seriousness (p = 0,033), perveived benefits (p = 0,001), perceived barriers (p = 0,037),
perceptual cues to action (p = 0,049) peperception of self-convident (p = 0,001) with HIV
infection prevention behavior, and there no connection between the perception
susceptibility (p = 0,069) with HIV infection prevention behavior.
Suggestions recommended by the researchers is further increase preventive with
condoms, lubricant and practices VCT.
Keywords : Transvestites, Condom, Lubricants, VCT practice
Bibliography : 44 (1980-2015)

iv
v
vi
MOTTO dan PERSEMBAHAN

Motto :

Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi

karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan (Collin

Powell)

Persembahan :

1. Untuk kedua orang tuaku,

yang tak henti-hentinya

memberikan kasih sayang,

dukungan, serta doa penuh

harapan.

2. Kakakku, yang tak henti-

hentinya memberikan

semangat dan kasih sayang.

3. Untuk semua sanak saudara

dan sahabatku.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat serta

karuniaNya maka penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul

“Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan Penularan

HIV/AIDS pada Waria pekerja Seks di Kabupaten Kudus Tahun 2015”

dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini sudah tentu banyak pihak yang telah turut

serta memberikan bantuan, baik secara langsung ataupun tidak langsung,

untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Prof. Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd

yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Bapak Irwan Budiono,

S.KM, M.Kes, atas persetujuan penelitian.

3. Penguji I, Bapak Sofwan Indarjo, S.KM, M.Kes, atas arahan dan

persetujuan penelitian.

4. Penguji II, Ibu dr. Fitri Indrawati, M.PH, atas arahan dan persetujuan

penelitian.

5. Pembimbingan skripsi, Bapak Muhammad Azinar, S.KM, M.Kes, atas

arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi.

6. Ketua Komunitas Waria Kudus, Mbak Desy Nurul Cahyani atas ijin

dilakukannya penelitian oleh peneliti.

viii
7. Semua anggota Komunitas Waria Kudus yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

8. Kedua orang tuaku tercinta, Darwin Sugiarto dan Hartati atas

motivasi, doa, kasih sayang, dan dukungan materiil selama

perkuliahan berlangsung.

9. Saudara-saudaraku, teman-temanku, sahabat-sahabatku, kakak-kakakku,

dan adik-adikku yang sudah terlibat langsung ataupun tidak langsung

dalam penelitian dan selama penggarapan skripsi berlangsung.

10. Santo Pradita, Joseph Ananto, Th. Berta, Ricky, Octa Safhira,

Pricilia, Torion dan koko-koko cici-cici sahabat tercinta yang selalu

memberikan semangat selama proses penggarapan skripsi.

11. Kekasihku yang tercinta Andi Satriya K.P yang telah memberi

motivasi, doa, dan dukungannya selama proses penggarapan skripsi.

12. Dan semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan

skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak selalu diberkahi oleh Tuhan Yang

Maha Esa. Penulis yakin dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, untuk ini penulis menerima kritik dan saran demi perbaikan

skripsi ini. Atas saran dan masukan yang diberikan, penulis mengucapkan

terima kasih.

Semarang, Desember 2015

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .......................................................................................................... i

ABSTRAK .................................................................................................... ii

ABSTRACT .................................................................................................. iii

PERNYATAAN ............................................................................................ vi

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... v

MOTTO dan PERSEMBAHAN ................................................................. vi

KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 8

1.5 Keaslian Penelitian................................................................................ 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 12

2.1 Landasan Teori ..................................................................................... 12

2.1.1 Konsep Waria atau Pria Transeksual .............................................. 12

x
2.1.1.1 Definisi Waria .................................................................................... 12

2.1.1.2 Sejarah Waria ..................................................................................... 13

2.1.1.3 Jenis-jenis Waria ................................................................................ 14

2.1.1.4 Ciri-ciri Waria .................................................................................... 16

2.1.1.5 Faktor Pendukung Terjadinya Waria ................................................. 18

2.1.2 Konsep HIV/AIDS .............................................................................. 22

2.1.2.1 Definisi HIV/AIDS ............................................................................ 22

2.1.2.2 Sejarah HIV/AIDS ............................................................................. 23

2.1.2.3 Siklus Hidup HIV/AIDS .................................................................... 24

2.1.2.4 Tipe-tipe HIV/AIDS ........................................................................... 25

2.1.2.5 Etiologi HIV/AIDS ............................................................................ 26

2.1.2.6 Gejala Klinis HIV/AIDS .................................................................... 26

2.1.2.7 Fase-fase HIV/AIDS .......................................................................... 27

2.1.2.8 Cara Penularan HIV/AIDS ................................................................. 30

2.1.2.9 Penatalaksanaan Umum ..................................................................... 32

2.1.2.10 Kondisi Yang Memungkinkan Penularan HIV/AIDS ..................... 33

2.1.2.11 Patogenesis penyakit ........................................................................ 34

2.1.2.12 Cara Mencegah HIV/AIDS .............................................................. 35

2.1.2.13 Cara Pencegahan Penularan HIV/AIDS .......................................... 36

2.1.2.14 Diagnosa HIV/AIDS ........................................................................ 37

2.1.2.15 Pengobatan HIV/AIDS .................................................................... 39

2.1.2.16 Epidemiologi HIV/AIDS ................................................................. 40

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan

Penularan HIV/AIDS Pada Waria Pekerja Seks ............................. 41

xi
2.1.3.1 Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS pada Waria Pekerja Seks 42

2.1.3.2 Teori HBM ........................................................................................ 43

2.2 Kerangka Teori ..................................................................................... 47

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 48

3.1 Kerangka Konsep.................................................................................. 48

3.2 Variabel Penelitian................................................................................ 49

3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 50

3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ...................... 52

3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................... 54

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 56

3.7 Sumber Data Penelitian ........................................................................ 56

3.8 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ....................... 57

3.9 Uji Statistik ............................................................................................ 62

3.10 Prosedur Penelitian ............................................................................ 63

3.11 Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ............................................. 64

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 67

4.1 Gambaran Umum ................................................................................. 67

4.2 Uji Normalitas ....................................................................................... 69

4.3 Hasil Penelitian...................................................................................... 70

4.3.1 Analisis Univariat ................................................................................. 70

4.3.2 Analisis Bivariat ................................................................................... 74

BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 81

5.1 Pembahasan ........................................................................................... 81

5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian ................................................ 88

xii
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 90

6.1 Simpulan ................................................................................................ 90

6.2 Saran ...................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 93

LAMPIRAN .................................................................................................. 96

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian......................................................................... 9

Tabel 1.2 Perbedaan Penelitian ...................................................................... 10

Tabel 2.1 Tahapan Derajat Infeksi HIV ......................................................... 27

Tabel 2.2 Klasifikasi Klinis dan CD4 Pasien Remaja dan Orang

Dewasa menurut CDC ................................................................... 29

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ................... 52

Tabel 3.2 Item Pernyataan pada Kuesioner.................................................... 58

Tabel 3.3 Taraf Skala Penilaian Kuesioner Variabel Bebas .......................... 59

Tabel 3.4 Taraf Skala Penilaian Kuesioner Variabel Terikat ........................ 59

Tabel 3.5 Instrumen Penelitian yang Tidak Valid ......................................... 60

Tabel 3.6 Nilai Reliabilitas Instrumen ........................................................... 61

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ....................... 67

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ............ 68

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya

menjadi Pekerja Seks ..................................................................... 68

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status HIV/AIDS .. 69

Tabel 4.5 Uji Normalitas Variabel Bebas dan Variabel Terikat .................... 69

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Kerentanan yang Dirasakan ........... 70

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Persepsi Keseriusan yang Dirasakan ............ 71

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Persepsi Manfaat yang Dirasakan ................ 71

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Persepsi Hambatan yang Dirasakan ............. 72

xiv
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Persepsi Isyarat untuk Bertindak ................ 72

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Persepsi Keyakinan Diri yang Dirasakan ... 73

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS 73

Tabel 4.13 Hubungan antara Persepsi Kerentanan yang Dirasakan

dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS ................... 74

Tabel 4.14 Hubungan antara Persepsi Keseriusan yang Dirasakan

dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS ................... 75

Tabel 4.15 Hubungan antara Persepsi Manfaat yang Dirasakan

dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS ................... 76

Tabel 4.16 Hubungan antara Persepsi Hambatan yang Dirasakan

dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS ................... 77

Tabel 4.17 Hubungan antara Persepsi Isyarat untuk Bertindak

dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS ................... 78

Tabel 4.18 Hubungan antara Persepsi Keyakinan Diri dengan

Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS ................................ 79

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori HBM Rosenstock ............................................. 46

Gambar 2.2 Kerangka Teori aplikasi Teori HBM ......................................... 47

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ....................................................................... 48

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Surat Tugas Pembimbing .......................................................... 96

Lampiran 2: Ethical Clearance ...................................................................... 97

Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ............................................. 98

Lampiran 4: Surat Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 99

Lampiran 5: Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian .......................... 100

Lampiran 6: Data Kunjungan VCT Komunitas Waria Kudus ....................... 101

Lampiran 7: Kuesioner Penelitian .................................................................. 103

Lampiran 8: Tabulasi Skor Uji Validitas Persepsi Kerentanan yang

Dirasakan ................................................................................... 111

Lampiran 9: Tabulasi Skor Uji Validitas Persepsi Keseriusan yang

Dirasakan ................................................................................... 112

Lampiran 10: Tabulasi Skor Uji Validitas Persepsi Manfaat yang

Dirasakan ................................................................................. 113

Lampiran 11: Tabulasi Skor Uji Validitas Persepsi Hambatan yang

Dirasakan ................................................................................. 114

Lampiran 12: Tabulasi Skor Uji Validitas Persepsi Isyarat untuk Bertindak 115

Lampiran 13: Tabulasi Skor Uji Validitas Persepsi Keyakinan Diri ............. 116

Lampiran 14: Tabulasi Skor Uji Validitas Perilaku Pencegahan

Penularan HIV/AIDS ............................................................... 117

Lampiran 15: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Kerentanan

yang Dirasakan ........................................................................ 118

xvii
Lampiran 16: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Keseriusan

Yang Dirasakan ....................................................................... 119

Lampiran 17: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Manfaat

Yang Dirasakan ....................................................................... 120

Lampiran 18: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Hambatan

Yang Dirasakan ....................................................................... 121

Lampiran 19: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Isyarat untuk

Bertindak ................................................................................. 122

Lampiran 20: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Keyakinan Diri . 123

Lampiran 21: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Perilaku Pencegahan

Penularan HIV/AIDS ............................................................... 124

Lampiran 22: Analisis Karakteristik Responden ........................................... 125

Lampiran 23: Uji Normalitas ......................................................................... 126

Lampiran 24: Data Hasil Penelitian Persepsi Kerentanan yang Dirasakan ..... 127

Lampiran 25: Data Hasil Penelitian Persepsi Keseriusan yang Dirasakan ...... 129

Lampiran 26: Data Hasil Penelitian Persepsi Manfaat yang Dirasakan .......... 131

Lampiran 27: Data Hasil Penelitian Persepsi Hambatan yang Dirasakan ....... 133

Lampiran 28: Data Hasil Penelitian Persepsi Isyarat untuk Bertindak ............ 135

Lampiran 29: Data Hasil Penelitian Persepsi Keyakinan Diri ......................... 137

Lampiran 30: Data Hasil Penelitian Perilaku Pencegahan Penularan

HIV/AIDS.. .............................................................................. 139

Lampiran 31: Analisis Chi-Square Data Persepsi Kerentanan yang

Dirasakan dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS 141

Lampiran 32: Analisis Chi-Square Data Persepsi Keseriusan yang

xviii
Dirasakan dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS 142

Lampiran 33: Analisis Chi-Square Data Persepsi Manfaat yang

Dirasakan dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS 143

Lampiran 34: Analisis Chi-Square Data Persepsi Hambatan yang

Dirasakan dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS 144

Lampiran 35: Analisis Chi-Square Data Persepsi Isyarat untuk Bertindak

dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS.. .............. 145

Lampiran 36: Analisis Chi-Square Data Persepsi Keyakinan Diri dengan

Dengan Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS ............... 146

Lampiran 37: Dokumentasi ............................................................................ 147

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Waria adalah kepanjangan dari wanita pria, pria yang berjiwa dan

bertingkah laku serta mempunyai perasaan seperti wanita. Dalam pandangan

psikologi, waria berada dalam kategori Gangguan Identitas Gender (GIG).

Gangguan Identitas Diri (GIG) merupakan gangguan dimana seseorang

merasa dilahirkan dalam jenis kelamin yang salah, seorang pria yang

merasa dia adalah wanita dalam tubuh pria, dan sebaliknya (KBBI, 2005:

636).

Dunia waria, wadham atau banci bagi banyak orang merupakan bentuk

kehidupan anak manusia yang cukup aneh. Secara fisik mereka adalah laki-

laki normal, memiliki kelamin yang normal namun secara psikis mereka

merasa dirinya perempuan, tidak ubahnya seperti kaum perempuan lainnya.

Akibatnya perilaku mereka sehari-hari sering tampak kaku, fisik mereka laki-

laki, namun cara berjalan, berbicara dan dandanan mereka mirip perempuan.

Dengan cara yang sama dapat dikatakan bahwa jika mereka terperangkap

pada tubuh yang salah (Koeswinarno, 2010: 1).

Waria merupakan salah satu bagian dari masyarakat yang mengalami

proses sosial disosiatif yaitu merupakan suatu proses yang ditandai adanya

suatu pertentangan atau pertikaian yang tergantung sekali pada unsur-unsur

budaya yang menyangkut struktur masyarakat dan sistem nilai-nilainya,

kehadirannya di tengah-tengah masyarakat belum sepenuhnya diterima.

1
2

Keadaan mereka dianggap sebagai perilaku yang menyimpang, yaitu suatu

perilaku atau tindakan di luar kebiasaan, adat-istiadat, aturan, nilai-nilai atau

norma-norma sosial yang berlaku (KBBI, 2000).

Jumlah waria memang tidak terlalu besar. Pada tahun 2013, berdasarkan

data Yayasan Srikandi Sejati (Hamid, 2014) sebuah lembaga yang mengurusi

masalah waria, jumlah waria di Indonesia mencapai 7.000.000 orang dari

259.940.857 jumlah total penduduk atau sekitar 2,69%.

Menurut studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 11 Januari

2015, banyak dari mereka mencari nafkah dengan berprofesi sebagai Pekerja

Seks Komersial (PSK) dikehidupan dunia malam atau berprofesi sebagai

pengamen yang selalu menghabiskan waktunya di jalanan karena mereka

belum mendapat pengakuan dan kesetaraan hidup yang sama oleh

masyarakat. Dalam profesinya, waria dituntut untuk berpenampilan seksi

yang bertujuan untuk menarik perhatian masyarakat sehingga mereka merasa

percaya diri dengan satu tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Waria yang bekerja sebagai pelacur atau pekerja seks komersial bukan

hanya didorong oleh faktor ekonomi saja melainkan lebih untuk pemenuhan

kepuasan batin, maka untuk mencegah dan memberantasnya lebih sulit,

karena akan menambah konsepsi buruk tentang perbuatan prostitusi atau

pelacuran yang belum dapat diterima oleh masyarakat karena telah dianggap

bertentangan dengan budaya dan nilai-nilai bangsa Indonesia.

Sebanyak 5,7 juta orang terinfeksi virus HIV di Afrika Selatan. Tingkat

prevalensi dewasa adalah 17,9% menurut CIA World Fact Book statistik

tahun 2013. Sebanyak 11,2% dari kejadian HIV terdapat pada anak-anak
3

dan pemuda yang berada di bawah usia 24 tahun. Pada kejadian HIV, anak-

anak menyumbang sebanyak 11% dari jumlah total populasi penduduk.

Afrika Selatan merupakan negara terbesar dengan pengidap HIV/AIDS.

Fakta menunjukkan bahwa Benua Afrika didiami oleh 10% dari jumlah

populasi dunia namun disaat yang sama 60% dari jumlah populasinya

mengidap AIDS (CIA World Fact Book, 2013).

Di Indonesia pada triwulan I tahun 2013 dilaporkan kasus HIV baru

yang terdeteksi pada periode Januari sampai Maret 2013 mencapai 5.369.

Kasus baru terdeteksi pada kelompok umur 25 sampai 49 tahun (74,2%),

20 sampai 24 tahun (14,0%), dan ≥ 50 tahun (4,8%). Perbandingan antara

laki-laki dan perempuan adalah 1:1 (http://kesehatan.kompasiana.com).

Pada tahun 2014 di Indonesia diperkiraan jumlah penduduk yang hidup

dengan HIV/AIDS sebanyak 55.000 sampai 150.000 atau sekitar 0,02116%

hingga 0,05771% (Depkes, 2014). Menurut data yang dimiliki oleh

Kemenkes RI, tahun 2009 prevalensi HIV pada waria sebesar 5,8%,

angkanya meningkat menjadi 8,2% di tahun 2013 (Herman, 2014).

Sedangkan menurut data yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Kudus pada tahun 2008 hingga 2010, angka kejadian HIV/AIDS di

Kabupaten Kudus mencapai angka 43 kasus, 16 diantaranya meninggal

dunia. Dengan usia termuda 4 bulan hingga 54 tahun. Sedangkan jumlah

kasus kumulatif HIV/AIDS di Kabupaten Kudus dari tahun 2009 hingga

2011 mencapai angka 69 dengan 28 kematian (Syaiful Harahap, 2012). Data

terakhir yang terjadi pada tahun 2014 jumlah kasus HIV/AIDS di


4

Kabupaten Kudus selama 2014 tercatat 72 kasus, 14 penderita diantaranya

meninggal dunia (Akhmad Nazaruddin, 2014).

Sedangkan hasil survei dari estimasi dan proyeksi HIV/AIDS di

Indonesia pada tahun 2014 menyebutkan bahwa jumlah infeksi HIV yang

terjadi pada waria sebanyak 1.289 dari jumlah total populasi sebanyak

80.524 penderita atau sekitar 1,6% (Depkes, 2014). Secara biologi semua

waria melakukan hubungan seksual secara anal selama kehidupan seksnya

dibandingkan wanita pekerja seks yang hanya 10% yang melakukan seks

anal, sehingga hampir 11% dari transeksual ditemukan positif HIV dari

jumlah keseluruhan (Koes Irianto, 2014: 466-467).

Faktor risiko atau cara penularan HIV pada kaum LSL atau Lelaki

Seks Lelaki mencapai 7,6%. Sedangkan sebanyak 88% LSL mengaku

pernah menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seks anal

dengan pria. Sebesar 54% LSL menggunakan kondom pada saat hubungan

seks anal terakhir dengan pria, dan 22% menggunakan kondom secara

konsisten pada seks anal 1 bulan terakhir. Kurang dari satu pertiga LSL

menggunakan kondom secara konsisten pada setiap tipe pasangan seksualnya

(STBP, 2011).

Secara berturut-turut praktik VCT pada tahun 2014 di Komunitas Waria

Kudus mencapai 42,55%, 31,92%, dan 100%. Sedangkan pada tahun 2015

praktik VCT mencapai 78,72%, 72,34% dan 87,23%. Sedangkan Pada

tahun 2013 terdapat 3 waria mengidap HIV/AIDS positif dan ketiganya

mengalami kematian (IWAKU, 2015).


5

Menurut studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 17 Januari

2015, waria untuk melindungi diri dari HIV/AIDS dan mencegah penularan

HIV/AIDS masih sangat rendah. Salah seorang responden dari peneliti

mengatakan bahwa pengetahuan menjadi salah satu kendala untuk mereka

para waria tidak melindungi dirinya dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS sangat diperlukan ketika

berhubungan seksual. Jika upaya pencegahan tidak dilakukan, maka

dikhawatirkan orang yang terkena infeksi HIV/AIDS akan bertambah

jumlahnya.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik akan menggali serta

mengidentifikasi persepsi apa saja yang mempengaruhi perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS pada narasumber penelitian. Perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS meliputi penggunaan kondom, penggunaan pelicin dan

praktik VCT. Dari uraian diatas, peneliti akan melakukan penelitian dengan

judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di Kabupaten Kudus

tahun 2015”.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Umum

Berdasarkan masalah yang telah ditetapkan diatas, maka peneliti dapat

merumuskan masalah sebagai berikut: Faktor-faktor apa saja yang

berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria

pekerja seks di Kabupaten Kudus tahun 2015?


6

1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

1) Adakah hubungan antara persepsi kerentanan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di

Kabupaten Kudus tahun 2015?

2) Adakah hubungan antara persepsi keseriusan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di

Kabupaten Kudus tahun 2015?

3) Adakah hubungan antara persepsi manfaat yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di

Kabupaten Kudus tahun 2015?

4) Adakah hubungan antara persepsi hambatan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di

Kabupaten Kudus tahun 2015?

5) Adakah hubungan antara isyarat untuk bertindak dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di Kabupaten

Kudus tahun 2015?

6) Adakah hubungan antara keyakinan diri dengan perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di Kabupaten Kudus tahun

2015?
7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

apa saja yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan pada

waria pekerja seks di Kabupaten Kudus tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui hubungan antara persepsi kerentanan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di

Kabupaten Kudus tahun 2015.

2) Mengetahui hubungan antara persepsi keseriusan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di

Kabupaten Kudus tahun 2015.

3) Mengetahui hubungan antara persepsi manfaat yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di

Kabupaten Kudus tahun 2015.

4) Mengetahui hubungan antara persepsi hambatan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di

Kabupaten Kudus tahun 2015.

5) Mengetahui hubungan antara isyarat untuk bertindak dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di Kabupaten

Kudus tahun 2015.

6) Mengetahui hubungan antara keyakinan diri dengan perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di Kabupaten Kudus tahun

2015
8

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

1.4.1 Bagi Lembaga Terkait

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada lembaga-lembaga

yang melakukan penjangkauan pada waria pekerja seks tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan perilaku yang menyebabkan penularan HIV/AIDS,

dalam rangka pencegahan dan penanggulangan kasus HIV dan AIDS.

1.4.2 Bagi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat

Sebagai salah satu sumber informasi dalam melakukan perencanaan

kegiatan pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di Pusat Informasi

Kesehatan Masyarakat, khususnya pada kelompok waria pekerja seks yang

saat ini merupakan populasi kunci dalam penyebaran penyakit HIV dan

AIDS.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi yang lebih luas kepada

masyarakat mengenai perilaku penyebab penularan HIV/AIDS.

1.4.4 Bagi Pengembangan IPTEK

Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan kesehatan reproduksi, HIV dan

AIDS dalam bentuk penelitian


9

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Tahun dan
Judul Rancangan Variabel
No Nama Peneliti Tempat Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Hubungan Linda Mayarni Sumatra Penelitian Variabel bebas: proporsi
Komponen Sirait, Sorimuda Utara survei dengan Dorongan PSK, penggunaan
Health Belief Sarumpaet 2012 pendekatan pengetahuan, kondom pada
Model (HBM) Cross persepsi risiko ABK masih
dengan sectional tertular, persepsi rendah (23,2%).
Penggunaan keseriusan, Uji statistik chi-
Kondom pada persepsi positif square
Anak Buah kondom, menunjukkan
Kapal (ABK) persepsi bahwa ada 6
di Pelabuhan kemapuan diri komponen HBM
Belawan yang ber-
Variebel terikat: hubungan
perilaku signifikan
penggunaan dengan perilaku
kondom penggunaan
kondom yaitu
dorongan PSK
(p=0,004;
PR=1,424),
pengetahuan
(p=0,033;
PR=1,309),
persepsi risiko
tertular
(p=0,032;
PR=1,377),
persepsi
keseriusan
(p=0,047;
PR=1,290),
persepsi positif
kondom
(p=0,000;
PR=1,617), dan
persepsi
kemampuan diri
10

(p=0,000;
PR=1,550).
2 Niat Pengguan Nur Eda, 2012, Explanatory Variabel bebas: Sebagian besar
Kondom pada Bagoes Ternate Research niat penggunaan responden
Komunitas Widjanarko, dengan kondom, (55.6%) berniat
Waria di Kota Laksmono pendekatan menggunakan
Ternate Widagdo Cross Variabel terikat: kondom saat
sectional persepsi melakukan
kerentanan hubungan seks.
terhadap
penularan IMS
dan HIV/AIDS;
persepsi
kemampuan
diri.

Tabel 1.2 Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian terdahulu

Linda Mayarni Nur Eda, Bagoes Ika Hapsari


No Pembeda Sirait, Sorimuda Widjanarko,
Enggarwati
Sarumpaet Laksmono Widagdo
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Judul Hubungan Niat Penggunaan Faktor-faktor yang
Penelitian Komponen Health Kondom pada Berhubungan dengan
Belief Model Komunitas Waria di Perilaku Pencegahan
(HBM) dengan Kota Ternate Penularan HIV/AIDS
Penggunaan pada Waria Pekerja
Kondom pada Anak Seks di Kabupaten
Buah Kapal (ABK) Kudus tahun 2015
di Pelabuhan
Belawan
2 Tahun dan 2012 2012 2015
Tempat Sumatra Utara Ternate Kabupaten Kudus
3 Rancangan Penelitian survei Explanatory Deskriptif analitik
dengan pendekatan Research dengan dengan metode studi
Cross sectional pendekatan Cross Cross sectional
sectional
4 Variabel Dorongan PSK, Niat penggunaan Persepsi kerentanan
Penelitian pengetahuan, kondom, persepsi yang dirasakan,
persepsi risiko kerentanan terhadap persepsi keseriusan
penularan IMS dan
tertular, persepsi yang dirasakan,
HIV/AIDS, persepsi
keseriusan, persepsi kemampuan diri. persepsi manfaat
ositif kondom, yang dirasakan,
persepsi kemapuan persepsi hambatan
diri, perilaku yang dirasakan,
penggunaan persepsi isyarat untuk
11

kondom bertindak, keyakinan


diri.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kudus.

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015.

1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan

Ruang lingkup keilmuan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu

faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS yang terjadi pada waria pekerja seks ketika

melakukan hubungan seksual.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Waria atau Pria Transeksual

2.1.1.1 Definisi Waria

Definisi waria dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005: 636)

adalah kependekan dari wanita-pria, pria yang berjiwa dan bertingkah laku

serta mempunyai perasaan seperti wanita. Dalam pandangan psikologi, waria

berada dalam kategori Gangguan Identitas Gender (GIG) atau yang sering

disebut transseksual.

Menurut Bastman (2004: 12) transeksual adalah seseorang yang memiliki

keinginan untuk hidup dan diterima sebagai anggota kelompok lawan jenis,

biasanya disertai dengan rasa tidak nyaman atau tidak sesuai dengan jenis

kelaminnya, dan menginginkan untuk membedah jenis kelamin serta

menjalani terapi hormonal agar tubuhnya sepadan mungkin dengan jenis

kelamin yang diinginkan. Sejalan dengan itu, Koeswinarno (2010: 12)

menambahkan bahwa seorang transeksual secara psikis merasa dirinya tidak

cocok dengan alat kelamin fisiknya sehingga mereka memakai pakaian atau

atribut lain dari jenis kelamin yang lain. Sedangkan menurut Koes Irianto

(2014: 323) transeksual merupakan keinginan untuk menjadi anggota dari

jenis kelamin yang berlawanan dan mendapatkan kepuasan dalam peranan

tersebut..

12
13

Berhubungan dengan subtipe transeksual, Danandjaja secara khusus

mendefinisikan transeksual sebagai kaum homoseksual yang mengubah

bentuk tubuhnya menjadi serupa dengan lawan jenisnya. Selanjutnya,

Puspitosari berpendapat bahwa waria seseorang yang secara jasmaniah jenis

kelaminnya laki-laki namun secara psikis cenderung berpenampilan wanita

(Puspitosari, 2005: 11).

2.1.1.2 Sejarah Waria

Sejarah belum pernah mencatat dengan pasti kapan dan dimana

kebudayaan waria mulai muncul. Mungkin kaum waria belum masuk ke

dalam lingkungan peradaban manusia normal. Budaya waria sendiri tidak

lahir begitu saja akibat modernisasi dimana banyak mengakibatkan kelainan-

kelainan seksual, seperti homoseks yang dianggap sebagai modernisasi dan

sebagainya. Al-Qur’an menyebutkan adanya kaum Nabi Luth yang disebut

”Liwath” yang artinya ”senggama melalui dubur” (Puspitosari, 2005: 17).

Sejarah bangsa Yunani tercacat adanya kaum waria pada abad ke XVII

yaitu munculnya beberapa waria kelas elite seperti Raja Henry III dari

Prancis, Abbe de Choicy Duta Besar Prancis di Siam, serta Gubernur New

York tahun 1702, Lord Cornbury (Nadia, 2005: 51).

Dukun pria di Turco-Mongol di Gurun Siberia pada umumnya

berpakaian perempuan. Mereka biasanya memiliki kesaktian dan ditakuti

orang. Dukun-dukun semacam ini dapat juga dijumpai di negara Malaysia,

kepulauan Sulawesi, Patagona, kepulauan Aleut dan beberapa suku Indian di

Amerika Serikat. Oman terkenal dengan Xanith. Konon, Xanith

diperbolehkan untuk melindungi kaum perempuan dari berbagai bahaya dan


14

pekerjaan sehari-hari. Menurut sejarah, di Oman pelacuran perempuan sangat

jarang dan seandainya ada harganya sangat mahal, Xanith kemudian beralih

fungsi sebagai pelacur dengan harga yang terjangkau oleh kelas ekonomi

bawah sekalipun. Busana yang dipakai Xanith mengandung dua fungsi yaitu

sebagai budaya dan sebagai daya tarik seksual ketika mereka berfungsi

sebagai pelacur. Berbagai catatan tersebut, tidak jelas apakah mereka benar-

benar kaum waria yang fenomena psikologisnya sebagaimana gejala

transeksual atau sekedar gejala transvestet.

Di Indonesia, budaya waria memang tidak secara khusus seperti di

Oman, Turco-Mongol, atau tempat-tempat lain (Nadia, 2005: 53). Meskipun

demikian, kita dapat menemukannya, misalnya pada masyarakat Ponorogo

Jawa Timur yang berkecimpung dalam dunia seni Warok. Para Warok di

daerah ini terkenal sangat sakti yang menjadikan mereka kebal terhadap

senjata tajam. Agar dapat menjalankan ilmunya dengan sempurna maka ada

berbagai pengorbanan dan persyaratan yang harus dijalaninya.

2.1.1.3 Jenis-jenis Waria

Kemala Atmojo (Nadia, 2005: 40) menyebutkan jenis-jenis waria sebagai

berikut :

a. Transeksual yang aseksual, yaitu seorang transeksual yang tidak

berhasrat atau tidak mempunyai gairah seksual yang kuat.

b. Transeksual homoseksual, yaitu seorang transeksual yang memiliki

kecenderungan tertarik pada jenis kelamin yang sama sebelum ia

sampai ke tahap transeksual murni.


15

c. Transeksual heteroseksual, yaitu seorang transeksual yang pernah

menjalani kehidupan heteroseksual sebelumnya. Misalnya pernah

menikah.

Adapun penyebab dari waria (transeksual) ini masih menjadi perdebatan;

apakah disebabkan oleh kelainan secara biologis dimana didalamnya terdapat

kelainan secara hormonal dan kromosom atau disebabkan oleh lingkungan

(nurture) seperti trauma masa kecil, atau sering diperlakukan sebagai

seorang perempuan dan lain sebagainya.

Beberapa teori tentang abnormalitas seksual menyatakan bahwa

keabnormalan itu timbul karena sugesti masa kecil. Seseorang akan

mengalami atau terjangkit abnormalitas seksual karena pengaruh luar,

misalnya dorongan kelompok tempat ia tinggal, pendidikan orang tua yang

menjurus pada benih-benih timbulnya penyimpangan seksual, dan pengaruh

budaya yang diakibatkan oleh komunikasi intens dalam lingkungan

abnormalitas seksual.

Di dalam penelitian ini ketiga subyek penelitian termasuk transeksual

homoseksual, hal ini disebabkan karena waria (transeksual) sebagai subyek

penelitian memiliki kecenderungan tertarik pada jenis kelamin yang sama

sebelum mereka sampai ke tahap transeksual murni. Pada saat usia Sekolah

Dasar (SD) mereka mulai tertarik dengan jenis kelamin yang sama, namun

mereka belum berani mengaktualisasikan dirinya sebagai seorang waria. Dan

setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) mereka mulai berani

berdandan, bersosialisasi dan mengaktualisasikan diri sebagai waria di


16

tempat “cebongan” (tempat pelacuran) tanpa sepengetahuan orang tua atau

keluarga.

2.1.1.4 Ciri-ciri Waria

Seseorang dapat dikatakan sebagai waria karena memiliki beberapa ciri-

ciri tertentu. Dalam Koeswinarno (2010: 7-10) gangguan identitas gender

(transeksual) memiliki beberapa kriteria yaitu:

a. Identifikasi yang kuat dan menetap terhadap lawan jenis.

b. Pada anak-anak, terdapat minimal empat dari lima ciri berikut ini:

1) Berulang kali menyatakan keinginan untuk menjadi atau

memaksakan bahwa ia adalah lawan jenis;

2) Lebih suka memakai pakaian lawan jenis;

3) Lebih suka berperan sebagai lawan jenis dalam bermain atau

terus-terusan berfantasi menjadi lawan jenis;

4) Lebih suka melakukan permaianan yang merupakan stereotip

lawan jenis;

5) Lebih suka melakukan dengan temna-teman dari lawan jenis.

c. Pada remaja dan orang dewasa, simtom-simtom seperti keinginan

untuk menjadi lawa jenis, berpindah ke kelompok lawan jenis, ingin

diperlakukan sebagai lawan jenis, keyakinan bahwa emosinya adalah

tipikal lawan jenis.

d. Rasa tidak nyaman yang terus-menerus dengan jenis kelamin

biologisnya atau merasa terasing dari peran gender jenis kelamin

tersebut.
17

1) Pada anak-anak, terwujud dalam satu hal diantaranya: pada laki-

laki, merasa jijik dengan penisnya dan yakin bahwa penisnya

akan hilang seiring berjalannya waktu; tidak menyukai permainan

stereotip anak laki-laki.

2) Pada remaja dan orang dewasa, terwujud adanya keinginan kuat

untuk menghilangkan karakteristik jenis kelamin sekunder melalui

pemberian hormon dan/atau operasi; yakin bahwa ia dilahirkan

dengan jenis kelamin yang salah.

e. Tidak sama dengan kondisi fisik antar jenis kelamin.

f. Menyebabkan distress atau gangguan dalam fungsi sosial dan

pekerjaan.

Menurut Howard Friedman (2008: 22), ciri-ciri transeksual adalah :

a. Identitas transeksual harus sudah menetap selama minimal dua

tahun, dan harus bukan merupakan gejala dari gangguan jiwa lain

seperti skizofrenia, atau berkaitan dengan kelainan interseks, genetik

atau kromosom.

b. Adanya hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari

kelompok lawan jenisnya, biasanya disertai perasaan risih atau tidak

serasi dengan anatomi seksualnya.

c. Adanya keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan

pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan

jenis kelamin yang diinginkan.


18

Tanda-tanda untuk mengetahui adanya masalah identitas dan peran jenis

menurut Koeswinarno (2010: 9), yaitu :

a. Individu menampilkan identitas lawan jenisnya secara kontinyu.

b. Memiliki keinginan yang kuat berpakaian sesuai dengan lawan

jenisnya.

c. Minat dan perilaku yang berlawanan dengan lawan jenisnya.

d. Penampilan fisik hampir menyerupai lawan jenis kelaminnya.

e. Perilaku individu yang terganggu peran jenisnya seringkali

menyebabkan ditolak di lingkungannya.

f. Bahasa tubuh dan nada suara seperti lawan jenisnya.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

transeksual adalah: (1) individu menampilkan identitas lawan jenisnya secara

kontinyu minimal dua tahun, (2) memiliki keinginan yang kuat untuk hidup

dan diterima sebagai anggota dari lawan jenisnya, (3) mempunyai keinginan

yang kuat untuk berpakaian dan berperilaku menyerupai lawan jenis

kelaminnya.

2.1.1.5 Faktor Pendukung Terjadinya Waria

Menurut Koeswinarno (2010: 6) ada dua faktor penyebab terjadinya

waria, yaitu:

a. Faktor Biologis

Faktor biologis dipengaruhi oleh hormon seksual dan genetik. Faktor ini

dapat menentukan identitas seseorang. Tingkah laku maskulin dapat

bertambah pada perempuan yang ditambah hormon laki-lakinya, sehingga


19

menyebabkan tingkat hormon laki-lakinya menjadi tinggi dalam lingkungan

prenatal dan sebaliknya apabila pada masa masa prenatal anak laki-laki

tingkat hormon laki-lakinya dihilangkan maka anak tersebut sering

menunjukkan tingkah laku seperti perempuan.

b. Pengalaman pengetahuan sosial

Faktor pengalaman sosial merupakan pengalaman yang berhubungan

dengan jenis kelamin. Pengalaman tersebut dapat mendorong tingkah laku

seseorang anak laki-laki yang pada masa kecilnya bermain peran sebagai

anak perempuan maka tingkah laku tersebut dapat mempengaruhi dalam

mengembangkan identitas jenis kelamin yang tidak sesuai. Di dalam

Davidson (2006: 617) beberapa peneliti menyadari bahwa aspek maskulinitas

dan feminitas yang berhubungan dengan budaya dan perbedaan antara

menyukai berbagai aktivitas yang lebih umum dilakukan lawan jenis

memiliki pendapat bahwa masyarakat cenderung memberikan toleransi

rendah bagi anak laki-laki yang melakukan berbagai aktivitas yang lebih

umum dilakukan anak perempuan, sedangkan anak-anak perempuan dapat

melakukan permainan dan berpakaian dengan gaya yang lebih mirip anak

laki-laki dan tetap memenuhi standar perilaku yang dapat diterima bagi

anak-anak perempuan.

Tak jauh berbeda dengan Koeswinarno, Puspitosari (2005: 12)

mengatakan bahwa faktor-faktor terjadinya transeksual adalah :

a. Faktor Biologis
20

Dipengaruhi oleh hormon seksual dan genetik seseorang. Hermaya

(Nadia, 2005: 29) berpendapat bahwa peta kelainan seksual dari lensa biologi

dapat dibagi ke dalam dua penggolongan besar yaitu :

1) Kelainan seksual akibat kromosom

Dari kelompok ini, seseorang ada yang berfenotip pria dan yang

berfenotip wanita. Dimana pria dapat kelebihan kromosom X. Bisa XXY,

atau XXYY. Diduga, penyebab kelainan ini karena tidak berpisahnya

kromosom seks pada saat meiosis (pembelahan sel) yang pertama dan

kedua. Hal ini dikarenakan usia seorang ibu yang berpengaruh terhadap

proses reproduksi. Artinya bahwa semakin tua seorang ibu, maka akan

semakin tidak baik proses pembelahan sel tersebut dan, akibatnya akan

semakin besar kemungkinan menimbulkan kelainan seks pada anaknya.

2) Kelainan seksual bukan karena kromosom

Menurut Moertiko (Nadia, 2005: 31) mengatakan bahwa dalam tinjauan

medis, secara garis besar kelainan perkembangan seksual telah dimulai sejak

dalam kandungan ibu. Kelompok ini dibagi menjadi empat jenis:

a. Pseudomale atau disebut sebagai pria tersamar. Ia mempunyai sel

wanita tetapi secara fisik ia adalah pria. Testisnya mengandung

sedikit sperma atau sama sekali mandul. Menginjak dewasa,

payudaranya membesar sedangkan kumis dan jenggotnya berkurang.

b. Pseudofemale atau disebut juga sebagai wanita tersamar. Tubuhnya

mengandung sel pria. Tetapi, pada pemeriksaan gonad (alat yang

mengeluarkan hormon dalam embrio) alat seks yang dimiliki adalah


21

wanita. Ketika menginjak dewasa, kemaluan dan payudaranya tetap

kecil dan sering tidak bisa mengalami haid.

c. Female-pseudohermaprodite, penderita ini pada dasarnya memiliki

kromosom sebagai wanita (XX) tetapi perkembangan fisiknya

cenderung menjadi pria.

d. Male-pseudohermaprodite, penderita ini pada dasarnya memiliki

kromosom pria (XY) namun perkembangan fisiknya cenderung

wanita.

2) Faktor Psikologis

Sosial budaya yang termasuk didalamnya pola asuh lingkungan yang

membesarkannya. Mempunyai pengalaman yang sangat hebat dengan lawan

jenis sehingga mereka berkhayal dan memuja lawan jenis sebagai idola dan

ingin menjadi seperti lawan jenis. Ibis (Nadia, 2005: 27) mengatakan bahwa

faktor-faktor terjadinya abnormalitas seksual dapat digolongkan ke dalam

dua bagian yaitu :

1) Faktor internal, abnormalitas seksual yang disebabkan oleh dorongan

seksual yang abnormal dan abnormalitas seksual yang dilakukan dengan

cara-cara abnormal dalam pemuasaan dorongan seksual.

2) Faktor eksternal (sosial), abnormalitas seksual yang disebabkan oleh

adanya pasangan seks yang abnormal. Howard Friedman (2008: 31)

mengatakan bahwa sebab utama pola tingkah laku relasi seksual yang

abnormal yaitu adanya rasa tidak puas dalam relasi heteroseksual.


22

2.1.2 Konsep HIV/AIDS

2.1.2.1 Definisi HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang

mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk

membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang.

HIV menyebabkan kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal

tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk

mereplikasi diri. Dalam proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan

limfosit (Nursalam, 2007:40). Acquired Immunodeficiency Syndrome atau

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan penyakit

yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang didapat. AIDS

disebabkan oleh adanya virus HIV yang hidup di dalam 4 cairan tubuh

manusia yaitu cairan darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu

(Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2010). Penyakit AIDS pertama kali

ditemukan pada tahun 1981 di Amerika Serikat yang kemudian dengan

pesatnya menyebar ke seluruh dunia. Di negara-negara Amerika Latin

dilaporkan 7.215 kasus AIDS melanda kaum muda berusia 20-49 tahun

yang sebagian besar adalah kaum homoseksual dan pengguna obat-obat

suntik ke pembuluh darah (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 310).

Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lenrivirus.

Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA

pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi

yang panjang. Seperti retrovirus yang lain, HIV menginfeksi tubuh dengan

periode inkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya menyebabkan


23

munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan

system imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan

menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam

proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam,

2007: 40).

AIDS merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit yang didapat karena

imunitas atas kekebalan turun temurun. Akibatnya, timbullah berbagai

penyakit, dan penyakit-penyakit inilah yang menyebabkan kematian

penderitanya (Koes Irianto, 2014: 462).

Penyakit AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di

dunia dewasa ini. Penyakit ini hampir di semua negara di dunia tanpa

terkecuali termasuk Indonesia. Apabila pada tahun 80-an AIDS menyerang

terutama orang dewasa dengan perilaku seks menyimpang, dewasa ini telah

menulari seluruh lapisan masyarakat termasuk bayi dan anak-anak. Di

Afrika AIDS merupakan penyakit keluarga (Koes Irianto, 2014: 463).

2.1.2.2 Sejarah HIV/AIDS

Pertama kali kasus AIDS dilaporkan oleh Center For Diease Control

(CDC) di Amerika Serikat pada sekelompok homoseks di California dan

New York pada tahun 1981. Pada mereka ditemukan adanya Sarcoma

Kaposi, Pneumonia Pneumocystis carinii, dan beberapa gejala klinis yang

jarang muncul. Gejala penyakit tersebut semakin jelas sebagai akibat adanya

kegagalan sistem imun dan karenanya disebut AIDS. Kasus serupa

dilaporkan dari Eropa Barat, Australia, Amerika Latin, Afrika, dan Asia.

Teori tentang adanya faktor infeksi sebagai penyebab baru dapat


24

dikonfirmasi pada tahun 1983 dengan diisolasinya virus penyebab AIDS

yang sekarang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Soekidjo

Notoatmodjo, 2007 : 315).

Di Indonesia pertama kali mengetahui adanya kasus AIDS pada bulan

April tahun 1987, pada seorang warga Negara Belanda yang meninggal di

RSUP Sanglah Bali akibat infeksi sekunder pada paru-paru, sampai pada

tahun 1990 penyakit ini masih belum mengkhawatirkan, namun sejak awal

tahun 1991 telah mulai adanya peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi dua

kali lipat (doubling time) kurang dari setahun, bahkan mengalami

peningkatan kasus secara ekponensial (Nursalam, 2008: 56).

2.1.2.3 Siklus Hidup HIV/AIDS

Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat

pendek; hal ini berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu

baru untuk mereplikasi diri. Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap

harinya. Serangan pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrit pada

membran mukosa dan kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang

terinfeksi tersebut akan membuat jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke

pembuluh darah erifer selama 5 hari setelah paparan, dimana replika virus

menjadi semakin cepat (Nursalam, 2007: 43).

Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu:

1) Masuk dan mengikat.

2) Reverse transcriptase.

3) Replikasi.

4) Budding.
25

5) Maturasi.

2.1.2.4 Tipe-tipe HIV/AIDS

Ada 2 tipe HIV yang dapat menyebabkan AIDS: HIV-1 dan HIV-2.

HIV-1 bermutasi lebih cepat karena replika lebih cepat. Berbagai macam

subtipe dari HIV-1 telah ditemukan dalam area geografis yang spesifik dan

kelompok spesifik risiko tinggi (Nursalam, 2008: 44).

Individu dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda. Berikut adalah

subtipe HIV-1 dan distribusi geografisnya:

Sub tipe A : Afrika Tengah

Sub tipe B : Amerika Selatan, Brazil, USA, Thailand

Sub tipe C : Brazil, India, Afrika Selatan

Sub tipe D : Afrika Tengah

Sub tipe E : Thailand, Afrika Tengah

Sub tipe F : Brazil, Rumania, Zaire

Sub tipe G : Zaire, Gabon, Thailand

Sub tipe H : Zaire, Gabon

Sub tipe O : Kamerun, Gabon

Sub tipe C sekarang ini terhitung lebih dari separuh dari semua

terinfeksi HIV baru di seluruh dunia (Nursalam, 2007: 44).

2.1.2.5 Etiologi HIV/AIDS

Walaupun sudah jelas dikatakan bahwa HIV sebagai penyebab AIDS,

tetapi asal-usul virus ini masih belum diketahui secara pasti. Mula-mula

dinamakan LAV (Lymhadenopathy Associated Virus). Virus ini ditemukan

oleh ilmuwan Institute Pasteur Paris, Dr. L. Montagnier pada tahun 1983,
26

dari seorang penderita dengan gejala “lymhadenopathy syndrome”. Pada

tahun 1984, Dr. R. Gallo dari National Institute of Health, USA, menemukan

virus lain yang disebut HTLV-III (Human Immunodeficiency Virus) sesuai

dengan pertemuan “International Comrhitte on Taxonomy of Viruses” tahun

1962 (Koes Irianto, 2014: 464-465).

HIV mempunyai tendensi spesifik, yaitu menyerang dan merusak sel

limfosit T (sel T4 penolong) yang mempunyai peranan penting dalam

sistem kekebalan seluler tubuh. HIV dapat pula ditemukan dalam sel

monosit, makrofag dan sel gila jaringan otak. Virus ini dapat berkembang

di dalam sel sel limfosit T dan seperti pengidap HIV selalu dianggap

“infectious” yang dapat aktif kembali dan dapat ditularkan selam hidup

pengidap HIV (Koes Irianto, 2014: 465).

2.1.2.6 Gejala Klinis HIV/AIDS

Gejala klinis pada stadium AIDS dibagi antara lain:

2.1.2.6.1 Gejala utama/mayor:

a. Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan.

b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus.

c. Penurunan berat badan lebih dari 10% dala tiga bulan.

d. TBC.

2.1.2.6.2 Gejala minor:

a. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan.

b. Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur Candida

Albicans.

c. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh.


27

d. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh

tubuh (Nursalam, 2007: 47).

Tabel 2.1 Empat Tahapan Derajat Infeksi HIV


Fase Derajat
1 Infeksi HIV primer
2 HIV dengan defisiensi imun dini (CD4+ > 500/µl)
3 Adanya HIV dengan defisiensi imun yang sedang (CD4+ : 200-
500/µl)
4 HIV dengan defisiensi imun yang sedang berat (CD4+ < 200/µl)
disebut dengan AIDS. Sehingga menurut CDC Amerika (1993)
pasien masuk dalam kategori AIDS bila CD4+ < 200µl.
Sumber : Depkes RI, 2006

2.1.2.7 Fase-fase HIV/AIDS

2.1.2.7.1 Stadium pertama : HIV

Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan

serologis ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negatif

menjadi positif. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai

tes antibody terhadap HIV menjadi positif disebut window period. Lama

window period antara satu sampai tiga bulan, bahkan ada yang data

berlangsung sampai enam bulan (Nursalam, 2007: 47).

2.1.2.7.2 Stadium kedua : Asimptomatik (tanpa gejala)

Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi

tubuh tidak menunjukkan gejala. Keadaan ini dapat berlangsung rerata

selama 5-10 tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS yang tampak sehat ini

sudah dapat menularkan HIV keada orang lain (Nursalam, 2007: 47).

2.1.2.7.3 Stadium ketiga


28

Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent

Generalized Lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu tempat saja,

dan berlangsung lebih dari satu bulan (Nursalam, 2007: 47).

2.1.2.7.4 Stadium keempat : AIDS

Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain

penyakit konstitusional, penyakit syaraf, dan penyakit infeksi sekunder

(Nursalam, 2007: 47).

Meliputi semua gejala klinis yang terkait dengan AIDS, ditambah

dengan jumlah hari dimana pasien terbaring sakit lebih dari setengah bulan,

dalam sebulan terakhir (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, 2010).

Klasifikasi klinis HIV/AIDS menurut CDC berdasarkan gejala klinis dan

jumlah CD4 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi Klinis dan CD4 Pasien Remaja dan Orang Dewasa
menurut CDC
CD4 Kategori Klinis

A
B C
Total % (Asimptomatik, infeksi
(Simptomatik) (AIDS)
akut)

≥ 500/ml ≥ 29% A1 B1 C1
200-499 14-28% A2 B2 C2
< 200 < 14% A3 B3 C3
Sumber : Depkes RI, 2006

1) Kategori klinis A meliputi infeksi HIV tanpa gejala (asimptomatik),

limfadenopati, generalisata yang menetap, dan infeksi HIV akut primer

dengan penyakit penyerta atau adanya riwayat infeksi HIV akut.

2) Kategori klinis B terdiri atas kondisi dengan gejala (simptomatik) pada

remaja atau orang dewasa yang terinfeksi HIV yang tidak termasuk
29

dalam kategori C dan memenuhi paling sedikit satu dari beberapa

kriteria berikut:

a. Keadaan yang dihubungkan dengan infeksi HIV atau adanya

kerusakan kekebalan dengan perantara sel (cell mediated immunity),

atau;

b. Kondisi yang dianggap oleh dokter telah memerlukan penanganan

klinis atau membutuhkan penatalaksanaan akibat komplikasi infeksi

HIV.

3) Kategori klinis C meliputi segala gejala yang ditemukan pada pasien

AIDS. Pada tahap ini, individu yang terinfeksi HIV menunjukkan

perkembangan infeksi dan keganasan yang mengancam kehidupan

(Nursalam, 2007: 58).

2.1.2.8 Cara Penularan HIV/AIDS

2.1.2.8.1 Hubungan Seksual

Hubungan seksual baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan

seorang pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-

90% dari total kasus sedunia. Penularan mudah terjadi apabila terdapat lesi

penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes

genetalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis. Risiko pada

seks anal lebih besar dibandingkan seks vagina, dan risiko lebih besar pada

reseptif daripada insertif (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 315). Selama

hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vagina dan darah dapat

mengenai selaput lender vagina, penis, dubur atau mulut sehingga HIV
30

yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah pasangan seksual

(Nursalam, 2007: 51).

2.1.2.8.2 Kontak Langsung dengan Darah, Produk Darah atau Jarum Suntik
Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke

pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Transfusi darah atau

produk darah yang tercemar mempunyai risiko sampai > 90%, ditemukan 3-

5% total kasus sedunia (Nursalam, 2007: 52).

Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang

digunakan oleh para pengguna narkoba (Injecting Drug User-IDU) sangat

berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU

secara bersama-sama juga menggunakan tempat penyampur, pengaduk, dan

gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV.

Pemakaian jarum suntik tidak steril atau pemakaian bersama jarum suntik

dan spuitnya pada pecandu narkotik berisiko 0,5-1%, ditemukan 5-10% total

kasus sedunia. Penularan melalui kecelakaan tertusuk jarum pada petugas

kesehatan mempunyai risiko 0,5%, dan mencakup < 0,1% total kasus

sedunia (Arief Masjoer, 2008: 47).

2.1.2.8.3 Air Susu Ibu (ASI)

Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero).

Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke

bayi adalah 0,01 % sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum

ada gejala AIDS, kemungkinan bayi akan terinfeksi sebanyak 20% sampai

35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinannya

mencapai 50%. Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui


31

tranfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi

dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses

melahirkan maka semakin besar risiko penularan. Oleh karena itu, lama

proses persalinan bisa dipersingkat dengan operasi section caesaria. Transmisi

lain terjadi selama periode post partum melalui ASI. Risiko bayi tertular

melalui ASI dari ibu yang positif sekitar 10% (Nursalam, 2007: 52).

2.1.2.8.4 Pemakaian Alat Kesehatan yang Tidak Steril

Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat

lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi

HIV, dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa

menularkan HIV (Nursalam, 2007: 52).

2.1.2.8.5 Alat-alat Untuk Menoreh Kulit

Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang,

membuat tato, memotong rambut, dan sebagainya bisa menularkan HIV

sebab alat tersebut mungkin dipakai tanpa disterilkan dulu (Nursalam, 2007:

52).

2.1.2.9 Penatalaksanaan Umum

2.1.2.9.1 Medikamentosa

Peningkatan survival pada pasien dengan manifestasi klinis dapat

dicapai dengan diagnosis dini, pemberian zidovudin, pengobatan komplikasi,

serta penggunaan antibiotik sebagai profilaksis secara luas, khususnya untuk

pneumonia karena Pneumoni carinii (Koes Irianto, 2014: 481).

2.1.2.9.2 Infeksi Dini


32

CDC menyarankan pemberian antiretroviral pada keadaan asimptomatik

bila CD4 < 300/mm3, dan CD4 <500/mm3 pada keadaan simptomatik (Koes

Irianto, 2014: 481).

2.1.2.9.3 Profilaksis

Indikasi pemberian profilaksis untuk Pneumocystis Carinii Pneumoniae

(PCP) yaitu bila CD4 < 200/mm3, terdapat kandidiosis oral yang

berlangsung lebih dari 2 minggu, atau pernah mengalami infeksi PCP di

masa lalu (Koes Irianto, 2014: 481).

2.1.2.9.4 Stadium Lanjut

Pada stadium ini banyak yang dapat terjadi, umumnya infeksi

oportunistik yang mengancam jiwa. Oleh karena itu diperlukan penanganan

multidisipliner. Obat yang dapat diberikan adalah ZDV dengan dosis awal

1.000mg/hari dengan 4-5 kali pemberian dengan berat badan 70 kg (Koes

Irianto, 2014: 481).

2.1.2.9.5 Fase Terminal

Pada fase terminal yaitu penyakit sudah tak teratasi, pengobatan yang

diberikan hanya simptomatik dengan tujuan pasien merasa enak, bebas dari

rasa mual dan sesak, mengatasi infeksi yang ada, dan dapat mengurangi

rasa cemas (Koes Irianto, 2014: 482).

2.1.2.9.6 Nonmedikamentosa

Upaya pencegahan HIV/AIDS yang dapat dilakukan antara lain:

1. Pendidikan kepada kelompok berisiko tinggi.


33

2. Anjuran bagi yang telah terinfeksi HIV untuk tidak menyumbangkan

darah, organ atau cairan semen, dan mengubah kebiasaan seksualnya

guna mencegah penularannya.

3. Skrinning darah donor terhadap adanya antibody HIV (Koes Irianto,

2014: 482).

2.1.2.10 Kondisi Yang Memungkinkan Penularan HIV/AIDS

Perilaku berisiko terkena HIV/AIDS merupakan orang yang mempunyai

kemungkinan terkena infeksi HIV/AIDS atau menularkan HIV/AIDS pada

orang lain bila dia sendiri mengidap HIV/AIDS, karena perilakunya. Mereka

yang mempunyai perilaku berisiko tinggi adalah:

1. Aktif dalam perilaku seksualnya. Semakin aktif, semakin tinggi

risikonya. Golongan yang sangat aktif adalah PSK, PTS (Pria Tuna

Susila) dan pencari kepuasan seksual (pelanggan seks atau PTS).

Ditinjau dari usianya, yang mempunyai kemungkinan tertinggi untuk

berperilaku seksual aktif adalah orang-orang berusia remaja keatas.

2. Kaum biseksual maupun homoseksual. Makin sering dia melakukan

praktik homoseksual, makin tinggi risikonya.

3. Mereka yang suka/pernah melakukan hubungan seks dengan orang

asing yang berasal dari daerah-daerah dimana insiden AIDS tinggi.

Mereka yang tinggal di daerah turisme atau yang senang melayani

turis mempunyai peluang lebih besar untuk tergolong jenis ini.

4. Penggunaan narkotika dengan suntikan, yang menggunakan jarum

suntik secara bergantian (Koes Irianto, 2014: 475-478).


34

2.1.2.11 Patogenesis Penyakit

Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS,

sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler

dan menunjukkan gambaran penyakit yang kronis. Penurunan imunitas

biasanya diikuti adanya peningkatan risiko dan derajat keparahan infeksi

oportunistik serta penyakit keganasan. Dari semua orang yang terinfeksi

HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50%

menjadi AIDS sesudah sepuluh tahun, dan hampir 100% pasien HIV

menunjukkan gejala AIDS setelah 13 tahun (Sudoyo, 2006).

Dalam tubuh ODHA, partikel virus akan bergabung dengan DNA sel

pasien, sehingga orang yang terinfeksi HIV seumur hidup akan akan tetap

terinfeksi. Sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas seperti demam,

nyeri menelan, pembengkakan kelenjar bening, ruam, diare, atau batuk pada

3-6 minggu setelah infeksi (Sudoyo, 2006). Kondisi ini dikenal dengan

infeksi primer.

2.1.2.12 Cara Mencegah HIV/AIDS

Pencegahan penularan HIV pada wanita dilakukan secara primer, yang

mencakup mengubah perilaku seksual dengan menetapkan prinsip ABC,

yaitu Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual), Be faithful (setia pada

pasangan), dan Condom (pergunakan kondom jika terpaksa melakukan

hubungan dengan pasangan), Don‟t Drug, Education. Wanita juga

disarankan tidak menggunakan narkoba, terutama narkoba suntik dengan

pemakaian jarum bergantian, serta pemakaian alat menoreh kulit dan benda

tajam secara bergantian dengan orang lain (misalnya tindik, tato, silet,
35

cukur, dan lain-lain). Petugas kesehatan perlu menetapkan kewaspadaan

universal dan menggunakan darah serta produk darah yang bebas dari HIV

untuk pasien (Nursalam, 2007: 165).

Menurut Depkes RI (2003), WHO mencanangkan empat strategi untuk

mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi dan anak, yaitu dengan

mencegah jangan sampai wanita terinfeksi HIV/AIDS. Apabila sudah dengan

HIV/AIDS, dicegah supaya tidak hamil. Apabila sudah hamil, dilakukan

pencegahan supaya tidak menular pada bayi dan anaknya, namun bila ibu

dan anaknya sudah terinfeksi, maka sebaiknya diberikan dukungan dan

perawatan bagi ODHA dan keluarganya (Nursalam, 2007: 165).

2.1.2.13 Cara Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Berdasarkan strategi nasional penganggulangan HIV dan AIDS tahun

2007-2010, penyebaran HIV dipengaruhi oleh perilaku berisiko kelompok-

kelompok masyarakat. Pencegahan dilakukan kepada kelompok-kelompok

masyarakat sesuai dengan perilaku kelompok dan potensi ancaman yang

dihadapi. Kegiatan-kegiatan dari pencegahan dalam bentuk penyuluhan,

promosi hidup sehat, pendidikan sampai kepada cara penggunaan alat

pencegahan yang efektif dikemas sesuai dengan sasaran upaya pencegahan.

Program-program pencegahan pada kelompok sasaran meliputi:

2.1.2.13.1 Kelompok Tertular (Infection People)

Kelompok tertular adalah mereka yang sudah terinfeksi HIV.

Pencegahan ditujukan untuk menghambat lajunya perkembangan HIV,

memelihara produktifitas individu dan meningkatkan kualitas hidup.

2.1.2.13.2 Kelompok Berisiko Tertular atau Rawan Tertular (High-Risk People)


36

Kelompok berisiko tertular adalah mereka yang berperilaku sedemikian

rupa sehingga sangat berisiko untuk tertular HIV. Dalam kelompok ini

termasuk penjaja seks baik perempuan maupun laki-laki, pelanggan penjaja

seks, penyalahguna napza suntik dan pasangannya, waria, penjaja seks dan

pelanggannya, serta lelaki suka lelaki. Karena kekhususannya, narapidana

termasuk dalam kelompok ini. Pencegahan untuk kelompok ini ditujukan

untuk mengubah perilaku berisiko menjadi perilaku aman.

2.1.2.13.3 Kelompok Rentan (Vulnerable People)

Kelompok rentan adalah kelompok masyarakat yang karena lingkup

pekerjaan, lingkungan, ketahanan dan atau kesejahteraan keluarga yang

rendah dan status kesehatan yang labil, sehingga rentan terhadap penularan

HIV. Termasuk dalam kelompok rentan adalah orang dengan mobilitas

tinggi baik sipil maupun militer, perempuan, remaja, anak jalanan,

pengungsi, ibu hamil, penerima transfuse darah dan petugas pelayanan

kesehatan. Pencegahan untuk kelompok ini ditujukan agar tidak melakukan

kegiatan-kegiatan yang berisiko tertular HIV (menghambat menuju kelompok

berisiko).

2.1.2.13.4 Masyarakat Umum (General Population)

Masyarakat umum adalah mereka yang tidak termasuk dalam ketiga

kelompok terdahulu. Pencegahan ditujukan untuk peningkatkan kewaspadaan,

kepedulian dan keterlibatan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan

HIV dan AIDS di lingkungannya.


37

2.1.2.14 Diagnosa HIV

2.1.2.14.1 Diagnosis HIV pada Orang Dewasa

Diagnosis HIV pada orang dewasa mengikuti prinsip-prinsi khusus. Baik

diagnosis klinik maupun laboratorium dikembangkan unutuk menentukan

diagnosis negatif atau positif. Tanda dan gejala infeksi HIV awal bisa

sangat tidak spesifik dan menyerupai infeksi virus lain yaitu: alergi,

malaise, sakit tenggorokan, mialgia (nyeri otot), demam, dan berkeringat.

Pasien mungkin mengalami beberapa gejala, tetapi tidak mengalami

keseluruhan gejala tersebut diatas. Pada stadium awal, pemeriksaan

laboratorium merupakan cara terbaik mngetahui apakah pasien infeksi virus

HIV atau tidak (Nursalam, 2007: 57).

ELISA merupakan tes yang baik, tetapi hasilnya mungkin akan negatif

sampai 6-12 minggu pasien setelah terinfeksi. Jika terdapat tanda-tanda

infeksi akut pada pasien dan hasil ELISA negatif, maka pemeriksaan

ELISA perlu diulang. Gejala infeksi akut yang mirip dengan gejala flu ini

akan sembuh dan pasien tidak menunjukan tanda-tanda terinfeksi virus HIV

sampai dengan beberapa tahun. Periode ini disebut perode laten dan

berlangsung selam 8-10 tahun. Selama periode laten, virus HIV terus

menerus menyerang kekebalan tubuh penderita meskipun tidak tampak tanda

dan gejala infeksi HIV. Stadium lanjut infeksi HIV dimulai ketika pasien

dimulai mengalami penyakit AIDS. Gejala paling sering dijumpai pada

stadium ini adalah penuruanan berat badan, diare dan kelemahan. Ada dua

system klasifikasi yang bisa dipakai yaitu menurut sistem klasifikasi WHO

dan CDC (Nursalam, 2007: 57).


38

2.1.2.14.2 Diagnosis HIV pada Anak

Anak-anak berusia lebih dari 18 bulan bisa didiagnosis dengan

menggunakan kombinasi antara gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.

Anak dengan HIV sering mengalami infeksi bakteri kambuh-kambuhan,

gagal tumbuh atau wasting, limfadenopati menetap, keterlambatan

berkembang, sariawan pada mulut faring. Anak usia lebih dari 18 bulan

bisa didiagnosis dengan ELISA dan tes konfirmasi lain seperti pada orang

dewasa. Terdapat dua klasifikasi yang bisa digunakan untuk mendiagnosis

bayi dan anak dengan HIV yaitu menurut CDC dan WHO (Nursalam, 2007:

63).

2.1.2.14.3 Diagnosis HIV pada Bayi

Penyebaran virus HIV/AIDS di sejumlah provisi di tanah air dalam

beberapa tahun terakhir telah memasuki populasi umum, yakni kaum ibu

dan bayi. Setiap hari hampir 1800 bayi di dunia telah terinfeksi HIV. Di

Indonesia, jika tanpa intervensi diperkirakan 3000 bayi lahir dengan HIV

per tahun (Nursalam, 2007: 62).

2.1.2.15 Pengobatan HIV/AIDS

Infeksi HIV/AIDS merupakan suatu penyakit dengan perjalanan yang

panjang. Sistem imunitas menurun secara progresif sehingga muncul infeksi-

infeksi oportunistik yang dapat muncul secara bersama dan berakhir pada

kematian. Sementara itu belum ditemukan obat maupun vaksin yang efektif,

sehingga pengobatan HIV/AIDS dapat dibagi dalam tiga kelompok antara

lain:
39

2.1.2.15.1 Pengobatan Suportif

Adalah pengobatan untuk meningkatkan keadaan umum penderita.

Pengobatan ini terdiri dari pemberian gizi yang baik, obat simptomatik,

vitamin, dan dukungan psikososial agar penderita dapat melakukan aktivitas

seperti semula/seoptimal mungkin. Pengobatan infeksi oportunistik dilakukan

secara empiris.

2.1.2.15.2 Pengobatan Infeksi Oportunistik

Adalah pengobatan yang ditujukan untuk infeksi oportunistik dan

dilakukan secara empiris.

2.1.2.15.3 Pengobatan Antiretroviral

ARV bekerja langsung menghambat perkembangbiakan HIV. ARV

bekerja langsung menghambat enzim reverse transcriptase atau menghambat

enzim protease. Kendala dalam pemberian ARV antara lain kesukaran

ODHA untuk minum obat secara langsung, dan resistensi HIV terhadap

obat ARV (Depkes RI, 2006: 30).

2.1.2.16 Epidemiologi HIV/AIDS

Dilihat penyebaran penderita HIV/AIDS berdasarkan gender, laki-laki

57,71% dan pada perempuan 42,29%. Penyebaran berdasarkan umur,

HIV/AIDS terbanyak mengenai pada kelompok umur produktif (15-60 tahun)

dengan jumlah terbesar pada kelompok umur 20-29 tahun (HIV sebesar

55,09%, AIDS sebesar 24,58%) (Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 319). Gejala

yang ditimbulkan bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai gejala berat

yang dapat menyebabkan kematian. Pengidap HIV (carrier) mampu

menularkan virus seumur hidup dan hampir dapat dipastikan suatu saat akan
40

berkembang menjadi AIDS, 20-50% menjadi ARC (AIDS Related Complex)

dimana 90% diantaranya akan mengalami penurunan system kekebalan

tubuh yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium (Koes Irianto,

2014: 464).

Berdasarkan laporan yang disampaikan secara resmi ke WHO (GPA)

tampak adanya peningkatan yang tajam dari jumlah penderita baru maupun

kumulatif setia tahunnya dari berbagai negara/wilayah sampai dengan akhir

Maret 1990, 153 negara telah melaporkan adanya satu atau lebih penderita,

sedangkan 24 negara melaporkan tidak ada penderita. Jumlah seluruh

penderita adalah 237.110. Perinciannya adalah sebagai berikut: Afrika

51.978 (21,9%), Amerika 150.619 (63,5%), Asia 618 (0,3%), Eropa 31.948

(13,5%) dan Oceania 1.947 (0,8%) (Koes Irianto, 2014: 469-470).

Walaupun jumlah kasus infeksi HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan

sampai tahun 2003 mencapai 2.156 orang, namun estemasi jumlah yang

sebenarnya saat ini diperkirakan lebih dari 30.000, bahkan ada tim ahli

yang memperkirakan saat ini sudah lebih dari 150.000 orang yang terinfeksi

HIV. Dua tim yang berbeda memproyeksikan jumlah penderita infeksi HIV

di Indonesia lebih dari 500.000 orang pada tahun 2000. Jadi, infeksi

HIV/AIDS menjadi masalah yang serius bagi Indonesia (Soekidjo

Notoatmodjo, 2007: 319).

2.1.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan


Penularan HIV/AIDS
Menurut Rinny Faulina dan Priyadi Nugraha Prabamukti (2012), upaya

pencegahan terhadap penularan HIV/AIDS pada waria adalah dengan


41

menggunakan kondom. Sedangkan faktor penyebab lainnya adalah

pengetahuan tentang HIV/AIDS dan pengetahuan tentang pentingnya kondom

pada waria yang relatif masih rendah sehingga mempengaruhi terhadap

persepsi mereka tentang kerentanan, kegawatan, manfaat serta hambatan

dalam bertindak.

2.1.3.1 Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS pada Waria Pekerja Seks

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu

tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan

tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai

faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi

tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat

memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu

amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu,

sebelum mampu mengubah perilaku tersebut (Machfoedz, 2005).

Pencegahan penularan HIV dilakukan secara primer yang mencakup

mengubah perilaku seksual dengan prinsip ABC, yakni Abstinance (tidak

melakukan hubungan seksual), Be faithful (setia kepada pasangan), dan

Condom (pergunakan kondom jika terpaksa melakukan hubungan dengan

pasangan). Juga disarankan untuk tidak menggunakan narkoba, terutama

narkoba suntikan dengan pemakaian jarum yang bergantian, serta pemakaian

alat menoreh kulit dan benda tajam secara bergantian dengan orang lain

(misalnya tindik, tato, silet cukur dan lain-lain). Petugas kesehatan perlu

menerapkan kewaspadaan universal dan menggunakan darah serta produk

yang bekas dari HIV untuk pasien (Nursalam, 2007: 167).


42

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan

HIV/AIDS pada waria pekerja seks:

1. Penggunaan kondom.

2. Pengetahuan tentang pentingnya penggunaan kondom pada waria

masih relatif rendah.

3. Pengetahuan tentang HIV/AIDS masih rendah.

4. Paparan informasi tentang perilaku seks pada waria yang berkaitan

dengan penularan HIV/AIDS masih rendah (Rinny Faulina, 2012).

2.1.3.2 Teori HBM (Health Belief Model)

Model perilaku ini dikembangkan Rosenstock pada tahun 1950-an dan

didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini

tuberculosis. Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi

partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian dikembangkan

sebagai model perilaku.

Berikut ini adalah komponen HBM yang terkait dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks:

1. Perceived Susceptibility (kerentanan yang dirasakan)

Individu akan mengevaluasi kemungkinan masalah-masalah kesehatan

lain yang akan berkembang. Semakin individu mempersepsikan

bahwa penyakit yang dialami beresiko, maka akan membuat individu

itu mempersepsikannya sebagai ancaman dan melakukan tindakan

pengobatan (Rosenstock, 1988).


43

2. Perceived Severity (keseriusan yang dirasakan)

Individu mempertimbangkan seberapa parah konsekuensi organik dan

sosial yang akan terjadi jika terus membiarkan masalah kesehatan

yang dialami berkembang tanpa diberi penanganan dari praktisi

kesehatan. Semakin individu percaya bahwa suatu konsekuensi yang

terjadi akan semakin memburuk, maka mereka akan merasakan hal

tersebut sebagai ancaman dan mengambil tindakan preventif

(Rosenstock, 1988).

3. Perceived Benefits (manfaat yang dirasakan)

Individu menilai bahwa dia akan memperoleh keuntungan ketika

memperoleh layanan kesehatan tertentu, misalnya semakin sehat dan

dapat mengurangi resiko yang dirasakan (Rosenstock, 1988).

4. Perceived Barriers (hambatan yang dirasakan)

Individu merasakan hambatan ketika memperoleh layanan kesehatan

tertentu misalnya dalam hal pertimbangan biaya, konsekuensi

psikologis (Rosenstock, 1988).

5. Cues to Action (isyarat untuk bertindak)

Peringatan mengenai masalah kesehatan yang berpotensi dapat

meningkatkan kecenderungan individu untuk mempersepsikannya

sebagai ancaman dan melakukan tindakan (Rosenstock, 1988).

6. Self Efficacy (keyakinan diri)

Self efficacy didefinisikan sebagai suatu estimasi kemampuan

seseorang yang akan mendorong ke suatu hasil tertentu (perilaku)

(Rosenstock, 1988).
44

Faktor-faktor Kemungkinan
Persepsi individual
modifikasi tindakan

1. Variabel
demografi (usia,
Manfaat yang
jenis kelamin)
dilihat dari
2. Variabel
psikologis
pengambilan
(kepribadian, tindakan dikurangi
kelas sosial) hambatan yang
3. Variabel struktural diambil dari
(pengetahuan & pengambilan
pengalaman masa tindakan
lalu

 Kerentanan yang Kemungkinan


dirasakan untuk mengambil
Ancaman penyakit
 Keseriusan yang tindakan secara
dirasakan preventif

Petunjuk bertindak:
 Media massa
 Saran orang lain
 Keturunan
 Petugas kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori Health Belief Model

Sumber : Rosenstock I. Historical origin of Health Belief model. Health


Education Monogr 2:334, 1974.
45

2.2 Kerangka Teori

Berikut ini adalah aplikasi teori HBM dalam penelitian ini:

Faktor-faktor Kemungkinan
Persepsi individual
modifikasi tindakan

1. Variabel
demografi (usia)
2. Variabel 1. Penggunaan
psikologis kondom
(kepribadian) 2. Penggunaan
3. Variabel pelicin
struktural 3. Praktik VCT
(pengetahuan &
pengalaman
masa lalu)

 Kerentanan yang
dirasakan akibat
Perilaku
penularan
Infeksi HIV/AIDS pencegahan
HIV/AIDS
penularan
 Keseriusan yang
HIV/AIDS
dirasakan akibat
HIV/AIDS

Pedoman tindakan:
 Paparan sumber
informasi
 Saran dari teman

Gambar 2.2 Kerangka Teori diadaptasi dari teori Health Belief Model Faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku penularan pencegahan HIV/AIDS pada
waria pekerja seks

Sumber : Rosenstock I. Historical origin of Health Belief model. Health


Education Monogr 2:334, 1974.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian

yang akan dilakukan (Soekidjo Notoatmojo, 2005: 69). Berdasarkan kerangka

teori maka berikut ini adalah kerangka yang akan digunakan dalam

penelitian ini:

Variabel bebas Variabel terikat


- Persepsi kerentanan yang Perilaku pencegahan
dirasakan penularan HIV/AIDS
- Persepsi keseriusan yang
dirasakan
- Persepsi manfaat yang
dirasakan
- Persepsi hambatan yang
dirasakan
- Persepsi isyarat untuk
bertindak
- Persepsi keyakinan diri

Variabel Perancu
Status HIV
Paparan informasi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik VCT


pada Waria Pekerja Seks

46
47

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 161).

3.2.1 Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel bebas, sebab

atau variabel mempengaruhi (Soekidjo Notoatmodjo, 2005: 70). Dalam

penelitian ini, variabel bebasnya adalah persepsi kerentanan yang dirasakan,

persepsi keseriusan yang dirasakan, persepsi manfaat yang dirasakan,

persepsi hambatan yang dirasakan, isyarat untuk bertindak, dan keyakinan

diri.

3.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel tergantung,

akibat, atau variabel terpengaruh. Variabel ini dipengaruhi oleh variabel

bebas atau variabel independen (Soekidjo Notoatmodjo, 2005: 70). Yang

menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS. Yang meliputi penggunaan kondom dan penggunaan

pelicin.

3.2.3 Variabel Perancu

Variabel perancu merupakan jenis variabel yang berhubungan dengan

variabel bebas dan variabel terikat, namun variabel perancu bukan

merupakan variabel antara. Peranan variabel perancu ini amat penting,

karena variabel perancu membuat ada hubungan antar variabel walaupun

sebenarnya hubungan tersebut tidak ada, begitupun dengan sebaliknya.

(Sastroasmoro S dan Ismael S, 2011: 300). Dalam penelitian ini, variabel


48

perancu-nya adalah status HIV dan paparan informasi. Variabel perancu

dalam penelitian ini dikendalikan dengan menyamakan status HIV responden

yang berstatus HIV negatif.

3.2.3.1 Status HIV

Dalam penelitian ini, status HIV pada seluruh anggota komunitas waria

di Kabupaten Kudus yaitu berstatus HIV negatif.

3.2.3.2 Paparan Informasi

Sumber-sumber informasi yang didapat oleh responden baik saran dari

teman, media massa ataupun dari petugas pelayanan kesehatan. Dengan cara

diskusi bersama teman komunitas akan hal-hal yang berhubungan dengan

HIV/AIDS ataupun media-media yang mendukung responden. Namun ketika

resonden kurang aktif dalam bertanya, berdiskusi, menerima pengetahuan

dari petugas kesehatan ataupun mengakses media sosial maka

pengetahuannya akan HIV/AIDS tergolong masih kurang.

3.3 Hipotesis Peneltian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari hasil suatu penelitian. Jadi

hipotesis dalam suatu penelitian merupakan jawaban sementara, patokan

duga, atau dalil sementara dari suatu penelitian dan harus dibuktikan

kebenarannya sebagai titik tolak atau arah dari pelaksanaan penelitian

(Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 72).

3.3.1 Hipotesis Mayor

Hipotesis Mayor adalah hipotesis yang menjadi sumber dari hipotesis-

hipotesis yang lain (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 77).


49

Ada hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS di Komunitas Waria Kudus tahun 2015.

3.3.2 Hipotesis Minor

Hipotesis Minor adalah hipotesis yang dijabarkan dari hipotesis mayor

(Soekidjo Notoatmodjo, 2005: 77). Yang menjadi hipotesis minor dalam

penelitian ini adalah:

1) Ada hubungan antara persepsi kerentanan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks

di Kabupaten Kudus tahun 2015.

2) Ada hubungan antara persepsi keseriusan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks

di Kabupaten Kudus tahun 2015.

3) Ada hubungan antara persepsi manfaat yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks

di Kabupaten Kudus tahun 2015.

4) Ada hubungan antara persepsi hambatan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks

di Kabupaten Kudus tahun 2015.

5) Ada hubungan antara isyarat tindakan yang dilakukan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks

di Kabupaten Kudus tahun 2015.

6) Ada hubungan antara keyakinan diri dengan perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di Kabupaten Kudus

tahun 2015.
50

3.4 Definisi Operational dan Skala Pengukuran Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Definisi
No Variabel Cara Ukur Kategori Skala
Operasional
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Persepsi Individu akan Wawancara Berdasarkan uji Ordinal
Kerentanan mengevaluasi dengan normalitas, diketahui
yang kemungkinan menggunakan bahwa variabel
Dirasakan masalah-masalah kuesioner persepsi kerentanan
kesehatan lain yang yang dirasakan
akan berkembang datanya terdistribusi
normal. Sehingga
kategori data dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Kurang baik, jika
total skor ≤ mean.
2. Baik, jika total
skor > mean.
2 Persepsi Individu Wawancara Berdasarkan uji Ordinal
Keseriusan mempertimbangkan dengan normalitas, diketahui
yang seberapa parah menggunakan bahwa variabel
Dirasakan konsekuensi organik kuesioner persepsi keseriusan
dan sosial yang yang dirasakan
akan terjadi jika datanya terdistribusi
terus membiarkan normal. Sehingga
masalah kesehatan kategori data dibagi
yang dialami menjadi dua, yaitu:
berkembang tanpa 1. Kurang baik,
diberi penanganan jika total skor ≤
dari praktisi mean.
2. Baik, jika total
kesehatan
skor > mean.

3 Persepsi Individu menilai Wawancara Berdasarkan uji Ordinal


Manfaat bahwa dia akan dengan normalitas, diketahui
yang memperoleh menggunakan bahwa variabel
keuntungan ketika kuesioner
Dirasakan persepsi manfaat
memperoleh
layanan kesehatan yang dirasakan
tertentu datanya terdistribusi
51

normal. Sehingga
kategori data dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Kurang baik,
jika total skor ≤
mean.
2. Baik, jika total
skor > mean.
4 Persepsi Individu merasakan Wawancara Berdasarkan uji Ordinal
Hambatan hambatan ketika dengan normalitas, diketahui
yang memperoleh menggunakan bahwa variabel
layanan kesehatan kuesioner
Dirasakan persepsi hambatan
tertentu
yang dirasakan
datanya terdistribusi
normal. Sehingga
kategori data dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Kurang baik,
jika total skor ≤
mean.
2. Baik, jika total
skor > mean.
5 Persepsi Peringatan Wawancara Berdasarkan uji Ordinal
Isyarat mengenai masalah dengan normalitas, diketahui
untuk kesehatan yang menggunakan bahwa variabel
berpotensi dapat kuesioner
Bertindak persepsi isyarat
meningkatkan
kecenderungan untuk bertindak
individu untuk datanya terdistribusi
mempersepsikannya normal. Sehingga
sebagai ancaman kategori data dibagi
dan melakukan menjadi dua, yaitu:
tindakan 1. Kurang baik,
jika total skor ≤
mean.
2. Baik, jika total
skor > mean.
52

6 Persepsi Estimasi Wawancara Berdasarkan uji Ordinal


Keyakinan kemampuan dengan normalitas, diketahui
Diri seseorang yang menggunakan bahwa variabel
akan mendorong ke kuesioner
persepsi keyakinan
suatu hasil tertentu
(perilaku) diri datanya
terdistribusi normal.
Sehingga kategori
data dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Kurang baik,
jika total skor ≤
mean.
2. Baik, jika total
skor > mean.
7 Perilaku Upaya responden Wawancara 0. Tidak baik, jika Ordinal
Pencegahan untuk berperilaku dengan responden
Penularan sehat, diukur dengan menggunakan sebagian atau
penggunaan kondom kuesioner tidak pernah
HIV/AIDS
dan penggunaan melakukan
pelicin. praktik perilaku
pencegahan
penularan HIV,
yaitu
penggunaan
kondom dan
pelicin.
1. Baik, jika
responden selalu
melakukan
praktik perilaku
pencegahan
penularan HIV,
yaitu
penggunaan
kondom dan
pelicin.

3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian

Berdasarkan tujuan, bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif-

analitik yaitu suatu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan

mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Analisis dinamika korelasi antara

fenomena, baik antara faktor risiko dengan faktor efek, antar faktor risiko,

maupun antar faktor efek. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross


53

sectional yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko

dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (Soekidjo Notoatmodjo, 2005: 145-146).

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010:

173). Populasi dalam penelitian ini adalah semua waria pekerja seks yang

ada di Kabupaten Kudus tahun 2015 yang sejumlah sebanyak 42 orang.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

suatu populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga

dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu. Kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk

itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative

(mewakili) (Sugiyono, 2010:62-67). Jumlah dari populasi yang bekerja

sebagai waria pekerja seks sebanyak 42 orang.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel menggunakan metode

total sampling. Total sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan

mengambil seluruh anggota populasi sebagai sampel atau responden

(Sugiyono, 2009). Dengan demikian, maka penelitian mengambil sampel dari

seluruh waria yang bekerja sebagai pekerja seks yang berjumlah 42 orang.

Karena penelitian ini menggunakan analisis bivariat, maka besar sampel


54

mengacu pada rule of thumb, yaitu setiap penelitian yang datanya minimal

30 subjek penelitian (Notoatmodjo S, 2005:89).

3.7 Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis data penelitian, yaitu data primer

dan data sekunder.

3.7.1 Sumber Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari penelitian yang

dilakukan oleh peneliti sendiri. Sumber informasi primer bersumber dari

hasil pengamatan (observasi) peneliti di tempat penelitian dan wawancara

terstruktur terhadap narasumber penelitian. Dalam penelitian ini, data primer

diperoleh melalui serangkaian pengamatan yang dilakukan oleh peneliti.

3.7.1.1 Observasi/Pengamatan

Pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain

meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2005: 93).

Pengamatan dilakukan pada kelompok komunitas waria terutama pada waria

pekerja seks tentang bagaimana gaya dia ketika menjajakan diri dan

bagaimana perilakunya terhadap pencegahan penularan HIV/AIDS.

3.7.1.2 Wawancara Semiterstruktur

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu

topik tertentu. Wawancara semiterstruktur termasuk dalam kategori in-dept

interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan


55

dengan wawancara terstrukstur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk

menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak yang di ajak

wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara,

peneliti harus mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang

dikemukakan oleh informan (Sugiyono, 2008:234). Selain pengamatan yang

dilakukan pada kelompok waria, wawancara juga dilakukan secara khusus

kepada ketua kelompok komunitas yang menjelaskan hal-hal apa saja yang

sering mereka lakukan selama menjadi pekerja seks.

3.7.2 Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari penelitian-penelitian

lain dan referensi mengenai perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.

Sumber informasi sekunder antara lain:

1. Data Kunjungan VCT Komunitas Waria di Kudus Tahun 2014.

2. Data Kunjungan VCT Komunitas Waria di Kudus Tahun 2015.

3.8 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data

3.8.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 48). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner diartikan sebagai daftar

pernyataan yang tersusun dengan baik dan sudah matang dimana responden

tinggal memberikan jawaban. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui

perilaku kesehatan responden, terlebih dalam hal kesehatan reproduksi.


56

3.8.1.1 Soal Tes Pada Kuesioner

Jumlah item soal pada kuesioner sebanyak 70 soal tertutup yang

bersifat multiple choice dengan menggunakan check list yang sesuai dengan

persepsi responden (Soekidjo Notoatmodjo, 2005: 125).

Kuesioner berisi tentang persepsi kerentanan yang dirasakan, persepsi

keseriusan yang dirasakan, persepsi manfaat yang dirasakan, persepsi

hambatan yang dirasakan, persepsi isyarat untuk bertindak, persepsi

keyakinan diri dengan pilihan jawaban “Sangat Tidak Setuju”, “Tidak

Setuju”, “Ragu-ragu”, “Setuju” dan “Sangat Setuju”, dan perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks dengan pilihan jawaban “Ya”

dan “Tidak” (Suharsimi Arikunto, 2010: 283). Uji coba instrumen dilakukan

untuk mendapat masukan terhadap instrumen.

Tabel 3.2 Item Pernyataan pada Kuesioner


Pembahasan Nomor Soal
(1) (2) (3)
1 Persepsi Kerentanan yang (1),(2),(3),(4),(5),(6),(7),(8),(9),(10)
Dirasakan
2 Persepsi Keseriusan yang (1),(2),(3),(4),(5),(6),(7),(8),(9),(10)
Dirasakan
3 Persepsi Manfaat yang Dirasakan (1),(2),(3),(4),(5),(6),(7),(8),(9),(10)
4 Persepsi Hambatan yang Dirasakan (1),(2),(3),(4),(5),(6),(7),(8),(9),(10)
5 Persepsi Isyarat untuk bertindak (1),(2),(3),(4),(5),(6),(7),(8),(9),(10)
6 Persepsi Keyakinan Diri (1),(2),(3),(4),(5),(6),(7),(8),(9),(10)
7 Perilaku Pencegahan Penularan (1),(2),(3),(4),(5),(6),(7),(8),(9),(10)
HIV/AIDS

Penentuan skor dalam penelitian ini menggunakan skala Likert.

Penskalaan model Likert merupakan perskalaan pernyataan yang

menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berisikan pernyataan

yang berupa pernyataan yang merupakan pendapat dari responden. Dalam


57

perskalaan model Likert responden akan diminta untuk menyatakan

kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima

macam kategori, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS),

Ragu-ragu (R), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Kelima penilaian tersebut

diberi bobot sebagai berikut:

Tabel 3.3 Taraf Penskalaan Penilaian Variabel Bebas


Skor
No Skala
Favorable Unfavorable
(1) (2) (3)
1 Sangat Tidak Setuju 1 5
2 Tidak Setuju 2 4
3 Ragu-ragu 3 3
4 Setuju 4 2
5 Sangat Setuju 5 1

Sedangkan pada perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria

pekerja seks terdiri atas: “Tidak” dan “Ya” . Kedua penilaian tersebut diberi

bobot sebagai berikut:

Tabel 3.4 Taraf Penskalaan Penilaian Kuesioner Variabel Terikat


Skor
No Skala
Favorable Unfavorable
(1) (2) (3)
1 Tidak 0 1
2 Ya 1 0

3.8.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum kuesioner digunakan untuk memperoleh data primer, dilakukan

uji validitas dan reabilitas pada item-item pertanyaan dalam kuesioner. Jadi

kuesioner yang valid dan reliable merupakan syarat untuk mendapatkan

hasil penelitian yang valid dan reliable pula (Sugiyono, 2010:348;

Notoatmodjo S, 2005:116).
58

3.8.2.1 Validitas

Kuesioner diujikan pada Komunitas Waria Pati. Peneliti melakukan uji

validitas kuesioner pada Komunitas Waria pekerja seks di Kabupaten Pati

karena komunitas tersebut memiliki karakteristik yang hampir sama dengan

sampel penelitian. Jumlah sampel pada uji validitas kuesioner sebanyak 30

responden. Pengujian validitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan

software SPSS versi 16.0. Untuk mengetahui bahwa item-item pernyataan

pada kuesioner tersebut jika r hitung lebih besar dari r tabel product

moment pearson. Jika responden berjumlah 30 dengan taraf signifikansi 5%,

maka diketahui bahwa r tabel product moment pearson sebesar 0,361. Hasil

menunjukkan bahwa dari 70 item pernyataan pada kuesioner, ada 25

pernyataan yang dinyatakan tidak valid. Untuk mengetahui kuesioner

tersebut benar-benar valid, maka dilakukan lagi validasi dengan

menggunakan komputer dengan syarat item-item pernyataan yang tidak valid

dihilangkan ke dalam entri data. Hasil menunjukkan bahwa 45 item

pernyataan pada kuesioner tersebut valid.

Berdasarkan uji validitas, didapatkan hasil instrumen yang tidak valid

diantaranya:

Tabel 3.5 Instrumen Penelitian yang Tidak Valid


Variabel Pernyataan yang tidak valid
(1) (2)
Persepsi kerentanan yang dirasakan 5 dan 9
Persepsi keseriusan yang dirasakan 2, 5, 7 dan 10
Persepsi manfaat yang dirasakan 7 dan 10
Persepsi hambatan yang dirasakan 2, 5, dan 7
Persepsi isyarat untuk bertindak 2, 6, 8 dan 9
Persepsi keyakinan diri 3, 4, 6, 9 dan 10
Perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS 2, 3, 6, 7 dan 9
59

Dari data hasil uji validitas yang didapatkan, maka pernyataan yang

tidak valid sebaiknya disingkirkan dan tidak dijadikan sebagai instrumen

penelitian.

3.8.2.2 Reliabilitas

Setelah melakukan uji validitas maka selanjutnya melakukan uji

reabilitas. Syarat item-item pernyataan dalam kuesioner penelitian reliable,

yaitu r alpha lebih besar dari r tabel product moment pearson, r tabel

tersebut sama dengan r tabel saat dilakukan uji validitas karena jumlah

responden dan taraf signifikansinya sama, jadi r tabel dalam uji reabilitas

sebesar 0,361. Setelah dilakukan perhitungan terhadap ke-45 item pernyataan

pada kuesioner yang valid maka diperoleh alpha diatas 0,361. Jadi item-

item kuesioner pada semua variabel adalah reliable.

Tabel 3.6 Nilai Reliabilitas Instrumen


Variabel Alpha Simpulan
(1) (2) (3)
Persepsi kerentanan yang dirasakan 0.723 Reliabel
Persepsi keseriusan yang dirasakan 0.743 Reliabel
Persepsi manfaat yang dirasakan 0.861 Reliabel
Persepsi hambatan yang dirasakan 0.773 Reliabel
Persepsi isyarat untuk bertindak 0.77 Reliabel
Persepsi keyakinan diri 0.76 Reliabel
Perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS 0.711 Reliabel

3.8.3 Teknik Pengumpulan Data

3.8.3.1 Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang

diteliti untuk mengumpulkan data, teknik yang digunakan adalah wawancara

dengan para anggota Komunitas Waria Kudus.


60

1) Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden),

atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face

to face) (Soekidjo Notoatmojo, 2005: 102). Dengan melakukan

wawancara terhadap responden, peneliti dapat mengetahui identitas

responden, persepsi yang ia miliki dan bagaimana perilaku

kesehatannya terutama tentang kesehatan reproduksi.

2) Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan

berbagai sumber tulisan yang berkenaan dengan objek penelitian.

Metode ini digunakan untuk mengambil data tentang sampel

penelitian yang tercatat dalam komunitas waria di Kabupaten Kudus.

3.8.3.2 Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat

teori yang bermanfaat sebagai acuan dan pembanding dengan penelitian

yang diperoleh, yaitu cara membaca, mempelajari dan memahami literatur

dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.9 Uji Statistik

3.9.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

diketahui bahwa uji Chi-Square mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
61

menjadi tidak valid atau jumlah sampel kecil. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S).

3.10 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tahap pra penelitian,

penelitian, dan pasca penelitian. Yang diuraikan sebagai berikut:

3.10.1 Tahap Pra-penelitian

Tahap pra-penelitian dijelaskan sebagai berikut:

- Menyiapkan instrumen penelitian

- Koordinasi dengan komunitas populasi waria di Kabupaten Kudus

- Menentukan sampel dan jumlah sampel penelitian

- Melakukan pendekatan dengan responden

3.10.2 Tahap Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian dijelaskan sebagai berikut:

- Koordinasi dengan komunitas populasi waria di Kabupaten Kudus

- Koordinasi dengan sampel penelitian

- Menyebarkan kuesioner penelitian

- Melakukan wawancara dengan responden

- Pengamatan

3.10.3 Tahap Pasca-penelitian

Data yang dikumpulkan melalui hasil kuesioner, wawancara dan

observasi dianalisis secara komputerisasi dengan menggunakan software

SPSS 16.0.
62

3.11 Teknik Pengolahan dan Aanalisi Data


3.11.1 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan dianalisis

menggunakan komputer. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi

yang benar, paling tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data yang

harus dilalui, yaitu:

3.11.1.1 Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi formulir atau

kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner tersebut. Yang meliputi

pengecekan nama dan kelengkaan identitas responden, kelengkapan data dan

macam isian data (Suharsimi Arikunto, 2010: 278).

3.11.1.2 Tabulasi

Termasuk dalam kegiatan tabulasi ini antara lain:

1) Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi

skor.

2) Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor.

3) Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasikan dengan teknik

analisis yang digunakan.

4) Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data

jika akan menggunakan computer (Suharsimi Arikunto, 2010: 279-280).

3.11.1.3 Processing

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah

melewati proses coding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data

agar dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry


63

data dari kuesioner ke paket program komputer. Ada bermacam-macam

paket program yang dapat digunakan untuk pemrosesan data dengan

masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket

program yang sudah umum digunakan untuk entry data adalah paket

program SPSS 16.0 for Windows.

3.11.1.4 Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali

data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan

tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita mengentry ke computer. Dalam

penelitian deskriptif ini data dianalisis dengan menggunakan analisis

univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel

dari hasil penelitian. Dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan

presentase dari tiap variabel. Analisis bivariat dilakukan terdapat dua

variabel yang diduga berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2005: 188-189).

3.11.2 Analisis Data

Dalam penelitian deskriptif ini data dianalisis dengan menggunakan

analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan terhadap

tiap variabel dari hasil penelitian. Dalam analisis ini menghasilkan distribusi

dan persentase dari tiap variabel. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berkorelasi (Notoatmodjo S, 2005: 188-189).

Teknik analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.11.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap

variabel penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2005: 188). Variabel yang diteliti


64

dalam penelitian ini adalah variabel persepsi kerentanan yang dirasakan,

variabel persepsi variabel keseriusan yang dirasakan, variabel persepsi

manfaat yang dirasakan, veriabel persepsi hambatan yang dirasakan, variabel

persepsi isyarat untuk bertindak, variabel keyakinan diri, variabel perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS. Data hasil analisis univariat berupa

frekuensi dan presentase setiap variabel.

3.11.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap 2 variabel

(variabel bebas dengan variabel terikat) yang diduga berhubungan (Soekidjo

Notoatmodjo, 2005: 188). Dalam penelitian ini, analisis bivariat dilakukan

untuk mengetahui bagaimana persepsi responden yang berhubungan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.

Dalam analisis ini uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-square

yang digunakan untuk membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi)

dengan frekuensi harapan (ekspektasi) pada waria pekerja seks di Kabupaten

Kudus dengan bantuan SPSS versi 16.0.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS

pada waria pekerja seks di Kabupaten Kudus tahun 2015, dengan responden

yang berjumlah 42 responden yang bekerja sebagai pekerja seks maka

diperoleh beberapa hasil sebagai berikut yakni deskripsi responden menurut

usia, pendidikan dan lamanya menjadi pekerja seks.

4.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan analisis terhadap usia para responden, diperoleh gambaran

bahwa kisaran usia responden penelitian ini antara 24 tahun sampai 45

tahun. Gambaran usia responden dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia


Usia
No f %
(Tahun)
(1) (2) (3) (4)
1 21-30 22 52,4

2 31-40 11 26.2
3 > 40 9 21,4
Jumlah 42 100

Data penelitian menunjukkan bahwa responden yang berusia 21-30

tahun sebanyak 22 orang (52,4 %), responden yang berusia 31-40 tahun

sebanyak 11 orang (26,2 %), dan responden > 40 tahun sebanyak 9 orang

(21,4 %).

65
66

4.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan analisis terhadap tingkat pendidikan terakhir responden

didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan


No Pendidikan f %
(1) (2) (3) (4)
1 SD 4 9,5
2 SMP/sederajat 16 38,1
3 SMA/sederajat 22 52,4
Jumlah 42 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden dalam

penelitian ini adalah SD, SMP, dan SMA. Responden dengan pendidikan

terakhir SD sebanyak 4 orang (9,5 %), tingkat pendidikan terakhir

SMP/sederajat sebanyak 16 orang (38,1 %), dan tingkat pendidikan terakhir

SMA/sederajat sebanyak 22 orang (52,4 %).

4.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Pekerja


Seks
Berdasarkan analisis tentang lamanya menjadi pekerja seks, didapatkan

data sebagai berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi


Pekerja Seks
No Lama Menjadi Pekerja Seks f %
(1) (2) (3) (4)
1 Kurang dari 5 tahun 11 26,2
2 Lebih dari 5 tahun 31 73,8
Jumlah 42 100
67

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa waria yang menjadi pekerja seks kurang

dari 5 tahun sebanyak 11 orang (26,2 %), sedangkan waria yang menjadi

pekerja seks lebih dari 5 tahun sebanyak 31 orang (73, 8 %).

4.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status HIV/AIDS

Berdasarkan analisis status HIV/AIDS responden didapatkan data

sebagai berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status HIV/AIDS


No Status HIV/AIDS f %
(1) (2) (3) (4)
1 Negatif 42 100
2 Positif 0 0
Jumlah 42 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari jumlah total responden yang

menjadi pekerja seks, didapatkan hasil 100% atau semua responden

menunjukkan hasil yang negatif terhadap infeksi HIV/AIDS.

4.2 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Santoso, 2005: 209).

Hasil perhitungan uji normalitas didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.5 Uji Normalitas Variabel Bebas dan Variabel Terikat


Variabel dependen dan independen Nilai signifikansi
(1) (2) (3)
1 Persepsi kerentanan yang dirasakan 0.241
2 Persepsi keseriusan yang dirasakan 0.314
3 Persepsi manfaat yang dirasakan 0.050
4 Persepsi hambatan yang dirasakan 0.511
5 Persepsi isyarat untuk bertindak 0.254
6 Persepsi keyakinan diri 0.483
7 Perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS 0.230
68

Dari tabel 4.5 terlihat bahwa persepsi responden dan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS , angka signifikansi atau probabilitas lebih

dari 0,05. Dengan demikian data terdistribusi normal.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian. Pada

analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel

persepsi responden tentang perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.

4.3.1.1 Persepsi Kerentanan yang Dirasakan

Distribusi skor persepsi kerentanan yang dirasakan dapat digambarkan

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Kerentanan yang Dirasakan


Persepsi Kerentanan F %
(1) (2) (3)
Kurang Baik 22 52,4
Baik 20 47,6
Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 tentang hasil distribusi frekuensi persepsi

kerentanan yang dirasakan, didapatkan bahwa responden yang mempunyai

persepsi kerentanan yang kurang baik sebanyak 22 orang (52,4%) dan yang

mempunyai persepsi kerentanan baik sebanyak 20 orang (47,6%).

4.3.1.2 Persepsi Keseriusan yang Dirasakan

Distribusi skor persepsi keseriusan yang dirasakan dapat digambarkan

pada tabel dibawah ini:


69

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Persepsi Keseriusan yang Dirasakan


Persepsi Keseriusan F %
(1) (2) (3)
Kurang Baik 20 47,6
Baik 22 52,4
Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 tentang hasil distribusi frekuensi persepsi

keseriusan yang dirasakan, didapatkan bahwa responden yang mempunyai

persepsi keseriusan yang kurang baik sebanyak 20 orang (47,6%) dan yang

mempunyai persepsi keseriusan baik sebanyak 22 orang (52,4%).

4.3.1.3 Persepsi Manfaat yang Dirasakan

Distribusi skor persepsi manfaat yang dirasakan dapat digambarkan

pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Persepsi Manfaat yang Dirasakan


Persepsi Manfaat F %
(1) (2) (3)
Kurang Baik 22 52,4
Baik 20 47,6
Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 tentang hasil distribusi frekuensi persepsi

manfaat yang dirasakan, didapatkan bahwa responden yang mempunyai

persepsi manfaat yang kurang baik sebanyak 22 orang (52,4%) dan yang

mempunyai persepsi manfaat baik sebanyak 20 orang (47,6%).

4.3.1.4 Persepsi Hambatan yang Dirasakan

Distribusi skor persepsi hambatan yang dirasakan dapat digambarkan

pada tabel dibawah ini:


70

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Persepsi Hambatan yang Dirasakan


Persepsi Hambatan F %
(1) (2) (3)
Kurang Baik 21 50
Baik 21 50
Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 tentang hasil distribusi frekuensi skor persepsi

hambatan yang dirasakan, didapatkan bahwa responden yang mempunyai

persepsi hambatan yang kurang baik sebanyak 21 orang (50%) dan yang

mempunyai persepsi hambatan baik sebanyak 21 orang (50%).

4.3.1.5 Persepsi Isyarat untuk Bertindak

Distribusi skor persepsi isyarat untuk bertindak dapat digambarkan pada

tabel dibawah ini:

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Persepsi Isyarat untuk Bertindak


Isyarat untuk bertindak F %
(1) (2) (3)
Kurang Baik 25 59,5
Baik 17 40,5
Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.10 tentang distribusi frekuensi skor persepsi isyarat

untuk bertindak, didapatkan bahwa responden yang mempunyai persepsi

isyarat untuk bertindak yang kurang baik sebanyak 25 orang (59,5%) dan

yang mempunyai persepsi isyarat untuk bertindak baik sebanyak 17 orang

(40,5%).

4.3.1.6 Persepsi Keyakinan Diri

Distribusi skor keyakinan diri dapat digambarkan pada tabel dibawah

ini:
71

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Persepsi Keyakinan Diri


Keyakinan Diri F %
(1) (2) (3)
Kurang Baik 19 45,2
Baik 23 54,8
Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.11 tentang hasil distribusi frekuensi persepsi

keyakinan diri, didapatkan bahwa responden yang mempunyai persepsi

keyakinan diri yang kurang baik sebanyak 19 orang (45,2%) dan yang

mempunyai persepsi keyakinan diri baik sebanyak 23 orang (54,8%).

4.3.1.7 Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Distribusi skor perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS dapat

digambarkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS


Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS F %
(1) (2) (3)
Tidak Baik 8 19
Baik 34 81
Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.12 tentang hasil distribusi frekuensi perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS, didapatkan bahwa responden yang

mempunyai perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS yang tidak baik

sebanyak 8 orang (19%) dan yang perilaku pencegahan penularan

HIV/AIDS baik sebanyak 34 orang (81%).


72

4.3.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di

Kabupaten Kudus tahun 2015, meliputi:

4.3.2.1 Hubungan antara Persepsi Kerentanan yang Dirasakan dengan


Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Hubungan antara persepsi kerentanan yang dirasakan dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.13 Hubungan antara Persepsi Kerentanan yang Dirasakan dengan


Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Perilaku Pencegahan Penularan
Persepsi
HIV/AIDS Total
Kerentanan
Tidak baik Baik P-value
yang
Dirasakan N % N % N %
Kurang baik 7 87,5 15 44,1 22 52,4
0,069
Baik 1 12,5 19 55,9 20 47,6
Jumlah 8 34 42

Hasil analisis hubungan antara persepsi kerentanan yang dirasakan

dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di Kabupaten Kudus tahun

2015 diperoleh bahwa dari 7 responden yang memiliki persepsi kerentanan

kurang baik memiliki perilaku pencegahan yang tidak baik, dan dari 1

responden yang memiliki persepsi kerentanan baik memiliki perilaku

pencegahan yang tidak baik. Sedangkan dari 15 responden yang memiliki

persepsi kerentanan kurang baik memiliki perilaku pencegahan yang baik,

dan dari 19 responden yang memiliki persepsi kerentanan baik memiliki

perilaku pencegahan yang baik pula.


73

Berdasarkan tabel 4.13, diperoleh p = 0,069 (> 0,05) sehingga Ho

diterima, yang artinya tidak ada hubungan antara persepsi kerentanan yang

dirasakan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.

4.3.2.2 Hubungan antara Persepsi Keseriusan yang Dirasakan dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Hubungan antara persepsi keseriusan yang dirasakan dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.14 Hubungan antara Persepsi Keseriusan yang Dirasakan dengan


Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Perilaku Pencegahan Penularan
Persepsi
HIV/AIDS Total
Keseriusan
Tidak baik Baik P-value
yang
Dirasakan N % N % N %
Kurang baik 2 25 18 53 20 47,6
0,033
Baik 6 75 16 47 22 52,4
Jumlah 8 34 42

Hasil analisis hubungan antara persepsi keseriusan yang dirasakan

dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di Kabupaten Kudus tahun

2015 diperoleh bahwa dari 2 responden yang memiliki persepsi keseriusan

kurang baik memiliki perilaku pencegahan yang tidak baik, dan dari 6

responden yang memiliki persepsi keseriusan baik memiliki perilaku

pencegahan yang tidak baik. Sedangkan dari 18 responden yang memiliki

persepsi keseriusan kurang baik memiliki perilaku pencegahan yang baik,

dan dari 16 responden yang memiliki persepsi kseeriusan baik memiliki

perilaku pencegahan yang baik pula.


74

Berdasarkan tabel 4.14, diperoleh p = 0,033 (< 0,05) sehingga Ho

ditolak, yang artinya ada hubungan antara persepsi keseriusan yang

dirasakan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.

4.3.2.3 Hubungan antara Persepsi Manfaat yang Dirasakan dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Hubungan antara persepsi manfaat yang dirasakan dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.15 Hubungan antara Persepsi Manfaat yang Dirasakan dengan


Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Perilaku Pencegahan Penularan
Persepsi HIV/AIDS Total
Manfaat yang Tidak baik Baik P-value
Dirasakan
N % N % N %
Kurang baik 4 50 18 53 22 52,4
0,001
Baik 4 50 16 47 20 47,6
Jumlah 8 34 42

Hasil analisis hubungan antara persepsi manfaat yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di Kabupaten Kudus tahun 2015

diperoleh bahwa dari 4 responden yang memiliki persepsi manfaat kurang

baik memiliki perilaku pencegahan yang tidak baik, dan dari 4 responden

yang memiliki persepsi manfaat baik memiliki perilaku pencegahan yang

tidak baik. Sedangkan dari 18 responden yang memiliki persepsi manfaat

kurang baik memiliki perilaku pencegahan yang baik, dan dari 16

responden yang memiliki persepsi manfaat baik memiliki perilaku

pencegahan yang baik pula.


75

Berdasarkan tabel 4.15, diperoleh p = 0,001 (< 0,05) sehingga Ho

ditolak, yang artinya ada hubungan antara persepsi manfaat yang dirasakan

dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.

4.3.2.4 Hubungan antara Persepsi Hambatan yang Dirasakan dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Hubungan antara persepsi hambatan yang dirasakan dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.16 Hubungan antara Persepsi Hambatan yang Dirasakan dengan


Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Perilaku Pencegahan Penularan
Persepsi HIV/AIDS Total
Hambatan yang Tidak baik Baik P-value
Dirasakan
N % N % N %
Kurang baik 4 50 17 50 21 50
0,037
Baik 4 50 17 50 21 50
Jumlah 8 34 42

Hasil analisis hubungan antara persepsi hambatan yang dirasakan

dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di Kabupaten Kudus tahun

2015 diperoleh bahwa dari 4 responden yang memiliki persepsi hambatan

kurang baik memiliki perilaku pencegahan yang tidak baik, dan dari 4

responden yang memiliki persepsi hambatan baik memiliki perilaku

pencegahan yang tidak baik. Sedangkan dari 17 responden yang memiliki

persepsi hambatan kurang baik memiliki perilaku pencegahan yang baik,

dan dari 19 responden yang memiliki persepsi hambatan baik memiliki

perilaku pencegahan yang baik pula.


76

Berdasarkan tabel 4.16, diperoleh p = 0,037 (< 0,05) sehingga Ho

ditolak, yang artinya ada hubungan antara persepsi hambatan yang dirasakan

dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.

4.3.2.5 Hubungan antara Persepsi Isyarat untuk bertindak dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Hubungan antara persepsi isyarat untuk bertindak dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.17 Hubungan antara Persepsi Isyarat untuk bertindak dengan Perilaku
Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Perilaku Pencegahan Penularan
Persepsi HIV/AIDS Total
Isyarat untuk Tidak baik Baik P-value
bertindak
N % N % N %
Kurang baik 6 75 19 55,9 25 59,5
0,049
Baik 2 25 15 44,1 17 40,5
Jumlah 8 34 42

Hasil analisis hubungan antara persepsi isyarat untuk bertindak dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di Kabupaten Kudus tahun 2015

diperoleh bahwa dari 6 responden yang memiliki persepsi isyarat untuk

bertindak kurang baik memiliki perilaku pencegahan yang tidak baik, dan

dari 2 responden yang memiliki persepsi isyarat untuk bertindak baik

memiliki perilaku pencegahan yang tidak baik. Sedangkan dari 19 responden

yang memiliki persepsi isyarat untuk bertindak kurang baik memiliki

perilaku pencegahan yang baik, dan dari 15 responden yang memiliki

persepsi isyarat untuk bertindak baik memiliki perilaku pencegahan yang

baik pula.
77

Berdasarkan tabel 4.17, diperoleh p = 0.049 (< 0,05) sehingga Ho

ditolak, yang artinya ada hubungan antara persepsi isyarat untuk bertindak

dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.

4.3.2.6 Hubungan antara Persepsi Keyakinan Diri dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Hubungan antara persepsi keyakinan diri dengan perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.18 Hubungan antara Persepsi Keyakinan Diri dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Perilaku Pencegahan Penularan
Persepsi HIV/AIDS Total
Keyakinan Tidak baik Baik P-value
Diri
N % N % N %
Kurang baik 4 50 15 44,1 19 45,2
0,001
Baik 4 50 19 55,9 23 54,8
Jumlah 8 34 42

Hasil analisis hubungan antara persepsi keyakinan diri dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS di Kabupaten Kudus tahun 2015 diperoleh

bahwa dari 4 responden yang memiliki persepsi keyakinan diri kurang baik

memiliki perilaku pencegahan yang tidak baik, dan dari 4 responden yang

memiliki persepsi keyakinan diri baik memiliki perilaku pencegahan yang

tidak baik. Sedangkan dari 15 responden yang memiliki persepsi keyakinan

diri kurang baik memiliki perilaku pencegahan yang baik, dan dari 19

responden yang memiliki persepsi keyakinan diri baik memiliki perilaku

pencegahan yang baik pula.


78

Berdasarkan tabel 4.18, diperoleh p = 0,001 (< 0,05) sehingga Ho

ditolak, yang artinya ada hubungan antara persepsi keyakinan diri dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.4 Gambaran Umum

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS

pada waria pekerja seks di Kabupaten Kudus tahun 2015, dengan responden

yang berjumlah 42 responden yang bekerja sebagai pekerja seks maka

diperoleh beberapa hasil sebagai berikut yakni deskripsi responden menurut

usia, pendidikan dan lamanya menjadi pekerja seks.

4.4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan analisis terhadap usia para responden, diperoleh gambaran

bahwa kisaran usia responden penelitian ini antara 24 tahun sampai 45 tahun.

Gambaran usia responden dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia


Usia
No f %
(Tahun)
(1) (2) (3) (4)
1 21-30 22 52,4

2 31-40 11 26.2
3 > 40 9 21,4
Jumlah 42 100

79
80

Data penelitian menunjukkan bahwa responden yang berusia 21-30 tahun

sebanyak 22 orang (52,4 %), responden yang berusia 31-40 tahun sebanyak 11

orang (26,2 %), dan responden > 40 tahun sebanyak 9 orang (21,4 %).

4.4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan analisis terhadap tingkat pendidikan terakhir responden

didapatkan data sebagai berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan


No Pendidikan f %
(1) (2) (3) (4)
1 SD 4 9,5
2 SMP/sederajat 16 38,1
3 SMA/sederajat 22 52,4
Jumlah 42 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden dalam

penelitian ini adalah SD, SMP, dan SMA. Responden dengan pendidikan

terakhir SD sebanyak 4 orang (9,5 %), tingkat pendidikan terakhir

SMP/sederajat sebanyak 16 orang (38,1 %), dan tingkat pendidikan terakhir

SMA/sederajat sebanyak 22 orang (52,4 %).

4.4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Pekerja Seks


Berdasarkan analisis tentang lamanya menjadi pekerja seks, didapatkan data

sebagai berikut :
81

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi


Pekerja Seks
No Lama Menjadi Pekerja Seks f %
(1) (2) (3) (4)
1 Kurang dari 5 tahun 11 26,2
2 Lebih dari 5 tahun 31 73,8
Jumlah 42 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa waria yang menjadi pekerja seks kurang

dari 5 tahun sebanyak 11 orang (26,2 %), sedangkan waria yang menjadi

pekerja seks lebih dari 5 tahun sebanyak 31 orang (73, 8 %).

4.4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status HIV/AIDS

Berdasarkan analisis status HIV/AIDS responden didapatkan data sebagai

berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status HIV/AIDS


No Status HIV/AIDS f %
(1) (2) (3) (4)
1 Negatif 42 100
2 Positif 0 0
Jumlah 42 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari jumlah total responden yang menjadi

pekerja seks, didapatkan hasil 100% atau semua responden menunjukkan hasil

yang negatif terhadap infeksi HIV/AIDS.


82

4.5 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Santoso, 2005: 209).

Hasil perhitungan uji normalitas didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.5 Uji Normalitas Variabel Bebas dan Variabel Terikat


Variabel dependen dan independen Nilai signifikansi
(1) (2) (3)
1 Persepsi kerentanan yang dirasakan 0.241
2 Persepsi keseriusan yang dirasakan 0.314
3 Persepsi manfaat yang dirasakan 0.050
4 Persepsi hambatan yang dirasakan 0.511
5 Persepsi isyarat untuk bertindak 0.254
6 Persepsi keyakinan diri 0.483
7 Perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS 0.230

Dari tabel 4.5 terlihat bahwa persepsi responden dan perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS , angka signifikansi atau probabilitas lebih dari 0,05.

Dengan demikian data terdistribusi normal.

4.6 Hasil Penelitian

4.6.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap-tiap variabel penelitian. Pada

analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel

persepsi responden tentang perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.

4.6.1.1 Persepsi Kerentanan yang Dirasakan

Distribusi skor persepsi kerentanan yang dirasakan dapat digambarkan pada

tabel dibawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Kerentanan yang Dirasakan


83

Persepsi Kerentanan F %
(1) (2) (3)
Kurang Baik 22 52,4
Baik 20 47,6
Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 tentang hasil distribusi frekuensi persepsi

kerentanan yang dirasakan, didapatkan bahwa responden yang mempunyai

persepsi kerentanan yang kurang baik sebanyak 22 orang (52,4%) dan yang

mempunyai persepsi kerentanan baik sebanyak 20 orang (47,6%).

4.6.1.2 Persepsi Keseriusan yang Dirasakan

Distribusi skor persepsi keseriusan yang dirasakan dapat digambarkan pada

tabel dibawah ini:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Persepsi Keseriusan yang Dirasakan


Persepsi Keseriusan F %
(1) (2) (3)
Kurang Baik 20 47,6
Baik 22 52,4
Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 tentang hasil distribusi frekuensi persepsi keseriusan

yang dirasakan, didapatkan bahwa responden yang mempunyai persepsi

keseriusan yang kurang baik sebanyak 20 orang (47,6%) dan yang mempunyai

persepsi keseriusan baik sebanyak 22 orang (52,4%).


84

4.6.1.3 Persepsi Manfaat yang Dirasakan

Distribusi skor persepsi manfaat yang dirasakan dapat digambarkan pada

tabel dibawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Persepsi Manfaat yang Dirasakan


Persepsi Manfaat F %
(1) (2) (3)
Kurang Baik 22 52,4
Baik 20 47,6
Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 tentang hasil distribusi frekuensi persepsi manfaat

yang dirasakan, didapatkan bahwa responden yang mempunyai persepsi manfaat

yang kurang baik sebanyak 22 orang (52,4%) dan yang mempunyai persepsi

manfaat baik sebanyak 20 orang (47,6%).

4.6.1.4 Persepsi Hambatan yang Dirasakan

Distribusi skor persepsi hambatan yang dirasakan dapat digambarkan pada

tabel dibawah ini:

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Persepsi Hambatan yang Dirasakan


Persepsi Hambatan F %
(1) (2) (3)
Kurang Baik 21 50
Baik 21 50
Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 tentang hasil distribusi frekuensi skor persepsi

hambatan yang dirasakan, didapatkan bahwa responden yang mempunyai


85

persepsi hambatan yang kurang baik sebanyak 21 orang (50%) dan yang

mempunyai persepsi hambatan baik sebanyak 21 orang (50%).

4.6.1.5 Persepsi Isyarat untuk Bertindak

Distribusi skor persepsi isyarat untuk bertindak dapat digambarkan pada

tabel dibawah ini:

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Persepsi Isyarat untuk Bertindak


Isyarat untuk bertindak F %
(1) (2) (3)
Kurang Baik 25 59,5
Baik 17 40,5
Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.10 tentang distribusi frekuensi skor persepsi isyarat

untuk bertindak, didapatkan bahwa responden yang mempunyai persepsi isyarat

untuk bertindak yang kurang baik sebanyak 25 orang (59,5%) dan yang

mempunyai persepsi isyarat untuk bertindak baik sebanyak 17 orang (40,5%).

4.6.1.6 Persepsi Keyakinan Diri

Distribusi skor keyakinan diri dapat digambarkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Persepsi Keyakinan Diri


Keyakinan Diri F %
(1) (2) (3)
Kurang Baik 19 45,2
Baik 23 54,8
Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.11 tentang hasil distribusi frekuensi persepsi

keyakinan diri, didapatkan bahwa responden yang mempunyai persepsi


86

keyakinan diri yang kurang baik sebanyak 19 orang (45,2%) dan yang

mempunyai persepsi keyakinan diri baik sebanyak 23 orang (54,8%).

4.6.1.7 Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Distribusi skor perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS dapat

digambarkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS


Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS F %
(1) (2) (3)
Tidak Baik 8 19
Baik 34 81
Jumlah 42 100,0

Berdasarkan tabel 4.12 tentang hasil distribusi frekuensi perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS, didapatkan bahwa responden yang

mempunyai perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS yang tidak baik sebanyak

8 orang (19%) dan yang perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS baik

sebanyak 34 orang (81%).

4.6.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di Kabupaten

Kudus tahun 2015, meliputi:

4.6.2.1 Hubungan antara Persepsi Kerentanan yang Dirasakan dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Hubungan antara persepsi kerentanan yang dirasakan dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


87

Tabel 4.13 Hubungan antara Persepsi Kerentanan yang Dirasakan dengan


Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Perilaku Pencegahan Penularan
Persepsi
HIV/AIDS Total
Kerentanan
Tidak baik Baik P-value
yang
Dirasakan N % N % N %
Kurang baik 7 87,5 15 44,1 22 52,4
0,069
Baik 1 12,5 19 55,9 20 47,6
Jumlah 8 34 42

Hasil analisis hubungan antara persepsi kerentanan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di Kabupaten Kudus tahun 2015

diperoleh bahwa dari 7 responden yang memiliki persepsi kerentanan kurang

baik memiliki perilaku pencegahan yang tidak baik, dan dari 1 responden yang

memiliki persepsi kerentanan baik memiliki perilaku pencegahan yang tidak

baik. Sedangkan dari 15 responden yang memiliki persepsi kerentanan kurang

baik memiliki perilaku pencegahan yang baik, dan dari 19 responden yang

memiliki persepsi kerentanan baik memiliki perilaku pencegahan yang baik

pula.

Berdasarkan tabel 4.13, diperoleh p = 0,069 (> 0,05) sehingga Ho diterima,

yang artinya tidak ada hubungan antara persepsi kerentanan yang dirasakan

dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.


88

4.6.2.2 Hubungan antara Persepsi Keseriusan yang Dirasakan dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Hubungan antara persepsi keseriusan yang dirasakan dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.14 Hubungan antara Persepsi Keseriusan yang Dirasakan dengan


Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Perilaku Pencegahan Penularan
Persepsi
HIV/AIDS Total
Keseriusan
Tidak baik Baik P-value
yang
Dirasakan N % N % N %
Kurang baik 2 25 18 53 20 47,6
0,033
Baik 6 75 16 47 22 52,4
Jumlah 8 34 42

Hasil analisis hubungan antara persepsi keseriusan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di Kabupaten Kudus tahun 2015

diperoleh bahwa dari 2 responden yang memiliki persepsi keseriusan kurang

baik memiliki perilaku pencegahan yang tidak baik, dan dari 6 responden yang

memiliki persepsi keseriusan baik memiliki perilaku pencegahan yang tidak

baik. Sedangkan dari 18 responden yang memiliki persepsi keseriusan kurang

baik memiliki perilaku pencegahan yang baik, dan dari 16 responden yang

memiliki persepsi kseeriusan baik memiliki perilaku pencegahan yang baik

pula.
89

Berdasarkan tabel 4.14, diperoleh p = 0,033 (< 0,05) sehingga Ho ditolak,

yang artinya ada hubungan antara persepsi keseriusan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.

4.6.2.3 Hubungan antara Persepsi Manfaat yang Dirasakan dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Hubungan antara persepsi manfaat yang dirasakan dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.15 Hubungan antara Persepsi Manfaat yang Dirasakan dengan Perilaku
Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Perilaku Pencegahan Penularan
Persepsi HIV/AIDS Total
Manfaat yang Tidak baik Baik P-value
Dirasakan
N % N % N %
Kurang baik 4 50 18 53 22 52,4
0,001
Baik 4 50 16 47 20 47,6
Jumlah 8 34 42

Hasil analisis hubungan antara persepsi manfaat yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di Kabupaten Kudus tahun 2015

diperoleh bahwa dari 4 responden yang memiliki persepsi manfaat kurang baik

memiliki perilaku pencegahan yang tidak baik, dan dari 4 responden yang

memiliki persepsi manfaat baik memiliki perilaku pencegahan yang tidak baik.

Sedangkan dari 18 responden yang memiliki persepsi manfaat kurang baik

memiliki perilaku pencegahan yang baik, dan dari 16 responden yang memiliki

persepsi manfaat baik memiliki perilaku pencegahan yang baik pula.


90

Berdasarkan tabel 4.15, diperoleh p = 0,001 (< 0,05) sehingga Ho ditolak,

yang artinya ada hubungan antara persepsi manfaat yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.

4.6.2.4 Hubungan antara Persepsi Hambatan yang Dirasakan dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Hubungan antara persepsi hambatan yang dirasakan dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.16 Hubungan antara Persepsi Hambatan yang Dirasakan dengan Perilaku
Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Perilaku Pencegahan Penularan
Persepsi HIV/AIDS Total
Hambatan yang Tidak baik Baik P-value
Dirasakan
N % N % N %
Kurang baik 4 50 17 50 21 50
0,037
Baik 4 50 17 50 21 50
Jumlah 8 34 42

Hasil analisis hubungan antara persepsi hambatan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di Kabupaten Kudus tahun 2015

diperoleh bahwa dari 4 responden yang memiliki persepsi hambatan kurang

baik memiliki perilaku pencegahan yang tidak baik, dan dari 4 responden yang

memiliki persepsi hambatan baik memiliki perilaku pencegahan yang tidak

baik. Sedangkan dari 17 responden yang memiliki persepsi hambatan kurang

baik memiliki perilaku pencegahan yang baik, dan dari 19 responden yang

memiliki persepsi hambatan baik memiliki perilaku pencegahan yang baik pula.
91

Berdasarkan tabel 4.16, diperoleh p = 0,037 (< 0,05) sehingga Ho ditolak,

yang artinya ada hubungan antara persepsi hambatan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.

4.6.2.5 Hubungan antara Persepsi Isyarat untuk bertindak dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Hubungan antara persepsi isyarat untuk bertindak dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.17 Hubungan antara Persepsi Isyarat untuk bertindak dengan Perilaku
Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Perilaku Pencegahan Penularan
Persepsi HIV/AIDS Total
Isyarat untuk Tidak baik Baik P-value
bertindak
N % N % N %
Kurang baik 6 75 19 55,9 25 59,5
0,049
Baik 2 25 15 44,1 17 40,5
Jumlah 8 34 42

Hasil analisis hubungan antara persepsi isyarat untuk bertindak dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di Kabupaten Kudus tahun 2015

diperoleh bahwa dari 6 responden yang memiliki persepsi isyarat untuk

bertindak kurang baik memiliki perilaku pencegahan yang tidak baik, dan dari

2 responden yang memiliki persepsi isyarat untuk bertindak baik memiliki

perilaku pencegahan yang tidak baik. Sedangkan dari 19 responden yang

memiliki persepsi isyarat untuk bertindak kurang baik memiliki perilaku


92

pencegahan yang baik, dan dari 15 responden yang memiliki persepsi isyarat

untuk bertindak baik memiliki perilaku pencegahan yang baik pula.

Berdasarkan tabel 4.17, diperoleh p = 0.049 (< 0,05) sehingga Ho ditolak,

yang artinya ada hubungan antara persepsi isyarat untuk bertindak dengan

perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.

4.6.2.6 Hubungan antara Persepsi Keyakinan Diri dengan Perilaku Pencegahan


Penularan HIV/AIDS
Hubungan antara persepsi keyakinan diri dengan perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.18 Hubungan antara Persepsi Keyakinan Diri dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Perilaku Pencegahan Penularan
Persepsi HIV/AIDS Total
Keyakinan Tidak baik Baik P-value
Diri
N % N % N %
Kurang baik 4 50 15 44,1 19 45,2
0,001
Baik 4 50 19 55,9 23 54,8
Jumlah 8 34 42

Hasil analisis hubungan antara persepsi keyakinan diri dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS di Kabupaten Kudus tahun 2015 diperoleh

bahwa dari 4 responden yang memiliki persepsi keyakinan diri kurang baik

memiliki perilaku pencegahan yang tidak baik, dan dari 4 responden yang

memiliki persepsi keyakinan diri baik memiliki perilaku pencegahan yang tidak

baik. Sedangkan dari 15 responden yang memiliki persepsi keyakinan diri


93

kurang baik memiliki perilaku pencegahan yang baik, dan dari 19 responden

yang memiliki persepsi keyakinan diri baik memiliki perilaku pencegahan yang

baik pula.

Berdasarkan tabel 4.18, diperoleh p = 0,001 (< 0,05) sehingga Ho ditolak,

yang artinya ada hubungan antara persepsi keyakinan diri dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS.


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 PEMBAHASAN

5.1.1 Hubungan antara Persepsi Kerentanan yang Dirasakan dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Hasil penelitian yang dilakukan pada Komunitas Waria Pekerja Seks di

Kabupaten Kudus didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara persepsi

kerentanan yang dirasakan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS

yaitu dengan nilai p = 0,069 (> 0,05). Jika ditinjau dari hasil tabulasi silang,

responden yang memiliki persepsi kerentanan dengan perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS maka persepsi kerentanan kurang baik (52,4%) jika

dibandingkan dengan yang memiliki persepsi kerentanan baik (47,6%). Ada

perbedaan yang signifikan dari hasil distribusi persepsi kerentanan baik kategori

kurang baik ataupun baik, dengan perilaku pencegahan kategori tidak baik

ataupun baik. Ketidaksesuaian penelitian dijelaskan oleh theory of reasoned

action atau teori tindakan beralasan (Ajzen dan Fishbein, 1980) yang merupakan

teori kebalikan dari teori HBM. Yang mengemukakan bahwa norma sosial

seseorang mengacu pada keyakinan dalam dirinya terhadap bagaimana dan apa

yang dipikirkan yang dianggapnya penting (referent person) dan motivasi

seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut. Kemungkinan individu akan

melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dua

94
95

keyakinan atau penilaian kesehatan (health beliefs), yaitu ancaman yang

dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or illness) dan

pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (benefits and costs) (Smet,

1994).

Ancaman yang dirasakan terhadap risiko yang akan muncul. Hal ini

mengacu sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau kesakitan betul-betul

merupakan ancaman terhadap dirinya. Asumsinya adalah bahwa bila ancaman

yang dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan juga akan

meningkat. Perilaku tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada

ketidak-kekebalan yang dirasakan (perceived vulnerability) yang merupakan

kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan masalah kesehatan

menurut kondisi mereka (Ogden, 1996). Hal tersebut menggambarkan bahwa

dengan adanya persepsi tentang kerentanan terkena IMS dan HIV/AIDS baik,

maka dapat menimbulkan praktik yang baik dalam pencegahan IMS dan

HIV/AIDS. Akan tetapi variabel kerentanan terkena IMS dan HIV/AIDS kurang

dominan dalam hubungannya dengan pekerja seks karena faktor lain, yaitu

pengetahuan dan pengalaman.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2012: 33) meskipun kesadaran masyarakat

sudah tinggi tentang kesehatan, namun praktik tentang kesehatan atau perilaku

hidup sehat masyarakat masih rendah. Hal ini juga dapat dilihat dari jawaban

responden meskipun banyak yang memiliki persepsi kerentanan baik akan tetapi
96

tidak semua responden melakukan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS.

Dijelaskan pula melalui hasil wawancara terhadap responden yang

mengemukakan bahwa status HIV negatif akan mempengaruhi niat untuk

berperilaku sehat dalam pencegahan HIV.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nur Eda et all (2012) yang

menyatakan bahwa persepsi kerentanan tidak berhubungan dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS. Namun penelitian ini bertolak belakang

dengan penelitian Linda Mayarni Sirait et all (2012) yang menyebutkan ada

hubungan yang signifikan antara persepsi kerentanan dengan perilaku

pencegahan penularan HIV/AIDS, bahwa semakin merasa berisiko seseorang

terhadap suatu penyakit maka tindakan pencegahan yang dilakukan akan

semakin baik pula.

5.1.2 Hubungan antara Persepsi Keseriusan yang Dirasakan dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Hasil penelitian yang dilakukan pada Komunitas Waria di Kabupaten

Kudus didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara persepsi keseriusan yang

dirasakan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS yaitu dengan nilai

p = 0,033 (< 0,05). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa responden yang

memiliki persepsi keseriusan dampak HIV/AIDS diperoleh 47,6% responden

memiliki persepsi keseriusan kurang baik dan 52,4% responden memiliki

persepsi kerseriusan baik. Tingkat keseriusan ini kemungkinan disebabkan oleh

responden pada penelitian ini hanya merasa serius untuk aspek finansial berupa
97

kerugian materiil berupa biaya pengobatan saja, sedangkan untuk aspek sosial

kebanyakan responden tidak merasa serius.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Linda Mayarni Sirait et all

(2012) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara persepsi

keseriusan dengan perilaku pencegahan, bahwa semakin individu

mempersepsikan bahwa penyakit yang dialami semakin memburuk, mereka akan

merasakan hal tersebut sebagai ancaman dan mengambil tindakan preventif.

Tingkat keseriusan pada penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan

penelitian Nur Eda et all (2012) yang menyatakan bahwa persepsi responden

tentang keparahan dampak IMS dan HIV/AIDS didapat sebanyak 72,9%

responden termasuk kategori tinggi dan 27,1% kategori rendah. Hasil penelitian

ini sejalan dengan teori Health Belief Model (Rosenstock, 1988) yang

menyatakan bahwa persepsi keseriusan HIV/AIDS akan mempengaruhi

seseorang dalam melakukan tindakan pencegahan.

5.1.3 Hubungan antara Persepsi Manfaat yang Dirasakan dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Hasil penelitian yang dilakukan pada Komunitas Waria di Kabupaten

Kudus didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara persepsi manfaat yang

dirasakan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS yaitu dengan nilai

p = 0,001 (< 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

memiliki persepsi manfaat kurang baik (52,4%) dan (47,6%) persepsi manfaat

yang baik. Dalam teori Health Belief Model (Rosenstock, 1988) dijelaskan
98

bahwa persepsi positif perilaku pencegahan (perceived benefits) merupakan

penilaian individu mengenai keuntungan yang didapat dengan mengadopsi

perilaku kesehatan yang disarankan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Linda Mayarni Sirait et all

(2012) yang menyatakan ada hubungan signifikan antara persepsi manfaat

dengan perilaku pencegahan. Dimana semakin baik persepsi positif seseorang

terhadap perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS, semakin besar kemungkinan

dia akan melakukan tindakan tersebut.

5.1.4 Hubungan antara Persepsi Hambatan yang Dirasakan dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Hasil penelitian yang dilakukan pada Komunitas Waria di Kabupaten

Kudus didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara persepsi hambatan yang

dirasakan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS yaitu dengan nilai

p = 0,037 (< 0,05). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden yang

memiliki persepsi hambatan kurang baik (50%) dan (50%) persepsi hambatan

baik. Hal ini kemungkinan bisa terjadi karena responden cenderung memiliki

persepsi negatif terhadap kondom dan pelicin. Mereka berpendapat bahwa

mamakai kondom pelicin itu tidak enak, kurang praktis dan susah ejakulasi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Health Belief Model (Rosenstock, 1982)

bahwa kemungkinan individu melakukan tindakan pencegahan tergantung secara

langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman

yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian
99

(Ircham Machfoedz dan Eko Suryani, 2009). Bagaimanapun sebuah tindakan

dapat saja tidak diambil oleh seseorang meskipun individu tersebut percaya

terhadap keuntungan mengambil tindakan tersebut (Priyoto, 2014).

Hasil penelitian ini disesuai oleh penelitian Linda Mayarni Sirait et all

(2012) yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara persepsi hambatan

dengan perilaku pencegahan. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Nur Eda

et all yang menyatakan bahwa baik responden maupun pelanggan sangat sulit

untuk memakai kondom dan pelicin.

5.1.5 Hubungan antara Persepsi Isyarat untuk bertindak dengan Perilaku


Pencegahan Penularan HIV/AIDS
Hasil penelitian yang dilakukan pada Komunitas Waria di Kabupaten

Kudus didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara persepsi isyarat untuk

bertindak yang dirasakan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS

yaitu dengan nilai p = 0,049 (< 0,05). Dari hasil tabulasi silang diperoleh bahwa

responden yang memiliki persepsi isyarat untuk bertindak kurang baik (50%)

dan baik (50%) persepsi isyarat untuk bertindak baik. Hal ini sesuai dengan

teori Health Belief Model (Rosenstock, 1988) bahwa dalam melakukan tindakan

kesehatan terdapat faktor pencetus untuk memutuskan menerima atau menolak

alternatif tindakan tersebut. Isyarat ini dapat bersifat internal ataupun eksternal.

Isyarat internal yaitu isyarat untuk bertindak yang berasal dari dalam diri

individu. Sedangkan isyarat eksternal yaitu isyarat untuk bertindak yang berasal
100

dari interaksi intersosial, misalnya media massa, pesan, nasehat, anjuran atau

konsultasi dengan petugas kesehatan.

Pengetahuan responden didapat dari media elektronik terutama televisi

berupa berita yang terbatas pada jam tertentu dan dari petugas kesehatan

sewaktu responden periksa rutin dan terbatas waktunya. Sebagian responden

masih percaya dengan minum antibiotik dan atau minum jamu sebelum atau

sesudah berhubungan seks dapat mencegah terkena IMS dan HIV/AIDS karena

mereka akan merasakan dengan minum jamu menjadi lebih sehat, sembuh dari

penyakit dan aman dari IMS dan HIV/AIDS karena anggapan responden bahwa

kuman akan mati dengan minum antibiotik atau jamu yang pahit. Kebiasaan

ini banyak dilakukan oleh waria pekerja seks dikarenakan kebiasaan yang

membudaya di lingkungan dimana waria pekerja seks menjalankan profesinya.

Misalnya dengan melihat kebiasaan teman sesama pekerja seks sering

mengkonsumsi antibiotik dan sebagainya sebagai pencegahan yang kemudian

ditirukan atau dicontoh oleh waria pekerja seks tersebut.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Linda Mayarni Sirait (2012)

yang menyatakan ada hubungan antara isyarat untuk bertindak dengan perilaku

pencegahan, bahwa responden yang memiliki motivasi (isyarat untuk bertindak)

tinggi memiliki proporsi yang lebih tinggi untuk melakukan tindakan

pencegahan dibandingkan dengan responden yang memiliki motivasi lebih

rendah. Sebaliknya responden yang memiliki motivasi yang rendah akan

memiliki proporsi yang rendah pula untuk melakukan tindakan pencegahan.


101

5.1.6 Hubungan antara Persepsi Keyakinan Diri dengan Perilaku Pencegahan


Penularan HIV/AIDS

Hasil penelitian yang dilakukan pada Komunitas Waria di Kabupaten

Kudus didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara persepsi keyakinan diri

yang dirasakan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS yaitu dengan

nilai p = 0,001 (< 0,05). Dari hasil tabulasi silang diperoleh bahwa responden

yang memiliki persepsi keyakinan diri kurang baik (45,2%) dan (54,8%)

persepsi keyakinan diri baik. Persepsi keyakinan diri mempengaruhi tindakan

pencegahan pada seseorang. Hal ini didasarkan pada keyakinannya untuk

mampu melakukan perilaku pencegahan tersebut, semakin tinggi keyakinan diri

untuk selalu melakukan perilaku pencegahan akan semakin baik pula. Dalam

teori Health Belief Model (Rosenstock, 1988) dijelaskan bahwa seseorang

umumnya tidak mencoba untuk melakukan sesuatu yang baru kecuali mereka

pikir mereka bisa melakukannya. Jika seseorang percaya suatu perilaku baru

yang berguna (manfaat dirasakan), tetapi berpikir dia tidak mampu melakukan

itu (penghalang dirasakan), kemungkinan bahwa hal itu tidak akan dilakukan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Linda Mayarni Sirait et all

(2012) yang menyatakan ada hubungan antara keyakinan diri dengan perilaku

pencegahan. Semakin yakin seseorang untuk melakukan tindakan pencegahan,

maka akan semakin tinggi pula tingkat keyakinan diri untuk melakukan tidakan

pencegahan.
102

5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian

5.2.1 Hambatan Penelitian

1) Responden masih sangat tertutup ketika awal penelitian, baik identitas

responden ataupun responden dalam menjawab pertanyaan dari peneliti.

5.2.2 Kelemahan Penelitian

1) Kuesioner yang dimiliki oleh peneliti belum mengungkap secara detail

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi

ataupun kehidupan menjadi pekerja seks dari responden.

2) Menghilangkan sebagian pertanyaan dalam kuesioner dengan bantuan

SPSS yang mungkin juga dapat menghilangkan pertanyan yang

berpengaruh dalam penelitian.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria

pekerja seks di Kabupaten Kudus maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Tidak ada hubungan antara persepsi kerentanan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HV/AIDS pada waria pekerja seks.

2) Ada hubungan antara persepsi keseriusan yang dirasakan dengan

perilaku pencegahan penularan HV/AIDS pada waria pekerja seks.

3) Ada hubungan antara persepsi manfaat yang dirasakan dengan perilaku

pencegahan penularan HV/AIDS pada waria pekerja seks.

4) Ada hubungan antara persepsi hambatan yang dirasakan dengan perilaku

pencegahan penularan HV/AIDS pada waria pekerja seks.

5) Ada hubungan antara persepsi isyarat untuk bertindak dengan perilaku

pencegahan penularan HV/AIDS pada waria pekerja seks.

6) Ada hubungan antara persepsi keyakinan diri dengan perilaku

pencegahan penularan HV/AIDS pada waria pekerja seks.

103
104

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Komunitas Waria Kudus

1) Diadakannya kampanye seks yang aman. Tentang perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS yang benar, misalnya penggunaan kondom dan

pelicin.

2) Menciptakan ligkungan yang kondusif melalui intervensi struktural di

lokalisasi sebagai strategi utama program pencegahan HIV/AIDS pada

kelompok pekerja seks waria karena interpersonal atau situasi

lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap perilaku pencegahan.

3) Penyediaan dan distribusi kondom perlu dijamin keberlanjutannya.

6.2.2 Bagi Pusat Informasi Kesehatan Masyarakat

1) Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala.

2) Dapat bekerja sama lintas sektor yang berhubungan dalam hal

penanggulangan PMS dan HIV.

3) Advokasi kebijakan publik terutama Perda Penanggulangan HIV/AIDS

perlu segera dilakukan agar isinya lebih tegas mengatur tentang

pencegahan HIV pada waria.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

1) Dapat melakukan penelitian sejenis, namun dengan menambahkan

variabel lainnya terutama yang berkaitan dengan perilaku pencegahan

penularan HIV/AIDS di Kabupaten Kudus.


105

2) Melakukan penelitian lebih lanjut tentang cara komunikasi, informasi

dan edukasi yang diinginkan oleh waria PSK beserta cara intervensinya.
DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek dan Fishbein, 1980, Theory of Reasoned Action, Edisi kesatu (Jogiyanto,
2007)

Arikunto, Suharsini, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka


Cipta, Jakarta.

Bastman, T.K., Amir, N., Idris, I.K., Wiguna, T., 2004, Leksikon Istilah Kesehatan
Jiwa dan Psikiatrik, Terjemahan Devi Yulianti. EGC, Jakarta.

CIA World Fact Book, 2013, kasus HIV/AIDS di Afrika Selatan, WHO.

Davidson, C.G., Neale, M.J., Kringg, M.A, 2006, Psikologi Abnormal, Grafindo
Persada, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS


di Indonesia 2013, Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi jawa Tengah, 2014, Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2014, diakses tanggal 7 Februari 2015,
(http://www.dinkesjatengprov.go.id)

Eda, N, Widjanarko, B, Widagdo, L, 2012, Niat Penggunaan Kondom pada


Komunitas di Kota Ternate, Volume VII, No. 2.

Faulina, R, Prabamurti, N, P, 2012, Perilaku Seks Waria di Kota Tarakan Provinsi


Kalimantan Timur, Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume II, No.
1.

Fauzi, M, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif: Sebuah Pengantar, Walisongo Press,


Semarang.

Fitriani, S, 2011, Promosi Kesehatan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Friedman, H, Schustack MW, 2008, Kepribadian, Erlangga, Jakarta.

Herman, Kasus HIV Meningkat di Kalangan Waria dan LSL, Selasa 5 Agustus 2014,
diakses tanggal 10 Januari 2016,
(http://m.beritasatu.com/kesehatan/200790-kasus-hiv-meningkat-di-kalangan-
waria-dan-lsl.html)

Irianto, K, 2014, Seksologi Kesehatan, Alfabeta, Bandung.

106
107

IWAKU, 2015, Mobilitas VCT Inamurata Waria Kudus, Komunitas Waria Kudus,
Kudus

Jumlah Penduduk Indonesia 259 Juta, 31 Desember 2011, diakses tanggal 6 Juni
2015,
(http://nasional.kompas.com/read/2011/09/19/10594911/jumlah.penduduk.ind
onesia.259.juta)

Koeswinarno, 2010, Hidup Sebagai Waria, LKiS, Yogyakarta.

Machfoedz, Irham, 2005, Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan


dan Kebidanan, Fitramaya, Yogyakarta.

Mansjoer, A, Triyadinti, Savitri, dkk, 2008, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid
2, Media Aesculapilis, Jakarta.

Nadia, Z., 2005, Waria Laknat atau Kodrat, Pustaka Marwa, Yogyakarta.

Nazaruddin, A, 2014, Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Kudus Meninggal, diakses


12 Februari 2015,
(http://www.antarajateng.com/detail/14-penderita-hivaids-di-kudus-
meninggal.html)

Notoatmodjo, S. dan Sawono. 1985, Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan, Badan


Penerbit Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia.

----------------------, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

----------------------, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

----------------------, 2011, Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, Rineka Cipta, Jakarta.

----------------------, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Nursalam, Kurniawati, N, D, 2007, Asuhan Keperawatan Pasien Terinfeksi


HIV/AIDS, Jakarta, Salemba Medika.

----------------------, 2008, Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu


Keperawatan, Edisi 2. Salemba Medika.

Ogden, Jane, 1996, Health Psycology, Open Univeristy Press Buckingham


Philadelphia.
108

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Puspitasari, H dan Pujileksonon, S., 2005, Waria dan Tekanan Sosial, Universitas
Muhamadiyah Malang, Malang.

Priyoto, 2014, Teori Sikap Dan Perilaku Dalam Kesehatan, Nuha Medika
,Yogyakarta.

Rosenstock, I. M., Strecher, V. J., Becker, M. H. 1988. Social learning theory and the
health belief model. Health education Quartely, Vol 15 (2), 175-183.

----------------------. 1994. The Health Belief Model and HIV Risk Behaviour Change.
In J. Peterson and R. diClemente (eds.), Preventing AIDS: Theory and
Practice of Behavioral Interventions. New York: Pleum

Sevgio, Aral, et all, 2003, The Social Organization of Commercial Sex Work in
Moscow, Russia. Sexually Transmitted Diseases Journal, 30(1).

Simamora, R.S, 2014, Alternatif Kebijakan Perilaku Penggunaan Kondom untuk


Pencegahan HIV pada Pekerja Seks Waria di Lokalisasi GOR Kota Bekasi
tahun 2014, Jurnal Ilmiah Widya, Volume II, No. 3.

Sirait L.M, Sarumpaet S, 2012, Hubungan Komponen Health Belief Model (HBM)
dengan Penggunaan Kondom pada Anak Buah Kapal (ABK) di Pelabuhan
Belawan, Jurnal Precure, Tahun 1 Volume 1.

Smet, Bart, 1994, Psikologi Kesehatan, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,


Jakarta.

Sudoyo, Aru W, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.

Sugiyono, 2010, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.

Susilowati, T, 2013, Faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian HIVdan


AIDS (studi kasus di RSUP Dr. Kariadi Semarang), National Journal of
Community Medicine, Volume II, No 3, September 2013, hlm 70-77.

Yash, 2007, Transeksualisme: Sebuah Studi Kasus Perkembangan Transeksual


Perempuan ke Laki-laki, Semarang.
109

Yayasan Srikandi Sejati, diakses 9 Februari 2015,


(http://srikandisejati.wodrpress.com/)

Yulie, R., 2008, Waria Juga Sama Seperti Kita Semua, Dalam Perspektif Baru,
diakses 14 Februari 2015,
(http://perspektifbaru.com/wawancara)
110

Lampiran 1 : Surat Tugas Pembimbing


111

Lampiran 2 : Ethical Clearance


112

Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian dari Fakultas


113

Lampiran 4 : Surat Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas


114

Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


115

Lampiran 6: Kunjungan VCT Komunitas Waria Kudus

DAFTAR KUNJUNGAN VCT “IWAKU” KUDUS

Lama menjadi Kunjungan VCT Tahun 2014 Kunjungan VCT Tahun 2015
No. Nama Usia Waria Pekerja Status HIV Status HIV
Seks Februari Juni September Februari Juni September
1. Dessy 45th >5 tahun v v v - v v -
2. Sari 33th >5 tahun v - v v v -
3. Yosi 43th >5 tahun v v - v v v -
4. Lusi 36th >5 tahun v - v v -
5. Rani 39th >5 tahun v v - v v v -
6. Patel 45th >5 tahun v - v v -
7. Renata 32th >5 tahun v v - v v v -
8. Anis 49th - v v - v v v -
9. Rara 28th >5 tahun v v - v v -
10. Imel 31th >5 tahun v - v v -
11. Rita 47th >5 tahun v v - v v v -
12. Raya 24th <5 tahun v - v v -
13. Monik 29th >5 tahun v v - v v -
14. Norma 28th >5 tahun v - v v -
15. Nur S. 43th - v v - v v -
16. Angel 31th >5 tahun v - v v v -
17. Risma 26th <5 tahun v v - v v -
116

18. Aan 45th - v v - v v -


19. Vera 42th >5 tahun v v - v v -
20. Mami 27th >5 tahun v - v v v -
21. Mala 44th >5 tahun v v - v v -
22. Exi 44th >5 tahun v - v v -
23. Puspa 39th - v v - v v v -
24. Laura 29th >5 tahun v v v - v v v -
25. Mita 28th <5 tahun v v - v v -
26. Jablay 42th >5 tahun v v - v v v -
27. Dita 34th >5 tahun v v - v v -
28. Heni 35th >5 tahun v - v v -
29. Sendi 32th >5 tahun v v - v v -
30. Puput 43th >5 tahun v v - v v -
31. Subur 31th >5 tahun v v - v v v -
32. Ciripa 37th >5 tahun v v - v v v -
33. Porpida 27th >5 tahun v v - v v -
34. Bunga 28th >5 tahun v v - v v v -
35. Naira 43th - v - v v v -
36. Linda 26th <5 tahun v v - v v -
37. Mila 27th >5 tahun v v - v v -
38. Ayu 29th >5 tahun v v - v v v -
39. Nurul 30th >5 tahun v v - v -
40. Lia 30th >5 tahun v v - v v v -
41. Amanda 30th >5 tahun v - v v -
42. Citra 28th <5 tahun v v - v v -
43. Nastiti 29th v v - v v v -
44. Melati 29th v - v v -
117

45. Endang 28th v v - v v -


46. Yanti 27th v - v v -
47. Sinta 22th v v - v v v -
Jumlah Peserta
20 orang 15 orang 47 orang 37 orang 34 orang 41 orang
Tes VCT
Presentase
Kehadiran Tes 42,55 % 31,91 % 100% 78,72 % 72,34 % 87,23 %
VCT
118

INSTRUMEN PENELITIAN

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS PADA WARIA PEKERJA SEKS
DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2015

Saya, Ika Hapsari Enggarwati, Mahasiswa S1 Promosi Kesehatan dan


Ilmu Perilaku, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Semarang akan melakukan
penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
pencegahan penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di Kabupaten Kudus
Tahun 2015”. Penelitian ini dilakukan secara mandiri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan
penularan HIV/AIDS pada waria pekerja seks di Kabupaten Kudus Tahun
2015.
Saya mengajak Saudara untuk ikut dalam penelitian ini. Penelitian ini
membutuhkan 42 subjek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan masing-
masing subjek sekitar 10 sampai dengan 15 menit.

ISILAH JAWABAN ANDA PADA LEMBARAN YANG TELAH TERSEDIA

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan terakhir :
4. Status HIV/AIDS :
5. Sudah berapa tahun Anda menjadi waria pekerja seks?

Kurang dari 5 tahun

Lebih dari 5 tahun


119

I. PERSEPSI KERENTANAN YANG DIRASAKAN


Petunjuk pengisian:
Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling sesuai, dengan cara memberi
tanda (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia.
STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju R = Ragu-ragu
S = Setuju SS = Sangat Setuju
Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
STS TS R S SS
1. Waria pekerja seks berisiko tinggi tertular
dan menularkan HIV/AIDS.
2. Berganti-ganti pasangan saat
berhubungan seks namun tetap
menggunakan kondom, maka tidak akan
berisiko tertular HIV.
3. Anal dan oral seks tanpa menggunakan
kondom dan pelicin berisiko terinfeksi
HIV.
4. Menggunakan kondom saat berhubungan
seks akan mengurangi risiko terhadap
penularan HIV/AIDS.
5. Tidak selalu pelanggan yang terlihat
bersih bebas dari infeksi HIV.
6. Jika pelanggan saya menderita penyakit
HIV, pasti saya akan tertular virus HIV.
7. Terkena sperma dari pelanggan yang
terinfeksi HIV akan berisiko tinggi
menular pada saya.
8. Tidak melakukan tes VCT membuat saya
tidak mengetahui tinggi rendahnya risiko
HIV/AIDS dalam diri saya.
120

II. PERSEPSI KESERIUSAN YANG DIRASAKAN


Petunjuk pengisian:
Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling sesuai, dengan cara memberi
tanda (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia.
STS = Sangat Tidak Setuju TS = Setuju R = Ragu-ragu
S = Setuju SS = Sangat Setuju
Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
STS TS R S SS
1. Jika saya tertular HIV/AIDS, maka saya
akan kebal terhadap penyakit lainnya.
2. Jika saya terinfeksi virus HIV, saya akan
mencari pengobatan untuk mengurangi
paparan virus HIV.
3. Jika saya positif menderita HIV, saya
akan sulit sembuh dari penyakit yang
menyerang saya.
4. Pelanggan yang menderita HIV, belum
tentu menular pada saya.
5. Dengan menggunakan kondom, virus
HIV/AIDS tidak dapat menyebar pada
mulut ketika oral seks.
6. Anal seks tanpa menggunakan pelicin
akan mengakibatkan alat kelamin atau
dubur menjadi lecet sehingga berisiko
terkena HIV.
121

III. PERSEPSI MANFAAT YANG DIRASAKAN


Petunjuk pengisian:
Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling sesuai, dengan cara memberi
tanda (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia.
STS = Sangat Tidak Setuju TS = Setuju R = Ragu-ragu
S = Setuju SS = Sangat Setuju
Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
STS TS R S SS
1. Menggunakan kondom ketika
berhubungan seks dengan pelanggan
akan mengurangi risiko penularan
HIV/AIDS.
2. Menggunakan kondom yang beraneka
rasa akan menambah sensasi ketika oral
seks.
3. Penggunaan pelicin saat anal dan oral
seks akan mengurangi risiko penularan
HIV/AIDS.
4. Kondom beraneka rasa lebih menambah
sensasi daripada kondom tanpa rasa.
5. Dengan memakai kondom saya merasa
aman.
6. Saya tidak menggunakan kondom karena
akses untuk mendapatkannya sulit.
7. Konseling VCT sangat membingungkan
saya dalam mencegah dan mengobati
HIV/AIDS.
8. VCT dapat mendeteksi HIV/AIDS sejak
dini.
122

IV. PERSEPSI HAMBATAN YANG DIRASAKAN


Petunjuk pengisian:
Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling sesuai, dengan cara memberi
tanda (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia.
STS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju R = Ragu-ragu
S = Setuju SS = Sangat Setuju
Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
STS TS R S SS
1. Menggunakan kondom ketika
berhubungan seks akan mengurangi
kenikmatan seks yang saya lakukan.
2. Dengan menggunakan kondom,
hubungan seks saya masih terasa nikmat.
3. Saya tidak menggunakan kondom ketika
berhubungan seksual karena saya
menderita alergi.
4. Saya akan tetap mendapat penghasilan
walaupun saya tetap memakai kondom
dan pelicin ketika berhubungan seks.
5. Prosedur VCT menurut saya sangat
rumit.
6. Butuh biaya yang mahal untuk
melakukan tes VCT.
7. Saya akan merasa stress jika tes VCT
yang saya lakukan hasilnya saya positif
HIV/AIDS.
123

V. ISYARAT UNTUK BERTINDAK


Petunjuk pengisian:
Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling sesuai, dengan cara memberi
tanda (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia.
STS = Sangat Tidak Setuju TS = TidakSetuju R = Ragu-ragu
S = Setuju SS = Sangat Setuju
Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
STS TS R S SS
1. Saya meniru teman saya yang juga
memakai kondom ketika berhubungan
seks.
2. Saya tidak memakai kondom karena
kondom tidak melindungi saya dari
penyakit menular lainnya.
3. Saya menggunakan pelicin ketika anal
dan oral seks agar virus HIV/AIDS tidak
semakin banyak.
4. Saya memakai pelicin agar alat kelamin
saya tidak lecet.
5. Saya merasa biasa saja ketika teman saya
bercerita memberi informasi akan bahaya
HIV/AIDS.
6. Iklan kondom pada televisi memberi
informasi bahwa kondom wajib
digunakan saat berhubungan seks.
124

VI. KEYAKINAN DIRI


Petunjuk pengisian:
Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling sesuai, dengan cara memberi
tanda (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia.
STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju R = Ragu-ragu
S = Setuju SS = Sangat Setuju
Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
STS TS R S SS
1. Saya percaya bahwa berhubungan seks
yang berganti-ganti pasangan berisiko
untuk tertular dan menularkan
HIV/AIDS.
2. Saya percaya bahwa kondom dapat
mengurangi risiko dari bahaya
HIV/AIDS.
3. Walaupun saya tetap menggunakan
pelicin, virus HIV tidak akan
berkembang dalam alat kelamin saya.
4. Saya percaya bahwa bahaya HIV selalu
mengancam diri saya.
5. Tes VCT akan membantu saya dalam
mengurangi risiko HIV.
125

VII. PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS


Petunjuk pengisian:
Pilihlah jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan diri Anda,
berilah tanda silang (√) pada kotak yang telah tersedia.
Pilihan Jawaban
No. Pernyataan
Ya Tidak
1. Saya menggunakan kondom saat
melakukan hubungan seks dengan
pelanggan.
2. Saya menolak berhubungan seks jika
pelanggan saya tidak memakai kondom.
3. Pekerjaan saya sangat berisiko tertular
HIV/AIDS sehingga saya melakukan
tindakan pencegahan terhadap HIV/AIDS.
4. Saya menggunakan pelicin ketika oral dan
anal seks.
5. Saya akan berperilaku sehat kalau saya
sudah terkena HIV.
126

Lampiran 8 : Tabulasi Skor Uji Validitas Persepsi Kerentanan yang Dirasakan

TABULASI SKOR UJI VALIDITAS PERSEPSI KERENTANAN YANG


DIRASAKAN

NOMOR
NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
RESPONDEN
1 NADIA 4 2 4 4 5 1 4 5 2 5
2 ANJANI 4 4 4 4 4 2 5 5 2 4
3 RETNO 5 2 2 4 4 4 2 4 2 2
4 NANA 5 2 2 5 4 5 4 4 2 5
5 DITA 5 2 3 5 5 2 5 2 5 4
6 AMANDA 4 4 5 4 5 4 4 1 4 1
7 YANTI 5 4 2 5 5 4 4 2 2 4
8 BUNGA 4 3 4 4 3 2 5 1 4 5
9 MELATI 5 5 2 5 3 4 5 1 4 3
10 TIARA 3 2 1 2 2 1 2 1 2 4
11 SINTA 4 2 4 5 4 4 3 4 4 5
12 CACA 5 4 5 5 3 5 2 5 5 5
13 MAWAR 5 4 2 4 5 4 1 4 2 4
14 MARISA 4 4 4 4 5 4 4 4 2 2
15 LIA 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1
16 CAHYA 5 2 2 5 4 1 4 4 4 5
17 MELI 5 4 2 4 5 1 5 4 2 4
18 RITA 5 5 3 4 4 2 4 2 3 5
19 TAMARA 4 3 4 5 3 5 2 2 4 2
20 ANISA 4 2 2 4 4 4 4 4 5 4
21 TARI 5 4 4 4 4 5 5 5 1 5
22 NINDYA 4 2 2 5 4 1 2 1 2 1
23 ANUGRAH 4 4 3 5 5 2 5 5 2 4
24 SELA 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5
25 FIFI 4 4 4 5 5 5 2 4 4 2
26 MONIKA 5 2 2 4 4 1 2 1 2 2
27 MELINDA 4 2 5 4 4 4 4 4 1 3
28 BETI 5 3 5 4 3 5 5 4 4 4
29 YUNITA 4 2 3 5 3 4 4 5 2 2
127

30 AMELIA 4 2 2 5 4 2 4 4 2 1
128

Lampiran 9 : Tabulasi Skor Uji Validitas Persepsi Keseriusan yang Dirasakan

TABULASI SKOR UJI VALIDITAS PERSEPSI KESERIUSAN YANG


DIRASAKAN

NOMOR
NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
RESPONDEN
1 NADIA 2 2 2 2 2 1 2 2 3 1
2 ANJANI 5 4 5 4 3 2 4 4 4 3
3 RETNO 3 2 2 5 4 2 2 2 1 2
4 NANA 4 5 5 4 2 3 3 5 4 4
5 DITA 4 4 4 4 2 2 1 4 5 5
6 AMANDA 4 5 4 4 2 2 3 4 4 3
7 YANTI 5 2 5 5 2 4 5 4 3 4
8 BUNGA 5 4 4 4 4 1 5 5 4 1
9 MELATI 4 5 4 3 5 4 3 4 4 4
10 TIARA 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5
11 SINTA 5 4 5 4 5 4 1 4 5 2
12 CACA 4 5 5 4 5 3 4 5 5 4
13 MAWAR 5 2 4 2 5 2 5 3 3 5
14 MARISA 4 4 2 3 4 2 2 4 2 4
15 LIA 5 4 4 5 4 5 4 5 1 3
16 CAHYA 2 2 4 2 4 1 2 3 2 4
17 MELI 4 5 4 5 2 2 4 4 4 5
18 RITA 5 4 4 5 1 3 4 5 5 4
19 TAMARA 5 5 5 4 1 4 4 3 3 1
20 ANISA 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2
21 TARI 4 2 4 5 5 5 4 5 5 4
22 NINDYA 4 4 4 4 4 4 5 3 4 5
23 ANUGRAH 5 5 4 5 3 3 4 3 5 5
24 SELA 4 5 4 4 4 1 4 4 3 5
25 FIFI 4 4 4 5 5 4 2 5 4 5
26 MONIKA 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4
27 MELINDA 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4
28 BETI 5 3 4 4 3 3 4 4 5 5
29 YUNITA 5 4 4 4 5 2 3 5 4 3
129

30 AMELIA 5 3 5 4 4 2 2 3 5 4
130

Lampiran 10 : Tabulasi Skor Uji Validitas Persepsi Manfaat yang Dirasakan

TABULASI SKOR UJI VALIDITAS PERSEPSI MANFAAT YANG


DIRASAKAN

NOMOR
NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
RESPONDEN
1 NADIA 4 5 4 3 5 4 5 2 5 4
2 ANJANI 4 2 5 4 5 5 5 4 4 4
3 RETNO 5 2 4 4 4 4 4 2 4 4
4 NANA 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4
5 DITA 4 4 4 2 5 5 5 5 4 4
6 AMANDA 4 4 4 3 4 5 5 4 4 5
7 YANTI 5 2 4 4 4 5 5 5 5 5
8 BUNGA 2 1 2 1 2 2 5 2 2 4
9 MELATI 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4
10 TIARA 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4
11 SINTA 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4
12 CACA 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4
13 MAWAR 5 4 4 4 3 4 4 2 5 5
14 MARISA 2 2 4 3 2 5 4 2 4 3
15 LIA 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4
16 CAHYA 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5
17 MELI 4 4 5 2 4 4 5 4 4 4
18 RITA 4 4 4 3 4 4 5 4 5 4
19 TAMARA 4 4 4 4 3 5 4 4 5 4
20 ANISA 5 2 4 5 5 4 5 4 5 4
21 TARI 4 5 5 4 5 4 4 2 4 4
22 NINDYA 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5
23 ANUGRAH 2 2 2 1 3 2 4 2 2 4
24 SELA 5 2 4 4 4 4 5 5 4 4
25 FIFI 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5
26 MONIKA 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5
27 MELINDA 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4
28 BETI 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5
29 YUNITA 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4
131

30 AMELIA 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4
132

Lampiran 11 : Tabulasi Skor Uji Validitas Persepsi Hambatan yang Dirasakan

TABULASI SKOR UJI VALIDITAS PERSEPSI HAMBATAN YANG


DIRASAKAN

NOMOR
NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
RESPONDEN
1 NADIA 5 1 1 4 5 2 4 5 4 5
2 ANJANI 2 1 1 4 4 1 1 2 2 4
3 RETNO 1 3 1 4 5 4 2 5 4 2
4 NANA 2 2 2 2 3 2 1 4 5 2
5 DITA 4 2 1 4 5 3 4 4 1 1
6 AMANDA 5 1 1 4 4 2 2 4 2 4
7 YANTI 2 1 1 2 5 1 1 2 3 4
8 BUNGA 1 1 4 5 3 4 2 5 4 4
9 MELATI 1 3 2 5 4 2 4 5 5 5
10 TIARA 4 2 2 5 5 2 1 5 4 5
11 SINTA 5 2 3 4 4 2 1 5 4 4
12 CACA 4 2 2 4 5 2 2 2 4 4
13 MAWAR 5 2 1 4 4 1 4 4 5 4
14 MARISA 4 1 4 5 5 4 1 2 4 2
15 LIA 3 3 3 5 4 4 4 5 5 4
16 CAHYA 4 2 2 4 5 2 1 4 4 5
17 MELI 5 1 2 4 5 1 1 4 4 5
18 RITA 4 2 3 5 5 4 1 4 5 5
19 TAMARA 4 1 1 4 4 2 4 5 5 1
20 ANISA 2 1 1 4 4 1 1 2 2 1
21 TARI 1 1 1 2 4 1 1 2 4 2
22 NINDYA 4 2 2 5 5 4 3 5 4 5
23 ANUGRAH 5 1 2 4 5 2 2 4 4 4
24 SELA 1 1 1 1 4 1 1 2 2 1
25 FIFI 5 1 2 4 4 1 4 4 4 5
26 MONIKA 4 3 3 4 4 2 2 4 4 5
27 MELINDA 1 2 1 2 5 1 1 2 2 1
28 BETI 5 1 1 4 5 1 4 5 5 2
29 YUNITA 4 1 1 5 4 1 1 5 5 2
133

30 AMELIA 3 1 1 5 4 2 4 4 4 5
134

Lampiran 12 : Tabulasi Skor Uji Validitas Persepsi Isyarat untuk Bertindak

TABULASI SKOR UJI VALIDITAS PERSEPSI ISYARAT UNTUK


BERTINDAK

NOMOR
NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
RESPONDEN
1 NADIA 2 4 5 4 4 1 2 4 4 5
2 ANJANI 1 1 4 5 4 3 2 3 2 3
3 RETNO 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4
4 NANA 5 1 4 2 4 2 5 4 5 2
5 DITA 2 5 3 4 4 5 1 4 3 2
6 AMANDA 2 2 2 4 5 5 4 4 4 2
7 YANTI 4 1 4 5 5 5 4 2 2 1
8 BUNGA 1 1 4 5 4 5 4 2 2 4
9 MELATI 2 4 5 4 4 4 4 2 2 5
10 TIARA 1 4 4 4 5 2 5 5 1 4
11 SINTA 2 5 4 5 4 4 2 1 5 4
12 CACA 2 1 5 4 4 5 4 4 4 4
13 MAWAR 1 2 1 1 2 1 2 4 2 1
14 MARISA 1 2 4 4 4 3 5 4 5 2
15 LIA 1 2 2 2 3 1 1 2 4 1
16 CAHYA 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2
17 MELI 2 1 4 5 4 2 3 2 1 2
18 RITA 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1
19 TAMARA 4 4 4 5 5 2 5 3 4 5
20 ANISA 4 4 5 3 5 4 5 3 5 5
21 TARI 2 2 4 4 5 5 4 4 3 4
22 NINDYA 1 1 4 5 4 5 4 4 4 3
23 ANUGRAH 5 4 4 4 4 4 2 5 1 4
24 SELA 2 2 2 2 5 2 4 1 1 5
25 FIFI 3 5 5 4 2 1 4 5 2 5
26 MONIKA 4 5 5 5 1 2 5 4 4 2
27 MELINDA 5 4 5 5 4 2 1 1 5 5
28 BETI 1 4 4 5 4 4 2 3 5 4
29 YUNITA 2 5 4 5 5 1 4 4 2 1
135

30 AMELIA 1 2 1 1 2 1 2 4 1 2
136

Lampiran 13 : Tabulasi Skor Uji Validitas Persepsi Keyakinan Diri

TABULASI SKOR UJI VALIDITAS PERSEPSI KEYAKINAN DIRI

NOMOR
NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
RESPONDEN
1 NADIA 5 4 1 5 2 4 5 4 5 2
2 ANJANI 4 4 2 4 2 4 5 1 5 4
3 RETNO 4 5 4 1 1 4 5 5 4 5
4 NANA 5 4 1 4 4 4 4 4 4 1
5 DITA 4 2 2 2 1 4 1 2 5 1
6 AMANDA 5 5 1 4 1 5 4 5 4 2
7 YANTI 5 4 1 4 4 5 5 5 4 5
8 BUNGA 5 4 2 1 2 4 4 2 5 1
9 MELATI 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4
10 TIARA 4 5 5 1 1 5 5 2 4 1
11 SINTA 4 5 1 4 5 5 5 4 5 5
12 CACA 4 5 1 4 4 5 4 4 5 1
13 MAWAR 4 4 1 4 5 4 4 4 4 4
14 MARISA 5 5 1 2 1 4 4 5 5 5
15 LIA 4 4 4 2 1 5 4 5 5 4
16 CAHYA 2 2 5 1 1 4 2 1 5 1
17 MELI 2 4 1 2 1 1 2 2 4 1
18 RITA 4 4 4 1 4 2 5 5 4 4
19 TAMARA 5 4 2 1 5 2 4 1 5 4
20 ANISA 5 4 2 1 4 2 5 4 5 5
21 TARI 5 5 4 4 4 5 5 5 4 1
22 NINDYA 4 5 1 5 1 4 4 4 4 2
23 ANUGRAH 4 5 4 5 1 4 4 1 5 5
24 SELA 4 5 4 2 1 5 4 1 5 4
25 FIFI 5 4 5 1 2 4 5 2 4 1
26 MONIKA 5 4 2 5 5 5 5 5 5 1
27 MELINDA 4 5 2 1 4 3 4 4 4 4
28 BETI 4 5 1 4 3 4 4 2 4 2
29 YUNITA 4 5 4 4 5 4 5 5 5 5
30 AMELIA 2 2 1 1 1 5 2 2 4 1
137

Lampiran 14 : Tabulasi Skor Uji Validitas Perilaku Pencegahan Penularan


HIV/AIDS

TABULASI SKOR UJI VALIDITAS PERILAKU PENCEGAHAN


PENULARAN HIV/AIDS

NOMOR
NAMA P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
RESPONDEN
1 NADIA 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1
2 ANJANI 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
3 RETNO 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
4 NANA 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1
5 DITA 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
6 AMANDA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
7 YANTI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 BUNGA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
9 MELATI 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0
10 TIARA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
11 SINTA 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1
12 CACA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
13 MAWAR 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1
14 MARISA 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
15 LIA 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
16 CAHYA 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
17 MELI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 RITA 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
19 TAMARA 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0
20 ANISA 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1
21 TARI 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
22 NINDYA 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
23 ANUGRAH 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
24 SELA 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1
25 FIFI 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0
26 MONIKA 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1
27 MELINDA 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1
28 BETI 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
138

29 YUNITA 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
30 AMELIA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
139

Lampiran 15: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Kerentanan yang
Dirasakan

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.723 8

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Item_01 4.4000 .62146 30

Item_02 3.0333 1.06620 30

Item_03 3.1333 1.22428 30

Item_04 4.3333 .80230 30


140

Item_05 3.1000 1.53914 30

Item_06 3.6000 1.24845 30

Item_07 3.2667 1.48401 30

Item_08 3.4333 1.45468 30

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

Item_01 59.0667 127.030 .508 .691

Item_02 60.4333 122.875 .445 .683

Item_03 60.3333 118.161 .559 .668

Item_04 59.1333 124.809 .507 .685

Item_05 60.3667 114.999 .520 .663

Item_06 59.8667 121.154 .430 .680

Item_07 60.2000 116.786 .485 .669

Item_08 60.0333 116.861 .495 .669


141

Lampiran 16: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Keseriusan yang Dirasakan

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS


Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.743 6

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Item_01 4.2333 .81720 30

Item_02 4.0333 .80872 30

Item_03 4.0000 .87099 30

Item_04 2.9667 1.32570 30

Item_05 3.9667 .88992 30

Item_06 3.8000 1.15669 30


142

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

Item_01 18.7667 11.840 .560 .690

Item_02 18.9667 11.826 .571 .688

Item_03 19.0000 11.931 .493 .704

Item_04 20.0333 10.309 .422 .739

Item_05 19.0333 11.620 .535 .693

Item_06 19.2000 11.062 .423 .727


143

Lampiran 17: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Manfaat yang Dirasakan

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.861 8

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Item_01 4.1333 .86037 30

Item_02 3.6667 1.18419 30

Item_03 4.1667 .74664 30

Item_04 3.7333 1.08066 30

Item_05 4.1333 .86037 30


144

Item_06 4.2667 .78492 30

Item_07 3.8667 1.13664 30

Item_08 4.2333 .77385 30

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

Item_01 28.0667 22.478 .691 .836

Item_02 28.5333 22.120 .479 .865

Item_03 28.0333 23.206 .708 .837

Item_04 28.4667 20.602 .722 .830

Item_05 28.0667 23.237 .588 .847

Item_06 27.9333 23.513 .621 .844

Item_07 28.3333 21.885 .534 .856

Item_08 27.9667 23.206 .677 .839

Lampiran 18: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Hambatan yang Dirasakan

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0
145

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.773 7

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Item_01 3.3333 1.51620 30

Item_02 1.7667 .93526 30

Item_03 3.9333 1.08066 30

Item_04 2.0667 1.11211 30

Item_05 3.8333 1.20583 30

Item_06 3.8000 1.12648 30

Item_07 3.4333 1.54659 30

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

Item_01 18.8333 23.868 .317 .778


146

Item_02 20.4000 26.179 .481 .750

Item_03 18.2333 23.013 .721 .703

Item_04 20.1000 26.024 .388 .764

Item_05 18.3333 23.195 .604 .722

Item_06 18.3667 24.723 .506 .743

Item_07 18.7333 21.995 .501 .747


147

Lampiran 19: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Isyarat untuk Bertindak

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.770 6

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Item_01 2.0333 1.39333 30

Item_02 3.6333 1.27261 30

Item_03 3.8000 1.29271 30

Item_04 3.7333 1.25762 30

Item_05 3.2333 1.40647 30


148

Item_06 3.1333 1.47936 30

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

Item_01 17.5333 23.430 .395 .767

Item_02 16.2000 20.097 .787 .667

Item_03 16.0333 22.378 .541 .730

Item_04 16.1000 22.921 .514 .737

Item_05 16.6000 23.076 .417 .762

Item_06 16.7000 21.872 .479 .747


149

Lampiran 20: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Persepsi Keyakinan Diri

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.760 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Item_01 4.2000 .88668 30

Item_02 4.2667 .90719 30

Item_05 2.7000 1.66402 30

Item_07 4.1333 1.07425 30

Item_08 3.3333 1.53877 30


150

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

Item_01 14.4333 15.151 .613 .707

Item_02 14.3667 15.689 .509 .732

Item_03 15.9333 11.995 .469 .763

Item_04 14.5000 13.293 .731 .657

Item_05 15.3000 12.286 .511 .733


151

Lampiran 21: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Perilaku Pencegahan Penularan
HIV/AIDS

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.711 5

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Item_01 1.1000 .88474 30

Item_02 1.3000 .91539 30

Item_03 1.1667 .74664 30

Item_04 1.1000 .84486 30


152

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

Item_01 1.1000 .88474 30

Item_02 1.3000 .91539 30

Item_03 1.1667 .74664 30

Item_04 1.1000 .84486 30

Item_05 1.5000 1.07479 30

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

Item_01 5.0667 6.547 .454 .669

Item_02 4.8667 6.671 .397 .692

Item_03 5.0000 6.621 .574 .631

Item_04 5.0667 6.478 .510 .647

Item_05 4.6667 5.885 .450 .678


153

Lampiran 22 : Karaketeristik Responden

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 21-30 22 52.4 52.4 52.4
31-40 11 26.2 26.2 78.6
> 40 9 21.4 21.4 100.0
Total 42 100.0 100.0

Tingkat pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 4 9.5 9.5 9.5
SMP 16 38.1 38.1 47.6
SMA 22 52.4 52.4 100.0
Total 42 100.0 100.0

Status HIV/AIDS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Negatif 42 100 100 100
Positif 0 0 0 100
Total 42 100.0 100.0

Masa menjadi waria pekerja seks


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 5 th 11 26.2 26.2 26.2
> 5 th 31 73.8 73.8 100.0
Total 42 100.0 100.0
154

Lampiran 23: Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Persepsi Persepsi Persepsi Persepsi Isyarat Keyakinan Perilaku


kerentanan keseriusan manfaat hambatan untuk diri pencegahan
yang yang yang yang bertindak penularan
dirasakan dirasakan dirasakan dirasakan HIV/AIDS

N 42 42 42 42 42 42 42

Normal Parametersa Mean 32.3095 24.4286 35.2619 20.9048 24.1905 20.6667 4.6667

Std. Deviation 2.41427 1.88890 1.36256 4.08334 2.24410 1.76230 1.90847

Most Extreme Absolute .159 .148 .210 .127 .157 .129 .160
Differences
Positive .159 .143 .118 .088 .129 .129 .160

Negative -.115 -.148 -.210 -.127 -.157 -.123 -.149

Kolmogorov-Smirnov Z 1.028 .961 1.358 .821 1.015 .839 1.039

Asymp. Sig. (2-tailed) .241 .314 .050 .511 .254 .483 .230

a. Test distribution is Normal.


155

Lampiran 24: Data Hasil Penelitian

HASIL PENELITIAN PERSEPSI KERENTANAN YANG DIRASAKAN PADA


WARIA PEKERJA SEKS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2015

No
Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 Total Kategori Kode
Responden
R1 Puspa 5 2 4 5 2 5 4 5 32 Kurang baik 1
R2 Melati 5 1 4 5 3 5 4 4 31 Kurang baik 1
R3 Ekki 4 2 4 4 4 5 5 3 31 Kurang baik 1
R4 Nur S 4 2 5 5 2 5 5 2 30 Kurang baik 1
R5 Monik 5 3 5 4 2 4 4 4 31 Kurang baik 1
R6 Patel 5 4 3 4 2 3 3 5 29 Kurang baik 1
R7 Aan 5 5 4 4 5 4 3 4 34 Baik 2
R8 Citra 5 2 5 5 4 5 3 5 34 Baik 2
R9 Linda 4 2 5 4 3 5 3 4 30 Kurang baik 1
R10 Yosi 4 2 5 5 4 4 5 5 34 Baik 2
R11 Lusi 4 2 5 4 5 5 5 3 33 Baik 2
R12 Puput 4 3 5 5 4 5 4 4 34 Baik 2
R13 Ciripa 5 4 3 4 5 5 5 5 36 Baik 2
R14 Dita 4 1 4 4 4 5 3 4 29 Kurang baik 1
R15 Sari 4 5 5 4 3 5 3 4 33 Baik 2
R16 Laura 4 4 3 4 4 5 3 4 31 Kurang baik 1
R17 Renata 4 4 3 5 4 4 3 4 31 Kurang baik 1
R18 Mila 5 4 3 5 4 4 4 5 34 Baik 2
R19 Imel 5 4 4 5 4 4 4 3 33 Baik 2
R20 Angel 4 3 5 4 5 4 5 3 33 Baik 2
R21 Mamik 4 4 3 5 5 5 4 4 34 Baik 2
R22 Rita 4 5 3 5 5 4 5 5 36 Baik 2
R23 Norma 4 1 3 4 4 5 4 4 29 Kurang baik 1
R24 Rani 5 1 4 4 2 4 5 5 30 Kurang baik 1
R25 Anis 5 1 4 5 3 4 5 4 31 Kurang baik 1
R26 Rara 4 4 5 5 3 5 2 3 31 Kurang baik 1
R27 Raya 4 4 4 4 1 3 5 5 30 Kurang baik 1
R28 Risma 4 2 5 5 3 4 4 5 32 Kurang baik 1
R29 Vera 4 1 5 4 4 5 4 4 31 Kurang baik 1
R30 Mita 5 1 5 5 4 4 5 5 34 Baik 2
R31 Jablay 5 4 4 4 4 5 4 4 34 Baik 2
R32 Porpida 5 5 5 5 4 4 5 5 38 Baik 2
R33 Bunga 5 3 4 4 5 5 5 5 36 Baik 2
R34 Ayu 4 3 5 4 2 4 5 4 31 Kurang baik 1
R35 Nurul 5 4 4 3 3 4 4 5 32 Kurang baik 1
R36 Dessy 4 4 5 5 4 5 4 4 35 Baik 2
R37 Amanda 4 5 3 4 5 5 5 5 36 Baik 2
R38 Yanti 4 3 3 5 4 4 3 4 30 Kurang baik 1
R39 Sinta 4 2 5 4 2 5 1 5 28 Kurang baik 1
R40 Nastiti 5 2 4 5 3 5 5 4 33 Baik 2
R41 Naira 4 4 3 4 2 4 2 5 28 Kurang baik 1
R42 Endang 5 5 4 4 4 5 4 4 35 Baik 2
156

Jumlah Total 1357


Rata – rata 32,31
Median 32
157

Lampiran 25: Data Hasil Penelitian

HASIL PENELITIAN PERSEPSI KESERIUSAN YANG DIRASAKAN PADA


WARIA PEKERJA SEKS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2015

No
Nama 1 2 3 4 5 6 Total Kategori Kode
Responden
R1 Puspa 4 5 5 2 5 4 25 Baik 2
R2 Melati 5 4 4 1 4 5 23 Kurang baik 1
R3 Ekki 4 4 4 3 5 4 24 Kurang baik 1
R4 Nur S 5 4 4 2 4 4 23 Kurang baik 1
R5 Monik 3 5 4 2 4 4 22 Kurang baik 1
R6 Patel 3 5 5 2 4 5 24 Kurang baik 1
R7 Aan 4 5 4 4 5 4 26 Baik 2
R8 Citra 4 4 4 5 3 5 25 Baik 2
R9 Linda 4 5 4 4 3 5 25 Baik 2
R10 Yosi 4 4 4 3 3 5 23 Kurang baik 1
R11 Lusi 4 5 4 2 4 5 24 Kurang baik 1
R12 Puput 5 5 5 1 5 3 24 Kurang baik 1
R13 Ciripa 3 4 5 4 4 4 24 Kurang baik 1
R14 Dita 4 5 4 3 4 4 24 Kurang baik 1
R15 Sari 3 5 5 2 4 3 22 Kurang baik 1
R16 Laura 5 4 4 3 5 3 24 Kurang baik 1
R17 Renata 4 5 5 4 4 3 25 Baik 2
R18 Mila 5 4 4 5 4 5 27 Baik 2
R19 Imel 4 5 5 4 5 4 27 Baik 2
R20 Angel 2 4 4 4 5 5 24 Kurang baik 1
R21 Mamik 3 5 5 1 4 4 22 Kurang baik 1
R22 Rita 4 4 4 4 5 3 24 Kurang baik 1
R23 Norma 3 5 5 5 4 4 26 Baik 2
R24 Rani 3 4 5 4 4 5 25 Baik 2
R25 Anis 3 5 4 5 5 3 25 Baik 2
R26 Rara 5 4 5 4 3 4 25 Baik 2
R27 Raya 4 3 5 5 4 5 26 Baik 2
R28 Risma 5 4 4 4 5 3 25 Baik 2
R29 Vera 4 5 4 5 4 3 25 Baik 2
R30 Mita 3 4 4 4 5 5 25 Baik 2
R31 Jablay 4 5 5 5 4 3 26 Baik 2
R32 Porpida 5 5 5 4 4 4 27 Baik 2
R33 Bunga 5 4 5 5 5 5 29 Baik 2
R34 Ayu 4 4 4 5 3 3 23 Kurang baik 1
R35 Nurul 4 5 5 5 2 4 25 Baik 2
R36 Dessy 5 3 4 4 5 5 26 Baik 2
R37 Amanda 4 4 4 4 1 5 22 Kurang baik 1
R38 Yanti 5 5 5 5 4 4 28 Baik 2
R39 Sinta 4 5 5 3 5 3 25 Baik 2
R40 Nastiti 3 4 4 2 4 3 20 Kurang baik 1
R41 Naira 3 5 5 1 3 4 21 Kurang baik 1
R42 Endang 4 4 3 3 2 5 21 Kurang baik 1
158

Jumlah Total 1026


Rata – rata 24,43
Median 25
159

Lampiran 26: Data Hasil Penelitian

HASIL PENELITIAN PERSEPSI MANFAAT YANG DIRASAKAN PADA


WARIA PEKERJA SEKS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2015

No
Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 Total Kategori Kode
Responden
R1 Puspa 5 4 5 5 4 4 5 4 36 Baik 2
R2 Melati 5 4 4 5 5 4 3 5 35 Kurang baik 1
R3 Ekki 4 4 4 5 5 5 4 4 35 Kurang baik 1
R4 Nur S 5 5 4 5 4 4 5 4 36 Baik 2
R5 Monik 4 4 5 5 5 5 4 4 36 Baik 2
R6 Patel 4 5 5 4 4 4 5 5 36 Baik 2
R7 Aan 4 4 5 4 3 5 4 4 33 Kurang baik 1
R8 Citra 5 5 5 5 5 4 4 4 37 Baik 2
R9 Linda 4 4 4 4 4 5 4 4 33 Kurang baik 1
R10 Yosi 4 5 5 4 5 4 4 5 36 Baik 2
R11 Lusi 4 5 4 4 4 5 4 5 35 Kurang baik 1
R12 Puput 4 5 4 4 5 4 4 4 34 Kurang baik 1
R13 Ciripa 4 5 5 4 4 5 5 5 37 Baik 2
R14 Dita 4 4 3 4 5 4 4 4 32 Kurang baik 1
R15 Sari 5 5 4 4 4 5 5 5 37 Baik 2
R16 Laura 5 4 5 5 5 4 4 5 37 Baik 2
R17 Renata 4 4 4 4 4 5 4 4 33 Kurang baik 1
R18 Mila 4 4 3 5 4 4 4 5 33 Kurang baik 1
R19 Imel 5 4 4 4 5 5 4 4 35 Kurang baik 1
R20 Angel 4 5 5 4 4 4 5 5 36 Baik 2
R21 Mamik 5 4 4 4 5 5 4 4 35 Kurang baik 1
R22 Rita 4 5 5 4 4 4 5 5 36 Baik 2
R23 Norma 5 4 3 4 5 5 5 4 35 Kurang baik 1
R24 Rani 4 5 3 5 4 4 4 4 33 Kurang baik 1
R25 Anis 4 4 4 4 4 5 5 5 35 Kurang baik 1
R26 Rara 5 5 5 5 5 4 4 4 37 Baik 2
R27 Raya 5 4 4 4 4 5 5 5 36 Baik 2
R28 Risma 5 5 3 4 4 4 4 5 34 Kurang baik 1
R29 Vera 4 4 5 4 4 5 5 4 35 Kurang baik 1
R30 Mita 4 5 4 4 4 4 4 4 33 Kurang baik 1
R31 Jablay 4 4 5 4 5 5 5 4 36 Baik 2
R32 Porpida 4 5 4 5 4 4 4 5 35 Kurang baik 1
R33 Bunga 4 4 5 4 4 5 5 4 35 Kurang baik 1
R34 Ayu 4 5 4 5 5 4 4 5 36 Baik 2
R35 Nurul 5 4 5 5 4 4 5 5 37 Baik 2
R36 Dessy 5 5 3 5 4 5 4 5 36 Baik 2
R37 Amanda 5 4 4 5 5 4 5 4 36 Baik 2
R38 Yanti 4 5 5 4 5 5 4 5 37 Baik 2
R39 Sinta 5 4 4 5 4 5 4 4 35 Kurang baik 1
R40 Nastiti 4 5 5 4 4 5 5 5 37 Baik 2
R41 Naira 5 4 4 5 5 4 4 4 35 Kurang baik 1
R42 Endang 4 5 5 4 4 4 5 4 35 Kurang baik 1
160

Jumlah Total 1481


Rata – rata 35,26
Median 35
161

Lampiran 27: Data Hasil Penelitian

HASIL PENELITIAN PERSEPSI HAMBATAN YANG DIRASAKAN PADA


WARIA PEKERJA SEKS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2015

No
Nama 1 2 3 4 5 6 7 Total Kategori Kode
Responden
R1 Puspa 2 4 2 2 4 4 5 23 Baik 2
R2 Melati 4 2 1 3 2 5 4 21 Baik 2
R3 Ekki 5 4 2 4 4 4 5 28 Baik 2
R4 Nur S 1 1 1 2 5 5 5 20 Kurang baik 1
R5 Monik 4 4 1 4 4 4 5 26 Baik 2
R6 Patel 5 2 1 2 1 4 5 20 Kurang baik 1
R7 Aan 5 4 1 4 2 4 5 25 Baik 2
R8 Citra 5 5 2 5 4 5 4 30 Baik 2
R9 Linda 2 2 4 4 3 4 4 23 Baik 2
R10 Yosi 2 1 1 1 4 2 4 15 Kurang baik 1
R11 Lusi 4 1 2 2 2 1 2 14 Kurang baik 1
R12 Puput 1 1 3 3 4 4 4 20 Kurang baik 1
R13 Ciripa 2 4 2 5 5 5 5 28 Baik 2
R14 Dita 1 5 2 1 1 1 4 15 Kurang baik 1
R15 Sari 1 4 1 2 2 2 1 13 Kurang baik 1
R16 Laura 1 4 1 4 4 2 2 18 Kurang baik 1
R17 Renata 2 5 1 4 5 3 2 22 Baik 2
R18 Mila 4 2 2 4 2 4 2 20 Kurang baik 1
R19 Imel 1 1 4 5 4 1 1 17 Kurang baik 1
R20 Angel 5 4 3 2 1 5 4 24 Baik 2
R21 Mamik 4 5 1 1 1 1 2 15 Kurang baik 1
R22 Rita 2 4 2 4 2 2 1 17 Kurang baik 1
R23 Norma 1 4 2 5 4 3 4 23 Baik 2
R24 Rani 4 5 2 4 5 1 5 26 Baik 2
R25 Anis 5 4 1 1 2 4 5 22 Baik 2
R26 Rara 1 4 2 2 3 5 5 22 Baik 2
R27 Raya 2 2 2 1 1 5 1 14 Kurang baik 1
R28 Risma 4 1 1 2 3 5 4 20 Kurang baik 1
R29 Vera 1 2 2 4 4 5 1 19 Kurang baik 1
R30 Mita 1 4 1 5 1 4 1 17 Kurang baik 1
R31 Jablay 2 5 1 1 3 4 4 20 Kurang baik 1
R32 Porpida 5 4 2 2 4 4 5 26 Baik 2
R33 Bunga 4 2 3 2 4 4 1 20 Kurang baik 1
R34 Ayu 1 4 3 4 2 4 4 22 Baik 2
R35 Nurul 4 5 2 5 4 3 4 27 Baik 2
R36 Dessy 1 4 1 4 5 5 1 21 Baik 2
R37 Amanda 5 2 2 5 1 5 1 21 Baik 2
R38 Yanti 2 4 2 1 2 4 5 20 Kurang baik 1
R39 Sinta 4 2 1 3 1 4 4 19 Kurang baik 1
R40 Nastiti 4 2 2 2 4 5 5 24 Baik 2
R41 Naira 2 1 1 4 5 4 4 21 Baik 2
R42 Endang 4 2 2 2 4 5 1 20 Kurang baik 1
162

Jumlah Total 878


Rata – rata 20.90
Median 25
163

Lampiran 28: Data Hasil Penelitian

HASIL PENELITIAN PERSEPSI ISYARAT UNTUK BERTINDAK PADA


WARIA PEKERJA SEKS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2015

No
Nama 1 2 3 4 5 6 Total Kategori Kode
Responden
R1 Puspa 4 5 4 4 4 4 25 Baik 2
R2 Melati 5 5 4 4 5 5 28 Baik 2
R3 Ekki 4 4 4 5 2 2 21 Kurang baik 1
R4 Nur S 2 5 5 5 4 3 24 Kurang baik 1
R5 Monik 1 4 4 4 4 4 21 Kurang baik 1
R6 Patel 4 4 5 4 5 5 27 Baik 2
R7 Aan 5 3 4 4 5 1 22 Kurang baik 1
R8 Citra 4 4 5 4 3 4 24 Kurang baik 1
R9 Linda 1 5 4 5 2 5 22 Kurang baik 1
R10 Yosi 2 4 5 4 4 4 23 Kurang baik 1
R11 Lusi 2 5 4 5 5 3 24 Kurang baik 1
R12 Puput 4 3 5 4 4 1 21 Kurang baik 1
R13 Ciripa 5 5 4 5 1 4 24 Kurang baik 1
R14 Dita 4 4 5 4 2 5 24 Kurang baik 1
R15 Sari 4 5 4 5 4 4 26 Baik 2
R16 Laura 2 4 2 4 5 4 21 Kurang baik 1
R17 Renata 4 4 3 5 4 4 24 Kurang baik 1
R18 Mila 4 5 4 4 2 5 24 Kurang baik 1
R19 Imel 5 4 5 5 4 4 27 Baik 2
R20 Angel 4 5 4 5 5 4 27 Baik 2
R21 Mamik 4 4 5 5 4 4 26 Baik 2
R22 Rita 5 5 4 4 2 5 25 Baik 2
R23 Norma 4 4 5 5 4 3 25 Baik 2
R24 Rani 5 2 4 4 5 2 22 Kurang baik 1
R25 Anis 4 1 5 4 4 1 19 Kurang baik 1
R26 Rara 2 4 4 5 2 4 21 Kurang baik 1
R27 Raya 1 5 4 5 4 5 24 Kurang baik 1
R28 Risma 4 4 5 4 5 4 26 Baik 2
R29 Vera 5 5 4 5 4 5 28 Baik 2
R30 Mita 4 4 5 4 2 4 23 Kurang baik 1
R31 Jablay 4 4 4 5 4 5 26 Baik 2
R32 Porpida 5 5 4 4 5 4 27 Baik 2
R33 Bunga 4 4 4 4 4 5 25 Baik 2
R34 Ayu 5 2 5 5 5 2 24 Kurang baik 1
R35 Nurul 4 4 4 4 2 3 21 Kurang baik 1
R36 Dessy 1 4 5 5 4 5 24 Kurang baik 1
R37 Amanda 2 5 4 4 5 4 24 Kurang baik 1
R38 Yanti 4 4 5 5 4 5 27 Baik 2
R39 Sinta 5 4 5 4 5 1 24 Kurang baik 1
R40 Nastiti 4 4 4 5 4 4 25 Baik 2
R41 Naira 5 5 4 4 5 5 28 Baik 2
R42 Endang 4 2 4 5 4 4 23 Kurang baik 1
164

Jumlah Total 1016


Rata – rata 24,19
Median 24
165

Lampiran 29: Data Hasil Penelitian

HASIL PENELITIAN PERSEPSI KEYAKINAN DIRI PADA WARIA


PEKERJA SEKS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2015

No
Nama 1 2 3 4 5 Total Kategori Kode
Responden
R1 Puspa 4 5 3 5 4 21 Baik 2
R2 Melati 5 5 4 4 4 22 Baik 2
R3 Ekki 4 4 5 5 4 22 Baik 2
R4 Nur S 4 4 2 4 5 19 Kurang baik 1
R5 Monik 5 4 1 4 5 19 Kurang baik 1
R6 Patel 5 4 4 4 4 21 Baik 2
R7 Aan 5 5 3 4 5 22 Baik 2
R8 Citra 4 4 5 5 4 22 Baik 2
R9 Linda 5 4 2 4 4 19 Kurang baik 1
R10 Yosi 4 4 1 5 4 18 Kurang baik 1
R11 Lusi 5 4 4 4 4 21 Baik 2
R12 Puput 4 5 5 5 5 24 Baik 2
R13 Ciripa 4 5 3 4 4 20 Kurang baik 1
R14 Dita 4 4 4 5 5 22 Baik 2
R15 Sari 5 5 1 4 5 20 Kurang baik 1
R16 Laura 4 4 3 5 4 20 Kurang baik 1
R17 Renata 5 4 4 4 4 21 Baik 2
R18 Mila 4 5 3 5 5 22 Baik 2
R19 Imel 5 5 2 4 4 20 Kurang baik 1
R20 Angel 4 4 1 5 4 18 Kurang baik 1
R21 Mamik 5 5 4 5 5 24 Baik 2
R22 Rita 4 4 5 5 4 22 Baik 2
R23 Norma 4 5 1 5 5 20 Kurang baik 1
R24 Rani 4 4 2 5 5 20 Kurang baik 1
R25 Anis 4 5 3 5 4 21 Baik 2
R26 Rara 5 4 4 4 4 21 Baik 2
R27 Raya 5 5 2 5 4 21 Baik 2
R28 Risma 5 4 1 5 5 20 Kurang baik 1
R29 Vera 5 4 1 4 4 18 Kurang baik 1
R30 Mita 4 4 1 4 4 17 Kurang baik 1
R31 Jablay 5 5 2 5 5 22 Baik 2
R32 Porpida 4 5 3 4 4 20 Kurang baik 1
R33 Bunga 5 4 4 5 5 23 Baik 2
R34 Ayu 4 5 1 4 4 18 Kurang baik 1
R35 Nurul 5 4 2 5 5 21 Baik 2
R36 Dessy 4 4 3 4 4 19 Kurang baik 1
R37 Amanda 5 5 4 4 4 22 Baik 2
R38 Yanti 4 4 3 5 5 21 Baik 2
R39 Sinta 5 5 1 6 5 22 Baik 2
R40 Nastiti 4 4 2 5 4 19 Kurang baik 1
R41 Naira 5 5 4 6 5 25 Baik 2
R42 Endang 4 4 2 5 4 19 Kurang baik 1
166

Jumlah Total
Rata – rata 20.67
Median
167

Lampiran 30: Data Hasil Penelitian

HASIL PENELITIAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS


PADA WARIA PEKERJA SEKS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2015

No
Nama 1 2 3 4 5 Total Kategori Kode
Responden
R1 Puspa 0 0 0 0 1 1 Kurang baik 0
R2 Melati 0 0 0 0 1 1 Kurang baik 0
R3 Ekki 0 1 0 0 0 1 Kurang baik 0
R4 Nur S 0 0 0 0 1 1 Kurang baik 0
R5 Monik 0 1 1 0 1 4 Baik 1
R6 Patel 0 0 1 1 1 3 Baik 1
R7 Aan 0 1 0 0 1 2 Baik 1
R8 Citra 1 1 1 1 1 5 Baik 1
R9 Linda 0 0 1 1 1 3 Baik 1
R10 Yosi 1 1 0 1 1 4 Baik 1
R11 Lusi 1 1 1 0 0 3 Baik 1
R12 Puput 1 1 1 1 0 4 Baik 1
R13 Ciripa 0 1 0 1 1 3 Baik 1
R14 Dita 1 0 1 0 1 3 Baik 1
R15 Sari 0 0 1 1 0 2 Baik 1
R16 Laura 1 0 0 0 1 2 Baik 1
R17 Renata 0 0 1 1 1 4 Baik 1
R18 Mila 1 1 0 1 1 4 Baik 1
R19 Imel 1 0 0 0 0 1 Kurang baik 0
R20 Angel 0 1 0 1 1 3 Baik 1
R21 Mamik 1 0 1 1 1 4 Baik 1
R22 Rita 0 0 1 0 0 1 Kurang baik 0
R23 Norma 1 1 1 1 0 4 Baik 1
R24 Rani 0 1 1 0 1 3 Baik 1
R25 Anis 0 1 1 1 1 4 Baik 1
R26 Rara 1 0 1 1 0 3 Baik 1
R27 Raya 1 0 1 1 1 4 Baik 1
R28 Risma 0 1 0 1 1 3 Baik 1
R29 Vera 1 1 0 1 1 4 Baik 1
R30 Mita 1 0 0 0 0 1 Kurang baik 0
R31 Jablay 0 1 1 1 1 4 Baik 1
R32 Porpida 1 1 0 1 0 3 Baik 1
R33 Bunga 1 0 1 0 1 3 Baik 1
R34 Ayu 0 0 0 1 1 2 Baik 1
R35 Nurul 0 1 1 1 1 4 Baik 1
R36 Dessy 1 0 1 1 1 4 Baik 1
R37 Amanda 0 0 0 0 1 1 Kurang baik 0
R38 Yanti 1 1 1 0 1 4 Baik 1
R39 Sinta 1 0 1 1 0 3 Baik 1
R40 Nastiti 0 0 1 1 1 3 Baik 1
R41 Naira 1 0 1 0 1 3 Baik 1
R42 Endang 1 1 0 1 1 4 Baik 1
168

Jumlah Total 123


Rata – rata 2.93
Median 3
169

Lampiran 31: Analisis Chi-Square Persepsi Kerentanan yang dirasakan

ANALISIS CHI-SQUARE DATA PERSEPSI KERENTANAN YANG


DIRASAKAN

Persepsi kerentanan yang dirasakan * Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS


Crosstabulation

Perilaku pencegahan Total


penularan HIV/AIDS

Tidak baik Baik

Persepsi kerentanan Kurang Count 7 15 22


yang dirasakan baik
Expected Count 4.2 17.8 22.0

% within Persepsi
kerentanan yang
dirasakan 31.8% 68.2% 100.0%

Baik Count 1 19 20

Expected Count 3.8 16.2 20.0

% within Persepsi
kerentanan yang
dirasakan 5.0% 95.0% 100.0%

Total Count 8 34 42

Expected Count 8.0 34.0 42.0

% within Persepsi
kerentanan yang
dirasakan 19.0% 81.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
170

(2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.886a 1 .027

Continuity Correctionb 3.302 1 .069

Likelihood Ratio 5.438 1 .020

Fisher's Exact Test .047 .032

Linear-by-Linear
4.770 1 .029
Association

N of Valid Casesb 42

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is3.81.

b. Computed only for a 2x2 table


171

Lampiran 32: Analisis Chi-Square Persepsi Keseriusan yang dirasakan

ANALISIS CHI-SQUARE DATA PERSEPSI KESERIUSAN YANG


DIRASAKAN

Persepsi keseriusan yang dirasakan * Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Crosstabulation

Perilaku pencegahan
penularan HIV/AIDS

Tidak baik Baik Total

Persepsi keseriusan Kurang Count 2 18 20


yang dirasakan baik
Expected Count 3.8 16.2 20.0

% within Persepsi
keseriusan yang 10.0% 90.0% 100.0%
dirasakan

Baik Count 6 16 22

Expected Count 4.2 17.8 22.0

% within Persepsi
keseriusan yang 27.3% 72.7% 100.0%
dirasakan

Total Count 8 34 42

Expected Count 8.0 34.0 42.0

% within Persepsi
keseriusan yang 19.0% 81% 100.0%
dirasakan

Chi-Square Tests

Value df
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
172

sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.027a 1 .155

Continuity Correctionb 1.062 1 .033

Likelihood Ratio 2.115 1 .146

Fisher's Exact Test .243 .152

Linear-by-Linear
1.979 1 .160
Association

N of Valid Casesb 42

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.81

b. Computed only for a 2x2 table


173

Lampiran 33: Analisis Chi-Square Persepsi Manfaat yang dirasakan

ANALISIS CHI-SQUARE DATA PERSEPSI MANFAAT YANG


DIRASAKAN

Persepsi manfaat yang dirasakan * Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Crosstabulation

Perilaku pencegahan Total


penularan HIV/AIDS

Tidak baik Baik

Persepsi manfaat yang Kurang Count 4 18 22


dirasakan baik
Expected Count 4.2 17.8 22.0

% within Persepsi
18.2% 81.8% 100.0%
manfaat yang dirasakan

Baik Count 4 16 20

Expected Count 3.8 16.2 20.0

% within Persepsi
20.0% 80.0% 100.0%
manfaat yang dirasakan

Total Count 8 34 42

Expected Count 8.0 34.0 42.0

% within Persepsi
19.0% 81.0% 100.0%
manfaat yang dirasakan

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .022a 1 .811

Continuity Correctionb .000 1 .001


174

Likelihood Ratio 0.022 1 .081

Fisher's Exact Test 1.000 .594

Linear-by-Linear
.22 1 .882
Association

N of Valid Casesb 42

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.81.

b. Computed only for a 2x2 table


175

Lampiran 34: Analisis Chi-Square Persepsi Hambatan yang dirasakan

ANALISIS CHI-SQUARE DATA PERSEPSI HAMBATAN YANG


DIRASAKAN

Persepsi hambatan yang dirasakan * Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Crosstabulation

Perilaku pencegahan
penularan HIV/AIDS

Tidak baik Baik Total

Persepsi Kurang baik Count 4 17 21


hambatan yang
dirasakan Expected Count 4.0 17.0 21.0

% within Persepsi
hambatan yang 19.0% 81.0% 100.0%
dirasakan

Baik Count 4 17 21

Expected Count 4.0 17.0 21.0

% within Persepsi
hambatan yang 19.0% 81.0% 100.0%
dirasakan

Total Count 8 34 42

Expected Count 8.0 34.0 42.0

% within Persepsi
hambatan yang 19.0% 81.0% 100.0%
dirasakan

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df (2-sided) sided) sided)
176

Pearson Chi-Square .467a 1 .479

Continuity Correctionb .117 1 .037

Likelihood Ratio .468 1 .494

Fisher's Exact Test 1.000 .652

Linear-by-Linear
3.456 1 .698
Association

N of Valid Casesb 42

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.

b. Computed only for a 2x2 table


177

Lampiran 35: Analisis Chi-Square Persepsi Isyarat untuk bertindak

ANALISIS CHI-SQUARE DATA PERSEPSI ISYARAT UNTUK


BERTINDAK

Persepsi Isyarat untuk bertindak * Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Crosstabulation

Perilaku pencegahan
penularan HIV/AIDS

Tidak baik Baik Total

Isyarat untuk Kurang baik Count 6 19 25


bertindak
Expected Count 4.8 20.2 25.0

% within Isyarat untuk


75.0% 76.0% 100.0%
bertindak

Baik Count 2 15 17

Expected Count 3.2 13.8 17.0

% within Isyarat untuk


11.8% 88.2% 100.0%
bertindak

Total Count 8 34 42

Expected Count 8.0 34.0 42.0

% within Isyarat untuk


19.0% 81.0% 100.0%
bertindak

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .982a 1 .322


178

Continuity Correctionb .349 1 .049

Likelihood Ratio 1.032 1 .310

Fisher's Exact Test .439 .282

Linear-by-Linear
.959 1 .327
Association

N of Valid Casesb 42

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.24.

b. Computed only for a 2x2 table


179

Lampiran 36: Analisis Chi-Square Persepsi Keyakinan Diri

ANALISIS CHI-SQUARE DATA PERSEPSI KEYAKINAN DIRI

Persepsi Keyakinan Diri * Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Crosstabulation

Perilaku pencegahan
penularan HIV/AIDS

Tidak baik Baik Total

Keyakinan diri Kurang baik Count 4 15 19

Expected Count 3.6 15.4 19.0

% within Keyakinan
21.1% 78.9% 100.0%
diri

Baik Count 4 19 23

Expected Count 4.4 18.6 23.0

% within Keyakinan
17.4% 82.6% 100.0%
diri

Total Count 8 34 42

Expected Count 8.0 34.0 42.0

% within Keyakinan
19.0% 81.0% 100.0%
diri
180

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .090a 1 .764

Continuity Correctionb .000 1 .001

Likelihood Ratio .090 1 .764

Fisher's Exact Test 1.000 .534

Linear-by-Linear
.088 1 .766
Association

N of Valid Casesb 42

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.43.

b. Computed only for a 2x2 table


181

Lampiran 37: Dokumentasi

SS

Anda mungkin juga menyukai