Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

DI SUSUN OLEH :
IFDIL FADHILLAH
17.16.120.901.180

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES NAN TONGGA LUBUK ALUNG
SUMATERA BARAT
2018
RENCANA KUNJUNGAN RUMAH

A. Identitas Klien
Nama/ Inisial Klien : Tn. I
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTP
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum menikah
No. RM : 027950
Alamat : Muara hemat, Batang merangin, Kerinci
Diagnosa Medis :
Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri

Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. N
Usia :
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Ayah
Alamat : Muara hemat, Batang merangin, Kerinci

B. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan kesehatan pelayanan keperawatan kepada klien
yang mengalami gangguan jiwa, dukungan dari pihak keluarga merupakan unit yang
paling dekat dengan klien dan keluarga yang berperan dalam menentukan cara atau
asuhan yang diperlukan bagi klien yang mengalami gangguan jiwa untuk mencegah
terjadinya kekambuhan.

C. Tujuan Kunjungan Rumah


1. Tujuan umum
Keluarga dapat menerima dan merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa sesuai dengan keadaan klien berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang ada.
2. Tujuan khusus
a. Memberikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan klien di Rumah
Sakit.
b. Mengklasifikasi dan melengkapi data yang di peroleh dari klien dan data
sekunder (dokumen medik) tentang:
1) Alasan klien masuk rumah sakit
2) Faktor penyebab dan pencetus
3) Genogram
4) Psikososial dan lingkungan
5) Persepsi keluarga tentang penyakit klien
6) Dukungan dalam keluarga
c. Melakukan pendidikan kesehatan tentang resiko bunuh diri
d. Mengevaluasi kemampuan keluarga dalam hal:
1) Mengenal masalah klien
2) Mengambil keputusan tentang perawatan klien
3) Kemampuan merawat klien
4) Kemampuan dalam memodifikasi lingkungan
5) Kemampuan dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

D. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Resiko Bunuh Diri
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan klien dan keluarga
b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala bunuh diri
c. Jelaskan kepada keluarga cara merawat klien dengan resiko bunuh diri
d. Jelaskan kepada keluarga untuk memberikan pujian hal positif klien dan member
dukungan mencapai masa depan.

E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
c. Melakukan evaluasi validasi kepada keluarga klien
d. Melakukan kontrak untuk berbincang-bincang
2. Fase kerja
a. Menanyakan kepada keluarga klien tentang alasan klien masuk Rumah Sakit
b. Menceritakan kepada keluarga klien bagaimana keadaan klien saat ini di Rumah
Sakit
c. Menanyakan kepada keluarga klien tentang faktor-faktor yang kira-kira
menyebabkan gangguan pada klien
d. Menanyakan kepada keluarga klien tentang adanya faktor keturunan (genetik)
dari keluarga yang mengalami gangguan jiwa
e. Menanyakan kondisi lingkungan di sekitar klien serta pandangan keluarga
terhadap gangguan yang dialami klien
f. Mendiskusikan masalah yang dirasakan klien dan keluarga
g. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala bunuh diri
h. Menjelaskan kepada keluarga cara merawat klien dengan resiko bunuh diri
i. Menjelaskan kepada keluarga untuk memberikan pujian hal positif klien dan
member dukungan mencapai masa depan.
3. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Evaluasi persiapan untuk melaksanakan home visite
b. Evaluasi Proses
Evaluasi pada saat proses pelaksanaan home visite dengan keluarga klien
c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil dari pelaksanaan home visite di rumah dan lingkungan rumah klien
4. Fase Terminasi
a. Mengevaluasi respon keluarga klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan
b. Melakukan tindak lanjut

LANDASAN TEORI
I. Masalah Utama
Resiko Bunuh Diri
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Pengertian
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah.
Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk
beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan
yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman
pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2006).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Menciderai diri
adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).

B. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala menurut Fitria (2009):
 Mempunyai ide untuk bunuh diri
 Mengungkapkan keinginan untuk mati
 Impulsif
 Menunjukan perilaku yang mencurigakan
 Mendekati orang lain dengan ancaman
 Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
 Latar belakang keluarga

C. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Peningkatan diri Destruktif diri tidak Pencederaan diri


Beresiko destruktif Bunuh diri
langsung

D. Faktor Predisposisi
Menurut Fitria, Nita, 2009. Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan
Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP)
untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1 Keperawatan), etiologi
dari resiko bunuh diri adalah :
1. Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
a. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang
terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons
seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
d. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

e. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).

E. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.
F. Cara merawat klien dengan resiko bunuh diri
1. Untuk klien
i. Membina hubungan saling percaya
ii. Membantu pasien mengenali resiko bunuh diri
iii. Melatih pasien mengontrol resiko bunuh diri
 Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
 Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri
 Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri
 Berikut ini percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh diri
2. Untuk keluarga
i. Keluarga mengetahui masalah resiko bunuh diri dan dampaknya pada
klien
ii. Keluarga mengetahui penyebab resiko bunuh diri
iii. Sikap keluarga untuk membantu klien mengatasi resiko bunuh diri
iv. Keluarga mengetahui pengobatan yang benar untuk klien
v. Keluarga mengetahui tempat rujukan dan fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi klien

LAMPIRAN

1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bapak/Ibu. Perkenalkan nama saya Ifdil, dan saya adalah mahasiswa
Stikes nan tongga sumatera barat, yang sedang praktek di rumah sait jiwa provinsi
Jambi. Saya juga merupakan perawat yang merawat anak Bapak/Ibu di rumah sakit.”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana keadaan dan perasaan Bapak/Ibu saat ini? Bagaimana pendapat Bapak/Ibu
tentang anak Bapak/Ibu yang saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit?”
c. Kontrak
Topik:
“Pada pertemuan kita hari ini kita akan berdiskusi tentang masalah resiko bunuh diri
yang anak Bapak/Ibu alami, bagaimana proses terjadinya, serta cara-cara yang dapat
dilakukan untuk memberikan perawatan pada pasien dengan resiko bunuh diri. Saya
juga akan membantu Bapak/Ibu mempraktekkan cara menanggulangi jika resiko
bunuh diri tersebut muncul.”
2. Fase Kerja
“Masalah apa yang terjadi atau terlihat pada anak Bapak/Ibu pada saat masih berada di
rumah? Apa saja yang sudah Bapak/Ibu lakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada
anak Bapak/Ibu?”
“Dari cerita Bapak/Ibu, dapat saya simpulkan bahwa gejala yang dialami anak Bapak/Ibu itu
disebut resiko bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, kita diharapkan dapat membantu
mensegah resiko bunuh diri yang timbul dengan beberapa cara. Pertama, untuk melindungi
pasien yang mencoba bunuh diri, Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-
barang yang dapat digunakan untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, tali
pinggang. Semua barang-barang tersebut tidak boleh ada disekitarnya. Selain itu, jika bicara
dengan anak fokus pada hal-hal positif, hindarkan pernyataan negatif. Selain itu sebaiknya
anak punya kegiatan positif seperti melakukan hobbynya bermain sepak bola, dll supaya
tidak sempat melamun sendiri”
Kedua, cara merawat anggota keluarga berisiko bunuh diri.(isyarat bunuh diri) Bapak/Ibu
sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan gejala bunuh diri. Pada
umumnya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukkan tanda melalui percakapan
misalnya “Saya tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa saya. Apakah B pernah
mengatakannya?”
”Kalau Bapak / Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya Bapak / Ibu
mendengarkan ungkapan perasaan dari B secara serius. Pengawasan terhadap B ditingkatkan,
jangan biarkan dia sendirian di rumah atau jangan dibiarkan mengunci diri di kamar. Kalau
menemukan tanda dan gejala tersebut, dan ditemukan alat-alat yang akan digunakan untuk
bunuh diri, sebaiknya dicegah dengan meningkatkan pengawasan dan memberi dukungan
untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Katakan bahwa Bpk/Ibu sayang pada B. Katakan
juga kebaikan-kebaikan B!”
”Usahakan sedikitnya 5 kali sehari bapak dan ibu memuji B dengan tulus”
”Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari bantuan
orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit
terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah kembali ke
rumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar B terus berobat untuk mengatasi keinginan bunuh
diri.
Cara ketiga, untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri Sekarang anggap saya
B yang sedang mengatakan ingin mati saja, coba bapak dan ibu praktekkan cara bicara yang
benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada B”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
Cara keempat perencanaan Pulang bersama keluarga dengan pasien risiko bunuh diri “Pak,
bu, ini jadual B selama di rumah sakit, coba perhatikan, dapatkah dilakukan dirumah?’ tolong
dilanjutkan dirumah, baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh B selama
di rumah. Kalau misalnya B terus menerus mengatakan ingin bunuh diri, tampak gelisah dan
tidak terkendali serta tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, tolong bapak dan ibu segera hubungi,
puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak.agar puskesmas dapat membantu ibu dan bapak
dalam merawat B dengan segera, puskesmas yang akan memantau perkembangan B.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien Terhadap Tindakan Keperawatan
1) Evaluasi Klien (Subjektif):
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berbincang-bincang tentang masalah
yang sedang dialami oleh anak Bapak/Ibu serta cara-cara untuk membantu
mengontrol resiko bunuh diri apabila keinginan bunuh diri tersebut muncul?”
2) Evaluasi Objektif:
“Coba Bapak/Ibu sebutkan lagi apa pengertian dan gejala dari reiko bunuh diri
yang dialami oleh anak Bapak/Ibu? Coba Bapak/Ibu sebutkan kembali cara-cara
yang dapat dilakukan untuk membantu memutus munculnya resiko bunuh diri pada
anak Bapak/Ibu jika anak Bapak/Ibu sudah boleh pulang ke rumah? Coba
Bapak/Ibu mempraktekkan cara melindungi anak dari keinginan bunuh diri dengan
mengamankan benda-benda yang membahayakan!”
b. Tindak Lanjut
“Baiklah, dari penjelasan-penjelasan saya tadi ada yang ingin Bapak/Ibu
tanyakan? Apabila tidak ada, saya meminta bantuan dan peran serta Bapak/Ibu utuk
membantu dalam proses pemulihan anak Bapak/Ibu, baik pada saat anak Bapak/Ibu
masih berada di Rumah Sakit maupun pada saat anak Bapak/Ibu sudah pulang ke
rumah. Dukungan yang efektif dari Bapk/Ibu akan sangat membantu dalam proses
pemulihan anak Bapak/Ibu.

DAFTAR PUSTAKA

Captain, C, ( 2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume 6(3),
May/June 2008, p 46–53

Carpenito, LJ (2008). Nursing diagnosis : Aplication to clinical practice, Mosby St Louis.

Kaplan and Saddock (2005). Comprehensive textbook of Psychiatry, Mosby, St Louis.

Keliat Budi ana, proses keperawatan jiwa , edisi 1,n Jakarta EGC,1999

Keliat Budi ana,gangguan konsep diri, edisi 1 jakarta : EGC .1999

Shives, R (2008). Basic concept of psychiatric and Mental Health Nursing, Mosby, St Louis.

Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed. Elsevier
Mosby, Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai