Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TUBERCULOSIS PARU

Disusun Oleh : Mohammad Ivanto., S.Kep (070111b053)

Ni Kadek Ely Ermawati., Skep (070111b055)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paruparu kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. (www.medicastore.com_tbc_images_sebar.htm) Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara berkembang Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan meningkat. Kematian wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas (WHO). WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB pada tahun 1993 karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB. Di Indonesia TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan. Penyakit TB paru, masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua golongan usia dan nomor I dari golongan infeksi. Antara tahun 1979 ? 1982 telah dilakukan survey prevalensi di 15 propinsi

dengan hasil 200-400 penderita tiap 100.000 penduduk. Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintahd an swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per tahun. (www.yahoo.com_pusat-informasi-penyakit-infeksi_tbc.htm) Penyakit TBC pada anak tidak mempunyai gejala yang khas, bahkan sering tanpa gejala dan baru diketahui adanya kelainan dengan pemeriksaan foto rontgen paru. Gejala TBC sendiri tidak serta-merta muncul. Pada saat-saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, bisa jadi anak hanya demam sedikit. "Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan setelah infeksi), anak tidak napsu makan, kurang gairah, dan berat badan turun tanpa sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di leher, sementara di paru-paru muncul gambaran vlek. Pada saat itu, kemungkinannya ada dua, apakah akan muncul gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak muncul. "Ini tergantung kekebalan anak. Kalau anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya tidak muncul. Tapi bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul, bukan di paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Ini yang berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya. (www.yahoo.com_bagaimana-mendeteksi-sejak-dini-gejala-tbc-pada-anak.htm) Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa bakteri mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan TBC adalah bekteri pembunuh massal. WHO memperkirakan bakteri ini membunuh sekitar 2 juta jiwa setiap tahunnya. Antara tahun 2002-2020 diperkirakan sekitar 1 miliar manusia akan terinfeksi. Dengan kata lain pertambahan jumlah infeksi lebih dari 56 juta tiap tahunnya. Biasanya 5-10 persen di antara infeksi berkembang menjadi penyakit, dan 40 persen di antara yang berkembang menjadi penyakit berakhir dengan kematian. Di kawasan Asia Tenggara, data WHO (http:www.whosea.org) menunjukan bahwa TBC membunuh sekitar 2.000 jiwa setiap hari. Dan sekitar 40 persen dari kasus TBC di dunia berada di kawasan Asia Tenggara. Dua di antara tiga negara dengan jumlah penderita TBC terbesar di dunia, yaitu India dan Indonesia, berada di wilayah ini. Indonesia berada di bawah India, dengan jumlah penderita terbanyak di dunia, diikuti Cina di peringkat kedua. Dibandingkan dengan penyakit menular lainnya, TBC juga menjadi pembunuh nomor satu di kawasan ini, di mana jumlahnya 2-3 kali jumlah kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS yang berada di peringkat kedua. Sementara itu, penyakit

tropis seperti demam berdarah dengue (DBD) tidak sampai sepersepuluhnya. Kita bisa membayangkan betapa seriusnya masalah TBC. Karena itu, perlu kita sadari kembali bahwa TBC adalah penyakit yang sangat perlu mendapat perhatian untuk ditanggulangi. Karena bakteri mycobacterium tuberculosis sangat mudah menular melalui udara pada saat pasien TBC batuk atau bersin, bahkan pada saat meludah dan berbicara. Satu penderita bisa menyebarkan bakteri TBC ke 10-15 orang dalam satu tahun. (www.yahoo.com_pusat-informasi-penyakit-infeksi_tbc.htm) Karena yang menjadi sumber penyebaran TBC adalah penderita TBC itu sendiri, pengontrolan efektif TBC mengurangi pasien TBC tersebut. Ada dua cara yang tengah dilakukan untuk mengurangi penderita TBC saat ini, yaitu terapi dan imunisasi. Untuk terapi, WHO merekomendasikan strategi penyembuhan TBC jangka pendek dengan pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy). Dalam strategi ini ada tiga tahapan penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan pengawasan langsung. Indonesia adalah negara yang besar dengan jumlah penduduk yang banyak, agaknya masih perlu melaksanakan vaksinasi BCG ini. Dengan melaksanakan vaksinasi ini, jumlah kasus dugaan (suspected cases) jauh akan berkurang, sehingga memudahkan kita untuk mendeteksi pasien TBC, untuk selanjutnya dilakukan terapi DOTS untuk pasien yang terdeteksi. Kedua pendekatan, yaitu vaksinasi dan terapi perlu dilakukan untuk memberantas TBC dari bumi Indonesia. (www.yahoo.com_pusat-informasi-penyakit-infeksi_tbc.htm)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum Setelah mengikuti seminar ini, diharapkan bagi mahasiswa mampu memberikan tindakan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah kesehatan TB Paru. 2. Tujuan Khusus Mahasiswa setelah mengikuti seminar ini, diharapkan mampu: a. Mengetahui anatomi fisiologi paru-paru. b. Menjelaskan pengertian TB paru. c. Menjelaskan etiologi dari TB paru. d. Mengetahui patofisiologi dari TB paru. e. Mengetahui manifestasi klinik dari TB paru. f. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari TB paru.

g. Mengetahui komplikasi dari TB paru. h. Mengetahui penatalaksanaan medis dari TB paru. i. Membuat asuhan keperawatan pada anak dengan TB paru.

BAB II TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI FISIOLOGI

Fungsi sistem pernafasan adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari atmosfer kedalam sel-sel tubuh dan untuk mentransport karbondioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi bicara dan berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing dan pengaturan hormonal tekanan darah. Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang bersilia. Ketika udara masuk kedalam rongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri: Epitel toraks bertingkat Silia Sel Goblet Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar serosa. Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam rongga hidung, dan ke superior didalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sini lapisan mukus akan tertelan atau akan dibatukkan keluar. Air yang berfungsi untuk kelembapan diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang disuplai ke udara inspirasi berasal dari jaringan yang berada dibawahnya yang kaya akan pembuluh darah. Udara mengalir dari faring menuju laring. Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara. Diantara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara kedalam trakea yang dinamakan glotis. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah. Pada waktu menelan, gerakan laring keatas, penutupan glotis dan fungsinya seperti pintu pada aditus laring dari epiglotis yang berbentuk daun, yang berperan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk kedalam esofagus. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan dengan sebuah pohon dan oleh karena itu disebut dengan pohon trakeobronkial. Permukaan posterior trakea agak pipih dan letaknya tepat didepan esofagus. Sebagai akibatnya, jika

suatu slang endotrakea bulat dan kaku dengan balon yang digembungkan dimasukkan selama ventilasi mekanik, maka dapat timbul erosi di posterior di membran tersebut yang akan membentuk fistula trakeo-esofageal. Erosi bagian anterior menembus cincin tulang rawan dapat juga timbul tetapi tidak sering. Tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan yang dikenal dengan sebutan karina. Bronkus utama kiri dan kanan tidak simetris. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan dari trakea dengan sudut yang lebih tajam. Bentuk anatomik yang khusus ini mempunyai implikasi klinis yang penting. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantung udara). Bronkiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru. Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari: Bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Duktus alveolaris yang seluruhnya dibetasi oleh alveolus. Sakus alveolaris terminalis yang merupakan struktur akhir paru-paru. Alveolus pada hakekatnya merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler, maka batas antara cairan dan gas membentuk suatu tegangan permukaan yang cenderung mencegah pengembangan pada waktu inspirasi dan cenderung kolaps pada waktu ekspirasi. Tetapi karena alveolus juga dilapisi oleh zat lipoprotein yang dinamakan dengan surfaktan, dan zat inilah yang akan mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada waktu inspirasi dan mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi. Pembentukan surfaktan oleh sel pembatas alveolus (Tipe II) tergantung dari beberapa faktor, termasuk kematangan sel-sel alveolus dan sistem enzim biosintetiknya, kecepatan pergantian yang normal, ventilasi yang memadai, dan aliran darah ke dinding alveolus. (Sylvia, 1995)

FISIOLOGI PERNAPASAN

Proses fisiologi pernapasan dimana 02 dipindahkan dari udara ke dalam jaringanjaringan, dan C02 dikeluarkan ke udara. Ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru. karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot. Dalam proses ventilasi ini, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi, diantaranya adalah perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru. Semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat maka tekanan udara semakin tinggi. Stadium kedua, transportasi yang terdiri dan beberapa aspek yaitu : (1) Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksternal) dan antara

darah sistemik dan sel.-sel jaringan. Dalam proses ini terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, diantaranya: Pertama Kedua : luasnya permukaan paru. : tebal membran respirasi / permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan intersisial keduanya. Ketiga Keempat : perbedaan tekanan dan konsentrasi 02. : afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb. (2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus. (3) Reaksi kimia dan fisik dari 02 dan C02 dengan darah respimi atau respirasi interna menipak-an stadium akhir dari respirasi, yaitu sel dimana metabolik dioksida untuk mendapatkan energi, dan C02 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru (4) Transportasi, yaitu. tahap kcdua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gasgas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 urn). Kekuatan mendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. (5) Perfusi, yaitu pemindahan gas secara efektif antara. alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler dengan perkataan lain ventilasi dan perfusi. dari unit pulmonary harus sesuai pada orang normal dengan posisi tegak dan keadaan istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apeks paru-paru.

Secara garis besar bahwa Paru-paru memiliki fungsi sebagai berikut: (1) Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara atmosfer

kedarah vena dan mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli keudara atmosfer. (2) Menyaring bahan beracun dari sirkulasi. (3) Reservoir darah. (4) Fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas. (Sloane Ethel, 2003)

B. DEFINISI

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis (jarang oleh Mycobacterium avium). (Ngastiyah, 2005) Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. (Sylvia, 1995) Tuberculosis adalah penyakit infeksius yang pada umumnya menyerang parenkim paru. (Smeltzer, 2001) Tuberculosis merupakan peradangan yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium Tuberculosis. (Sri Fatimah, 2001) Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). (www.medicastore.com_tbc_images_sebar.htm) Tuberculosis adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini dapat menyerang semua bagian tubuh manusia, dan yang paling sering terserang bakteri ini adalah paru (90%). (www.google.com_news47b3b12895520.pd) Untuk menentukan klasifikasi penyakit TBC, ada tiga hal yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut: Organ tubuh yang sakit (paru-paru atau ekstra paru-paru). Hasil pemeriksaan dahak Basil Tahan Asam (BTA) yang menunjukkan positif atau negatif. Tingkat keparahan penyakit (ringan atau beratnya penyakit).

Penemuan ini sangat penting dilakukan karena untuk menetukan paduan obat antituberculosis yang sesuai sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit TBC secara umum meliputi: 1. TBC yang menyerang jaringan paru-paru. TBC jenis ini juga dibedakan menjadi dua macam yaitu: a. TBC paru BTA positif (sangat menular) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak, memberikan hasil yang positif. Satu pemeriksaan dahak memberikan hasil yang positif dan foto rontgen dada menunjukkan TBC aktif. b. TBC paru BTA negatif Pemeriksaan dahak positif negatif/foto rontgen dada menunjukkan TBC aktif. Positif negatif yang dimaksudkan disini adalah hasilnya meragukan, jumlah kuman yang ditemukan pada waktu pemeriksaan belum memenuhi syarat positif. 2. TBC ekstra paru atau TBC yang menyerang organ tubuh yang lain selain paru-paru, misalnya selaput paru, selaput otak, selaput jantung, kelenjar getah bening, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kemih, dll. Ada 2 bentuk klasifikasi TB paru pada anak yaitu: 3. TB Primer Tuberculosis primer merupakan kompleks primer serta komplikasinya. Permulaan tuberculosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyakit mulai secara perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberculosis ditemukan pada anak tanpa keluhan atau gejala. Dengan melakukan uji tuberculin secara rutin, dapat ditemukan penyakit tuberculosis pada anak. Gejala tuberculosis primer dapat juga berupa panas yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk pilek. 4. TB Pasca Primer Tuberculosis pasca primer adalah tuberculosis yang terjadi setelah timbulnya tuberculosis primer dan menimbulkan gejala yang lebih berat. Tuberculosis dapat juga dapat menunjukkan gejala seperti bronkopneumonia, sehingga pada anak dengan gejala bronkopneumonia yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan bronkopneumonia yang adekuat harus dipikirkan kemungkinan tuberculosis. (Yoannes Y Laban, 2008)

C. ETIOLOGI

Faktor yang menyebabkan anak mengalami TBC: Mycobacterium Tuberculosa Mycobacterium Bovis Tertular dari ibu saat dalam kandungan Sebelum atau selama persalinan menghirup air ketuban yang terinfeksi Setelah lahir karena menghirup udara yang terkontaminasi oleh percikan saliva yang terinfeksi. Faktor-faktor Herediter Resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik. Jenis kelamin Pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan. Usia Pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi. Pada masa puber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat. Keadaan stress Situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik). Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi. Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah. Nutrisi Status nutrisi yang kurang. Kontak dengan penderita TBC Sumber penularan yang paling berbahaya adalah penderita TB dewasa dan orang dewasa yang menderita TB paru dengan kavitas. Kasus seperti ini sangat infeksius dan dapat menularkan penyakit melalui batuk, bersin dan percakapan. Semakin sering dan lama kontak, makin besar pula kemungkinan terjadi penularan. Sumber penularan bagi bayi dan anak yang disebut dengan kontak erat adalah orang tuanya, orang serumah atau orang yang paling sering berkunjung. yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium

Tuberculosis yaitu:

Lingkungan yang tidak sehat TBC menyebar dengan cepat pada tempat tinggal yang kurang ventilasi, sempit dan sesak. Angka penularan tinggi juga terjadi pada orang yang hidup di daerah yang penuh sesak dan kumuh. (Suriadi, 2006) TB disebabkan oleh Mikrobakterium tuberkulosis dan anak-anak sangat rentan untuk terinfeksi bakteri ini (M. Tuberculosis) dan bovin (Micobacterium bovis). Dalam beberapa bagian di dunia dimana kuman tuberculosis yang ada dalam tempat untuk memasak tidak terkontrol atau tidak melakukan pemanasan terhadap susu sebelum dikonsumi maka bakteri tipe bovin adalah penyebab infeksi yang paling sering ditemukan. Meskipun agen penyebabnya adalah bacillus tuberkel, namun ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi terjadinya TB paru ini diantaranya; hereditas (resistensi/ ketahanan terhadap infeksi mungkin disebabkan karena adanya perpindahan genetik), stres: situasi yang penuh stress (emosional atau fisik), status nutrisi yang kurang, jenis kelamin (pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan karena pada masa ini terjadi masa pertumbuhan yang cepat, sehingga kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat), usia (sangat tinggi pada infant dan tinggi pada usia ebelum dewasa), dan riwayat penyakit sekarang (khususnya HIV, meassles dan pertusis). Konsumi obat-obatan yang banyak juga dapat menyebabkan terinfeksi Mikrobakterium tuberkulosis.

Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi danmemudahkan untuk penyebarluasan infeksi; dan anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan untuk terinfeksi lebih mudah. (Donna L. Wong, 2001)

D. PATOFISIOLOGI

Penyakit TBC biasamya menyerang melalui udara yang tercemar dengan bakteri mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk,dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul didalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang yang dengan daya tahan tubuh rendah),dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.oleh sebab itulah TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti paruparu,otak,ginjal,saluran pencernan,tulang,kelenjar getah bening,dan lain-lain.meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat ini mycobacterium tuberculosa berhasil menginfeksi paru-paru,maka dengan segera akan

tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).biasanya melalui serangkaian reaksi immunologis bakteri ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding itu membuat jaringan disekitarnya menjadi jaringan parut, terjadi penekakan dinding abdomen lalu menekan gaster, dan bakteri TBC ini akan menjadi dormant (istirahat).bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang ,bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang didalam paruparu.ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum(dahak).seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC. (Halim,2000)

Cara Penularan : Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil

pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini batuk dapat mengeluarkan 3000 droplet nuclei. Penularan umumnya terjadi di dalam ruangan dimana droplet nuclei dapat tinggal di udara dalam waktu lebih lama. Di bawah sinar matahari langsung basil tuberkel mati dengan cepat tetapi dalam ruang yang gelap lembab dapat bertahan sampai beberapa jam. Dua faktor penentu keberhasilan pemaparan Tuberkulosis pada individu baru yakni konsentrasi droplet nuclei dalam udara dan panjang waktu individu bernapas dalam udara yang terkontaminasi tersebut di samping daya tahan tubuh yang bersangkutan. Di samping penularan melalui saluran pernapasan (paling sering), M. tuberculosis juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit (lebih jarang). (www.yahoo.com_pusat-informasi-penyakit-infeksi_tbc.htm)

PATHWAY Penderita TBC dewasa (aktif) batuk

Sistem imun menurun

Droplet di udara terhirup anak-anak

M. Tuberculosa masuk melalui saluran pernafasan

Menyebar melalui darah dan pembuluh getah bening

Menginfeksi paru-paru

Tumbuh koloni bakteri berbentuk globular

Tuberkel berkembangbiak untuk memproduksi sputum

Penumpukan sekret

batuk untuk mengeluarkan sputum Bersihan jalan nafas tidak efektif

Nyeri dada dan distensi abdomen

Penekanan gaster

Produksi HCL

Mual, muntah

Anoreksia

Berat badan

malaise

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Intoleransi aktifitas

E. MANIFESTASI KLINIK

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik. Gejala sistemik/umum Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah. Gejala khusus Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah. (www.medicastore.com_tbc_images_sebar.htm) Gejala dan tanda Sakit TB pada anak sangat luas variasinya, mulal dari yang sangat ringan sampai sangat berat. Gejala dan tanda yang mengawali kecurigaan Sakit TB pada anak di antaranya adalah MMBB (Masalah Makan dan Berat Badan), demam

lama atau berulang, gampang / sering tertular sakit batuk pilek, adanya benjolan yang banyak di leher, diare yang sulit sembuh dll. TB juga dapat menyerang berbagai organ di seluruh tubuh sehingga bisa timbul gejala pincang jika mengenai sendi panggul atau lutut, benjolan banyak di leher, bisa juga terjadi kejang jika mengenai susunan saraf pusat / otak. (www.yahoo.com_ikatan-dokter-anak-indonesia.htm) Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik. Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik: 1. Gejala respiratorik, meliputi: a. Batuk Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan. b. Batuk darah Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. c. Sesak napas Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain. d. Nyeri dada Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena. 2. Gejala sistemik, meliputi: a. Demam Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek. b. Gejala sistemik lain Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan

tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan Fisik Riwayat Penyakit Riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit TBC. Tes Tuberkulin atau Tes Mantoux Tes Mantoux atau tuberculin adalah tes kulit yang digunakan untuk menentukan apakah individu telah terinfeksi basil TB. Ekstrak basil tuberkel (tuberkulin) disuntikkan kedalam lapisan intradermal pada aspek dalam lengan bawah, sekitar 10 cm dibawah siku. Dengan menyuntikkan tuberkulin sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit tuberculin. Untuk memperoleh reaksi kulit yang maksimum diperlukan waktu antara 48-72 jam sesudah penyuntikkan. Reaksi harus dibaca dalam periode tersebut. Uji tuberkulin positif bila indurasi 10 mm (pada anak yang mempunyai gizi baik), atau 5 mm (pada anak dengan gizi buruk). Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada TBC aktif pada anak. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase) Merupakan uji serologi immunoperoksidase memakai alat histogen

immunoperoksidase Staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB. N Pemeriksaan Sputum BTA Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitive karena hanya 30-70% pasien TB yang dapat di diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini, namun pemeriksaan sputum ini agak sulit dilakukan pada anak dan hasilnya kurang memastikan. Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah) Biasanya pemeriksaan darah yang dimaksudkan untuk TB adalah LED (laju endap darah) dan hitung jenis limfosit, Kedua pemeriksaan ini nilai diagnostiknya untuk TB rendah, jauh lebih rendah dibanding foto Rontgen, sehingga hanya digunakan sebagai data tambahan. Foto Toraks PA (postero-anterior) TB paru dapat memberikan gambaran infiltrat yang lebih khusus pada foto Rontgen, istilahnya gambaran yang sugestif TB. Misalnya gambaran miller (bercak kecil putih merata di seluruh paru), atau gambaran atelektasis (gambaran putih padat akibat pengerutan sebagian paru), dll. Sekalipun gambarannya sugestif TB, foto Rontgen

saja tidak bisa dijadikan dasar tunggal diagnosis TB, tetap harus disertai gejala dan tanda sakit TB, dan pemeriksaan penunjang lain. Tehnik Polymerase Chain Reaction Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui aplikasi dalam berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya resistensi. Pemeriksaan bakterioligis Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum): Ditemukannya kuman micobakterium TBC dari dahak penderita memastikan diagnosis TB paru. Pemeriksaan biasanya lebih sensitive daripada sediaan apus (mikroskopis). Pengambilan dahak yang benar sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pada pemeriksaan pertama. sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak. Uji resistensi harus dilakukan apabila ada dugaan resistensi terhadap pengobatan. Pemeriksaan sputum adalah diagnostik yang terpenting dalam prograrn pemberantasan TBC paru di Indonesia. Uji BCG Penyuntikan BCG akan menyebabkan konversi uji tuberkulin sehingga dapat mengacaukan penilaian uji tuberkulin. Bila anak telah mendapat BCG kemudian dilakukan uji tuberkulin dengan PPD-RT 23 2 TU/PPD-S 5 TU atau OT 1/2000 menimbulkan indurasi lebih dari 15 mm, harus dicurigai adanya superinfeksi tuberkulosis. Bila BCG diberikan pada masa neonatus, setelah 1 tahun hanya 10% yang mempunyai indurasi dengan indurasi 5 mm atau lebih terhadap PPD-RT 23 2 TU/PPD-S 5 TU dan tidak ada yang bereaksi dengan indurasi 10 mm ke atas.

G. KOMPLIKASI

1. Penyebaran infeksi Tuberkulosis Penyebaran infeksi tuberculosis ke bagian tubuh nonpulmonal dikenal dengan TB miliaris. Yang terjadi pada anak-anak, selain di paru-paru, juga terdapat penyebaran ke seluruh tubuh. Hal ini terjadi karena belum ada kekebalan alami dari tubuh, saat basil TB jenis primer masuk ke dalam paru-paru. Akibatnya basil ini tidak tinggal diam di paru-paru saja. Tetapi akan melalui saluran limfa ke kelenjar dan masuk ke aliran darah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh, sehingga terkadang ditemui TB tulang dalam 1-5 tahun setelah terbentuknya kompleks perimer,TB hati,TB limfa dapat terjadi 6 bulan setelah terbentuknya kompleks primer, TB selaput otak atau meningitis dapt terjadi dalm 3 bulan.komplikasi pada traktus urogenitalis dapt terjadi setelah bertahun-tahun. 2. Penyakit paru primer progesif

Komplikasi infeksi tuberculosis serius tetapi jarang terjadi pada anak bila focus primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat perkejuan yang besar. Pencairan dapat menyebabkan pembentukan kaverna primer yang disertai dengan sejumlah besar basil tuberkel. Pembesaran focus dapat melepaskan debris nekrotik kedalam bronkus yang berdekatan, menyebabkan penyebaran intrapulmonal lebih lanjut. 3. Efusi pleura Efusi pleura tuberculosis, yang dapat local atau menyeluruh, mula-mula padakeluarnya basili kedalam sela pleura dari focus paru subpleura atau perkejuan limfonodi.efusi yang lebih banyak dan secara klinis berarti terjadi beberapa bulan sampai beberapa tahun sesudah infeksi primer.efusi pleura dapat terjadi 6-12 bulan setelah terbentuk kompleks primer 4. Penyakit pericardium Bentuk tuberculosis jantung yang paling sering adalah perikarditis.penyakit ini jarang,terjadi pada 0,5-4% kasus tuberculosis pada anak. Perikarditis biasanya berasal dari invasi langsung atau aliran limfe dari limfonodi subkranial.gejala-gejala yang biasanya nonspesifik termasuk demam ringan,malaise dan kehilangan berat badan. Nyeri dada tidak lazim pada anak.bising gesek pericardium atau suara jantung yang jauh dengan pulsus paradoksus. 5. Penyakit saluran pernafasan atas Tuberculosis saluran pernafasan atas misalnya anak dengan tuberculosis laring menderita batuk karena radang tenggoring, nyeri tenggorok,parau, dan disfagia. Kebanyakan anak dengan tuberculosis laring menderita penyakit laring primer dengan radiografi dada normal. 6. Penyakit system saraf sentral Tuberculosis SSS merupakan komplikasi yang paling serius pada anak dan mematikan tanpa pengobatan efekyif. Meningitis tuberkulosa biasanya berasal dari pembentukan lesi perkejuan metastatik di dalam korteks serebri atau meninges yang berkembang selam penyebaran limfohematogen infeksi primer. (Donna L. Wong, 2001)

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Obat Anti TB (OAT) OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain : Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui bakterisid. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis.

Maka pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu : a. Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat. b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakterostatik pada pengobatan konvensional.

OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R), pirazinamid (Z),dan streptomisin (S) yang bersifat bakterisid dan etambutol (E) yang bersifat bakteriostatik. Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan bakteriologi, dan klinis. Kesembuhan TB paru yang baik akan memperlihatkan sputum BTA (-), adanya perbaikan radiology, dan menghilangnya gejala.

Etambutol tidak dianjurkan untuk anak-anak usia < 6 tahun, karena gangguan penglihatan sulit dipantau (kecuali bila kuman penyebabnya resisten terhadap obat TB lain. Isoniazid mempunyai dua pengaruh toksik utama, keduanya jarang pada anak. Neuritis perifer akibat dari hambatan kompetitif penggunaan piridoksin. Kadar piroksidin mengurang pada anak yang sedang minum INH tetapi manifestasi klinis jarang ada dan pemberian piroksidin biasanya tidak dianjurkan. Namun remaja dengan diet yang tidak cukup, kelompok anak-anak dengan kadar susu dan masukan daging rendah, serta bayi yang sedang menyusu sering memerlukan penambahan piroksidin. Pengaruh toksik utama INH adalah Hepatotoksisitas yang berarti secara klinis jarang pada anak tetapi meningkat sesuai usia . Tiga sampai 10% anak yang minum INH mengalami kenaikan kadar serum transaminase sementara.Manifestasi alergi atau reaksi

hipersensitivitas yang disebabkan oleh INH amat jarang. Inh dapat menaikkan kadar fenitoin dan menyebabkan toksisitas denagan memblokade metabolismenya. Kadangkadang INH berinteraksi dengan teofilin, sehingga memerlukan modifikasi dosis. Rifampisin obat ini adalah obat kunci pada manejemen tuberculosis moderen. Ia diserap dengan baik dari saluran cerna selama puasa, dengan kadar serum puncak dicapai dalam 2 jam.Efek samping lebih sering daripada dengan INH dan termasuk perubahan warna urin dan air mata menjadi oranye ( dengan pewarnaan permanen lensa kontak), gangguan saluran cerna, dan hepatotoksisitas, biasanya ditampakkan sebagai kenaikan kadar transminase serum tidak bergejala. Pirazinamid.dosis optimum pada anak belum diketahui, tetapi dosis yang sama ini menyebabkan kadar CSS tinggi, ditoleransi dengan baik pada anak dan berkolerasi dengan keberhasilan klinis pada trial pengobatan tuberculosis pada anak. Pengalaman yang luas dengan PZA pada anak telah membuktikan keamanannya. Satu-satunya bentuk dosis PZA adalah tablet agak besar 500 mg, yang menimbulkan beberapa masalah dosis pada anak terutam bayi. Tablet ini dihancurkan dan diberikan bersama makanan dengan cara yang sama dengan pemberian INH, tetapi penelitian farmakokinetik resmi denagan menggunakan metode ini belum dilaporkan. Streptomisin kurang sering digunakan daripada yang disebutkan lebih dahulu pada pengobatan atau pencegahan penyakit resisten obat. Harus diberikan secara intramuskular. Streptomisin menembus meningen yang radang dengan sangat baik tetapi tidak melewati meningen yang tidak radang. Penggunaan utamanya sekarang adalah bila dicurigai resistensi INH awal atau bila anak menderita tuberculosis yang membahayakan jiwa. Pengobatan TB pada bayi dan anak pada dasarnya sama dengan pengobatan TB dewasa. OAT diberikandalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah dan dosis yang tepat selam 6-9 bulan supaya kuman dapat dibunuh. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. Tahap intensif dimaksudkan untuk menghentikan proses penyakit. Tahap ini harus dilaksanakan dengan pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya kekebalan obat selama 2 bulan. Sedangkan tahap lanjutan dimaksudkan agar semua kuman yang dorman (tidur) terbunuh.pemberian obat kombinasi lebih sedikit tetapi dalam jangka waktu lebih panjang yaitu 4 bulan. Semua tahap OAT diberikan setiap hari dalam satu dosis sebelum makan pagi. Jika anak terkena TB, dokter akan memberi obat anti TB dan obat kombinasi. Ada tiga jenis obat standar TB yaitu, INH yang dipakai sebagai obat pencegahan. Kemudian ditambah Rifamoisin, dan Pirazinamide. Pemberian obat minimum selam 6 bulan. Jika TB yang diderita berat atau hebat sekali, misalnya sampai meningitis, pengobatan bisa

memakan waktu 9-12 bulan. Dan ini pun bisa dicapai berkat perkembangan obat-obatan yang lebih baik. Sebelumnya bisa mencapai 18-24 bulan dengan dosis yang banyak. Jika pengobatan tersebut belum memadai, masih akan dilanjutkan dengan menambah obat etambutol dan suntikan Streptomisin selama 4-5 bulan yang disuntikkan setiap hari. Bahkan bisa sampai menjalani rawat inap, yang paling penting, pemberian obat sesuai dosis yang diberikan dokter dan diberikan dengan jadual teratur. Check Up usai pengobatan akan dilakukan evaluasi. Biasanya pada dua bulan pertama sudah kelihatan ada perubahan, misalnya berat badan naik, demam reda maka akan berkurang juga. Jangan menghentikan pengobatan, kendati kondisi si anak mulai membaik. Tujuannya untuk mencegah agar tidak kambuh kembali. Karena jika lambuh lagi, basilnya akan kebal dan pengobatannya sangat sulit. Dengan demikian pengobatan TB harus dilakukan tuntas. Karena itu orang tua harus bisa memotivasi anak agar mau berobat secara teratur. Kemungkinan kambuh tetap ada kendati sudah sembuh benar. Misalnya, ketika kecil terkena TB kemudian kambuh saat sudah dewasa. Karena itu perlu dilakukan check up rutin setiap tahun. Terutama pada usia rawan, yaitu saat balita dan masa akil balik. Tetap bersosialisasi Jangan mengisolasi anak karena ia menderita TB. Perlu diketahui TB pada anak tidak menular. Biarkan ia sekolah dan bermain sebagaimana mestinya. Biarkan pula ia memiliki pergaulan yang wajar agar tetap memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

Pembedahan pada TB paru Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkurang. Indikasi pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relatif. Indiksi mutlak pembedahan adalah : a. semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum tetap positif. b. Pasien batuk darah masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif. c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yamg tidak dapat diatasi secara konservatif. Indikasi relatif pembedahan adalah : a. Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang b. Kerusakan 1 paru atau lobus dengan keluhan. c. Sisa kavitas yang menetap.

Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)

Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) adalah nama untuk suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB. Strategi ini terdiri dari 5 komponen, yaitu : 1. Dukungan politik para pimpinan wilayah di setiap jenjang sehingga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan pun akan tersedia. 2. Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TB melaui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif. 3. Pengawas Minum Obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum seluruh obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya dan diharapkan sembuh pada akhir masa pengobatannya. 4. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian dari system surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan. 5. Panduan obat anti TB jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu yang tepat, sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Termasuk terjaminnya kelangsungan persediaan panduan obat ini. Panduan yang berlaku di Indonesia sesuai dengan anjuran WHO terdapat dalam tabel. (Nelson, 1999)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TUBERCULOSIS

KASUS Data diruang anak RSUD DR. SOETOMO SURABAYA seorang ibu membawa anak ke-2nya yang berusia 5 tahun dengan keluhan utama: sering batuk mengeluarkan sputum (sudah lebih dari 3 minggu), terserang influenza, mual muntah, penurunan berat badan, kurang nafsu makan, cepat lelah ketika beraktifitas sejak 2 minggu yang lalu. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data: TTV : RR: 28X/menit, Nadi: 100x/menit, TD 110/80mmhg, suhu: 37,80 C. Nafas berbunyi ngik-ngik(mengi), sering batuk mengeluarkan sputum, sering mual muntah, penurunan BB, malas beraktifitas. Pemeriksaan diagnostic Pemeriksaan Rontgent terlihat adanya penumpukan secret berlebih pada paru.

ANALISA DATA

No. 1 DS:

Data Adanya Anak mengeluh kesulitan bernapas DO: Anak usia 5 tahun Sering batuk yang

Penyebab penumpukan kental/ sekresi

Masalah secresi Bersihan jalan yang nafas efektif tidak

belebihan.

mengeluarkan sputum Terserang influenza

DS: Ibu mengatakan

Penurunan keinginan untuk makan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

anaknya kurang nafsu makan. DO: Anak usia 5 tahun, sering muntah, BB 3 DS: Anak merasa lebih lelah cepat jika mual dan

penurunan

Ketidakadekuatan sumber energi Intoleransi aktifitas

melakukan aktivitas Ibu mengatakan

anaknya kurang nafsu makan.

DO: Anak usia 5 tahun, malas beraktifitas Nadi 100x/menit RR 28x/menit

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN Tuberculosis adalah penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh kuman Mycobacterim tuberculosis. Kuman tersebut masuk ke tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru. Kemudian menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui system peredaran darah, system saluran limfa, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru. Ada tiga bentuk dasar TB paru pada anak yaitu penyebaran limfohematogen, TB endobronkial, dan TB paru kronik. Penyebab TB paru o Tertular dari ibu saat dalam kandungan o Sebelum atau selama persalinan menghirup air ketuban yang terinfeksi o Setelah lahir karena menghirup udara yang terkontaminasi oleh percikan saliva yang terinfeksi o Lingkungan yang tidak higienis o Kontak dengan penderita TBC Perbedaan TB paru pada anak dengan orang dewasa : 1. Umumnya TB pada orang dewasa hanya terlokalisir di paru-paru,hal ini disebabkan karena tubuh orang dewasa telah memiliki kekebalan,sehingga basil TB masuk hanya terlokalisir di paru-paru saja,sedangkan pada anak-anak selain di paru-paru,juga terdapat penyebaran ke seluruh tubuh hal ini terjadi karena belum ada kekebalan alami tubuh. 2. TB pada anak tidak dapat ditularkan pada anak lainnya atau pada orang dewasa sekalipun, TB pada anak tidak menular. 3. TB pada anak susah didiagnosis daripada TB dewasa, sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut, pemeriksaan lengkap melalui 3 hal yaitu klinik, laboratorium dan radiology. Pemeriksaan klinik antara lain menyangkut perkembangan berat badan, sedang pengamatan laboratorium menyangkut pengamatan sputum dan cairan lambung, terakhir pemeriksaan radiology untuk melihat kondisi paru-paru. 4. Gambaran foto roentgen TB paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto biasanya sulit, paling mungkin terjadi infiltrate dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes,Marilyn E et all.1999.Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3.Jakarta : EGC Laban Y, Yoannes,2008.TBC.Yogjakarta: Kanisius Mansjoer,Arif.1999.Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, jilid 1.Jakarta : FKUI Nelson.1999.Ilmu Kesehatan Anak Nelson,Edisi 15,Volume 2.Jakarta : EGC Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit.Jakarta : EGC Price,Sylvia.1994.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,Edisi 4,Buku 2.Jakarta : EGC Sloane, Ethel.2003.Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta: EGC Smeltzer,Suzanne.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,Edisi 8,Volume 1.Jakarta : EGC Staf Pengajar FKUI.1985.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : FKUI Suriadi & Rita Yuliani.2006.Asuhan Keperawatan pada Anak,Edisi 2.Jakarta: SAGUNG SETO Syaifudin,B.Ac.1997.Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat,Edisi 2.Jakarta : EGC Wong,Donna L.2003.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,Edisi 4.Jakarta : EGC (www.medscape.com) (www.yahoo.com_ikatan-dokter-anak-indonesia.htm) (www.medicastore.com_tbc_images_sebar.htm) (www.yahoo.com_pusat-informasi-penyakit-infeksi_tbc.htm) (www.google.com_news47b3b12895520.pd) dinkes@kulonprogokab.go.id

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN No Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental atau sekresi yang berlebihan. Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan pada anak tercapai bersihan jalan nafas normal,dengan Kriteria hasil: Anak akan 1. Tidak mengalami aspirasi. 2. Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru-paru. Posisi untuk mencegah aspirasi. Bantu anak dalam posisi semi atau fowler tinggi. o Lakukan fisioterapi dada atau postural drainase Isap sekresi dari jalan nafas sesuai kebutuhan, misalnya : o Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; suction sesuai dengan indikasi. Mencegah obstruksi/aspira si. Penghisapan dapat diperlukan bila anak tak mampu mengeluarkan sekret. Dapat dilakukan jika anak tidak mampu mengeluarkan sekret sendiri Posisi membantu memaksimalka n ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan Mencegah pengeringan membrane Berikan lingkungan yang lembab. mukosa, membantu pengenceran secret Tujuan Rencana Intervensi Rasional

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat anoreksia.

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatn diharapkan anak menunjukkan pola nutrisi yang adekuat dengan Kriteria hasil : BB normal IMT normal Intake dan Output seimbang

Mandiri Ukur BB tiap hari Berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi, berguna dalam Pastikan pola diet anak, makanan yang disukai/tidak disukai. Modifikasi pemberian makanan pada anak misalnya dengan: Menghias makanan Menggunakan piring atau gelas yang menarik Membantu mengidentifikas i kebutuhan khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan Menurunkan rasa tidak enak karena Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

karbohidrat

merangsang pusat muntah. Memaksimalka n masukan nutrisi tanpa

Kolaborasi Rujuk ahli gizi untuk menentukan komposisi diet

kelemahan yang tak perlu/kebutuha n energi dari makan makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster

Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet 3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakadekuata n sumber energi akibat malnutrisi. 2. 1. Mengidentifi Berikan permainan kasi faktorfaktor yang menurunkan toleran aktivitas. Memperlihat kan kemajuan (khususnya dan aktivitas sesuai usia yang tenang dan menantang: o Petualanagan sensori (seperti apa bau, bunyi, atau pemandangan Meningkatkan antusiasme anak dalam melakukan aktivitas

tingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang mungkin).

rumah sakit?) o Menceritakan dan menulis cerita, membuat susunan benda, bermain dengan boneka, bermain Menetapkan kemampuan/ke butuhan anak dan memudahkan pilihan intervensi Meningkatkan Evaluasi respons anak terhadap aktivitas istirahat Pembatasan aktivitas ditentukan dengan respons anak terhadap Berikan lingkungan tenang Jelaskan pentingnya istirahat pada orang tua dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat Anak mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk ke bantal Meminimalkan kelelahan dan membantu Bantu anak pada posisi yang nyaman untuk istirahat dan/atau tidur keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen aktivitas dan perbaikan kegagalan pernafasan

3.

Melaporkan penurunan gejala-gejala intoleran aktivitas.

drama.

Anjurkan orang tua untuk Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.berikan aktivitas kemajuan peningkatan aktivitas selam masa penyembuhan

Anda mungkin juga menyukai