Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berat badan kurang dari 2500 saat bayi dilahirkan merupakan
pengertian dari Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), pada awal
kehidupannya beresiko tinggi mengalami masalah kesehatan berkaitan
belum sempurnanya organ-organ bayi. Keadaan ini menyebabkan
perawatan BBLR harus dilakukan dengan baik, masalah yang sering
terjadi pada BBLR, BKB (Bayi Kurang Bulan) berhubungan dengan
belum optimalnya mekanisme dan bentuk organ tubuh yang belum matang
/imatur/prematur, diantara yaitu terganggunya reflek hisap dan batuk
disebabkan reflek yang masih lemah pada lapisan pusat syaraf. Imaturitas
yang terjadi seperti kekurangan surfaktan yang dapat mengakibatkan bayi
mengalami gangguan pada kematangan fungsi pernapasan (Kuraesin et al.,
2021).
Prevalensi bayi prematur di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu
7-14%, dan prevalensi nasional BBLR adalah 11,1%.1 Bayi prematur,
terutama yang lahir dengan usia kehamilan < 32 minggu, mempunyai
resiko kematian 75 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir
cukup bulan karena mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan
kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya
(imaturitas). Berdasarkan WHO bayi prematur adalah bayi yang lahir
dengan usia gestasi antara 20 sampai dengan kurang dari 37 minggu.
Kelahiran bayi prematur biasanya diikuti dengan berat lahir rendah
(Witartiningsih & Aniroh, 2021).
Salah satu metode untuk merubah lingkungan dalam pemberian
asuhan keperawatan pada bayi premature adalah dengan metode Nesting,
Nesting dilakukan dengan harapan bisa menstabilkan postur tubuh bayi,
memfasilitasi posisi kepala bayi saat fleksi dan semi fleksi dan posisi
kepala bayi bisa kearah garis tengah. dan membantu mencegah jika ada
gerakan yang dilakukan oleh bayi secara tiba tiba, sehinggga bentuk
nesting menyerupai bentuk oval yang terbuat dari kain atau terbuat dari
gulungan selimut yang diletakan didalam inkubator (Andhini et al., 2021).
Dari uraian latar belakang dapat diketahui bahwa berat badan pada
neonatus prematur penting untuk dijaga karena dapat mempengaruhi
regulasi suhu tubuh, kejadian hipotermi pada neonatus prematur
mengakibatkan neonatus dalam kondisi kritis sehingga meningkatkan
resiko kematian. Oleh karena itu kelompok kami ingin mengetahui
bagaimanakah “Pengaruh Nesting Terhadap Perubahan Suhu Tubuh,
Saturasi Oksigen, dan Frekuensi Nadi Pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah”.

B. Tujuan
Mengetahui pengaruh penggunaan nesting terhadap perubahan
suhu tubuh, saturasi oksigen, dan frekuensi nadi pada bayi berat lahir
rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Andhini, D., Sekarwana, N., & Fitri, S. Y. R. (2021). Peningkatan Berat Badan
Bayi Prematur Melalui Pengaturan Siklus Pencahayaan Dan Nesting. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya, 8(1), 26–35. https://doi.org/10.32539/jks.v8i1.15738

Kuraesin, I., Sari, R. S., & Sari, F. R. (2021). Pengaruh Nesting Terhadap
Perubahan Fisiologi Dan Perilaku Bayi Prematur Di Ruang Perinatologi
RSUD Kabupaten Tangerang Tahun 2020. Jurnal Health Sains:, 2(1), 64–
70.

Witartiningsih, S., & Aniroh, U. (2021). Perbedaan Saturasi Oksigen Dan Denyut
Jantung Bayi Sebelum Dan Sesudah Diberikan Posisi Semipronasi Dengan
Nesting Pada Bayi Berat Lahir Rendah Di Rsud Kabupaten Temanggung.
Journal of Holistics and Health Sciences, 4(2), 270–281.

Anda mungkin juga menyukai