Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KOMUNITAS KELUARGA
RW 02 RT 02 DESA TARAI
BANGUN KECEMATAN
TAMBANG

Oleh: kelompok 6
Fitra Alfisahri S.kep
Atika Zulpa Jarini S.Kep
Della Komala Sari S.kep
Martha Yasintha S.kep
Yessi Afriliasari S.kep
Dewi Prabandari S.kep
Supriati S.kep
Pika Nursa adah S.kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2020

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas adalah suatu bidang dalam keperawatan
yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta aktif masyarakat serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu. Sarana keperawatan komunitas di tujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh
melalui proses keperawatan, untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga dapat mandiri dalam kesehatannya.
Praktik keperawatan komunitas yang didasarkan atas sintesa dari praktik
kesehatan komunitas bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta
masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan, peningkatan dan
mempertahankan kesehatan (Mubarak, 2005).
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan
professional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemeliharaan dan rehabilitasi, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan masyarakat sebagai mitra
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan
(Depkes RI,2006).
Pada tahun 1992 dalam pertemuan The Earth Summit Rio de Janeiro
Brazil dan dilanjutkan pada tahun 2012 pada pertemuan itu yang
membahas dan mengevaluasi perkembangan sehingga terfokuskan
terhadap permasalahan isu lingkungan global sehingga terbentuk konsep
The Sustainable Development Goals (SDGs) (Bappenas, 2015).
3

Tujuan praktik keperawatan komunitas dapat dicapai melalui proses


keperawatan yang merupakan serangkaian tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka
membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya secara
optimal. Fokus praktik keperawatan komunitas adalah meningkatkan
kesehatan komunitas (upaya promotif) dan mencegah terjadinya masalah
kesehatan komunitas (upaya preventif) ( Mubarak, 2009).
Keperawatan komunitas merupakan perpaduan antara keperawatan
dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat,
mengutamakan pelayanan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan secara optimal
sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya. Wujud peran serta
masyarakat dapat berupa terbentuknya institusi atau lembaga atau
organisasi kemasyarakatan seperti Pusat Pelayanan Terpadu
(POSYANDU), Pusat Pembinaan Terpadu (POSBINDU), Tanaman Obat
Keluarga (TOGA), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bidang
kesehatan ; dana seperti dana sehat (Depkes RI 2007).
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Payung Negeri di RW 02
Kelurahana Agrowisata Kecamatan Rumbai terhadap 214 kepala keluarga
yang dilaksanakan mulai tanggal 11 maret sampai 18 april 2020
ditemukan berbagai masalah yaitu ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan, ketidakefektifan manajemen kesehatan diri dan defisiensi
kesehatan komunitas rt 02 desa tarai bangun kecamatan tambang.
Berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah oleh mahasiswa dan
masyarakat khususnya RW 02, upaya pemecahan masalah dilakukan
bersama sama dengan masyarakat khususnya dengan pengurus pada
LKMM 1 di rt 02 desa tarai bangun kecamatan tambang.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Payung Negeri di Rt 02 desa
4

tarai bangun kecamatan tambang. (123) kepala keluarga yang dilaksanakan


mulai tanggal 11 maret sampai 18 april 2020 ditemukan berbagai masalah
yaitu ketidakefektifan menajemen kesehatan diri di Rt 02 desa tarai
bangun kecamatan tambang., ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan di
RW 02 desa tarai bangun kecamatan tambang., dan defisiensi kesehatan
komunitas di desa tarai bangun kecamatan tambang. berdasarkan masalah
tersebut, kami mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Payung Negeri menyusun rencana keperawatan komunitas yang akan kami
uraikan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan komunitas di
Rt 02 Desa tarai bangun kecamatan tambang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi hasil pengumpulan data masyarakatat
b. Merumuskan masalah kesehaatan dan memberikan gambaran
analisa data yang sesuai dengan masalah kesehatan yang telah
disusun
c. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dengan masalah
kesehatan yang akan di temukan dan di prioritaskan.
d. Mengimplementasi tindakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun
e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan penyusunan rencana
tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
optimal

C. Manfaat Penulisan
1. Dinas Kesehatan
Penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi gambaran
umum kondisi kesehatan masyarakat di kota Pekanbaru, khususnya Rt
02 desa tarai bangun kecamatan tambang. sehingga dapat menjadi
bahan dalam menyusun dan mengembangkan kebijakan atau rencana.
2. Pihak Puskesmas
5

Laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan bahan atau data untuk
menyusun program kerja dibidang kesehatan dimasa yang akan datang.

3. Institusi Pendidikan
Laporan hasil kegiatan ini menjadi alat untuk mengembangkan
program pelaksanaan profesi keperawatan komunitas selanjutnya.
4. Masyarakat
Laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan acuan dan pedoman
dalam melaksanakan setiap kegiatan untuk mengatasi masalah
kesehatan masyarakat yang ditemukan di Rt 02 desa tarai bangun
kecamatan tambang.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan Komunitas


1. Konsep SDG’s
Konsep pembangunan yang berkelanjutan yang telah disepakati
pada tahun 1987 oleh The Brundtland Comission of The United Nations.
Berikut ini definisidari pembangunan yang berkelanjutan.“Sustainable
Development is development thats meetsthe needs of the present without
compromising theability of future generations to meet their own needs”
Dalam pengertian di atas memaparkan bahwa pembangunan yang
berasaskan kelestarian dimana memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
berdampak terhadap kebutuhan dimasa akan datang. Pada tahun 2005
dalam pertemuan The World Summit menyepakati terhadap 3 pilar yang
utama, berikut ini Gambar 2.1. mengenai tiga pilar tersebut,

Gambar 2.1. Konsep Sustainable Development. (Sumber : United Nations


2008).

Rockstrom, dalam Griggs (2012) menyatakan bahwa,


pembangunan yang berkelanjutan memiliki 6 aspek yang perlu dicapai
dalam dunia global, antara lain: thriving lives and livehoods (kehidupan
yang sehat dan layak), sustainable food security (keamanan dan
7

ketahanan pangan), secure sustainable water (sumber air bersih),


universal clean energy (energi yang aman), healthty and productive
ecosystems (ekosistem yang produktif dan sehat) governance for
sustainable societies (kebijakan yang berpihak terhadap komunitas).
Berikut ini disajikan pada Gambar 2.2 ilustrasinya mengenai
pembangunan yang berkelanjutan terhadap aspek economy, society, and
Earth’s Life support System.

Gambar. 2.2 Output Pembangunan Yang Berkelanjutan. Sumber:


(Rockstrom Et Al 2009).

Profil Sustainable Development, the Millennium Development


Goals (MDG’s) merupakan agenda program International yang telah
berjalan selama 15 tahun yang telah disepakati oleh negara-negara
anggota PBB (United Nations) dan akan berakhir pada tahun 2015.
Berikut ini Gambar 2.3 mengenai fokus materi/kajian MDG’s sebagai
program International yang dimulai sejak tahun 2000 sampai pada tahun
2015 (Bambang, 2006).
8

Gambar 2.3 Fokus Materi/Kajian MDGs Sebagai Program International


Pada tahun 1992 dalam pertemuan The Earth Summit dilanjutkan
pada tahun 2012 pada pertemuan The Earth Summit yang membahas dan
mengevaluasi perkembangan sehingga terfokuskan terhadap
permasalahan isu lingkungan global sehingga terbentuk konsep The
Sustainable Development Goals (SDG’s). Berikut ini Gambar 2.4
mengenai konsep SDGs sebagai program International pengganti MDGs
pada akhir tahun 2015 (Bappenas, 2015).

Gambar 2.4 Concept of Sustainable Development

Berdasarkan hasil dari pertemuan tersebut, negara anggota


United  Nations. Total 30 anggota OWG (Open Working Group) telah
diberikan mandat untuk menyiapkan proposal dalam rangka
pengembangan program SDGs yang pengembangnya berdasarkan tiga
komponen dimensi dalam pembangunan berkelanjutan (social,
environmental, economic) dalam keseimbangan arah perkembangnya
(Bappenas, 2015).
Laporan hasil kajian dari anggota OWG (Open Working Group)
akandibahas pada pertemuan yang ke 68 (the 68th session of the
Assembly) pada Bulan September 2013 sampai September 2014 untuk
pertimbangan dan keputusannya. The OWG uses a constituency based
system of representation, which means that most of the seats in the
working group are shared by several Countries. Berikut ini Gambar
9

2.5 mengenai agenda/isu yang akan dibahas dalam menyusun konsep


SDG’s sebagai program International pengganti MDG’s pada akhir tahun
2015 (Bappenas, 2015).
Berdasarkan hasil dari pertemuan tersebut, menyepakati 10 prinsip
bahwa SDGs dengan asas “inclusive and transparant intergovernmental
processopen to all stakeholders, with a view to developing global
sustainable development goals to be agreed by the General Assembly”.
Berikut ini 10 prinsip yang harus tercantum dalam pertimbangan SDGs.
a. Must be based on agenda 21 and the Johannesburg plan of
implementation
Menjadi dasar pertimbangan yang menetapkan bahwa agenda
abad 21 dan rencana implementasi dari rencana Johannesburg yang
telah di sepakati sebelumnya sehingga nilai-nilai yang sudah tertanam
tetapi dilanjutkan.
b. Must fully respect all the rio principles
Menyatakan program SGD’s harus mengindahkan pada
perjanjian dan kesepakatan terhadap prinsip.
c. Must be consistent with international law
Mengenai konsistensi terhadap peraturan international yang
menjadi bagian hukum international.
d. Must build upon commitment already made
Perihal komitmen yang telah dibuat sebelumnya, hal ini
menunjukan komitmen terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah
dibuat sebelum SGD’s dibentuk.
e. Must contribute to the full implementation of the outcome of all major
summits in the oconomic, social and environmental fields
Mengenai kontribusi terhadap aspek yang menyeluruh dari hasil
implementasi seluruh aspek utama yaitu ekonomi, social dan
lingkungan.
f. Must focus on priority areas for the achievement of sustainable
development, being guided by the outcome document
10

Merupakan pemberian prioritas untuk meraih keberhasilan


pembangunan yang berkelanjutan sebagai bentuk aturan dari hasil
dokumen program international.
g. Must address and incorporate in a balanced way all three dimensions
of sustainable development and their interlinkages
Harus diarahkan dan berhubungan dengan keseimbangan dari
ketiga komponen pembangunan keberlanjutan.
h. Must be coherent with and integrated into the United Nations
Development agenda beyond 2015
Harus berkesinambungan dan terintegrasi ke dalam agenda
pembangunan PBB.
i. Must not divert focus or effort from the achievement of the millennium
development Goals
Harus tidak bertolak belakang dari pencapaian tujuan MGDs
sebelumnya karena SGDs merupakan bentuk evaluasi dari MGDs.
j. Must include active involment of all relevant stakeholders, as
appropriate, in the proces
Mengenai keterlibatan seluruh stakeholder yang berkaitan
sebagai pihak yang menyelenggarakan bahkan dalam prosesnya.

2. Konsep Keperawatan Komunitas


a. Defenisi keperawatan komunitas
Keperawatan komunitas merupakan perpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta
masyarakat, mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan pada individu
keluarga kelompok dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh
melalui proses keperawatan untuk meningkatan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya
(rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat, dalam Depkes RI,
2007).
11

Keperawatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan


professional kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan layanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Mubarak, 2009).
Falsafah keperawatan komunitas mengaju kepada falsafah
atau paradigma keperawatan secara umum yaitu manusia,
kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Salah satu model dari
keperawatan komunitas yaitu model Neuman, memandang klien
sebagai gabungan dinamik dari variabel fisiologi, sosiokultural,
perkembangan spiritual (Mubarak, 2009).
Dalam keperawatan komunitas terdapat lima strategi
intervensi keperawatan :
1) Proses kelompok yaitu kegiatan dalam kelompok
2) Pendidikan kesehatan yaitu dengan memberikan penyuluhan,
kampanye, penempelan poster dan penyebaran leaflet
3) Intervensi keperawatan professional, yaitu bentuk pelayanan
keperawatan yang langsung diberikan pada klien termasuk terapi
modalitas
4) Kemitraan atau kerja sama yaitu menjalin kerjasama baik lintas
program maupun lintas sektor sehingga meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
5) Pemberdayaan masyarakat yaitu melibatkan masyarakat dalam
intervensi (Mubarak, 2009).
b. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya
sebagai berikut :
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas
12

2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat


(Health general community) dengan mempertimbangkan
permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.
3) Selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat mempunyai kemammpuan untuk :
a) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
b) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan
masalah tersebut
c) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
d) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
e) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang
mereka hadapi yang akhirnya dapat meningkatkan
kemammpuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri
(self care) ( Mubarak, 2009).
c. Model Keperawatan komunitas
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan profesional
yang pada praktiknya memerlukan acuan atau landasan teoritis
untuk menyelesaikan atau mengatasi fenomena yaitu
penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Terdapat
berbagai macam model konseptual keperawatan yang
dikembangkan oleh para ahli diantaranya sebagai berikut :
1) Model konseptual dari Florence Nightingale (1859), menekanan
pengaruh lingkungan tehadap kliien yang dikenal dengan istilah
environtmental model
2) Model konseptual dari H.E.Peplau (1952), menekan pada
hubungan perawat secara interpersonal atau interpersonal
reation in Nursing
3) Model konseptual dari Virginia Henderson (1966) dikenal
dengan Need Based model atau aktifitas hidup sehari-hari
(activity dialy living model)
4) Model konseptual dari Martha Rogers (1977) dikenal dengan
The Science off unitary Human Being.
13

5) Model konsetual dari Doro Thea Orem (1971) dikenal dengan


istilah dengan keperawatan mandiri atau self care theory of
nursing.
6) Model konseptual dari King’s (1971), model ini dikenal dengan
istilah model system.
7) Model konseptual dari Betty Neuman (1972), dikenal dengan
system model of nursing atau health care system model.
8) Model konseptual dari I..J.Orlando (1972), dikenal dengan
istilah the dynamic nurse-patient relationship.
9) Model konseptual dari R.Calista Roy (1976), dikenal dengan
istilah adaptation model of nursing.
10) Model konseptual dari Jhonson, menekankan ada pendekatan
sistem.
11) Model konseptual dari Madelaynanger (1978), dikenal dengan
cultural care theory.
12) Model konseptual dari jean Watson (1979), dikenal dengan
istilah theory of nursing.
13) Model konseptual dari Nola Pender (1982), dikenal dengan
nama health promotion model.

Sebagai seorang petugas kesehatan, khususnya seorang ahli


dalam kesehatan masyarakat, perlu diperhatikan bahwa tidak
semua model konseptual keperawatan yang ada dapat diterapkan
pada tatanan pelayanan praktik keperawatan di komunitas. Hal ini
dikarenakan masing-masing model mempunyai kekurangan dan
kelebihan, serta keunikan tersembunyi bila dilihat dari keempat
konsep utama dalam paradigma keperawatan komunitas yang
diterapkan dinegara indronesia yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan. Oleh karena itu, dua atau lebih dari
model yang ada perlu dikombinasikan untuk mendukung dan
memperkuat pelayanan keperawatan. Masing-masing model
konseptual akan memberi penekanan tertentu pada konsep utama
(Mubarak, 2009).
14

d. Prinsip Keperawatan Komunitas


Beberapa prinsip dalam melaksakan keperawatan
komunitas antara lain sebagai berikut :
1) Kemanfaatan
Intervensi atau pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
yang dilakukan harus memberikan mamfaat sebesar-besarnya
bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara mamfaat dan
kerugian.
2) Otonomi
Dalam keperawatan komunitas, masyarakat diberikan
kebebasan untuk meelakukan atau memilih alternatif terbaik yang
disediakan.
3) Keadilan
Hal ini menegaskan bahwa upaya atau tindakan yang
dilakukan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas.
e. Falsafah Keperawatan Komunitas
Falsafah keperawatan merupakan pandangan mendasar
tentang hakikat manusia dan esensi keperawatan yang menjadi
kerangka dasar dalam paktik keperawatan. Keperawatan komunitas
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap
pengaruh lingkungan ; baik biologis, psikologis, sosial, kultural,
dan spiritual terhadap kesehatan komunitas. Selain itu, hal ini juga
memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan
komunitas mengacu pada falsafah atau paradigma keperawatan
secara umum, yaitu manusia merupakan titik sentral dari setiap
upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan. Bertolak dari pandangan ini, disusunlah paradigma
keperawatan komunitas yang terdiri atas empat komponen dasar,
yaitu manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.
15

f. Peran Keperawatan Komunitas


1) Pendidik (educator)
Perawat dapat memberikan informasi yang
memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan
otonominya. Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar
klien.
2) Advokat
Perawat memberikan pembelaan kepada klien yang
tidak dapat untuk dirinya.
3) Manajmen Khusus
Memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan
menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
mengurangi fregmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup
klien.
4) Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan
pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk
mencapai tahap kesehatan yang optimal.
5) Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi
panutan bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat sesuai
dengan peran yang diharapkan. Perawat dituntut berperilaku
sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-hari.
6) Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu
mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori
keperawatan yang merupakan dasar praktik keperawatan.
7) Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berpean sebagai
agen pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok dan
16

masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup


yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan (Mubarak, 2009).
3. Kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Indonesia dan
Perkembangan Kesehatan Komunitas
WHO sebagai kesehatan dunia memperhatikan kesehatan
komunitas sehingga menetapkan kebijakan publik sehat melalui
konferensi dunia. Deklasari al ma atha tahun 1978 mengadopsi health
for all melalui pendekatan kesehatan primer. Tahun 1980 praktisi
kesehatan lebih menyoroti promosi kesehatan sehingga dilakukan
konferensi kedua di Otawa, Ontario, Kadana, (Andesrson& Mcfarlane,
2000).
Konferensi di Otawa yang diselenggarakan tahun 1986 berfokus
pada kesehatan komunias, yang dikenal sebagai kebijakan publik yang
dikenal dengan Chart for health promotion. Dalam konferensi tersebut
disepakati sembilan persyaratan untuk sehat, yaitu perdamaian,
perumahan, pendidikan, pangan, pendapatan, ekosistem, ketersedian
sumber, keadilan sosial, dan pemerataan. Dalam upaya menjalankannya,
diidentifikasi lima area kegiatan yang interdependen, sebagai berikut :
a. Membangun kebijakan publik sehat disemua sektor dan tingkat
b. Menciptakan lingkungan yang mendukung
c. Memperkuat pemberdayaan dalam mendorong sendiri dan memberi
dukungan sosial
d. Mengembangkan keterampilan sosial agar bertanggung jawab
terhadap kesehatan dirinya
e. Mengorientasikan kembali pelayanan kesehatan melalui promosi
kesehatan dan pencegahan rumah sakit
Konferensi dunia ketiga dilakukan Adelayde, Australia tahun
1988 dengan tema kebijakan publik sehat. Konferensi ini
merekomondasikan pembangunan pemerataan kebutuhan dalam
kesehatan dan membangun kemitraan dengan pengusaha serikat
buruh organasasi non pemerintah dan berbagai lapisan masyarkat
(Anderson & McFarlane, 2000). Konferensi yang keempat yang
17

dilakukan di Jakarta tahun 1997 menghasilkan Jakarta Declaration,


yang berisi 5 prioritas promosi kesehatan.
a. Peningkatan tanggung jawab sosial terhadap kesehatan
b. Peningkatan investasi untuk pengembangan kesehatan
c. Konsolidasi dan perluasaan kemitraan untuk kesehatan
d. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemberdayaan individu
e. Pengamanan infrastruktur dalam promosi kesehatan
Praktik keperawatan komunitas di Indonesia memiliki
beberapa dasar hukum yaitu UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, PP No. 32 tahun 1996, dan SK Menkes No. 647 tahun
2000 tentang registrasi praktik keperawatan. Praktik keperawatan
merupakan tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama dengan tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya
(Mubarak, 2006 ).
Pusat kesehatan masyarakat sebagai bentuk pelayanan
komunitas memberikan program yang komprehensif dalam upaya
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, pendidikan dan
manajemen serta koordinasi asuhan keperawatan dalam
komunitas. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas
dapat dilakukan pada :
a. Lingkungan sekolah atau kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan
meliputi : pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan dan pendidikan seksual. Selain itu, perawat sekolah
dapat memberikan keperawatan pada kasus darurat, seperti
ISPA maupun infeksi virus, setelah itu dilakukan rujukan ke
pelayanan kesehatan .
b. Lingkungan kesehatan kerja
Perusahan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerja di pusat kesehatan okupasi dalam gedung perusahaan.
Perawat mengembangkan program dengan tujuan :
18

1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan


mengurangi jumlah kejadian kerja.
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja.
3) Mengurangi transmisi penyakit menular antara pekerja
4) Memberikan program penigkatan kesehatan, pencegahan
penyakit dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus akut non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Perawatan kesehatan rumah merupakan bentuk
pelayanan yang dilakukan dirumah. Lembaga ini memberkan
perawatan kesehatan dengan melakukan kunjungan rumah
atau saat ini di kenal dengan home care (Mubarak, dkk,
2006).

4. Konsep Desa Siaga


a. Pengertian Desa Siaga
Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi
pelayanan kesehatan dari sebelumnya bersifat sentralistik dan top
down menjadi lebih partisipatif dan bottom up. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga, Desa Siaga merupakan
desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara
mandiri. Desa siaga adalah suatu konsep peran serta dan
pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, di sertai dengan
pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk
memelihara kesehatannya secara mandiri. Desa yang dimaksud
disini dapat berarti kelurahan atau nagari atau istilah-istilah lain
bagi kesatuan masyarakat hokum yang memiliki batas-batas
wilayah, yang berwewenang untuk mengatur dan mengurus
19

kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat


istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konsep desa
siaga adalah membangun suatu sistem disuatu desa yang
bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri,
dibawah bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan dua
orang kader desa. Disamping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus
desa untuk mendorong peran serta masyarakat dalam program
kesehatan seperti imunisasi dan posyandu (Depkes, 2006).
Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah
terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan diwilayahnya. Selanjutnya,
secara khusus pengembangan desa siaga (Depkes, 2006) adalah :
1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa
tentang pentingnya kesehatan.
2) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat
desa
3) Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat.
4) Meningkatnya kesehatan lingkungan didesa (Bappenas, 2015)
Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi
kriteria berikut (Depkes, 2006) :
a) Memiliki satu orang tenaga bidan yang menetap didesa
tersebut dan sekurang-kurangnya dua orang kader desa.
b) Memiliki minimal satu bangunan pos kesehatan desa
(Poskesdes) beserta peralatan dan perlengkapannya.
Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat yang
dikenal dengan istilah upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) yang melaksanakan kegiatan-kegiatan
minimal :
 Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan
yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa serta
faktor-faktor resikonya.
20

 Penanggulangan penyakit menular dan yang


berpotensi menjadi KLB serta kekurangan gizi.
 Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan.
 Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan
kompetensinya.
 Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan,
kadarzi, PHBS, penyehatan lingkungan dan lain-lain.
b. Sasaran
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran
pengembangan Desa Siaga dibedakan menjadi tiga :
1) Semua individu dan keluarga didesa, yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan diwilayah desanya.
2) Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku
individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang
kondusif bagi perubahan perilaku.
3) Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan,
peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana dan lain-
lain, seperti kepala desa, camat, para pejabat terkait, swasta,
para donator dan pemangku kepentingan lain.
c. Langkah-Langkah Pengembangan
Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan membantu/
memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran
melalui siklus atau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi
(pengorganisasian masyarakat) yaitu dengan meempuh tahap-tahap
:
1) Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumberdaya
yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.
2) Mendiagnosis masalah dan merumuskan alteratif pemecahan
masalah.
3) Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak,
merencanakan dan melaksanakannya.
21

4) Membantu, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya


yang telah dilakukan.
Secara garis besar langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh
adalah sebagai berikut :
 Pengembangan Tim Petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-
kegiatan lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah
mempersiapkan para petugas kesehatan yang berada
diwilayah puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas
administrasi. Persiapan pada petugas ini biasa berbentuk
sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat
konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Keluaran (output) dan langkah ini adalah para petugas yang
memahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerjasama
dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada
pemangku kepentingan masyarakat.
 Pengembangan Tim Dimasyarakat
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para
petugas, tokoh masyarakat, serta masyarakat, agar mereka
tau dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk
mengembangkan desa siaga. Dalam langkah ini termasuk
kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar
mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan
atau anjuran, serta restu, maupun dana atau sumberdana
yang lain, sehingga pembangunan desa siaga dapat berjalan
dengan lancar. Sedangkan pendekatan kepada tokoh-tokoh
masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan
mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik
guna menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan
desa siaga. Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa
dukungan moral, finansial atau dukungan material, sesuai
dengan persetujuan masyarakat dalam rangka
pengembangan desa siaga. Jika didaerah tersebut telah
22

terbentuk wadah-wadah kegiatan masyarakat seperti Konsil


Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas,
Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi
kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga ini
diikutsertakan dalam setiap pertemuan dan kesepakatan.
 Survey Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD)
Community Self Survey (CSS) bertujuan agar pembuka-
pembuka masyarakat mampu melakukan telaah mawas diri
untuk desanya. Survey ini harus dilakukan oleh pembuka-
pembuka masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga
kesehatan. Dengan demikian, mereka menjadi sadar akan
permasalahan yang dihadapi didesanya, serta bangkit niat
dan tekad untuk mencari solusinya termasuk membangun
Poskesdes sebagai upaya mendekatkan pelayanan kesehatan
dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu, sebelumnya perlu
dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi
mereka. Keluaran atau output dan SDM ini berupa
identifikasi masalah-masalah kesehatan serta daftar potensi
di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi
masalah-masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam
rangka membangun poskesdes.
 Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa
(MMD) ini adalah mencari alternatif penyelesaian masalah
kesehatan dan upaya membangun Poskesdes, dikaitkan
dengan potensi yang dimiliki desa. Di samping itu, juga
untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan
desa siaga, inisiatif penyelenggaraan musyawarah
sebaiknya berasal dari tokoh masyarakat yang telah
disepakati penduduk pengembangan desa siaga. Inisiatif
penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari tokoh
masyarakat yang telah sepakat mendukung pengembangan
desa siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh
23

masyarakat, termasuk tokoh-tokoh perempuan dan generasi


muda setempat. Bahkan sedapat mungkin dilibatkan pula
kalangan dunia usaha yang mau mendukung pengembangan
Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan
advokasi).
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat
SMD disajikan, utamanya adalah daftar masalah kesehatan,
data potensial, serta harapan masyarakat. Hasil pendataan
tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas,
dukungan dan kotribusi apa yang dapat disumbangkan oleh
masig-masing individu/institusi yang diwakilinya, serta
langkah-langkah solusi untuk pembangunan Poskesdes dan
pengembangan masing-masing desa siaga.
 Pelaksanaan Kegiatan
Secara operasional pembentukan desa siaga dilakukan
dengan kegiatan sebagai berikut:
a) Pemilihan pengurus dan kader desa siaga dilakukan
melalui pertemuan khusus para pemimpin formal desa
dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil
masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah
dan mufakat sesuai dengan tatacara dan kriteria yang
berlaku, dengan difasilitasi oleh puskesmas.
b) Orientasi, pelatihan kader desa siaga.
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola
dan kader desa yang telah ditetapkan perlu diberikan
orientasi atau pelatihan. Orientasi atau pelatihan
dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten atau
kota sesuai dengan pedoman orientasi atau pelatihan
yang berlaku. Materi orientasi atau pelatihan
mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di desa
dalam rangka pengembangan desa siaga (sebagaimana
telah dirumuskan dalam rencana operasional), yaitu
meliputi pengelolaan desa siaga secara umum,
24

pembangunan dan pengelolaan Poskesdes,


pengembangan dan pengembangan UKBM lain, serta
hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan
persalianan sehat, siap antar jaga, keluarga sadar gizi,
posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan
penyakit menular, penyediaan air bersih dan
penyehatan lingkungan pemukiman,
kegawatdaruratan sehari-hari kesiapsiagaan rencana,
kejadian luar biasa, warung obat desa, diverifikasi
pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
pekarangan melalui tanaman obat keluarga (Toga),
kegiatan surveilance, PHBS dan lain-lain.
c) Pengembangan poskesdes dan UKBM lain
Dalam hal ini, pembangunan poskesdes bisa
dikembangkan dari polindes yang sudah ada. Apabila
tidak ada polindes maka perlu dibahas dan
dicantumkan dalam rencana kerja tentang alternatif
lain pembangunan poskesdes. Dengan demikian
diketahui bagaimana poskesdes tersebut akan
diadakan, membangun baru dengan fasilitas dari
pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari
donatur, membangun baru dengan swadaya
masyarakat, atau memodifikasi bangunan lain yang
ada. Bila poskesdes sudah berhasil diselenggarakan,
kegiatan dilanjutkan dengan membentuk UKBM
UKBM yang diperlukan dan belum ada didesa yang
bersangkutan atau merevitalisasi yang sudah ada
tetapi kurang atau tidak aktif.
d) Penyelenggaraan kegiatan desa siaga
Dengan adanya poskesdes, maka desa yang
bersangkutan telah dapat ditetapakan sebagai desa
siaga. Setelah desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan
dengan pelaksanaan poskesdes secara rutin, yaitu
25

pengembangan sistem surveilens berbasis masyarakat,


pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan
kegawatdaruratan dan bencana, pemberantasan
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB, penggalangan dana,
pemberdayaan masyarakat menuju KADARZI dan
PHBS, penyehatan lingkungan serta pelayanan
kesehatan dasar (bila diperlukan) selainitu,
diselenggarakan pula pelayanan UKBM UKBM lain
seperti posyandu dan lain – lain dengan berpedoman
kepada panduan yang berlaku. Secara berkala
kegiatan desa siaga dibimbing dan di pantau oleh
puskesmas yang hasilnya dipakai sebagai masukan
untuk perencanaan dan pengembangan desa siaga
selanjutnya secara lintas sektoral.
e) Pembinaan dan peningkatan
Mengingat permasalahan kesehatan sangat di
pengaruhi oleh kinerja sektor lain, serta adanya
keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan
desa siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerja
sama dengan berbagai pihak. Perwujudan dan
pengembangan jejaring desa siaga dapat dilakukan
dengan temu jejaring UKBM secara internal di dalam
desa sendri atau temu jejaring antar desa siaga
(minimal sekali dalam setahun). Upaya ini selain
untuk memantapkan kerja sama, juga diharapkan
dapat menyediakan wahana tukar-menukar
pengalaman dan memecahkan masalah-masalah yang
diahadapi bersama. Yang juga tidak kalah pentingnya
adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khusunya
dengan program-program pembangunan yang
bersasaran desa.
26

Salah satu kunci keberhasilan dan pelestarian


desa siaga adalah keaktifan para kader. Oleh karea itu,
dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upaya-
upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar
tidak drop out. Kader-kader yang memiliki motivasi
memuaskan kebutuhan sosial psikologinya harus
diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan kader-
kader yang masih di bebani dengan pemenuhan
kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk memperoleh
pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian
gaji atau intensif atau difasilitasi agar dapat
berwirausaha. Untuk dapat melihat perkembangan
desa siaga, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi.
Berkaitan dengan itu kegiatan-kegiatan di desa siaga
perlu di catat oleh kader, misalnya dalam buku
register UKBM (contohnya kegiatan posyandu dicatat
dalam buku register buku dan anak tingkat desa atau
RIAD dalam sistem informasi posyandu). Adapun
peran jajaran kesehatan antara lain :
1) Peran Puskesmas
Dalam rangka pengembangan desa siaga,
puskesmas merupakan ujung tombak dan bertugas
ganda yaitu sebagai penyelengaraan PONED dan
penggerak masyarakat desa. Namun demikian,
dalam menggerakan masyarakat desa, puskesmas
akan dibantu oleh tenaga fasilitator dari dinas
kesehatan kabupaten kota yang telah dilatih.
Adapun peran puskesmas addalah sebagai berikut :
(a) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar ,
termasuk pelayanan obsetrik dan neonatal
emergensi dasar (PONED).
27

(b) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim


tingkat kecamatan dan desa dalam rangka
pengembangan desa siaga.
(c) Memfasilitasi pengembangan desa siaga dan
poskesdes.
(d) Melakukan monitoring evaluasi dan pembinaan
desa siaga.
2) Peran Rumah Sakit
Rumah sakit memegang peran penting
sebagai sarana rujukan dan pembinaan teknis
pelayanan medik. Oleh karena itu, dalam hal ini
peran rumah sakit adalah :
(a) Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk
obstertrik dan neonatal emergency
komperehensif dan (PONED).
(b) Melaksanakan bimbingan teknis medik, dalam
rangka pengembangan kesiapsiagaan dan
penanggulangan kedaruratan dan bencana di
desa siaga.
(c) Menyelengarakan promosi kesehatan di rumah
sakit dalam rangka pengembangan
kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan
dan bencana.
3) Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
Sebagai pembina puskesmas dan rumah
sakit, peran dinas kesehatan Kabupaten/ Kota
meliputi :
(a) Mengembangkan komitmen dan kerja sama tim
di tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka
pengembangan desa siaga.
(b) Merevitalisasi puskesmas dan jaringan nya
sehingga mampu menyelenggrakan pelayanan
28

kesehatan dasar dengan baik, termasuk PONED,


dan pemberdayaan masyarakat.
(c) Merevitilisasi rumah sakit sehingga mampu
menyelenggearakanpelayanan rujukan dengan
baik, termasuk PONEK dan promosi kesehatan
di Rumah Sakit.
(d) Merekrut/menyediakan calon-calon fasilitator
untuk dilatih menjadi fasilitator pengembangan
desa siaga.
(e) Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas
kesehatan dan kader.
(f) Melakukan advokasi ke berbagai pihak
(pemangku kepentingan) tingkat kabupaten/kota
dalam rangka pengembangan desa siaga.
(g) Bersama puskesmas melakukan pemantauan,
evaluasi dan bimbingan teknis terhadap desa
siaga.
(h) Menyediakan anggaran dan sumber daya lain
bagi kelestarian desa siaga.
4) Peran Dinas Kesehatan Provinsi
Sebagai penyedia dan pembina rumah sakit
dan dinas kesehatan Kabupaten/Kota, dinas
kesehatan provinsi berperan :
(a) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim
di tingkat provinsi dalam rangka pengembangan
desa siaga.
(b) Membantu dinas kesehatan kabupaten/ kota
mengembangkan kemapuan melalui pelatihan-
pelatihan teknis, dan cara-cara lain.
(c) Membantu dinas kesehatan kabupaten / kota
mengembangkan kemampuan puskesmas dan
rumah sakit di bidang konseling, kunjungan
rumah, dan pengorganisasian masyarakat serta
29

promosi kesehatan, dalam rangka


pengembangan desa siaga.
(d) Menyelenggarakan pelatihan fasilitator
pengembangan desa siaga dengan metode kala
karya (interrupted trainning).
(e) Melakukan advokasi keberbagai pihak
(pemangku kepentingan) tingkat provinsi dalam
rangka pengembangan desa siaga.
(f) Bersama dinas kesehatan Kabupaten/Kota
melakukan pemantauan, evaluasi dan
pembimbingan teknis terhadap desa siaga.
(g) Menyediakan anggaran dan sumber daya lain
bagi kelestarian desa siaga.
5) Peran Departemen Kesehatan
Sebagai aparatur tingkat pusat, departemen
kesehatan berperan dalam :
(a) Menyusun konsep dan pedoman
pengembangan desa siaga, serta
mensosialisasikan dan mengadvokasikannya.
(b) Memfasilitasi ndan revitalisasi dinas
kesehatan, puskesmas, rumah sakit, serta
posyandu serta UKBM-UKBM lain.
(c) Memfasilitasi pembangunan POSKESDES
dan pengembangan desa siaga
(d) Memfasilitasi pengembangan sistem
surveilans, sistem informasi/pelaporan serta
sistem kesiapsiaagaan dan penaggulangan
kedaruratan bencana berbasis kemasyarakatan.
(e) Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan
untuk tingkat desa.
(f) Menyenggarakan pelatihan bagi pelatih
(TOT).
30

(g) Menyediakan dana dan dukungan dan sumber


daya lain.
(h) Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.
f) Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan pengembangan desa
siaga dapat di ukur dari tempat kelompok indikator,
yaitu : input, proses, output, dan outcome (Depkes,
2009).
1) Indikator Input
(a) Jumlah kader desa siaga.
(b) Jumlah tenaga kesehatan di Poskesdes.
(c) Tersedianya sarana (obat dan alat)|
sederhana.
(d) Tersedianya tempat pelayanan seperti
posyandu.
(e) Tersedianya dana operasional desa siaga.
(f) Tersedinya data/catatan jumlah kk dan
jumlah keluarganya.
(g) Tersedianya pemetaan keluarga lengkap
dengan masalah kesehatan yang dijumpai
dalam warna yang sesuai.
(h) Tersedianya data/catatan (jumlah bayi di
imunisasi, jumlah penderita kurang, jumlah
penderita tb, malaria dll).
2) Indikator proses
(a) Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa
(bulanan, dua bulanan dan sebagainya).
(b) Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
(c) Berfungsi/ tidaknya poskesdes.
(d) Berfungsi/tidaknya UKBM/Posyandu yang
ada.
31

(e) Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan


penyakit/masalah kesehatan berbasis
masyarakat.
(f) Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk
kadarzi dan PHBS.
(g) Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke
poskesdes dari masyarakat

3) Indikator Output
(a) Jumlah persalinan dalam keluarga yang
dilayani.
(b) Jumlah kunjungan neonatus (KN2).
(c) Jumlah BBLR yang di rujuk.
(d) Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik
ditangani.
(e) Jumlah balita Gakin umur 6-24 bulan yang
mendapatkan MP-ASI.
(f) Jumlah balita yang mendapatkan imunisasi.
(g) Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB
dalam tempo 24 jam.
(h) Jumlah keluarga yang punya jamban.
(i) Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
(j) Jumlah keluarga menggunakan garam
beryodium.
(k) Adanya data kesehatan lingkungan.
(l) Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat
penyakit menular tertentu yang menjadi
masalah setempat.
(m)Adanya peningkatan kualitas UKBM yang
dibina.
4) Indikator Outcome
(a) Meningkatkan jumlah penduduk yang
sembuh/ membaik dari sakitnya.
32

(b) Bertambahnya jumlah penduduk yang


melaksanakan PHBS.
(c) Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang
meninggal dunia.
(d) Berkurangnya jumlah balita dengan gizi
buruk.

B. Asuhan Keperawatan komunitas


Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk praktek
keperawatan profesional yang sistematis dan komprehensif yang berfokus
pada individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Secara keseluruhan
melalui pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi
keperawatan. Model keperawatan komunitas disusun berdasarkan pada teori
yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Beberapa model yang
berkembang dalam keperawatan komunitas yaitu : model adaptasi Roy,
model self care Orem dan model heatlh care system Neuman (Zulfitri &
Sabrian, 2009). Dibawah ini akan dijelaskan tahapan proses asuhan
keperawatan komunitas menurut model Neuman :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dan utama dalam proses
asuhan keperawatan komunitas. Pengkajian merupakan suatu proses
berfikir kritis terhadap kondisi keperawatan komunitas. Berikut ini akan
dipaparkan beberapa metode pengumpulan data komunikasi :
a. Windshield/walking survey
Proses pengumpulan data dan informasi dengan menggunakan
indera mengenai kekuatan dan kelemahan komunitas. Metode ini
dilakukan dengan melihat gambaran wilayah dengan cara mengelilingi
seluruh lingkungan komunitas.
b. Obsevasi
33

Kegiatan pengumpulan data dengan melakukan observasi atau


pengamatan langsung tentang kehidupan suatu komunitas, sehingga
dapat mengetahui status kesehatan masyarakat lebih dalam lagi.
c. Wawancara
Metode ini dilakukan pada orang yang memiliki informasi khusus,
seperti puskesmas, kelurahan dan kelompok kesehatan yang ada di
daerah tersebut. Wawancara dilakukan secara mendalam untuk
mendapatkan seluruh informasi yang dibutuhkan.
d. Survey
Metode survey dilakukan dengan menyebarkan kuisioner sehingga
data status kesehatan dapat terkumpul dengan lengkap.
e. Focus Group Discussion (FGD)
Suatu metode pengmpulan data informasi yang sistemastis
terhadap suatu masalah, isu, program dari suatu kelompok masyarakat,
dimana merupakan kelompok kecil yang akan mendiskusikan satu
masalah. Kelompok bersifat homogen dan yag rdiri dari 6-10 orang.
f. Literatur Review
Mengumpulkan data dari berbagai literatur kepustakaan
g. Data sekunder
Mengumpulkan data berdasarkan hasil pencatatan atau pelaporan
yang dilakukan oleh suatu instan tertentu.
Tahapan kegiatan yang dilakukan pada proses pengkajian adalah :
1) Mengumpulkan data dengan menggunakan berbagai metode
pengumpulan data
2) Pengolahan data, dimulai dari mengklarifikasi data, perhitungan
persentasi dan tabulasi data dalam berbagai bentuk diagram atau
grafik
3) Menginterfrestasikan data atau menerjemahkan data sehingga
dapat menggambarkan masalah kesehatan masyarakat dan
kekuatan atau kelemahan masyarakat
4) Menganalisa data yang telah diolah sehingga dapat
mengidentifikasikan atau merumuskan diagnosa keperawatan
komunitas.
34

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan hipotesis atau pernyataan
terhadap hasil akhir dari analisis dan sintesis data serta informasi yang
telah dikumpulkan mengenai komunitas (Ervin, 2002). Diagnosa
keperawatan komunitas terdiri dari tiga bagian, yaitu gambaran masalah
yang merupakan respon atau kondisi masyarakat, faktor penyebab yang
berhubungan dengan masalah, serta tanda dan gejala yang mendukung
(Anderson & McFarlane, 2000).
Stanhope dan Lancaster (2004) menjelaskan terdapat tiga
komponen format diagnosa keperawatan komunitas :
a. Risk of, masalah keperawatan spesifik atau resiko masalah kesehatan di
komunitas
b. Among, komunitas atau klien spesifik yang akan diintervensi oleh
perawat komunitas
c. Related to, yaitu gambaran krakteristik komunitas, meliputi motivasi,
pengetahuan, keterampilan, serta faktor lingkungan. Karakteristik
lingkungan meliputi budaya, fisik, psikososial dan politik
Jenis diagnosa keperatawan :
1) Sehat (wellness) atau potensial
Komunitas mempunyai potensi untuk di tingkatkan, belum
ada data maladaptif atau paparan masalah kesehatan.
2) Ancaman resiko
Belum terdapat pemaparan masalah kesehatan, namun
sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang memungkinkan
timbulnya masalah atau gangguan.
3) Nyata atau aktual
Gangguan atau masalah kesehatan sudah timbul didukung
dengan beberapa data maladaptif.
3. Perencanaan
Perencanaan erupakan komponen kunci dalam praktik keperawatan
komunitas, dimana dalam perencanaan terdapat suatu hubungan vital
antara pengkajian dan diagnosa keperawatan disatu sisi dan evaluasi disisi
lain (Ervin, 2000). Tiga tahap kegiatan dalam proses perencanaan :
35

a. Menentukan prioritas masalah atau diagnosa keperawatan komunitas


Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), terdapat enam kriteria
dalam menentukan prioritas masalah keperawatan, masing-masing
kriteria diberikan skor 1-10 kriteria tersebut adalah :
1) Kesadaran komunitas terhadap masalah
2) Motivasi komunitas dalam menyelesaikan masalah atau pengelola
masalah dengan baik
3) Kemampuan perawat untuk mempengaruhi atau memberikan solusi
penyelesaian masalah
4) Keparahan atau keseriusan masalah yang dihasilkan jika tidak
diselesaikan
5) Kecepatan masalah dapat diselesaikan
b. Menetapkan tujuan dan kriteria evaluasi
c. Tujuan alam tindakan keperawatan terdiri dari tujuan umum dan tujuan
khusus.
Tujuan umum atau jangka panjang merupakan tujuan akhir yang
akan dicapai setelah tindakan keperawatan komunitas diselesaikan,
dimana mengacu pada penyelesaian masalah (problem). Tujuan khusus
atau jangka pendek merupakan tujuan tindakan keperawatan yang
mengacu pada penyelesaian etiologi.
Kriteria evaluasi adalah acuan atau kriteria dari tingkat
pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan. Kriteria merupakan
respon masyarakat yang diharapkan sebagai acuan tercapainnya suatu
tujuan (kognitif, afektif, psikomotor). Standar adalah target minimal
tingkat pencapaian tujuan, sebagai penentu tingkat keberhasilan
intervensi yang dilakukan.
d. Menetapkan intervensi atau perencanaan keperawatan komunitas
Intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan dan
direncanakan untuk memperkuat garis pertahanan. Pencegahan primer
digunakan untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan
sekunder untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan pencegahan
tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson &
McFarlane, 2000). Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah
36

pendidikan kesehatan, proses kelompok, kemitraan (Lintas program


dan sektoral) dan pemberdayaan masyarakat (Stanhope & Lancaster,
2000 ).
Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam bentuk
kerjasama (parthnersip) adalah suatu bentuk kerjasama secara aktif
antara perawat komunitas, masyarakat, maupun lintas program dan
sektor terkait dalam mengambil suatu keputusan dalam upaya
penyelesaian masalah yang ditemukan dimasyarakat. Bentuk kegiatan
yang dilakukan adalah melalui kegiatan kolaborasi dan negosiasi.
Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam bentuk proses
kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawtan komunitas yang
dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan
kelompok atau support sosial yang lainnya sesuai dengan keburukan
dan kondisi yang ada di komunitas. Pembentukan kelompok di
masyarakat menggambarkan adanya minat dan kebutuhan baik secara
kelompok maupun individu serta menunjukkan adanya hubungan
antara klien dengan sisitem sosial di masyarakat. Strategi intervensi
keperawatan komunitas dalam bentuk pendidikan kesehatan
merupakan suatu kegiatan dalam rangka upaya promotif dan preventif
dengan cara melakukan penyebaran informasi dan peningkatan
motivasi masyarakat untuk berprilaku hidup sehat (Stanhope &
Lancaster, 2010).
Strategi intervensi lainnya dalam keperawatan komunitas adalah
kegiatan pemberdayaan masyarakat (Empowerment), yaitu suatu
kegiatan keperawatan komunitas melalui pelibatan masyarakat secara
aktif dalam rangka penyelesaian masalah yang ditemukan di
masyarakat. Masyarakat bukanlah sebagai objek melainkan sebagai
subjek dalam rangka menyelesaikan suatu masalah tertentu.
4. Implementasi
Implementasi merupakan betuk tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan intervensi atau rencana yang telah disusun
sebekumnya. Dalam mengimplementasi, seorang perawat sebagai agen
perubah harus mempelihatkan kemampuan berkomunikasi baik secara
37

verbal maupun tulisan, mempunyai gaya kepemimpinan yang visioner dan


keterampilan mengelola komplik. Implementasi dapat berhasil dengan
baik apabila ada keterlibatan dari tokoh masayarakat dan dukungan dari
media (Ervin, 2002).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu pengukuran terhadap keberhasilan
asuahan keperawatan yang diberikan. Evaluasi juga dapat berupa umpan
balik dari komunitas terhadap intervensi keperawatan komunitas
(Anderson& Mc. Farlane, 2000). Menurut Ervin (2002) evaluasi
merupakan ukuran inforamasi yang sistematik mengenai aktivitas,
karakteristik, dan hasil akhir dari suatu program.
38

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Persiapan
Asuhan keperawatan komunitas di RT 02 RW 02 Dusun 02 Desa
Tarai Bangun Kecamatan Tambang dilaksanakan pada tanggal 11 Maret –
18 april 2020 dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan pengkajian, tahap penyampaian hasil pengkajian,
menganalisa data, menegakkan diagnosa keperawatan, tahap perencanaan,
tahap implementasi, dan tahap evaluasi.
Tahap persiapan dilaksanakan dari tanggal 11 - 12 maret 2020,
dimana kelompok melakukan survey tempat dan mempersiapkan tempat
sebagai posko kelompok 4, lalu tahap pelaksanan pengkajian dilaksanakan
ada tanggal 13 – 15 Maret 2020. Jumlah KK yang ada di RT 02 RW 02
yang terdiri dari 130 KK pengambilan sampel menggunakan total
sampling kemudian dilakukan pengimputan data pada tanggal 16-18
Maret 2020 untuk selanjutnya mencarai masalah dengan melakukan tahap
analisa data pada tanggal 19 – 21 maret 2020. Pada tanggal 28 Maret 2020
dilakukan penyampaian hasil pengumpulan data dalam kegiatan loka karya
mini masyarakat I (LKMM I) yang sekaligus melakukan penyusunan
rencana kegiatan yang akan dilakukan.

B. Pelaksanaan Pengkajian
39

Tahap ini di mulai dari memperbanyak angket yaitu sebanyak 130


angket, dan kemudian disebarkan pada masyarakat dengan mendatangi
setiap rumah dan melakukan wawancara secara langsung pada tanggal 13
– 15 Maret 2020 pada setiap keluarga yang bertujuan untuk mendapatkan
data yang berhubungan dengan masyarakat. Jumlah angket yang berhasil
di kumpulkan mahasiswa berjumlah 123 angket. Berdasarkan hasil dari
pengumpulan data di RT 02 RW 02 Desa Tarai Bangun Kecamatan
Tambang di dapatkan data-data sebagai berikut:

1. Data Geografi
Batas-batas RT 02 RW 02 Desa Tarai Bangun Kecamatan
Tambang dari hasil winshield surveyadalah sebagai berikut :
Utara : RT 01 RW 02 Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
Selatan : RT 03 RW 02 Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
Timur : RT 03 RW 02 Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
Barat : RT 03 RW 02 Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Tempat ibadah yang ada di RT 02 tidak ada disekitar RT 03


adalah masjid Nurul Huda .
2. Data Demografi
a. Data Umum
1. Data Demografi Berdasarkan Pendidikan
Diagram 3.2

Distribusi Frekuensi Pendidikan KK di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
40

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa penduduk


jumlah pendidikan tertinggi SMA sebanyak 59,3%, jumlah
pendidikan SMP sebanyak 29,3%, jumlah pendidikan SD
sebanyak 3,3 %, jumlah pendidikan sarjana S1 sebanyak 4,1%,
dan jumlah D3 4,1% .

2. Data Demografi Berdasarkan Agama

Diagram 3.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Agama di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK penduduk jumlah agama tertinggi adalah islam sebanyak
95,9% , agama Kristen sebanyak 4,1%.

3. Data Demografi Berdasarkan Suku

Diagram 3.4

Distribusi Frekuensi Suku di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
41

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari


123KK penduduk jumlah suku tertinggi adalah minang
sebanyak 64,2%, jumlah suku jawa sebanyak 14,6%, jumlah
suku batak sebanyak 10,6 %, jumlah suku melayu sebanyak
10,6% .
4. Data Demografi Berdasarkan Pekerjaan
Diagram 3.5
Distribusi Frekuensi Berdsarkan Pekerjaan di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK penduduk jumlah pekerjaan terbanyak wiraswata sebanyak
53,7%, jumlah karyawan swasta sebanyak 23,9%, jumlah
pedagang sebanyak 9,8%, jumlah buruh lepas sebanyak 4,1%,
jumlah PNS sebanyak 2,4% dan jumlah irt sebanyak 4,1%, dan
jumlah sopir sebanyak 2,4%.

b. Keadaan Lingkungan
42

1. Data Demografi Berdasarkan Kepemilikan Rumah


Diagram 3.6

Distribusi Frekuensi Kepemilikan Rumah di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari


123KK dengan 338 penduduk jumlah kepemilikan rumah
terbanyak adalah milik sendiri sebanyak 83,7%, jumlah
kontrakan sebanyak 9,8%, jumlah sewa bulanan sebanyak
6,5%.

2. Data Status Tipe Rumah Warga


Diagram 3.7
Distribusi Status tipe rumah warga di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapatdilihat bahwa dari 123 KK


penduduk mayoritas tipe rumah warga rumah permanen
43

sebanyak 100% , karena umumnya di perumahan ini adalah


dibuat permanen.

3. Data Keadaan Lantai Rumah Warga


Diagram 3.8
Distribusi Keadaan Lantai rumah warga di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapatdilihat bahwa dari 123 KK


penduduk mayoritas keadaan lantai rumah dengan semen
sebanyak 71,5% , keadaan lantai rumah dengan keramik
sebanyak 28,5%.

4. Data Demografi Berdasarkan Membuka Jendela Setiap Hari


Diagram 3.9
Distribusi Membuka Jendela Setiap di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang
44

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK penduduk jumlah membuka jendela setiap hari ya
sebanyak 100.

5. Data Demografi Berdasarkan Atap Rumah


Diagram 3.10
Distribusi Frekuensi Atap Rumah di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK penduduk jumlah bentuk atap rumah, mayoritas adalah
seng sebanyak 100% .

5. Data Demografi Keadaan Ventilasi Rumah


Diagram 3.11
Distribusi Frekuensi Keadaan Ventilasi di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapatdilihat bahwa dari 123 KK


penduduk mayoritas yang mempunyai ventilasi 100%.
45

6. Data Demografi Berdasarkan Penerangan Rumah di Malam


Hari
Diagram 3.12
Distribusi Frekuensi Keadaan Penerangan di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK warga tarai bangun rt 02 menggunakan lampu listrik.

7. Data Demografi Berdasarkan Sumber Air Minum yang


Digunakan

Diagram 3.13

Distribusi Frekuensi Keadaan Air Minum di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK penduduk jumlah sumber air minum terbanyak adalah air
gallon sebnyak 67,5%, sumur bor sebanyak 32,5%.

8. Data Demografi Berdasarkan Apakah Air Diperoleh Dengan


Mudah
46

Diagram 3.14
DistribusiMemperoleh Air Mudah di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK penduduk jumlah yang memperoleh air dengan mudah
sebanyak 95,9%, dan penduduk yang merasakan kesulitan jika
musim kemarau sebanyak 4,1%.

9. Data Demografi Berdasarkan Pengelolaan Air


Diagram 3.15
Distribusi Pengelolaan sumber Air di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK penduduk dengan pengelolaan air langsung diminum
sebanyak 66,7%, dan masyarakat dengan pengelolaan dimasak
terlebih dahulu sebanyak 33,3%.

10. Data Demografi Berdasarkan Sumber Mck


Diagram 3.15
47

Distribusi Frekuensi Sumber Mck di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK dengan penduduk jumlah sumber air untuk mck mayoritas
sumur bor 95,9%, dengan sumur cincin 39%, menggunakan
sumur tanpa cincin 8%, dan menggunakan air gallon 3,3%.

11. Data Demografi Berdasarkan Tempat Penampungan Air


Diagram 3.16
Distribusi Frekuensi Penampungan Air di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK dengan jumlah tempat penampungan air mayoritas
menggunakan bak air sebanyak 34,1%, menggunakan tangki
air 26,8%, menggunakan ember 20,3%, menggunakan drigen
13,8% dan menggunakan drigen 4,9%.

12. Data Demografi Berdasarkan Kondisi Tempat Penampungan


Air
48

Diagram 3.17
Distribusi Frekuensi Penampungan Air di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bngun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK penduduk jumlah kondisi tempat penampungan air
mayoritas adalah tertutup sebanyak 63,4%, sedangkan yang
terbuka sebanayak 36,6%.

13. Data Demografi Berdasarkan Berapa Kali Tempat Air


Dibersihkan
Diagram 3.18
Distribusi Frekuensi Air Dibersihkan di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK penduduk jumlah berapa kali tempat air dibersihkan
mayoritas 1x/seminggu sebanyak 60,2%, 2x/bulan sebanyak
13,8%, dan min 1x/sebulan 8,9 %, dan ada juga sebagian
masyarakat yang tidak pernah membersihkan tempat air nya
dengan frekuensi sebanyak 17,1%.
49

14. Data Demografi Berdasarkan Pengeloaan Sampah


Diagram 3.19
Distribusi Frekuensi Pengeloaan Sampah di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK penduduk jumlah pengelolaan sampah dengan mayoritas
diambil petugas kebersihan sebanyak 97,6% dan pengelolaan
sampah dengan cara dibakar sebanyak 2,4 %.

15. Data Demografi Berdasarkan Kepemilikan Ternak


Diagram 3.20
Distribusi Frekuensi Kepemilikan Ternak di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
50

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK penduduk jumlah yang tidak memiliki kadang ternak
sebanyak 55%, sedang yang memiliki kadang sebanyak 45%.

16. Data Demografi Berdasarkan Letak Kandang Ternak


Diagram 3.21
Distribusi Letak Kandang Ternak di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK penduduk jumlah letak kandang ternak sebanyak diluar
rumah sebanyak 6,5%, dan masyarakat yang tidak memiliki
kandang ternak sebanyak 93,5%.

17.Data Demografi Berdasarkan Kondisi Kandang


Diagram 3.22
Distribusi Letak Kandang Ternak di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK penduduk jumlah kondisi kandang ternak yang terawat
51

sebanyak 6,5%, jumlah kondisi ternak yang tidak ada kandang


93,5%.

c. Data Pelayanan Kesehatan


1. Data Demografi Fasilitas Kesehatan Yang digunakan
Diagram 3.23
Distribusi Frekuensi Fasilitas Kesehatan di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK penduduk jumlah yang menggunakan fasilitas kesehatan
puskesmas 13,8%, jumlah yang menggunakan fasilitas
kesehatan bidan sebanyak 37,4%, jumlah yang menggunakan
fasilitas kesehatan praktik dokter sebanyak 37,4%, jumlah
yang menggunakan fasiliatas kesehatan balai pengobatan
sebanyak 3,3%, jumlah yang menggunakan fasilitas kesehatan
rumah sakit 8,1%.

2. Data Demografi Sumber Penghasilan di keluarga


Diagram 3.24
Distribusi Penghasilan di keluarga di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
52

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK jumlah sumber utama penghasilan mayoritas pada ayah
sebanyak 95,9%, ibu 4,1%.

3. Data Demografi Pendapatan Keluarga


Diagram 3.25
Distribusi Pendapatan Keluarga di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK jumlah pendapatan keluarga yang <Rp. 2.550.000
sebanyak 35,8%, sedangkan >Rp. 2.550.000 64,2%

4. Data Demografi pendapatan keluarga mencukupi dalam


kebutuhan sehari-hari
Diagram 3.26

Distribusi Frekuensi kebutuhan Keluarga di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
53

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa pendapatan


masyarakat rt 02 desa tarai bangun rata –rata sangat
mencukupi walaupun pendapatan yang didapat hanya pas-
pasan dan itu sudah mencukupi kebutuhan baik sandang,dan
pangan.

5. Data demografi yang dilakukan oleh keluarga untuk mencukupi


kebutuhan RT.

Diagram 3.27

Distribusi Frekuensi kebutuhan Keluarga di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK dengan 338 penduduk yang dilakukan keluaraga
meminjam uang sebanyak 29,3% dan menggadaikan barang
sebanyak 38,2%, dengan cara berhutang diwarung 31,7%,
yang lain-lain sebanyak 8%.

6. Data demografi salah satu anggota keluarga ikut aktif dalam


organisasi
54

Diagram 3.28

Distribusi keluarga aktif organisasi di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK anggota keluarga yang ikut dalam organisasi yang
mengikuti sebanyak 57,7% dan yang tidak mengikuti
sebanyak 42,3%.

7. Data demografi berdasarkan jenis organisasi yang di ikuti


Diagram 3.29

Distribusi Jenis Organisasi Ikuti di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK yang mengikuti kegiatan organisasi masyarakat dimana
yang terbanyak adalah wirid sebanyak 50,4%, PKK sebanyak
46,3%, karang taruna sebanyak 1,6%, dan ikantan remaja
sebanyak 1,6%.
55

8. Data demografi berdasarkan yang tidak mengikuti


Diagram 3.30

Distribusi Frekuensi yang tidak mengikuti di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK yang tidak mengikuti kegiatan organisasi dimana yang
terbanyak alasannya adalah karena tidak sempat sebanyak
37,4%, aktif organisasi sebanyak 26,8%, malas sebanyak
13,0% , sibuk bekerja sebanyak 17,9%, tidak ada waktu 2,4%,
dan yang merasa tidak tertarik sebanyak 2,4%.

9. Data demografi berdasarkan sumber informasi tentang


kesehatan
Diagram 3.31

Distribusi Frekuensi Informasi Kesehatan di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
56

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK sumber informasi kesehatan terbanyak adalah media
elektronik yaitu sebanyak 69,9%, petugas kesehatan sebanyak
17,1%, dari teman sebanyak 5%, media sosial 8,1%, media
cetak sebanyak 4,9%.

10. Data demografi mengatasi masalah


Diagram 3.32

Distribusi Frekuensi Mengatasi Masalah di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK cara keluarga mengatasi masalah keluarga yang terbanyak
adalah musyawarah sebanyak 90,2%, didiamkan sebanyak
9,8%.

11. Data demografi berdasarkan rekreasi keluarga


Diagram 3.33

Distribusi Frekuensi Rekreasi Keluarga di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
57

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK, data yang didapatkan umumnya penduduk rt02 lebih
sering mengabiskan rekreasi bersama keluarga dirumah saja
dengan frekuensi sebanyak 69,1%, da nada juga yang jalan-
jalan ketempat rekreasi dengan sebanyak 14,6%, da nada juga
yang jalan ke mall sebanyak 16,3%.

12. Data demografi berdasarkan jenis transportasi yang dimiliki


keluarga
Diagram 3.34
Distribusi Frekuensi Transportasi Dimiliki di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK jenis transportasi yang dimiliki keluarga sepeda motor
sebanyak 90,2% dan mobil sebanyak 8,9%.

13. Data demografi berdasarkan jika tidak pernah


Diagram 3.35

Distribusi Frekuensi Jika Tidak Pernah di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
58

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK alasan tidak perah rekreasi terbanyak karena sibuk
bekerja74,0%, tidak ada dana12,2%, tidak ada waktu sebanyak
11,4% dan tidak ada sarana transfortasi sebanyak 2,4%.

14. Data distribusi berdasarkan dampak positif yang diberikan


rekreasi
Diagram 3.36

Distribusi Frekuensi Dampak Positif di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK dampak positif yang didapatkan dengan rekreasi terbanyak
adalah Ya sebanyak 100%.

15. Data demografi berdasarkan anggota keluarga yang sakit


Diagram 3.37

Distribusi Anggota Keluarga Yang Sakit di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
59

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK, keluarga yang memiliki anggota keluarga yang sakit
dalam 6 bulan terakhir ada sebanyak 57,7% dan tidak sebanyak
42,3%.

16. Data demografi berdasarkan penyakit yang di alami


Diagram 3.42

Distribusi Frekuensi Penyakit Yang Di Alami di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK, penyakit yang dialami terbanyakdalam keluarga adalah
batuk filek yaitu 65,0%, demam 19,5%, lain-lain 5,7%, diare
9,8% gatal-gatal 3% .

17. Data demografi berdsarkan apakah batuk lebih dari 2 minggu


Diagram 3.43

Distribusi Batuk Lebih Dari 2 Minggu di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
60

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK yang batu pilek kemudian lebih dari 2 minggu hanya
96,7% dan yang iya sebanyak 3,3%.

18. Data demografi berdasarkan apakah pernah obat TBC


Diagram 3.44

Distribusi Frekuensi Apakah Pernah Obat TBC di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa mayoritas


tidak pernah minum obat TBC dengan frekuensi sebanyak
100%.

19. Data demografi berdasarkan jenis penyakit kronis yang di


derita

Diagram 3.45

Distribusi Frekuensi Penyakit Kronis Di Derita di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
61

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK, jenis penyakit kronis yang di derita jantung sebanyak
14,6%, hipertensi 27,6%, lain-lain 4% asam urat 23,6%,
rematik 8,1%, lain-lain 26,0%.

20. Data demografi berdasarkan jika ada hipertensi


Diagram 3.46

Distribusi Frekuensi Jika Ada Hipertensi di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa yang


meminum obat hipertensi dengan rutin sebanyak 15,4%,
kadang-kadang dengan sebanyak 39,8%, tidak pernah
sebanyak 44,7%.

21. Data demografi berdasarkan apakah ada anggota keluarga yang


memilki keterbatasan fisik
Diagram 3.47

Distribusi Frekuensi Keterbatasan Fisik di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
62

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tidak ada


anggota keluarga yang memiliki keterbatasan fisik dan mental
dengan frekuensi sebanyak 100%.

22. Data demoggrafi berdasarkan apakah memiliki jaminan


kesehatan
Diagram 3.48

DistribusiMemiliki Jaminan Kesehatan di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat yang memiliki


jaminan kesehatan ada yaitu 68,3% dan tidak ada sebanyak
31,7%.

23. Data demografis berdasarkan apakah ada jaminan kesehatan


Diagram 3.49

Distribusi Frekuensi Jenis Jaminan Kesehatan di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang
63

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


KK, yang memiliki jaminan kesehatan terbnayak adalah BPJS
yaitu sebanyak 84,6%, KIS 4,1%, asuransi 2,4% dan jamkesda
1,6%, dan yang tidak memiliki jaminan kesehatan sebanyak
7,3%.

24. Data demografis berdasarkan anggota keluarga yang merokok


Diagram 3.50

Distribusi Frekuensi Keluarga Yang Merokok di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa anggota


keluarga yang merokok terbanyak adalah ya 94,3%, tidak
5,7% .

25. Data demografis berdasarkan keluarga melakukan aktivitas


teratur
Diagram 3.51

Distribusi Frekuensi Melakukan Aktivitas di Wilayah rt 02


64

Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa keluarga


yang melakukan aktivitas teratur ada sebanyak 62,6% dan tidak
ada sebanyak 37,4%.

26. Data demografis berdasarkan keluarga konsumsi buah tiap hari


Diagram 3.52

Distribusi Frekuensi Konsumsi Buah Tiap Hari di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 123


keluarga yang mengkonsumsi buah tiap hari yang menjawab
iya sebanyak yaitu 28,5% dan yang tidak sebanyak 71,5%.

27. Data demografis berdasarkan keluarga mencuci tangan


sebelum makan
Diagram 3.53
65

Distribusi Frekuensi Mencuci Tangan di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa keluarga


yang mencuci tangan terbanyak yaitu selalu 96,7% dan yang
tidak mencuci tangan sebanyak 3,3%.

28. Data demografis berdasarkan program KB


Diagram 3.54

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Program KB di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat masyarakat yang


menggunakan pil kb sebanyak 31,7%, menggunakan suntik
17,1%,sistem kalender 31,7%, kondom 7,3%, implant 4,9%
Dan tidak pakai sebanyak 7,3%.

29. Data demografis berdasarkan alasan mengikuti kb


Diagram 3.55
66

Distribusi Frekuensi Alasan Mengikuti Kb di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat penduduk


memiliki alasan mengikuti KB terbanyak adalah mengatur
jarak kehamilan yaitu 58,5%, faktor ekonomi 31,7% dan lain-
lain 9,8%.

30. Data demografis berdasarkan dimana memperoleh KB


Diagram 3.56

Distribusi Frekuensi Dimana Memperoleh KB di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa tempat


memperoleh KB terbanyak adalah praktik bidan yaitu 46,3%,
puskesmas 17,1% dan balai pengobatan 4,9%, posyandu
sebanyak 14,6%, rumah sakit 4,9%, praktik dokter 12,2%.

31. Data demografis berdasarkan keluhan saat menggunakan KB


Diagram 3.57

Distribusi Keluhan Menggunakan KB di Wilayah rt 02


67

Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat memiliki keluhan


saat menggunakan KB tertinggi yaitu bb meningkat sebanyak
29,3%, haid yang tidak teratur 17,1%, flek hotam pada wajah
4,9% haid yang lama 19,5%, pusing 22,0% dan hipertensi
2,4%, dan yang lain-lain 4,9%.

32. Data demografis berdasarkan alasan tidak mengikuti KB


Diagram 3.58

Distribusi Frekuensi Alasan Tidak KB di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat alasan tidak


mengikuti KB tertinggi adalah karena tidak tahu sebanyak
34,1%, alasan takut efek samping kb 22,0% , tidak diizinkan
suami 12,2%, alasan agama 14,6 % dan karena ingin punya
anak 17,1%.

33. Data demografis berdasarkan usia ibu hamil


Diagram 3.59
68

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Yang Hamil di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat anggota keluarga


yang hamil umurnya berkisar 21 dengan jumlah 50% dan yang
berusia 33 dengan jumlah 50%.

34. Data demografis berdasarkan tempat pemeriksaan kehamilan


Diagram 3.60

Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa hampir


masyarakat disana memeriksa kehamilan bidan/perawat 100%
dan puskesmas .

35. Data demografis berdasarkan berapa kali memeriksakan


kehamilan saat ini
Diagram 3.61

Distribusi Frekuensi Memeriksakan Kehamilan di Wilayah rt 02


69

Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 2 oraang


ibu hamil, yang memeriksa kehamilan saat ini 1 x sebanyak 50%
dan >4 kali 50%.

36. Data demografis berdasarkan berapa kali ibu mendapat


imunisasi
Diagram 3.62

Distribusi Frekuensi Mendapat Imunisasi di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 2


orang ibu hamil, yang pernah mendapatkan imunisasi tt
sebanyak 50% dan yang belum pernah 50%.

37. Data demografis berdasarkan informasi kesehatan kehamilan


Diagram 3.63

Distribusi Frekuensi Informasi Kehamilan di Wilayah rt 02


70

Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 2


orang ibu hamil, masing-masing ibu dapat informasi kesehatan
tantang kehamilan gizi ibu hamil dan proses persalinan dari
bidan 50% dan posyandu 50%

38. Data demografis berdasarkan masalah yang dialami ibu hamil


Diagram 3.65

Distribusi Frekuensi Masalah Ibu Hamil di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 2 orang


ibu hamil masalah yang di alami ibu hamil mual muntah 100%

39. Data demografis berdasarkan ibu nifas


Diagram 3.66

Distribusi Frekuensi Ibu Nifas di Wilayah rt 02


71

Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas kelompok tidak menemukan


masyarakat/penduduk yang sedamh nifas dengan 100%.

c. Data bayi balita


1. Data demografi bayi dan balita
Diagram 3.75
Distribusi Jenis Kelamin Bayi Dan Balita di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa jenis


kelamin yang mayoritas adalah laki-laki 66,7% dan
perempuan jumlah 33,3%.

2. Data demografi tempat menimbang bayi


72

Diagram 3.77
Distribusi Frekuensi Tempat Menimbang Bayi di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa bayi dan


balita mayoritas tempat menimbang bayi di Puskesmas sebanyak
66,7%, posyandu sebanyak 4,8%, praktik bidan sebanyak 28,6%.

3. Data demografi apakah bayi dan balita rutin dibawa ke Posyandu

Diagram 3.78
Distribusi Frekuensi Dibawa Ke Posyandu di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 87


bayi dan balita mayoritas yang rutin berkunjung ke Posyandu
sebanyak 90,5%, sedangkan tidak rutin sebanyak 9,5%.

4. Data demografi bayi dan balita yang punya KMS


Diagram 3.79
73

Distribusi Frekuensi Balita Yang Punya KMS di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 87


bayi dan balita mayoritas yang mempunyai KMS yaitu sebanyak
85,7% dan tidak mempunyai KMS sebanyak 14,3%.

5. Data demografi pengetahuan ibu tentang KMS tentang arti warna


merah
Diagram 3.80
Distribusi Frekuensi KMS Arti Warna Merah di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa


pengetahuan ibu tentang warna merah pada KMS yang
menjawab iya sebanyak 85,7%, sedangkan yang menjawab tidak
benar sebanayak 14,3%.

6. Data demografi dimana bayi mendapatkan imunisasi


Diagram 3.82
74

Distribusi Bayi Mendapatkan Imunisasi di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Rata rata bayi yang mendapatkan imunisasi sebanyak 100%.

d. Remaja
1. Data Demografi Berdasarkan kegiatan yang dilakukan remaja diluar
sekolah
Diagram 3.83
Distribusi Frekuensi Kegiatan Remaja Sekolah di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan yang ikut organisasi


sekolah, bekerja 2orang (5,3%) sedang kan yang ikut organisasi
sekolah sebanyak 10 orang (26,3%), dan sedangkan tidak
mengikuti organisasi diluarsekolah berjumlah sebanyak 26 orang
68,4%.
75

2. Data Demografi Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Rokok Dalam


1 Hari
Diagram 3.84
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Rokok di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil ada 30 orang yang


tidak merokok (78,9%) yang 1 bungkus atau lebih sebanyak 1
orang 2,6%, sedangkan yang menghabiskan kurang dari satu
bungkus per harinya adalah7 orang 18,4%.

3. Data Demografi Berdasarkan Alasan Merokok


Diagram 3.87
Distribusi Frekuensi Alasan Merokok di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil bahwa alasan


remaja mengatakan kenapa harus merokok, dengan
menghilangkan stress sebanyak sebanyak 15,8% , coba-coba 5,3 %
sedangkan ikutan teman 2,6 dan yang tidak merokok 76,3 %.
76

4. Data Demografi Berdasarkan informasi kesehatan yang sudah didapat


oleh remaja
Diagram 3.88
Distribusi Frekuensi Informasi Kesehatan di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil bahwa yang


mendapatkan pendidikan seks sebanyak 2,6%, bahaya rokok
sebanyak 92,1% sedangkan yang pernah semua sebanyak 2 orang
5,3%.

5. Data Demografi Berdasarkan remaja memperoleh informasi


Diagram 3.89
Distribusi Frekuensi Remaja Informasi di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil yang


mendapatkan dari teman sebanyak 2,6%, dari media informasi
47,4%, dari orang tua 5,3% sedangkan dari petugas kesehatan
42,1%, guru sebanyak 2,6%.
77

6. Data Demografi Berdasarkan organisasi yang di ikuti oleh remaja


Diagram 3.90
Distribusi Frekuensi Organisasi Remaja di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil yang


mengikuti karang taruna sebanyak 10,5%, mengikuiti remaja
masjid 7,9%, tidak ada mengikuti organisasi 81,6% .

7. Data Demografi Berdasarkan stress yang dialami oleh remaja


Diagram 3.91
Distribusi Frekuensi Stress Dialami Remaja di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan remaja yang


masalah pelajaran 68,4%, masalah dengan orang tua 5%, masalah
dengan pacar 2,6% dan masalah dengan teman sebaya 10,5%, dan
yang bermasalah dengan sosial ekonomi sebanyak 18,4%.
78

e. usia lanjut
1. Data Demografi Berdasarkan anggota keluarga ada yang berusia lanjut.
Diagram 3.92
Distribusi Frekuensi Yang Berusia Lanjut.di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa rata-rata


lansia yang berada di rt02 desa tarai bangun berkisar antara 57-73
tahun dengan presentase sebanyak 100%.

2. Data Demografi Berdasarkan lansia yang memiliki penyakit


Diagram 3.93
Distribusi Frekuensi Lansia Memiliki Penyakit di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan lansia yang


mempunyai keluhan penyakit sebanyak 88,9%, sedangkan
yang tidak sebanyak 11,1%.

3. Data Demografi Berdasarkan upaya yang telah dilakukan lansia


79

Diagram 3.94
Distribusi Frekuensi Upaya Dilakukan Lansia di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil rata-rata lansia


yang berada didesa tarai bangun rt 02 mengupayakan berobat ke
sarana kesehatan jika mereka sakit dengan presentase sebanyak
100%.

4. Data Demografi Berdasarkan jenis penyakit yang dikeluhakan lansia


Diagram 3.95
Distribusi Frekuensi Dikeluhkan Lansia di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa rata –rata


penyakit yang dikeluhkan lansia adalah jenis penyakit hipertensi
dengan presentase sebanyak 100%.

5. Data Demografi Berdasarkan mengatakan ada posyandu didaerah


tempat tinggal saudara
80

Diagram 3.97
Distribusi Frekuensi Ada Posyandu Didaerah di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil bahwa


pelayanan posyandu lansia didesa tarai bangun rt 02 belum
dilaksanakan dengan baik dengan presentase sebanyak 100
%.

6. Data Demografi Berdasarkan lansia yang ikut posyandu


Diagram 3.98
DistribusiLansia Yang Ikut Posyandu di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil bahwa tidak ada


diatara lansia yang memeriksakan pelayanan lansia didesa tarai bangun
rt 02 dengan presentase sebanyak 100%.

7. Data Demografi Berdasarkan keuangan lansia yang terpenuhi


Diagram 3.99
Distribusi Keuangan Lansia Terpenuhi di Wilayah rt 02
81

Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa lansia


yang berada di rt 02 desa tarai bangun kebutuhan
keuangannya telah terpenuhi semua dengan presentase
sebanyak 100%.

8. Data Demografi Berdasarkan kebutuhan makan lansia


Diagram 3.100
Distribusi Frekuensi Kebutuhan Makan Lansia di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil bahwa


kebutuhan makan lansia telah tercukupi dengan baik dengan
presentase sebanyak 100 %.

9. Data Demografi Berdasarkan lansia yang mennggunakan alat bantu


Diagram 3.102
82

Distribusi Frekuensi Mennggunakan Alat Bantu di Wilayah rt 02


Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa tidak ada


lansia yang menggukan alat bantu seperti, tongkat, dan lain-lainnya
dengan presentase sebanyak 100%.

10. Data Demografi Berdasarkan tempat tinggal lansia nyaman


Diagram 3.103
Distribusi Frekuensi Tempat Lansia Nyaman di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa rata-rata


yang berada di desa tarai bangun rt 02 mengatakan bahwa sejauh
ini tempat huniannya sangat nyaman denga presentase sebanyak
100%.

11. Data Demografi Berdasarkan hubungan lansia dengan anak harmonis


83

Diagram 3.104
Distribusi Frekuensi Lansia Dengan Anak di Wilayah rt 02
Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang

Berdasarkan diagram diatas didapatkan hasil lansia menggatakan


sangat harmonis dengan anak-anaknya, dan kelurganya sangat
menyuport kesehatannya dengan membawa lansia berobat jika disuatu
kondisi kesehatannya bermasalah.

C. ANALISA DATA

N DATA DIAGNOSA
O KEPERAWATAN
1 MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS BAYI
BALITA
Data objektif Ketidakefektifan
1. 14,3% ibu tidak Pemeliharaan
mengetahui arti dari Kesehatan
warna yang ada di
KMS
2. Lebih dari 50%
pendapatan keluarga
kurang dari
2.550.000
3. Dan ada juga dari
sebagian warga yang
84

tidak memiliki kartu


kms dengan
presentasi 14,3%

Data subjektif:
1. Banyak ibu yang
mengatakan bahwa
jarak dari rumah
untuk mencapai
puskesmas dan
posyandu sangat jauh
2. Banyak ibu
mengatakan bahwa
membawa anak
keposyandu hanya
untuk mendapatkan
imunisasi saja dan
apabila imunisasi
sudah lengkap maka
ibu tidak membawa
anaknya keposyandu
lagi
3. Ibu mengatakan tidak
tahu arti dari KMS
Observasi:
1. Banyak balita yang
tidak datang di
Posyandu
2. Banyak ibu yang
bingung melihat
buku KMS
2 MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS:
PASANGAN USIA SUBUR
Data Objektif: Perilaku Kesehatan
85

1. Ada juga sebagian Cenderung Beresiko


diantara masyarakat
yang tidak mengikuti
kb karena berbagai
alasan diantaranya
faktor ekonomi
31,7%, faktor dan
menjaga jarak
kehamilan 58,5%
2. 22,0% alasannya
adalah karena takut
efek samping dari
KB,34,1% tidak tahu,
3. Kurang dari 50%
pendapatan keluarga
kurang dari
2.550.000
4. Sebagian ada juga
yang remaja yang
mengabiskan
rokok/bungkus dalam
sehari dengan
presentasi 18,4%
Data subjektif
1. Banyak ibu
mengatakan bahwa
ingin punya anak
banyak
2. Banyak ibu
mengatakan bahwa
tidak cocok terhadap
kb yang digunakan
3. Banyak keluarga
86

yang mengatakan
bahwa ingin
menggunakan Kb
yang alami dan yang
aman saja
Observasi:
1. Banyak keluarga
yang tidak mengikuti
program 2 anak
cukup
2. Banyak keluarga
yang memiliki anak
dengan jarak
kelahiran yang dekat
D. Prioritas Masalah

No Masalah Keperawatan 1 2 3 4 5 6 Total Ranking


1 Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan 6 4 6 3 3 5 27 2
RT 02 desa tarai bangun kecamatan
tambang
2 Perilaku kesehatan cendrung beresiko RT 8 4 7 3 6 5 33 1
02 desa tarai bangun kecamatan tambang

1
Keterangan

1. Kesadaran masyarakat terhadap masalah

2. Motivasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah

3. Kemampuan perawat untuk mempengaruhi atau memberi solusi

4. Tersedianya keahlian untuk menyelesaikan masalah kesehatan

5. Keparahan atau keseriusan masalah yang dihasilkan jika tidak diselesaikan

6. Kecepatan masalah dapat diselesaikan

Kriteria nilai :

1-3 = Rendah

4-6 = Sedang

7-10 = Tinggi

E. DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan di RT 02 desa tarai bangun
kecamatan tambang
2. Perilaku Kesehatan Cendrung Beresiko di RT 02 desa tarai bangun
kecamatan tambang

1
99

FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (RENPRA) KOMUNITAS

DI Rt 02 DESA TARAI BANGUN KECAMATAN TAMBANG

2020

N Diagnosa Tujuan Strategi Intervensi Evaluasi


o Keperawatan Kriteria Standar
Ketidakefektifan Tujuan jangka Pendidikan 1. Penyuluhan tentang Respon verbal 80% masyarakat
pemeliharaan kesehatan panjang : kesehatan pentingnya dapat mengetahui
di Rt 02 desa tarai Setelah dilakukan pemeliharaan tentang pengolahan
bangun. tindakan keperawatan kesehatan PHBS, sampah dan indikator
diharapkan masalah kesling, cuci tangan kesehatan ligkungan.
pemeliharaan kesehatan dengan sabun,
di Rt 02 desa tarai senam lansia
bangun menjadi efektif (Minggu, 20 maret
2020) pj: kader
Tujuan jangka PHBS
pendek: Proses kelompok Respon verbal
setelah dilakukan 2. Meningkatkan dan afektif Kelompok wanita
tindakan kepearawatan kelompok wanita dibentuk dapat
diharapkan : wisata sentosa bertanggung jawab
1. Pengetahuan dan aktif terhadap
keluarga tentang Jadi PR tugasnya dan 80 %
pentingnya masyarakat
pemeliharaan
kesehatan
meningkat 3. Bekerja sama dengan
2. Keluarga ketua rw 02 dalam 1. Respon
mampu Partnership melakukan psikomotor
menerapkan perlombaan rumah 2. Respon 80 % warga ikut
perilaku hidup sehat. kognitif dalam kegiatan
100

bersih dan sehat. 3. Respon


afektif
4. Melakukan Pelatihan
tanaman obat.
(, 20 maret 2020) Respon afektif 80% kader posyandu
dan psikomotor dan pokjakes ikut
5. Penanaman TOGA serta dalam pelatihan
bersama Masyarakat
Respon afektif
dan psikomotor

6. Mengajarkan
manfaat tanaman 90% masyarakat di
mengetahui tentang
7. Gotong royong Respon afektif TOGA dan mampu
dan psikomotor membuat TOGA di
rumah

80% warga ikut


dalam kegiatan
gotong royong
1

3 Perilaku kesehatan Tujuan jangka Pendidikan kesehatan 1. Penyuluhan Respon afektif 90% remaja
cenderung beresiko RW panjang : tentang mengetahui tentang
02 desa tarai bangun Setelah dilakukan Penyalahgunaan penyalahgunaan
kecamatan tambang tindakan keperawatan NAPZA NAPZA dan bahaya
diharapkan masalah 2. Memberikan merokok serta bahaya
defisiensi kesehatan di penkes tentang seks pada remaja
Rt 02 desa tarai bangun bahaya merokok
dan kesehatan
Tujuan jangka reproduksi.
101

pendek:
setelah dilakukan 80% remaja di rt 02
tindakan keperawatan Proses kelompok 3. Membentuk Respon verbal desac tarai bangun
diharapkan : kelompok remaja dan afektif aktif dalam kelompk
1. Anak remaja masjid remaja yang dibentuk
mampu dan aktif dalam segala
bersosialisasi kegiatan di
dengan teman masyarakat
sebayanya dan
melakukan
segala kegiatan Ketua pemuda ikut
positif Partnership 4. Mengadakan 1. Respon serta dalam
perlombaan psikomotor mengaktifkan
keagamaan. 2. Respon kelompok remaja di
5. Bekerja sama kognitif RW 02
dengan ketua 3. Respon
pemuda di RW afektif
02 untuk
membentuk
organisasi untuk
kalangan remaja
di RW 02

Respon afektif 80% kader pokjakes


Pemberdayaan 6. Bekerja sama dan ketua pemuda ikut
masyarakat dengan serta dalam organisasi
organisasi remaja
pemuda
Organisasi pemuda di
v 7. Melakukan Respon afektif RW 02 ikut serta
Intervensi keperawatan pemeriksaan dan psikomotor berperan aktif dalam
professional kesehatan untuk pelaksanaan program.
102

remaja

Anda mungkin juga menyukai