Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN CCSA 1 KOMUNITAS RW 01 RT 01 KELURAHAN

AGROWISATA KECAMATAN RUMBAI


PROVINSI RIAU

OLEH:
KELOMPOK 1
NAMA NIM
1. AGRA ABILIO : 163010053
2. ANDI IRAWAN : 163010054
3. ASTI WINDA WATI : 163010056
4. AULIA MUSTIKAWATI : 163010057
5. CYNTIA CLARA : 163010059
6. DWI NUR CANDRA : 163010060

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas adalah suatu bidang dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan aktif masyrakat serta mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu. Sarana keperawatan komunitas
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai suatu
kesatuan yag utuh melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi
kehidupan secara optimal, sehingga dapat mandiri dalam kesehatannya.
Praktik komunitas yang didasarkan atas sintesa dari praktik kesehatan
komunitas bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat
dalam melakukan upaya pencegahan, peningkatan dan mempertahankan
kesehatan. (Mubarak, 2005).
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
dan rehabilitasi, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan masyarakar sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan ( Depkes RI, 2006). Pada
tahun 1992 dalam pertemuan The Earth Summit Riode Janeiro Brazil dan
dilanjutkan pada tahun 2012 pada pertemuan itu yang membahas dan
mengevaluasi perkembangan sehingga terfokuskan terhadap permasalahan isu
lingkungan global sehingga terbentuk konsep The Sustainable Development
Goals (SDGs) (Bappenas, 2015).
Tujuan praktek keperawatan komunitas dapat dicapai melalui proses
keperawatan yang merupakan serangkaian tindakan untuk menetapkan,
merencanakan, dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka
membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya secara
optimal. Fokus praktek keperawatan komunitas adalah meningkatkan
kesehatan komunitas dan mencegah terjadinya masalah kesehatan komunitas.
Wujud peran serta masyarakat dapat berupa terbentuknya institusi atau
lembaga atau organisasi kemasyarakatan seperti Usaha Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM), Pusat Pelayanan Terpavdu (POSYANDU), Pusat
Pembinaan Terpadu (POSBINDU), Tanaman Obat Keluarga (TOGA),
Lembaga Swadaya Masyarakat bidang kesehatan, dana seperti dana sehat
(Depkes RI, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian data yang dilakukan mahasiswa Program
Studi S1 Keperawatan STIKes Keperawatan Payung Negeri di RW 01 di
Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai terhadap 130 KK yang terdiri dari
600 jiwa, dilaksanaakn mulai tanggal 8 April sampai tanggal 14 April 2019
ditemukan berbagai masalah resiko meningkatnya angka penyakit akibat
ketidaktahuan anggota keluarga di Kelurahan Agrowisata yang memicu
terjadinya penyakit hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit lainnya. Upaya
pemecahan masalah dilakukan bersama-sama dengan masyarakat khususnya
dengan pengurus RT 01, RT 02, dan RT 03 di RW 01 pada LKMM 1 di RW
01 Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan komunitas di
RW 01 Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi hasil pengumpulan data masyarakat.
b. Merumuskan masalah kesehatan dan memberikan gambaran analisa
data yang sesuai dengan masalah kesehatan yang telah disusun.
c. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dengan masalah
kesehatan yang akan ditemukan dan diprioritaskan.
d. Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan penyusunan rencana
tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisannya diantara lain, yaitu:
1. Kota dan Provinsi
Penulisan laporan hasil kegiatan ini dapat menjadi gambaran
umum kondisi kesehatan masyarakat di Kota Pekanbaru khususnya RW
01 Keluraha Agrowisata Kecamatan Rumbai, sehingga dapat menjadi
bahan dalam menyusun dan mengembangkan kebijakan atau rencana.
2. Pihak Puskesmas
Laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan bahan atau data untuk
menyusun program kerja di bidang kesehatan dimasa yang akan datang.
3. Institusi Pendidikan
Laporan hasil kegiatan ini menjadi alat untuk mengembangkan
program pelaksanan profesi pelaksanaan keperawatan komunitas.
4. Masyarakat
Laporan hasil kegiatan ini dapat dihjadikan acuan dan pedoman
dalam melaksanakan setiap kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat yang terdapat di RW 01 Kelurahan Agrowisata Kecamatan
Rumbai.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep keperawatan komunitas


1. Konsep SDG’s
Konsep pemabngunan berkelanjutan yang telah disepakati pada
tahun 1987 oleh the brundtland commission of the united nations. Berikut
ini definisi dari pembangunan yang berkelanjutan. “sustainable
development is development that’s meets the needs of the present without
compromising theability of future generatons to meet their own needs”
Dalam pengertian diatas memaparkan bahwa pembangunan yang
berasaskan kelastarian dimana memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
berdampak terhadap kebutuhan dimasa akan dating. Pada tahun 2006
dalam pertemuan the world summit menyepakati terhadap 3 pilar yang
utama, berikut ini gambar 2.1 mengenai 3 pilar tersebut,

Gambar 2.1. Konsep Sustainable Development. (Sumber : United Nations


2008).
Rockstrom, dalam griggs (2012) menyatakan bahwa, pembangunan
yang berkelanjutan memiliki 6 aspek yang perlu dicapai dalam dunia
global, antara lain : thriving lives and livehoods (kehidupan yang sehat
dan layak), sustainablefood security (keamanan dan ketahanan pangan),
secure sustainable water (sumber air bersih), universal clean energy
(energy yang aman ), healthty and productive ecosystem ( ekosistem yang
produktif dan sehat) governance for sustainable societies (kebijakan yang
berpihak terhadap komunitas). Berikut ini disajikan pada gambar 2.2
ilustrasinya mengenai pembangunan yang berkelanjutan terhadap aspek
economy, society, and earth’s life support system.
Profil sustainable development, the millennium development goals
(MDGs) merupakan agenda program internasional yang telah berjalan
selama 15 tahun yang telah disepakati oleh Negara-negara anggota PBB
(united nations) dan akan berakhir pada tahun 2015. Berikut ini gambar
2.3 mengenai focus meteri atau kajian MDGs sebagai program
internasional yang dimulai sejak tahun 2015 II(bambang, 2006).

Boox 1 : The Millennium Development Goals (MDGs)

1. Eradicate extreme poverty and hunger


2. Archieve universal primary education
3. Promote gender equality and empoer women
4. Reduce child mortality
5. Improve maternal health
6. Combating HIV/AIDS, malaria, and other diseases
7. Ensure environment sustainability
8. Develop a global partnership for development

Gambar 2.3 fokus materi atau kajian MDGs sebagai program


internasional.
pada tahun 1992 dalam pertemuan the earth summit dilanjutkan
pada tahun 2012 pada pertemuan the earth summit yang membahas dan
mengevaluasi perkembangan sehingga terfokuskan terhadap permasalahan
isu lingkunagn global sehingga terbentuk konsep the sustainable
development goolds (SDGs). Berikut ini gambar 2.4 mengenai konsep
SDGs sebagai program internasional penmgganti MDGs pada akhir tahun
2015.
Gambar 2.4 concep of sustainable development
Berdasarkan hasil dari pertemuan tersebut Negara anggota united
nations. Total 30 anggota OWG (open working grup) telah diberikan
Mandad untuk menyiapkan proposal dalam rangka perkembanmgan
program SDGs. Pengembangannya berdasarkan 3 komponen dimensi
dalam pembangunan berkelanjutan (social, environmental, economic)
dalam keseimbangan arah perkembangannya (bappenas).
Laporan hasil dari pengkajian anggota OWG (open working grup)
akan dibahas pada pertemuan ke 68 ( the 68th session of the assembvly)
pada bulan September 2013-september 2014 untuk pertimbangan dan
keputusannya. ,the OWG uses a constituency based system of
repsentation, which means that most of the seats in the working group are
shared by several countries. Berikut ini gambar .5 mengenai agenda/ isu
yang akan dibahas dalam menyusun konsep SDGs sebagai program
international pengganti MDGs pada akhir tahun 2015 ( bappenas).
Berdasarkan hasil dari pertemuan tersebut, menyepakati 10 prinsip
bahwa SDGs dengan asas “ inclusive and transparent intergovernmental
processopen to all stakeholders, with a view to developing global
csustainable development goals to be agred by the general assembly.
Berikut ini 10 prinsip yang harus tercantum dalam pertimbangan
SDGs.
a. Must be based on agenda 21 and the Johannesburg plan of
implementation.
Menjadi dasar pertimbangan yang menetapkan bahwa agenda 21
da rencana implementasi dari renacna johgannesburg yang telah di
sepakati sebelumnya sehingga nilai-nilai yang sudah tertanam tetapi
dilanjutkan.
b. Mustfully respect all the rio principles.
Menyatakan program SDGs harus mengindahkan pada
perjanjian dan kesepakatan terhadap prinsip.
c. Must be consistent with international law
Mengenai konsistensi terhadap peraturan international yang
menjadi bagian hokum international
d. Must build upon commitment already made
Perihal komitmen yang telah dibuat sebelumnya, hal ini
menunjukkan komitmen terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah
dibuat sebelum SDGs dibentuk.
e. Must contribute to the full implementation of the outcome of all major
summits in the oconomic, social and environmental fields.
Mengenai kontribusi terhadap aspek yang menyeluruh dari hasil
implementasi seluruh aspek utama yaitu ekonomi, social dan
liungkungan
f. Must focus on priority areas for the achievement of sustainable
development, being guided by the outcome document.
Merupakan pemberian prioritas utama untuk meraih
keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan sebagai bantuk aturan
dari hasil dokumen program international.
g. Must address and incorporate in a balanced way all three dimensions
of sustainable development and their interlinkages
Harus diarahkan dan berhubungan denagn keseimbangan dari
ketiga komponen pembangunan berkelanjutan
h. Must be coherent with and integrated into the united nations
development agenda beyond 2015.
Harus berkesinambungan dan terintegrasi kedalam agenda
pembangunan PBB
i. Must not divert focus or effort from the achievement of the
millennium development goals.
Harus tidak bertolak belakang dari pencapaian tujun MDGs
sebelumnya karna SDGs merupakan bentuk evaluasi dari MDGs
j. Must include active involment of all relevant stakeholders, as
appropriate, in the process.
Mengenai keterlibatan seluruh stakeholder yang berkaitan
sebagai pihak yang menyelenggarkan bahkan dalam prosesnya.
2. Konsep kepersawatan komunitas
a. Defenisi keperawatyan komunitas
Komunitas merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan massyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat,
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitative secara menyeluruh dan terpadu, d tujukan pada individu
eluarga kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh
melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya
(rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat, dalam Depkes RI,
2007).
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan
professional kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
adalam pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan yang optimal
melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan layanan kesehatan yang di butuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitradalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Mubarak, 2009).
Falsafah keperawatan komunitas mengju pada falsafah atau
paradigma keperawatan secara umum yaitu manusia, kesehatan
komunitas yaitu model neuman, tan, lingkungan dan kleperawatan.
Salah satu model dari keperawatan sebagai gabungan dinamik dari
variabel fisiologi, sosiokultural, perkembangan spiritual. Dalam
keperawatan komunitas terdapat 5 strategi intervensi keperawatan :
1) Proses kelompok yaitu kegiatan dalam kelompok
2) Pendididkan kesehayan yaitu dengan memberikan penyuluhan,
kampanye, penempelan poster dan penyebaran leaflet.
3) Intervensi keperawatan professional yaitu bentuk pelayanan
keperawatan yang langsun g di berikan pada klien termasuk terapi
modalitas.
4) Kemitraan atau kerja sama yaitu menjalin kerja samna baik lintas
program maupun lintas sector sehinngga meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
5) Pemberdayaan masyarakat yaitu melibatkan masyarakat dalam
intervensi.
b. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahab dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut :
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan kelompok dalam konteks komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap ksehatan seluruh masdyarakat
dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhu keluarga, individu dan
kelompok.
3) Selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
a) Mngidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
b) Menetapkan masalah kesehatan dan memproiritaskan
masalah tersebut.
c) Merumuskan serta memecahkan masalah tersebut
d) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
e) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang
mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan
kemampuan dalam memelihara kesehatan secara ,mandiri
(self care).
c. Model keperawatan komunitas
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan professional
yang pada praktiknya memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk
menyelesaikan atau mengatasi fenomena yaitu penyimpangan dalam
kebutuhan dasar komunitas. Terdapat berbagai macam model
konseptual keperawatan yang di kembangkan oleh para ahli di
antaranya sebagai berikut :
1) Model keperawatan dari Florence netingel (1859), menekankan
pengaruh lingkungan terhadap klien yang di kenal dengan
istilah environmental model
2) Model konseptual dari H.E.peplau (1952) menekan pada
hubungan perawat secara interpersonal.
3) Model konseptual dari Virginia Henderson (1966) dikenal
dengan need based model atau aktivitas hidup sehari-hari
(activity dialy living model).
4) Model konseptual dari Martha rogers (1977) dikenal dengan the
science off unitary human being.
5) Model konseptual dari doro thea orem (1971) dikenal dengan
istilah keperawatan mandiri atau self care theory ofnursing.
6) Model konseptual dari king (1971) model ini dikenal dengan
model system.
7) Model konseptual dari betty neuman (1972) di kenal dengan
system model of nursing atau healt care system model.
8) Model konseptual dari I.J.Orlando (1972) dikenal dengan istilah
the dynamic nurse patient relationship.
9) Model konseptual dari R.Calista roy (1976) dikenal dengan
istilah adaptation model of nursing.
10) Model konseptual dari jhonson, menekankan pada pendekatan
system.
11) Model konseptual dari madelaynanger (1978) dikenal dengan
cultural care theory.
12) Model kondeptual dari jean wathson (1979) dikenaal dengan
istilah teori of nursing.
13) Model konseptual dari nola pender (1982) dikenal dengan nama
healt promotion model.
Sebagai seorang petugas kesehatan, khususnya seorang ahli
dxalam kesehatan masyarakat,m perlu diperhatikan bahwa tidak
semua model konmseptual keperawatan yang ada daapat di terapkan
pada tatanan pelayanan praktik kkeperawatan di komunitas. Hal ini
dikarenakan masing-masing model mempunyai kekurangan dan
kelebihan, serta keunikan tersembunyi bila dilihat dari keempat
konsep daalam paradigma keperawatan komunitas yang di terapkan
di Negara Indonesia yaitu Indonesia, lingkungan, masyarakat,
kesehatan dan keperawatan.
d. Prinsip keperawatan komunitas
Beberapa prinsip dalam melaksanakan keperawatan komunitas
antara lainsebagai berikut :
1) Kemanfaatan
Intervensi atau pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi komunitas.
2) Otonomi
Dalam keperawatan kimunitas masyarakat diberikan
kebebasan untuk melakukan atau memilih alternative baik yang
disediakan
3) Keadilan
Hal ini menegaskan bahwa upaya atau tindakan yang
dilakukan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas.

e. Falsafah keperawatan komunitas


Falsafah keperawatan komunitas pandangan mendasar
tentang hakikat manusia dan esensi keperawatan yang menjadi
kerangka dasar dalam praktik keperawatan. Perawatan komunitas
merukakam pelayanan yang memberikan perhatian terhadap
pengarub lingkungan baik biologis, psikologis, soaial, cultural dan
spiritual terhadap kesehatan komunitas.bertolak dari pandangan ini
disusunlah paradigm keperawatan komunitas yang terdiri dari
komponen dasar, yaitu manusia, kesehatan, lingkungan dan
keperawatan.
f. Peran keperawatan komunitas
1) Pendidik ( educator)
Perawat dapat memberikan informasi yang memu ngkinkan klien
membuat pilihan dan mempertahankan autonomy nya.
2) Advokat
Peraawat memberikan pembelaan kepada klien yang tidak adapat
untuk dirinya
3) Menajemen khasus
Memberikan pelayanan kesehatan ysng bertujuan menyediakan
pelaytanan kesehatan yang berkualitas.
4) Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan
rumah sakit atau anggota kesehatan untuk mencapai kesehatan
yang optimal
5) Panutan
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan
sebagai individu keluarga dan masyarakat.

Konferensi di otawa yang diselenggarakan pada tahun 1986


berfokus pada kesehatan komunitas, yang dokenal sebagai
kebijakan public yang dikenal dengan chart for health promotion.
Dalam konferensi tesebut di sepakati 9 persyaratan untuk sehat
yaitu perdamaian, perumahan, pendidikan, pangan, pendidikan,
pendapatan, ekosistem, ketersediaan sumber, keadilan social, dan
pemerataan. 5 area kegiatan yang interdependen sebagai berikut :
a) Membangun kebijakan public sehat disemua sector
b) Menciptakan lingkungan yang mendukung
c) Memperkuat pembrdaytaan dan mendorong sendiri danmemberi
dukungan social
d) Mengembangkan ketarampilan social agar bertanggung jawab
terhadap kesehatan dirinya.
e) Mengorientasikan kembali pelayanman kesehatan melalui
prpmosi kesehatan.

Koferensi keempat yang dilakukan di jalkarta tahun 1997


menghasilakm Jakarta deklarasi yang member 5 prioritas kesehatan
yaitu :
a) Peningkatan tanggung jawab social terhadap kesehatan
b) Peningkatan investasi untuk pengem,bangan kesehatan
c) Konsolidasi dan perluasan kemitraan untuk kesehatan
d) Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemberdayaan individu
e) Penga,manan infrastruktur dalam promosi kesehatan.

Praktik keperawatan komunitas di indonesia memiliki beberapa


dasar hukum, yaitu: UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, PP no. 32
tahun 1996, dan SKMenkes no. 647 tahun 2000 tentang registrasi praktik
keperawatan. Praktik keperawatan merupakan tindakkan mandiri perawat
profesional melalui kerjasama dengan tim kesehatan lain dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya ( Mubarak,2006).
Pusat kesehatan masyarakat sebagai bentuk pelayanan komunitas
program yang komprehensif dalam upaya meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan, pendidikan dan managemen serta koordinasi
asuhan keperawatan dalam komunitas. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan komunitas dapat dilakukan pada :
a. Lingkungan sekolah atau kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi : pendidika
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan dan pendidikan seksual.
Selain itu, perawat sekolah dapat memberikan keperawatan pada kasus
darurat, seperti ISPA maupun infeksi virus, setelah itu dilakukan
rujujukan ke pelayanan kesehatan.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerja di
pusat kesehatan okupasi dalam gedung perusahaan. Perawat
mengembangkan program dengan tujuan :
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi
jumlah kejadian kerja.
2) Menurukan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular antara pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
dan pendidikan kesehatan.
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Perawatan kesehatan rumah merupakan bentuk pelayanan yang
dilakukan dirumah. Lembaga ini memberikan perawatan kesehatan
dengan melakukan kunjungan rumah atau saat ini di kenal dengan home
care (Mubarak,dkk,2006 ).
3. Konsep Desa Siaga
a. Pengertian Desa Siaga
Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan
kesehatan dari sebelumnya bersifat sentralistik dan top down menjadi
lebih partisipitif dan bottom up. Berdasarkan keputusan menteri
kesehatan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa Siaga , Desa Siaga merupakan desa yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah – masalah kesehatan,
bencana, dan kegawatdaruratan secara mandiri.
Desa siaga adalah suatu konsep peran serta dan pemberdayaan
masyarakat di tingkat desa, di sertai dengan pengembangan kesiagaan
dan kesiapan masyarakat untuk memelihara kesehatannya secara
mandiri. Desa yang dimaksud disini dapat berarti kelurahan atau nagari
atau istilah – istilah lain bagi kesatuan masyarakat hokum yang
memiliki batas – batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesi.
Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem disuatu desa yang
bertanggungjawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri,
dibawah bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan dua orang
kader desa. Di samping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus desa
untuk mendorong peran serta masyarakat dalam program kesehatan
seperti imunisasi dan posyandu (Depkes,2006).
Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah
terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap
pemasalahan kesehatan diwilayahnya. Selanjutnya, secara khusus
pengembangan desa siaga (Depkes,2006).
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan.
2. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
3. Meningkatkanya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Meningkatkanya kesehatan lingkungan didesa (Bappenas) suatu desa
dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut
(Depkes,2006):
a. Memiliki satu orang tenaga bidan yang menetap didesa tersebut
dan sekuarang – kurangnya dua orang kader desa.
b. Memiliki minimal satu bangunan pos kesehatan desa (
Poskesedes) beserta peralatan dan perlengkapannya. Poskesdes
tersebut dikembangkan oleh masyarakat yang dikenal dengan
istilah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang
melaksanakan kegiatan – kegiatan minimal :
1. Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan berpotensi
menjadi kejadian luar biasa serta faktor – faktor resikonya.
2. Penanggulangan penyakit menular dan gizi berpotensi
menjadi KLB serta kekurangan gizi.
3. Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan.
4. Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.
5. Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi,
PHBS, penyehatan lingkungan dan lani-lain.
b. Sarana
Untuk menempuh strategi intervensi, sarana pengembangan desa
siaga dibedakan menjadi tiga :
1) Semua inidividu dan keluarga didesa yang diharapkan mampu
melaksanakan hdup sehat serta peduli dan tanggap terhadap
permasalaan kesehatan diwilayah desanya.
2) Pihak-pihak yang berbengaruh terhadap perubahan perilaku
individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif
bagi perubahan perlku.
3) Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijkan,
peraturan perundang-undangan, dana, tenaa, sarana, dan lain-lain,
seperti : kepala desa, camat, para pejabat terkait, swasta, para
donatur dan pemangku kepentingan lain.
c. Langkah-Langkah Pengembangan
Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan
membantu/mefasilitasi masyarakat untuk menjalani proses
pembelajaran melalui siklus atau pemecahan masalah yang
terorganisasi (pengorganisasian masyarakat) yaitu dengan menempuh
tahap-tahap :
1) Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah dan sumberdaya
yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.
2) Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif
pemecahan masalah.
3) Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak,
merencanakan dan melaksanakannya.
4) Membantu, menegvaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya
yang telah dilakukan.
Secara garis besar langkah-langah pkok yang perlu ditempuh
adalah sebagai berikut :
a) Pengembangan tim petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum
kegiatan-kegiatan lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini
adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang berada
diwilayah puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas
administrasi. Persiapan pada petugas ini biasanya berbentuk
sosialisasi, pertemuan atau pe;atihan yang bersifat konsolidasi
yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Kelurahan (output)
dan langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan
fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim untuk
melakukan pendekatan kepada pemangku kepentnga
masyarakat.

b) Pengembangan tim dimasyarkat


Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para
petugas, tokoh masyarakat, serta masyarakat agar mereka tahu
dan mau bekerja sama dalam satu tim untuk mengembangkan
desa siaga. Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi
kepada para penentu kebijakan agar mereka mau memberikan
dukungan, baik berupa kebijakn atau anjuran serta resty aupun
dana atau sumberdana yang lain, sehingga pembangunn desa
siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan pendekatan
kepada tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka
memahami dan mendukung khususnya dalam membentuk opini
publik guna menciptakan iklim yang kondusif bagi
pengembangandesa siaga. Jadi, dukungan yang diharapkan
dapat berupa dukungan moral, finansial, atau dukungan
material, sesuai dengan persejuan masyarakat dalam rangka
pengembangan desa siaga. Jika didaerah tersebut telah terbentuk
wadah-wadah kegiatan masyarakat seperti konsil kesehatan
kecamatan atau badan penyantun puskesmas, lembaga
pemberdayaan desa, PKK, sera organisasi kemasyarakatan
lainnya, hendaknya lembaga ini diikutsertakan dala setiap
pertemuan dan kesepakatan.

c) Survey Mawas Diri (SMD) atau Telah Mawas Diri (TMD)


community self Survey (CCS) bertujuan agar pembuka
masyarakat mampu melakukan telah mawas dirinya untuk
desanya.Survey ini harus dilakukan oleh pembuka-pembuka
masyarakat setempat ada bimbingan tenaga kesehatan .Dengan
demikian,mmenjadi mereka sadar akan masala yang di hadapi
didesanya ,serta bankit iat dan tekat untuk mencari sulosinya
termasuk membangun poskedes sebagai upaya mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa.Untuk itu
sebelumnya perlu dilakukan pemilihan atau pembekalan
keterampilan bagi mereka.Keluaran atau output dan SDM ini
merupakan berupa identifikasi masalah-masalah kesehatan serta
daftar potensi di desa yang dapat di dayagunkan dalam
mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut,termasuk dalam
rangka membangun poskedes.
d) Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa
(MMD) ini adalah mencari alternatif penyelesaian masalah
kesehatan dan upaya membangun poskedes ,dikaitkan dengan
potensi yang di miliki desa.Disamping itu,juga unutuk
menyusun rencana jangka panjang pengembangan desa siaga
,inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari
tokoh masyarakat yang telah di sepakati penduduk
pengembangan Desa Siaga.Insiatif penyelenggaraan
musyawarah sebaiknya berasal dari tokoh masyarakat yang
telah sepakat mendukung pengembangan desa siaga.Peserta
musyawarah adalah tokoh-tokoh masyarakat ,termasuk tokoh-
tokoh perempuan dan generasi muda setempat .Bahkan sedapat
mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau
mendukung pengembangan Desa Siaga dan kelestarian (untuk
itu diperlukan advokasi).
Data serta temuan lain yang di peroleh pada saat SDM
disajikan ,utamany adalah masalah kesehatan,data
potensial,serta harapan masyarakat.Hasil pendataan tersebut di
musyawarahkan untuk penentuan prioritas dukungan dan
kotribusi apa yang dapat disumbangankan oleh masing-masing
individu/insitusi yang diwakilinya,serta langkah-langkah solusi
untuk pembangunan poskedes dan pengembangan masing-
masing Desa Siaga.
e) Pelaksanaan Kegiatan
Secara operasional pembentuk Desa Siaga dilakukan dengan
kegiatan sebagai berikut:
1) Pemilih pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan melalui
pertemuan khusus para pemimpin formal desa dan tokoh
masyarakat serta beberapa wakil masyarakat.Pemilihan
dilakukan secara musyawarah dan mufakat sesuai dengan
tatacara dan kriteria yang berlaku dengan fasilitas oleh
puskesmas.
2) Orientasi ,pelatihan kader desa siaga.
Sebelum melaksanakan tugasnya,kepada pengola dan
kader desa yang yeng telah ditetapkan perlu diberikan
orientasi atau pelatihan.Orientasi atau pelatihan dilaksanakan
oleh dinas kesehatan kabupaten atau kota sesuaian dengan
pedoman orientasi atau pelatihan yang beralaku .Materi
orientasi atau pelatiham mencakup kegiatan yang akan di
laksanakan di desa dalam rangka pengembangan desa siaga(
sebagimana telah dirumuskan dalam rencana operasional),
yaitu meliputi pengolaan desa siaga secara umum,
pembangunan dan pengolaan poskedes ,pengembangan dan
pengembangan UKBM lain,serta hal-hal yang penting terkait
seperti kehamilan dan persalinan sehat ,siap antara jaga
,keluarga sadra gizi ,posyandu ,kesehatan lingkungan
,pencegahan penyakit menular ,penyediaan air bersih dan
penyehatan lingkungan pemukiman ,kegawat darurutan
sehari-hari kesiap siagaan rencanaan ,kejadian luar biasa
.warung obat desa ,versifikasi pertanian tanaman pangan dan
permanfaatan pekarangan melalui tanaman obat keluarga atau
toga ,kegiatan surveilance ,PHS dan lain-lain.

3) Pengembangan poskesdes dan UKBM lain


Dalam hal ini, pembangunan poskesdes bisa
dikembangkan dari polindes yang sudah ada. Apabila tidak
ada polindes maka perlu dibahas dan dicantumkan dalam
rencana kerja tentang alternatif lain pembangunan poskesdes.
Dengan demikian diketahui bagaimana poskesdes tersebut
akan diadakan, membangun baru dengan fasilitas dari
pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donator,
membangun baru dengan swadaya masyarakat, atau
memodifikasi bangunan lain yang ada. Bila poskesdes sudah
berhasil diselenggarakan, kegiatan di lanjutkan dengan
membentuk UKBM yang di perlukan dan belum ada didesa
yang bersangkutan, atau memfasilitasi yang sudah ada tetapi
kurang atau tidak aktif.
4) Penyelenggaraan kegiatan desa siaga
Dengan adanya poskesdes, maka desa yang
bersangkutan telah dapat ditetapkan sebagai desa siaga.
Setelah desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan
pelaksanaan poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan
sistem surveilens berbasis masyarakat, pengembangan
kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan
bencana, pemberatasan penyakit menulardan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, penggalangan dana,
pembedaryaan masyarakat menuju KADARZI dan PHBS,
penyehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan dasar (bila
diperlukan) selain itu, diselenggarakan pula pelayanan
UKBM UKBM lain seperti posyandu dan lain-lain dengan
berpedoman kepada panduan yang berlaku. Secara berkala
kegiatan desa siaga dibimbing dan dipantau oleh puskesmas
yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan
dan pengembangan desa siaga selanjutnya secara lintas
sektoral.
5) Pembinaan dan peningkatan
Mengingat pernasalahan kesehatan sangat dipengaruhi
oleh kinerja sektor lain, serta adanya keterbatasan sumber
daya, maka untuk memajukan desa siaga perlu adanya
pengembangan jejaring kerja sama dengan sebagai pihak.
Perwujudan dan pengembangan jejaring desa siaga dapat
dilakukan dengan temu jejaring UKMB sebagai internal
didalam desa sendiri atau temu jejaring antar desa siaga
(minimal sekali dalam setahun). Upaya ini selain untuk
memantapkan kerja sama, juga diharapkan dapat
menyediakan wahana tukar menukar pengalaman dan
pemecahkan masalah-masalah yang diahadapi bersama. Yang
juga tidak kalah pentingnya adalah pembinaan jejring lintas
sektor, khususnya dengan program-program pembangunan
yang bersasaran desa.

Salah satu kunci keberhasilanda pelestarian desa siaga adalah


keaktifan para kader. Oleh karena itu dalam rangka pembinaan perlu
dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader
agar tidak drop out. Kader-kader yang memiliki motivasi
memuaskan kebutuhan sosial psikologinya harus diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk mengembangkan kreativitas. Sedangkan kader-
kader yang masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya,
harus dibantukan untuk memperoleh pendepatan tambahan, misalnya
dengan pemberian gaji atau intensif atau difasilitasi agar dapat
berwirausaha. Untuk dapat melihat perkembangan desa siaga, perlu
dilakukan pemantauan dan evaluasi. Berkaitan dengan itu kegiatan-
kegiatan didesa siaga perlu dicatat oleh kader, misalnya dalam buku
register UKBM (contohnya kegiatan posyandu dicatat dalam buku
register buku dan anak tingkat desa atau RIAU dalam sistem
informasi posyandu. Adupun peran jajaran kesehatan antara lain :
1) Peran Puskesmas
Dalam rangka pengembangan desa siaga, puskemas
merupakan ujung tombak dan bertugas ganda yaitu sebagai
penyelengaraan POONED dan penggerakan masyarakat desa,
puskesmas akan dibantu oleh tenaga fasilitator dari dinas
kesehatan kabupaten kota yang telah dilatih. Adapun peran
puskesmas adalah sebagai berikut:
a) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk
pelayanan obsetrik dan neonatal emergency dasar (PONED).
b) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim tingkat
kecamatan dan desa dalam rangka pengembangan desa siaga.
c) Memfasilitasi pengembangan desa siaga dan poskesdes.
d) Melakukan monitoring evaluasi dan pembinaan desa siaga.
2) Peran Rumah Sakit
Rumah sakit memegang peran penting sebagai sarana
rujukan dan pembinaan teknis pelayanan medik. Oleh karena itu,
dalam hal ini peran rumah sakit adalah Menyelenggarakan
bimbingan teknis medik, dalam rangka pengembangan
kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana.
3) peran dinas kesehatan
Sebagai pembina puskesmas dan rumah sakit, peran dinas
kesehatan kabupaten / kota meliputi :
a) Mengembangkan komitmen dan kerja sama tim di tingkat
kabupaten / kota dalam rangka pengembangan desa siaga.
b) Merevitalisasi puskesmas dan jaringannya sehingga mampu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar dengan baik,
termasuk PONED, dan pemberdayaan masyarakat.
c) Merevitalisasi rumah sakit sehingga mampu
menyelenggarakan pelayanan rujukan dengan baik, termasuk
PONEK dan promosi kesehatan di Rumah Sakit..
d) Merekrut / menyediakan calon-calon fasiitator untuk dilatih
menjadi fasilitator pengembangan desa siaga.
e) Menyelenggarakan pelatihhan bagi petugas kesehatan dan
kader.
f) Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku
kepentingan) tingkat kabupaten / kota dalam rangka
pengembangan desa siaga.
g) Bersama puskesmas melakukan pemantauan evaluasi dan
bimbingan teknis terhadap desa siaga.
h) Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian
desa siaga.
4) Peran Dinas Kesehatan Provinsi
Sebagai penyedia dan pembina rumah sakit dan dinas
kesehatan kabupaten / kota, dinas kesehatan provinsi berperan :
a) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim tingkat provinsi
dalam rangka pengembangan desa siaga.
b) Membantu dinas kesehatan kabupaten / kota mengembangkan
kemampuan melalui pelatihan-pelatihan teknis, dan cara-cara
lain.
c) Membantu dinas kesehatan kabupaten / kota mengembangkan
kemampuan puskesmas dan rumah sakit di bidang konseling,
kunjungan rumah dan pengorganisasian masyarakat serta
promosi kesehatan, dalam rangka pengembangan desa siaga.
d) Menyelenggarakan pelatihhan fasilitator pengembangan desa
siaga dengan metode kala karya (interrupted training).
e) Melakukan advokasi keberbagai pihak (pemangku
kepentingan) tingkat provinsi dalam rangka pengembangan
desa siaga.
f) Bersama dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan
pemantauan, evaluasi dan pembimbingan teknis terhadap desa
siaga
g) Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian
desa siaga
5) Peran Departemn Kesehatan
Sebagai aparatur tingkat pusat, departemen kesehatan
berperan dalam:
(1) Menyususn konsep pedoman pengembangan desa siaga, serta
mensosialisasikan dan menadvokasikan nya
(2) Memfasilitasi dan revitalisasi dinas kesehatan, puskesmas
rumah sakit, serta posyandu serta UKBM-UKBM lain
(3) Memfasilitasi pembangunan sistem surveilans, sistem
informasi/ pelaporan serta sistem kesiapsiagaan dan
penanggulangan kedaruratan bencana berbasis
kemasyarakatan.
(4) Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk tingkat desa
(5) Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT)
(6) Menyediakan dana dan dukungan sumber daya lain
(7) Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi
6) Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat
diukur dari tempat kelompok indikator, yaitu: input, proses, output,
dan outcome (Depkes, 2009)
1. Indikator input
a) Jumlah kader desa siaga
b) Jumlahh tenaga kesehatan di poskesdes
c) Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana
d) Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu
e) Tersedianya dana operasional desa siaga
f) Tersedianya data atau catatan jumlah kk dan jumlah
keluarganya
g) Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah
kesehatan yang dijumpai dalam warna yang sesuai
h) Tersedianya data atau catatan (jumlah bayi di imunisasi,
jumlah penderita kurang, jumlah penderita tb, malaria dll)
2. Indikator proses
a) Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, dua
buulan dan sebagainya)
b) Berfungsi/ tidaknya kader desa siaga
c) Berfungsi/ tidaknya poskesdes
d) Berfungsi/ tidaknya UKBM/ posyandu yang ada
e) Berfungsi/ tidaknya sistem penanggulangan
penyakit/masalah kesehatan berbasis masyarakat
f) Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan
PHBS
g) Ada/ tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari
masyarakat
3. Indikator output
a) Jumla persalinan dalam keluarga yang dilayani
b) Jumlah kunjungan neonatus (KN2)
c) Jumlah BBLR yang dirujuk
d) Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik di tangani
e) Jumlah balita Gakin umur 6-24 bulan yang mendapatkan
MP-ASI
f) Jumlah balita yang mendapatkan imunisasi
g) Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24
jam
h) Jumlah keluarga yang punya jamban
i) Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi
j) Jumlah keluaraga menggunakan garam berzodium
k) Adanya data kesehatan lingkungan
l) Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit
menular tertentu yang menjadi masalah setempat
m) Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina
4. Indikator outcome
a) Meningkatkan jumlah penduduk yang sembuh/ membaik
dari sakitnya
b) Bertambahnya jumlah penduduk yang sadar PHBS
c) Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
d) Berkurangnya jumlah balita yang gizi buruk
B. Asuhan keperawatan komunitas
Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk praktek
keperawatan komunitas professional yang sistematis dan komperhensif yang
berfokus pada individu, keluarga,, kelompok dan komunitas. Secara
keseluruhan melalui pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian,
diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan,
dan evaluasi keperawatan. Model keperawatan komunitas disususn
berdasarkan teori yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. beberapa
model yang berkembang dalam keperawatan komunitas yaitu: model adaptasi
roy, model save care orem, dan model health care system neuman (Zulfitri &
sabrian, 2009). Dibawah ini akan dijelaskan tahapan proses asuhan
keperawatan komunitas menurut neuman :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dan utama dalam proses asuhan
keperawatan komunitas. Pengkajian merupakan suatu proses berfikir
kritis terhadap kondisi keperawatan komunitas. Berikut ini akan
dipaparkan beberapa metode pengumpulan data komunikasi :
a. Winshield/ walking survey
Proses pengumpulan data dan informasi dengan menggunakan
indera mengenai kekuatan dan kelemahan komunitas. Metode ini
dilakukan dengan melihat gambaran wilayah dengan cara
mengelilingi seluruh lingkungan komunitas.
b. Observasi
Kegiatan pengumpulan data dengan melakukan observasi atau
pengamatan langsung tentang kehidupan suatu komunitas sehingga
dapat engetahui status kesehatan masyarakat lebih dalam lagi.
c. Wawancara
Metode ini dilakukan pada orang yang memiliki informasi
khusus seperti puskesmas, kelurahan, dan kelompok kesehatan yang
ada di daerah tersebut. Wawancara dilakukan secara mendalam
untuk mendapatkan seluruh informasi yang dibutuhkan.
d. Survey
Metode survey dilakukan dengan menyebarkan kuisioner
sehingga data status kesehatan dapat terkumpul dengan lengkap.
e. Focus Group Discussion (FGD)
Suatu metode pengumpulan data informasi yang sistematis
terhadap suatu masalah, issue,, program dari suatu kelompok
masyarakat, dimana merupakan kelompok kecil yang akan
mendiskusikan satu masalah. Kelompok bersifat homogen dan yang
terdiri dari 6 – 10 orang.
f. Literature Review
Mengumpulkan data dari berbagai literature kepustakaan.
g. Data sekunder
Mengumpulkan data berdasarkan hasil pencatatan atau
pelaporan yang dilakukan oleh suatu instan tertentu.
Tahapan kegiatan yang dilakukan pada proses pengkajian
adalah :
1) Mengumpulkan data dengan menggunakan berbagai metode
pengumpulan data.
2) Pengolahan data, dimulai dari mengklarifikasi data,
perhitungan persentasi dan tabulasi data dalam berbagai
bentuk diagram atau grafik.
3) Menginterpretasikan data atau menterjemahkan data sehingga
dapat menggambarkan masalah kesehatan masyarakat dan
kekuatan atau kelemahan masyarakat.
4) Menganalisa data yang telah diolah sehingga dapat
mengidentifikasikan atau merumuskan diagnose keperawatan
komunitas.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan merupakan hipotesis atau pernyataan
terhadap hasil akhir dari analisis dan sintesis data serta informasi yang
telah dikumpulkan mengenai komunitas (Ervin, 2002). Diagnose
keperawatan komunitas terdiri dari tiga bagian, yaitu gambaran masalah
yang merupakan respon atau kondisi masyarakat, faktor penyebab yang
berhubungan dengan masalah, serta tanda dan gejala yang mendukung
(Anderson & McFarlane, 2000).
Stanhope dan Lancaster (2004) menjelaskan terdapat tiga
komponen format diagnose keperawatan komunitas :
a. Risk of, masalah keperawatan spesifik atau resiko masalah kesehatan
di komunitas.
b. Among, komunitas atau klien spesifik yang akan diintervensi oleh
perawat komunitas.
c. Related to, yaitu gambaran karakteristik komunitas, meliputi
motivasi, pengetahuan, keterampilan serta faktor lingkungan.
Karakteristik lingkungan meliputi budaya, fisik, psikososial dan
politik.

Jenis diagnose keperawatan :

1) Sehat atau wellness atau potensial


Komunitas merupakan potensi untuk ditingkatkan, belum ada data
maladaptive atau paparan masalah kesehatan.
2) Ancaman resiko
Belum terdapat pemaparan masalah kesehatan, namun sudah
ditemukan beberapa data maladaptive yang memungkinkan timbulnya
masalah atau gangguan.
3) Nyata atau actual
Gangguan atau masalah kesehatan sudah timbul didukung dengan
beberapa data maladaptive.

3. Perencanaan
Perencanaan merupakan komponen kunci dalam praktek
keperawatan komunitas, dimana dalam perencanaan terdapat suatu
hubungan vital antara pengkajian dan diagnose keperawatan disatu sisi
dan evaluasi disisi lain (Ervin, 2000). Tiga tahap kegiatan dalam proses
perencanaan :
a. Menentukan prioritas masalah atau diagnose keperawatan
komunitas dalam menentukan prioritas masalah keperawatan,
masing-masing criteria diberikan skor 1-10 kriteria tersebut adalah :
1) Kesadaran komunitas terhadap masalah.
2) Motivasi komunitas dalam menyelesaikan masalah atau
pengelola masalah dengan baik.
3) Kemampuan perawat untuk mempengaruhi atau memberikan
solusi penyelesaian masalah.
4) Keparahan atau keseriusan masalah yang dihasikan jika tidak di
selesaikan.
5) Kecepatan masalah dapat diselesaikan.
b. Menetapkan tujuan dan criteria evaluasi.
c. Tujuan alam tindakan keperawatan terdiri dari tujuan umum dan
tujuan khusus.
Tujuan umum atau jangka panjang merupakan tujuan akhir
yang akan dicapai setelah tindakan keperawatan komunitas
diselesaikan, dimana mengacu pada penyelesaian masalah
(problem). Tujuan khusus atau jangka pendek merupakan tujuan
tindakan keperawatan yang mengacu pada penyelesaian etiologi.
Criteria evaluasi adalah acuan atau criteria dari tingkat
pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan. Criteria merupakan
respon masyarakat yang diharapkan sebagai acuan tercapainya suatu
tujuan (kognitif, afektif, psikomotor). Standar adalah target minimal
tingkat pencapaian tujuan sebagai penentu tingkat keberhasilan
intervensi yang dilakukan.
d. Menetapkan intervensi atau perencanaan keperawatan komunitas
Intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan dan
direncanakan untuk memperkuat garis pertahanan. Pencegahan
primer digunakan untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten
(Anderson & McFarlane, 2000). Strategi intervensi keperawatan
komunitas adalah pendidikan kesehatan, proses kelompok,
kemitraan (Lintas program dan sektoral), dan pemberdayaan
masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2000).
Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam bentuk
kerjasama (partnersip) adalah suatu bentuk kerjasama secara aktif
antara perawat komunitas, masyarakat, maupun lintas program dan
sector terkait dalam mengambil keputusan dalam upaya
penyelesaian masalah yang ditemukan di masyarakat. Bentuk
kegiatan yang dilakukan adalah melalui kegiatan kolaborasi dan
negosiasi. Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam bentuk
proses kelompok adalahh suatu bentuk intervensi keperawatan
komunitas yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat
melalui pembentukan kelompok atau support sosial yang lainnya
sesuai dengan keburuhhan dan kondisi yang ada di komunitas.
Pembentukan kelompok di masyarakat menggambarkan adanya
minat dan kebutuhan baik secara kelompok maupun individu serta
menunjukkan adanya hubungan antara klien dengan sistem sosial di
masyarakat. Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam
bentuk pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan dalam
rangka upaya promotif dan preventif dengan cara melakukan
penyebaran informasi dan peningkatan motivasi masyarakat untuk
berperilaku hidup sehat (Stanhope & Lancaster, 2010).
Strategi intervensi lainnya dalam keperawatan komunitas
adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat (Empowerment), yaitu
suatu kegiatan keperawatan komunitas melalui pelibatan masyarakat
secara aktif dalam rangka penyelesaian masalah yang ditemukan di
masyarakat. Masyarakat bukanlah sebagai objek melainkan sebagai
subjek dalam rangka menyelesaikan suatu masalah tertentu.

4. Implementasi
Implementasi merupakan bentuk tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan intervensi atau rencana yang telah disusun
sebelumnya. Dalam mengimplementasi, seorang perawat sebagai agen
perubahan harus memperlihatkan kemampuan berkomunikasi baik secara
verbal maupun tulisan, mempunyai gaya kepemimpinan yang visioner
dan keterampilan mengelola komplik. Implementasi dapat berhasil
dengan baik apabila ada keterlibatan dari tokoh masyarakat dan dukungan
dari media (Ervin, 2002).

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu pengukuran terhadap keberhasilan
asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi juga dapat berupa umpan
balik dari komunitas terhadap intervensi keperawatan komunitas
(Anderson & McFarlane, 2000) menurut Ervin (2002) evaluasi
merupakan ukuran informasi yang sistematik mengenai aktivitas,
karakteristik, dan hasil akhir dari suatu program.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Persiapan
Asuhan keperawatan komunitas di RW 01 kelurahan Agrowisata
kecamatan Rumbai dilaksanakan pada tanggal 8-13 April 2019 dilakukan
dalam beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan pengkajian,
tahap penyampaian hasil pengkajian, menganalisa data, menegakan diagnosa
keperawatan, tahap perencanaan, tahap implementasi dan tahap evaluasi.
Tahap persiapan dilaksanakan dari tanggal 6-7 April 2019, dimana
kelompok melakukan survey tempat dan mempersiapkan tempat sebagai
posko kelompok 1, lalu tahap pelaksanaan pengkajian dilaksanakan pada
tanggal 8-10 April 2019. Jumlah KK yang ada di RW 01 130 KK
pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling. Teknik
stratified random sampling merupakan cara pengambilan sample secara acak
dari populasi dimana setiap RT di ambil acak sesuai dengan jumlah populasi
KK dimasing-masing RT, pada RT 01 di ambil jumlah KK yang menjadi
sample 40 KK, kemudian dilakukan pengimputan data pada tanggal 11 April
2019 untuk selanjutnya mencari masalah dengan melakukan tahap analisa
data pada tanggal 12 April 2019. Pada tanggal 14 April 2019 dilakukan
penyampaian hasil pengumpulan data dalam kegiatan Loka Karya Mini
Masyarakat 1 ( LKMM 1) dan sekaligus melakukan penyusunan rencara
kegiatan yang akan dilakukan.
B. Pelaksanaan Pengkajian
Tahap ini di mulai dari memperbanyak angket yaitu sebanyak 40 angket
dan kemudian disebarkan pada masyarakat dengan mendatangi setiap rumah
dan melakukan wawancara secara langsung pada tanggal 08 – 10 April 2019
pada setiap keluarga yang bertujuan untuk mendapatkan data yang
berhubungan dengan masyarakat. Jumlah angket yang berhasil di kumpulkan
mahasiswa berjumlah 40 angket. Berdasarkan hasil dari pengumpulan data di
RW 01 RT 01 kelurahan Agrowisata kecamatan Rumbai di dapatkan data-data
sebagai berikut :
1. Data Geografi
Batas-batas wilayah RW 01 RT 01 kelurahan Agrowisata
kecamatan Rumbai dari hasil winshield survey adalah sebagai berikut :
Utara :
Selatan :
Timur :
Barat :
Tempat ibadah yang ada disekitar RW 01 RT 01 di antaranya
adalah
2. Data Demografi
a. Data Umum
1. Data Demografi Berdasarkan Wilayah RT
Diagram 3.1
Distribusi Frekuensi KK di tiap RT Wilayah di RW 01 RT 01
Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa dari 130 KK


dengan
Data Demografi Berdasarkan Pendidikan
Diagram 3.2
Distribusi Frekuensi Pendidikan KK di Wilayah RW 01 RT
01
Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai

2. Data Demografi Berdasarkan Agama


Diagram 3.3
Distribusi Frekuensi Agama KK di Wilayah RW 01 RT 01
Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai

Agama

10%

islam
kristen
52%
38% hindu
3. Data Demografi Berdasarkan Suku
Diagram 3.4
Distribusi Frekuensi Suku di Wilayah RW 01 RT 01
Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai

Suku

12%
30% jawa
batak
melayu
58%

4. Data Demografi Berdasarkan Pekerjaan


Diagram 3.5
Distribusi Frekuensi Pekerjaan KK di Wilayah RW 01 RT 01
Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai
b. Keadaan Lingkungan
1. Data Demografi Berdasarkan Kepemilikan Rumah
Diagram 3.6
Distribusi Frekuensi Kepemilikan Rumah di Wilayah RW 01
RT 01 Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai

perumahan
0%

33% milik sendiri


kontrak
sewa bulanan
60%
7% lain lain

2. Data Status Tipe Rumah Warga


Diagram 3.7
Distribusi Status Tipe Rumah Warga di Wilayah RW01 RT01
Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai

JENIS BANGUNAN
0%

13%

permanen
semi permanen
non permanen

87%
3. Data Keadaan Lantai Rumah Warga
Diagram 3.8
Distribusi Lantai Rumah Warga di Wilayah RW 01 RT 01
Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai

LANTAI RUMAH
0% 0%

25%
semen
tanah
0% keramik
kayu
lain-lain
75%

4. Data Demografi Berdasarkan Membuka Jendela Setiap Hari


Diagram 3.9
Distribusi Frekuensi Membuka Jendela Setiap Hari di
Wilayah RW 01 RT 01 Kelurahan Agrowisata Kecamatan
Rumbai

membuka jendela

10%

ya
tidak

90%
5. Data Demografi Berdasarkan Atap Rumah
Diagram 3.10
Distribusi Frekuensi Atap Rumah di Wilayah RW 01 RT 01
Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai

ATAP RUMAH
0%

30% genteng
ijuk
seng

0% asbes
lain-lain
0% 70%

6. Data Demografi Keadaan Ventilasi Rumah


Diagram 3.11
Distribusi Frekuensi Keadaan Ventilasi Rumah di Wilayah
RW 01 RT 01 Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai

VENTILASI RUMAH
0%

ada
tidak ada

100%
7. Data Demografi Berdasarkan Penerangan Rumah di Malam Hari
Diagram 3.12
Distribusi Frekuensi Penerangan di Wilayah di RW 01 RT 01
Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai

PENERANGAN MALAM
0%

lampu listrik
lampu minyak

100%

8. Data Demografi Berdasarkan Sumber Air Minum


Diagram 3.13
Distribusi Frekuensi Sumber Air Minum di Wilayah RW 01
RT 01 Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai

0% 0%
sumber air
0% 0% 0% 0%
PAM
PAH
sumur dengan cincin
sumur tanpa cincin
50% 50%
kolam
air galon
sumur bor
lain lain
9. Data Demografi Berdasarkan Apakah Air Diperoleh dengan
Mudah
Diagram 3.15
Distribusi Frekuensi Apakah Air Diperoleh dengan Mudah di
Wilayah RW 01 RT 01 Kelurahan Agrowisata Kecamatan
Rumbai

memperoleh air

30% mudah

sulit sepanjang
tahun
0% sulit jika musim
70% kemarau

10. Data Demografi Berdasarkan Pengelolaan Air


Diagram 3.16
Distribusi Frekuensi Pengelolaan Air Minum di Wilayah RW
01 RT 01 Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai

pengelolaan air

langsung
diminum dimasak
50% 50%

disaring
0%
11. Data Demografi Berdasarkan Sumber Air MCK
Diagram 3.17
Distribusi Frekuensi Sumber MCK di Wilayah RW 01 RT 01
Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai

sumber air mck


0%
0%
0%0%
0%
0%
PAM
PAH
sumur cincin
sumur tanpa cincin
kolam
air galon

100% sumur bor


lain lain

c. Data Pelayanan Kesehatan


1. Data Demografi Fasilitas Kesehatan Yang Digunakan
Diagram 3.26
Distribusi Frekuensi Fasilitas Kesehatan Yang Digunakan
Keluarga Di Wilayah RW 01 Kelurahan Agrowisata
Kecamatan Rumbai

fasilitas kesehatan
0%

13% puskesmas
bidan
12%
balai pengobatan
0% 50%
rumah sakit

25% praktik dokter


lain lain
d. Status Sosial Ekonomi Keleuarga
1. Data Demografi Sumber Penghasilan Di Keluarga
Diagram 3.27
Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Keluarga Diwilayah
Keluarahan Diwilayah RW 01 Kelurahan Agrowisata Kecamatan
Rumbai

Sumber Penghasilan Keluarga


ayah anak ibu lain lain

0%

5%
13%

82%

2. Data Demografi Pendapatan Keluarga


Diagram 3.8
Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Keluarga Diwilayah RW 05
Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai

Pendapatan Keluarga
<Rp.2.550.000 >Rp.2.550.000

45%

55%
2. Data Demografi Pendapatan Keluarga Mencukupi Dalam Kebutuhan
Sehari-hari
Diagram 3.29
Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga diwilayah RW 05
Kelurahan Agrowisata Rumbai

Pendapatan Keluarga mencukupi


tidak
0%

ya
100%

3. Data Demografi Yang Dilakukan Oleh Keluarga Untuk Mencukupi


Kebutuhan RT
Diagram 3.30
Distribusi Frekuensi Pendapatan Keluarga diwilayah RW 05
Kelurahan Agrowisata Rumbai
Cara Mencukupi Kebutuhan RT
meminjam uang menggadaian barang
berhutang diwarung lain lain

0%
0%
13%

87%

e. Politik dan Pemerintahan


1. Data demografi salah satu anggota keluarga ikut aktif dalam organisasi
Diagram 3.31
Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Ikut Aktif Dalam
Organisasi Di Wilayah RW 01 KelurahanAgrowisata Kecamatan
Rumbai

Aktip Organisasi
ya tidak

25%

75%

2. Data demografi berdasarkan jenis organisasi yang di ikuti


Diagram 3.32
Distribusi Frekuensi Jenis Organisasi Yang Di Ikuti Di Wilayah
RW 01 KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
Jenis Organisasi yang Di Ikuti
pkk posyandu ikatan remaja karang taruna lain lain

0% 0% 0%

30%

70%

3. Data demografi berdasarkan yang tidak mengikuti


Diagram 3.33
Distribusi frekuensi jika tidak mengikuti diwilayah RW01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai

tidak ikut organisasi


tidak sempat malas tidak tertarik lain lain

0%

25%

13% 62%

4. Data demografi berdasarkan sumber informasi tentang kesehatan


Diagram 3.34
Distribusi frekuensi sumber informasi kesehatan di wilayah RW 01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
informasi kesehatan
media elektronik petugas kesehatan kader
media cetak dari teman lain lain
0% 0% 0% 0%

25%

75%

5. Data demografi mengatasi masalah


Diagram 3.35
Distibusi frekuensi keluarga mengatasi masalah diwilayah RW01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai

Mengatasi Masalah RT
musyawarah kelurga marah marah didiamkan saja lain lain

0%0%
0%

100%

6. Data demografi berdasarkan jenis transfortasi yang dimiliki keluarga.


Diagram 3.36
Distribusi frekuensi jenis transfortasi yang dimiliki keluarga
diwilayah RW 01 Kelurahan Agrowisata Kecamatan Rumbai
transportasi
mobil sepeda sepeda motor tidak punya lain lain

5% 0%

15% 0%

80%

7. Data demografi berdasarkan jika tidak pernah


Diagram 3.37
Distribusi frekuensi tidak pernah reakreasi diwilayah RW01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai

Transportasi Pribadi lain-lain


0%

ojek
37%
oplet
50%
bus
13%

8. Data demografi berdasarkan jenis rekreasi yang dilakukan


Diagram 3.39
Distribu frekuensi jenis rekreasi yang dilakukan diwilayah RW01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
jenis rekreasi
jalan-jalan ke tempat rekreasi
kumpul bersama keluarga di rumah
jalan-jalan ke mall

25%
35%

40%

-
9.Data distribusi berdasarkan dampak positif yang diberikan reakreasi
Diagram 3.40
Distribusi frekuensi dampak positif yang diberikan rekreasi diwilayah
RW01 KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai

Dampak Positif Rekreasi


ya tidak

28%

72%

10. Data demografi berdasarkan anggota keluarga yang sakit


Diagram 3.41
Distribusi frekuensi anggota keluarga yang sakit diwilayah RW01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
Anggota keluarga
ada tidak ada

30%

70%

12. Data demografi berdasarkan penyakit yang dialami


Diagram 3.42
Distribusi frekuensi penyakit yang dialami diwilayah RW01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai

Jenis Penyakit
batuk pilek diare campak
demam berdarah demam berdarah gatal-gatal
cacar typus lain-lain

12%
25%

25%
13%

0% 25% 0% 0%
0%

13. Data demografi berdasarkan apakah batuk lebih dari 2 minggu


Diagram 3.43
Distribusi frekuensi apakah batuk lebih dari 2 minggu diwilayah
RW01 KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
Batuk Lebih Dari 2 Minggu
ya tidak

12%

88%

14. Data demografi berdasarkan apakah pernah minum obat TBC


Diagram 3.44
Distribusi frekuensi apakah pernah minum obat TBC diwilayah
RW01 KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai

Obat TBC
ada tidak ada

0%

100%

15. Data demografi berdasarkan jenis penyakit kronis yang diderita


Diagram 3.45
Distribusi frekuensi jenis penyakit kronis diwilayah RW01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
Jenis Penyakit Kronis

hipertensi (darah tinggi)

25% jantung

0%
rematik
0%
0%
diabetes mellitus(kencing
0%
manis)
TBC
75%
asam urat

16. Data demografi berdasarkan mengkonsumsi obat hipertensi


Diagram 3.46
Distribusi frekuensi apakah mengkonsumsi obat hipertensi di
wilayah RW01 KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai

OBAT HIPERTENSI
ya, rutin tidak pernah ya, kadang-kadang

38% 37%

25%

17. Data demografi berdasarkan apakah ada anggota keluarga yang


memiliki keterbatasan fisik
Diagram 3.47
Distribusi frekuensi anggota keluarga yang memiliki keterbatasan
fisik diwilayah RW01 KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai

KETERBATASAN FISIK
ada tidak ada

0%

100%

18. Data demografi berdasarkan apakah memiliki jaminan kesehatan


Diagram 3.48
Distribusi frekuensi jaminan keterbatasan diwilayah RW01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai

JAMINAN KESEHATAN
ada tidak ada

25%

75%

19. Data demografis berdasarkan apakah jenisjaminan kesehatan


Diagram 3.49
Distribusi frekuensi jenis jaminan kesehatan diwilayah RW01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai

JENIS JAMINAN
BPJS KIS Jamkesda Asuransi Lain-Lain

0%
0%
13%

12%

75%

20. Data demogrfis berdasarkan anggota keluarga yang merokok


Diagram 3.50
Distribusi frekuensi anggota keluarga yang merokok diwilayah RW01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai

Kebiasaan Merokok
ya kadang-kadang tidak

13%

12%

75%

21. Data demografis berdasarkan anggota keluarga yang melakukan


aktifitas teratur
Diagram 3.51
Distribusi frekuensi anggota keluarga yang melakukan aktifitas
teratur diwilayah RW01 KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai

AKTIVIITAS TERATUR
ada tidak ada

25%

75%

22. Data demografis berdasarkan anggota keluarg yang mengkonsumsi


buah tiap hari
Diagram 3.52
Distribusi frekuensi anggota keluarga yang mengkonsumsi buah tiap
hari diwilayah RW01 KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai

23. Data demografis berdasarkan keluarga mencuci tangan sebelum makan


Diagram 3.53
Distribusi frekuensi keluarga mencuci tangan diwilayah RW01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
CUCI TANGAN
selalu jika mau saja kadang-kadang

25%

0%

75%

24. Data demografis berdasarkan program KB


Diagram 4.54
Distribusi frekuensi program KB diwilayah RW01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai

25. Data demografis berdasarkan alasan mengikuti KB


Diagram 3.55
Distribusi frekuensi alasan mengikuti KB diwilayah RW01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
-

26. Data demografis berdasarkan dimana memperoleh KB


Diagram 3.56
Distribusi frekuensi dimana memperoleh KB diwilayah RW01
KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
-
27. Data demografis berdasarkan keluhan saat menggunakan KB
Diagram 3.57
Distribusi frekuensi keluhan saat menggunakan KB diwilayah
RW 01 KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
-

28. Data demografis berdasarkan alasan tidak mengikuti KB


Diagram 3.58
Distribusi frekuensi alasan tidak mengikuti KB diwilayah
RW01 KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
-

29. Data demografis


Diagram 3.59
Distribusi frekuensi diwilayah RW01 KelurahanAgrowisata
Kecamatan Rumbai
-

30. Data demografis


Diagram 3.60
Distribusi frekuensi diwilayah RW01 KelurahanAgrowisata
Kecamatan Rumbai
-
31. Data demografis berdasarkan berapa kali sehari memeriksakan
kehamilan saat ini
Diagram 3.61
Distribusi frekuensi berapa kali memeriksa kehamilan saat ini
diwilayah RW01 KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
-
32. Data demografis berdasarkan berapa kali ibu mendapat imunisasi
Diagram 3.62
Distribusi frekuensi berapa kali ibu mendapat imunisasi
diwilayahRW01 KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
-
33.Data demografi berdasarkan informasi kesehatan kehamilan
Diagram 3.63
Distribusi frekuensi informasi kesehatan kehamilan diwilayah
RW01KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
-
34. Data demografis berdasarkan sumber informasi
Diagram 3.64
Distribusi frekuensi sumber informasi diwilayah
RW01KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
-
35.Data demografis berdasarkan masalah yang dialami ibu hamil
Diagram 3.65
Distribusi frekuensi yang dialami ibu hamil diwilayah
RW01KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
-
36. Data demogrefis berdasarkan penolong persalinan
Diagram 3.67
Distribusi frekuensi penolong persalinan diwilayah
RW01KelurahanAgrowisata Kecamatan Rumbai
-

Anda mungkin juga menyukai