Anda di halaman 1dari 16

Korelasi Antara Kemiskinan dengan Tingkat Kesejahteraan

Sosial dan Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Tsaqifa Nurul Maghfira


Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro
Jl. Prof Sudharto, S.H, Kampus Tembalang Semarang --50275
Email : tsaqifa.nurul10@gmail.com

Abstract
Public health problems mainly include infectious diseases, disorders caused
by malnutrition, environmental pollution, as well as problems with medicines,
food and cosmetics that do not meet health requirements. Thus, the existence of
health problems in the community also causes a decrease in social welfare in the
community.
Keywords : poorness, welfare, health, society

1. Pendahuluan
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global
yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia guna mengakhiri
kemiskinan, mengakhiri kesenjangan dan mealindungi lingkungan. SDGS ini
berisi 17 tujuan dan 169 target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2020.1
Dari 17 tujuan SDGs ini saya lebih memilih masalah kesehatan yang baik dan
kesejahteraan alasan saya memlilih tujuan ini untuk dibahas lebih lanjut karena
saya rasa masalah kesehatan yang baik dan kesejahteraan ini sangat perlu dibahas
lebih dalam lagi untuk menemukan apa saja masalah yang ada di kesehatan
sehingga menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia menjadi
menurun. Dengan adanya pembahasan itu, saya juga ingin mengulas apa saja
solusi yang dapat dilakukan untuk masalah ini dari berbagai pihak yang terkait.

1
https://www.sdg2030indonesia.org/ (diakses pada 26 November 2020, Pukul 05.27 WIB)
Sampai dengan akhir abad 20 kemiskinan masih menjadi beban dunia.
Nampaknya isu kemiskinan akan terus menjadi persoalan yang tidak akan pernah
hilang di dunia ini. Dunia meresponnya dengan menyepakati suatu pertemuan
pada September 2000 yang diikuti oleh 189 negara dengan mengeluarkan
deklarasi yang dikenal dengan The Millenium Development Goals (MDG’s).2
Perbedaan antara MDGs dan SDGs, pada dasarnya MDGs dan SDGs punya
persamaan dan kesamaan tujuan yang sama. Yakni, SDGs melanjutkan cita-cita
mulia MGDs yang ingin konsen menanggulangi kelaparan dan kemiskinan di
dunia. Namun, dokumen yang disepakati pimpinan dunia pada tahun 2000
tersebut habis pada tahun 2015. Para pemimpin dunia merasa agenda Millenium
Development Goals perlu dilanjutkan, sehingga muncul sebuah dokumen usulan
bernama sustainable development goals.3
Dengan berakhirnya era MDGs yang berhasil mengurangi penduduk miskin
dunia hampir setengahnya. Selanjutnya saat ini memasuki era SDGs (sustainable
development goals), yang dimulai dengan pertemuan yang dilaksanakan pada
tanggal 25-27 September 2015 di markas besar PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa), New York, Amerika Serikat.
Isu mengenai permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal) atau SDGs, yang
merupakan lanjutan dan penyempurnaan dari Tujuan Pembangunan Milenium
atau MDGs yang telah berakhir pada tahun 2015. Dua dari 17 tujuan SDG
menyangkut kesehatan tersebut terdiri dari 1) menjamin kehidupan yang sehat dan
mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia; 2) menjamin
ketersediaan dan manajemen air dan sanitasi bagi semua orang secara
berkelanjutan (Sustainable Development, 2016).4

2
Ishartono, dan Sartono Tri Rahajo. Sustainable Development Goals (SDGs) dan Pengentasan
Kemiskinan. Social Work Jurnal. Vol 6 (2). Hlm 159.
http://jurnal.unpad.ac.id/share/article/view/13198/6032 (diakses dan diunduh pada 26
November 2020, Pukul 04.49 WIB).
3
Wahyuningsih. 2017. Millenium Development Goals (MDGs) dan Sustainable Deveploment
Goals (SDGs) dalam Kesejahteraan Sosial. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol 11 (3). Hlm
395.
4
http://scholar.unand.ac.id/8813/2/bab%201.pdf (diakses pada 26 November 2020, Pukul 05.39
WIB)
Sektor kesehatan dalam SDGs sendiri, meliputi pada sebelumnya sektor
kesehatan pada MDGs terdapat 4 Goals, 8 Target, dan 31 Indikator. Sektor
kesehatan pada SDGs 4 Goals, 19 Target, dan 31 Indikator. Keempat Goals
tersebut berada pada posisi goals 2, 3, 5, dan 6. Penjelasan goals 2, 3, 5, dan 6,
sebagai berikut :
A. Goals 2 : Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan
meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan.
B. Goals 3 : menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan
bagi semua orang di segala usia. Selain itu, seluruh isu kesehatan diintegrasikan
dalam satu tujuan dan upaya pencapaiannya harus terintegrasi.
C. Goals 5 : Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh
wanita dan perempuan, antara lain seperti : adanya sunat perempuan (Female
Genital Mutilation), Akses kepada pelayanan reproduksi (termasuk KB), dan
tersedianya pendidikan dan informasi kesehatan seksual dan reproduksi pada
wanita dan remaja.
D. Goals 6 : menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang
berkelanjutan bagi semua orang. Perilaku hidup bersih dan sehat yang terkait
adalah akses kepada air bersih dan akses sanitasi dasar layak.5

5
Ermalena. 2017. Indikator Kesehatan SDGs di Indonesia. Diskusi Panel “Pengendalian
Tembakau dan Tujuan Pembangunan Indonesia.
2. Metode
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah
studi pustaka. Studi pustaka adalah menurut Nazir (2013, h. 93) teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku,
literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya
dengan masalah yang dipecahkan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh
dasar-dasar dan pendapat secara tertulis yang dilakukan dengan cara mempelajari
berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Selain itu, metode studi pustaka ini juga dapat didefinisikan sebagai cara
pengumpulan data bermacam-macam material yang terdapat di ruang kepustakaan,
seperti halnya koran, majalah, buletin, buku-buku, dokumen, dan sebagainya yang
relevan dengan penelitian (Koentjaraningrat, 1983: 420). Penelusuran lainnya
melalui browsing untuk mendapatkan sumber yang lain yang tersebar di dunia
maya.
Dengan kedua metode dan cara inilah, penulis akan mendapatkan berbagai
data dan fakta yang berkaitan dengan penulisan artikel ini. Setelah berbagai data
dan fakta telah berhasil ditemukan maka diolah dengan bantuan pendekatan yang
dipakai oleh penulisan artikel ini yaitu pendekatan kesejarahan dan sebagian kecil
ilmu kesehatan. Dengan cara itulah, dapat dirumuskan permasalahan yang muncul
terkait dengan Dampak adanya kesehatan yang baik bagi kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Selanjutnya, data dan fakta yang telah dipeoleh
sebelumnya disatukan untuk ditulis menjadi tulisan yang sistematis dan mudah
dipahami.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Isu Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan dalam SDGs
Secara letak astronomis, Indonesia terletak antara 6°LU (Lintang Utara)
sampai 11°LS (Lintang Selatan) dan juga antara 95°BT (Bujur Timur) sampai
141°BT (Bujur timur)6. Oleh karena itu, letak astronomis Indonesia merupakan
daerah yang memiliki iklim tropis. Kondisi ini menyebabkan Indonesia memiliki
2 (dua) musim yaitu hujuan dan kemarau. Masa peralihan inilah dari musim
kemarau ke musim hujan ataupun sebaliknya disebut dengan pancaroba. Pada
masa ini, banyak orang yang terkena penakit atau jatuh sakit. Sehingga, banyak
diantara mereka mengaku bahwa penyebabnya adalah daya tahan tubuh orang
tersebut menurun karena belum siap menghadapi pergantian musim yang terjadi.
Sehingga, dengan adanya penyakit tersebut akan mempengaruhi kesehatan
setiap individu. Selain mempengaruhi kesehatan juga akan berdampak pada
kesejahteraan setiap individu maupun kelompok masyarakat Indonesia. Yang
dimana akan terjadi seseorang menjadi tidak bekerja karena memiliki riwayat
penyakit yang mungkin bisa dibilang cukup parah, juga dengan tidak adanya
pelayanan kesehatan yang memadai di setiap wilayah Indonesia juga akan
berdampak pada kesejahteraan masyarakat di setiap wilayah tersebut.
Maka dari itu di negara berkembang seperti Indonesia ini, kesejahteraan
masyarakat sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk mendapatkan akses
pelayanan publik seperti pelayanan ekonomi, pelayanan kesehatan dan sebagainya.
Akan tetapi karena permintaan melebihi kemampuan pemerintah untuk memenuhi
maka timbul situasi "kekurangan" sehingga diperlukan suatu pengalokasian
pusat-pusat pelayanan publik pada masyarakat yang benar-benar optimal dalam
pemerataannya, baik dalam dimensi spasial maupun struktur sosial.
Sebagai negara dengan wilayah yang luas, pemerintah Indonesia memiliki
segudang tugas dan permasalahan. Tentunya harus diselesaikan terutama dalam
bidang kesehatan. Isu kesehatan menjadi masalah penting dalam pembangunan

Wlianto,
6
Ari. 2020. ”Pengaruh Letak Astronomis Indonesia”.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/03/131500869/pengaruh-letak-astronomis-indo
nesia?page=all (diakses pada 26 November 2020, pukul 11.54 WIB)
nasional sebab pengembangan kesehatan harus selalu diupayakan guna mencapai
tujuan negara.
Lalu, untuk mencapai tujuan SDGs yang terkait dengan menjamin kehidupan
yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua di segala usia, ada banyak
target yang harus dicapai hingga tahun 2030 mendatang, diantaranya yaitu
mengurangi rasio kematian ibu; mencegah kematian balita; mengakhiri epidemik
AIDS, malaria, dan TBC; mengurangi kelahiran prematur; program perencanaan
keluarga; penguatan dan pencegahan penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol;
dan sederet panjang target lainnya yang berhubungan dengan pembangunan di
bidang kesehatan.
Sayangnya, di Indonesia pelayanan kesehatan yang memadai belum dapat
dirasakan secara merata oleh semua masyarakat. Masih rendahnya kualitas dan
pelayanan kesehatan di Indonesia tercermin dari rendahnya anggaran kesehatan
per tahunnya. Anggaran kesehatan di Indonesia masih tergolong sangat kecil, baik
dari sisi pemerintah maupun sisi masyarakat. WHO merekomendasikan bahwa
setiap negara sebaiknya mengeluarkan 5% dari GDP-nya untuk pembiayaan
kesehatan (WHO, 2010).7
Masyarakat dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan penting
untuk menurunkan kemiskinan, meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi, jangka panjang. Sejarah membuktikan bahwa berhasilnya tinggal landas
ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat. Didukung oleh terobosan
dibidang kesehatan masyarakat, peningkatan gizi, dan pemberantasan penyakit.
Beberapa permasalahan nyata dialami oleh masyarakat di negara berkembang
antara lain gizi buruk yang menjadi ancaman bagi ketahanan pangan dan bukti
nyata kemiskinan.
Biasanya yang menjadi penderita gizi buruk adalah anak-anak usia balita.
Kasus gizi buruk menjadi antiklimaks dari kondisi di Indonesia. Sama-sama kita
ketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan limpahan sumber
daya alam yang berlimpah. Ironisnya, semua sumber daya alam itu seolah tidak

http://scholar.unand.ac.id/8813/2/bab%201.pdf (diakses pada 26 November 2020, Pukul 05.39 WIB).


7
memberikan manfaat nyata bagi rakyatnya dan hanya dinikmati segelintir orang
dan penguasa.
Belum lagi berbagai kasus seperti stunting, penyakit menular HIV/AIDS,
narkoba, serta kasus di tolaknya pasien untuk berobat di rumah sakit dengan
berbagai alasan. Dikutip dari bisnis.com data hasil litbangkes yang berskala
nasional sangat diperlukan untuk mengevaluasi program nasional, salah satunya
Riskesdas (Riset kesehatan dasar) dan BoD (Burden of Disease). Meskipun
Riskesdas 2018 menyatakan adanya penurunan angka stunting dari 37,2 % (2013)
menjadi 30,8%, angka tersebut masih lebih tinggi dari angka yang
direkomendasikan WHO yaitu 20%.8
Pada saat ini masalah kesehatan lingkungan banyak muncul di
wilayahwilayah perkotaan. Masalah kesehatan ini dapat ditinjau dari dua segi,
yaitu berbagai jenis penyakit yang timbul serta penyelenggaraan pelayanan
kesehatan baik untuk kegiatan pencegahan penyakit maupun pengobatan dan pemulihan
kesehatan (Dr. Dainur, 1995).
Pengenalan yang baik terhadap jenis penyakit serta perimbangan jumlah
penduduk dengan fasilitas pelayanan masyarakat merupakan hal yang penting.
Hal ini sejalan dengan kebijakan nasional tentang upaya kesehatan masyarakat,
yaitu dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, perlu ditingkatkan mutu
pelayanan rumah sakit, lembaga pemulihan kesehatan, pusat kesehatan
masyarakat serta lembaga kesehatan lainnya.
Selanjutnya, masih perlu ditingkatkan pula penyediaan dan pemerataan
tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya, serta penyediaan obat yang terjangkau
oleh rakyat. Di samping itu perlu terus ditingkatkan pengadaan, pemanfaatan
sarana dan prasarana kesehatan lainnya (Departemen Kesehatan R.I., 1985 di
dalam Santun Putika, 2002).
Salah satu tindakan yang dilakukan pemerintah sebagai penjabaran dari
kebijakan nasional di bidang kesehatan tersebut adalah dengan memperbanyak
jumlah Puskesmas. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan

https://ibtimes.id/prioritas-isu-kesehatan-di-indonesia/?__cf_chl_jschl_tk__=b5020 (diakses
8

pada 26 November 2020, pukul 04.28 WIB)


fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok (Departemen Kesehatan RI, 1992).
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek memaparkan agenda Sustainable
Development Goals (SDGs) dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas)
2016 di Jakarta, Kamis (31/3). Dalam sambutannya, Nila menjelaskan bahwa
pelaksanaan Millenium Development Goals (MDGs) telah berakhir pada 2015
lalu dan dilanjutkan dengan SGDs hingga 2030. SDGs menurut Nila lebih
menekankan pada 5P, yakni people (manusia), planet (planet), peace (perdamaian),
prosperity (kemakmuran), dan partnership (kerjasama). "Seluruh isu kesehatan
dalam SDGs diintegrasikan dalam satu tujuan, yakni tujuan nomor tiga, yang
menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang
di segala usia," kata Nila.9

Selanjutnya, Nila mengingatkan bahwa pembangunan sektor kesehatan untuk


SDGs sangat tergantung pada peran aktif seluruh pemangku kepentingan, baik
pemerintah pusat, daerah, parlemen, dunia usaha, media massa, lembaga sosial
kemasyarakatan, organisasi profesi dan akademisi, mitra pembangunan, dan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Menurutnya, guna mencapai kesuksesan dalam implementasi SDGs, maka


diperlukan internalisasinya ke dalam agenda pembangunan kesehatan nasional.
Indikator-indikator SDGs perlu diselaraskan ke dalam visi dan misi Presiden Joko
Widodo dan seluruh kepala daerah melalui penjabaran RPJMN, RPJMD, Renstra
Kementerian, dan Renstra Daerah.

Selain itu, Menteri Kesehatan Nila Moeloek juga menegaskan bahwa


pentingnya kesehatan sebagai awal dari kesejahteraan dan mengimbau masyarakat
untuk dapat menjaga kesehatan dengan mengutamakan perilaku
promotif-preventif dibandingkan kuratif. "Kita sendiri harusnya menjaga

https://kebijakankesehatanindonesia.net/25-berita/berita/2769-menkes-yakin-target-pembangunan
9

-kesehatan-bisa-tercapai (diakses pada 26 November 2020, pukul 07.05 WIB).


kesehatan kita, karena harus kita sadari dengan kita sehat, kita akan bisa
berpendidikan karena otak kita berkembang. Dan kalau otak kita berpendidikan,
kita akan sejahtera. Jadi kesehatan adalah hulunya," ujar Menkes usai peringatan
puncak Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-50 di Taman Mini Indonesia Indah
(TMII), Jakarta, Kamis.10

Meski demikian, Menteri Kesehatan (Menkes) mengatakan pemerintah tetap


memperkuat pelayanan kesehatan terutama fasilitas pelayanan kesehatan primer
seperti puskesmas sebagai tujuan awal pasien dalam sistem rujukan di BPJS
Kesehatan. "Jadi memang harus dimulai dari layanan primer. Yang memang harus
dirujuk (ke fasilitas kesehatan sekunder) nanti akan dirujuk," ujarnya. Akan tetapi,
Program BPJS Kesehatan saat ini telah diikuti oleh lebih dari 125 juta warga
Indonesia dengan 86,4 juta orang diantaranya merupakan penerima bantuan iuran
(PBI) yang preminya dibayarkan oleh pemerintah.

Presiden Joko Widodo kemudian memperluas program tersebut dengan


memasukkan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) kedalam program
Kartu Indonesia Sehat yang telah dibagikan kepada 400 ribu warga dari total 1,7
juta orang yang terdata. Sedangkan cakupan universal BPJS Kesehatan terhadap
seluruh warga Indonesia diharapkan terwujud pada tahun 2019.

3.2 Hubungan Kemiskinan dengan Kesejahteraan Sosial


Sehubungan dengan adanya isu kesehatan yang baik dan kesejahteraan dalam
SDGs di Indonesia. Sebenarnya, permasalahan yang paling utama dan yang paling
krusial di Indonesia sendiri itu adalah persoalan kemiskinan. Tentunya yang
dimana persoalan kemiskinan ini bukan lagi persoalan yang asing bagi
masyarakat Indonesia maupun pihak pemerintah Indonesia. Sehingga, dengan
munculnya persoalan kemiskinan ini secara tidak langsung juga akan berdampak
bagi kesejahteraan sosial dan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Meskipun demikian, masalah kemiskinan selalu aktual untuk dibahas. Sebab,
meskipun telah berjuang puluhan tahun untuk membebaskan diri dari kemiskinan,

10
https://www.kebijakankesehatanindonesia.net/25-berita/berita/2085-menkes-kesehatan-adalah-hu
u-kesejahteraan (diakses pada 26 November 2020, Pukul 04.26 WIB)
kenyataan menunjukkan bahwa Lrdonesia belum bisa melepaskan diri dari
belenggu kemiskinan ini. Aktualitas untuk mendiskusikan masalah kemiskinan ini
iuga mendapatkan momentumnya ketika belum lama ini (tanggal 3-5 Agustus
2005). Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan regional tingkat menteri untuk
membicarakan masalah "Tujuan Pembangunan Abad Milenium" atas Millenium
Darclopment Goals (MDGs). MDGs yang dicanangkan oleh Perserikatan
BangsaBangsa (PBB) pada akhir tahun 1999 memiliki delapan tujuan pokok,
namun demikian, inti dari tujuan pembangunan abad milenium tersebut adalah
untuk memerangi kemiskinan dengan meningkatkan derajat hidup orang miskin,
misalnya: meningkatkan pelayanan pendidikan dasar, meningkatkan kesetaraan
gender, mengurangi kematian anak, memperbaiki kesehatan ibu dan lain-Iain.11
Menurut BPS, seseorang atau individu yang pengeluarannya lebih rendah dari
Garis Kemiskinan maka seseorang atau individu tersebut dikatakan miskin.
Sedangkan, kemiskinan menurut Bappenas (2004) adalah kondisi dimana
seseorang atau sekelompok laki dan perempuan, yang tidak mampu memenuhi
hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat. Hak-hak dasar manusia tersebut, meliputi: terpenuhinya kebutuhan
pangan, sandang, kesehatan, pendidikan, pekerja, penunahan, air bersih,
pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan
atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
sosial politik.12
Ukuran utama kemiskinan atau kesejahteraan sosial masyarakat adalah
pendapatan perkapita. Padahal sebenarnya terdapat ukuran yang lebih baik untuk
menunjukkan kesejahteraan sosial masyarakat. Konsep standart hidup merupakan
salah satu cara yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan yang

11
Purwanto, Erwan Agus. 2007. Mengkaji Potensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk
pembuatan Kebijakan Anti Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol.
10 (3). Hlm 299.
12
Purwanto, Erwan Agus. 2007. Mengkaji Potensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk
pembuatan Kebijakan Anti Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol.
10 (3). Hlm 300.
menekankan pada pengeluaran agregat dari seluruh konsumsi barang dan jasa
yang dinilai dalam harga.13
3.3 Aspek yang Mempengaruhi Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan
Masyarakat
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2009,
kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya, dan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang
dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk
pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang
meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial. Dimana dalam penyelanggaraannya dilakukan atas dasar
kesetiakawanan, keadilan, kemanfaatan, keterpaduan, kemitraan, keterbukaan,
akuntabilitas, partisipasi, profesionalitas dan keberlanjutan.14
Terdapat berbagai perkembangan pengukuran tingkat kesejahteraan dari sisi
fisik, seperti Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia),
Physical Quality Life Index (Indeks Mutu Hidup), Basic Needs (Kebutuhan Dasar),
dan GNP/Kapita (Pendapatan Perkapita). Ukuran kesejahteraan ekonomi inipun
bisa dilihat dari dua sisi, yaitu konsumsi dan produksi (skala usaha). sedangkan,
dari sisi konsumsi maka kesejahteraan bisa diukur dengan cara menghitung
seberapa besar pengeluaran yang dilakukan seseorang atau sebuah keluarga untuk
kebutuhan sandang, pangan, papan, serta kebutuhan lainnya dalam waktu atau
periode tertentu.15
3.4 Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan Masyarakat

13
Marfuah, Idzaa. Kemiskinan dan Kesejahteraan. Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia.
14
Sari, Meri Ernita Puspita. 2018. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Hidup
Masyarakat Suku Laut Pulau Bertam Kota Batam. Jurnal Trias Politika. Vol 02 (2). Hlm.
140.
15
Sari, Meri Ernita Puspita. 2018. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Hidup
Masyarakat Suku Laut Pulau Bertam Kota Batam. Jurnal Trias Politika. Vol 02 (2). Hlm.
141.
Upaya yang mungkin dapat bisa digunakan dalam peningkatan kesejahteraan
sosial dan kesehatan masyarakat di Indonesia, antara lain :
(1) Peningkatan Lembaga Pelayanan Kesehatan
Peningkatan jumlah, mutu serta penyebaran institusi upaya kesehatan
terutama diarahkan bagi penduduk di daerah-daerah terpencil, pemukiman baru,
Perkebunan Inti Rakyat (PIR), transmigrasi dan perbatasan serta kelompok
masyarakat yang berpenghasilan rendah, baik di kota maupun di desa. Selain
pembangunan baru dilakukan juga perbaikan ringan atau berat secara bertahap
terhadap Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di dasarkan pada prioritas
setempat.
(2) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Peningkatan pelayanan KIA merupakan salah satu bentuk pelayanan
kesehatan dasar yang meliputi upaya pencegahan penyakit, perawatan, dan
pemulihan serta peningkatan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini merupakan
salah satu upaya yang cukup penting untuk menurunkan angka kematian bayi,
balita, dan ibu melahirkan.
Pelayanan KIA terutama dilaksanakan oleh tenaga bidan dan tenaga dukun
yang telah dilatih. Dalam tahun 1992/93 telah ditempatkan lagi 6.400 bidan atau
mengalami kenaikan sebesar 50,4% dari tahun 1991/92. Dengan demikian jumlah
keseluruhan tenaga bidan di desa sampai akhir tahun 1992/93 adalah sebanyak
19.400 orang.
(3) Pemeliharaan Kesehatan Usia Sekolah
Kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) ditujukan terutama untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan anak sekolah mulai dari SD
sampai dengan SMTA termasuk sekolah agama. Kegiatan pelayanan yang
diberikan antara lain meliputi penyuluhan kesehatan kepada anak sekolah melalui
pengembangan konsep dokter kecil, pemeriksaan kesehatan berkala, pemberian
bimbingan dan pedoman kepada guru tentang kesehatan, pemeliharaan kebersihan
lingkungan, dan perbaikan gizi termasuk pengawasan atas masing-masing sekolah.
Pada tahun 1992/93 jumlah sekolah yang dibina dalam kegiatan UKS mencakup
22.846 sekolah.
(4) Pelayanan Kesehatan Jiwa
Peningkatan dan perluasan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat
dilaksarakan dengan mengintegrasikan pelayanan kesehatan jiwa di Rumah Sakit
dan Puskesmas. Tujuannya adalah agar Puskesmas dapat menangani masalah
kesehatan jiwa yang terdapat di masyarakat dengan bimbingan dan pembinaan
dari Rumah Sakit. Pada tahun 1992/93 pelayanan kesehatan jiwa mencakup 145
Puskesmas dan 94 Rumah Sakit Umum di 20 provinsi atau sedikit lebih meluas
dari pelayanan tahun 1991/92. Salah satu kegiatan pelayanan ini adalah
mengadakan penjaringan gelandangan yang berpenyakit jiwa (psikotik) yang
dilaksanakan secara terpadu oleh berbagai instansi.
(5) Laboratorium Kesehatan
Peningkatan kemampuan pelayanan Laboratorium kesehatan diperlukan
untuk mendukung pelayanan kesehatan baik di Rumah Sakit maupun Puskesmas.
Dalam tahun 1992/93 telah dilaksanakan perluasan gedung, rehabilitasi sarana di
12 Balai Laboratorium Kesehatan (BLK), dan pengadaan alat-alat laboratorium
sebanyak 196 unit. Di samping itu juga dilaksanakan pendidikan dan latihan
teknis tenaga Laboratorium terdiri dari 149 orang dari BLK, 160 orang dari
Rumah Sakit dan 585 orang dari Puskesmas. Kegiatan tersebut di atas dilengkapi
dengan pemeriksaan dan pengambilan
4. Simpulan
Masalah gangguan kesehatan masyarakat terutama meliputi penyakit menular,
kelainan-kelainan yang disebabkan oleh kekurangan gizi, pencemaran lingkungan
hidup, serta masalah obat-obatan, makanan, dan kosmetika yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan. Sehingga, dengan adanya masalah gangguan kesehatan
pada masyarakat juga menyebabkan penurunan kesejahteraan sosial pada
masyarakat.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2009,
kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya, dan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang
dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk
pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang
meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial. Dimana dalam penyelanggaraannya dilakukan atas dasar
kesetiakawanan, keadilan, kemanfaatan, keterpaduan, kemitraan, keterbukaan,
akuntabilitas, partisipasi, profesionalitas dan keberlanjutan.
Upaya dalam peningkatan kesehatan masyarakat dan kesejahteraan sosial
masyarakat, anatara lain :
(1) Peningkatan Lembaga Pelayanan Kesehatan
(2) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
(3) Pemeliharaan Kesehatan Usia Sekolah
(4) Pelayanan Kesehatan Jiwa
(5) Laboratorium Kesehatan
Saya rasa upaya diatas mungkin dapat akan membantu baik pemerintah
maupun masyarakatnya dalam peningkatan kesehatan masyarakat dan
kesejahteraan sosial masyarakat Indonesia.
REFERENSI
Bab 25 Kesehatan dan Kesejahteraan sosial.
Ermalena. 2017. Indikator Kesehatan SDGs di Indonesia. Diskusi Panel
“Pengendalian Tembakau dan Tujuan Pembangunan Indonesia.
Ishartono, dan Sartono Tri Rahajo. Sustainable Development Goals (SDGs) dan
Pengentasan Kemiskinan. Social Work Jurnal. Vol 6 (2). Hlm 159.
http://jurnal.unpad.ac.id/share/article/view/13198/6032 (diakses dan diunduh
pada 26 November 2020, Pukul 04.49 WIB).
Marfuah, Idzaa. Kemiskinan dan Kesejahteraan. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Purwanto, Erwan Agus. 2007. Mengkaji Potensi Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) untuk pembuatan Kebijakan Anti Kemiskinan di Indonesia. Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 10 (3). Hlm 299.
Rinardi, Haryono. 2020. Perspektif Sosial Budaya dalam Perkembangan Sejarah
Kebangsaan Nasional. Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi. Vol 3
(2). Hlm 196.
Sari, Meri Ernita Puspita. 2018. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kesejahteraan Hidup Masyarakat Suku Laut Pulau Bertam Kota Batam.
Jurnal Trias Politika. Vol 02 (2). Hlm. 140-141.
Wahyuningsih. 2017. Millenium Development Goals (MDGs) dan Sustainable
Deveploment Goals (SDGs) dalam Kesejahteraan Sosial. Jurnal Bisnis dan
Manajemen. Vol 11 (3). Hlm 395.
Sumber Internet
Wlianto, Ari. 2020. ”Pengaruh Letak Astronomis Indonesia”.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/03/131500869/pengaruh-letak-
astronomis-indonesia?page=all (diakses pada 26 November 2020, pukul
11.54 WIB).
https://ibtimes.id/prioritas-isu-kesehatan-di-indonesia/?__cf_chl_jschl_tk__=b502
(diakses pada 26 November 2020, pukul 04.28 WIB).
https://www.sdg2030indonesia.org/ (diakses pada 26 November 2020, Pukul
05.27 WIB)
http://scholar.unand.ac.id/8813/2/bab%201.pdf (diakses pada 26 November 2020,
Pukul 05.39 WIB).
https://kebijakankesehatanindonesia.net/25-berita/berita/2769-menkes-yakin-targe
t-pembangunan-kesehatan-bisa-tercapai (diakses pada 26 November 2020,
pukul 07.05 WIB).
https://www.kebijakankesehatanindonesia.net/25-berita/berita/2085-menkes-kese
hatan-adalah-hulu-kesejahteraan (diakses dan diunduh pada 26 November
2020, Pukul 04.26 WIB).
https://m.mediaindonesia.com/read/detail/350381-menkeu-kita-harus-jaga-keseim
bangan-antara-kesehatan-dan-ekonomi (diakses dan diunduh pada Senin, 21
Desember 2020, Pukul 14.58 WIB).

Anda mungkin juga menyukai