Anda di halaman 1dari 9

SOSIOLOGI HUKUM KELOMPOK 3

“Kehidupan sehat dan sejahtera (Good Health and Well-Being)”

Dosen Pengampu

Diyas Widiyarti, S.Sos., M.A.

Disusun Oleh :

1. Suci Adelia Prihatiningsih D1F019018


2. Anisah Putri Dona D1F019020
3. Rendi Saputra D1F019025
4. Nur Muhammad Nasir D1F019035
5. Cecep Firmansyah D1F019045

FAKULTAS ILMU SOSIOAL & ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
UNIVERSITAS BENGKULU
BENGKULU
2021

1
DAFTAR ISI

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
SDGs adalah singkatan dari The Sustainable Development Goals yang artinya tujuan
pembangunan berkelanjutan (TPB). Jadi SDGs adalah kumpulan 17 tujuan global yang
ditetapkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Tujuannya sangat luas dan saling terkait
meskipun masing-masing memiliki target sendiri untuk dicapai. Kehidupan Sehat dan
sejahtera merupakan poin ke tiga dari Sustainable Development Goals (SDGs) yang menjadi
salah satu indikator dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan dengan 169 target capaian
yang telah disepakati dalam agenda pembangunan dunia dalm forum resolusi Perserikatan
Bangsa – Bangsa (PBB). Tujuan pembangunan berkelanjutan di poin ke tiga adalah
menjamin kesehatan dan kesejahteraan bagi seluruh penduduk di semua tingkat usia salah
satunya melalui perbaikan kesehatan ibu dan anak yang terjangkau dan efektif. Kehidupan
sehat dan sejahtera (Good Health and Well-Being). Isu kesehatan juga menjadi perhatian
utama dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Maka dari itu, kini tengah digalakkan
gaya hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia. Hidup sehat dan hidup di
lingkungan yang sehat merupakan idaman semua orang. Sebagaimana diamanatkan dalam
UUD 1945 Pasal 28H ayat (1) yaitu :

“setiap warga negara berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat, serta memperoleh pelayanan kesehatan”.
Seluruh isu kesehatan dalam SDGs diintegrasikan dalam satu tujuan yakni tujuan nomor 3,
yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di
segala usia. Terdapat 38 target SDGs di sektor kesehatan yang perlu diwujudkan. Selain
permasalahan yang belum tuntas ditangani diantaranya yaitu upaya penurunan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), pengendalian penyakit HIV/AIDS, TB,
Malaria serta peningkatan akses kesehatan reproduksi (termasuk KB), terdapat hal-hal baru
yang menjadi perhatian, yaitu: 1) Kematian akibat penyakit tidak menular (PTM); 2)
Penyalahgunaan narkotika dan alkohol; 3) Kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas;
4) Universal Health Coveragse; 5) Kontaminasi dan polusi air, udara dan tanah; serta
penanganan krisis dan kegawatdaruratan.

3
Fokus dari seluruh target tersebut antara lain gizi masyarakat, sistem kesehatan
nasional, akses kesehatan dan reproduksi, Keluarga Berencana (KB), serta sanitasi dan air
bersih. Pembangunan sektor kesehatan untuk SDGs sangat tergantung kepada peran aktif
seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah pusat dan daerah, parlemen, dunia usaha,
media massa, lembaga sosial kemasyarakatan, organisasi profesi dan akademisi, mitra
pembangunan serta Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Program yang diusung untuk mewujudkan SDGs dalam bidang kesehatan adalah
Program Indonesia Sehat dengan 3 pilar yakni paradigma sehat, pelayanan kesehatan dan
jaminan kesehatan nasional.

 Paradigma sehat merupakan sebuah pendekatan yang mengedepankan konsep


promotif dan preventif dalam pelayanan kesehatan dan menempatkan kesehatan
sebagai input dari sebuah proses pembangunan.
 Pelayanan kesehatan yang dilakukan dan diarahkan untuk peningkatan Akses dan
mutu pelayanan. Dalam hal pelayanan kesehatan primer diarahkan untuk upaya
pelayanan promotif dan preventif, melalui pendekatan continuum of care dan
intervensi berbasis risiko kesehatan baik dalam tatanan tata kelola klinis, tata kelola
manajemen dan tata kelola program.
 Jaminan Kesehatan Nasional, negara bertekad untuk menjamin seluruh penduduk dan
warga negara asing yang tinggal di Indonesia dalam pelayanan kesehatannya.

Disadari sepenuhnya bahwa kegiatan pembangunan apalagi yang bersifat non fisik dan
berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam jelas mengandung resiko terjadinya
perubahan ekosistem yang selanjutnya akan mengakibatkan dampak, baik yang bersifat negatif
maupun yang positif. Oleh karena itu, kegiatan pembangunan yang dilaksanakan seharusnya
selain berwawasan sosial dan ekonomi juga harus berwawasan lingkungan Kesehatan.

2. Argumentasi Dalam Kasus

Pendapat kami dari gaya kehidupan sehat dan sejahterah untuk semua usia dilihat dari
dari masyarakat dan lingkungan nya yang sehat, lingkungan sehat penentu dari kehidupan
sehat sejahtera apabila lingkungan tersebut memiliki air bersih dan berkecukupan air
dikatakan bersih apabila air itu jernih tidak berwarna juga memiliki rasa tawar ketika
diminum begitupun air yang bersih tidak memiliki bau aroma apapun, apabila air yang kita

4
konsumsi memiliki aroma tidak sedap berkemungkinan besar air tersebut telah tercampur
dengan bakteri.

Kehidupan sehat dan sejahtera: dengan adanya hidup sehat maka segala aktifitas
lainnya akan mudah di jalankan seperti bekerja, berfikir, dan hal-hal lainya. sehingga dengan
hidup sehat segala sesuatu tentang kondisi fisik, mental maupun perekonomian akan mudah
digapai, yamg artinya kesejahteraan pun tercapai.

Kehidupan sehat dan sejahtera menjadi indikator penting dalam tujuan pembangunan
berkelanjutan. Diketahui bahwa Sumber Daya manusia menjadi faktor yang mengambil andil
cukup besar dalam menentukan bagaimana pembangunan berkelanjutan suatu negara.
Individu yang memiliki pola kehidupan sehat dan sejahtera mampu menjadi SDM produktif
sehingga mampu menekan permasalahan² sosial yg marak terjadi di berbagai negara, baik
negara maju maupun negara berkembang. Inilah mengapa, isu kesehatan menjadi perhatian
utama dan harus sangat diperhatikan mengingat SDM memegang kunci penting bagaimana
kelanjutan pembangunan di suatu negara. Berdasarkan data (cari data) bahwa angka
kesehatan mental dan taraf kesejahteraan masyarakat masih rendah, menyebabkan......
sehingga perlu digalakkannya gaya hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua
usia.

Disebutkan "Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan". Poin ini diimplementasikan


dengan memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk
semua usia. Sejatinya, pembangunan ekonomi memiliki hubungan timbal balik dengan
kesehatan. Pembangunan ekonomi mempengaruhi kesehatan masyarakat, sebaliknya
kesehatan masyarakat juga mempengaruhi pembangunan ekonomi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Isi dan Analisa

Goal 3: Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages

Seluruh isu kesehatan dalam SDGs diintegrasikan dalam satu tujuan yakni tujuan
nomor 3, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua
orang di segala usia. Terdapat 38 target SDGs di sektor kesehatan yang perlu diwujudkan.
Selain permasalahan yang belum tuntas ditangani diantaranya yaitu upaya penurunan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), pengendalian penyakit HIV/AIDS, TB,
Malaria serta peningkatan akses kesehatan reproduksi (termasuk KB), terdapat hal-hal baru
yang menjadi perhatian, yaitu: 1) Kematian akibat penyakit tidak menular (PTM); 2)
Penyalahgunaan narkotika dan alkohol; 3) Kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas;
4) Universal Health Coverage; 5) Kontaminasi dan polusi air, udara dan tanah; serta
penanganan krisis dan kegawatdaruratan. Fokus dari seluruh target tersebut antara lain gizi
masyarakat, sistem kesehatan nasional, akses kesehatan dan reproduksi, Keluarga Berencana
(KB), serta sanitasi dan air bersih.

Pelayanan kesehatan yang dilakukan dan diarahkan untuk peningkatan Akses dan
mutu pelayanan. Dalam hal pelayanan kesehatan primer diarahkan untuk upaya pelayanan
promotif dan preventif, melalui pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko
kesehatan baik dalam tatanan tata kelola klinis, tata kelola manajemen dan tata kelola
program. Jaminan Kesehatan Nasional, negara bertekad untuk menjamin seluruh penduduk
dan warga negara asing yang tinggal di Indonesia dalam pelayanan kesehatannya.

Indonesia telah melaksanakan sistem jaminan kesehatan universal sejak 2014, dan pada Maret
2016, program jaminan kesehatan nasional (BPJS) telah diikuti oleh lebih dari 163 juta orang, dengan
63% premi peserta yang disubsidi.3 Pada 2016, Pemerintah Indonesia telah mengalokasikan 5%

6
anggaran kesehatan dari APBN.4 Namun, ketersediaan fasilitas perawatankesehatan dan tenaga
kesehatan berkualitas masih belum cukup, sehingga belum memungkinkan banyak orang untuk
menikmati hak kesehatan mereka sepenuhnya, khususnya mereka yang miskin dan tinggal di wilayah
terpencil. Saat ini terdapat 1.725 rumah sakit umum dan 503 rumah sakit khusus, yang mayoritasnya
adalah rumah sakit ibu dan anak, yang beroperasi di 34 provinsi di seluruh Indonesia, dengan proporsi
tempat tidur rumah sakit 1,12 per 1000 orang. Selain itu, hanya terdapat 9.908 dari 81.626
desa/kelurahan yang memiliki puskesmas, yang tersebar tidak merata antar provinsi, dengan jumlah
tertinggi berada di Jawa Barat (1.074 puskesmas) dan terendah di Kalimantan Utara (50 puskesmas).6
Indonesia juga tertinggal dalam rata-rata WHO untuk rasio dokter dan perawat, yaitu sebesar 2,28
dokter dan perawat per 1.000 orang, sementara Indonesia hanya memiliki 0,2 dokter dan 1,4
perawat/bidan per 1.000 orang. Dalam laporan terakhir yang diterbitkan WHO pada 2014, Indonesia
menunjukkan bahwa 75,3% total belanja kesehatan berasal dari belanja kantong sendiri (out-of-
pocket/OOP), yang artinya mayoritas rumah tangga tidak terlindungi dari kesulitan keuangan ketika
mengakses layanan kesehatan. Persentase OOP bahkan lebih tinggi dibandingkan rata-rata belanja
total negara Asia Tenggara lainnya, yang sebesar 40,8%.

Berdasarkan lembar fakta SDGs Indonesia menunjukan kondisi yang semakin baik yaitu pada
periode 1991- 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) menurun dari 390 per 100.000 kelahiran hidup
menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup dan pada periode yang sama, Angka Kematian Bayi (AKB)
juga mengalami penurunan dari 68 per 1000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.
Untuk mewujudkan hal itu, Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat.
Posyandu dibangun dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian
Ibu dan bayi (Departemen Kesehatan RI. 2006).

7
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

8
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai