Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semuakomponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan,dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakatyang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan
sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta
kesinambungandengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Pembangunan di bidang kesehatan juga merupakan salah satu bagian dari pembangunan
nasional.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yangdilaksanakan oleh
semuakomponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untukmeningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakatyang setinggi-tingginya,sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktifsecara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan
kesehatansangatditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor,serta
kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Program pembangunan di bidang kesehatan, harus didasarkan pada dinamika
kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan
melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Pembangunan kesehatan
merupakan salah satu upaya untukmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Pencapaian
derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab dari sektor kesehatan
saja,namun sektor terkait lainnya seperti sector pendidikan, ekonomi,sosial dan pemerintahan
juga memiliki peranan yang cukup besar. Kesehatan merupakan hak semua penduduk,
sehingga ditetapkan target dan sasaran pembangunan kesehatan.
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan, sehingga
Indonesiadikategorikan negara multikultural. Masyarakat multikultural
merupakan masyarakat yang kebudayaan, sehingga Indonesiadikategorikan negara
multikultural. Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai
macam suku bangsa dan budaya. Faktor utama yang mendorongterbentuknya
multikulturalisme adalah latar belakang (historis), kondisi geografis, danketerbukaan
terhadap kebudayaan luar. Dalam konteks ini, multikulturalisme masyarakatdapat
memunculkan sifat-sifat tertentu dalam kelompok masyarakat yang ada.
Kajian tentang multikulturalisme di Indonesia ini pada umumnya lebih memusatkan
perhatian pada tujuan daripada proses untuk mencapainya. Mereka menekankan pentingnya
toleransi, saling menghargai, menjaga kerukunan, menghormati perbedaan,dan sebagainya
yang lebih merupakan isu falsafah humanistik-individual daripadasosialkolektif, padahal
suatu model adalah berbicara tentang konsep-konsep dan strategi-strategi untuk mewujudkan
konsep-konsep yang abstrak itu menjadi tindakan yang nyata dalam kehidupan masyarakat.

1 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembangunan kesehatan ?
2. Apa strategi pembangunan bidang kesehatan ?
3. Apa saja upaya pembangunan dalam bidang kesehatan ?
4. Apa peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan?
5. Apa saja faktor pendukung pembangunan kesehatan?
6. Apa saja faktor penghambat pembangunan kesehatan?
7. Apa tujuan pembangunan kesehatan?
8. Apa saja kendala kesehatan dalam negara multicultural?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian pembangunan dalam bidang kesehatan.
2. Mengetahui strategi apa saja pembangunan dalam bidang kesehatan.
3. Mengetahui upaya pembangunan dalam bidang kesehatan
.4. Mengetahui peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
5. Mengetahui faktor pendukung pembangunan dalam bidang kesehatan.
6. Mengetahui faktor penghambat pembangunan dalam bidang kesehatan.
7. Mengetahui tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan.
8. Mengetahui kendala kesehatan dalam negara multikultural.

1 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembangunan Nasional


Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh
semuakomponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dankemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakatyang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan
sangatditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan
dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Program pembangunan di bidang kesehatan, harus didasarkan pada dinamika
kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan
melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Pembangunan kesehatan
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Pencapaian
derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab darisektor kesehatan
saja, namun sektor terkait lainnya seperti sector pendidikan, ekonomi,sosial dan
pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar. Kesehatan merupakanhak semua
penduduk, sehingga ditetapkan target dan sasaran pembangunan kesehatan.
Kesehatan merupakan salah satu unsur dari kesejahteraan umum yang diarahkan
gunamencapai kesadaran dan kemampuan untuk mencapai hidup sehat bagi setiap
pendudukagar dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagaiinvestasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial
danekonomis. Sesuai dari tujuan pembangunan kesehatan yang terdapat dalam Pasal
3Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang selanjutnya disebutdengan
Undang-Undang Kesehatan. Kemampuan kesehatan pada dasarnya menyangkutsemua segi
kehidupan, fisik, mental, maupun sosial ekonomi, dalam perkembangan pembangunan
kesehatan selama ini, telah terjadi perubahan orientasi, baik tata nilaimaupun pemikiran
terutama mengenai upaya pemecahan masalah di bidang kesehatanyang di pengaruhi oleh
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta. ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perubahan orientasi tersebut akan mempengaruhi proses penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
keadaankesehatan yang lebih baik dari kesehatan sebelumnya. Derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya adalah tingkat kondisi kesehatan yang maksimal dan mungkin dapat di
capai pada suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari
setiaporang dan masyarakat harus selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus.
Pasal4 Undang-Undang Kesehatan menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak
ataskesehatan, di dalam Pasal 9 Undang-Undang Kesehatan tersebut juga di tegaskan
bahwasetiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan
derajatkesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Di dalam ketentuan Pasal 4 dan Pasal
9Undang-Undang Kesehatan tersebut maka pada dasarnya setiap orang memiliki hak dan

1 3
kewajiban yang harus di embannya dalam mewujudkan tujuan dari pembangunan kesehatan,
yaitu hak untuk mendapatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dankewajiban untuk
ikut serta memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tersebut, baikuntuk dirinya sendiri
maupun lingkungannya guna peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan harus
diarahkan dan memperhatikan fungsi sosial untukkesehatan masyarakat yang kurang mampu.

2.2 Strategi Dalam Pembangunan Bidang Kesehatan


Strategi pembangunan nasional harus berdasarkan pada kebijakan nasional, mencakupgaris
besar kegiatan dimana semua sektor yang terlibat untuk mewujudkan kebijaksanaantersebut.
Beberapa hal penting yang harus diterapkan adalah ;
1. Pembangunan kesehatan berwawasan kesehatanSetiap program pembangunan nasional
yang diselenggarakan di Indonesia harusmemberikan konstribusi positif terhadap kesehatan,
yaitu terbentuknya lingkungansehat dan pembentukan perilaku sehat.
2. ProfesionalismeUntuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu dilaksanakan
melalui penerapan kemajuan ilmu dan teknologi, serta didukung oleh penerapan nilai-
nilaimoral dan etika.
3. Desentralisasi Penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah
dan potensi spesifik masing-masing daerah. Disamping itu masalah kesehatan banyakyang
bersifat spesifik daerah. Desentralisasi yang pada inti pokoknya adalah pendelegasian
wewenang yang lebih besar kepada pemerintah daerah untukmengatur sistem pemerintah dan
rumah tangga sendiri dipandang lebih sesuai untuk pengolahan pembangunan.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan meningkatkan kompetensiSDM
kesehatan dan penyediaan obat/OAI/perbekalan farmasi yang cukup dan peningkatan sarana
prasarana pelayanan yang terstandar.
5. Meningkatkan inovasi pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat makaarah
kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada pengembangan pelayanankesehatan
dengan menggunakan sarana prasarana kesehatan secara medis maupuntradisional
.6. Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dengan promosi dan
pemberdayaanmasyarakat serta pengembangan lingkungan sehat maka arah kebijakan
pembangunan kesehatan difokuskan pada pemenuhan kebutuhan media promosi.
7. Mengendalikan penyakit menular/tidak menular dengan optimalisasi surveilance penyakit
dan pemberian pengebalan individu maka arah kebijakan pembangunankesehatan.2.3 Upaya
Pembangunan Dalam Bidang Kesehatan.

1 4
2.2 Upaya Pembangunan Dalam Bidang Kesehatan
1.Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukungdengan
pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan
pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan
sampai lanjut usia.
2. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui
pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang
medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
3. Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja bagiseluruh
tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatankerja yang
memadai, yang pengelolaannya melibatkan pemerintah, perusahaan dan pekerja.
4. Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan
pemberdayaann terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban bencana serta
mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda
.5. Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjagaharkat
martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.
6. Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anak-anakterlantar,
serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yangseluas-luasnya dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
7. Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalah gunaan narkotik dan obat-
obatan terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada produsen,
pengedar dan pemakai.

2.4 Peran Serta Masyarakat Dalam Pembangunan Bidang Kesehatan


Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu,keluarga
maupun masyarakat umum ikut seta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri,keluarga,
ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya. Peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan dapat dibedakan menjadi:
1. Peran Serta Masyarakat Sebagai Suatu KebijakanPenganut paham ini berpendapat bahwa
peran serta masyarakat merupakan suatukebijaksanaan yang tepat dan baik untuk
dilaksanakan. Paham ini dilandasi olehsuatu pemahaman bahwa masyarakat yang potensial
dikorbankan atau terkorbankanoleh suatu proyek pembangunan memiliki hak untuk
dikonsultasikan (right to beconsulted).
2. Peran Serta Masyarakat Sebagai StrategiPenganut paham ini mendalilkan bahwa peran
serta masyarakat merupakan strategiuntuk mendapatkan dukungan masyarakat (public
support). Pendapat ini didasarkankepada suatu paham bahwa bila masyarakat merasa
memiliki akses terhadap pengambilan keputusan dan kepedulian masyarakat kepada pada tiap
tingkatan pengambilan keputusan didokumentasikan dengan baik,maka keputusan
tersebutakan memiliki kredibilitas.
3. Peran Serta Masyarakat Sebagai Alat KomunikasiPeran serta masyarakat didaya gunakan
sebagai alat untuk mendapatkan masukan berupa informasi dalam proses pengambilan

1 5
keputusan. Persepsi ini dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa pemerintah dirancang untuk
melayani masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari masyarakat tersebut adalah
masukan yang bernilaiguna mewujudkan keputusan yang responsif.
4. Peran Serta Masyarakat Sebagai Alat Penyelesaian SengketaDalam konteks ini peran serta
masyarakat didayagunakan sebagai suatu cara untukmengurangi atau meredakan konflik
melalui usaha pencapaian konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang
melandasi persepsi ini adalah bertukar pikiran dan pandangan dapat meningkatkan pengertian
dan toleransi sertamengurangi rasa ketidakpercayaan (misstrust) dan kerancuan (biasess)
.5. Peran Sera Masyarakat Sebagai TerapiMenurut persepsi ini, peran serta masyarakat
dilakukan sebagai upaya untuk“mengobati” masalah-masalah psikologis masyarakat seperti
halnya perasaanketidak berdayaan (sense of powerlessness), tidak percaya diri dan perasaan
bahwadiri mereka bukan komponen penting dalam masyarakat.

2.5 Faktor-Faktor Pendukung Pembangun Kesehatan Di Indonesia


Faktor-Faktor Pendukung Pembangun Kesehatan Di IndonesiaFaktor-faktor pendukung
pembangunan kesehatan di Indonesia upaya pembangunankesehatan diperlukan dukungan
berbagai faktor seperti birokrasi (pemerintah), ahlikedokteran, ilmu ilmu sosial serta
teknologi, sosial budaya masyarakat, medis tradisional,dan hubungan internasional.
Birokrasi (pemerintah), pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
99-a/Men.Kes/SK/III/1982 tanggal 2 Maret 1982 menetapkan berlakunya Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) untuk menentukan arah, tujuan dan dasar-dasar pembangunan
kesehatansebagai kesatuan yang menyeluruh, terpadu serta berkesinambungan sebagai bagian
dari pembangunan nasional. Baik yang diselenggarakan pemerintah, organisasi, maupun
perorangan.
Untuk pembangunan kesehatan, pemerintah pusat menyediakan anggaran setiap tahun, baik
untuk perangkat keras maupun lunak. Anggaran untuk sektor ini terus meningkat.Tahun 1992
– 1997 ± antara 1,5 – 2,5% dan tahun meningkat menjadi 2004 – 2009 ± 5 – 7,5%dari
Anggaran Belanja Negara. Dalam RPJM 2009 – 2014 anggarannya sekitar ± 7,5 – 9%.Selain
itu ada juga biaya yang berasal dari masyarakat dan pemerintah daerah (provinsi,kabupaten
dan kota) yang rinciannya belum diketahui.
Pendanaan pembangunan kesehatan yang dibutuhkan ditujukan kepada sektor-sektorantara
lain, perencanaan perluasan jangkauan upaya kesehatan, peningkatan kuantitas dankualitas
sumber daya tenaga kesehatan, pengadaan dan pengendalian obat-obatan,managemen upaya
kesehatan, meningkatkan peran serta masyarakat, dan kerja sama lintassektoral.
Ahli-ahli kedokteran, ilmu-ilmu sosial dan teknologi, disiplin kedokteran, terus berusaha
mengembangkan ilmunya, baik terkait penyakit fisik dan psikologis serta pengobatan dan
penyembuhannya. Perkembangan spesialisasi di bidang kedokteran punmeluas, seperti
spesialisasi gizi radiologi, THT, kebidanan, anak, mata, kulit, penyakitdalam, paru, saraf, gigi
dan mulut serta orthodontik, ahli bedah/ortopedi dan traumatologi,ahli jiwa/psikiater,
termasuk akupuntur.
Dalam disiplin ilmu sosial, Ilmu-ilmu sosial menyumbangkan data, konsep, teori,model
pendekatan, membantu pengembangan ilmu kesehatan. Sosiologi misalnya mengidentifikasi

1 6
'key-person' dalam masyarakat yang berguna untuk mengembangkan partisipasi masyarakat
dalam program-program kesehatan. Antropologi menyumbangkan pengetahuan kebiasaan
makan golongan-golongan etnik, menu makanan yang disajikansehari-hari, pembagian
makanan di antara anggota keluarga, pengetahuan mengenai nilaidan norma gizi makanan
lokal. Ahli hukum dapat menetapkan butir hukum mengenai etikkedokteran pada tenaga
kesehatan dan masyarakat awam atau kebijaksanaan hargamakanan terkait pemenuhan gizi
dan kualitas kesehatan. Ahli pertahanan dan keamananmisalnya, mengembangkan konsep
stabilitas yang sehat sehingga memberi iklim cerahuntuk pembangunan kesehatan di segala
sektor. Ahli agama, misalnya, memberikan dasa-rdasar hukum agama mengenai akhlak, yang
berkaitan dengan kegiatan dan demikian seterusnya.
Untuk teknologi sendiri, faktor pendukung dari disiplin ini terhadap kemajuan upaya
kesehatan adalah semakin derasnya perhatian para teknolog dalam merancang
danmemproduksi peralatan-peralatan modern, khususnya peralatan yang memberi
kemudahan bagi proses kegiatan pemeriksaan (cek) kesehatan, diagnosa serta penyembuhan
sesuatu penyakit dengan sistem laser. Termasuk dalam hal ini peralatan-peralatan rumah
sakit.Tidak ketinggalan juga, kemajuan dalam perangkat komputer.
Faktor sosial budaya, warga masyarakat Indonesia pada dasarnya tidak berbeda
denganwarga masyarakat lainnya di dunia ini dalam prinsip upaya kesehatan.
Penanggulangan penyakit merupakan bagian dari tanggung jawab warga masyarakat yang
sehat khususnyakerabat terdekat terhadap seseorang yang menderita penyakit. Ide
pembangunankesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, bahkan yang bersifat
rehabilitasi,merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari pola kehidupan masyarakat
indonesia.

2.3 Faktor-Faktor Penghambat Pembangunan Kesehatan Di Indonesia


Faktor-faktor penghambat pengembangan kesehatan di Indonesia faktor
penghambatdisoroti dari sudut sosial budaya. Telah dibentangkan di awal unsur budaya
universal,meliputi antara lain, agama, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, organisasi
sosial, bahasa dan komunikasi, serta kesenian.
Faktor agama dan kepercayaan gaib non religi. Agama yang hidup di tanah air
memilikinilai dan norma pembentukan mental bangsa di bidang ritual dan seremonial serta
akhlak berupa moral serta etika dan tatakrama dalam kehidupan. Selanjutnya ada juga
ajaranagama tentang campur tangan tuhan seketika tatkala umatnya sudah keterlaluan dalam
perilaku menyimpang dalam penjamahan alam atau komunikasi sesama manusia.
Khususdalam hal pembangunan kesehatan di Indonesia, banyak didapatkan data tentang
pengaruhkepercayaan yang dapat menghambat upaya pembinaan kesehatan secara
biomedis.Misalnya kepercayaan bahwa penyakit seseorang disebabkan oleh campur tangan
agen penyakit yang bersumber dari luar diri dan luar lingkungan alam manusia. Dipercayai
juga penyembuhannya, mesti dengan membujuk atau mengusir agen atau mengobati
dosakepada supranatural penyebab penyakit itu. Hal ini bisa mengakibatkan seseorang
penderita berkunjung ke puskesmas atau rumah sakit atau klinik. Di samping itu banyak pula
kepercayaan tentang penyakit diare balita di berbagai wilayah di Indonesia ciri pertumbuhan
seperti: "mau pandai jalandan bicara”, "tumbuh gigi", dsb. Penderita tidakdiobati, dibiarkan
mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) lebih lama dan bisa membawa kematian. Di
beberapa tempat anak menderita sakit kulit, korengan, dipercayaikarena banyak makan yang

1 7
asam-asam, sehingga jadi korengan. Dari itu asam harusdipantangkan. Padahal vitamin C
yang bersumber pada makanan yang asam-asam penting bagi pembentukan kulit baru jika
luka atau sakit. Jika penyakit diare balita atau anakkorengan itu bertambah parah, dianggap
karena kemasukan roh halus atau kesambat, maka penyembuhannya membujuk atau
mengusir roh tadi, melalui penyembuh tradisional atauagama. Hal ini memperlambat
pengendalian ledakan penduduk yang juga berdampaknegatif ke kesehatanLalu dari segi
ekonomi. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan dan pinggiran kotayang miskin (40%
penduduk Indonesia dari acuan sembilan bahan pokok/dapur), merasa berat memikul biaya
pengobatan biomedis yang diselenggarakan di Puskesmas, rumahsakit dan klinik pemerintah,
terutama yang diselenggarakan swasta. Warga masyarakatsering menghindari pengobatan
biomedis, pergi ke penyembuh medis tradisional yang biayanya sukarela atau pengobatan
sendiriDari segi ilmu pengetahuan. Hambatan dari segi ilmu pengetahuan, dapat
bersumberdari lembaga pengembangan ilmu pengetahuan biomedis, dari sistem medis
tradisianalserta dari warga masyarakat. Dari bagian pengembangan ilmu di lembaga
pendidikankesehatan misalnya fakultas kedokteran, terlihat antara lain:
1. Konsep baru dalam pembangunan kesehatan belum disosialisasikan secara luassehingga
kurang dipahami masyarakat
2. Pengembangan fakultas dalam beberapa segi lebih mementingkan mutuinternasional
daripada kebutuhan pembangunan nasional, lokal, pulau terluar dankomunitas adat terpencil
3. Orientasi fakultas masih mempertahankan zaman emas spesialis klinik, sedikitsekali pada
kesehatan prima.
4. Pandangan lebih dominan atas pendekatan monodisipliner daripada inter
danmultidisipliner.
5. Bagian kesehatan masyarakat belum mampu mengubah suasana orientasi penyakitke arah
kesehatan secara Luas. Hal ini terbawa oleh dokter-dokter atau paramedissebagai alumni
yang berpraktik di institusi-institusi kesehatan, baik diPemerintahan maupun Swasta
Dari bagian medis tradisional lain lagi. Sistem pengetahuan dari pelayanan kesehatan
secara tradisional banyak yang bersifat lisan dan karena itu sulit dimengerti, diawasi dan
dibakukan. Peralihannya dari satu angkatan yang tua ke angkatan muda berikutnya juga
bersifat lisan dan diam-diam (esoteris). Biasanya melalui sistem magang. Seorang yang ingin
menjadi penyembuh seperti dukun, dengan atau tanpa isyarat ilham kesaktian, mulaidengan
membantu seorang dukun yang sudah terkenal dan seringkali sejak ia masih kecil.Hal penting
dari pemraktik medis modern dan medis tradisional, yang jadi hambatan adalah:
1. Perbedaan dalam proses sosialisasi dan profesionalisasi, sehingga persepsi terhadapsesuatu
objek yang sama akan dapat berbeda.
2. Suasana saling mengecilkan arti upaya kesehatan antara satu dengan lainnya.
3. Kurangnya ilmu pengetahuan dari masing masing sistem medis itu yang sesuaidengan
tuntutan perkembangan berbagai penyakit yang timbul seperti penyembuhan asma,
tumor/kanker, dan aids.
Dalam segi teknologi, dilihat dari sistem medis modern, banyak alat diagnosa dantherapi
baru belum dimiliki oleh kebanyakan rumah sakit dan puskesmas daerah,khususnya tingkat II

1 8
dan kecamatan. Adapun dari sistem medis tradisional sering sekalimenggunakan peralatan-
peralatan dari benda-benda yang kurang higienis atau tidak steril,sehingga terjadi dampak
negatif. Seorang paraji (dukun bayi) sering sekali memotong tali pusar bayi dengan sembilu,
pisau atau gunting yang kurang bersih. Kemudian bekas potongan ditutup dengan abu dapur
yang mungkin mengandung bakteri. Hal demikian,dapat menimbulkan kejang-kejang bagi
bayi, menderita tetanus dan akhirnya meninggal.Dari segi organisasi sosial. Pranata sosial di
desa, ujung tombak pembangunankesehatan nasional belum manggembirakan. Misalnya
Posyandu sebagai inti kekuatan pranata kesehatan di pedalaman, banyak tersendat bahkan
mati. Terkadang disebabkanwarga masyarakat yang suami-istri sama-sama bekerja. Atau
anak mereka banyak kecil-kecil sementara saat posyandu buka, tidak ada yang jaga sebagian
anaknya. Jika dibawasemua anak biaya jajan anak lebih membengkak. Saat lain, disebabkan
petugas teknismedis Puskesmas (dokter atau para medis) yang membinanya sering datang
terlambat atautidak datang. Di sudut lain warga masyarakat kurang mau ke Posyandu karena
kalau adaanak sakit, Posyandu tidak mengobatinya kecuali sekedar menganjurkan ke
Puskesmas atau ke Rumah Sakit, sehingga warga masyarakat lebih cenderung langsung saja
kePuskesmas daripada ke Posyandu.Lalu, segi pranata hukum”Legalitas”kesehatan. Sejumlah
praktik medis tradisionaltelah dilegalisasi oleh Kementerian Kesehatan seperti akupuntur,
tetapi pemraktik lainnya seperti magik-religious, herbalis, dukun patah tulang, dan paraji,
belum secara resmi mendapat izin praktik. Masalahnya selain cara bekerjanya yang belum
dapat diketahuisecara tepat, juga masih memerlukan diskusi para ilmuan seperti yang
dikemukakan olehBoedhihartono tentang apakah mereka berhak mengeluarkan "surat sakit
seorang pasien",“surat keterangan meninggal", "sebagai saksi di pengadilan tentang visum
sebab-sebabmeninggalnya seseorang karena black magic atau biasa", atau "berlaku tidaknya
suratketerangan penyembuhan tradisional untuk mendapatkan asuransi kesehatan
maupunasuransi kecelakaan yang berhu bungan dengan jiwa atau harta benda, dsb”. Tentu
perlu melibatkan Kementerian Kehakiman, Kementerian Kesehatan dan Kementerian
Pendidikan Nasional, bahkan Kementerian Agama. Apakah semua pengobatan atau
penyembuhan medis tradisional akan diperlakukan sama atau ada kekecualian, masih belum
tuntas hingga sekarangwalaupun landasan hukumnya sudah ada, yaitu pada UU No.36 Tahun
2009. Di Indonesia banyak terdapat masyarakat tradisional dan bahkankumunitas terpencil.
Sifat anggota masyarakat seperti ini masih penganut sistemkepercayaan yang sukar
membedakan tindakan rasional dengan irrasional. Jadi sistem pengobatan tradisional masih
perlu dipetarangkum dan didokumentasikan secaramenyeluruh. Hingga sekarang belum
terdata secara rinci. Kekayaan data pengobatan alternatif sungguh penting sebagai dasar
menentukan kategorisasi, acuan, prosedur atau proses yang serasi. Tidak tumpang tindih
dengan biomedis dalam bentuk inkorporasi,integrasi, adopsi atau legalisasi atau apapun
strategi yang disepakati.Dari segi bahasa. Acapkali istilah atau penjelasan dalam dunia
kedokteran tidakdipahami warga masyarakat sewaktu dikomunikasikan oleh petugas
kesehatan. Sehinggawarga yang awam cenderung salah menginterpretasi (mis-komunikasi).
Begitu juga tentang pemraktik medis tradisional cenderung menjelaskan kepada warga
masyarakatistilah kedokteran modern (untuk jastifikasi) dengan mengkomunikasikannya
dengan istilah-istilah medis tradisional yang sebenarnya tidak sama. Disatu segi warga
masyarakatmerasa dapat dukungan spiritual yaitu mendapatkan pengobatan sebenarnya dari
pengobattradisional seperti dukun sebagai pengganti dokter biomedis. Akan tetapi
sesungguhnya penyakit menuntut penyembuhan ke tingkat medis modern (biomedis), seperti
penyakitinfeksi, tetanus dan tumor yang dipandang karena kesambat atau terkena black magic

1 9
2.7 Tujuan Pembangunan Kesehatan
Tujuan Pembangunan KesehatanTujuan dengan adanya pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa
dan negara Indonesiayang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat,memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adildan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh
wilayah RepublikIndonesia. Adapun tujuan utama dari pembangunan kesehatan yaitu:
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam
bidangkesehatan.Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjaminkesehatan.
2. Peningkatan status gizi masyarakat.
3. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
4. Pengembangan keluarga sehat sejahtera. Sasaran kebijakan pembangunankesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan padamemperhatikan kebijakan
umum dikelompokan sebagai sasaran kebijakan pembangunan seperti, peningkatan kerjasama
lintas sector, peningkatan perilaku, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan swasta,
peningkatan kesehatanlingkungan, peningkatan upaya kesehatan, peningkatan sumber daya
kesehatan, peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan, peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan, peningkatan lingkungan sosial budaya.

2.8 Kendala Kesehatan Dalam Negara Multicultural


1. Konektivitas
Kendala konektivitas menjadi penyebab utama sistem kesehatan digital (E-Health)
diIndonesia tidak berkembang, terutama di daerah-daerah terpencil yang seharusnya butuh
akses kesehatan yang sama dengan masyarakat kota. Jika konektifitas sudahmerata di seluruh
Indonesia, maka bisa dipastikan masyarakat bisa mendapat akseskesehatan yang baik karena
bisa berkonsultasi dengan dokter meski berjauhan.Biayanya pun jauh lebih murah
2. Kejelasan regulasi
Menurut sebuah survei dari Deloitte Indonesia, Bahar, dan Chapter, sebesar 15,6 persen
pengguna masih merasa tidak puas dengan adanya layanan kesehatan digital.Ketidakpuasaan
ini terjadi karena pengguna mengkhawatirkan keamanan data yangdiinput ke dalam layanan
kesehatan digital tersebut. Itupun belum adanya aturantentang tata cara pengantaran obat agar
tidak terkontaminasi benda lain hingga sampaikepada pasien. Selain keamanan data, yang
masih menjadi masalah utama dalam perkembangan layanan digital ini antara lain, terjadinya
komunikasi yang kurang baikantara dokter dengan penderita penyakit karena tidak
memeriksa penyakit secaralangsung. Apalagi secara pengalaman, banyak dokter yang tidak
terbiasa memeriksa penyakit hanya melalui telepon. Kendala-kendala soal regulasi di atas,
tentu menjadikendala pada perkembangan e-health. Pemerintah hendaknya mengatur
regulasitersebut secara cepat mengingat pengguna layanan kesehatan digital semakin
bertumbuh.

1 10
3. Bonus demografiPopulasi Indonesia merupakan populasi ke-4 terbesar di dunia, yang
banyak didominasioleh usia muda dan masyarakat ekonomi kelas menengah. Bonus
demografi ini menjadikekuatan untuk Indonesia untuk bersaing di kancah global. Akan tetapi,
bonusdemografi ini tak dibarengi dengan pelayanan kesehatan yang baik. Anak muda
danmasyarakat yang dianggap mampu memajukan Indonesia justru jadi tak terlindungikarena
tidak ada pelayanan kesehatan yang baik
.4. Negara kepulauanMenjadi negara kepulauan, memang sangat berpengaruh besar terhadap
potensi eksporSumber Daya Alam (SDA) Indonesia. Indonesia terkenal dengan beragam
SDA dankeindahan alam yang mampu menarik wisatawan berkunjung. Di sisi lain, distribusi
pangan dan distribusi kesehatan banyak terkendala karena tidak bisa ditempuh hanyadengan
jalur darat.
5. Pelayanan rendahTingkat pelayanan rumah sakit di Indonesia relatif rendah. Ini tercermin
dari kendalamasyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan di beberapa rumah sakit.
Pasienyang menderita penyakit berat diminta menanti pelayanan hingga 1 bulan lamanya
dirumah. Sebagai contoh, banyak masyarakat di daerah Medan yang akhirnya
memilihPenang, Malaysia, untuk berobat ketimbang di Indonesia.
6. Teknologi tidak dimanfaatkan dengan baikTeknologi yang ada tak dimanfaatkan dengan
baik untuk pelayanan kesehatan. Padahal, pengguna internet di Indonesia paling tinggi
ketimbang negara lain. Contoh pemanfaatan teknologi dengan baik adalah iWatch kita pasang
di tangan kita, itu bisamendeteksi kondisi jantung dan kondisi sistem tubuh lainnya. Tapi saat
berobat, kitatidak memberitahukan kepada dokter kalau kita punya rekam manual melalui
iWatchitu. Padahal kalau diberitahu, dokter bisa langsung merekomendasikan
pengobatanyang lebih tepat.

1 11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembangunan dalam bidang kesehatan hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakanoleh
semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatanmasyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber dayamanusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Lalu untuk pembangunan dalam bidang kesehatan,
adapun beberapa hal penting yang harus diterapkan seperti pembangunan kesehatan
berwawasan kesehatan, profesionalisme, desentralisasi, dsb.Terdapat juga upaya- upaya
pembangunan nasional dibidang kesehatan yang perlu untukdiperhatikan juga. Adapun
faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pembangunandi bidang kesehatan, untuk
pendukung pembangunan kesehatan di Indonesia upaya pembangunan kesehatan diperlukan
dukungan berbagai faktor seperti birokrasi(pemerintah), ahli kedokteran, ilmu ilmu sosial
serta teknologi, sosial budaya masyarakat,medis tradisional, dan hubungan internasional.
Sedangkan pada faktor-faktor penghambat pengembangan kesehatan di Indonesia, faktor
penghambat disoroti dari sudut sosial budaya. Telah dibentangkan di awal unsur budaya
universal, meliputi antara lain, agama,ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, organisasi
sosial, bahasa dan komunikasi, sertakesenian. Tujuan dari pembangunan dalam bidang
kesehatan untuk meningkatkankesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajatkesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negaraIndonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku
dan dalam lingkungansehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secaraadil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh
wilayahRepublik Indonesia. Lalu, kendala-kendala yang perlu diperhatikan juga dalan negara
multikultural seperti kendala konektivitas, kejelasan regulasi, bonus demografi,
negarakepulauan, pelayanan rendah, dan teknologi yang tidak dimanfaat secara baik.

3.2 Saran
Saran Sebagai tenaga kesehatan kita perlu memahami apa itu pembangunan dalam
bidangkesehatan agar dapat mengerti tujuan dari apa yang kita ambil untuk pembangunan
dalam bidang kesehatan itu sendiri. Dari sini kita juga mengerti upaya-upaya apa yang dapat
kitagunakan untuk pembangunan dalam bidang kesehatan. Serta memahami apa saja faktor-
faktor penghambat, pendukung dan kendala pada negara multikultural pembangunandalam
bidang kesehatan. Jika para tenaga kesehatan telah memahami apa itu pembangunandalam
bidang kesehatan, tujuan, faktor-faktor penghambat dan pendukung, tujuan kitauntuk
memajukan pembangunan di bidang kesehatan akan jauh lebih mudah.

1 12

Anda mungkin juga menyukai