PENDAHULUAN
1 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembangunan kesehatan ?
2. Apa strategi pembangunan bidang kesehatan ?
3. Apa saja upaya pembangunan dalam bidang kesehatan ?
4. Apa peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan?
5. Apa saja faktor pendukung pembangunan kesehatan?
6. Apa saja faktor penghambat pembangunan kesehatan?
7. Apa tujuan pembangunan kesehatan?
8. Apa saja kendala kesehatan dalam negara multicultural?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian pembangunan dalam bidang kesehatan.
2. Mengetahui strategi apa saja pembangunan dalam bidang kesehatan.
3. Mengetahui upaya pembangunan dalam bidang kesehatan
.4. Mengetahui peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
5. Mengetahui faktor pendukung pembangunan dalam bidang kesehatan.
6. Mengetahui faktor penghambat pembangunan dalam bidang kesehatan.
7. Mengetahui tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan.
8. Mengetahui kendala kesehatan dalam negara multikultural.
1 2
BAB II
PEMBAHASAN
1 3
kewajiban yang harus di embannya dalam mewujudkan tujuan dari pembangunan kesehatan,
yaitu hak untuk mendapatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dankewajiban untuk
ikut serta memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tersebut, baikuntuk dirinya sendiri
maupun lingkungannya guna peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan harus
diarahkan dan memperhatikan fungsi sosial untukkesehatan masyarakat yang kurang mampu.
1 4
2.2 Upaya Pembangunan Dalam Bidang Kesehatan
1.Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukungdengan
pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan
pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan
sampai lanjut usia.
2. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui
pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang
medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
3. Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja bagiseluruh
tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatankerja yang
memadai, yang pengelolaannya melibatkan pemerintah, perusahaan dan pekerja.
4. Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan
pemberdayaann terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban bencana serta
mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda
.5. Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjagaharkat
martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.
6. Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anak-anakterlantar,
serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yangseluas-luasnya dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
7. Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalah gunaan narkotik dan obat-
obatan terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada produsen,
pengedar dan pemakai.
1 5
keputusan. Persepsi ini dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa pemerintah dirancang untuk
melayani masyarakat, sehingga pandangan dan preferensi dari masyarakat tersebut adalah
masukan yang bernilaiguna mewujudkan keputusan yang responsif.
4. Peran Serta Masyarakat Sebagai Alat Penyelesaian SengketaDalam konteks ini peran serta
masyarakat didayagunakan sebagai suatu cara untukmengurangi atau meredakan konflik
melalui usaha pencapaian konsensus dari pendapat-pendapat yang ada. Asumsi yang
melandasi persepsi ini adalah bertukar pikiran dan pandangan dapat meningkatkan pengertian
dan toleransi sertamengurangi rasa ketidakpercayaan (misstrust) dan kerancuan (biasess)
.5. Peran Sera Masyarakat Sebagai TerapiMenurut persepsi ini, peran serta masyarakat
dilakukan sebagai upaya untuk“mengobati” masalah-masalah psikologis masyarakat seperti
halnya perasaanketidak berdayaan (sense of powerlessness), tidak percaya diri dan perasaan
bahwadiri mereka bukan komponen penting dalam masyarakat.
1 6
'key-person' dalam masyarakat yang berguna untuk mengembangkan partisipasi masyarakat
dalam program-program kesehatan. Antropologi menyumbangkan pengetahuan kebiasaan
makan golongan-golongan etnik, menu makanan yang disajikansehari-hari, pembagian
makanan di antara anggota keluarga, pengetahuan mengenai nilaidan norma gizi makanan
lokal. Ahli hukum dapat menetapkan butir hukum mengenai etikkedokteran pada tenaga
kesehatan dan masyarakat awam atau kebijaksanaan hargamakanan terkait pemenuhan gizi
dan kualitas kesehatan. Ahli pertahanan dan keamananmisalnya, mengembangkan konsep
stabilitas yang sehat sehingga memberi iklim cerahuntuk pembangunan kesehatan di segala
sektor. Ahli agama, misalnya, memberikan dasa-rdasar hukum agama mengenai akhlak, yang
berkaitan dengan kegiatan dan demikian seterusnya.
Untuk teknologi sendiri, faktor pendukung dari disiplin ini terhadap kemajuan upaya
kesehatan adalah semakin derasnya perhatian para teknolog dalam merancang
danmemproduksi peralatan-peralatan modern, khususnya peralatan yang memberi
kemudahan bagi proses kegiatan pemeriksaan (cek) kesehatan, diagnosa serta penyembuhan
sesuatu penyakit dengan sistem laser. Termasuk dalam hal ini peralatan-peralatan rumah
sakit.Tidak ketinggalan juga, kemajuan dalam perangkat komputer.
Faktor sosial budaya, warga masyarakat Indonesia pada dasarnya tidak berbeda
denganwarga masyarakat lainnya di dunia ini dalam prinsip upaya kesehatan.
Penanggulangan penyakit merupakan bagian dari tanggung jawab warga masyarakat yang
sehat khususnyakerabat terdekat terhadap seseorang yang menderita penyakit. Ide
pembangunankesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, bahkan yang bersifat
rehabilitasi,merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari pola kehidupan masyarakat
indonesia.
1 7
asam-asam, sehingga jadi korengan. Dari itu asam harusdipantangkan. Padahal vitamin C
yang bersumber pada makanan yang asam-asam penting bagi pembentukan kulit baru jika
luka atau sakit. Jika penyakit diare balita atau anakkorengan itu bertambah parah, dianggap
karena kemasukan roh halus atau kesambat, maka penyembuhannya membujuk atau
mengusir roh tadi, melalui penyembuh tradisional atauagama. Hal ini memperlambat
pengendalian ledakan penduduk yang juga berdampaknegatif ke kesehatanLalu dari segi
ekonomi. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan dan pinggiran kotayang miskin (40%
penduduk Indonesia dari acuan sembilan bahan pokok/dapur), merasa berat memikul biaya
pengobatan biomedis yang diselenggarakan di Puskesmas, rumahsakit dan klinik pemerintah,
terutama yang diselenggarakan swasta. Warga masyarakatsering menghindari pengobatan
biomedis, pergi ke penyembuh medis tradisional yang biayanya sukarela atau pengobatan
sendiriDari segi ilmu pengetahuan. Hambatan dari segi ilmu pengetahuan, dapat
bersumberdari lembaga pengembangan ilmu pengetahuan biomedis, dari sistem medis
tradisianalserta dari warga masyarakat. Dari bagian pengembangan ilmu di lembaga
pendidikankesehatan misalnya fakultas kedokteran, terlihat antara lain:
1. Konsep baru dalam pembangunan kesehatan belum disosialisasikan secara luassehingga
kurang dipahami masyarakat
2. Pengembangan fakultas dalam beberapa segi lebih mementingkan mutuinternasional
daripada kebutuhan pembangunan nasional, lokal, pulau terluar dankomunitas adat terpencil
3. Orientasi fakultas masih mempertahankan zaman emas spesialis klinik, sedikitsekali pada
kesehatan prima.
4. Pandangan lebih dominan atas pendekatan monodisipliner daripada inter
danmultidisipliner.
5. Bagian kesehatan masyarakat belum mampu mengubah suasana orientasi penyakitke arah
kesehatan secara Luas. Hal ini terbawa oleh dokter-dokter atau paramedissebagai alumni
yang berpraktik di institusi-institusi kesehatan, baik diPemerintahan maupun Swasta
Dari bagian medis tradisional lain lagi. Sistem pengetahuan dari pelayanan kesehatan
secara tradisional banyak yang bersifat lisan dan karena itu sulit dimengerti, diawasi dan
dibakukan. Peralihannya dari satu angkatan yang tua ke angkatan muda berikutnya juga
bersifat lisan dan diam-diam (esoteris). Biasanya melalui sistem magang. Seorang yang ingin
menjadi penyembuh seperti dukun, dengan atau tanpa isyarat ilham kesaktian, mulaidengan
membantu seorang dukun yang sudah terkenal dan seringkali sejak ia masih kecil.Hal penting
dari pemraktik medis modern dan medis tradisional, yang jadi hambatan adalah:
1. Perbedaan dalam proses sosialisasi dan profesionalisasi, sehingga persepsi terhadapsesuatu
objek yang sama akan dapat berbeda.
2. Suasana saling mengecilkan arti upaya kesehatan antara satu dengan lainnya.
3. Kurangnya ilmu pengetahuan dari masing masing sistem medis itu yang sesuaidengan
tuntutan perkembangan berbagai penyakit yang timbul seperti penyembuhan asma,
tumor/kanker, dan aids.
Dalam segi teknologi, dilihat dari sistem medis modern, banyak alat diagnosa dantherapi
baru belum dimiliki oleh kebanyakan rumah sakit dan puskesmas daerah,khususnya tingkat II
1 8
dan kecamatan. Adapun dari sistem medis tradisional sering sekalimenggunakan peralatan-
peralatan dari benda-benda yang kurang higienis atau tidak steril,sehingga terjadi dampak
negatif. Seorang paraji (dukun bayi) sering sekali memotong tali pusar bayi dengan sembilu,
pisau atau gunting yang kurang bersih. Kemudian bekas potongan ditutup dengan abu dapur
yang mungkin mengandung bakteri. Hal demikian,dapat menimbulkan kejang-kejang bagi
bayi, menderita tetanus dan akhirnya meninggal.Dari segi organisasi sosial. Pranata sosial di
desa, ujung tombak pembangunankesehatan nasional belum manggembirakan. Misalnya
Posyandu sebagai inti kekuatan pranata kesehatan di pedalaman, banyak tersendat bahkan
mati. Terkadang disebabkanwarga masyarakat yang suami-istri sama-sama bekerja. Atau
anak mereka banyak kecil-kecil sementara saat posyandu buka, tidak ada yang jaga sebagian
anaknya. Jika dibawasemua anak biaya jajan anak lebih membengkak. Saat lain, disebabkan
petugas teknismedis Puskesmas (dokter atau para medis) yang membinanya sering datang
terlambat atautidak datang. Di sudut lain warga masyarakat kurang mau ke Posyandu karena
kalau adaanak sakit, Posyandu tidak mengobatinya kecuali sekedar menganjurkan ke
Puskesmas atau ke Rumah Sakit, sehingga warga masyarakat lebih cenderung langsung saja
kePuskesmas daripada ke Posyandu.Lalu, segi pranata hukum”Legalitas”kesehatan. Sejumlah
praktik medis tradisionaltelah dilegalisasi oleh Kementerian Kesehatan seperti akupuntur,
tetapi pemraktik lainnya seperti magik-religious, herbalis, dukun patah tulang, dan paraji,
belum secara resmi mendapat izin praktik. Masalahnya selain cara bekerjanya yang belum
dapat diketahuisecara tepat, juga masih memerlukan diskusi para ilmuan seperti yang
dikemukakan olehBoedhihartono tentang apakah mereka berhak mengeluarkan "surat sakit
seorang pasien",“surat keterangan meninggal", "sebagai saksi di pengadilan tentang visum
sebab-sebabmeninggalnya seseorang karena black magic atau biasa", atau "berlaku tidaknya
suratketerangan penyembuhan tradisional untuk mendapatkan asuransi kesehatan
maupunasuransi kecelakaan yang berhu bungan dengan jiwa atau harta benda, dsb”. Tentu
perlu melibatkan Kementerian Kehakiman, Kementerian Kesehatan dan Kementerian
Pendidikan Nasional, bahkan Kementerian Agama. Apakah semua pengobatan atau
penyembuhan medis tradisional akan diperlakukan sama atau ada kekecualian, masih belum
tuntas hingga sekarangwalaupun landasan hukumnya sudah ada, yaitu pada UU No.36 Tahun
2009. Di Indonesia banyak terdapat masyarakat tradisional dan bahkankumunitas terpencil.
Sifat anggota masyarakat seperti ini masih penganut sistemkepercayaan yang sukar
membedakan tindakan rasional dengan irrasional. Jadi sistem pengobatan tradisional masih
perlu dipetarangkum dan didokumentasikan secaramenyeluruh. Hingga sekarang belum
terdata secara rinci. Kekayaan data pengobatan alternatif sungguh penting sebagai dasar
menentukan kategorisasi, acuan, prosedur atau proses yang serasi. Tidak tumpang tindih
dengan biomedis dalam bentuk inkorporasi,integrasi, adopsi atau legalisasi atau apapun
strategi yang disepakati.Dari segi bahasa. Acapkali istilah atau penjelasan dalam dunia
kedokteran tidakdipahami warga masyarakat sewaktu dikomunikasikan oleh petugas
kesehatan. Sehinggawarga yang awam cenderung salah menginterpretasi (mis-komunikasi).
Begitu juga tentang pemraktik medis tradisional cenderung menjelaskan kepada warga
masyarakatistilah kedokteran modern (untuk jastifikasi) dengan mengkomunikasikannya
dengan istilah-istilah medis tradisional yang sebenarnya tidak sama. Disatu segi warga
masyarakatmerasa dapat dukungan spiritual yaitu mendapatkan pengobatan sebenarnya dari
pengobattradisional seperti dukun sebagai pengganti dokter biomedis. Akan tetapi
sesungguhnya penyakit menuntut penyembuhan ke tingkat medis modern (biomedis), seperti
penyakitinfeksi, tetanus dan tumor yang dipandang karena kesambat atau terkena black magic
1 9
2.7 Tujuan Pembangunan Kesehatan
Tujuan Pembangunan KesehatanTujuan dengan adanya pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa
dan negara Indonesiayang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat,memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adildan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh
wilayah RepublikIndonesia. Adapun tujuan utama dari pembangunan kesehatan yaitu:
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam
bidangkesehatan.Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjaminkesehatan.
2. Peningkatan status gizi masyarakat.
3. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
4. Pengembangan keluarga sehat sejahtera. Sasaran kebijakan pembangunankesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan padamemperhatikan kebijakan
umum dikelompokan sebagai sasaran kebijakan pembangunan seperti, peningkatan kerjasama
lintas sector, peningkatan perilaku, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan swasta,
peningkatan kesehatanlingkungan, peningkatan upaya kesehatan, peningkatan sumber daya
kesehatan, peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan, peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan, peningkatan lingkungan sosial budaya.
1 10
3. Bonus demografiPopulasi Indonesia merupakan populasi ke-4 terbesar di dunia, yang
banyak didominasioleh usia muda dan masyarakat ekonomi kelas menengah. Bonus
demografi ini menjadikekuatan untuk Indonesia untuk bersaing di kancah global. Akan tetapi,
bonusdemografi ini tak dibarengi dengan pelayanan kesehatan yang baik. Anak muda
danmasyarakat yang dianggap mampu memajukan Indonesia justru jadi tak terlindungikarena
tidak ada pelayanan kesehatan yang baik
.4. Negara kepulauanMenjadi negara kepulauan, memang sangat berpengaruh besar terhadap
potensi eksporSumber Daya Alam (SDA) Indonesia. Indonesia terkenal dengan beragam
SDA dankeindahan alam yang mampu menarik wisatawan berkunjung. Di sisi lain, distribusi
pangan dan distribusi kesehatan banyak terkendala karena tidak bisa ditempuh hanyadengan
jalur darat.
5. Pelayanan rendahTingkat pelayanan rumah sakit di Indonesia relatif rendah. Ini tercermin
dari kendalamasyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan di beberapa rumah sakit.
Pasienyang menderita penyakit berat diminta menanti pelayanan hingga 1 bulan lamanya
dirumah. Sebagai contoh, banyak masyarakat di daerah Medan yang akhirnya
memilihPenang, Malaysia, untuk berobat ketimbang di Indonesia.
6. Teknologi tidak dimanfaatkan dengan baikTeknologi yang ada tak dimanfaatkan dengan
baik untuk pelayanan kesehatan. Padahal, pengguna internet di Indonesia paling tinggi
ketimbang negara lain. Contoh pemanfaatan teknologi dengan baik adalah iWatch kita pasang
di tangan kita, itu bisamendeteksi kondisi jantung dan kondisi sistem tubuh lainnya. Tapi saat
berobat, kitatidak memberitahukan kepada dokter kalau kita punya rekam manual melalui
iWatchitu. Padahal kalau diberitahu, dokter bisa langsung merekomendasikan
pengobatanyang lebih tepat.
1 11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembangunan dalam bidang kesehatan hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakanoleh
semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatanmasyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber dayamanusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Lalu untuk pembangunan dalam bidang kesehatan,
adapun beberapa hal penting yang harus diterapkan seperti pembangunan kesehatan
berwawasan kesehatan, profesionalisme, desentralisasi, dsb.Terdapat juga upaya- upaya
pembangunan nasional dibidang kesehatan yang perlu untukdiperhatikan juga. Adapun
faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pembangunandi bidang kesehatan, untuk
pendukung pembangunan kesehatan di Indonesia upaya pembangunan kesehatan diperlukan
dukungan berbagai faktor seperti birokrasi(pemerintah), ahli kedokteran, ilmu ilmu sosial
serta teknologi, sosial budaya masyarakat,medis tradisional, dan hubungan internasional.
Sedangkan pada faktor-faktor penghambat pengembangan kesehatan di Indonesia, faktor
penghambat disoroti dari sudut sosial budaya. Telah dibentangkan di awal unsur budaya
universal, meliputi antara lain, agama,ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, organisasi
sosial, bahasa dan komunikasi, sertakesenian. Tujuan dari pembangunan dalam bidang
kesehatan untuk meningkatkankesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajatkesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negaraIndonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku
dan dalam lingkungansehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secaraadil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh
wilayahRepublik Indonesia. Lalu, kendala-kendala yang perlu diperhatikan juga dalan negara
multikultural seperti kendala konektivitas, kejelasan regulasi, bonus demografi,
negarakepulauan, pelayanan rendah, dan teknologi yang tidak dimanfaat secara baik.
3.2 Saran
Saran Sebagai tenaga kesehatan kita perlu memahami apa itu pembangunan dalam
bidangkesehatan agar dapat mengerti tujuan dari apa yang kita ambil untuk pembangunan
dalam bidang kesehatan itu sendiri. Dari sini kita juga mengerti upaya-upaya apa yang dapat
kitagunakan untuk pembangunan dalam bidang kesehatan. Serta memahami apa saja faktor-
faktor penghambat, pendukung dan kendala pada negara multikultural pembangunandalam
bidang kesehatan. Jika para tenaga kesehatan telah memahami apa itu pembangunandalam
bidang kesehatan, tujuan, faktor-faktor penghambat dan pendukung, tujuan kitauntuk
memajukan pembangunan di bidang kesehatan akan jauh lebih mudah.
1 12