Anda di halaman 1dari 15

MENGUKUR KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN EKONOMI

DALAM ERA TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

DOSEN PENGAMPU :

Helen Parkhurst, M.Si

DIBUAT OLEH:

Feby Yanti Rulenza (C1A021176)

R-001

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, tuhan semesta alam yang mengatur
kehidupan dengan bijaksana karena atas karunia nikmat-Nya kami dapat menyusun makalah
ini yang berjudul “Mengukur Kesehatan dan Kesejahteraan Ekonomi dalam Era Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan”. Shalawat dan salam tak lupa pula kita kirimkan kepada
junjungan kita nabi besar Muhammmad SAW.

Adapun makalah ini kami susun dengan tujuan: Pertama, sebagai tugas mata kuliah
Ekonomi Kesehatan. Kedua, mempermudah mahasiswa untuk belajar serta memahami.
Ketiga, dapat memperlancar proses belajar dan mengajar, sehingga mahasiswa menjadi lebih
aktif dan kreatif. Tanpa support dan bantuan dari berbagai pihak maka pembuatan makalah
ini tidak bisa berjalan dengan baik. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu. Meski telah disusun dengan sebaik mungkin, penyusun
menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, sehingga
kami mengharapkan kepada semua pihak pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bisa kami jadikan sebagai bahan evaluasi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa
membantu proses belajar mengajar.

Jambi, 22 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

A. Kesehatan dalam Era Tujuan Pembangunan Keberlanjutan ................................. 3


B. Kesejahteraan Ekonomi dalam Era Tujuan Pembangunan Keberlanjutan ........... 6
C. Konsep Pembangunan Keberlanjutan .................................................................. 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 11
B. Saran .................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sustainable development Goals (SDGs) saat ini menjadi diskursus global
setelah agenda sebelumnya, Millenium Development Goals (MDGs) tidak
terlaksana sebagaimana mestinya. Pada dasarnya, ide SDGs merupakan
pengembangan dari MDGs. Tujuan pembangunan berkelanjutan ditargetkan
akan tercapai pada tahun 2030 dengan tantangan selain beorientasi pada hasil
yang terukur secara kuantitatif juga berorientasi pada kualitas. Pembangunan
berkelanjutan adalah proses yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang
tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. (Ferawati,
2018)
Pembangunan berkelanjutan terdiri atas tiga tiang utama yang saling
terintegrasi, yaitu ekonomi (keberlanjutan ekonomi), sosial (keberlanjutan
sosial) dan lingkungan (kelestarian lingkungan) yang saling bergantung dan
memperkuat. Pembangunan berkelanjutan dirumuskan sebagai pembangunan
yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan
kebutuhan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan mengandung
makna jaminan mutu kehidupan manusia dan tidak melampaui kemampuan
ekosistem untuk mendukungnya.
Dengan demikian pengertian pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan saat ini tanpa
mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka. Sejalan dengan pendapat Sudarmadji
keberlanjutan adalah kegiatan memenuhi kebutuhan saat ini sebagai proses
pertukaran utama antara masyarakat dan alam.
Di dalam Tujuan pembangunan berkelanjutan seluruh negara di dunia
terdapat 17 pilar, 3169 target dan 303 indikator. Pilar 1-6 yang tercakup daam
17 pilar adalah agenda inti yang merupakan lanjutan dari MDGs, sedangkan
pilar ke- 7-17 adalah landasan baru, yaitu : (1) Tidak ada kemiskinan dalam

1
bentuk apapun di seluruh penjuru dunia; (2) Tanpa kelaparan, tidak ada lagi
kelaparan, (3) mencapai ketahanan pangan, serta mendorong budidaya
pertanian berkelanjutan; Kesehatan yang baik dan kesejahteraan, menjamin
kehidupan yang sehat serta mendorong kesejateraan hidup untuk seluruh
masyarakat di segala umur: (4) Pendidikan berkualitas, menjamin pemerataan
pendidikan yang berkualitas dan meningkatkan kesempatan belajar untuk
semua orang; (5) Kesetaraan gender; (6) Air bersih dan sanitasi; (7) Energi
bersih dan terjangkau, (8) Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,
lapangan kerja yang produktif serta pekerjaan yang layak untuk semua orang;
(9) Industri, inovasi dan infrastruktur; (10) Mengurangi kesenjangan; (11)
Keberlanjutan kota dan komunitas; (12) Konsumsi dan produksi bertanggung
jawab; (13) Aksi terhadap iklim, bertindak cepat untuk memerangi perubahan
iklim dan dampaknya; (14) Kehidupan bawah laut, melestarikan dan menjaga
keberlangsungan laut dan kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan
yang berkelanjutan; (15) Kehidupan di darat, melindungi, mengembalikan dan
meningkatkan keberlangsungan pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan
secara berkelanjutan, mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah; (16)
Institusi peradilan yang kuat dan kedamaian; (17) Kemitraan untuk mencapai
tujuan. Dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan mempunyai tiga pilar
utama yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. (Kartono & Nurcholis, 2016)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kesehatan dalam Era Tujuan Pembangunan Berkelanjutan?
2. Bagaimana Kesejahteraan Ekonomi dalam Era Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan?
3. Bagaimana Konsep Pembangunan Berkelanjutan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Kesehatan dalam Era Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan?
2. Untuk mengetahui bagaimana Kesejahteraan Ekonomi dalam Era Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan?
3. Untuk mengetahui bagaimana Konsep Pembangunan Berkelanjutan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesehatan dalam Era Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


1. Kesehatan
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia
karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam
melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan adalah keadaan sehat,
baik secara fisik, mental, spiritual maupun penyediaan makanan dan
perawatan yang tepat sangat penting untuk meningkatkan peluang
kelangsungan hidup bayi maupun sebagai dasar untuk hidup sehat. (Putri,
2021)
Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Indonesia, selama lima tahun
terakhir (2012-2016), angka kematian bayi secara nasional selalu
mengalami penurunan. Pada tahun 2012 angka kematian bayi tercatat
sebesar 28 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2016, angka tersebut
turun menjadi sekitar 26 kematian bayi dalam 1.000 kelahiran hidup.
Provinsi dengan estimasi angka kematian bayi paling rendah pada tahun
2016 adalah DI Yogyakarta yaitu sekitar 13 kematian bayi dalam 1.000
kelahiran hidup. Sedangkan estimasi AKB tertinggi terdapat di Provinsi
Sulawesi Barat yaitu sebesar 50 kematian bayi dalam 1.000 kelahiran
hidup.
Indikator lain yang menggambarkan kondisi kesehatan dan tingkat
kematian pada suatu negara adalah angka harapan hidup. Angka harapan
hidup mengukur berapa tahun suatu kelompok umur tertentu diharapkan
hidup dengan mempertimbangkan risiko kematian spesifik pada kelompok
umur tertentu. Angka harapan hidup yang rendah di suatu daerah harus
diikuti dengan program pembangunan kesehatan dan program sosial
lainnya, termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi, dan program
pemberantasan kemiskinan.

3
Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, angka
harapan hidup penduduk Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan
selama periode 2011-2015, mulai dari 70,0 tahun pada tahun 2011 menjadi
70,8 tahun di tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang lahir
pada tahun 2015 diperkirakan akan hidup rata-rata sampai umur 70,8
tahun. Jika dilihat menurut provinsi, terdapat sebanyak 20 provinsi
mempunyai estimasi angka harapan hidup di bawah 70 tahun dan
sebanyak 13 provinsi mempunyai estimasi angka harapan hidup di atas 70
tahun. Estimasi angka harapan hidup tertinggi terdapat di Provinsi DI
Yogyakarta (74,6 tahun), sedangkan yang terendah terdapat di Provinsi
Sulawesi Barat (63,9 tahun).
2. Layanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan
sendiri/secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.
Pelayanan kesehatan utama yang paling dibutuhkan oleh masyarakat
adalah pelayanan kesehatan dasar, khususnya untuk ibu dan balita.
Pelayanan kesehatan mencakup semua jasa yang berhubungan dengan
diagnosis dan pengobatan penyakit, pemeliharaan, dan pemulihan
kesehatan. Aksesibilitas pelayanan kesehatan mencerminkan adanya
peningkatan sistem pelayanan kesehatan dan pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),
persentase penduduk yang berobat jalan di puskesmas dan puskesmas
pembantu selama periode tahun 2010-2015 mengalami fluktuasi, dengan
persentase tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 35,12 persen
sementara persentase terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 27,12
persen dan kembali meningkat pada 2015 sebesar 29,79 persen.
Pada tahun 2015, persentase tertinggi penduduk yang berobat jalan
ke puskesmas dan puskesmas pembantu terjadi di Provinsi Papua yaitu
sebesar 63,53 persen. Sementara Bali merupakan provinsi dengan

4
persentase terkecil yaitu 18,69 persen Indikator penting lain dalam
pembangunan di bidang kesehatan adalah pelayanan kesehatan reproduksi
dan manusia; 2) Perhatian khusus pada gizi berdampak langsung pada
keuntungan di bidang pertanian dengan peningkatan produksi untuk
penyediaan kebutuhan pangan bagi masyarakat dan menjaga
keseimbangan lingkungan dengan mempertahankan makanan berbasis
pangan lokal; 3) Perbaikan gizi merupakan langkah awal dalam
pengembangan SDM dan penurunan kemiskinan; 4) Gizi yang cukup
dapat memperbaiki kondisi pasca konflik; 5) Program perbaikan gizi
merupakan sebuah proses partisipasi yang mengedepankan HAM; dan 6)
Gizi yang cukup meningkatkan imunitas dan berperan pada pencegahan
penyakit tidak menular (PTM).
Apabila semua penduduk suatu bangsa memperoleh gizi yang
cukup, maka akan terlahir sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk
itu kebijakan pembangunan terkait perbaikan gizi perlu segera dilakukan.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari Kementerian
Kesehatan, diketahui bahwa jumlah balita yang menderita gizi buruk
mengalami peningkatan dari 5,40 persen pada tahun 2007 menjadi 5,70
persen pada tahun 2013. Begitu pula dengan balita yang mengalami gizi
kurang, naik dari 13,00 persen pada tahun 2007 menjadi 13,90 persen
pada tahun 2013.
Jumlah balita kurang gizi (gizi buruk ditambah gizi kurang) naik
dari 18,4 persen pada tahun 2007 menjadi 19,6 persen pada tahun 2013.
Walaupun keadaan ini sempat turun di tahun 2010 menjadi 17,9 persen.
Adanya kenaikan persentase balita yang kurang gizi diiringi dengan
penurunan persentase balita yang bergizi normal dan bergizi lebih. Hal ini
mengindikasikan bahwa kualitas gizi balita di Indonesia masih sedikit
mengalami penurunan sehingga keadaan ini membutuhkan perhatian lebih
dari pemerintah.
Pada tahun 2013, provinsi dengan persentase balita yang menderita
gizi buruk paling tinggi adalah Provinsi Papua Barat menjadi 252.027

5
pada tahun 2014. Provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Papua Barat
merupakan provinsi endemik malaria, hal ini dibuktikan dengan jumlah
penderita malaria yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan provinsi
lain selama periode tahun 2010-2014. (Salim, 2010)
B. Kesejahteraan Ekonomi dalam Era Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
Pada dasarnya tujuan pembangunan suatu negara adalah ingin mencapai
masyarakat yang adil dan makmur dalam hal pemenuhan kebutuhan dasarnya
seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keperluan
sekundernya. Meningkatnya taraf hidup masyarakat suatu negara
menunjukkan adanya keberhasilan dalam pembangunan ekonomi di negara
tersebut. (Jaya, 2004)
Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh
tingginya angka pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Sehingga, untuk
mencapai tujuan pembangunan, terkadang pembangunan ekonomi lebih
difokuskan pada upaya memacu pertumbuhan ekonomi. Pembangunan
ekonomi yang semata mata ditujukan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi,
sering kali tanpa memperhatikan keberlangsungan sumber daya alam dan
lingkungan sehingga membawa dampak negatif bagi alam dan juga bagi
masyarakat. Dampak negatif dari proses pembangunan ekonomi dapat
dikurangi melalui pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berwawasan
lingkungan, sehingga pembangunan yang kita rasakan sekarang ini juga bisa
dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Dalam tema pembangunan ekonomi, indikator–indikator yang dapat
merefleksikan kemajuan di bidang pembangunan ekonomi antara lain produk
domestik bruto, investasi, hutang luar negeri, tabungan bruto, inflasi,
penduduk bekerja, pariwisata, akses terhadap internet dan telepon. kegiatan
produksi) seperti pembayaran deviden dan bunga. Indikator ini mengukur
bagian dari pendapatan yang tersedia untuk investasi atau mungkin untuk
transfer modal ke seluruh dunia.
Pada periode 2009-2014, tabungan bruto selalu mengalami peningkatan
yaitu dari Rp. 1.737,1 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp. 3.653,1 triliun pada

6
tahun 2014. Apabila dilihat berdasarkan sektor, maka sektor yang paling
banyak berkontribusi terhadap peningkatan tabungan bruto selama periode
tersebut adalah sektor perusahaan swasta nonfinansial dan sektor rumah
tangga.
C. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan (Emil Salim,1990) bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan
aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya
ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa
kini maupun masa mendatang. (Jaya, 2004)
Menurut KLH (1990) pembangunan (yang pada dasarnya lebih
berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria
yaitu :
1. Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of
natural resources;
2. Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya;
3. Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun
replaceable resource.
Senada dengan konsep diatas, Sutamihardja (2004), menyatakan sasaran
pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan
terjadinya:
1. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi
(intergenaration equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya
alam untuk kepentingan pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas
yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta
diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable dan menekankan
serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable.
2. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam
dan lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan
ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi
generasi yang akan datang.

7
3. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan
mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan
pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi.
4. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan
baik masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).
5. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang
ataupun lestari antar generasi.
6. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai
dengan habitatnya.
Hakikat pengertian tentang pembangunan berkelanjutan (ada pula yang
menyebutnya dengan istilah bertahankelanjutan) sebagaimana dikatakan
Brundtland (1987) dalam dalam Budihadjo (1999; 2) pada dasarnya adalah :
pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa
mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka, sebagai suatu proses perubahan dimana pemanfaatan sumberdaya,
arah investasi, orientasi pembangunan, dan perubahan kelembagaan selalu
dalam keseimbangan dan secara sinergis saling memperkuat potensi masa kini
maupun masa mendatang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.
Holden, Daily dan Ehrlich dalam “The Meaning of Sustainable” (1992)
menyebutkan tentang persyaratan minimum pembangunan berkelanjutan
berupa terpeliharanya apa yang disebut dengan “total natural capital stoct”
pada tngkat yang sama atau kalau bisa lebih tinggi dibanding dengan keadaan
sekarang. (Ferawati, 2018)
Oleh Satriaji (2004; 5) dikatakan rumusan konsep pembangunan yang
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dapat dikemukakan sebagai
berikut :
1. Adalah upaya sadar dan terencana menggunakan dan mengelola sumber
daya alam secara bijaksana dalam pembangunan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan mutu lingkungan.

8
2. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan secara
berkelanjutan mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam dan
sumber daya manusia dengan cara menyerasikan aktifitas manusia sesuai
dengan kemampuan sumber alam untuk menopangnya.
3. Adalah sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi yang akan datang
(WCED: World Commission on Environment and Development).
Ada empat komponen yang perlu diperhatikan yaitu pemerataan,
partisipasi, keanekaragaman, integrasi dan perspektif jangka panjang.
4. Pembangunan yang menjamin pemerataan dan keadilan sosial
Pemerataan adalah konsep yang relatif dan tidak secara langsung
dapat diukur. Dimensi etika pembangunan berkelanjutan adalah hal yang
menyeluruh, kesenjangan pendapatan negara kaya dan miskin semakin
melebar, walaupun pemerataan dibanyak negara sudah meningkat. Aspek
etika lainnya yang perlu menjadi perhatian pembangunan berkelanjutan
adalah prospek generasi asa datang yang tidak dapat dikompromikan
dengan aktivitas generasi masa kini.
5. Pembangunan yang menghargai keanekaragaman
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk
memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan
untuk masa kini dan masa datang. Keanekaragaman hayati juga
merupakan dasar bagi keseimbangan ekosistem. Peneliharaan
keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan yang merata terhadap
setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai
masyarakat dapat lebih dimengerti.
6. Pembangunan yang menggunakan pendekatan integrative
Pembangunan berkelanjutan menggunakan keterkaitan antara
manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara yang
bermanfaat atau merusak. Hanya dengan memanfaatkan pengertian
tentang kompleknya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial.
7. Pembangunan yang meminta perspektif jangka panjang

9
Pembanguan berkelanjutan mensyaratkan dilaksanakan penilaian
yang berbeda dengan asumsi normal dalam prosedur discounting. Persepsi
jangka panjang adalah perspektif pembangunan yang berkelanjutan.
Hingga saat ini kerangka jangka pendek mendominasi pemikiran para
pengambil keputusan ekonomi oleh karena itu perlu dipertimbangkan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembangunan berkelanjutan terdiri atas tiga tiang utama yang
saling terintegrasi, yaitu ekonomi (keberlanjutan ekonomi), sosial
(keberlanjutan sosial) dan lingkungan (kelestarian lingkungan) yang saling
bergantung dan memperkuat. Pembangunan berkelanjutan dirumuskan
sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang.
Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu kehidupan
manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk
mendukungnya.

B. Saran
Dari pembahasan yang telah kami sajikan diatas, semoga dapat
dipahami dengan baik. Kami selaku pemakalah berharap kepada segenap
pembaca makalah ini, agar tidak hanya terfokus kepada materi yang telah
kami sajikan dalam makalah ini saja, akan tetapi mari sama-sama aktif
dalam mencari buku dan referensi lainnya yang membahas topik ini secara
mendalam, sehingga lebih memantapkan pengetahuan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ferawati, R. (2018). Sustainable Development Goals di Indonesia: Pengukuran


dan Agenda Mewujudkannya Dalam Perspektif Ekonomi Islam.
Kontekstualita, 33(02), 143–167.
https://doi.org/10.30631/kontekstualita.v35i02.512

Jaya, A. (2004). KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN ( Sustainable


Development ). Tugas Individu Pengantar Falsafah Sains Semester Ganjil
2004, 1–11.

Kartono, D. T., & Nurcholis, H. (2016). Konsep dan Teori Pembangunan.


Pembangunan Masyarakat Desa Dan Kota, IPEM4542/M, 23–24.

Putri, S. Y. (2021). Implementasi Program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


(Sustainable Development Goals) Pada Kasus Stunting Di Indonesia. Jurnal
PIR : Power in International Relations, 5(2), 163.
https://doi.org/10.22303/pir.5.2.2021.163-174

Salim, E. (2010). Paradigma Pembangunan Berkelanjutan. Dalam Iwan Jaya Azis,


Lydia M. Napitupulu, Arianto Patunru, Dan Budi Reksosudarmo,
Pembangunan Berkelanjutan, Peran Dan Kontribusi Emil Salim,
Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 21–30.

12

Anda mungkin juga menyukai