Anda di halaman 1dari 11

Studi kasus

“Polusi udara yang mengakibatkan masyarakat Indonesia bisa kehilangan harapan hidup”
Dosen pengampu: Een Novritha Walewangko

Disusun oleh:
1. Feronika Wati Sinurat 210611010011
2. Bavelly Augrecesyha Cherryl 210611010018

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


UNIVERSITAS SAM RATULANGI

TA 2022/2023
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang telah memberikan

karunia dan lindungan-Nya disertai keteguhan dan kesabaran hati,begitu besar rasa syukur yang

dirasakan, karena berkat Ridho-Nyalah sehingga akhirnya laporan studi kasus ini dapat diselesaikan.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah perekonomian Indonseia

Dalam penyusunan laporan ini tentu tak terlepas dari pengarahan dan bimbingan dari dosen

pengampu. Maka dari itu penulis ucapkan rasa hormat dan terimakasih kepada Ee Novrita Walewangko.

Dengan rasa rendah hati, Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan

baik dari segi penyajian, penulisan, dan penggunaan tata bahasa. Oleh karena itu kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikkan dimasa yang akan datang. Walaupun demikian

penyusun mengharapkan laporan studi kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................................
Daftar Isi............................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Tujuan..................................................................................................................
C. Rumusan Masalah................................................................................................
D. Manfaat................................................................................................................
BAB III. PENUTUP..........................................................................................................
A. Landasan Teori.....................................................................................................
B. Analisis.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) adalah


pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan,
pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, pembangunan yang menjaga
kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata kelola yang
mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya. TPB/SDGs
merupakan komitmen global dan nasional dalam upaya untuk menyejahterakan masyarakat mencakup 17
tujuan yaitu (1) Tanpa Kemiskinan; (2) Tanpa Kelaparan; (3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera; (4)
Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan
Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur; (10)
Berkurangnya Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan
Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Ekosistem Lautan; (15)
Ekosistem Daratan; (16) Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh; (17) Kemitraan untuk
Mencapai Tujuan.

Kehidupan Sehat dan sejahtera merupakan poin ke tiga dari Sustainable Development Goals
(SDGs) yang menjadi salah satu indikator dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan dengan 169 target
capaian yang telah disepakati dalam agenda pembangunan dunia dalm forum resolusi Perserikatan
Bangsa –bangsa (PBB). Tujuan pembangunan berkelanjutan di poin ke tiga adalah menjamin kesehatan
dan kesejahteraan bagi seluruh penduduk di semua tingkat usia salah satunya melalui perbaikan kesehatan
ibu dan anak yang terjangkau dan efektif. Target prioritas yang dilakukan adalah pada tahun 2030 seluruh
Negara akan berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran
hidup

Indonesia telah berhasil mencapai sebagian besar target MDGs Indonesia yaitu 49 dari 67
indikator MDGs, namun demikian masih terdapat beberapa indikator yang harus dilanjutkan dalam
pelaksanaan TPB/SDGs. Beberapa indikator yang harus dilanjutkan tersebut antara lain penurunan angka
kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan nasional, peningkatan konsumsi minimum di bawah 1.400
kkal/kapita/hari, penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), penanggulangan HIV/AIDS, penyediaan air
bersih dan sanitasi di daerah perdesaan serta disparitas capaian target antar provinsi yang masih lebar

Seluruh isu kesehatan dalam SDGs diintegrasikan ke dalam satu tujuan, yaitu tujuan nomor 3.
Hal ini untuk memastikan kehidupan yang sehat dan mempromosikan kesejahteraan mereka untuk semua
orang dari segala usia. Inti dari semua tujuan ini adalah gizi masyarakat, sistem kesehatan nasional, akses
kesehatan dan reproduksi, Keluarga Berencana (KB), serta sanitasi dan air bersih. Program yang
dilaksanakan untuk mengimplementasikan SDGs di bidang kesehatan adalah memastikan kehidupan yang
sehat, mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia, memperkuat perlindungan sosial, dan
meningkatkan pelayanan kesehatan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari studi kasus ini dilaksanakan adalah:
1). Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan PembangunanBerkelanjutan.
2). Untuk mengetahui seperti apa ciri-ciri dan tujuan PembangunanBerkelanjutan.
3). Untuk mengetahui bagaimana syarat dan prinsip PembangunanBerkelanjutan.
4). Untuk mengetahui apa itu SDGs (Sustainable Development Goals).
5). Untuk mengetahui seperti apa target SDGs (Sustainable DevelopmentGoals).
6). Untuk mengetahui seperti apa tujuan SDGs (Sustainable DevelopmentGoals).
C. Rumusan Masalah
1). Apa yang dimaksud dengan Pembangunan Berkelanjutan.
2). Seperti apa ciri-ciri dan tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
3). Bagaimana syarat dan prinsip Pembangunan Berkelanjutan.
4). Apa itu SDGs (Sustainable Development Goals).
5). Seperti apa target SDGs (Sustainable Development Goals).
6). Seperti apa tujuan SDGs (Sustainable Development Goals).
D. Manfaat
1. Untuk Penulis
- Dapat menambah wawasan serta pengalaman
- Lebih terorientasi dalam pengambilan kasus
- Melatih penulis dalam memahami, membantu hingga menyelesaikan berbagai macam permasalahan
yang terkait bidang belajar Kehidupan Sehat dan Sejahtera
2. Untuk Pembaca
- Dapat dijadikan referensi dalam pengelolaan studi kasus
- Memberikan gambaran tentang permasalahan Kehidupan Sehat dan Sejahtera
- Dapat memiliki motivasi untuk ikut dalam perbaikan dan penyelesaian masalah Kehidupan Sehat dan
Sejahtera
BAB ll
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Orang pertama yang menulis secara sistematis tentang bahaya pertumbuhan penduduk adalah
Thomas Robert Malthus. Ia adalah salah seorang pendeta dan juga ahli politik ekonomi bangsa Inggris.
Pada tahun 1978 ia menerbitkan buku analisis kependudukan berjudul “Essay On The Principle of
Population” dan mempertahankan pendapatnya bahwa “natural law” atau hukum alamiah yang
mempengaruhi atau menentukan pertumbuhan penduduk. Menurut Malthus, penduduk akan selalu
bertambah lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan bahan makanan, kecuali terhambat oleh karena
apa yang ia sebutkan sebagai moral restrains, seperti misalnya wabah penyakit atau malapetaka.

Karl Marx tidak setuju dengan Malthus. Menurut Karl Marx, populasi manusia tidak menekan
makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja. Kemelaratan atau kemiskinan bukan terjadi karena
cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh.
Selanjutnya, Karl Mark menyatakn bahwa semakin tinggi tingkat populasi manusia maka akan semakin
tinggi produktivitasnya, jika teknologi tidak menggantikan manusia. Sehingga manusia tidak perlu
menekan jumlah kelahirannya, ini berarti menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan
angka kelahiran. Teori ini dibenarkan oleh negara-negara sosialis seperti: RRC, Korea
Utara, dan Vietnam.

Teori Transisi demografi dalam penerapannya sering dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Di negara sedang berkembang, ciri demografisnya adalah angka kelahiran tinggi namun
angka kematian sudah rendah karena kemajuan pelayanan kesehatan. Hal ini menyebabkan pemerintah
kesulitan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena hasil pembangunan banyak tersedot untuk laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi. Sementara dii negara maju, ciri demografisnya adalah angka
kelahiran rendah dan angka kematian juga rendah. Kondisi ini membuat pemerintah di negara maju lebih
mudah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan kesejahteraan melalui jaminan kesehatan dan
jaminan sosial. Sebagai dampaknya, masyarakat di negara maju hidup dalam kondisi
kesejahteraan yang lebih baik

Teori kependudukan dibagi ke dalam tiga kelompok besar: (1) aliran Malthusian yang dipelopori
oleh Thomas Robert Malthus; (2) aliran Marxist yang dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels;
dan (3) aliran Reformulasi dari teori yang ada dan dipelopori oleh John Stuart Mill, Arsene Dumont dan
Emile Durkheim (Weeks, 1992 dalam Mantra, 2000; 60).

Menurut aliran Malthusian: terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk dengan


pertumbuhan makanan, dalam hal ini pertumbuhan penduduk berjalan berdasarkan deret ukur, sedangkan
pertumbuhan/pertambahan makanan berdasarkan deret hitung. Oleh karena itu, pertumbuhan penduduk
harus dibatasi. Pembatasan jumlah penduduk dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu preventive dan
posistive check. Preventive check yaitu berupa penekanan kelahiran terutama melalui moral restraint
(pengekangan diri dalam bentuk mengekang nafsu seksual), sedangkan positive check yaitu menjauhi dari
siklus pertumbuhan demografi dan implosi yang suram.

Aliran Malthus umumnya dianut oleh negara-negara kapitalis, seperti: Amerika Serikat, Inggris,
Perancis, Australia, Canada dan Amerika Latin. Lain halnya aliran Karl Marx dan Engels bahwa terjadi
ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk dengan kesempatan kerja. Artinya, tingkat kelahiran
dan kematian sama-sama tinggi. Namun sayangnya, kenyataan menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan
penduduk di negara Uni Soviet hampir sama dengan negara-negara maju. RRC sebagai negara sosialis
tidak dapat mentolerir lagi pertumbuhan penduduk yang tidak dihambat sesuai dengan ajaran Marxist,
karena di beberapa wilayah jumlah bahan makanan sudah sangat terbatas sehingga pada tahun 1953
pemerintah RRC mulai membatasi jumlah pertumbuhan penduduknya dengan penggunaan alat-alat
kontrasepsi dan bahkan memperbolehkan pengguguran kandungan (aborsi) (Mantra IB, 2000,68).

Teori kependudukan menurut aliran reformulasi (Malthus dan Marxist) terutama dukungan
terhadap teori Malthus bahwa disamping melakukan preventive check terhadap pembatasan pertumbuhan
penduduk juga bisa dilakukan melalui (1) investasi pendidikan bagi penduduk wanita (kaya dan miskin)
(John Stuart Mill); (2) kapilaritas sosial yaitu memperoleh kedudukan sosial ekonomi yang tinggi di
masyarakat. Untuk itu, pembatasan jumlah anak sangat ideal (Dumont, dalam Mantra, 2000; 74); (3)
terdapat perbedaan pertumbuhan penduduk antara perkotaan dan perdesaan (Durkheim); (4) terdapat
hubungan antara kepadatan penduduk dengan daya reproduksi. Artinya, jika kepadatan penduduk tinggi
maka daya reproduksi menurun dan sebaliknya (Sadler, dkk); dan (5) melalui ilmu pengetahuan, manusia
mampu melipatgandakan produksi pertanian.

B. Analisis

Adapun Isu atau masalah Kesehatan dan kesejahteraan yang terjadi saat ini adalah:

Polusi udara, yang mengakibatkan masyarakat indonesia bisa kehilangan 1,2 tahun usia harapan hidup.

1. Polusi udara merupakan salah satu masalah kesehatan dan lingkungan yang paling besar di dunia.

Polusi udara berkontribusi terhadap sekitar 11,65 persen kematian secara global dan merupakan
salah satu faktor risiko beban penyakit. Beberapa penyakit yang diakibatkan oleh polusi udara di
antaranya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), tuberkulosis (TB), asma, penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK), kanker paru dan fibrosis paru. Akibat pajanan polusi udara, rata-rata individu di
Indonesia mengalami kehilangan 1,2 tahun usia harapan hidup dikarenakan kualitas udara di Indonesia
gagal memenuhi kriteria konsentrasi PM2,5 yang ditetapkan oleh WHO.

Penduduk di kota besar seperti Jakarta dapat kehilangan sekitar 2,3 tahun usia harapan hidup
apabila terpajan dengan level polusi udara yang sama secara terus menerus. Sebagai sistem yang
berinteraksi langsung dengan udara dari luar ruangan, sistem respirasi sangat rentan terhadap polusi yang
terkandung dalam udara. Polutan dapat mengiritasi saluran napas, memicu inflamasi dan stres oksidatif di
saluran pernapasan. Dampak polusi udara terhadap kesehatan respirasi dapat berupa dampak akut maupun
dampak kronik

Penyebab utama polusi partikulat termasuk emisi dari kendaraan dan pembangkit listrik tenaga
batu bara. Di Jakarta, salah satu kota terpadat di dunia, kendaraan bermotor menyumbang 31,5 persen
PM2.5 pada 2008-2009 dan 70 persen PM10
Maka dari itu, pemerintah harus bekerja ekstra jika ingin serius menangani masalah polusi udara
di Indonesia. Beberapa hal bisa dilakukan dengan menguatkan dan menyediakan transportasi publik yang
memadai dan bebas asap, termasuk insentif untuk mereka yang menggunakan kendaraan ramah
lingkungan seperti sepeda. Kemudian, transisi energi dari batu bara menjadi energi bersih juga menjadi
komponen paling penting untuk mencapai tujuan bebas polusi udara. Selama batu bara terus dibakar,
polusi akan terus ada.

2. Upaya mengatasi polusi

Pemerintah Indonesia telah mulai mengambil beberapa langkah awal untuk mengatasi masalah
polusi partikulat. Sejauh ini, sebagian besar upaya terkonsentrasi pada sektor transportasi. Misalnya, pada
2017, pemerintah Indonesia mewajibkan semua kendaraan berbahan bakar bensin mengadopsi standar
bahan bakar Euro-4 pada September 2018. Standar yang awalnya diadopsi di Uni Eropa dan sekarang
diadopsi secara luas di seluruh dunia dan menjadi standar internasional, Euro-4 menuntut penggunaan
bahan bakar yang berkualitas tinggi dan lebih bersih dengan kandungan sulfur tidak melebihi 50 bagian
per juta (ppm).

Pemerintah Indonesia juga telah meningkatkan upaya memerangi polusi udara dari kebakaran
lahan gambut dan hutan. Setelah bencana Kabut Asap Asia Tenggara 2015 menyebabkan kerusakan
kesehatan dan ekonomi internasional, Presiden Joko Widodo memberlakukan moratorium pengembangan
lahan gambut baru dan mendirikan Badan Restorasi Gambut (BRG). Upaya BRG untuk menggenangi
kembali lahan gambut yang terdegradasi disebut sebagai salah satu kemungkinan alasan mengapa
Indonesia barubaru ini mengalami lebih sedikit kebakaran.

Pada 2018, luas lahan yang mengalami kebakaran hanya 7 persen dari luas lahan yang mengalami
kebakaran pada 2015. Namun karena sebagian lahan yang terbakar pada 2018 diprioritaskan untuk
restorasi gambut atau terlindung dari drainase, tidak jelas apakah penurunan kebakaran baru-baru ini
disebabkan oleh upaya pemerintah atau kondisi cuaca yang lebih baik.

C. Landasan Hukum
Undang-Undang Dasar 1945 mengamatkan bahwa Kesehatan sebagai salah satu dari hak
asasi manusia, dimana pasal 28 menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup dan sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Dalam pasal 34 ayat (3) dinyatakan bahwa “negara bertanggung jawab atas
penyediaan pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Seiring dengan itu Undang-
undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, juga mengamanatkan kepada pemerintah untuk
bertanggung jawab tehadap ketersediaan akses pendidikan kesehatan, ketersediaan informasi kesehatan,
serta layanan kesehatan sehingga dapat meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan masyarakat yang
setinggitingginya.

Upaya untuk memenuhi amanat Undang-Undang Dasar Dan Undang- Undang Kesehatan dalam
mencapai kesejahteraan dan kesehatan masyarakat perlu didukung oleh sumber daya manusia kesehatan
yang berkualitas dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, melalui pengaturan SDM Kesehatan mulai
dari perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan mutu SDM kesehatan.
Ketersediaan dan mutu SDM Kesehatan yang berkualitas tidak terlepas dari peran institusi pendidikan
tinggi kesehatan yang memenuhi standar pendidikan baik nasional dan internasional. Institusi
pendididikan berperan sebagai penghasil ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni maupun konsep
pemikiran yang berguna bagi kemaslahatan umat manusia melalui Tri Dharma Perguruan tinggi yang di
jalankan oleh seluruh civitas akademika.

D. Pendapat Kelompok
Pertumbuhan ekonomi memberikan dampak positif sekaligus dampak negatif secara bersamaan.
Dilematika ini ditunjukkan dengan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin kompleks sehingga
terfokus pada peningkatan produksi. Di sisi lain, peningkatan produksi akan mengurangi kemampuan
alam dalam menyediakan faktor produksi dan menyebabkan degradasi kualitas udara sebagai akibat dari
pembuangan limbah. Sedangkan kualitas udara dicerminkan melalui emisi karbondioksida yang
merupakan 76,6% dari akibat pemanasan global
BAB III
HASIL PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan pembangunan khususnya di kota-kota besar


cenderung menyebabkan tingginya tingkat pencemaran udara baik yang berasal dari sektor industri
maupun sektor transportasi. Sektor transportasi memberikan kontribusi pencemaran udara tertinggi
dibandingkan sektor lain karena sektor transportasi mengkonsumsi 40 persen bahan bakar. Melonjaknya
transportasi mengakibatkan kemacetan dan menimbulkan polusi udara.Banyaknya bangunan serta
pabrik-pabrik yang berdiri akan mengubah susunan tatanan perkotaan dan akan menimbulkan masalah
pencemaran lingkungan. Oleh Karena itu pemerntah harus membuat kebijakan untuk solusi jangka
panjang dan dapat mewujudkan strategi pembangunan berkelanjutan. Apabila masalah ini tidak segera
ditindak lanjuti kemungkinan besar bahaya yang timbul juga semakin bahaya seperti perubahan iklim
yang disebabkan meningkatnya polusi udara sehingga lapisan ozon menipis. Dampak yang lain seperti
kesehatan masyarakat juga terganggu, pencemaran udara, temperature Udara yang semakin tinggi dan
paling parahnya muncul beberapa bencana alam.

Untuk menghadapi perubahan iklim yang mungkin terjadi sewaktu-waktu makapemerintah mengambil
kebijakan seperti penguatan sistem perkiraaan cuaca dan iklim, meningkatkan kapasitas pengkajian
ilmiah, mengarusutamakan kedalam kebijakan suatu program dan meningkatkan edukasi komunikasi
serta informasi kepada masyarakat.

Polusi udara merupakan ancaman bagi kesehatan dan ekonomi kita. Setiap tahun, polusi udara
dari bahan bakar fosil menghilangkan jutaan nyawa, meningkatkan risiko stroke, kanker paru-paru, dan
asma, dan menelan biaya triliunan dolar. Namun ini adalah masalah yang sudah cukup jelas solusinya,
yaitu dengan beralih ke sumber energi terbarukan, meniadakan mobil diesel dan bensin, dan membangun
transportasi umum. Kita perlu memperhitungkan biaya nyata bahan bakar fosil, tidak hanya untuk planet
kita yang cepat memanas, tetapi juga untuk kesehatan kita
DAFTAR PUSTAKA
Gegara Polusi Udara, Masyarakat Indonesia Bisa Kehilangan 1,2 Tahun Usia Harapan Hidup –
Info Sehat FKUI
https://poltekkesjambi.ac.id/landasan-hukum/
http://eprints.uny.ac.id/57358/1/SKRIPSI_Eryan%20Dwi%20Susanti_13804241011.pdf

Anda mungkin juga menyukai