Anda di halaman 1dari 17

PROMOSI KESEHATAN DI TINGKAT GLOBAL

OLEH:

NAHDIA AWALIA (14120190147)


NUR FADILAH PUTRI NIRMALASARI (14120190148)
SYINDA MUSTAPSYIRAH (14120190149)
AZZARA AZISAH PUTRI (14120190150)
ANDI AMALIA MATTALATTA (14120190151)
HELMA LIANA SAFITRI M (14120190154)
KELOMPOK 1 B5

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah bahasa Indonesia tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “PROMOSI KESEHATAN DI TINGKAT


GLOBAL” dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Selain itu, kami juga
berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca
makalah ini.Penulis menyadari makalah bertema bahasa ini masih memerlukan
penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik
dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 19 Februari 2021

Kelompok 1 B5

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 LatarBelakang................................................................................. 1
1.2 RumusanMasalah............................................................................ 3
1.3 TujuanPenulisan.............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 4
2.1 The Ottawa Conference in Kanada (1986).................................. 4
2.2 The Adelaide Conference in Australia (1988)............................. 5
2.3 The Sundsvall Conference Swedia (1991)................................... 6
2.4 Konferensi Jakarta, Indonesia (1997).......................................... 8
2.5 Konferensi Mexico, City (2000).................................................. 10
2.6 Konferensi Bangkok, Thailand (2005)........................................ 11
2.7 Konferensi Nairobi, Kenya (2009).............................................. 12
BAB III PENUTUP............................................................................................. 30
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 30
3.2 Saran............................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apakah promosi kesehatan? Dan seberapa penting promosi kesehatan bagi


masyarakat? Berbicara tentang kesehatan, tentunya pasti semua orang ingin
selalu hidup sehat, dengan hidup sehat maka tercipta rasa aman, nyaman dan
tentram dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Berdasarkan data Kemenkes RI
tahun 2013, menunjukkan bahwa masyarakat sakit besarnya sekitar 15%,
sedangkan masyarakat sehat agar tidak jatuh sakit besarnya sekitar 85 %. Dari
data tersebut artinya persentasi masyarakat sehat agar tidak jatuh sakit
cenderung lebih banyak.

Tetapi tantangan pembangunan kesehatan semakin hari cukup berat yaitu


trend semakin meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit
yang disebabkan karena perubahan gaya hidup (lifestyle). Data Riskesdas
Kemenkes RI 2010 menunjukkan 59% kematian di Indonesia disebabkan
penyakit tidak menular yang membutuhkan biaya pengobatan yang sangat
besar seperti stroke, kanker, diabetes, gagal ginjal dan penyakit jantung.
Tentunya untuk menciptakan gaya hidup sehat yang lebih baik melalui upaya
promosi kesehatan, dengan promosi kesehatan maka dapat menumbuhkan
kesadaran masyarakat serta dapat berperan dalam upaya peningkatan
kesehatan. Seperti di tingkat desa atau kelurahan harus dilakukan
pemberdayaan terhadap kader dan masyarakat untuk meningkatkan upaya
kesehatan yang bersumber dari masyarakat seperti Posyandu (Pos Pelayanan
terpadu), Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu), dan lain sebagainya, berbagai
program pemberdayaan masyarakat yang sudah berhasil namun mati suri
harus dihidupkan kembali agar masyarakat dapat hidup sehat.

Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan, tidak


terlepas dari sejarah praktik pendidikan kesehatan di dalam kesehatan

1
masyarakat di Indonesia, maupun secara praktik pendidikan kesehatan secara
global. Para praktisi pendidikan kesehatan telah bekerja keras untuk
memberikan informasi kesehatan melalui berbagai media dan teknologi
pendidikan kepada masyarakat, dengan harapan masyarakat dapat melakukan
hidup sehat seperti yang diharapkan. Tetapi pada kenyataannya, perubahan
perilaku hidup sehat tersebut sangat lamban, sehingga dampaknya terhadap
perbaikan kesehatan sangat kecil. Dari hasil studi yang dilakukan oleh World
Health Organization (WHO) dan para ahli pendidikan kesehatan,
mengungkapkan memang benar bahwa pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan sudah cukup baik, tetapi praktik mereka masih rendah. Hal ini
berarti bahwa perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan tidak diimbangi dengan peningkatan atau perubahan perilakunya.
Belajar dari pengalaman pelaksanaan pendidikan kesehatan dari berbagai
tempat, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tersebut belum
“memampukan” (ability) masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, tetapi
baru dapat “memaukan” (wiliness) masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.

Dari pengalaman ini juga menimbulkan kesan yang negatif bagi


pendidikan kesehatan, bahwa pendidikan kesehatan hanya mementingkan
perubahan perilaku melalui pemberian informasi atau penyuluhan kesehatan.
Sedangkan pendidikan kesehatan kurang melihat bahwa perubahan perilaku
atau perlakuan baru tersebut juga memerlukan fasilitas, bukan hanya
pengetahuan saja. Misalnya Untuk praktik atau berperilaku memeriksakan diri
ke pelayanan kesehatan, minum air bersih dan makan-makanan yang bergizi
bukan hanya perlu pengetahuan tentang manfaat pemeriksaan kesehatan,
manfaat air bersih atau tahu manfaat tentang makanan yang bergizi, tetapi juga
perlu sarana atau fasilitas keterjangkauan pelayanan kesehatan, fasilitas air
bersih dan bagaimana cara mendapatkan serta mengolah makanan yang
bergizi. Oleh sebab itu, WHO (1980) menyimpulkan bahwa pendidikan
kesehatan tidak mencapai tujuannya, sebagai perwujudan dari perubahan
konsep para ahli pendidikan kesehatan global yang dimotori oleh WHO, pada
tahun 1984 merevitalisasi pendidikan kesehatan tersebut dengan

2
menggunakan istilah promosi kesehatan (health promotion). Jika sebelumnya
pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya yang terencana untuk perubahan
perilaku masyarakat sesuai dengan norma kesehatan, maka promosi kesehatan
tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku, tetapi juga perubahan
lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. (Kris, n.d.)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja yang dibahas dalam The Ottawa Conference in Kanada (1986) ?
2. Apa saja yang dibahas dalam The Adelaide Conference in Australia
(1988)?
3. Apa saja yang dibahas dalam The Sundsvall Conference Swedia (1991) ?
4. Apa saja yang dibahas dalam Konferensi Jakarta, Indonesia (1997) ?
5. Apa saja yang dibahas dalam Konferensi Mexico City (2000) ?
6. Apa saja yang dinahas dalam Konferensi Bangkok, Thailand (2005) ?
7. Apa saja yang dibahas dalam Konferensi Nairobi, Kenya (2009) ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pembahasan The Ottawa Conference in Kanada (1986)


2. Untuk mengetahui pembahasan The Adelaide Conference in Australia
(1988)
3. Untuk mengetahui pembahasan The Sundsvall Conference Swedia (1991)
4. Untuk mengetahui pembahasan Konferensi Jakarta, Indonesia (1997)
5. Untuk mengetahui pembahasan Konferensi Mexico City (2000)
6. Untuk mengetahui pembahasan Konferensi Bangkok, Thailand (2005)
7. Untuk mengetahui pembahasan Konferensi Nairobi, Kenya (2009)

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 The Ottawa Conference in Kanada (1986)

Istilah promosi kesehatan diterima dan diperkenalkan oleh WHO, yang


kemudian diterima dan dipergunakan oleh semua anggota WHO. Istilah ini
sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada tahun 1986, pada waktu
diselenggarakan Konferensi International Pertama tentang Health Promotion di
Ottawa, Canada, pada tahun 1986. Pada waktu itu dicanangkan the Ottawa
Charter, yang memuat definisi dan prinsip-prinsip dasar Health Promotion.
Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum bergema. Pada waktu
itu, istilah yang ada tetap Penyuluhan Kesehatan, disamping juga populer istilah-
istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), Pemasaran Sosial
(Social Marketing), Mobilisasi Sosial, dll.

Piagam Ottawa adalah piagam kesepakatan yang dihasilkan pada


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa, Canada tahun
1986, telah membawa perubahan dalam pengertian dan praktek “health
promotion” atau promosi kesehatan. Piagam ini mendefinisikan Promosi
Kesehatan sebagai “Proses yang memungkinkan individu mengendalikan dan
memperbaiki kesehatannya. Untuk mencapai kesehatan jasmani, rohani dan sosial
yang sempurna, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan
mewujudkan aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan, mampu mengubah atau
beradaptasi dengan lingkungan”.(Dwi Susilowati, 2016)

Piagam tersebut merumuskan upaya promosi kesehatan mencakup 5 butir.

1. Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy). Ditujukan


kepada policy maker agar mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang
mendukung kesehatan.
2. Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment). Ditujukan
kepada para pengelola tempat umum termasuk pemerintah kota, agar

4
menyediakan prasarana sarana yang mendukung terciptanya perilaku sehat
bagi masyarakat.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service). Selama ini
yang menjadi penyedia (provider) pelayanan kesehatan adalah pemerintah
dan swasta sedangkan masyarakat adalah sebagai pengguna (customers)
pelayanan kesehatan. Pemahaman ini harus diubah, bahwasanya
masyarakat tidak sekedar pengguna tetapi bisa sebagai provider dalam
batas-batas tertentu melalui upaya pemberdayaan.
4. Keterampilan Individu (Personnel Skill). Kesehatan masyarakat akan
terwujud apabila kesehatan individu, keluarga dan kelompok tersebut
terwujud.
5. Gerakan Masyarakat (Community Action). Adanya gerakan-gerakan atau
kegiatan- kegiatan di masyarakat yang mendukung kesehatan agar
terwujud perilaku yang kondusif dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka. (Dwi Susilowati, 2016)

Pengertian promosi kesehatan yang tertuang dalam piagam ottawa ini


kemudian diperbarui WHO menjadi: “Proses pemberdayaan rakyat (individu dan
masyarakat) yang memungkinkan mereka mampu mengendalikan determinan-
determinan kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya”. Jadi
yang harus terlibat dalam proses pengendalian dan perbaikan kesehatan tersebut
adalah rakyat atau individu dan masyarakat itu sendiri.

2.2 The Adelaide Conference in Australia (1988)

Penerapan Deklarasi Alma-Ata satu dekade lalu merupakan tonggak


penting dalam gerakan Kesehatan untuk Semua yang diluncurkan oleh Majelis
Kesehatan Dunia pada tahun 1977. Berdasarkan pengakuan kesehatan sebagai
tujuan sosial yang fundamental, Deklarasi tersebut menetapkan arah baru untuk
kebijakan kesehatan dengan menitikberatkan pada keterlibatan masyarakat,
kerjasama antar sektor masyarakat dan pelayanan kesehatan primer sebagai
landasannya.

5
Semangat Alma-Ata dibawa ke depan dalam Piagam Promosi Kesehatan
yang diadopsi di Ottawa pada tahun 1986. Piagam tersebut menetapkan tantangan
untuk bergerak menuju kesehatan masyarakat yang baru dengan menegaskan
kembali keadilan dan kesetaraan sosial sebagai prasyarat untuk kesehatan, dan
advokasi dan mediasi sebagai proses pencapaian mereka.konferensi Adelaide
tentang Kebijakan Publik yang Sehat berlanjut ke arah yang ditetapkan di Alma-
Ata dan Ottawa, dan dibangun di atas momentum mereka. Dua ratus dua puluh
peserta dari empat puluh dua negara berbagi pengalaman dalam merumuskan dan
melaksanakan kebijakan publik yang sehat. Strategi yang direkomendasikan
berikut untuk tindakan kebijakan publik yang sehat mencerminkan konsensus
yang dicapai di Konferensi. (health world organization, n.d.)

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Kedua di Adelaide, Australia


tanggal 5-9 April 1988, dengan menghasilkan Rekomendasi Adelaide atau
“Adelaide Recommendation”. Adapun kesepakatan konferensi:

1. Lingkungan dan perilaku kondusif bagi Kesehatan


2. Mengembagi kebijakan publik berwawasan Kesehatan
3. Revitalisasi nilai azasi kesehatan
4. Pemerataan, akses dan pengembangan
5. Akuntabilitas untuk Kesehatan

Pembahasan lebih lanjut mengenai kebijakan publik berwawasan kesehatan


dicetuskan: "Kesehatan Adalah Hak Azasi Manusia dan Kesehatan merupakan
Investasi Sosial". Empat prioritas kebijakan sehat antara lain;

a. Mendukung kesehatan wanita


Perempuan adalah promotor kesehatan primer di seluruh dunia,
dan sebagian besar pekerjaan mereka dilakukan tanpa bayaran atau upah
minimal. Jaringan dan organisasi perempuan adalah model untuk
organisasi, perencanaan dan pelaksanaan proses promosi kesehatan.
Jaringan perempuan harus menerima lebih banyak pengakuan dan
dukungan dari para pembuat kebijakan dan lembaga. Partisipasi wanita

6
dalam promosi kesehatan memerlukan akses ke informasi, jaringan dan
dana. Semua wanita, terutama yang berasal dari, adat, dan kelompok etnis
minoritas, memiliki hak untuk menentukan kesehatan mereka sendiri dan
harus diadakan mitra penuh dalam perumusan kebijakan publik yang sehat
untuk memastikan relevansi budaya.
Konferensi ini mengusulkan bahwa negara-negara mulai
mengembangkan kebijakan publik nasional di mana agenda kesehatan
perempuan sendiri adalah meliputi proposal untuk:
1. Kerja sama peduli yang dilakukan dalam
masyarakat
2. Praktik bersalin berdasarkan preferensi dan
kebutuhan perempuan
3. Mekanisme yang mendukung untuk pekerjaan,
seperti dukungan untuk ibu dengan anak-anak, cuti
kehamilan, dsb.
b. Makanan dan Gizi
Penghapusan kelaparan dan kekurangan gizi adalah tujuan
mendasar dari kebijakan publik yang sehat. Kebijakan tersebut harus
menjamin akses universal untuk makanan sehat yang cukup dengan
memperhatikan kearifan lokal. Kebijakan pangan dan gizi perlu
mengintegrasikan metode produksi dan distribusi pangan baik swasta dan
publik untuk mencapai harga yang terjangkau. Kebijakan pangan dan gizi
yang mengintegrasikan pertanian, dan faktor lingkungan ekonomi untuk
memastikan dampak kesehatan nasional dan internasional yang positif
harus menjadi prioritas bagi semua pemerintah. Tahap pertama dari
kebijakan seperti itu akan menjadi pembentukan gol untuk gizi dan diet.
Perpajakan dan subsidi harus mendukung akses yang mudah untuk
peningkatan diet dan gizi.
Konferensi merekomendasikan pemerintah segera mengambil
tindakan dan langsung di semua tingkatan untuk menggunakan daya beli
mereka di pasar makanan untuk memastikan bahwa pasokan pangan di

7
bawah kontrol khusus mereka (seperti katering di rumah sakit, sekolah,
pusat penitipan anak, layanan kesejahteraan dan tempat kerja)
memberikan konsumen akses siap untuk makanan bergizi.
c. Pengurangan tembakau dan alcohol
Penggunaan tembakau dan penyalahgunaan alkohol adalah dua
bahaya kesehatan utama yang perlu penanganan segera melalui
pengembangan kebijakan publik yang sehat. Tidak hanya tembakau
berbahaya bagi kesehatan perokok tetapi konsekuensi kesehatan akibat
merokok pasif, terutama untuk bayi. Alkohol memberikan kontribusi
untuk perselisihan sosial, dan trauma fisik serta mental. Selain itu,
konsekuensi ekologi yang serius dari penggunaan tembakau sebagai
tanaman komersial di negara miskin telah memberi kontribusi pada krisis
dunia saat ini dalam produksi dan distribusi makanan.
Pada konferensi ini pemerintah harus berkomitmen untuk
pengembangan kebijakan publik yang sehat dengan menetapkan target
nasional dan bertekad mengurangi pertumbuhan tembakau dan produksi
alkohol, pemasaran dan konsumsi secara signifikan pada tahun 2000.
d. Menciptakan lingkungan yang mendukung

Pengelolaan lingkungan harus melindungi kesehatan manusia dari


efek buruk langsung dan tidak langsung baik biologi, kimia, dan faktor
fisik, dan harus mengakui bahwa perempuan dan laki-laki merupakan
bagian dari ekosistem yang kompleks. Sumber daya alam yang sangat
beragam tetapi terbatas sangat penting bagi umat manusia. Kebijakan
mempromosikan kesehatan dapat dicapai hanya dalam lingkungan untuk
menghemat sumber daya melalui strategi ekologi global, regional, dan
lokal.

Pada tahun 1989 diadakan pertemuan Kelompok Promosi


Kesehatan negara-negara berkembang di Geneva sebagai seruan untuk
bertindak (a call for action). Pada pertemuan ini ditekankan 3 startegi
pokok promosi kesehatan untuk pembagunan kesehatan, yaitu Advokasi

8
kebijakan, pengembangan aliansi yang kuat dan sistem dukungan sosial,
serta pemberdayaan masyarakat.(Tri Widiarti Kasani, 2016)

2.3 The Sundsvall Conference, Swedia (1991)

Konferensi Sundsvall pada tahun 1991 menyoroti hubungan penting antara


kesehatan dan lingkungan fisik. Lingkungan bukan hanya struktur dan layanan
yang terlihat di sekitar kita tetapi juga memiliki dimensi spiritual, sosial, budaya,
ekonomi, politik dan ideologis. Berdasarkan fakta bahwa promosi kesehatan
membahas faktor penentu kesehatan yang luas - untuk menciptakan kesehatan
yang lebih baik, Konferensi berfokus pada enam bidang pendidikan, makanan dan
gizi, rumah dan lingkungan, pekerjaan, transportasi, serta dukungan dan
perawatan sosial. Para delegasi menyadari bahwa setiap orang memiliki peran
dalam membuat dunia lebih mendukung Kesehatan.

untuk dukungan ini diperlukan 4 strategi kunci yakni:

a.    Memperkuat advokasi diseluruh lapisan masyarakat


b.    Memberdayakan masyarakat dan indiividu agar mampu menjaga
kesehatan dan lingkungannya melalui pendidikan dan pemberdayaan
c.    Membangun aliansi menjadi penengah diantara berbagai konflik
kepentingan di tengah masyarakat.

Sundsvall memperkenalkan tiga model untuk menganalisis,


mendeskripsikan, memahami dan menangani masalah lingkungan dan bagaimana
mempengaruhinya untuk meningkatkan kesehatan. Yang pertama adalah Model
Analisis Strategi Promosi Kesehatan (HELPSAM), yang kedua adalah “Piramida
Sundsvall dari Lingkungan Pendukung”, dan yang ketiga adalah model “Tindakan
Lingkungan Pendukung” (SESAME), yang menggambarkan urutan logis dari
tindakan yang dilakukan. ditempatkan di banyak bidang aktivitas manusia.(the
university of Waikato, n.d.)

9
Ketiga konferensi tersebut diselenggarakan di negara maju sehingga
timbulah pertanyaan apakah promosi kesehatan hanya sesuai untuk negara maju
saja atau tidak cocok untuk negara berkembang? Untuk membantah keraguan itu,
maka konferensi yang ke-IV dilaksanakan di salah satu negara sedang
berkembang. Indonesia memperoleh kehormatan untuk menjadi
penyelenggaranya yang pertama.(Tri Widiarti Kasani, 2016)

2.4 Konferensi Jakarta, Indonesia

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan IV ini terselenggara pada


bulan Juli 1997 bertempat di Hotel Horison, Ancol, Jakarta. Pesan utama dalam
konferensi keempat ini ialah perlunya merubah pola tradisional dalam promosi
kesehatan dengan menciptakan kemitraan pada berbagai sektor baik pemerintah
maupun swasta. Isi deklarasi Jakarta, antara lain:

a. Meningkatkan tanggung jawab sosial dalam kesehatan

b. Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan

c. Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan

d. Kemampuan perorang dan pemberdayaan masyarakat

e. Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan. (Tri Widiarti Kasani, 2016)

Konferensi Jakarta diadakan dengan latar belakang perubahan ekonomi dan


politik yang besar di seluruh dunia yang telah terjadi sejak tiga Konferensi
Internasional tentang Promosi Kesehatan sebelumnya . Itu memiliki tiga tujuan:

a. untuk meninjau dan mengevaluasi dampak promosi kesehatan;


b. untuk mengidentifikasi strategi inovatif untuk mencapai keberhasilan
dalam promosi kesehatan;
c. untuk memfasilitasi pengembangan kemitraan dalam promosi kesehatan
untuk memenuhi tantangan kesehatan global.(the university of Waikato,
n.d.)

2.5 Konferensi Mexico City (2000)

10
Dengan tema: BRIDGING THE EQUITY GAP (Menjembatani
Kesenjangan Pemerataan) merupakan sejarah pertemuan internasional Promosi
Kesehatan yang dihadiri oleh 100 Negara yang diwakilkan para Menteri
Kesehatan dengan membuat kesepakatan antara lain :

a. kesepakatan menteri kesehatan sedunia untuk meningkatkan kesehatan

b. pengembangan kegiatan promosi kesehatan di masing-masing negara di


dunia

c. study kasus sebagai bukti keberhasilan kegiatan promosi kesehatan


didunia

d. membuat perencanaan promosi kesehatan. (Tri Widiarti Kasani, 2016)

2.6 Konferensi Bangkok, Thailand (2005)

Pada konferensi kelima ini, tema yang diangkat adalah Health Promotion
in Globalized World (Promosi Kesehatan dalam dunia yang mengglobal) yaitu
komitmen untuk kesehatan bagi semua. Kesepakatan yang dihasilkan antara lain:

a. Menjadikan Promosi Kesehatan sebagai Pusat Agenda Pembangunan


Global
b. Membuat Promosi Kesehatan sebagai Tanggungjawab semua lini
Pemerintah
c. Menjadikan PromKes Untuk Pemberdayaan Masyarakat (Masyarakat
sering mengambil inisiatif memulai).(Tri Widiarti Kasani, 2016)

2.7 Konferensi Nairobi, Kenya (2009)

Koferensi ke-7 Promosi Kesehatan dilaksanakan di Kota Nairobi, Kenya


pada tanggal 26 s/d 30 Oktober 2009 dengan tema ” Promoting Health and
Develotment : Closing the Implementation Gap”. Konfernsi tersebut
menghasilkan 5 Strategi dan Aksi yang disepakati, yaitu ;

a. Membangun Kapasitas Promosi Kesehatan (Building Capacity for Heaalth


Promotion)

11
b. Penguatan Sistem Kesehatan (Strengthening Health Systems)
c. Kemitraan dan Kerjasama Lintas Sektor (Partnership and Intersesectoral
Action)
d. Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment)
e. Sadar Sehat dan Perilaku Sehat (Health Literacy and Health Behavior).(Tri
Widiarti Kasani, 2016)

Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di Indonesia


dipacu oleh perkembangan dunia internasional. Nama unit Health Education
di WHO baik di Headquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah
berubah menjadi Unit Health Promotion. Nama organisasi profesi
internasional juga sudah berubah menjadi International Union for Health
Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga
ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia
sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.(Tri Widiarti Kasani, 2016)

12
BAB III
PENUTUP

1.1.Kesimpulan
Istilah promosi kesehatan diterima dan diperkenalkan oleh WHO,
yang kemudian diterima dan dipergunakan oleh semua anggota WHO. Pada
waktu itu dicanangkan the Ottawa Charter, yang memuat definisi dan prinsip-
prinsip dasar Health Promotion. Penerapan Deklarasi Alma-Ata satu decade lalu
merupakan tonggak penting dalam gerakan Kesehatan untuk Semua yang
diluncurkan oleh Majelis Kesehatan Dunia pada tahun 1977. Berdasarkan
pengakuan kesehatan sebagai tujuan sosial yang fundamental, Deklarasi tersebut
menetapkan arah baru untuk kebijakan kesehatan dengan menitik beratkan pada
keterlibatan masyarakat, kerja sama antar sektor masyarakat dan pelayanan
kesehatan primer sebagai landasannya. Konferensi Sundsvall pada tahun 1991
menyoroti hubungan penting antara kesehatan dan lingkungan fisik. Lingkungan
bukan hanya struktur dan layanan yang terlihat di sekitar kita tetapi juga memiliki
dimensi spiritual, sosial, budaya, ekonomi, politik dan ideologis. Konferensi
Internasional Promosi Kesehatan IV initer selenggara pada bulan Juli 1997
bertempat di Hotel Horison, Ancol, Jakarta. Pesan utama dalam konferensi
keempat ini ialah perlunya merubah pola tradisional dalam promosi kesehatan
dengan menciptakan kemitraan pada berbagai sektor baik pemerintah maupun
swasta. Konferensi Mexico dengan tema Bridging the Equity Gap (menjembatani
kesenjangan pemerataan) dengan kesepakatan antara lain kesepakatan menteri
kesehatan sedunia untuk meningkatkan kesehatan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Susilowati, M. K. (2016). Promosi Kesehatan.
health world organization. (n.d.). Adelaide Recommendations on Healthy Public
Policy.
https://www.who.int/healthpromotion/conferences/previous/adelaide/en/
Kris, D. (n.d.). Konsep Promosi Kesehatan.
the university of Waikato. (n.d.). Health Promotion: Milestoneson the road of a
global alliance. The New Zealand Digital Library. Retrieved February 2,
2021, from http://www.nzdl.org/cgi-bin/library?e=d-00000-00---off-0cdl--
00-0----0-10-0---0---0direct-10---4-------0-0l--11-en-50---20-about---00-0-1-
00-0--4----0-0-11-10-0utfZz-8-
00&cl=CL1.242&d=HASH01d2ae7a751a04a57bf5b392.2.3&gt=1
Tri Widiarti Kasani. (2016). ILMU PROMOSI KESEHATAN. Blogspot.
http://twidiarti.blogspot.com/2016/09/ilmu-promosi-kesehatan-dosen-
pengampu.html

14

Anda mungkin juga menyukai