Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KESEHATAN MASYARAKAT

DI SUSUN OLEH :

NAMA : SRI AYU ANDIRA

NIM : 111200320076

PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


ANDINI PERSADA MAMUJU
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan
kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

Halaman Judul............................................................................................ i

Kata Pengantar........................................................................................... 1

Daftar isi..................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan...................................................................................... 3

A.Latar belakang masalah..................................................................... 4


B. Rumusan Masalah.............................................................................. 5
C. Tujuan penulisan................................................................................ 6
D. Ruang Lingkup.................................................................................. 7

Bab II Pembahasan..................................................................................... 8
A. Pentingnya Ilmu Kesehatan Masyarakat ( SKM )...................... 9
B. Kesehatank tenaga kesehatan yang handal................................. 10
C. Peran SKM dalam kesehatan kerja............................................ 11
Bab III Penutup.......................................................................................... 12

A. Kesimpulan.................... ............................................................. 13
B. Saran........................................................................................... 14

Daftar Pustaka.......................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka


pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu
dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan masyarakat. Salah satu upaya
peningkatan derajat kesehatan adalah melalui perbaikan keadaan atau kesehatan
lingkungan. Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu upaya penentu atau determinan dalam
kesejahteraan penduduk. Lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan
meningkatkan efisiensi kerja (UU, 2009).

HL. Blum (1980) seorang ahli kesehatan masyarakat menyatakan bahwa status
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor dominan yaitu perilaku/gaya
hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor
pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan),
dimana keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan
perorangan dan derajat kesehatan masyarakat (Bastaman, 2016). Lingkungan yang
sehat sangat berpengaruh dalam kesehatan masyarakat di sekitarnya. Peningkatan
kesehatan

Lingkungan salah satunya dilaksanakan melalui upaya peningkatan sanitasi


lingkungan, baik lingkungan fisik, kimia, biologi, dan perilaku masyarakat.
Peningkatan sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan cara pengendalian vektor di
suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan
penyakit melalui vektor dapat dicegah (Permenkes RI No.374/Menkes/Per/II/2010
tentang Pengendalian Vektor). Salah satu penyebab penyakit adalah keberadaan tikus.
Penyakit yang disebabkan oleh keberadaan tikus adalah leptopirosis. Leptospirosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang disebarkan melalui
urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini. Beberapa jenis hewan yang dapat
menjadi pembawa leptospirosis, yaitu anjing, hewan pengerat seperti tikus, dan
kelompok hewan ternak seperti sapi, serta babi. Tikus adalah hewan yang sering
membawa leptospirosis di Indonesia.
Leptospirosis juga disebut sebagai penyakit yang terabaikan / Neglected Infectius
Diseases (NIDs) yaitu penyakit infeksi yang endemis pada masyarakat miskin atau
populasi petani dan pekerja yang berhubungan dengan air dan tanah di Negara
berkembang. Leptospirosis dikatakan terabaikan karena pada umumnya menginfeksi
masyarakat yang terpinggirkan / kaum marginal. Sedangkan di Negara maju
leptospirosis telah tereliminasi, sehingga penyakit ini sering terlupakan bahkan kurang
mendapat perhatian dan tidak mendapat prioritas penanganan yang cukup dari
pemerintah (Rusmini, 2011).

Menurut Dinas Kesehatan DIY kejadian leptospirosis pada tahun 2016 di Provinsi
DIY sebanyak 116 kasus dan yang meninggal dunia 11 orang (CFR=9,48%). Tahun
2017 kejadian leptospirosis menjadi 296 kasus dan yang meninggal dunia 38 orang
(CFR=12,84%). Kasus tertinggi di DIY terdapat di Kabupaten Bantul.

Perkembangan jumlah kasus di Bantul dari tahun 2015 hingga 2017 terjadi fluktuatif
yang cukup signifikan. Pada tahun 2015 terjadi sebanyak 87 kasus, tahun 2016 terjadi
30 kasus, dan pada tahun 2017 terjadi sebanyak 98 kasus dengan 5 orang meninggal
dunia. Dari 98 kasus tersebut, kasus terbanyak berada di Kecamatan Pundong dengan
16 kasus. Dan sebanyak 8 kasus berada di Desa Srihardono yang merupakan desa
dengan kasus terbanyak di Kecamatan Pundong (Dinas Kesehatan Bantul, 2018).

Kecamatan Pundong merupakan salah satu kecamatan di daerah Bantul sisi selatan
dengan geografis terbanyak adalah daerah persawahan dan perairan. Rata-rata mata
pencaharian penduduk adalah sebagai petani. Dari 10 penduduk yang ditemui di
Dusun Potrobayan Desa Srihardono Kecamatan Pundong 6 orang diantaranya bekerja
sebagai petani, 2 orang sebagai pedagang, 1 orang sebagai wiraswasta, dan 1 orang
sebagai ibu rumah tangga. Rata-rata mereka tidak mengetahui apa itu leptospirosis
dan bagaimana cara mencegah dan mengendalikan penyakit tersebut.

Berdasarkan survei pendahuluan diperoleh hasil bahwa 10% responden memiliki


pengetahuan yang baik tentang penyakit leptospirosis, 40% reponden memiliki
pengetahuan cukup baik, dan 50% tidak mengetahui apa itu leptospirosis dan
bagaimana cara pencegahan dan pengendaliannya.

Pemerintah dalam penanganan kasus Leptospirosis telah dilakukan tidak main-main


dengan menetapkan tahun 2017 sebagai KLB, khususnya untuk wilayah kerja
Puskesmas Pundong. Berbagai pencegahan, dan promosi kesehatan telah dilakukan
oleh pihak Puskesmas terutama pada daerah yang terdapat kasus hingga meninggal
dunia. Namun di Dusun Potrobayan Desa Srihardono Kecamatan Pundong belum
dilakukan penyuluhan. Di tempat
Tersebut terjadi 3 kasus leptospirosis pada tahun 2017.

Promosi Kesehatan yang dilakukan Puskesmas Pundong rata- rata menggunakan


metode penyuluhan dengan ceramah. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian dari
Ristiyanto (2013) dengan judul “Studi Pencegahan Penularan Leptospirosis di Daerah
Persawahan di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta”. Dari penelitian
tersebut didapatkan hasil masyarakat menyukai penyuluhan (92,2%), baliho (82,3%)
dan leaflet (64,7%) untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
leptospirosis.

Menurut penelitian Bagus Setio Hutomo (2016) dengan judul “Pengaruh


Pendidikan Kesehatan tentang leptospirosis di Dusun Kowan, Trimulyo, Jetis, Bantul,
Yogyakarta” didapatkan hasil tidak ada perubahan bermakna dalam peningkatan
pengetahuan tentang pencegahan leptospirosis di RT 09 Dusun Kowang, Trimulyo,
Jetis, Bantul, Yogyakarta. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah menggunakan
metode lain yang lebih efektif seperti dengan pemutaran video pada saat penyuluhan
untuk lebih menarik dan mudah dipahami dalam menyampaikan materi.

Selain penyuluhan dengan metode ceramah, penggunaan media dalam penyuluhan


juga penting untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Salah satu media dalam
penyuluhan adalah peggunaan video. Video merupakan media bergerak dan dinamis,
dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu
elektronika (Notoatmodjo, 2010).

Maka dari itu untuk memperbaiki penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk
meneliti penggunaan video sebagai media penyuluhan terhadap peningkatan perilaku
pencegahan dan pengendalian leptospirosis warga Dusun Potrobayan Srihardono
Pundong Bantul. Tempat penelitian berada di wilayah kerja Puskemas Pundong.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah
penelitiannya adalah: “Apakah ada pengaruh penggunaan video sebagai media
penyuluhan terhadap peningkatan perilaku pencegahan dan pengendalian leptospirosis
warga Dusun Potrobayan Srihardono Pundong Bantul?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penggunaan video sebagai media penyuluhan terhadap


peningkatan perilaku pencegahan dan pengendalian leptospirosis warga Dusun
Potrobayan Srihardono Pundong Bantul.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh penggunaan video sebagai media penyuluhan


terhadap peningkatan pengetahuan pencegahan dan pengendalian
leptospirosis warga Dusun Potrobayan Srihardono Pundong Bantul.

b. Mengetahui pengaruh penggunaan video sebagai media penyuluhan


terhadap peningkatan sikap pencegahan dan pengendalian
leptospirosis warga Dusun Potrobayan Srihardono Pundong Bantul.
c. Mengetahui pengaruh penggunaan video sebagai media penyuluhan
terhadap peningkatan tindakan/praktik pencegahan dan pengendalian
leptospirosis warga Dusun Potrobayan Srihardono Pundong Bantul.

D. Ruang Lingkup

1. Lingkup Keilmuan

Lingkup penelitian ini adalah bidang kesehatan lingkungan dengan materi


pengendalian vektor dan binatang pengganggu serta promosi kesehatan.

2. Lingkup Materi

Lingkup materi dari penelitian ini adalah promosi kesehatan, pengendalian


vektor dan binatang pengganggu dengan mengetahui siklus hidup,
perkembangbiakan tikus, penularan hingga pencegahan dan pengendalian
penyakit leptospirosis.

3. Subyek Penelitian
Penelitian ini menggunakan subyek warga berusia 26-55 tahun di Dusun
Potrobayan Desa Srihardono Kecamatan Pundong.

4. Lokasi
Lokasi penelitian ini di Dusun Potrobayan Desa Srihardono Kecamatan
Pundong Bantul.

5. Waktu

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret –Juli 2018


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Ilmu Kesehatan Masyarakat ( SKM )

Kondisi kesehatan masyarkat Indonesia pada saat ini bisa di katakana dalam
kondisi yang sudah semakin membaik, meskipun masih ada sebagian masyarakat
yang yang hidup jauh dari pola hidup sehat. Membaiknya kesehatan masyarakat
merupakan manifestasi dari info dari media masa yang sering memberikan informasi
edukatis sehingga masyarakat terdidik secara otomatis. Pentingnya kesehatan
masyarakat membuat dinas pendidikan membuat ilmu atau fakultas yang khusus
menangani kesehatan masyarakat. Harapan pemerintah pada perkuliahan yang
mmebahas tentang kesehatan masyarakat kedepannya mampu membawa masyarakat
yang sehat dan cerdas dalam menjaga kesehatannya sendiri dan keluarga.

Ilmu kesehatan masyarakat memiliki artian, sebagai ilmu dan seni mencegah
penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan
efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi
lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan
perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini,
pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar
setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga
kesehatannya.

Salah satu ruang lingkup ilu kesehatan masyarakat yang mnjadi sorotan di Indonesia
adalah Gizi Masyarakat, pembahasan berkaitan dengan gizi memang menjadi hal
menarik, karena masih banyak masyarakat yang dalam pemenuhan gizinya belum
mendekati normal, artinya anka kecukupan gizi di masyarakat Indonesia terutama di
pedesaan masi sangat rendah. Banyak masyarakat yang masih mngkonsumsi makanan
satu macam sehingga nutrisinya tidak optimum, hal ini juga yang menyebabkan
banyaknya kasus seperti busung lapar kurang gizi dan lain sebagainya. Pentingnya
kesehatan masyarakat harus benar-benar mendapatkan perhatian, karena masyarakat
bisa menjadi cerminan suatu Negara. Bagaimnapun Negara bisa terus berkembang
karena ada masyarakat yang menyumbangkan SDMnya.

Sumber daya manusia yang baik tentu dari masyarakat yang sehat. Masalah gizi
menjadi sorotan khusus karena di Indonesia sendiri masalah ini belum bisa teratasi
secara tuntas, sebenarnya banyak aspek yang melingkupi kesehatan masyarakat,
seperti Epidemiologi, Biostatistik, Kesehatan Lingkungan, Pendidikan Kesehatan dan
Perilaku, Administrasi Kesehatan Masyarakat, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
serta Kesehatan Reproduksi.

B. Kesehatank tenaga kesehatan yang handal

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber


daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik tangguh,
mental kuat, kesehatan prima, dan cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal itu
sangat tergantung pada keadaan kesehatan yang baik.

SDM yang dimaksud adalah Tenaga kesehatan sesuai PP 32 tahun 1996 yang dituntut
mampu memberikan pelayanan kesehatan secara professional.

Kemampuan professional tercermin melalui keterampilan intelektual, interpersonal


dan teknikal dalam menerapkan teori dan konsep pelayanan Kesehatan yang sesuai
dan tepat guna. Penguasaan kemampuan professional memungkinkan tenaga
Kesehatan mampu membuat keputusan berdasarkan pengetahuan Ilmiah dan Kode
Etik Pelayanan kesehatan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan kaidah
profesi masing masing .

Dalam menghadapi Era Globalisasi di tahun 2010, Tenaga Kesehatan diharapkan


berperan aktif untuk turut serta berbenah diri.

Untuk memenuhi hak masyarakat atas pelayanan kesehatan yang berkualitas, tenaga
kesehatan harus mempunyai kompetensi handal, melaksanakan peran dan tugasnya
dalam melayani masyarakat sesuai kompetensinya. Agar tenaga Kesehatan di
lingkungan MTKI & MTKP dapat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik,
maka perlu adanya Sertifikasi melalui UJI KOMPETENSI baik Level Dasar maupun
Level lanjut/Advance sesuai standar kompetensi yang telah disepakati bersama antara
profesi, stakeholder dan user agar memperoleh Pengakuan atas kompetensi kerjanya
di bidang kesehatan.
Berdasar hal tersebut diatas perlu adanya Sosialisasi melalui Awareness tentang
Competency Based Training (CBT), bagi seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di
Unit pelayanan kesehatan di MASYARAKAT, agar tenaga Kesehatan paham dan siap
untuk melakukan Sertifikasi dan Uji kompetensi

Permasalahan lain yang perlu juga segera dilakukan adalah penyelenggaraan registrasi
bagi tenaga Kesehatan yang akan dan sudah bekerja, dengan mempertimbangkan
dasar-dasar ketentuan yang ada sekarang. Penyesuaian profesionalisme tenaga
Kesehatan melalui sertifikasi tersebut merupakan upaya profesi dan lembaga /Institusi
Pelayanan kesehatan untuk melindungi, menstandarisasi, dan melegalisasi tenaga
kesehatan terkaitnya.

Sertifikasi yang dimaksud dalam ketentuan yang berlaku adalah pemberian


mengakuan kepada tenaga kesehatan sesuai profesinya melalui pemberlakuan uji
kompetensi

Sebagai suatu sistem, uji kompetensi/penilaian berbasis kompetensi merupakan


bagian yang tidak terpisahkan dari pelatihan berbasis kompetensi yang bertujuan
untuk mengukur pencapaian kompetensi seseorang terhadap unit-unit Standar
Kompetensi di masing-masing Profesi Tenaga Kesehatan.

Fungsi Uji Kompetensi dalam proses sertifikasi yang merupakan pemberian


pengakuan terhadap Kompetensi tenaga kesehatan tersebut, menjadi sangat penting,
karena akan menentukan kualitas dari sertifikat kompetensi yang diterbitkan sekaligus
juga kualitas dari tenaga kesehatan pemegang sertifikat.

Dalam sistem kelembagaan Uji dan sertifikasi kompetensi yang dikembangkan secara
nasional, pelaksanaan uji kompetensi tsb dilaksanakan oleh lembaga independent yg
ditunjuk atau memperoleh Lisensi sertifikasi

Upaya standarisasi sistem uji kompetensi/penilaian berbasis kompetensi perlu


dilakukan untuk mendapatkan kualitas proses dan hasil yang diharapkan sesuai
persyaratan bukti-bukti Standar Kompetensi. Dimanapun serta kapanpun dan
siapapun penilai ujian yang melakukan uji kompetensi tersebut dilaksanakan tidak
masalah karena semua sudah diatur dalam sistem dan peserta uji agar dapat
memperoleh Sertifikat /pengakuan keprofesiannya.
Misi Depkes dalam peningkatan kualitas SDM Kesehatan, yaitu menjamin mutu
kompetensi tenaga kesehatan di pasar kerja Nasional dan Internasional, untuk
melaksanakan misi tersebut, Organisasi profesi tenaga kesehatan merencanakan uji
kompetensi untuk dapat memberikan pengakuan kepada Tenaga Kesehatan yang
sudah menjalankan tugas dan perannya dalam pelayanan kesehatan di Unit Pelayanan
Kesehatan bagi masyarakat selama ini .

Dalam pelaksanaan Sertifikasi melalui Uji Kompetensi Tenaga Kesehatan tersebut


diatas, diperlukan sejumlah tenaga Assesor Kompetensi yang terlatih sesuai bidang
Profesinya.

C. Peran SKM dalam kesehatan kerja

Peran SKM dalam berbagai bentuk upaya kesehatan masyarakat, diantaranya


adalah sebagai pelaksana lapangan, pendidikan, penyuluhan kesehatan masyarakat,
pembangunan model, pengelolaan kesehatan masyarakat, pengelola dan pengendali
upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya
kesehatan masyarakat seperti diuraikan di atas dapat dilakukan melalui berbagai
upaya atau program-program. Untuk melaksanakan upaya tersebut dibutuhkan
sejumlah profesi, seperti dokter, perawat, ahli higiene kerja, ahli toksikologi, ahli
ergonomi, ahli epidemiologi dan ahli keselamatan (Harrington & Gill, 2005). SKM
peminatan K3 khususnya dapat diberdayakan dan dikembangkan untuk menempati
profesi seperti ahli higiene kerja, ergonomi dan ahli keselamatan. Dilihat dari tugas
pokok kesehatan kerja dan bentuk pengendalian bahaya kesehatan, tenaga SKM
mempunyai kompetensi yang sangat sesuai karena tenaga SKM dirancang untuk
melakukan tugas pokok atau upaya-upaya yang bersifat promosi, perlindungan dan
pencegahan. Selain itu kemampuan sebagai leader, pengelola program diharapkan
akan lebih mengoptimalkan upaya kesehatan kerja.

Jumlah institusi pendidikan tinggi yang menghasilkan SKM saat ini sangat
banyak. Potensi ini akan sangat berarti ketika kita melihat kenyataan bahwa di
Indonesia jumlah angkatan kerja adalah terbesar nomor 4 di dunia, yaitu berjumlah
sekitar 152 juta jiwa (Survey BPS 2003, untuk penduduk di atas 15 tahun) dan jumlah
industri yang cukup besar sekitar 102.000 perusahaan. Selain di perusahaan, SKM
dengan kompetensi bidang K3 juga diperlukan di instansi pemerintah baik pusat
maupun daerah dalam menjalankan fungsinya membuat regulasi, melakukan
supervisi, bimbingan dan evaluasi. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat bidang
K3, SKM juga dapat memainkan peran di LSM-LSM bidang kesehatan yang tentunya
dapat membuat program intervensi kesehatan di tempat kerja. Hal penting untuk
dicatat adalah pentingnya pemberdayaan potensi tenaga SKM sesuai kompetensinya
untuk dapat menjadi pelaksana upaya kesehatan kerja baik bekerja langsung di
perusahaan, ditempatkan di instansi pemerintah maupun bergerak melaui LSM-LSM.
Kebijakan kesehatan kerja yang telah dikeluarkan pemerintah harus didukung oleh
jejaring terkait. Disamping pemerintah itu sendiri, juga oleh para pengusaha atau
pelaku usaha dan para pekerja. Kebutuhan SDM bidang kesehatan kerja selain tenaga
medis dan paramedis, seperti dokter dan perawat juga sangat dibutuhkan tenaga-
tenaga yang mampu melakukan upaya-upaya kesehatan kerja yang lebih bersifat
peningkatan, perlindungan dan pencegahan, yaitu tenaga ini adalah SKM.

Perkembangan pembangunan nasional bangsa Indonesia sekarang ini


dihadapkan pada era otonomi dan desentralisasi. Titik berat yang menjadi perhatian
baik masyarakat maupun pemerintah adalah bidang pendidikan dan kesehatan. Era
globalisasi saat ini juga menuntut adanya kompetensi tenaga kerja dan pentingnya
standarisasi serta sertifikasi. Trend fenomena ini sangat relevan dengan pemikiran dan
implementasi peran SKM dalam upaya kesehatan kerja.

Dapat digarisbawahi di sini mengenai peran SKM dalam upaya kesehatan


kerja, kita dapat melihatnya dari titik temu antara kompetensi yang dimiliki SKM
khususnya peminatan K3 dengan tujuan dan tugas pokok kesehatan kerja dan standar
upaya kesehatan kerja yang biasa diterapkan di tempat kerja dalam bentuk Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kompetensi SKM sangat sesuai
sebagai bagian dari profesi lain dalam upaya kesehatan kerja, yaitu sebagai pengelola
program dan dapat melakukan fungsinya untuk melakukan/ mengkoordinasikan
langkah-langkah identifikasi potensi bahaya kesehatan, penilaian bahaya kesehatan
dan pengendalian melalui berbagai program, pembinaan, pengawasan serta
pendidikan dan pelatihan.
BAB III
PENUTUP

A . Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan akan arti pentinya tenaga SKM sesuai
dengan kompetensinya sebagai sember daya handal dalam upaya kesehatan kerja dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu diperlukan koordinasi dan
kerja sama lintas sektoral, khususnya dunia pendidikan, pelaku usaha, pemerintah dan
para pekerja. Dengan demikian upaya peningkatan kesehatan menjadi penting
sehingga produktivitas kerja meningkat, kesehatan masyarakat terlindungi dan pada
gilirannya kesejahteraan masyarakat meningkat dan bangsa Indonesia dapat bangkit
dari keterpurukan.

B . Saran
Sebaik nya, dukungan dari pemerintah dan kesadaran dari masyarakat harus
lebih di tingkatkan supaya tercipta derajat kesehatan masyarakat yang sebaik-baiknya
dan yang setingi-tinnginya.
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmojo soekidjo.2007.Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta:PT.RINEKA CIPTA

http://perpustakaanpusdiklataparatur.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=64:kurikulum-penguji-kompetensi-tenaga-
kesehatan&catid=38:kurikulum&Itemid=87 selasa 04 Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai