KESEHATAN MASYARAKAT
DI SUSUN OLEH :
NIM : 111200320076
PRODI : S1 KEPERAWATAN
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan
kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
Halaman Judul............................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................... 1
Daftar isi..................................................................................................... 2
Bab I Pendahuluan...................................................................................... 3
Bab II Pembahasan..................................................................................... 8
A. Pentingnya Ilmu Kesehatan Masyarakat ( SKM )...................... 9
B. Kesehatank tenaga kesehatan yang handal................................. 10
C. Peran SKM dalam kesehatan kerja............................................ 11
Bab III Penutup.......................................................................................... 12
A. Kesimpulan.................... ............................................................. 13
B. Saran........................................................................................... 14
Daftar Pustaka.......................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HL. Blum (1980) seorang ahli kesehatan masyarakat menyatakan bahwa status
kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor dominan yaitu perilaku/gaya
hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor
pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan),
dimana keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan
perorangan dan derajat kesehatan masyarakat (Bastaman, 2016). Lingkungan yang
sehat sangat berpengaruh dalam kesehatan masyarakat di sekitarnya. Peningkatan
kesehatan
Menurut Dinas Kesehatan DIY kejadian leptospirosis pada tahun 2016 di Provinsi
DIY sebanyak 116 kasus dan yang meninggal dunia 11 orang (CFR=9,48%). Tahun
2017 kejadian leptospirosis menjadi 296 kasus dan yang meninggal dunia 38 orang
(CFR=12,84%). Kasus tertinggi di DIY terdapat di Kabupaten Bantul.
Perkembangan jumlah kasus di Bantul dari tahun 2015 hingga 2017 terjadi fluktuatif
yang cukup signifikan. Pada tahun 2015 terjadi sebanyak 87 kasus, tahun 2016 terjadi
30 kasus, dan pada tahun 2017 terjadi sebanyak 98 kasus dengan 5 orang meninggal
dunia. Dari 98 kasus tersebut, kasus terbanyak berada di Kecamatan Pundong dengan
16 kasus. Dan sebanyak 8 kasus berada di Desa Srihardono yang merupakan desa
dengan kasus terbanyak di Kecamatan Pundong (Dinas Kesehatan Bantul, 2018).
Kecamatan Pundong merupakan salah satu kecamatan di daerah Bantul sisi selatan
dengan geografis terbanyak adalah daerah persawahan dan perairan. Rata-rata mata
pencaharian penduduk adalah sebagai petani. Dari 10 penduduk yang ditemui di
Dusun Potrobayan Desa Srihardono Kecamatan Pundong 6 orang diantaranya bekerja
sebagai petani, 2 orang sebagai pedagang, 1 orang sebagai wiraswasta, dan 1 orang
sebagai ibu rumah tangga. Rata-rata mereka tidak mengetahui apa itu leptospirosis
dan bagaimana cara mencegah dan mengendalikan penyakit tersebut.
Maka dari itu untuk memperbaiki penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk
meneliti penggunaan video sebagai media penyuluhan terhadap peningkatan perilaku
pencegahan dan pengendalian leptospirosis warga Dusun Potrobayan Srihardono
Pundong Bantul. Tempat penelitian berada di wilayah kerja Puskemas Pundong.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah
penelitiannya adalah: “Apakah ada pengaruh penggunaan video sebagai media
penyuluhan terhadap peningkatan perilaku pencegahan dan pengendalian leptospirosis
warga Dusun Potrobayan Srihardono Pundong Bantul?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Ruang Lingkup
1. Lingkup Keilmuan
2. Lingkup Materi
3. Subyek Penelitian
Penelitian ini menggunakan subyek warga berusia 26-55 tahun di Dusun
Potrobayan Desa Srihardono Kecamatan Pundong.
4. Lokasi
Lokasi penelitian ini di Dusun Potrobayan Desa Srihardono Kecamatan
Pundong Bantul.
5. Waktu
Kondisi kesehatan masyarkat Indonesia pada saat ini bisa di katakana dalam
kondisi yang sudah semakin membaik, meskipun masih ada sebagian masyarakat
yang yang hidup jauh dari pola hidup sehat. Membaiknya kesehatan masyarakat
merupakan manifestasi dari info dari media masa yang sering memberikan informasi
edukatis sehingga masyarakat terdidik secara otomatis. Pentingnya kesehatan
masyarakat membuat dinas pendidikan membuat ilmu atau fakultas yang khusus
menangani kesehatan masyarakat. Harapan pemerintah pada perkuliahan yang
mmebahas tentang kesehatan masyarakat kedepannya mampu membawa masyarakat
yang sehat dan cerdas dalam menjaga kesehatannya sendiri dan keluarga.
Ilmu kesehatan masyarakat memiliki artian, sebagai ilmu dan seni mencegah
penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan
efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi
lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan
perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini,
pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar
setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga
kesehatannya.
Salah satu ruang lingkup ilu kesehatan masyarakat yang mnjadi sorotan di Indonesia
adalah Gizi Masyarakat, pembahasan berkaitan dengan gizi memang menjadi hal
menarik, karena masih banyak masyarakat yang dalam pemenuhan gizinya belum
mendekati normal, artinya anka kecukupan gizi di masyarakat Indonesia terutama di
pedesaan masi sangat rendah. Banyak masyarakat yang masih mngkonsumsi makanan
satu macam sehingga nutrisinya tidak optimum, hal ini juga yang menyebabkan
banyaknya kasus seperti busung lapar kurang gizi dan lain sebagainya. Pentingnya
kesehatan masyarakat harus benar-benar mendapatkan perhatian, karena masyarakat
bisa menjadi cerminan suatu Negara. Bagaimnapun Negara bisa terus berkembang
karena ada masyarakat yang menyumbangkan SDMnya.
Sumber daya manusia yang baik tentu dari masyarakat yang sehat. Masalah gizi
menjadi sorotan khusus karena di Indonesia sendiri masalah ini belum bisa teratasi
secara tuntas, sebenarnya banyak aspek yang melingkupi kesehatan masyarakat,
seperti Epidemiologi, Biostatistik, Kesehatan Lingkungan, Pendidikan Kesehatan dan
Perilaku, Administrasi Kesehatan Masyarakat, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
serta Kesehatan Reproduksi.
SDM yang dimaksud adalah Tenaga kesehatan sesuai PP 32 tahun 1996 yang dituntut
mampu memberikan pelayanan kesehatan secara professional.
Untuk memenuhi hak masyarakat atas pelayanan kesehatan yang berkualitas, tenaga
kesehatan harus mempunyai kompetensi handal, melaksanakan peran dan tugasnya
dalam melayani masyarakat sesuai kompetensinya. Agar tenaga Kesehatan di
lingkungan MTKI & MTKP dapat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik,
maka perlu adanya Sertifikasi melalui UJI KOMPETENSI baik Level Dasar maupun
Level lanjut/Advance sesuai standar kompetensi yang telah disepakati bersama antara
profesi, stakeholder dan user agar memperoleh Pengakuan atas kompetensi kerjanya
di bidang kesehatan.
Berdasar hal tersebut diatas perlu adanya Sosialisasi melalui Awareness tentang
Competency Based Training (CBT), bagi seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di
Unit pelayanan kesehatan di MASYARAKAT, agar tenaga Kesehatan paham dan siap
untuk melakukan Sertifikasi dan Uji kompetensi
Permasalahan lain yang perlu juga segera dilakukan adalah penyelenggaraan registrasi
bagi tenaga Kesehatan yang akan dan sudah bekerja, dengan mempertimbangkan
dasar-dasar ketentuan yang ada sekarang. Penyesuaian profesionalisme tenaga
Kesehatan melalui sertifikasi tersebut merupakan upaya profesi dan lembaga /Institusi
Pelayanan kesehatan untuk melindungi, menstandarisasi, dan melegalisasi tenaga
kesehatan terkaitnya.
Dalam sistem kelembagaan Uji dan sertifikasi kompetensi yang dikembangkan secara
nasional, pelaksanaan uji kompetensi tsb dilaksanakan oleh lembaga independent yg
ditunjuk atau memperoleh Lisensi sertifikasi
Jumlah institusi pendidikan tinggi yang menghasilkan SKM saat ini sangat
banyak. Potensi ini akan sangat berarti ketika kita melihat kenyataan bahwa di
Indonesia jumlah angkatan kerja adalah terbesar nomor 4 di dunia, yaitu berjumlah
sekitar 152 juta jiwa (Survey BPS 2003, untuk penduduk di atas 15 tahun) dan jumlah
industri yang cukup besar sekitar 102.000 perusahaan. Selain di perusahaan, SKM
dengan kompetensi bidang K3 juga diperlukan di instansi pemerintah baik pusat
maupun daerah dalam menjalankan fungsinya membuat regulasi, melakukan
supervisi, bimbingan dan evaluasi. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat bidang
K3, SKM juga dapat memainkan peran di LSM-LSM bidang kesehatan yang tentunya
dapat membuat program intervensi kesehatan di tempat kerja. Hal penting untuk
dicatat adalah pentingnya pemberdayaan potensi tenaga SKM sesuai kompetensinya
untuk dapat menjadi pelaksana upaya kesehatan kerja baik bekerja langsung di
perusahaan, ditempatkan di instansi pemerintah maupun bergerak melaui LSM-LSM.
Kebijakan kesehatan kerja yang telah dikeluarkan pemerintah harus didukung oleh
jejaring terkait. Disamping pemerintah itu sendiri, juga oleh para pengusaha atau
pelaku usaha dan para pekerja. Kebutuhan SDM bidang kesehatan kerja selain tenaga
medis dan paramedis, seperti dokter dan perawat juga sangat dibutuhkan tenaga-
tenaga yang mampu melakukan upaya-upaya kesehatan kerja yang lebih bersifat
peningkatan, perlindungan dan pencegahan, yaitu tenaga ini adalah SKM.
A . Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan akan arti pentinya tenaga SKM sesuai
dengan kompetensinya sebagai sember daya handal dalam upaya kesehatan kerja dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu diperlukan koordinasi dan
kerja sama lintas sektoral, khususnya dunia pendidikan, pelaku usaha, pemerintah dan
para pekerja. Dengan demikian upaya peningkatan kesehatan menjadi penting
sehingga produktivitas kerja meningkat, kesehatan masyarakat terlindungi dan pada
gilirannya kesejahteraan masyarakat meningkat dan bangsa Indonesia dapat bangkit
dari keterpurukan.
B . Saran
Sebaik nya, dukungan dari pemerintah dan kesadaran dari masyarakat harus
lebih di tingkatkan supaya tercipta derajat kesehatan masyarakat yang sebaik-baiknya
dan yang setingi-tinnginya.
DAFTAR PUSTAKA
http://perpustakaanpusdiklataparatur.net/index.php?
option=com_content&view=article&id=64:kurikulum-penguji-kompetensi-tenaga-
kesehatan&catid=38:kurikulum&Itemid=87 selasa 04 Desember 2012.