Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA POSBINDU LANSIA DI

DESA REMPOAH

Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan Profesi

Ners Stase Keperawatan Komunitas di Universitas Harapan Bangsa

Oleh:
MAHASISWA PROFESI NERS KELOMPOK 1 DESA REMPOAH
(NAMA MAHASISWA TERLAMPIR)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat dan karuniNya, penulis dapat
menyelesaikan tugas asuhan keperawatan komunitas pada komunitas POSBINDU
lansia di desa Rempoah, Baturaden. Tugas ini disusun sebagai salah satu sayrat
untuk mengerjakan stase keperawatan komunitas di program Profesi Ners
Universitas Harapan Bangsa.

Penulis menyadari dalam penyususnan Asuhan Keperawatan ini tidak akan


selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dosen pembimbing Madyo Maryoto, S. Kep. Ns. MNS selaku pembimbing di

stase keperawatan komunitas

2. Petugas Kesehatan yang ada di puskesmas desa Rempoah

3. Seluruh warga desa Rempoah yang telah menerima dan membantu

mahasiswa dalam menyelesaikan tugas di stase komunitas ini.

Semoga Allah SWT berkenan memberikan pahala kepada semua pihak atas
budi dan jasa yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berguna bagi kesehatan. Penulis
menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna, walaupun penulis telah
berusaha untuk membuat yang terbaik dengan segala kemampuan yang dimiliki.
Oleh karena itu,penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun.

Wa’alaikumssalam warahmatullahi wabarakatuh

Baturaden, 29 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................ 4

BAB II TINJAUN PUSTAKA

A. Keperawatan Komunitas ................................................................... 5

B. Lansia ................................................................................................ 6

C. Posbindu Lansia ................................................................................. 21

D. Senam Hipertensi .............................................................................. 21

E. Kerangka Teori .................................................................................. 25

F. Kerangka Konsep ............................................................................. 26

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metodologi ........................................................................................ 27

B. Waktu dan Lokasi Penelitian.............................................................. 27

C. Populasi dan Sampel........................................................................... 30

D. Analisa data ....................................................................................... 30

E. Etika Penelitian .................................................................................. 69

3
BAB IV

A. Pengkajian ........................................................................................ 31

1. Karakteristik Responden ............................................................. 31

2. Frekuensi Responden .................................................................. 31

B. Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 34

C. Intervensi Keperawatan ..................................................................... 35

D. Implementasai ................................................................................... 37

E. Evaluasi ............................................................................................ 38

Lampiran ....................................................................................................... 37

Foto Kegiatan ................................................................................................ 37

Satuan Acara Penyuluhan ............................................................................. 40

Liflet ............................................................................................................. 49

Master Tabel................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 51

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses penuaan dengan bertambahnya usia individu yang ditandai dengan
penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati dan ginjal serta peningkatan
kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh
lansia akibat dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan
jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi secara normal menghilang, sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Fatmah,
2010).
Populasi lansia berusia ≥ 60 tahun sebanyak 10% dan diperkirakan akan meningkat
pada tahun 2050 di dunia, sedangkan lansia berusia ≥ 85 tahun meningkat 0,25 %
(Holdsworth, 2014).
Lansia adalah sekelompok orang yang mengalami suatu proses perubahan secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu. Jumlah lansia di dunia, termasuk negara Indonesia
bertambah tiap tahunnya. Pada tahun 2012 persentase penduduk usia 60 tahun keatas
adalah 7,58%, sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 8 %, pada tahun 2014
meningkat menjadi 8,2% dan tahun 2015 meningkat menjadi 8,5% ( BPS 2015).
Pemerintah telah merumuskan berbagai peraturan dan perundang-undangan, yang
diantaranya seperti tercantum dalam UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dimana
pada pasal 1 9disebutkan bahwa kesehatan manusia usia lanjut diarahkan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kemampuannya agar tetap produktif, serta
pemerintah membantu penyelenggaraan kesehatan usia lanjut untuk meningkatkan
kualitas hidupnya secara optimal, seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia,
pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk
mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
sesuai dengan keberadaannya. Kegiatan pos pelayanan terpadu ( posyandu), selama ini
lebih banyak dikenal untuk melayani kesehatan ibu dan anak, padahal dalam pelayanan
kesehatan di puskesmas, ada juga jenis program posyandu lansia, yang dikhususkan
untuk melayani para lanjut usia, karena manula ( manusia usia lanjut ) juga memerlukan
perhatian khusus, mengingat perkembangan fisik dan mentalnya yang rentan dengan
bermacam masalah kesehatan. Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia

5
untuk mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk merupakan
hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) dengan tujuan dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Tujuan tersebut dapat
tercapai secara optimal, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat
bersama petugas kesehatan, hal ini sesuai dengan diberlakukannya UU No. 23 tahun
1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan
lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia di berbagai bidang kehidupan
mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya bidang kesehatan.
Berkembangnya Paradigma “Sehat-Sakit”, saat ini telah terjadi pergeseran, antara lain
perubahan upaya kuratif menjadi upaya preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang
pasif menunggu masyarakat berobat ke unit-unit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan
penemuan kasus yang bersifat aktif, sehingga akan memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk ikut berperan dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan
individu, keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan
menerapakan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai salah satu
upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai potensi keperawatan
secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa Program
Studi Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa melaksanakan praktik Keperawatan
Komunitas di desa Rempoah, Baturaden.
Proses belajar di keperawatan komunitas, mahasiswa mengidentifikasi populasi
lansia dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk bekerjasama dengan
komunitas dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi perubahan komunitas
dengan penerapan proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas.
Harapannya kesehatan lansia selalu terpantau dengan baik sehingga terjadi peningkatan
angka harapan hidup pada lansia di desa Rempoah.

6
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan komunitas yang telah
diperoleh pada tahap akademik secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan
Komunitas khususnya pada komunitas lansia di desa Rempoah, Baturaden.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada masyarakat di desa
Rempoah, Baturaden.
b. Melakukan anilasa data hasil pengkajian pada komunitas lansia di desa desa
Rempoah, Baturaden.
c. Menentukan diagnosa keperawatan komunitas pada lansia di desa desa Rempoah,
Baturaden.
d. Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di desa desa Rempoah,
Baturaden.
e. Menginformasikan perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di desa
Rempoah, Baturaden.
f. Menginformasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di desa
Rempoah, Baturaden.
g. Mengevaluasi tindakan Asuhan Keperawatan komunitas di desa desa Rempoah,
Baturaden.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Keperawatan Komunitas
A. Pengertian Komunitas
Komunitas (Community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (valuase), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga, misalnya didalam kesehatan dikenal kelompok ibu hamil, kelompok
ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat
dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat
pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Alimul, 2009).
B. Pengertian Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas adalah keperawatan yang merupakan perpaduan
antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat
dalam melakukan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan tindakan
kuratif dan rehabilitatif sehingga di harapkan masyarakat mampu mengenal,
mengambil keputusan dalam memelihara kesehatannya ( Mubarak,2009 ).
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien
yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdidi dari individu
dan masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari
Neuman ( Irnanda, 2013 ) untuk melihat masalah pasien model komunitas
sebagaai klien di kembangkan untuk menggambarkan batasan keperawatan
kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan.
Model tersebut telah di ganti namanya menjadi model komunitas sebagai mitra,
untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi
landasannya.
Proses Keperawatan Komunitas merupakan metode Asuhan Keperawatan
yang bersifat alamiah, sistemati, dinamis, kontinui dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta

8
masyarakat melalui langkah-langkah seperti, Pengkajian, Perencanaan,
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan (Wahyudi, 2010).
2. Lansia
a. Pengertian Lanjut Usia
Seseorang dikatakan lansia apabila usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun
wanita, sedangkan Departeman kesehatan RI menyebutkan seseorang dikatakan
berusia lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun keatas. Menurut Badan Kesehatan
Dunia (WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun ( Kushariyadi, 2010;
Indriana, 2012; Wallnce, 2007).
b. Batasan Umur Lanjut Usia
Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari pendapat
berbagai ahli yang di kutip dari Nugroho (2008) :
1. Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1 ayat II
yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas”
2. Menurut WHO:
a. Usia pertengahan : 45-59 tahun
b. Lanjut usia : 60 – 74 tahun
c. Lanjut usia tua : 75- 90 tahun
d. Usia sangat tua : diatas 90 tahun (Kushariyadi, 2010).
3. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia
Menurut Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007), beberapa perubahan yang
akan terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik, intlektual, dan
keagamaan.
a. Perubahan fisik
1) Sel
Seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan
berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebih besar
sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein
di otak, otot, ginjal, darah dan hati beekurang.
2) Sistem persyarafan
System persyarafan pada lansia akan mengalami perubahan, seperti
mengecilnya syaraf panca indra. Indra pendengaran akan terjadi
gangguan pendengaran seperti hilangnya kemampuan pendengaran

9
pada telinga. Indra penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan pada
kornea, hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapang pandang.
Indra peraba akan terjadi seperti respon terhadap nyeri menurun dan
kelenjar keringat berkurang. Indra pembau akan terjadinya seperti
menurunnya kekuatan otot pernafasan, sehingga kemampuan membau
juga berkurang.
3) Sistem gastrointestinal
Lansia akan terjadi penurunan selara makan , sering terjadi konstipasi,
menurunya produksi air liur (Saliva) dan gerak peristaltic usus juga
menurun.
4) Sistem genitourinaria
Ginjal akan mengalami pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal
menurun.
5) Sistem musculoskeletal
Tulang akan kehilangan cairan dan makin rapuh, keadaan tubuh akan
lebih pendek, persendian kaku dan tendon mengerut.
6) Sistem Kardiovaskuler
Jantung akan mengalami pompa darah yang menurun , ukuran jantung
secara kesuruhan menurun dengan tidaknya penyakit klinis, denyut
jantung menurun , katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku
akibat dari akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada
lansia kerana hilangnya distensibility arteri. Tekanan darah diastolic
tetap sama atau meningkat.
4. Masalah Keperawatan yang sering muncul pada lansia
a. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang
sering terjadi pada lansia dengan kenaikan tekanan darah sistolik lebih
dari 150 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg,
tekanan sistolik 150 – 155 mmHg dianggap masih normal pada lansia
(Sudarta, 2013).
2. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
(Ardiansyah M, 2012) :

10
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya
genetik, jenis kelamin dan usia dengan laki – laki berusia 35-50
tahun dan wanita yang telah menopause berisiko tinggi mengalami
penyakit hipertensi, diit konsumsi tinggi garam atau kandungan
lemak, berat badan obesitas, berat badan yang 25% melebihi berat
badan ideal sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi,
gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa
penyakit, yaitu coarctation aorta, penyakit parenkim dan vaskular
ginjal, aterosklerosis atau fibrous dyplasia, penggunanaan
kontrasepsi hormonal (esterogen), gangguan endokrin, kegemukan
(obesitas), stres, kehamilan, luka bakar, peningkatan tekanan
vaskuler.
3. Tanda dan gejala
a. Peningkatan tekanan darah
b. Mengeluh sakit kepala, pusing
c. Lemas, kelelahan
d. Sesak nafas
e. Gelisah
f. Mual
g. Muntah
h. Epistaksis
i. Kesadaran menurun
b. Diabetes
1. Pengertian Diabetes
Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolisme yang bersifat
kronis dengan karakteristik hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat
timbul akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya

11
neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nefropati, dan
gangren (PERKENI 2011).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA 2010).
2. Etiologi
Kombinasi antara faktor genetik, faktor lingkungan, resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin merupakan penyebab terjadinya diabetes
mellitus. Efek diabetes melitus meliputi kerusakan jangka panjang,
disfungsi dan kegagalan berbagai organ. Diabetes melitus dapat
muncul dengan gejala karakteristik seperti haus, poliuria, polidipsia,
polifagia serta peningkatan kadar glukosa atau disebut dengan
hiperglikemia, dalam bentuk yang paling parah, ketoasidosis atau
keadaan hiperosmolar nonketotik dapat berkembang dan
menyebabkan pingsan, koma dan dalam keadaan tidak adanya
pengobatan yang efektif dapat menyebabkan kematian. Seringkali
gejala yang tidak parah, atau mungkin tidak adanya gejala dan akibat
dari hiperglikemia dapat menyebabkan perubahan patologis dan
fungsional dari organ-organ tubuh dan dapat terjadi untuk waktu yang
lama sebelum diagnosis
ditegakkan (KAKU 2010).
3. Tanda dan gejala
Gejala diabetes mellitus digolongkan menjadi gejala akut dan gejala
kronik. Gejala akut ini adalah gejala yang umum muncul pada
penderita diabetes mellitus seperti banyak makan (polifagia), banyak
minum (polidipsi), banyak kencing (polyuria) atau yang biasanya
disingkat 3P. Fase ini biasanya penderita menunjukan berat badan
yang terus naik (bertambah gemuk), karena pada saat ini jumlah
insulin yang masih mencukupi, bila keadaan tersebut tidak segera
diobati, lama-kelamaan akan timbul gejala yang disebakan karena
kurangnya insulin seperti mual dan nafsu makan mulai berkurang.
Kadang-kadang penderita DM tidak menunjukan gejala akut
(mendadak) tetapi baru menunjukan gejala sesudah beberapa bulan
atau beberapa tahun mengidap penyakit DM, gejala seperti ini disebut

12
gejala kronik. Gejala kronik ini seperti kesemutan, kulit terasa panas
atau seperti tertusuk – tusuk, rasa tebal dikulit sehingga kalau berjalan
seperti di atas bantal atau kasur, kram, mudah mengantuk, mata kabur
dan sering ganti kacamata, gatal di sekitar kemalauan, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, dan kemampuan seksual menurun bahkan
impoten (Misdiarly, 2006).
c. Arthritis (Radang sendi)
1. Pengertian
Rheumatoid Arthritis merupakan penyakit autoimun yang mengenai
jaringan persendian, dan sering juga melibatkan organ tubuh lainnya
yang di tandai dengan terdapatnya sinovitis erosif sistemik (Sekar,
2011). Insiden puncak antara usia 40-60 tahun, lebih sering terjadi
pada wanita daripada pria (Muttaqin, 2008). American College of
Rheumatology (2012) menyatakan bahwa, Rheumatoid Arthritis
adalah penyakit kronis (jangka panjang) yang menyebabkan nyeri,
kekakuan, pembengkakan serta keterbatasan gerak dan fungsi banyak
sendi. Artritis pasca trauma, ini dapat diikuti cedera lutut yang serius.
Patah tulang di lutut atau di ligamen lutut mungkin merusak articular
kartilago, hal ini menyebabkan nyeri lutut dan fungsi lutut menurun.
2. Etiologi
Penyebab Rheumatoid Arthritis belum diketahui dengan pasti. Namun,
kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks antara
faktor genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009).
a. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini
memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%
(Suarjana, 2009).
b. Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari
Placental Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi
dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat penting
dalam sintesis estrogen plasenta. Dan stimulasi esterogen dan
progesteron pada respon imun humoral (TH2) dan menghambat
respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan
sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang
berlawanan terhadap perkembangan penyakit ini (Suarjana, 2009).

13
c. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel
induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T
sehingga muncul timbulnya penyakit RA (Suarjana, 2009).
d. Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok dan
aktifitas yang berat sehari-harinya (Longo, 2012).
3. Tanda dan gejala
Gejala klinis utama rheumatoid arthritis adalah poliarthritis yang
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada rawan sendi dan tulang
sekitarnya. Kerusakan ini mengenai sendi perifer pada tangan dan
kaki. Gejala rheumatoid arthritis tidak bermanifestasi dengan jelas
(Sekar T.R, 2011). Menurut American Rheumatoid Arhritis (ARA,
(2012) kriteria rheumatoid arthritis adalah badan terasa kaku di pagi
hari, nyeri, kekakuan, pembengkakan serta keterbatasan gerak dan
fungsi banyak sendi.
d. PPOK
1. Pengertian PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinsikan sebagai
penyakit atau gangguan paru yang memberikan kelainan ventilasi
berupa ostruksi saluran pernapasan yang bersifat progresif dan tidak
sepenuhnya reversible. Obstruksi ini berkaitan dengan respon
inflamasi abnormal paru terhadap partikel asing atau gas yang
berbahaya. Bronkitis kronik dan emfisema sering ditemukan bersama,
meskipun keduanya memiliki proses yang berbeda, akan tetapi
menurut PDPI 2010, bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan
definisi PPOK, karena bronkitis kronik merupakan diagnosis klinis,
sedangkan emfisema merupakan diagnosis patologi. Bronkitis kronik
merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan
mukus yang meningkat dan bermanifestasi sebagai batuk kronik.
Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang
ditandai oleh pembesaran alveoulus dan duktus alveolaris serta
destruksi dinding alveolar. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
didefinisikan sebagai penyakit atau gangguan paru yang memberikan
kelainan ventilasi berupa ostruksi saluran pernapasan yang bersifat
progresif dan tidak sepenuhnya reversible. Obstruksi ini berkaitan

14
dengan respon inflamasi abnormal paru terhadap partikel asing atau
gas yang berbahaya (Depkes,2007).

2. Etiologi
Faktor risiko PPOK di seluruh dunia yang paling banyak ditemui
adalah merokok tembakau. Selain jenis tembakau, (misalnya pipa,
cerutu, dan ganja) juga merupakan faktor risiko PPOK. PPOK tidak
hanya berisiko bagi perokok aktif saja namun juga bisa berisiko bagi
perokok pasif yang terkenan pajanan asap rokok. Selain itu faktor -
faktor yang berpengaruh pada perjalanan dan perburukan PPOK antara
lain:
1. Faktor genetik
2. Usia & jenis kelamin
3. Pertumbuhan dan perkembangan paru
4. Pajanan terhadap partikel, gas berbahaya
5. Faktor sosial ekonomi
6. Asma dan hipereaktivitas saluran napas
7. Bronkitis kronis
8. Infeksi berulang di saluran napas (GOLD, 2017)
3. Tanda dan Gejala
Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan respirasi
ini harus diperiksa dengan teliti karena seringkali dianggap sebagai
gejala yang biasa terjadi pada proses penuaan. Berikut ini adalah
gejala-gejala klinis yang berkitan dengan PPOK yaitu Batuk kronik
adalah batuk hilang timbul selama lebih dari 3 bulan yang berlangsung
selama lebih dari 2 tahun yang tidak hilang dengan pengobatan yang
diberikan. Kadangkadang pasien menyatakan hanya berdahak terus
menerus tanpa disertai batuk. Sesak napas merupakan gejala yang
sering dikeluhkan pasien terutama pada saat melakukan aktivitas.
Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak napas yang
bersifat progresif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan. Untuk
menilai kuantitas sesak napas terhadap kualitas hidup digunakan
ukuran sesak napas sesuai skala sesak menurut British Medical
Research Council (MRC). Mengi

15
Mengi atau wheezing adalah suara memanjang yang disebabkan oleh
penyempitan saluran pernafasan dengan aposisi dinding saluran
pernafasan. Suara tersebut dihasilkan oleh vibrasi dinding saluran
ernafasan dengan jaringan sekitarnya. Karena secara umum saluran
pernafasan lebih sempit pada saat ekspirasi, maka mengi dapat
terdengar lebih jelas pada saat fase ekspirasi. Pada pasien PPOK juga
terdapat mengi pada fase ekspirasi. Mengi polifonik merupakan jenis
mengi yang paling banyak terdapat pada pasien PPOK. Terdapat suara
jamak simultan dengan berbagai nada yang terjadi pada fase ekspirasi
dan menunjukan penyakit saluran pernafasan yang difus.Ronkhi
Ronkhi merupakan bunyi diskontinu singkat yang meletup-letup yang
terdengar pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Ronkhi mencerminkan
adanya letupan mendadak jalan nafas kecil yang sebelumnya tertutup.
Ronkhi juga dapat disebabkan oleh penutupan jalan nafas regional
dikarenakan penimbunan mucus pada saluran nafas. Pada pasien
PPOK dapat pula terjadi ronhki meskipun bukan gejala khas dari
PPOK. Penurunan aktivitas Penderita PPOK akan mengalami
penurunan kapasitas fungsional dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Kemampuan fisik yang terbatas pada penderita PPOK lebih
dipengaruhi oleh fungsi otot skeletal atau perifer. Pada penderita
PPOK ditemukan kelemahan otot perifer disebabkan oleh hipoksia,
hiperkapnia, inflamasi dan malnutrisi kronis.
e. Penyakit jantung
1. Pengertian
Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat
untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah
gagal jantung kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal jantung
sisi kiri dan kanan. Gagal jantung merupakan suatu keadaan patologis
adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian
ventrikel kiri (Kasron, 2012). Gagal jantung kongestive atau
congestive heart failure (CHF) merupakan kondisi dimana fungsi

16
jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen
ke utbuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh
(Andra Saferi, 2013)
2. Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis
penyakit jantung congenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis,
yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang
meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta dan cacat septum
ventrikel dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi
stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas meokardium pada
keadaan dimana terjadi penurunan pada infark miokardium dan
kardiomiopati. Selain ketiga mekaniusme fisiologis yang
menyebabkan gagal jantung, ada faktor fisisologis lain yang dapat
pula megakibatkan jantung gagal kerja sebagai pompa. Faktor-faktor
yang menganggu pengisisan ventrikel seperti stenosis katup
atrioventrikuler dapat menyebaban gagal jatung. Penyebab gagal
pompa jantung secara menyeluruh :
a. kelainan mekanisme
1. peningkatan beban tekanan
2. Sentral ( stenosis aorta )
3. Perifer ( hipertensi sitemik )
4. Peningkatan beban volume (regurgitasi katup, peningkatan
beban awal)
5. Obstruksi terhadap ventrikel ( stenosis mitralis atau
trikupidalis)
6. Tamponade pericardium
7. Restruksi endokardium atau miokardium
8. Aneurisma ventrikel
9. Dis-sinergi ventrikel
b. Kelainan miokardium
1. Kardiomiopati
2. Miokarditis
3. kelainan metabolik
4. toksisitas ( alcohol, kobalt )

17
5. preskardia
c. Kelainan dis-dinamik sekunder ( skunder terhadap kelainan
mekanis )
1. Kekurangan O2
2. Kelainan metabolik
3. Inflamasi
4. Penyakit sistemik
5. Penyakit paru obstruksi menahun ( PPOM )
d. Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi
1. Henti jantung
2. Fibrilasi
3. Tachycardia atau bradicardia yang berat
4. Asim kronis listrik, gangguan konduksi (Saiful, Hidayat. 2011)
3. Tanda dan gejal
Menurut Wijaya & putri (2013), manifestasi gagal jantung sebagai
berikut :
1. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada
mekanisme kontrol pernafasan.
Gejala :
a. Dispenea
Terjadi karena penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli
yang mengganggu pertukaran gas . dispnea bahkan dapat terjadi
saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atu
sering.
b. Orthopnea
Pasien yang mengalami orthopnea tidak akan mau berbaring,
tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak ditempat tidur
atau duduk dikursi, bahkan saat tidur.
c. Batuk
Hal ini disebabkan oleh gagal ventrikel bisa kering dan tidak
produktif, tetapi yang sering adalah batuk basah yaitu batuk yang
menghasilkan aputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang
disertai dengan bercak darah.

18
d. Mudah lelah
Terjadi akibat curah jantung yang kurang, menghambat jaringan
dari srikulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan
sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi
yang di gunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat
distress pernafasan dan batuk.
e. Ronkhi
f. Gelisah dan Cemas
Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, stres akibat kesakitan
berfasan dan pengetahuan bahkan jantung tidak berfungsi dengan
baik.
2. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik
Gejala :
a. Oedem parifer
b. Peningkatan BB
c. Distensi vena jugularis
d. Hepatomegali
e. Asites
f. Pitting edema
g. Anoreksia
h. Mual
3. Secara luas peningkatan CPO dapat menyebabkan perfusi oksigen
kejaringan rendah, sehingga menimbulkan gejala:
a. Pusing
b. Kelelahan
c. Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas
d. Ekstrimitas dingin
4. Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin seta sekresi
aldosteron dan retensi cairan dan natrium yang menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Menurut Nurhidayat, Saiful 2011
manifestasi klinis gagal jantung secara keseluruhan sangat bergantung
pada etiologinya. Namun dapat digambarkan sebagai berikut :
a) orthopnea, yaitu sesak saat berbaring.

19
b) Dyspnea on effert (DOE), yaitu sesak bila melakukan aktivitas
c) Paroxyimal nocturnal dyspnea (PND), yaitu sesak nafas tiba-tiba
pada malam hari disertai batuk
d) Berdebar-debar
e) Lekas capek
f) Batuk-batuk
f. Kolesterol Tinggi
1. Pengertian
Kolesterol adalah salah satu komonen dalam membentuk lemak. Di
dalam lemak terdapat berbagai macam komponen yaitu zat
trigliserida, fosfolipid, asam lemak bebas dan juga kolesterol. Secara
umum kolesterol berfungsi untuk membangun dinding didalam sel
(membran sel) dalam tubuh. Bukan hanya itu saja, koleterol juga
berperan penting dalam memproduksi hormon seks, vitamin D, dan
berperan penting dalam menjalankan fungsi dan otak (Mumpuni dan
Wulandari, 2011).
2. Etiologi
a. Makanan
b. Kurang aktivitas fisik
c. Kurang pengetahuan
3. Tanda dan gejala
Kadar kolesterol yang tinggi biasaya tidak memunculkan gejala
apapun.akan tetapi kadang – kadang kadar koleterol sudah sangat
tinggi maka endapan lemak akan membentuk suatu pertumbuhan yang
sering disebut juga sebagai xantoma di dalam tendon (urat daging) dan
di dalam kulit. Kadar trigliserida yang cukup tinggi (sampai dengan
800 mg/dl atau lebih) dapat menyebabkan pembesarab pada hati dan
limpa serta timbulnya gejala – gejala dari pakreatitis (misalbya nyeri
perut yang hebat ) (Dewanti, 2010).

3. POSBINDU
A. Pengertian POSBINDU
Posbindu adalah pusat bimbingan pelayanan kesehatan yang dikelolakan di
selenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas

20
kesehatan dalam rangka mencapai masyarakat yang sehat dan sejahtera (Depkes
RI,(2002) dalam Handayani 2008).
Posbindu lansia adalah pos pembinaan terpadu untuk masyarakat usia lanjut
60 tahun keatas, posbindu merupakan suatu wadah kegiatan berbasis masyarakat
untuk bersama-sama masyarakat menghimpun seluruh kekuatan dan kemampuan
masyarakat untuk melaksanakan, memberikan serta memperoleh informasi dan
pelayanan sesuai kebutuhan dalam upaya peningkatan status gizi masyarakat
secara umum khususnya pada lansia ( Rahayu, 2012 ).
Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan pada lanjut usia. Posyandu sebagai suatu wadah kegiatan
yang bernuansa pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal
apabila proses kepemimpinan terjadi proses pengorganisasian, adanya anggota
kelompok dan kader serta tersediannya pendanaan ( Azizah, 2011).
4. SENAM HIPERTENSI PADA LANSIA
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan
yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga akan membantu tubuh agar tetap
bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja
optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas di dalam tubuh. Senam lansia
adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti
oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan.
Peningkatan tekanan darah. Dengan mengatur napas menjadi lebih pelan dan
dalam akan membuat peregangan pada otot-otot tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh
dan pikiran menjadi lebih rileks, nyaman dan tenang (Jain 2011, halm 197),
1. Manfaat Senam
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk
menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk
mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas).
Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani
yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian,
kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.
Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan
jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi
proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan

21
rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan
depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa
berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi
organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh
manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi
kecepatan denyut jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu
istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat
harus menurun. Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara
osteoblast dan osteoclast. Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast
berkurang sehingga pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat pada
pengeroposan tulang. Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat
memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada
impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka
muscle spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik,
akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah
cairan sinoval sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera (Suroto,
2004).
Senam merupakan usaha-usaha yang akan memberikan perbaikan pada fisik atau
psikologis. Faktor fisiologi dan metabolik yang dikalkulasi termasuk penambahan
sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses masuknya gugus fosfat kedalam
senyawa organik), bertambahnya aliran darah sewaktu latihan, bertambahnya sel-
sel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya enzim-
enzim untuk proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006). Sedangkan menurut
Depkes (2003)
Olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah,
menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan
olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran
pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan
melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu mempertahankan
berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran jasmani
2. Gerakan Senam Lansia

1. Jalan ditempat 8 hitungan x 2

22
2. Buka kaki selebar bahu 8 6. Silang ibu jari 8 hitungan x 2
hitungan x 2
3. Tepuk kedua telapak tangan 8
hitungan x 2

7. Adu siku kelingking 8 hitungan x


2

4. Tepuk jari 8 hitungan x 2

8. Adu sisi telunjuk 8 hitungan x 2

5. Jalin tangan 8 hitungan x 2

23
12. Tepuk pergelangan tangan hingga
9. Tepuk pergelangan tangan 8
bahu 8 hitungan x 2
hitungan x 2

13. Menepuk pinggang 8 hitungan x 2


10. Tekan jari seperti memberi salam
8 hitungan x 2

14. Menepuk paha 8 hitungan x 2

11. Buka dan kepal jari 8 hitungan x


2

24
15. Menepuk betis 8 hitungan x 2 18. Rapatkan kedua kaki 8 hitungan x
2
19. Lakukan gerakan menjinjit 8
hitungan x 2

16. Melakukan gerakan setengah


jongkok berdiri 8 hitungan x 2

17. Menepuk perut secara bergantian


8 hitungan x 2

25
5. KERANGKA TEORI

Lansia
Perubahan Fisik

Lanjut Usia Lanjut Usia Tua Sangat tua Masalah


Keperawatan
60 – 74 tahun 75 – 90 tahun Lebih dari 90
tahun

- Hipertensi
- Diabetes
- Radang Sendi
- PPOK
- Penyakit
Jantung
- Kolesterol
tinggi

1
6. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep atau kerangka berfikir merupakan dasar
pemikiran pada penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi
dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep menurut teori, dalil atau konsep-
konsep yang akan dijadikan dasar untuk melakukan penelitian (Saryono,
2011).

Lansia Masalah Keperawatan

2
BAB III
METODOLOGI

A. Jenis Dan Rancangan

Gambaran adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan

dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Gambaran memiliki arti

dalam kelas nomina atau kata benda sehingga gambaran dapat menyatakan

nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.

B. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

1. Lokasi

Pelaksanaan praktik keperawatan komunitas pada lansia dilaksanakan di

desa Rempoah, Baturaden pada tanggal 11 Oktober 2021 sampai dengan

05 November 2021. Tempat praktik keperawatan komunitas di desa

Rempoah, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas.

C. STRATEGI PELAKSANAAN

Pelaksanaan praktik keperawatan komunitas pada lansia ini menggunakan

metode deskriptif kuantitatif metode ini memberikan deskriptif numerik

meliputi (karakteristik dan frekuensi)

Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam

perawatan kesehatan masyarakat adalah :

1. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan

cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat

3
tidak saja tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu

anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth,2007).

2. Proses kelompok (Group Process)

Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok

masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di

dalamnya, yaitu : Individu, keluarga, kelompok khusus, perawat spesialis

komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan, dan

pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif

model perorganisasian masyarakat yaitu : perencanaan sosial, aksi sosial

atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan

kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba mendekatkan

pengorganisasian dengan tenaga kesehatan disetempat (Community

development,2007).

3. Kerja sama atau kemitraan (Partnership)

Kemitraan adalah hubungan atau kerjasama antara dua pihak atau lebih,

berdasarkan kesetaraan, keterbukaan yang saling menguntungkan atau

memberikan manfaat. Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan

sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki

konstribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan

(Elisabeth,2007).

Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan

masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-

komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya

4
kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang

dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan

(Elisabeth,2007).

4. Pemberdayaan (Empowerment)

Konsep konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai


proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformasi kepada masyaraka. Antara lain : adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Elisabeth,2007) Perawat komunitas perlu
memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar
muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat
tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas,
kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Elisabeth,2007).
Metode pengumpulan data di desa Toyareka menggunakan :
1. Mencatat data riwayat kesehatan di layanan kesehatan setempat
Pada tahap ini melibatkan:
a. Kader kesehatan setempat
b. Aparat kelurahan / desa
2. Observasi
Pada tahap observasi meliputi :
a. Proses penyelesaian masalah
b. Dinamika kelompok masyarakat
c. Pola komunikasi
d. Situasi/ kondisi lingkungan wilayah
3. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi :

5
D. Populasi

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan sumber data yang diperlukan, populasi

merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakterstik. Bukan hanya objek atau subjek yang

dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek

atau objek tersebut (Setiadi, 2013). Populasi dalam kegiatan ini adalah

komunitas lansia (Posbindu) di desa desa Rempoah.

E. Analisis data

Analisis data suatu biasanya melalui prosedur bertahap antara lain:

1. Analisis univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Umumnya analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel

(Notoatmodjo, 2012). Variabel univariat meliputi karakteristik lansia yang

mengikuti POSBINDU di desa Rempoah berdasarkan karakteristik jenis

kelamin, umur, jenis kunjungan dan tingkat pendidikan. Frekuensi

meliputi tekanan darah, kadar gula darah, kolesterol dan asam urat.

Analisis univariat akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

6
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. PENGKAJIAN
Hasil pengkajian yang diperoleh di Desa Rempoah pada tanggal 19
Oktober 2021 sampai dengan 28 Oktober 2021 yang telah dilakukan
kegiatan Posbindu di 3, 11, 4, 5 data Responden menunjukan ada 90 lansia
yang hadir ke Pospindu. Data yang diperoleh adalah data primer yang
diperoleh dari daftar hadir jumlah lansia yang datang ke Posbindu. Data
sekunder didapatkan dari wawancara dengan beberapa lansia mengatakan
bahwa jarang melakukan aktivitas fisik seperti olahraga karena lelah. Hasil
pengkajian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi, sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden
Karakteristik Responden berdasarkan Jenis kelamin, Umur
Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis kelamin,
Umur Tahun 2021 (n=90)

Variabel Frekuensi Presentase


Jenis Kelamin
Laki – laki 6 6,7%
Perempuan 84 93,3%
Total 90 100%
Umur
Lanjut Usia 78 86,7%
Lanjut Usia Tua 10 11,1%
Sangat Tua 2 2,2%
Total 90 100%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa jumlah lansia yang

mengikuti POSBINDU 3, 11, 4, 5 di desa Rempoah sebanyak 90

(n=90), dengan jenis kelamin perempuan ada sebanyak 84% orang

(93,3%), usia dengan lanjut usia ada sebanyak 78 orang (86,7%).

7
a. Frekuensi Tekanan Darah dan IMT

Tabel 4.2 Frekuensi Tekanan Darah dan IMT di desa Rempoah Pos
3, 11, 4, 5 Tahun 2021 (n=90)

No Variabel Frekuensi Presentase


1 Tekanan Darah
Rendah 3 3,3%
Normal 25 27,8%
Tinggi 62 68,9%
Total 90 100%
2 IMT
Kurus 6 6,7%
Normal 36 40%
Kegemukan 21 23,3%
Obesitas 10 11,1%
Sangat Kurang 1 1,1%
TB tidak terkaji 16 17,8%
Total 90 100%

Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa peserta POSBINDU di

desa Rempoah pos 3, 11, 4, 5 yang mengalami Tekanan Darah tinggi ada

sebanyak 62 orang (68,9%), dan yang mengalami obessitas dan

kegemukan ada sebanyak 21 orang (23,3%).

8
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

FORMAT ANALISA DATA


No Data Etiologi Problem
1 Ds : Kader mengatakan Gaya hidup kurang gerak Kurang pengetahuan
bahwa para lansia jarang tentang keuntungan
melakukan aktivitas fisik olahraga bagi
seperti olahraga karena lelah. kesehatan

Do :
Hipertensi ada 62 orang
Kegemukan dan obesitas
masing – masing ada 21
orang

Daftar masalah keperawatan yang ditemui:


1. Gaya hidup kurang gerak berhubungan dengan kurang pengetahuan olahraga
bagi kesehatan

9
B. INTERVENSI KEPERAWATAN

FORMAT RENCANA KEPERAWATAN KOMUNITAS

POSBINDU LANSIA

Dx. Tujuan dan


No Tanggal Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1 15/10/ Gaya hidup Setelah dilakukan tindakan Terapi Aktifitas (4310):
2021 kurang gerak selama 30 hari diharapkan
berhubungan masalah klien dapat teratasi 1. Mempertimbangkan
dengan kurang dengan kriteria hasil: kemampuan klien
pengetahuan Partisipasi dalam latihan dalam berpartisipasi
olahraga bagi (1633): melalui aktivitas
kesehatan Indikator Awal Tujuan spesifik
Merenca 2 3 2. Membantu klien
nakan
latihan
untuk
yang mengeksplorasi
tepat tujuan pesonal dari
dengan aktivitas yang biasa
tenaga
kesehata dilakukan
n 3. Melakukan
sebelum pendidikan kesehatan
melakuk
an tentang hipertensi
latihan 4. Mengajak untuk
Melakuk 2 3 melakukan aktivitas
an fisik senam hipetensi
olahraga
secara bersama
teratur 5. Menganjurkan untuk
Menentu 2 3 melakukan senam
kan
tujuan
hipertensi 3 kali
jangka dalam 1 minggu
pendek

Keterangan:
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang – kadang
menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Secara konsisten
10
menunjukan
11
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

12
NO TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON PARAF
1 19/10/2021 Mempertimbangkan
08.00 WIB kemampuan klien dalam
berpartisipasi melalui Ds :Klien mengatakan
25/10/2021 aktivitas spesifik
tidak bisa
08.00 WIB melakukan aktivitas
fisik yang lama dan
26/10/2021
berat
08.00 WIB Do : Peserta lanjut usia
dan lanjut usia tua
28/10/2021
08.00 WIB
2 19/10/2021 Melakukan pendidikan
08.30 WIB kesehatan tentang
hipertensi Ds: Klien mengatakan
25/10/2021
tidak tau tekanan
08.30 WIB darah tinggi dan
tekanan darah
26/10/2021
normal
08.30 WIB Do: Klien mendengarkan
dengan baik
28/10/2021
08.30 WIB
3 19/10/2021 Mengajak untuk
08.40 WIB melakukan aktivitas fisik
senam hipetensi bersama Ds: Klien mengatakan
25/10/2021
mau untuk
08.40 WIB melakukan senam
bersama
26/10/2021
Do: Klien mengikuti
08.40 WIB senam bersama –
sama
28/10/2021
08.40 WIB
4 19/10/2021 Menganjurkan untuk
09.00 WIB melakukan senam Ds: klien mengatakan
hipertensi 3 kali dalam 1 akan melakukan di
25/10/2021 minggu.
rumah
09.00 WIB Do: Kader kesehatan
mengatakan akan
26/10/2021
melakukan senam
09.00 WIB rutin setiap
13 pertemuan 1 bulan
28/10/2021
sekali
09.00 WIB
D. EVALUASI

NO.DX
. TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEP
1 19/10/2021 S : Klien mengetahui tenntang hipertensi, klein
12.00 WIB mengatakan akan melakukan senam di rumah
25/10/2021 O : Klien mengetahui tentang hipertensi,
12.00 WIB penyebab hipertensi, dan terlihat senang setelah
26/10/2021 melakukan senam
12.00 WIB A : Masalah teratasi
28/10/2021 Partisipasi dalam latihan (1633):
Indikator Awal Tujuan
12.00 WIB Merencanaka 2 3
n latihan yang
tepat dengan
tenaga
kesehatan
sebelum
melakukan
latihan
Melakukan 2 3
olahraga
secara teratur
Menentukan 2 3
tujuan jangka
pendek

Keterangan:
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang – kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Secara konsisten menunjukan
P: Hentikan Intervensi

14
SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI DAN SENAM
HIPERTENSI
DI DESA REMPOAH BATURADEN

Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan Profesi


Ners
Stase Keperawatan Komunitas di Universitas Harapan Bangsa

Oleh:

MAHASISWA PROFESI NERS


KELOMPOK 1 DESA REMPOAH
(Nama Mahasiswa Terlampir)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

15
T.A 2021/2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HIPERTENSI DAN SENAM HIPERTENSI

Pokok Bahasan : Darah Tinggi (Hipertensi)

Sub Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan Hipertensi dan Senam


Hipertensi

Sasaran : Lansia yang mengikuti program POSBINDU


3, 11, 4, 5

Tempat : Desa Rempoah

Hari/tanggal : 19, 25, 26, 28 Oktober 2021

Waktu : ±30 Menit

Oleh : Mahasiswa Profesi Ners UHB

Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Stase : Keperawatan Komunitas

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang pendidikan kesehatan dan senam
hipertensi diharapkan klien dapat memahami dan menjelaskan kembali
tentang penyakit hipertensi dan penerapan senam hipertensi dengan baik
dan benar.
2. Tujuan Khusus

16
Setelah mengikuti penyuluhan tentang senam hipertensi Klien dapat:
a. Menjelaskan pengertian hipertensi dengan benar
b. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
c. Menjelaskan tentang upaya pencegahan hipertensi
d. Menjelaskan tentang diit hipertensi
e. Menjelaskan pengertian senam hipertensi
f. Menjelaskan manfaat senam hipertensi
g. Mampu menerapkan senam hipertensi dengan rutin

B. Sasaran
Lansia yang mengikuti POSBINDU di desa Rempoah

C. Setting tempat

Keterangan :

: Penyaji

: Klien

D. Materi
(Terlampir)
E. Media
1. Leaflet

17
F. Metode
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
3. Praktik
G. Kegiatan Penyuluhan

Waktu Kegiatan Kegiatan Klien


5 menit Pembukaan : ─ Menjawab salam
─ Mengucapkan salam ─ Mendengarkan
─ Memperkenalkan diri ─ Mendengarkan
─ Menjelaskan topik dan tujuan ─ Menjawab
pendidikan kesehatan dan
melakukan senam hipertensi.
─ Menanyakan pengetahuan
tentang hipertensi dan senam
hipertensi.
10 menit ─ Mendengarkan
─ Penyampaian materi ─ Bertanya
─ Menjelasakan pengertian
hipertensi
─ Menjelaskan tentang penyebab
dan gejala hipertensi
─ Menjelaskan pola yang harus
dirubah pada penderita
hipertensi dan diit hipertensi
─ Menjelaskan manfaat senam
hipertensi
─ Melakukan senam hipertensi
bersama – sama
10 menit ─ Mempraktikan senam ─ Melakukan senam

18
hipertensi bersama
10 menit Evaluasi : ─ Menjawab
─ Menanyakan kembali hal-hal
yang sudah disampaikan
─ Menanyakan kembali
mengenai manfaat senam
hipertensi
5 menit Penutup: ─ Mendengarkan
─ Menutup pertemuan dengan ─ Menjawab salam
menyimpulkan materi yang
telah dibahas
─ Memberikan salam penutup
-

19
H. Evaluasi
1. Evaluasi dilaksnaan selama proses dan pada ahir kegiatan penkes dengan
memberikan pertanyaan secara lisan sebagai berikut :
a. Apakah pengertian dari hipertensi
b. Apa saja yang menyebabkan hipertensi
c. Gaya hidup seperti apa / upaya pencegahan apa agar bisa
meminimalisir terjadinya hipertensi
d. Apa saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi / diit hipertensi
e. Sebutkan pengertian senam hipertensi
f. Sebutkan manfaat senam hipertensi
2. Kriteria evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Menyiapkan SAP
Menyiapkan materi dan media
Kontrak waktu dengan sasaran
Menyiapkan tempat
Menyiapkan pertanyaan
b. Evaluasi Proses
Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama proses penkes
berlangsung.Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum
dimengerti. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan penyaji.
Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung. Tanya
jawab berjalan dengan baik.
c. Evaluasi Hasil
Penkes dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab
pertanyaan 80% lebih dengan benar. Penkes dikatakan cukup berhasil
apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan antara 50% - 80%
dengan benar. Penkes dikatakan kurang berhsil/tidak berhasil apabila
sasaran hanya mampu menjawab pertanyaan kurang dari 50% dengan
benar.

20
21
Lampiran 1: Materi Hipertensi dan Senam

HIPERTENSI DAN SENAM HIPERTENSI


 Hipertensi
B. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah Kenaikan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan
tekanan darah diastolik > 90 mmHg.
C. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah
M, 2012) :
1. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang
90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya
genetik, jenis kelamin dan usia dengan laki – laki berusia 35-50 tahun
dan wanita yang telah menopause berisiko tinggi mengalami penyakit
hipertensi, diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak, berat
badan obesitas, berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal
sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi, gaya hidup
merokok dan konsumsi alkohol.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit,
yaitu coarctation aorta, penyakit parenkim dan vaskular ginjal,
aterosklerosis atau fibrous dyplasia, penggunanaan kontrasepsi
hormonal (esterogen), gangguan endokrin, kegemukan (obesitas),
stres, kehamilan, luka bakar, peningkatan tekanan vaskuler.
D. Tanda dan gejala
1. Peningkatan tekanan darah
2. Mengeluh sakit kepala, pusing
3. Lemas, kelelahan

22
4. Sesak nafas
5. Gelisah
6. Mual
7. Muntah
8. Epistaksis
9. Kesadaran menurun

E. Upaya Pencegahan
1. Cek Kesehatan secara berkala
2. Hindari Kegemukan
3. Hindari rokok dan alkohol.
4. Hindari stress
5. Olah raga teratur / Aktifitas fisik
6. Batasi pemakaian garam
7. Istirahat cukup
F. Diet Hipertensi
1. Pengertian
Diet Hipertensi adalah diet bagi penderita hipertensi yang bertujuan
untuk
membatu menurunkan takanan darah dan mempertahankan tekanan
darah
menuju normal, selain itu diet hipertensi juga bertujuan untuk
menurunkan
factor resiko hipertensi lainnya seperti berat badan berlebih, tinggi
kolestrol
dan Asam Urat dalam darah.
2. Tujuan
Membantu Menghilangkan Nutrisi garam / mengurangi air dalam
jaringan
tubuh dan menurunkan tekaan darah pada hipertensi.
3. Syarat- Syarat Diet

23
 Cukup energy, Protein, Mineral dan Vitamin
 Bentuk makanan di sesuaikan dengan keadaan penyakit
 Jumlah natrium disesuaikan dengan berat ringannya Hipertensi
4. Makanan yang dianjurkan / Boleh di konsumsi :
 Pisang
 Sayuran Hijau kecuali daun singkong , daun melinjo dan bijinya
 Buah- buahan kecuali buah durian
 Yogurt dan olahan susu lainnya yang rendah lemak
 Susu Skim
 Oatmeal
 Ikan
5.Makanan yang di Hindari /Dibatasi
 Makanan yang mengandung garam, seperti makanan cepat saji,
makanan
 kemasan.
 Makanan yang banyak mengandung Gula
 Makanan Berlemak
 Makanan dan Minuman mengandung Alkohol
 Contoh jus Penurun Hipertensi yang mudah di buat dan di peroleh
bahan –
bahan nya :
 Jus Apel dan Seledri
1 buah apel ukuran sedang di tambah 2-3 sendok irisan seledri
 Jus belimbing dan Timun
3- 4 iris belimbing buah di tambah 5-7 iris mentimun segar bisa di
tambah
perasan jeruk nipis sesuai selera
 Jus timun Seledri
5-7 iris mentimun segar ditambah 2-3 sendok irisan seledri

 Senam Hipertensi

24
A. Pengertian senam hipertensi
Senam hipertensi Olahraga yang ditunjukkan untuk penderita hipertensi
dan usia lanjut untuk mengurangi berat badan dan mengelola stres (faktor
yang mempertinggi hipertensi) yang dilakukan selama 30 menit dan
dilakukan seminggu minimal 3 kali.
B. Manfaat senam hipertensi
Untuk meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru serta membakar
lemak yang berlebihan ditubuh karena aktifitas gerak untuk menguatkan dan
membentuk otot dan beberapa bagian tubuh lainya seperti pinggang, paha,
pinggul, perut dan lain lain dan peningkatkan kelenturan, keseimbangan
koordinasi, kelincahan, daya tahan dan sanggup melakukan kegiatan-kegiatan
dan olahraga lainnya.

C. Cara senam hipertensi


1. Jalan ditempat 8 hitungan x
2

25
2. Buka kaki selebar bahu 8 6. Silang ibu jari 8 hitungan x
hitungan x 2 2
3. Tepuk kedua telapak tangan
8 hitungan x 2

7. Adu siku kelingking 8


hitungan x 2
4. Tepuk jari 8 hitungan x 2

8. Adu sisi telunjuk 8 hitungan


x2
5. Jalin tangan 8 hitungan x 2

9. Tepuk pergelangan tangan 8


hitungan x 2

26
10. Tekan jari seperti memberi 13. Menepuk pinggang 8
salam 8 hitungan x 2 hitungan x 2

14. Menepuk paha 8 hitungan x


11. Buka dan kepal jari 8 2
hitungan x 2

15. Menepuk betis 8 hitungan x


12. Tepuk pergelangan tangan 2
hingga bahu 8 hitungan x 2

27
19. Lakukan gerakan menjinjit
8 hitungan x 2

16. Melakukan gerakan


setengah jongkok berdiri 8
hitungan x 2

17. Menepuk perut secara


bergantian 8 hitungan x 2

18. Rapatkan kedua kaki 8


hitungan x 2

28
Lampiran 2: Nama Mahasiswa Kelompok 1 Desa Rempoah

1. DIANA RINDRIANI

2. DINI MELINDA EKA P.

3. EKA YULIANA

4. EVI DAMAYANTI

5. FAJAR ILHAM FATHONI

6. FANI TRY OKTAVIANI

7. ARI YOGO PRASETIYO

8. DARJATI

9. DERSI ROYANA SINAGA

10. EDI SULISTIANTO

11. LATIFAH

12. MISTER

13. DEA MITHA APRILIANI

14. DEA OKTRIA NUR

29
Lampiran 3 Foto Kegiatan Posbindu

30
31
32
LAMPIRAN
Master tabel
No Jenis kelamin Umur Agama Hipertensi Sistol Diastol TB BB IMT
1 P 58 Islam NORMAL 129 75 150 47 NORMAL
2 P 55 Islam NORMAL 136 79 157 45 KURANG
3 P 50 Islam TINGGI 146 85 167 67 NORMAL
4 P 50 Islam TINGGI 174 94 157 59,6 NORMAL
5 P 53 Islam TINGGI 228 104 145 47,3 NORMAL
6 P 50 Islam NORMAL 133 74 153 51,9 NORMAL
7 P 64 Islam TINGGI 173 95 148 46,8 NORMAL
8 P 67 Islam TINGGI 162 104 151 51 NORMAL
9 P 64 Islam TINGGI 157 88 156 54,8 NORMAL
10 P 57 Islam TINGGI 183 103 147 41,7 NORMAL
11 P 87 Islam TINGGI 222 94 140 43,7 NORMAL
12 P 68 Islam TINGGI 145 74 148 80,1 OBESITAS
13 P 51 Islam NORMAL 129 79 153 51 NORMAL
14 L 63 Islam NORMAL 122 86 145 47,6 NORMAL
15 P 51 Islam TINGGI 155 102 153 79,5 OBESITAS
16 P 49 Islam TINGGI 151 87 152 66,8 KEGEMUKAN
17 P 57 Islam TINGGI 167 103 157 72 KEGEMUKAN
18 P 65 Islam TINGGI 158 87 152 57 NORMAL
19 P 61 Islam NORMAL 111 60 150 48 NORMAL
20 P 60 Islam TINGGI 173 70 138 45,8 NORMAL
21 P 75 Islam TINGGI 205 92 152 75,6 OBESITAS
22 P 74 Islam NORMAL 125 77 137 39,7 NORMAL
23 P 68 Islam TINGGI 208 102 152 52,8 NORMAL

33
24 P 68 Islam NORMAL 114 71 145 36 KURANG
25 P 66 Islam TINGGI 147 87 146 61 KEGEMUKAN
26 P 70 Islam TINGGI 154 100 150 66 KEGEMUKAN
27 P 54 Islam TINGGI 171 97 142 50 NORMAL
28 P 56 Islam TINGGI 189 103 148 71 OBESITAS
29 P 48 Islam TINGGI 164 87 156 52 NORMAL
30 P 55 Islam TINGGI 150 89 152 58 NORMAL
31 P 53 Islam TINGGI 143 83 147 56 KEGEMUKAN
32 P 65 Islam TINGGI 149 95 158 53 NORMAL
33 P 60 Islam NORMAL 130 84 139 54 KEGEMUKAN
34 P 58 Islam NORMAL 133 88 157 74 OBESITAS
35 P 68 Islam NORMAL 121 89 138 26 SANGAT KURANG
36 P 65 Islam TINGGI 141 93 145 65 OBESITAS
37 P 71 Islam NORMAL 116 74 147 56 KEGEMUKAN
38 P 71 Islam RENDAH 104 71 155 42 KURANG
39 P 59 Islam NORMAL 126 75 137 49 KEGEMUKAN
40 P 55 Islam TINGGI 157 94 142 54 KEGEMUKAN
41 P 60 Islam TINGGI 142 81 145 50 NORMAL
42 P 58 Islam NORMAL 110 75 159 50 NORMAL
43 L 55 Islam TINGGI 165 100 55,4 TB TIDAK TERKAJI
44 P 54 Islam NORMAL 121 86 35,2 TB TIDAK TERKAJI
45 P 53 Islam TINGGI 140 83 55,7 TB TIDAK TERKAJI
46 P 54 Islam NORMAL 134 88 67 TB TIDAK TERKAJI
47 P 56 Islam TINGGI 157 87 59,1 TB TIDAK TERKAJI
48 P 60 Islam NORMAL 110 72 52,3 TB TIDAK TERKAJI
49 P 53 Islam TINGGI 160 77 68,5 TB TIDAK TERKAJI
50 P 62 Islam TINGGI 199 100 71 TB TIDAK TERKAJI

34
51 P 54 Islam TINGGI 171 71 32,1 TB TIDAK TERKAJI
52 P 49 Islam TINGGI 151 89 68,2 TB TIDAK TERKAJI
53 P 52 Islam TINGGI 156 107 55,7 TB TIDAK TERKAJI
54 L 54 Islam TINGGI 167 94 61,5 TB TIDAK TERKAJI
55 P 60 Islam NORMAL 139 84 57,3 TB TIDAK TERKAJI
56 P 50 Islam TINGGI 191 95 58,9 TB TIDAK TERKAJI
57 P 50 Islam RENDAH 105 73 49 TB TIDAK TERKAJI
58 P 61 Islam NORMAL 127 83 63,2 TB TIDAK TERKAJI
59 P 64 Islam TINGGI 169 83 134 38,3 NORMAL
60 L 50 Islam NORMAL 128 65 160 52,4 NORMAL
61 P 49 Islam TINGGI 197 109 152 55,1 NORMAL
62 P 51 Islam RENDAH 108 68 147 32,9 KURANG
63 P 50 Islam TINGGI 160 96 150 51,8 NORMAL
64 P 51 Islam TINGGI 176 91 145 70 OBESITAS
65 P 50 Islam TINGGI 144 65 139 41,3 NORMAL
66 P 62 Islam TINGGI 184 104 147,5 65 KEGEMUKAN
67 P 54 Islam TINGGI 186 95 134 32,6 KURANG
68 P 49 Islam TINGGI 184 98 130,5 40,8 KEGEMUKAN
69 P 52 Islam TINGGI 153 104 142 59,5 KEGEMUKAN
70 P 54 Islam TINGGI 157 89 156 41,8 KURANG
71 P 60 Islam TINGGI 188 120 144 40,1 NORMAL
72 P 50 Islam TINGGI 165 109 152 65,7 KEGEMUKAN
73 P 50 Islam TINGGI 167 91 144 50 NORMAL
74 P 61 Islam NORMAL 128 100 150 50 NORMAL
75 L 48 Islam TINGGI 153 100 152 48 NORMAL
76 P 55 Islam TINGGI 143 84 145 56,6 KEGEMUKAN
77 P 53 Islam TINGGI 157 94 162,5 68,5 NORMAL

35
78 P 65 Islam NORMAL 128 91 151 65 KEGEMUKAN
79 P 60 Islam NORMAL 127 80 144 58,3 KEGEMUKAN
80 P 58 Islam TINGGI 149 77 141 49,2 NORMAL
81 P 57 Islam TINGGI 152 96 148 67,1 OBESITAS
82 P 54 Islam TINGGI 197 105 147 55,2 KEGEMUKAN
83 P 50 Islam TINGGI 223 106 146 54,4 KEGEMUKAN
84 P 55 Islam TINGGI 183 89 144 60,4 KEGEMUKAN
85 P 48 Islam TINGGI 144 92 145 55,4 KEGEMUKAN
86 L 53 Islam TINGGI 162 98 166,5 61,1 NORMAL
87 P 49 Islam NORMAL 132 86 145 53,1 KEGEMUKAN
88 P 57 Islam TINGGI 161 96 151 74,5 OBESITAS
89 P 55 Islam TINGGI 200 99 143 48,5 NORMAL
90 P 56 Islam NORMAL 134 81 140 63,1 OBESITAS

36
DAFTAR PUSTAKA
AAOS (American Academic of Ortophedic Surgeons). (2015). Ortophedic knee
replacement. Available at : https://orthoinfo.aaos.org/en/treatment/totalknee-
replacement/ , diakses pada tanggal 01 Januari 2021.
ADA (American Diabetes Association)., 2010. Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus. Diabetes Care Vol.33: S62-9.
American College of Rheumatology. 2012. Osteoarthritis. Lake Boulevard
NE,Atlanta.
Anderson, Elisabeth T, (2007). Buku Ajar Keperawatan Komunitas:Teori Dan
Praktek. Jakarta:Egc.
Alimul, Aziz (2008). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah edisi
pertama. Jakarta : Salemba Medika.
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.
Bambang Wahyudi. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Sulita.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kebutuhan Data Ketenagakerjaan untuk
Pembangunan Berkelanjutan. Direktur Statistik Kependudukan dan
Ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta
Holdsworth, G. J. W. A. M. M. 2014. Gizi dan Dietetika ( a Handbook of
Nutrition and Dietetics) (2nd ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Departemen Kesehatan RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta.
Dewanti, Sri (2010). Buku Pintar Kesehatan Kolesterol, Diabetes Melitus & Asam
Urat. Klaten: Kawan Kita.
Djuuna Irnanda A.F. 2013. Population and Distribution of Some MesoFauna in
the Inactive Tailing Deposition Areas of Freeport Indonesia, TimikaPapua. J
Trop Soils, Vol.18 No.3 2013: 225-229.
Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD). 2007. Community
Development dalam Paradigma Pembangunan Berkelanjutan,
http://www.migasindonesia.com/index.php?
module=article&sub=article&act=view&id=166 Diakses 01 Januari 2021.
Jain, Ritu. (2011). Pengobatan alternatif untuk mengatasi tekanan darah. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.

37
Longo, D. L., & Kasper, D. L. (2012). Harrison’s Principle of Internal Medicine
ed.18 Chapter 231: Rheumatoid Arthritis. USA: McGraw-Hill
Companies,Inc.
Kaku, K. (2010). Pathophysiology of Type 2 Diabetes and Its Treatment Policy.
JMAJ,53(1), 41-46.
Kasron, 2012, Kelainan dan Penyakit Jantung: Pencegahan serta Pengobatannya,
Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta.
Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:
Salemba Medika.
Mubarak, W, I & Chayatin, N (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar
dan Teori. Jakarta : Salemba Medika.
Mujahidullah, Khalid. (2012). Keperawatan Geriatrik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Jain, Ritu. (2011). Pengobatan alternatif untuk mengatasi tekanan
darah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan gerontik dan geriatrik edisi 3. Jakarta: EGC.
Nurhidayat Saiful. 2011. Asuhan Keperawtan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Ponorogo: UMPO Press
PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. Jakarta: PERKENI; 2011.
PDPI. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik): Diagnosis dan Penatalaksanaan.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI); 2011.
Saferi W, Andra., Mariza P, Yessie. 2013. KMB 2 :Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep). Yogyakarta : Nuha
Medika.
Suarjana I.N., 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V, Interna Publishing,
Jakarta.
Suroto. 2004. Buku Pegangan Kuliah : Pengertian Senam, Manfaat Senam dan
Urutan Gerakan. Semarang : Universitas Diponegoro.
Tr, Sekar. Wanita Dan Penyakit Autoimun Selama Hidupnya. Yogyakarta :
Siklus; 2011.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan gerontik dan geriatrik edisi 3. Jakarta: EGC.

38
Wallace, Meredith. (2007). Essentials of Gerontological Nursing. New York:
Springer Publishing Company.
WHO. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Global
Strategy for The Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease. Geneva: WHO Press.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

39

Anda mungkin juga menyukai