Anda di halaman 1dari 27

POSBINDU

(POS PEMBINAAN TERPADU)

Disusun untuk Kelengkapan Administrasi Pokja IV


PKK Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali

Disusun oleh:
Bidan Arum Sari, Amd. Keb

PKK DESA TEGALREJO


KECAMATAN SAWIT, KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga laporan makalah tentang
POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu) ini dapat diselesaikan sesuai dengan
rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan laporan makalah ini adalah guna melengkapi admistrasi
pokja IV PKK Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, serta
melatih keterampilan dan kemampuan kader dalam melaksanakan program
usaha kesehatan masyarakat khususnya POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu)
dan untuk evaluasi pelaksanaan POSBINDU yang ada di Desa Tegalrejo,
Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Puskesmas Sawit,
Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, drg. Yeni Maharani yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan selama penyelesaian makalah.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Desa Tegalrejo
bapak Sarmanto, Spd dan semua pihak sehingga dalam penyusunan makalah ini
dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna. Untuk
itu, saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan ini.
Atas saran dan kritik pembaca, penyusun ucapkan terima kasih.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca serta rekan-
rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Boyolali, Januari 2019


Penyusun

Arum Sari, Amd.Keb

2
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ...................................................................1
DAFTAR ISI .................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................3
1.2 Ruusan Masalah .................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................3
1.4 Metode Sistematika.............................................................3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Posbindu............................................................4
2.2 Tujuan Posbindu..................................................................4
2.3 Pembentukkan Posbindu.....................................................5
2.4 Komponen...........................................................................5
2.5 Pelayanan Kesehatan...........................................................6
2.6 Sarana dan Prasarana...........................................................7
2.7 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan......................................7
2.8 Rekutmen dan Pelatihan Kader Posbindu.........................10
2.9 Indikator Keberhasilan .....................................................11
BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Latar Belakang Posbindu Sehati.......................................12
3.2 Dasar Pembentukan Posbindu Sehati................................12
3.3 Tujuan Posbindu Sehati.....................................................13
3.4 Komponen Posbindu Sehati..............................................14
3.5 Pelayanan Kesehatan Posbindu Sehati..............................15
3.6 Sarana dan Prasarana Posbindu Sehati..............................17
3.7 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posbindu Sehati.........17
3.8 Peran Linprog dan Linsek Posbindu Sehati......................18
3.9 Tata Nilai Posbindu Sehati................................................19
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan.......................................................................20
4.2 Saran .................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................21
LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari
sistem kesehatan. Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan
proses yang dilakukan oleh masyarakat (dengan atau tanpa campur tangan
pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek
lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam
kesehatan masyarakat.
Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup
adalah pemberdayaan masyarakat miskin. Faktor ini akan mampu
memutuskan ketinggalan rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi
maupun kesehatan. Faktor lain yang akan menjamin penguatan daya tawar
dan akses guna mendukung masyarakat untuk memperolah dan
memamfaatkan input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan
ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat.
Pembangunan merupakan proses perubahan menuju peningkatan taraf
hidup dan kesejahteaan masyarakat. Seberapa jauh proses pembangunan
tersebut telah mampu menghasilkan perubahan-perubahan yang membawa
dampak pada peningkatan taraf hidup dan kesejahtraan masyarakat, diukur
dengan indikator-indikator yang umum bersifat ekonomi.
Rendahnya tingkat perubahan kondisi kehidupan masyarakat melalui
kebijakan pemerataan melahirkan paradigma pembangunan yang berpusat
pada manusia. Implementasinya tercermin pada pogram-pogram yang
secara langsung ditujukan kepada masyarakat lapisan bawah seperti
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat ( pangan, sandang, papan,
kesehatan, pandidikan ) maupun pogram penanggulangan kemiskinan.
Kebijakan paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia
implementasinya cukup berhasil, namun secara proses terlihat lambat
akibat masih adanya intervensi kekuasaan pemerintahan dalam menetapkan
prioritas pogram yang diperuntukkan bagi kepentinagn masyarakat dan
menguatnya dominasi kekuasaan pemerintah dalam pengololaan paradigma
pemberdayaan masyarakat.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah konsep Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
SEHATI ?

1.3 TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah agar
mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai konsep Pos Pembinaan
Terpadu (POSBINDU) SEHATI.

1.4 METODE
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya
melalui media literatur perpustakaan dan elektronik.

1.5 SISTEMATIKA
Secara umum makalah ini terbagi menjadi empat bagian yaitu; Bab I
pendahuluan, Bab II tinjauan pustaka, Bab III pembahasan dan Bab IV
kesimpulan dan saran.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN POSBINDU


Posbindu menurut Depkes RI (2002) adalah pusat bimbingan
pelayanan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh
masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka
pencapai masyarakat yang sehat dan sejahtera.
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat
berdasarkan inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya
penduduk usia lanjut. Posbindu kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu,
program ini berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu dikhususkan
untuk pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki masa lansia
maupun yang sudah memasuki lansia (Depkes, 2007).
Posbindu lansia adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dan
pelayanan bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat
yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumberdaya
manusia sejak dini (Effendy, 2001).

2.2 TUJUAN POSBINDU


Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu
diharapkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina kesehatannya
serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam
mengatasi kesehatan usia lanjut.
Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap
bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif
dan mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang
butuh (Depkes, 2007).
Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah :
1. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia

6
3. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dari kegiatan-kegiatan lain yang
menunjang kemampuan hidup sehat.
4. Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok
masyarakat lansia dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografis.
5. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok
masyarakat lansia dalam rangka alih teknologi untuk swakelola
usaha-usaha kesehatan masyarakat.
Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti
program kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan,
sikap, persepsi, perilaku dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa
perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar (kepercayaan) dan
keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan. Secara umum perilaku
kesehatan seseorang mencakup perilaku terhadap sakit dan penyakit,
perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, maupun perilaku terhadap
program kesehatan.
Faktor lain yang mempengaruhi perilaku ketaatan seseorang pada
kesehatan adalah sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga,
faktor sosial budaya, etnik, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan,
harga/biaya pelayanan, jarak, persepsi terhadap sarana kesehatan, dan
kekuatan pengambilan keputusan.

2.3 PEMBENTUKKAN POSBINDU


Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan
masyarakat usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan
dalam pembentukan posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan
situasi masing-masing daerah, misalnya mengambangkan kelompok-
kelompok yang sudah ada seperti kelompok pengajian, kelompok jemaat
gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-lain. Pembentukan Posbindu
dapat pula menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa (PKMD).
Pendekatan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah umum
dilaksanakan dan merupakan pendekatan pilihan yang dianjurkan untuk
pembentukan Posbindu baru. Langkah-langkahnya meliputi:
1. Pertemuan tingkat desa
2. Survey mawas diri
3. Musyawarah Masyarakat Desa

7
4. Pelatihan kader
5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
6. Pembinaan dan pelestarian kegiatan

2.4 KOMPONEN
Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat,
akan berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa
komponen pokok, yaitu: adanya proses kepemimpinan, terjadinya proses
pengorganisasian, adanya anggota dan kader serta tersedianya pendanaan.
1. Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Untuk
pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus dan
memimpin penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang
dilaksanakan mencapai hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu
bisanya berasal dari anggota Posbindu itu sendiri.
2. Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya
pembagian tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan
sebagainya. Struktur organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua,
Sekretaris, Bendahara dan beberapa seksi dan kader.
3. Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang.
Perlu diperhatikan juga jarak antara sasaran dengan lokasi kegiatan
dalam penentuan jumlah anggota, sehingga apabila terpaksa tidak
tertutup kemungkinan anggota Posbindu kurang dari 50 orang atau
lebih dari 100 orang.
4. Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota
kelompok, volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.
5. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa
iuran atau sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau
sumber lain yang tidak mengikat.

8
2.5 PELAYANAN KESEHATAN
Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik
dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai
alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang
diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan
mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan
Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim
digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan
kepada usia lanjut dikelompok sebagai berikut:
1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily
living) melipui kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan/minum,
berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar/kecil dan sebagainya
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional dengan menggunakan pedoman 2 menit
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh
(IMT)
4. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama 1 menit
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus)
7. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal
8. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai
dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
kelompok usia lanjut
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok
usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan
kesehatan masyarakat (public health nursing).
11. Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh
menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia
lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah
tersebut

9
12. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran

2.6 SARANA DAN PRASARANA


Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan
prasarana penunjang antara lain:
1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
2. Meja dan kursi
3. Alat tulis
4. Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
5. Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur
tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana
termometer
6. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut

2.7 MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN


Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia
lanjut di kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya
digunakan sistem 5 tahapan/5 meja sebagai berikut:
1. Tahap pertama: Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
2. Tahap kedua: Wawancara, Pencatatan kegiatan sehari-hari yang
dilakukan usila,
3. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan status mental serta penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan
4. Tahap keempat: Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium
sederhana)
5. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling

10
Berikut ini sebagai salah satu contoh pemberdayaan masyarakat dalam
kegiatan posbindu:
1. Surveilans hipertensi
Setelah kader Posbindu dilatih, langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan surveilans yaitu survey lapangan untuk mengumpulkan data
tentang prevalensi hipertensi di masyarakat. Surveilans dilakukan oleh
kader Posbindu yang telah diberikan pelatihan surveilans, dan data yang
terkumpul diolah dan dianalisis bersama oleh kader, tokoh masyarakat, dan
tenaga kesehatan. Instrumen surveilans berupa angket/kuesioner yang
terlebih dahulu telah disiapkan oleh tim pengabdian masyarakat.
2. Pembuatan peta kewaspadaan hipertensi
Data hasil surveilans dijadikan dasar untuk menyusun peta kewaspadaan
hipertensi di komunitas. Peta ini sekaligus sebagai bukti dokumentasi hasil
surveilans yang telah dilakukan dan diberi kode-kode khusus berdasarkan
kesepakatan tim tentang kategori masyarakat dalam kaitannya dengan
kewaspadaan hipertensi.
3. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin
Pemeriksaan ini secara rutin merupakan bagian pelayanan Posbindu.
Namun dalam kasus tertentu, pemeriksaan tekanan darah tidak dilakukan
secara pasif (menunggu di Posbindu), tetapi justru dilakukan secara aktif
dari rumah ke rumah (door to door) pada kelompok masyarakat yang
memiliki faktor risiko dan kelompok lansia atau dikenal sebagai penemuan
kasus hipertensi secara aktif (active case finding). Penemuan kasus secara
aktif ini merupakan upaya penapisan (screening) kasus hipertensi di
masyarakat sebagai salah satu upaya deteksi dini kasus hipertensi dan
komplikasinya.
4. Pelaksanaan senam jantung sehat dan senam lansia secara rutin
Kegiatan senam jantung sehat dan senam lansia merupakan bagian dari
pelayanan Posbindu. Dalam konteks ini, pelaksanaan senam juga bukan
saja diikuti kelompok masyarakat berisiko atau kelompok lansia saja,
11
tetapi juga bisa diikuti oleh seluruh elemen masyarakat. Kegiatan ini
merupakan bentuk nyata dari upaya pencegahan penyakit jantung dan
pembuluh darah serta pengendalian salah faktor risiko hipertensi.
5. Promosi kesehatan yang berkaitan dengan bahaya hipertensi
Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Program
ini dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik dalam
masyarakat itu sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Berdasarkan hal tersebut maka strategi promosi kesehatan yang akan
dikembangkan dalam rangka pencegahan hipertensi adalah:
a. Advokasi (advocacy)
Kegiatan ini ditujukan untuk para pembuat keputusan dan penentu
kebijakan di tingkat kecamatan dan desa. Diharapkan melalui
advokasi ini, semua aparatur pemerintahan di Desa Randobawa Ilir
bisa memberikan dukungan, baik dukungan moral maupun material,
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya.
b. Dukungan sosial (social support)
Kegiatan ini difokuskan bagi para tokoh masyarakat dan tokoh
agama yang ada di Desa. Diharapkan para tokoh masyarakat dan
tokoh agama tersebut dapat menjembatani komunikasi antara
pengelola program kesehatan dan masyarakat.
c. Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Kegiatan ini diarahkan pada masyarakat langsung sebagai sasaran
primer promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat
memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatannya sendiri (self reliance in health). Bentuk kegiatannya
lebih ditekankan pada penggerakkan masyarakat untuk kesehatan,
dalam hal ini adalah pengelolaan Posbindu.
Ruang lingkup promosi kesehatan sendiri meliputi tatanan keluarga
(rumah tangga) dan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan
tingkat pelayanan kesehatan yang diberikan, promosi kesehatan yang
dilakukan hanya berada pada level promosi kesehatan, perlindungan
spesifik, serta diagnosis dini dan pengobatan segera. Kegiatan
promosi kesehatan pada setiap level tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
1) Promosi kesehatan: Senam jantung sehat dan senam lansia,
Kampanye anti-rokok, Penyuluhan gizi lansia, Pelatihan
pemeriksaan tekanan darah bagi keluarga lansia

12
2) Pencegahan spesifik: Pemberian multivitamin bagi
lansia,Diagnosis dini dan pengobatan segera:
3) Pemeriksaan tekanan darah teratur bagi penderita hipertensi
4) Pemeriksaan tanda-tanda komplikasi hipertensi (pemeriksaan
protein urin, pemeriksaan neurologis, Dan lain-lain)
d. Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan & penatalaksanaan
hipertensi
Penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari strategi promosi
kesehatan yang tujuannya memampukan masyarakat untuk dapat
menghindari perilaku-perilaku yang berisiko meningkatkan kejadian
hipertensi dan/atau melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah hipertensi pada masyarakat dan keluarga penderita
hipertensi.
e. Pelatihan pengukuran tekanan darah bagi keluarga lansia dan
keluarga penderita hipertensi
Kegiatan ini juga ditujukan sebagai salah satu upaya
memperpendek akses pelayanan kesehatan, khususnya bagi penderita
hipertensi dalam melakukan pemantauan (monitoring) terhadap
kondisi kesehatannya. Pada akhirnya setiap keluarga dari penderita
hipertensi dapat melakukan pemantauan tekanan darah penderita
hipertensi secara teratur, tanpa harus pergi ke Puskesmas yang
memakan waktu dan biaya transportasi. Karena itu, ketersediaan
tensimeter atau sphygmomanometer di Posbindu harus cukup sebagai
antisipasi bagi kebutuhan terhadap pemantauan tekanan darah secara
mandiri oleh keluarga penderita. Sudah barang tentu, anggota
keluarga yang dilatih adalah mereka yang memenuhi syarat tertentu
sehingga dimungkinkan mampu menguasai dalam mempraktikkan
dan menginterpretasikan hasil pengukuran tekanan darahnya.
f. Pengumpulan dana sosial Tanggap Hipertensi
Kegiatan ini merupakan manifestasi nyata dari strategi gerakan
masyarakat sebagai salah satu strategi promosi kesehatan. Dalam hal
pengumpulan dana sosial maka dibutuhkan dukungan dari para
pengambil keputusan di tingkat desa dan kecamatan, serta kesadaran
dari masyarakat itu sendiri. Tentu dalam kondisi yang tidak mengikat,
kegiatan ini bersifat fleksibel terutama ditujukan bagi kelompok
masyarakat dengan tingkat kemampuan ekonomi menengah ke atas.
Dana sosial ini ditujukan untuk membantu pembiayaan warga
masyarakat yang mengalami komplikasi hipertensi sehingga
membutuhkan pengobatan lebih kompleks atau rujukan ke rumah
sakit.

13
2.8 REKRUTMEN DAN PELATIHAN KADER POSBINDU
Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok Posbindu sendiri atau
dapat saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi
kader. Adapun persyaratan untuk menjadi kader Posbindu adalah:
1. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan
kondisi setempat;
2. Mau dan mampu bekerja secara sukarela;
3. Bisa membaca dan menulis huruf latin;
4. Sabar dan memahamil usia lanjut.
Setelah melakukan Musyawarah Masyarakat Desa dan Musyawarah
di tingkat RW, maka panitia mengumumkan secara terbuka tentang
rekrutmen kader Posbindu sesuai dengan persyaratan di atas. Jika sampai
pada waktu yang ditetapkan masih sedikit, maka panitia bersama pengurus
RW melakukan musyawarah kembali untuk menentukan kader Posbindu
berdasarkan pertimbangan tokoh masyarakat setempat.
Setelah rekrutmen kader Posbindu selesai, maka dilanjutkan dengan
penyelenggaraan pelatihan kader Posbindu dengan materi pelatihan
meliputi:
1. Pengelolaan dan Pengorganisasian Posbindu
2. Surveilans hipertensi (survey mawas diri)
3. Prosedur deteksi dini hipertensi dan komplikasinya
4. Penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya
5. Pencegahan hipertensi
6. Pertolongan pertama kedaruratan penyakit kardiovaskuler dan
serebrovaskuler

Tenaga untuk kegiatan Posbindu lakukan oleh 5 orang kader dengan di bantu oleh tenaga
kesehatan dari puskesmas setempat.

No Tenaga Peranan

1 Koordinator Ketua dari perkumpulan dan


penanggungjawab kegiatan serta
berkoordinasi terhadap Puskesmas dan Para
Pembina terkait di wilayahnya.

2 Kader Penggerak Anggota perkumpulan yang aktif,


berpengaruh dan komunikatif bertugas

14
menggerakkan masyarakat, sekaligus
melakukan wawancara dalam penggalian
informasi

3 Kader Pemantau Anggota Perkumpulan yang aktif dan


komunikatif bertugas melakukan pengukuran
Faktor risiko PTM

4 Kader Anggota Perkumpulan yang aktif,


Konselor/Edukator komunikatif dan telah menjadi panutan
dalam penerapan gaya hidup sehat, bertugas
melakukan konseling, edukasi, motivasi serta
menindaklanjuti rujukan dari Puskesmas

5 Kader Pencatat Anggota perkumpulan yang aktif dan


komunikatif bertugas melakukan pencatatan
hasil kegiatan Posbindu PTM dan melaporkan
kepada koordinator Posbindu PTM.

Syarat menjadi seorang kader;


a. Berasal dari anggota kelompok masyarakat/lembaga/institusi
b. Peduli terhadap masalah penyakit tidak menular dan bersedia
melaksanakan kegiatan Posbindu PTM
c. Pendidikan sebaiknya minimal setingkat SLTA (Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas)

Tugas Kader;
a. Melakukan pendekatan kepada pimpinan kelompok/lembaga/institusi.
b. Melakukan survai mawas diri/pendataan bersama petugas.
c. Melaksanakan musyawarah bersama dalam penyelesaian masalah
termasuk penentuan jadwal penyelenggaraan posbindu PTM.
d. Mendorong anggota kelompok masyarakat/kelompok/lembaga/institusi
untuk datang ke posbindu PTM ( mengajak anggota
keluarga/masyarakat agar hadir, memberikan serta menyebarluaskan
informasi kesehatan, menggali dan menggalang sumber daya termasuk
dana yang berasal dari masyarakat).
e. Melaksanakan kegiatan posbindu PTM termasuk kunjungan rumah bila
diperlukan.

15
f. Melakukan pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM

2.9 INDIKATOR KEBERHASILAN


 Meningkatnya jumlah organisasi masyarakat kelompok usia lanjut
yang berperan serta secara aktif dalam pelayanan kesehatan usia
lanjut
 Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat
 Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut yang
dilaksanakan oleh 50% puskesmas dan menjangkau 100% panti
werda
 Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit degeneratif, dengan
jangkauan pelayanan yang mencakup 40% usia lanjut.

BAB III

PEMBAHASAN

16
2.1 LATAR BELAKANG POSBINDU SEHATI
Masih tingginya penderita Hipertensi di tengarai masih kurangnya
kepedulian dan Kurangnya pengetahuan Masyarakat terhadap Kesehatan
dan Penyakit Hipertensi. Selain faktor tersebut masih banyak faktor yang
mempengaruhi tingginya penderita Hipertensi antara lain : Pola makan
yang kurang sehat, dukungan dari keluarga penderita hipertensi,serta
terbatasnya tenaga kesehatan terhadap cakupan wilayah untuk penyuluhan
kesehatan terutama Hipertensi,selain itu kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap Pemeriksaan gejala - gejala dini.
Mengingat bahaya Lanjutan dari Hipertensi adalah Stroke bahkan
Kematian. Maka perlu diadakan Screening (Deteksi Dini) terhadap
masyarakat khususnya kecamatan Sehati. Agar terdeteksi secara dini pada
masyarakat sehingga kesadaran masyarakat tumbuh terhadap kesehatan,
terutama masyarakat mau dan mampu untuk memeriksakan diri sedini
mungkin. Dengan tumbuhnya Kesadaran masyarakat memeriksakan diri
sedini mungkin dapat menurunkan angka penderita hipertensi. Untuk
meningkatkan Kesadaran Masyarakat perlu adanya team lapangan untuk
melakukan screening. Sehubungan dengan terbatasnya tenaga kesehatan
dan harus melakukan pelayanan di puskesmas maka pihak Puskesmas akan
membentuk team yang membawahi pemeriksaan (deteksi dini) pada
masyarakat dengan kasus baru, Puskesmas Sawit membuat Program yaitu
POSBINDU PTM ( Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular ).
Dalam hal ini mendeteksi kasus baru terutama PTM dan Melakukan
Rujukan ke Puskesmas jika di dapatkan penderita Baru meliputi:
Hipertensi, Diabetes Melitus, Asam urat, kholesterol, Obesitas dan yang
termasuk Penyakit Tidak Menular.

2.2 DASAR PEMBENTUKAN POSBINDU SEHATI


Pada prinsipnya pembentukan Posbindu didasarkan atas kebutuhan
masyarakat usia lanjut tersebut. Ada beberapa pendekatan yang digunakan
dalam pembentukan posbindu dimasyarakat sesuai dengan kondisi dan
situasi masing-masing daerah, misalnya mengambangkan kelompok-
kelompok yang sudah ada seperti kelompok pengajian, kelompok jemaat
gereja, kelompok arisan usia lanjut dan lain-lain. Pembentukan Posbindu
dapat pula menggunakan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa (PKMD). Pendekatan PKM merupakan suatu pendekatan yang sudah
umum dilaksanakan dan merupkan pendekatan pilihan yang dianjurkan
untuk pembentukan Posbindu baru. Langkah-langkahnya meliputi:
1. Pertemuan tingkat desa
2. Survey mawas diri

17
3. Musyawarah Masyarakat Desa
4. Pelatihan kader
5. Pelaksanaan upaya kesehatan oleh masyarakat
6. Pembinaan dan pelestarian kegiatan
Dasar Pembentukan POSBINDU PTM di Desa Tegalrejo, Sawit:
1. Penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) No 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
PP ini bertujuan untuk melindungi kesehatan perseorangan/individu,
keluarga, masyarakat, dan lingkungan; melindungi penduduk usia
produktif, terutama anak-anak, remaja, dan perempuan hamil dari
dorongan lingkungan dan pengaruh iklan; meningkatkan kesadaran dan
kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya merokok; melindungi
kesehatan masyarakat dari asap rokok orang lain
PP 109/2012 memberikan kekuatan hukum ekstra dalam aturan hukum
yang telah ada sebelumnya terkait kebijakan KTR (Kawasan Tanpa
Rokok). Pasal 49 pada PP 109/2012 ini mengamanatkan bahwa
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mewujudkan Kawasan Tanpa
Rokok. Sejalan dengan hal ini juga telah dikeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 28 Tahun 2012 tentang Pencantuman Peringatan
Kesehatan dan Informasi Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau
untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap bahaya dari
konsumsi tembakau dan Permenkes No. 40 tahun 2013 tentang Peta Jalan
Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok bagi Kesehatan yang bertujuan
untuk mewujudkan penyelenggaraan upaya pengendalian dampak
konsumsi rokok yang terintegrasi, efektif, dan efisien.
2. Permenkes No 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi
Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk
Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji.
Permenkes ini merupakan upaya untuk memberikan edukasi dan promosi
kesehatan kepada masyarakat untuk mengatur konsumsi gula, garam dan
lemak mereka.Pesan kesehatanberbunyi “ Konsumsi Gula lebih dari 50
gram, Natrium lebih dari 2000 miligram, atau lemak total lebih dari 67
gram per orang per hari berisiko hipertensi,stroke,diabetes dan serangan
jantung.
2.3 TUJUAN POSBINDU SEHATI DESA TEGALREJO, SAWIT
Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu
18
diharapkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina kesehatannya
serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam
mengatasi kesehatan usia lanjut.
Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu membina lansia supaya tetap
bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi usianya agar tetap sehat, produktif
dan mandiri selama mungkin serta melakukan upaya rujukan bagi yang
butuh.
Tujuan pokok dari pelayanan Posbindu adalah :
1. Memperlambat angka kematian kelompok masyarakat lansia
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kelompok masyarakat lansia
3. Meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat lansia untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dari kegiatan lain yang menunjang
kemampuan hidup sehat.
4. Pendekatan dan pemerataan pelayan kesehatan pada kelompok
masyarakat lansia dalam usa meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
pada penduduk berdasarkan letak geografis.
5. Meningkatkan pembinaan dan bimbingan peran serta kelompok
masyarakat lansia dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-
usaha kesehatan masyarakat.
Ketaatan lansia untuk menggunakan sarana kesehatan atau mengikuti
program kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengetahuan,
sikap, persepsi, perilaku dalam bentuk praktik yang sudah nyata berupa
perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar (kepercayaan) dan
keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan. Secara umum perilaku
kesehatan seseorang mencakup perilaku terhadap sakit dan penyakit,
perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, maupun perilaku terhadap
program kesehatan.
Faktor lain yang mempengruhi perilaku ketaatan seseorang pada
kesehatan adalah sebagai berikut: kebutuhan, jumlah dan struktur keluarga,
faktor sosial budaya, etnik, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan,
harga/biaya pelayanan, jarak, persepsi terhadap sarana kesehatan, dan
kekuatan pengambilan keputusan (Notoatmodjo, 2003).

Tujuan POSBINDU SEHATI DESA TEGALREJO, SAWIT


1. Tujuan Umum
Terciptanya Kemandirian dan Kesadaran Masyarakat terhadap
Kesehatan.
2. Tujuan Khusus
19
1. Menurunya Angka Penderita PTM
2. Meningkatkan peran serta Keluarga terhadap penderita
3. Melakukan deteksi dini untuk mencegah terjadinya Komplikasi
4. Meningkatkan kesadaran penderita agar rutin kontrol.

2.4 KOMPONEN POSBINDU SEHATI


Posbindu sebagai wadah yang bernuansa pemberdayaan masyarakat,
akan berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa
komponen pokok, yaitu: adanya proses kepemimpinan, terjadinya proses
pengorganisasian, adanya anggota dan kader serta tersedianya pendanaan.
a. Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Untuk
pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus dan
memimpin penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan
yang dilaksanakan mencapai hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu
bisanya berasal dari anggota Posbindu itu sendiri.
Kepemimpinan POSBINDU Sehati berasal dari anggota
Posbindu itu sendiri.
b. Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya
pembagian tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur
dan sebagainya. Struktur organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari
Ketua, Sekretaris, Bendahara dan beberapa seksi dan kader.
Pengorganisasian POSBINDU Sehati mempunyai kader sebanyak
2-3 kader. Struktur organisai posbindu terdiri dari ketua dan
beberapa seksi dan kader.
c. Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu berkisar antara 50-100 orang.
Perlu diperhatikan juga jarak antara sasaran dengan lokasi
kegiatan dalam penentuan jumlah anggota, sehingga apabila
terpaksa tidak tertutup kemungkinan anggota Posbindu kurang dari
50 orang atau lebih dari 100 orang.
Anggota kelompok POSBINDU Sehati sejumlah 100-120 orang.
d. Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota
kelompok, volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.

20
Kader POSBINDU Sehati jumlahnya tergantung pada jumlah
anggota kelompok, volume, dan jenis kegiatannya, yaitu
sedikitnya 3 orang.
e. Pendanaan
Pendanaan bisa bersumber dari anggota kelompok Posbindu, berupa
iuran atau sumbangan anggota atau sumber lain seperti donatur atau
sumber lain yang tidak mengikat.
Pendanaan POSBINDU Sehati mandiri dari desa. Awalnya
dibayar oleh dinas kesehatan untuk modal.

2.5 PELAYANAN KESEHATAN


Pelayaan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan fisik
dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai
alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang
diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan
mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan
Kesehatan (BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim
digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan
kepada usia lanjut dikelompok sebagai berikut:
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily
living) meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan seperti
makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur,
buang air besar/kecil dan sebagainya.
Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily
living) Posbindu Sehati meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan
seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional dengan menggunakan pedoman 2 menit.
Pemeriksaan status mental Posbindu Sehati tidak ada.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh
(IMT).
Pemeriksaan status gizi Posbindu Sehati melalui penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada
grafik Indeks Masa Tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama 1 menit.

21
Pengukuran tekanan darah Posbindu Sehati dengan tensimeter
dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama 1 menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli.
Pemeriksaan hemoglobin Posbindu Sehati dirujuk ke Puskesmas
Sawit.
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus)
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit gula (diabetes mellitus) dilakukan di Posbindu
Sehati juga untuk kontrol pasien DM yang dilakukan secara
berkala sekaligus disediakan pemeriksaan kadar asam urat darah
dan kolesterol darah.
g. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal
Pemeriksaan protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal pada pasien Posbindu Sehati dirujuk ke
Puskesmas Sawit.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan.
Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan
atau ditemukan kelainan juga berlaku di Posbindu Sehati.
i. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai
dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
kelompok usia lanjut.
Penyuluhan di Posbindu Sehati juga dilakukan oleh kader tiap
Posbindu juga oleh Bidan Desa dan dilaksanakan di dalam
maupun di luar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan
konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan
yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.
j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok
usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan
kesehatan masyarakat (public health nursing).
Kunjungan rumah juga dilakukan Posbindu Sehati oleh kader
disertai petugas kesehatan bagi anggota kelompok usia lanjut
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat (public health nursing).

22
k. Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan
contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan
gizi usia lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari
daerah tersebut.
Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Posbindu
Sehati berupa penyuluhan contoh menu makanan dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta
menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah
tersebut.
l. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.
Kegiatan olah raga Posbindu Sehati seperti senam lansia, gerak
jalan santai dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.

2.6 SARANA DAN PRASARANA


Sarana dan Prasarana Posbindu Sehati sudah sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan demi kelancaran pelaksanaan
Posbindu, sarana dan prasarana penunjangnya antara lain:
a. Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
b. Meja dan kursi
c. Alat tulis
d. Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
e. Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur
tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium
sederhana termometer.
f. Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut.

2.7 MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN


Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap
usia lanjut di kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang
sebaiknya digunakan sistem 5 tahapan/5 meja dan Posbindu Sehati
sudah melaksanakannya dengan baik. Tahapan tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama : Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
2. Tahap kedua : Wawancara, Pencatatan kegiatan sehari-hari yang
dilakukan usila,

23
3. Tahap ketiga : Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan status mental serta penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan
4. Tahap keempat : Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium
sederhana)
5. Tahap Kelima : Pemberian penyuluhan dan konseling
Rincian kegiatan Posbindu Sehati adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Pokok
Pemeriksaan penyakit tidak menular yang di lakukan oleh petugas.
b. Rincian Kegiatan
1. Melakukan pemeriksaan dan deteksi dini penyakit tidak menular di
Posbindu
2. Penyuluhan dan sosialisasi program PTM (Penyakit Tidak
Menular) pada masyarakat.
c. Cara Melaksanakan Kegiatan
Tim pelaksana POSBINDU PTM terdiri dari 5 orang kader yang
menempati di meja pemeriksaan masing-masing. Kader di setiap meja
mempunyai tugas masing – masing dalam melakukan pemeriksaan
Deteksi dini terhadap Penyakit Tidak Menular.
d. Sasaran
Seluruh Masyarakat di wilayah Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit,
Kabupaten Boyolali dengan Usia di atas 18 Tahun.
e. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
N0 KEGIATAN TEMPAT WAKTU SASARAN PELAKSANA
1 Posbindu Posbindu Tanggal masyarakat Pelaksana
PTM Desa 10 setiap program PTM
Tegalrejo bulan dan Bidan
Tegalrejo

f. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


Petugas mengevaluasi kegiatan posbindu penyakit tidak menular
dengan cara supervisi posbindu penyakit tidak menular. Sistem
pelaporan langsung di kirimkan ke dinkes kesehatan.
g. Pencatatan, Pelaporan, dan Evaluasi Kegiatan

24
Pelaporan di laksanakan setiap bulan dan akan di evaluasi sesuai
perkembangan dalam sistem pelaporan penderita penyakit tidak
menular.

2.8 PERAN LINPROG DAN LINSEK

NO KEGIATAN PERAN LINTAS PROGRAM


1 POSBINDU Promkes Penyuluhan kesehatan dan informasi
PTM Tentang PTM
KIA Membantu dalam pelaksanaan
POSBINDU

NO KEGIATAN PERAN LINTAS SEKTOR


1 POSBINDU Kepala Memberi ijin kepada petugas pada
PTM Desa saat kegiatan POSBINDU PTM.
Kader Membantu dalam pelaksanaan
POSBINDU

2.9 TATA NILAI KEGIATAN POSBINDU SEHATI


Tata nilai POSBINDU Sehati adalah : SeHaTi
1. Se
2. Ha
3. Ti

BAB IV
PENUTUP

25
4.1 KESIMPULAN
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan
inisiatif dan kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia
lanjut. Posbindu kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini
berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan
para orang tua baik yang akan memasuki masa lansia maupun yang sudah
memasuki lansia.
Dalam pelaksanaannya, Posbindu Sehati secara umum sudah sesuai
dengan konsep Posbindu yang baik dan benar serta terlaksana secara rutin
dan berkala.

4.2 SARAN
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Pos Pembinaan Terpadu
(POSBINDU) merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus
dimiliki oleh tenaga kesehatan agar dapat mengaplikasikannya serta
berinovasi dalam pemberian konseling pada pasien. Ini akan mendukung
profesionalisme dalam wewenang dan tanggung jawab dokter, perawat
serta bidan sebagai bagian dari tenaga medis yang memberikan pelayanan
secara komprehensif.

26
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi petugas
kesehatan. Direktorat kesehatan keluarga.

Effendi, Nasrul, 1998. Dasar-Dasar Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakart.


EGC.

Handayani, Eka. 2008. Hubungan Antara Pengetahuan Lansia Tentang


Posbindu Dengan Motivasi pada Lansia Berkunjung Ke Posbindu Di
Wilayah RW 03 Kelurahan Utama Kecamatan Cimahi Selatan. Skripsi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia. Sumber :
http://Lontar.ui.ac.id. Diakses Tanggal 25 November 2016.

Itachi, Uciha. 2013.’ Posbindu’. Sumber : http://macrofag.blogspot.com.


Diakses Tanggal 20 November 2016.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2003, Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan


Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta

Rahayu, Y.,P., 2012. Posbindu Lansia. Diakses Tanggal 28 November 2016.


Sumber : http://duniapintardancemerlang.blogspot.com.

Sumiasih, Dkk. 2010. Pengetahuan Kader Tentang Proses Menua Dengan


Keaktifan Kader pada Pelaksanaan Posbindu Di Kelurah
Sendangmulyo Kecamatan Tembalang Semarang. Jurnal Kesehatan, Vol
6 no 1 Th 2010.: Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang. Diakses Tanggal 17 November 2016.
Sumber : http://jurnal.unimus.ac.id.

Wijiat, Siti. 2009. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dengan Perilaku
Mengikuti Posbindu Lansia Di Karanganyar Gunung Candi Lama
Semarang. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah
Semarang. Diakses Tanggal 20 November 2016. Sumber:
http://digilib.unimus.ac.id.

27

Anda mungkin juga menyukai