Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT

Konsep Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Masyarakat

“Laporan Praktik ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan
Mayarakat ”

Dosen Pengampu :

Dr.Hariyanti, SKM., MKM

Disusun Oleh :

1 A Kebidanan kelompok 4

Choirunnisa.N.W (P17124020004)

Jihan Amir Balaswad (P17124020011)

Mutiara Adella (P17124020020)

Raydhita Azzahra.N (P17124020028)

Sheva Mirza Azahra (P17124020035)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 1

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga Makalah Kesehatan Masyarakat yang berjudul “Konsep Pelayanan Ibu
dan Anak di Masyarakat” dapat selesai pada waktunya. Sehubungan dengan itu
Kami ingin menyampaikan terima kasih sebanyak banyaknya kepada :

1. Kedua orang tua kami yang memberikan dukungan serta doa yang tak
henti hentinya.

2. Dosen pembimbing mata kuliah Kesehatan Masyarakat yang telah


membantu kelompok kami sehingga Makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktunya.

Kami berharap semoga Makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu Kami memahami bahwa Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya Makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Jakarta,13 Januari
2021

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................5

1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................6

2.1 PONED............................................................................................................................6

2.2 Posyandu..........................................................................................................................8

2.3 Posbindu PTM.................................................................................................................10

2.4 Polindes ...........................................................................................................................16

2.5 Pelayanan KIA di PMB...................................................................................................21

BAB III PENUTUP....................................................................................................................22

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................22

3.2 Saran................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................24

LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................................25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan di Indonesia dilaksanakan di semua aspek
kehidupan negara tidak terkecuali dalam bidang kesehatan. Pembangunan
Kesehatan merupakan bagian terpadu dari Pembangunan Sumber Daya
Manusia untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera
lahir batin. Tujuan Pembangunan Kesehatan sebagai salah satu upaya
dalam pemenuhan hak dasar rakyat, yaitu mempermudah masyarakat
dalam memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Hal ini
mengingat bahwa pembangunan kesehatan merupakan suatu investasi
jangka panjang dalam kaitannya untuk mendukung peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi yang kompetitif, serta
peningkatan kesejahteraan sosial yang pada akhirnya dapat sebagai upaya
penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan di Indonesia
ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan
Kesehatan tersebut diselenggarakan dengan mendasarkan kepada Sistem
Kesehatan Nasional (SKN). Sesuai dengan SKN tersebut, pelaku
penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah masyarakat, pemerintah
pusat, pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota, badan
legislatif serta badan yudikatif dan dunia usaha. Salah satu wujud
komitmen dari pemerintah terhadap kesehatan masyarakat adalah dengan
pembentukan Kementrian Kesehatan yang ada di Pemerintah Pusat, yang

4
khusus menangani masalah kesehatan warga negaranya. Dalam tataran
yang lebih rendah juga dibentuk dinas-dinas yang berada di tingkat daerah,
serta pendirian puskesmas-puskesmas yang bersentuhan langsung dengan
masyarakat di daerah. Peran puskesmas dan jaringannya sebagai institusi
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan di jenjang pertama yang
terlibat langsung dengan masyarakat menjadi sangat penting. Puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya agar
terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Puskesmas
menjalankan beberapa usaha pokok atau upaya kesehatan wajib (basic
health care services atau public health essential) untuk dapat memberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh (comprehensive health care
services) kepada seluruh masyarakat di wilayah kerjanya. Salah satu
diantaranya ialah Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Program KIA
merupakan salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di
Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana konsep pelayanan PONED?
2. Bagaimana konsep pelayanan Posyandu ?
3. Bagaimana konsep pelayanan Posbindu?
4. Bagaimana konsep pelayanan Polindes ?
5. Bagaimana konsep pelayanan PMB ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep pelayanan PONED?
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep pelayanan Posyandu?
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep pelayanan Posbindu ?

5
4. Untuk mengetahui bagaimana konsep pelayanan Polindes?
5. Untuk mengetahui bagaimana konsep pelayanan PMB ?

1.4 Manfaat Penulisan


Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang Konsep
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Masyarakat.

6
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PONED

Layanan PONED merupakan layanan kesehatan yang disediakan


oleh Puskesmas rawat inap terkait kasus emergensi obstetri dan neonatus
tingkat dasar selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Rujukan
masyarakat biasanya berasal dari pasien yang datang mandiri ke
puskesmas PONED ataupun yang dirujuk oleh posyandu, polindes, dan
dukun bayi. Sedangkan rujukan dari pelayanan perorangan tingkat pertama
meliputi, praktik dokter atau bidan mandiri, puskesmas keliling atau
puskesmas pembantu.

Pada puskesmas PONED harus memiliki ruangan perawatan


kebidanan, ruang tindakan obstetri, ruang tindakan neonatus, ruang
perawatan pasca persalinan, ruang jaga perawat dan dokter, serta ruang
bedah minor. Tidak hanya itu saja, untuk disebut dan difungsikan sebagai
puskesmas PONED harus memenuhi kriteria berikut:

 Dilengkapi dengan fasilitas persalinan dan tempat tidur rawat inap


untuk kasus emergensi/ komplikasi obstetri dan neonatus
 Letaknya strategis dan mudah diakses oleh puskesmas atau fasyankes
non-PONED lainnya
 Berfungsi dalam Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan tindakan
mengatasi kegawatdaruratan sesuai kompetensi dan kewenangannya
yang dilengkapi sarana yang dibutuhkan
 Dalam area/ wilayahnya, puskesmas telah dimanfaatkan sebagai
tempat pertama mencari pelayanan oleh masyarakat
 Mampu menyelenggarakan UKM sesuai standar
 Jarak temuh dari pemukiman atau puskesmas non-PONED ke
puskesmas PONED <1 jam dengan transportasi umum, dan jarak dari
puskesmas PONED ke rumah sakit minimal 2 jam

7
 Memiliki tim yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan yang sudah
terlatih PONED dengan jumlah minimal 1 orang untuk tiap bidang dan
siap selama 24 jam dalam 7 hari
 Memiliki peralatan medis, non-medis, obat-obatan, dan fasilitas
tindakan medis serta rawat inap untuk mendukung penyelenggaraan
PONED
 Kepala puskesmas mampu memanajemen PONED
 Puskesmas memiliki komitmen untuk menerima kasus rujukan
kegawatdaruratan medis obstetri dan neonatus dari fasyankes sekitar
 Memiliki sarana rujukan berupa ambulance yang siap setiap saat.

Sedangkan fasilitas kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga


kesehatan yang kompetensi adalah tempat yang paling ideal untuk
persalinan. Dengan demikian penguatan Puskesmas mampu PONED
sebagai fasilitas kesehatan yang sesuai standar dan menjadi pilihan
masyarakat adalah prioritas dalam upaya peningkatan pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan untuk menunjang penurunan AKI dan AKB.
Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kegawatdaruratan di
seluruh wilayah Kabupaten/Kota, dibutuhkan minimal 4 Puskesmas
mampu PONED yang berfungsi baik dan tersedianya Rumah Sakit
PONEK sebagai tempat rujukan. Dengan demikian ketersediaan PONED
menjadi salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang
perlu di prioritaskan. Hal ini disebabkan PONED merupakan intervensi
yang efektif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu
dan bayi di daerah miskin. Selain itu pelayanan emergensi maternal
merupakan salah satu strategi untuk mengurangi angka kematian ibu
karena komplikasi terkait kehamilannya yang tidak dapat diprediksi. Hal
lain dikarenakan PONED dengan petugas kesehatan yang terampil dan
ketepatan dalam rujukan ke FKRTL dapat mengurangi kematian dan
kecacatan ibu secara signifikan. Maka dari itu penguatan PONED baik dari

8
sisi manajemen pelayanan dan sumber daya pendukung harus terus
dioptimalkan.

SDKI tahun 2017

Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017


menunjukkan gangguan atau komplikasi kehamilan yang dialami oleh
wanita 15-49 tahun yang memiliki kelahiran hidup terakhir dalam 5 tahun
sebelum survei. Delapan dari sepuluh (81%) wanita tidak mengalami
komplikasi selama hamil. Di antara wanita yang mengalami komplikasi
kehamilan, 5 persen mengalami perdarahan berlebihan, masing-masing 3
persen mengalami muntah terus menerus dan bengkak kaki, tangan dan
wajah atau sakit kepala yang disertai kejang, serta masing-masing 2 persen
mengalami mulas sebelum 9 bulan dan ketuban pecah dini. 8 persen
wanita mengalami keluhan kehamilan lainnya, di antaranya demam tinggi,
kejang dan pingsan, anemia serta hipertensi. Persentase wanita yang tidak
mengalami komplikasi selama hamil menurun dari 89 persen pada SDKI
2007 menjadi 81 persen pada SDKI 2017. Pendarahan berlebihan masih
menjadi gejala komplikasi kehamilan terbanyak yang dilaporkan, dengan
persentase yang sedikit meningkat dari SDKI 2007 dari 3 persen menjadi 5
persen SDKI 2017. Salah satu dari pola karakteristik dan latar belakang
komplikasi pada kehamilan tersebut adalah sepuluh persen wanita yang
mengalami pendarahan berlebihan, bayinya meninggal saat umur 1 bulan
dan 8 persen bersalin melalui metode bersalin caesar.

Risfakes tahun 2019


Riset Evaluatif Jaminan Kesehatan nasional (JKN) dan Studi Status
Gizi Balita di Indonesia (SSGBI) terintegrasi Susenas Maret 2019 di 34
Provinsi di Indonesia dalam acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional
(Rakerkesnas) di Serpong (12/2). Peluncuran ditandai dengan penayangan
video sosialisasi Rifaskes dan SSGI dihadapan Menteri Kesehatan RI Nila
Moeloek dan Jajaran Eselon Satu Kemenkes serta peserta.

9
Kegiatan Rifaskes dilakukan untuk menyusun rekomendasi bagi
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-
2024, terutama penguatan capaian Universal Health Coverage dan
perbaikan JKN. Populasi Rifaskes adalah fasilitas pelayanan kesehatan
dengan sampel seluruh Puskesmas. Untuk Rumah Sakit, Klinik, Apotek,
Laboratorium Kesehatan, Dokter Praktek Mandiri dipilih secara Random
Sampling sedangkan Bidan Praktek dipilih secara sampling. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan di bulan April hingga
Mei 2019.

SSGBI dilakukan dengan populasi rumah tangga balita di 514


kabupaten/kota di Indonesia dengan sampel rumah tangga yang
mempunyai balita yang telah dikunjungi Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) di bulan Maret 2019 yang berjumlah 32.000 Blok Sensus atau
320.000 Rumah Tangga. Data dikumpulkan dengan cara melakukan
pengukuran (antropometri) berat badan dan panjang/tinggi badan balita
serta melakukan wawancara untuk konfirmasi umur, jenis kelamin, kondisi
sakit/sehat, oedema dan diare dari balita yang diukur. Pengumpulan data
dilakukan setelah pelaksanaan Susenas 2019 yaitu April 2019.

Rakerkesnas diselenggarakan Selasa hingga Rabu (12-13 Februari


2019) diikuti 1.948 orang terdiri dari peserta Kemenkes, Unit Pelayanan
Teknis (UPT) Vertikal Kemenkes, peserta Daerah (Dinas Kesehatan dan
Rumah Sakit Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota seluruh Indonesia), Lintas
Sektor/Lintas Program, Swasta, serta organisasi masyarakat yang
berkaitan dengan kesehatan.

10
Rakerkesnas dibuka resmi Presiden RI Joko Widodo. Dalam
arahannya Presiden menekankan kesehatan ini sangat mendasar sekali.
Untuk itu penting pemeliharaan kesehatan sebagai salah satu upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Presiden mengapresiasi upaya Kementerian Kesehatan


menurunkan angka stunting dari 37 persen pada 2014 menjadi 30 persen
pada 2018 sambil tetap meminta para pemangku kepentingan termasuk
kepala dinas kesehatan di semua tingkat untuk menyelesaikan masalah
stunting ini. Tema Rakerkesnas kali ini adalah Kolaborasi Pusat dan
Daerah dalam Penguatan Pelayanan Kesehatan Menuju Cakupan
Kesehatan Semesta. Menteri Kesehatan Nila Moeloek dalam sambutannya
menyampaikan cakupan kesehatan semesta bukan hanya pencapaian
jumlah orang yang dicakup oleh JKN, melainkan suatu rangkaian upaya
yang holistik, strategis, dan integral dari semua upaya pembangunan
kesehatan pada seluruh tahapan siklus kehidupan manusia.

Cakupan kesehatan semesta juga sangat berkaitan dengan Tujuan


Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yang mentargetkan bahwa pada
tahun 2030 tidak satupun orang yang tidak menikmati hasil pembangunan
berkelanjutan

Riskesdas tahun 2018

Tahun 2018, Kementerian Kesehatan RI melalui Badan Penelitian


dan Pengembangan Kesehatan kembali mengadakan Riskesdas, yakni
survei lima tahunan yang hasilnya dapat digunakan menilai perkembangan
status kesehatan masyarakat, faktor risiko, dan perkembangan upaya
pembangunan kesehatan.

11
Tujuan dilaksanakannya Riskesdas 2018, antara lain:

a. Menilai status kesehatan masyarakat dan determinan yang


mempengaruhinya;

b. Menilai perubahan indikator status kesehatan masyarakat dan


determinan yang mempengaruhinya; serta

c. Menilai perubahan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat


(IPKM) hasil pembangunan kesehatan di Kabupaten/Kota.

Riskesdas 2018 rencananya akan dilakukan pada bulan April-Mei


2018. Desain penelitian yang digunakan potong lintang (cross sectional)
dengan kerangka sampel blok sensus dari Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) bulan Maret 2018 dari Badan Pusat Statistik (BPS). Populasi
adalah rumah tangga di Indonesia di seluruh provinsi dan kabupaten/kota
(34 Provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota). Adapun jumlah sampel yang
dibutuhkan adalah 300.000 rumah tangga yang diperoleh dari 30.000 blok
survei (masing-masing blok survei terdiri dari 10 rumah tangga).
Merupakan sebuah kemajuan, karena pada tahun ini pelaksanaan
Riskesdas Kemenkes terintegrasi Susenas BPS.

Adapun metode pengumpulan data Riskesdas 2018 dilakukan


melalui metode wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan. Kegiatan yang
dilakukan yaitu:

a. Wawancara indikator kesehatan masyarakat kepada semua angggota


keluarga yang terpilih (sampel);

b. Pemeriksaan biomedis; dan

c. Pemeriksaan gigi oleh dokter gigi (bekerjasama dengan Persatuan


Dokter Gigi Indonesia/PDGI).

12
Indikator Riskesdas berbasis komunitas dengan unit analisis
Rumah Tangga/ Anggota Rumah Tangga. Indikator Riskesdas 2018
merupakan indikator prioritas (SPM, RPJMN, Renstra, IPKM, PIS-PK,
Germas dan program).

Indikator Riskesdas 2018, mencakup:

a. Pelayanan Kesehatan meliputi akses pelayanan kesehatan, JKN,


pengobatan, pemanfaatan pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan
tradisional;

b. Perilaku Kesehatan meliputi merokok, aktivitas fisik, minuman


beralkohol, konsumsi makanan, pencegahan penyakit tular nyamuk,
penggunaan helm;

c. Lingkungan meliputi penyedian dan penggunaan air, penggunaan


jamban, pembuangan sampah, pembuangan limbah, rumah sehat,
penggunaan bahan bakar;

d. Biomedis meliputi pemeriksaan malaria, HB, glukosa darah,


kolesterol, trigleliserida, antibody (PD3I); serta

e. Status kesehatan meliputi penyakit menular, penyakit tidak menular,


gangguan jiwa-defresi-emosi, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan
ibu-bayi-balita dan anak remaja, status gizi, cedera dan disabilitas.

13
2.2 POSYANDU
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar
untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi.
Posyandu sudah dikenal sejak lama sebagai pusat pelayanan
kesehatan dasar bagi ibu dan balita. Kini, Posyandu dituntut untuk mampu
menyediakan informasi kesehatan secara lengkap dan mutahir sehingga
menjadi sentra kegiatan kesehatan masyarakat. Posyandu merupakan salah
satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam
penyelanggraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi ( Departemen Kesehatan RI.
2006). Dengan demikian Posyandu merupakan kegiatan kesehatan dasar
yang diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dibantu
oleh petugas kesehatan (Cessnasari. 2005).
Berdasrkan hal tersebut, tujuan didirikannya Posyandu adalah
untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran
agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera, Pos pelayanan terpadu
(Posyandu) ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan professional
dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya penurunan angka
kematian bayi dan angka kelahiran. Oleh karena itu, Posyandu merupakan
wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang
kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat. Program
ini dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan

14
Kelarga berencana. Anggota Posyandu berasal dari anggota PKK, tokoh
masyarakat dan para kader masyarakat. Kader kesehatan merupakan
perwujutan peran serta aktif masyarakat dalam pelayanan terpadu, dengan
adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan diperioritaskan pada
lima program dan mendapat bantuan dari petugas kesehatan terutama pada
kegiatan yang mereka tidak kompeten memberikannya. Pelaksanaan
program Posyandu oleh kader-kader kesehatan terpilih yang telah
mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai
pelayanan kesehatan dasar. Kader-kader ini diperoleh dari wilayah sendiri
yang terlatih dan terampil untuk melaksanakan kegiatan rutin di Posyandu
maupun di luar hari buka Posyandu. Oleh karena itu, Posyandu merupakan
wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat,
oleh masyarakat, dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta
pembinaan teknis dari petugas kesehatan. Posyandu mempunyai nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang
dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan sumber daya
manusia sejak dini yaitu dapat meningkatkan mutu manusia di masa yang
akan datang.
Pembinaan pertumbuhan dan perkembangan manusia terutama:
 Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang
ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin
dalam kandungan ibu sampai usia balita;
 Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang
ditujukan untuk membina tumbuh/kembang anak secara sempurna,
baik fisik maupun mental sehingga siap menjadi tenaga kerja
tangguh;
 Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk
memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam
pembangunan bangsa dan negara.

15
2.3 Posbindu PTM

a. Pengertian Posbindu PTM

Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam


melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM
Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko
penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman
beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres,
hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini
faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera
merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama
adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh
darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan
akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.

b. Kegiatan Posbindu PTM

1) Monitoring faktor resiko bersama PTM secara rutin dan periodik.

a) Rutin berarti Kebiasaan memeriksa kondisi kesehatan meski tidak


dalam kondisi sakit.

b) Periodik artinya pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala.

2) Konseling faktor resiko PTM tentang diet, aktifitas fisik, merokok,


stress, dan sebagainya.

3) Penyuluhan / dialog interaktif sesuai masalah terbanyak.

4) Aktifitas fisik bersama seperti olah raga bersama, kerja bakti, dan
sebagainya.

5) Rujukan kasus faktor resiko sesuai kriteria klinis.

16
c. Tujuan Posbindu PTM

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan


penemuan dini faktor risiko PTM.

d. Sasaran Posbindu PTM

1) Kelompok Masyarakat Sehat, Berisiko dan Penyandang PTM yang


berusia 15 tahun ke atas (juknik posbindu PTM 2012 kemenkes).

2) Pada orang sehat agar faktor resiko tetap terjaga dalam kondisi normal.

3) Pada orang dengan faktor resiko adalah mengembalikan kondisi


beresiko ke kondisi normal.

4) Pada orang dengan penyandang PTM adalah mengendalikan faktor


resiko pada kondisi normal untuk mencegah timbulnya komplikasi
PTM.

e. Manfaat Posbindu PTM

1) Membudayakan gaya hidup sehat dengan berperilaku CERDIK

C = Cek kondisi kesehatan secara berkala.

E = Enyahkan asap rokok.

R = Rajin aktifitas fisik.

D = Diet yang sehat dengan kalori seimbang.

I = Istirahat yang cukup.

K = Kelola stres.

2) Mawas Diri

Faktor risiko PTM yang kurang menimbulkan gejala secara


bersamaan dapat terdeteksi & terkendali secara dini.

3) Metodologis & Bermakna secara klinis

a) Kegiatan dapat dipertanggung jawabkan.

17
b) Dilaksanakan oleh kader khusus dan bertanggung jawab yg
telah mengikuti pelatihan metode deteksi dini atau edukator
PPTM.

4) Mudah Dijangkau 

Diselenggarakan di lingkungan tempat tinggal masyarakat/


lingkungan tempat kerja dengan jadwal waktu yang disepakati.

5) Murah 

Dilakukan oleh masyarakat secara kolektif dengan biaya


yang disepakati/sesuai kemampuan masyarakat.

f. Pelaku Kegiatan

Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang


telah ada atau beberapa orang dari masing-masing
kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia
menyelenggarakan posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau
difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-
masing kelompok atau organisasinya. Kriteria Kader Posbindu PTM
antara lain berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan
kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM.

g. Bentuk Kegiatan

Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu:

1) Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara


sederhana tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta,
aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi
terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta
informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah
kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan
saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali.

18
2) Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa
Tubuh (IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah
sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh
hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak,
pengukuran tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan
ukuran lengan atas.

3) Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1


tahun sekali bagi yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali
dan penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali.
Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada
anak dimulai usia 13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana
sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih.

4) Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara


sederhana tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta,
aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi
terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta
informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah
kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan
saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali. Kegiatan
pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit
diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai
faktor risiko PTM atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1
tahun sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh
tenaga kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan
lainnya).

5) Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu


sehat disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai
faktor risiko PTM 6 bulan sekali dan penderita
dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3 bulan sekali.

19
Untuk pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok masyarakat
tersebut.

6) Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan


sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil
IVA positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi
setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang
5 tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan tindakan
pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh
bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan
oleh dokter terlatih di Puskesmas .

7) Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin


urin bagi kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).

8) Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap


pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena
pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat tidak
tahu cara mengendalikannya.

9) Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak
hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun
perlu dilakukan rutin setiap minggu.

10) Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya


dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon
cepat sederhana dalam penanganan pra-rujukan.

20
h. Pengelompokan Tipe Posbindu.

Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak


lanjut yang dapat dilakukan oleh Posbindu PTM, maka dapat dibagi
menjadi 2 kelompok Tipe Posbindu PTM, yaitu;

1) Posbindu PTM Dasar meliputi pelayanan deteksi dini faktor risiko


sederhana, yang dilakukan dengan wawancara terarah melalui
penggunaan instrumen untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak
menular dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya, perilaku
berisiko, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga,
pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks massa
tubuh (IMT), alat analisa lemak tubuh, pengukuran tekanan dara, paru
sederhana serta penyuluhan mengenai pemeriksaan payudara sendiri.

2) Posbindu PTM Utama yang meliputi pelayanan Posbindu PTM Dasar


ditambah pemeriksaan gula darah, kolesterol total dan trigliserida,
pemeriksaan klinis payudara, pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam
Asetat), pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin urin
bagi kelompok pengemudi umum, dengan pelaksana tenaga kesehatan
terlatih (Dokter, Bidan, perawat kesehatan/tenaga analis
laboratorium/lainnya) di desa/kelurahan, kelompok masyarakat,
lembaga/institusi. Untuk penyelenggaraan Posbindu PTM Utama dapat
dipadukan dengan Pos Kesehatan Desa atau Kelurahan siaga aktif,
maupun di kelompok masyarakat/lembaga/institusi yang tersedia
tenaga kesehatan tersebut sesuai dengan kompetensinya.

21
i. Alur Kegiatan Posbindu PTM

MEJA 1 : Pendaftaran

MEJA 2 : Wawancara

MEJA 3 : Pengukuran Tinggi Badan, Berat Badan, IMT, Lemak Perut

MEJA 4 : Pemeriksaan Tekanan Darah, Glukosa Darah, Cholesterol

MEJA 5 : Edukasi / Konseling

2.4 Polindes

a. Pengertian Polindes

POLINDES atau Pondok bersalin desa adalah Suatu tempat atau


lembaga Unit Kegiatan Bersam Masyarakat (UKBM) yang didirikan oleh
masyarakat atas dasar musyawarah sebagai kelengkapan dari pembangunan
kesmas untuk memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
Keluarga Berencana (KB) dikelola oleh bidan desa (bides) bekerjasama
dengan dukun bayi dibawah pengawasan dokter puskesmas setempat.

b. Tujuan Polindes

1) Memperluas jangkauan, meningkatkan mutu dan mendekatkan


layanan KIA termasuk KB kepada masyarakat.

2) Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan ANC dan persalinan


normal di tingkat desa.

3) Meningkatkan pembinaan dukun bayi oleh bidan di desa.

4) Meningkatkan kesempatan konsultasi dan penyuluhan kesehatan


bagi ibu dan keluarganya, khususnya dalam program KIA, KB, gizi,
imunisasi dan penanggulangan diare dan ISPA

5) Meningkatkan pelayanan kesehatan bayi dan anak serta yankes


lainnya lainnya oleh bidan sesuai dengan kewenangannya.

22
c. Fungsi Polindes

1) Meningkatkan mutu dan mendekatkan pelayanan KB-KIA.

2) Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan.

3) Sebagai tempat persalinan.

4) Sebagai tempat pelayanan kesehatan.

5) Sebagai tempat konsultasi kesehatan

d. Sertifikasi Polindes

Dalam menganalisa pertumbuhan Polindes harus mengacu kepada


indikator tingkat perkembangan Polindes yang mencakup beberapa hal :

1) Fisik
Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes perlu
memenuhi persyaratan antara lain :

a) Bangunan polindes tampak bersih, salah satunya ditandai tidak


adanya sampah berserakan.

b) Lingkungan yang sehat, bila polindes jauh dari kandang ternak

c) Mempunyai jumlah ruangan yang cukup untuk :


pemeriksaan kehamilan dan pelayanan KIA, mempunyai ruang
untuk pertolongan persalinan.

d) Tempat pelayanan bersih dengan aliran udara/ventilasi yang baik


terjamin.

e) Mempunyai perabotan dan alat-alat yang memadai untuk


pelaksanaan pelayanan.
Mempunyai sarana air bersih dan jamban yang memenuhi
persyaratan kesehatan.

23
2) Tempat tinggal bidan desa
Keberadaan bidan di desa secara terus menerus (menetap)
menentukan efektifivitas pelayanannya, termasuk efektivitas
polindes. Selain itu, jarak tempat tinggal bidan yang menetap di desa
dengan polindes. Bidan yang tidak tinggal di desa dianggap tidak
mungkin melaksanakan pelayanan pertolongan persalinan di
polindes. Untuk mempercepat tumbuh kembang
Polindes bidan harus selalu berada/tinggal di desa dan lebih banyak
melayani masalah kesehatan masyarakat desa setempat.

3) Pengelolaan polindes
Pengelolaan Polindes yang baik akan menentukan kualitas
pelayanan, sekaligus pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat.
Kriteria pengelolaan polindes yang baik antara keterlibatan
masyarakat melalui wadah LPM dalam menentukan tarif pelayanan.
Tarif yang ditetapkan secara bersama, diharapkan memberikan
kemudahan kepada masyarakat untuk memanfaatkan polindes,
sehingga dapat meningkatkan cakupan dan sekaligus dapat
memuaskan semua pihak.

4) Cakupan persalinan
Tinggi rendahnya cakupan persalinan dipengaruhi banyak faktor,
diantaranya ketersediaan sumberdaya kesehatan termasuk
didalamnya keberadaan polindes beserta tenaga profesionalnya,
yaitu bidan desa. Tersedianya polindes dan bidan di suatu desa
memberikan kemudahan untuk mendapatkan pelayanan KIA,
khususnya dalam pertolongan persalinan, baik ditinjau dari segi jarak
maupun dari segi pembiayaan. Meningkatnya
cakupan persalinan yang ditolong di polindes, selain berpengaruh
terhadap kualitas pelayanan ibu hamil, sekaligus mencerminkan
kemampuan bidan itu sendiri baik di dalam kemampuan teknis medis

24
maupun di dalam menjalin hubungan dengan masyarakat.
Cakupan persalinan dihitung secara kumulatif selama setahun.

5) Sarana air bersih


Tersedianya air bersih merupakan salah satu persyaratan untuk hidup
sehat. Demikian juga halnya di dalam operasional pelayanan
polindes. Polindes dianggap baik apabila telah tersedia air bersih
yang dilengkapi dengan : MCK, tersedia sumber air (sumur, pompa,
PAM, dll), dan dilengkapi pula dengan saluran pembuangan air
limbah.

6) Kemitraan bidan dan dukun bayi


Kader masyarakat yang paling terkait dengan pelayanan di polindes
adalah dukun bayi. Karena itu, polindes dimanfaatkan pula sebagai
sarana meningkatkan kemitraan bidan dan dukun bayi dalam
pertolongan persalinan. Kemitraan bidan dan dukun bayi merupakan
hal yang dianjurkan dalam pelayanan pertolongan persalinan di
Polindes. Penghitungan cakupan kemitraan bidan dan dukun dihitung
secara kumulatif selama setahun.

7) Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran


KIE merupakan salah satu teknologi peningkatan peran sertaa
masyarakat yang bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mau
dan mampu memelihara dan melaksanakan hidup sehat sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya, melalui jalinan komunikasi,
informasi dan edukasi yang bersifat praktis.
Dengan keberadaan polindes beserta bidan ditengah-tengah
masyarakat diharapkan akan terjalin interaksi antara
antara bidan dengan masyarakat. Semakin sering bidan di desa
menjalankan KIE, akan semakin mendorong masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidup sehatnya, termasuk di dalamnya
meningkatkan kemampuan dukun bayi sebagai mitra kerja di dalam

25
memberikan penyuluhan kesehatan ibu hamil.
Seharusnya suatu polindes di dalam pelaksanaan kegiatannya telah
melakukan KIE untuk kelompok sasaran minimal sekali dalam setiap
bulannya. Kegiatan KIE ini dihitung secara kumulatif selama
setahun.

8) Dana Sehat/JPKM
Dana sehat sebagai wahana memandirikan masyarakat untuk hidup
sehat, pada gilirannya diharapkan akan mampu melestarikan
berbagai jenis upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat setempat.
Suatu polindes dianggap baik bila masyarakat di desa binaannya
telah terliput dana sehat, sehingga diharapkan kelestarian polindes
dapat terjamin, kepastian untuk mendapatkan pelayanan yang
berkualitas tak perlu dikhawatirkan lagi. Cakupan dana sehat
dianggap baik bila telah mencapai 50 %.

e. Syarat Polindes

1) Tersedianya bidan di desa yg bekerja penuh.

2) Tersedia sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan.

3) Memenuhi persyaratan rumah sehat.

4) Lokasi dpt dicapai dg mudah o/ penduduk sekitarnya dan dpt


dijangkau dg kendaraan roda empat.

5) Tersedia tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan


perawatan post partum, minimal 1 tempat tidur.

f. Kegiatan Utama Polindes

1) Pengamatan dan kewaspadaan dini (survey penyakit, surveilans gizi,


surveilans perilaku beresiko, surveylans lingkungan dan masalah

26
kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan
kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan dasar.

2) Promosi kesehatan, penyehatan lingkungan dan lain-lain. Kegiatan


dilakukan berdasarkan pendekatan edukatif atau kemasyarakatan
yang dilakukan melalui musyawarah mufakat yang disesuaikan
kondisi dan potensi masyarakat setempat.

3) Pemeriksaan kehamilan,imunisasi TT, deteksi kehamilan resiko


tinggi.

4) Menolong persalinan normal dan resiko sedang.

5) Pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.

6) Pelayanan kesehatan neonatal, bayi, ,anak prasekolah dan imunisas.

7) Pelayanan KB.

E. Pelayanan KIA di PMB

Bidan dapat bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan dan membuka praktik


mandiri. Pengertian Praktik Mandiri Bidan adalah pemberi pelayanan kesehatan
yang melakukan praktik secara mandiri. Pelayanan yang diberikan yaitu berupa
pelayanan kebidanan kepada pasien baik secara individu maupun keluarga,
dimana pelayanan yang diberikan sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya
sebagai bidan .

Bidan sebagai pemberi pelayanan kesehatan dapat berpartisipasi pada


program jaminan sosial. Jaminan sosial ini diselenggarakan oleh Pemerintah
secara Nasional, sehingga dikenal dengan adanya Sistem Jaminan Kesehatan
Nasional (SJSN), memiliki tujuan guna mewujudkan hak masyarakat Indonesia
atas jaminan sosial untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup layak dan
meningkatkan martabatnya menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan

27
makmur.Jenis program jaminan sosial meliputi: jaminan kesehatan, jaminan
kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.

Pelayanan persalinan dan penjaminan bayi baru lahir merupakan lingkup


pelayanan asuhan kebidanan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan asuhan
kebidanan adalah upaya pemberian pelayanan kesehatan yang memiliki cakupan
pelayanan pemeriksaan kehamilan,

persalinan, pasca persalinan (nifas), penanganan perdarahan pasca


keguguran, pelayanan KB pasca salin dan komplikasi yang terkait dengan
kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca salin dan perawatan Bayi Baru Lahir
(BBL) yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang berdasarkan rujukan
Pada tanggal 21 Juli tahun 2018 muncul tiga aturan baru BPJS salah satunya
terkait dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang merupakan ruang lingkup
pelayanan bidan. Peraturan tersebut adalah Perdirjampelkes Nomor 3 Tahun 2018
Tentang Penjaminan Pelayanan Persalinan Dengan Bayi Lahir Sehat yang
didalamnya mengatur bahwa persalinan ibu dengan bayi lahir sehat, hanya biaya
kesehatan ibu yang dijamin. Sedangkan bayi tidak ada jaminan pelayanan
termasuk tidak dicovernya biaya dokter anak, dan bagi bayi yang lahir dengan
kondisi khusus maka klaim terpisah dari ibunya

28
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Layanan PONED merupakan layanan kesehatan yang disediakan


oleh Puskesmas rawat inap terkait kasus emergensi obstetri dan neonatus
tingkat dasar selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Rujukan
masyarakat biasanya berasal dari pasien yang datang mandiri ke
puskesmas PONED ataupun yang dirujuk oleh posyandu, polindes, dan
dukun bayi. Sedangkan rujukan dari pelayanan perorangan tingkat pertama
meliputi, praktik dokter atau bidan mandiri, puskesmas keliling atau
puskesmas pembantu.

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis


Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar
untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi.

Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan


kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang
dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit
tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol,
pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi,
hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor
risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes

29
melitus (DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD),
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan
dan tindak kekerasan.

3.2 Saran
Diharapkan para pembaca terutama mahasiswa jurusan kebidanan
mampu memahami, dan mengerti tentang Makalah kesehatan masyarakat
dengan pokok pembahasan yang berjudul “Konsep Pelayanan Ibu dan
Anak di Masyarakat”

30
DAFTAR PUSTAKA

BPJS Kesehatan, 2014, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, Jakarta : BPJS


Kesehatan, hal : 9

Depkes RI., 1994, Pedoman Pembinaan Teknisi Bidandi Desa, Dit. Jend.


Binkesmas, Depkes RI, Jakarta.

Fauziah, F. C. (2012). Monitoring Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Di


Puskesmas Ngaliyan Semarang. Journal of Public Policy and
Management Review, 1(1), 111-150.

Handayani, D., & Achadi, A. (2018). Analisis Implementasi Program Pelayanan


Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di PUSKESMAS Mampu
PONED Kota Depok Tahun 2017. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia:
JKKI, 7(2), 57-63.

Ilyah Sursilah,2014, Manajemen Bidan Praktek Mandiri, Jakarta : Deeppublish,


hal :2 Ibid

Malinda Ella, 2014, Jaminan Kesehatan Nasional Pada Asuhan Kebidanan,


Jakarta Deeppublish, hal :1-2 24Bhisma Murti, 2000, Dasar –dasar
Asuransi Kesehatan, Jakarta : Kanisius, hal : 18

P2PTM.KemKes.2016,Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak


Menular.Jakarta:Kemenkes, hal 2-3

Saepuddin, E., Rizal, E., & Rusmana, A. (2017). Posyandu Roles as Mothers and
Child Health Information Center. Record and Library Journal, 3(2), 201-
208.

31
Wijono,D., 1997, Manajemen Kepemimpinan Dan Organisasi Kesehatan,
Airlangga press, Surabaya.

LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah perkuliahan dengan pokok pembahasan “Konsep


Pelayanan Ibu dan Anak di Masyarakat”. Telah dikoreksi oleh dosen
penanggung jawab dan telah dilakukan revisi oleh tim.

Jakarta, 13 Januari 2021


Dosen Pengampu

Dr.Hariyanti.SKM.,MKM

32

Anda mungkin juga menyukai