Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR KLINIK KEBIDANAN

“MACAM MACAM TEKNIK PEMBERIAN OBAT

“Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Klinik
Kebidanan”

Dosen Pengampu :

Nurul Lidya, SST, M.Kes

Disusun Oleh :

Kelas 1A kelompok 7

Afrilia Zahra (P17124020003)

Kharisma Reza Amelia (P17124020013)

Lastri Indriyani (P17124020014)

Ratnadia Putri Wijaya (P17124020027)

Risqi Eka Wira (P17124020031)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 1

TAHUN AKADEMIK 2020 – 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah “macam
macam teknik pemberian obat” dapat selesai pada waktunya. Sehubungan dengan itu kami
ingin menyampaikan terimakasih sebanyak banyaknya kepada:

1. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan serta doa kepada kami.
2. Dosen pembimbing mata kuliah Kebutuhan dasar Klinik kebidanan, Ibu Nurul Lidya,
SST, M.Kes yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan
sesuai dengan waktunya.

3. Para Anggota kelompok yang telah berpartisipasi untuk menyusun makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jakarta, 13 Januari 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
1.4 Manfaat.................................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
2.1 Teknik Pemberian Obat Secara Oral,Sublingual.....................................................................3
2.2 Teknik pemberian obat secara Parental................................................................................9
2.3 Teknik Pemberian Obat Inhalasi..........................................................................................10
2.4 Teknik Pemberian Obat Pada Vagina...................................................................................16
2.5 Teknik Pemberian Obat Pada Rektrum................................................................................20
2.6 Teknik Pemberian Obat Pada Kulit............................................................................................26
2.7 Teknik Pemberian Obat Pada Mata...........................................................................................30
1. Pengertian pemberian obat pada mata...................................................................................30
2.8 Teknik Pemberian Obat Pada Epidural.......................................................................................35
2.6 Teknik Pemberian Terapi Panas dingin................................................................................37
7.10 id bath/ compres.................................................................................................................44
BAB III.................................................................................................................................45
PENUTUP............................................................................................................................45
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................45
3.2 Saran....................................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................45
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................................47

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tugas terpenting seorang bidan adalah memberi obat yang aman dan
akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang
memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat.
Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang
berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang
sebenarnya. Seorang bidan juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja
obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan
obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk
menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan. Oleh karena itu, pada
makalah ini akan di bahas teknik rute pemberian obat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Ada berapa macam teknik dalam pemberian obat pada oral sublingual?
2. Bagaimana teknik pemberian obat pada parenteral ?
3. Bagaimana teknik pemberian obat pada inhalasi ?
4. Bagaimana teknik pemberian obat pada vagina ?
5. Bagaimana teknik pemberian obat pada rektum ?
6. Bagaimana teknik pemberian obat pada kulit ?
7. Bagaimana teknik pemberian obat pada mata ?
8. Bagaimana teknik pemberian obat pada epidural ?
9. Bagaimana teknik pemberian obat pada terapi panas/dingin ?
10. Bagaimana teknik pemberian obat pada zidbath/kompres ?

1.3 Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Klinik Kebidanan


KDKK

1
2. Agar dapat mendeskripsikan tentang macam macam teknik pemberian obat
3. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami macam macam teknik
pemberian obat

1.4 Manfaat

Makalah ini bermanfaat sebagai penunjang untuk materi pembelajaran dan


untuk pengetahuan agar mahasiswa bisa mengetahui mengenai macam macam teknik
pemberian obat, terutama mahasiswa kebidanan poltekkes kemenkes Jakarta 1 yang
nantinya menjadi bagian dari tenaga kesehatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teknik Pemberian Obat Secara Oral,Sublingual

A.Teknik Pemberian Obat Secara Oral

1.Pengertian pemberian obat secara oral

Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena
pemberian obatnya melalui mulut, ini merupakan cara yang paling mudah, murah,
aman dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di berikan secara oral baik
dalam bentuk tablet, sirup. kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi, maka
pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air atau
cairan yang lain

2.Jenis-jenis obat per-oral

1. Pil

Yaitu satu atau lebih dari satu obat yang di campur dengan bahan
kohesif dalam bentuk lonjong, bulat atau lempengan. Pil hendaknya di
telan secara utuh karena dapat mengandung obat-obatan yang rasanya
sangat tidak enak atau zat besi yang bisa membuat gigi penderita berwarna
hitam.

2. Tablet

3
Yaitu obat bubuk yang dipadatkan dalam bentuk lonjong atau lempengan. Tablet
dapat di patahkan untuk mempermudah dalam menelan.

3. Bubuk

Yaitu obat yang di tumbuk halus. Bubuk ini tidak dapat larut dalam
air dan dapat di berikan kepada enderita cara berikut:
a. Dari kertas pembungkusnya dijatuhkan keatas lidah penderita
b. Kita campur dalam air atau susu (campuran tersebut harus terus kita
aduk karena bubuk itu tidak larut dalam cairan tersebut).
c. Di persiapkan dalam pembungkus obat bubuk.

4. Kapsul

Yaitu obat dalam bentuk cair, bubuk atau minyak dengan di bungkus
gelatin yang juga harus di telan secara utuh karena dapat menyebabkan
muntah akibat iritasi selaput lendir lambung pasien. Suatu obat di persiap

4
dalam bentuk kapsul dengan harapan agar tetap utuh dalam suasana asam
lambung tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus.
Dalam pemberian obat jenis kapsul, bungkus kapsul tidak boleh di buka,
obat tidak boleh dikunyah dan pasien diberitahu untuk tidak minum susu
atau antacid sekurang kurangnya satu jam setelah minum obat.

5. Sirup

Disini kita memakai sendok pengukur, gelas pengukur (yang kecil),


atau botol tetesan. Kadang -kadang sirup sebelum diminum harus dikocok
terlebih dahulu. Pemberiannya harus dilakukan dengan cara yang paling
nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien
dapat diberiminum dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum
sirup, pasien dapat diberi minum, pencuci mulut atau kembang gula.

3.Teknik pemberian obat

1.Persiapan pasien dan keluarga

Menjelaskan prosedur, tujuan, dan manfaat pemberian obat.

2.Persiapan alat

a. Obat-obatan yang akan diberikan

b. Mangkok atau sendok

c.Daftar pemberian obat


d.Air minum (air putih) dan bila perlu sedotan
e. Perlak dan alasnya
f.Penggerus obat

3. bila perlu Persiapan lingkungan : perhatikan privasi pasien

5
4.Tindakan

a.Siapkan peralatan dan cuci tangan

b.Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral

c. Periksa kembali perintah pengobatan

d.periksa tanggal kedaluarsa obat

e.Ambil obat sesuai yang diperlukan

f.Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai
dengan dosis ang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik
aseptik untuk menjaga kebersihan obat).

5.Obat dalam bentuk cair

a.Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum


dituangkan

b.Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas

c.Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan
tuangkan obat kearah menjauhi label

d.Tuang obat sesuai keperluan

e.Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan
kertas tissue.

f.Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka
gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari botol.

g.Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.

6. Tablet atau kapsul

a.Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk tanpa menyentuh obat.

b. Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai
dengan dosis yang diperlukan.

c. Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan
menggunakan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan

6
menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat,
karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya
kerjanya.

4.Keuntungan pemberian obat secara oral


1.Harga relative lebih murah,
2.Bisa dikerjakan sendiri boleh pasien.
3. Tidak menimbulkan rasa nyeri.
4.Bila terjadi keracunan, obat masih bisa di keluarkan dari tubuh dengan cara
Reflek muntah dari faring dan Kumbah Lambung asalkan obat di minum
belum melebihi 4 jam artinya obat masih di dalam gaster Tetapi bilamana
lebih dari 4 jam tapi belum melebihi 6 jam racun di dalam intestinum atau
belum mengalami absorbsi.

5.Kerugian pemberian obat secara oral

1.Pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada
keadaan gawat. Obat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan waktu
30 sampai dengan 45 menit sebelum di absorbsi dan efek puncaknya di capai
setelah 1 sampai dengan 1 55 jam. Rasa dan bau obat yang tida enak sering
mengganggu pasien.

2.Cara per oral tidak dapat di pakai pada pasien yang mengalami mual-mual,
muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pangisapan cairan lambung
serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.

6.Alat dan Bahan

Alat dan Bahan:

1. Daftar buku obat catatan, jadual pemberian obat

2. Obat dan tempatnya.

3. Air minum dalam tempatnya.

7.Prosedur kerja

1. Cuci tangan.

7
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3. Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat
waktu dan tepat tempat

4. Bantu untuk meminumkannya dengan cara

a.Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka
tungkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke
tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul
jangan dilepaskan pembungkusnya.

b.Kaji kesulitan menelan bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan
campur dengan minuman

c.Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.

5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap


obat dengan mencatat hasil pemberian obat.

6. Cuci tangan

B. Teknik pemberian obat secara sublingual

1.Pengertian pemberian obat secara sublingual

Obat sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah.
Ini berarti bahwa pil diletakkan di bawah lidah di mana ia akan larut dan diserap
ke aliran darah. Orang tersebut tidak boleh minum atau makan apapun sampai
obat itu hilang.

8
2.Manfaat pemberiaan obat sublingual

Untuk menghilangkan rasa nyeri dan menyembuhkan penyakit yang


diderita oleh klien

3.Macam-macam obat sublingual

Tablet sublingual Contohnya :

4.Teknik pemberian obat

1. Pelaksanaan

a. Cuci tangan

b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

c. Memberikan obat kepada pasien

9
d. Memasang Tongspatel (jika klien tidak sadar), jika sadar anjurkan klien untuk
mengangkat lidahnya

e.Memberitahu pasien agar meletakkan obat dibawah lidah hingga terlarut


Sepenuhnya

f. Menganjurkan klien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara
selama obat belum terlarut seluruhnya

g. Memberitahu klien untuk tidak menelan obat

h. Cuci tangan kembali setelah melakukan rute tersebut pada klien

2. Evaluasi

Perhatikan respon klien dan hasil tindakan, apakah klien tidak menelan obat dan
apakah obat dapat diabsorbsi seluruhnya.

3. Dokumentasi

Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksınaan, respon klien, hasil
tindakan, nama obat dan dosis, perawat yang melakukan) pada catatan
keperawatan

5.Keuntungan obat sublingual

1. tablet sublingual Cocok untuk jenis obat yang dapat dirusak oleh cairan
lambung atau sedikit sekali diserap oleh saluran pencernaan

2.Proses absorpsinya cepat karena langsung diabsorpsi melalui mukosa mulut,


sehingga diharapkan dapat memberikan efek yang cepat juga.

6.Kerugian obat sublingual

1.Kepatuhan pasien kurang

2.Absorbsi tidak Adekuat

3.Membutuhkan control agar pasien tidak menelan

7.Alat dan bahan

1. Daftar buku obat / catatan

2. jadwal pemberian obat.

10
3. Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.

4. Tongspatel (bila perlu )

5. Kasa untuk membungkus tongspatel

8.Prosedur kerja

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Memberikan obat kepada pasien.

4. Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien
untuk mengangkat lidahnya

5. Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga
terlarut seluruhnya.

6. Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara
selama obat belum terlarut seluruhnya.

7. Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap


obat dengan mencatat hasil pemberian obat.

8. Cuci tangan.

2.2 Teknik pemberian obat secara Parental

1.Pengertian pemberian obat secara Parental

Pemberian obat yang dengan cara menyuntikkan obat ke jaringan tubuh.

2.Macam-macam pemberian obat secara parenteral

1. Intra cutan: menyuntikkan obat ke jaringan dermis dibawah epidermis


11
2. Sub cutan: menyuntikkan obat ke jaringan di bawah lapisan dermis

3. Intra muscular: menyuntikkan obat ke dalam lapisan otot tubuh

4. Intra vena: menyuntikkan obat ke dalam vena

12
3.Kentungan obat parenteral Kerugian pemberian obat parenteral

1.Bisa diberikan pada klien yang tak sadar/ tak kooperatif

2.Bisa diberikan bila obat tidak dapat diabsorpsi melalui gastrointestinal

3.Obat dapat diabsorpsi lebih cepat

4. Kerugian pemberian obat parenteral

1.Klien terutama anak merasa takut/ cemas


2.Menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit
3.Dapat menyebabkan infeksi, perlu teknik steril

2.3 Teknik Pemberian Obat Inhalasi

1. Pengertian Obat inhalasi


Terapi inhalasi adalah pemberian obat yang dilakukan secara hirupan/inhalasi
dalam bentuk aerosol ke dalam saluran napas. Terapi inhalasi masih menjadi pilihan
utama pemberian obat yang bekerja langsung pada saluran napas terutama pada kasus
asma dan PPOK.
Terapi inhalasi merupakan pilihan terapi pemberian obat dengan tujuan untuk
mengontrol kondisi akut pada penderita penyakit paru obstruksi.Pemberian obat
obatan dengan cara inhalasi harus memperhatikan beberapa hal seperti efektifitas obat
dan teknik inhalsi. Pemilihan peralatan inhalasi tergantung pada ketersidaan, harga,
pertimbangan klinisi dan keterampilan dan kemampuan penderita.
Obat yang digunakan dalam terapi inhalasi sebetulnya tersedia dalam bentuk obat
minum dan suntik. Namun apabila obat tersebut diberikan sebagai obat minum atau
suntik, untuk tercapai di paru paru dengan efek samping sistematik yang minimal.

13
2. Manfaat Obat inhalasi
Manfaat obat inhalasi yaitu sebagai pengobatan serangan akut penyempitan
bronkus (bronkospasme) dan sebagai terapi rutin bronkospasme kronis yang tidak
responsif terhadap terapi konvensional.
3. Macam macam sistem inhalasi
a. Metered Dose Inhaler (MDI)
Penggunaan MDI pertama kali memakai obat beta 2 agonis non selektif seperti
isoprenalin dan adrenalin, kemudian digantikan obat beta 2 selektif. Ex :
Salbutamol, terbutalin,fenoterol dan formeterol. Kesulitannya biasanya antara
koordinasi tangan dan saat menarik naps hingga obat lebih banyak yang
tertinggal di orofaring dan hanya sedikit yang mencapai saluran napas bawah.
Cara Penggunaan inhaler yang benar sebagai berikut :
1) Lepaskan penutup dari mouthpiece, kocok 3-4 kali
2) Letakkan mouthpiece ke dalam mulut dan rapatkan bibir
3) Tarik nafas melalui mulut
4) Tekkan inhaler tarik nafas melalui mulut
5) Tahan nafs sekitar beberapa detik
6) Bernafas seperti semula

b. Dry Powder Inhaler (DPI)


DPI merupakan tipe inhaler yang breath actuated artinya aliran inhalasi
pengguna diperlukan untuk menghamburkan bubuk obat. DPI memerlukan flow
rate inspirasi yang lebih tinggi untuk menghindari penggumpalan obat agar
menghasilkan ukuran partikel yang diharapkan (respirable range). Kelembapan

14
akan mempengaruhi formulasi tersebut sehingga mengedepan lebih banyak
dimulut.
Cara Penggunaan DPI yang benar sebagai berikut :
1) Lepas atau geser tutup inhaler
2) Duduk atau berdiri dalam posisi tegak
3) Masukkan ujung inhaler ke dalam mulut
4) Isap obat tersebut selama 2-3 detik
5) Lepaskan inhaler dari mulut lalu tahan napas selama 4-10 detik
6) Embuskan napas secara perlahan

c. Nebulizer
Prinsip alat nebulizer adalah mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi
aerosol sehingga dapat dihirup penderita dengan menggunakan mouthpiece atau
masker. Dengan nebulizer dapat dihasilkan partikel aerosol berukuran antara 2-5
µ. Alat nebulizer terdiri dari beberapa bagian yang terpisah yang terdiri dari
generator aerosol, alat bantu inhalasi (kanul nasal, masker, mouthpiece) dan cup
(tempat obat cair).

Cara Penggunaan Nebulizer yang benar sebagai berikut :

1) Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung untuk


beratnya. Lepaskan selang dari kompresor .

2) sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu dengan


subun kemudian keringkan.

3) hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai dengan


perintah dan letakkan dalam tutup nebulizer.

4) pasang/ gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.

15
5) hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer.

6) nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan


baik.

7) duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.

8) apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang tepat dan


nyaman pada bagian wajah.

9) apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat antara gigi


dan lidah.

10) bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil nafas
dalam dan tahan selama 2 sampai 3 detik sebelum melepaskan nafas.

11) lanjutkan perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10 menit).

12) apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan
istirahat selama kurang lebih 5 menit.

16
4. Teknik pemberian obat inhalasi
a. Sistem terbuka
1) Cairan terbang (eter, kloroform, trikloretilen) diteteskan tetes demi tetes keatas
sehelai kain kasa di bawah suatu kap dari kawat yang menutupi mulut dan
hidung pasien.
2) Ekshalasinya langsung keluar, sehingga banyak zat inhalasi yang terbuang
3) Gas yang diekshalasi mengganggu lingkungan dapat menyebabkan abortus
pada perawat yang hamil
b. Sistem Tertutup
1) Menyalurkan campuran gas dengan oksigen ke dalam suatu kap
2) C02 dari ekshalasi dimasukan kembali
3) Untuk menghindarkan meningkatnya kadar Co2 berlebih, perlu diinstalasi
suatu “soda lime absorber” yang terdiri dari Ca(OH)2+KOH+NaOH.
c. Insuflasi
Gas atau uap ditiupkan ke dalam mulut atau tenggorok dengan perantaraan
suatu mesin. Cara ini berguna pada pembedahan yang tidak menggunakan kap,
misalnya pada pembedahan pengeluaran amandel.
5. Keuntungan terapi inhalasi
1) Penghantaran obat secara langsung ke saluran napas sehingga dosis total
lebih rendah
2) Absorpsi dan distribusi sistematik lebih rendah
3) Terapi inhalasi ini akan meningkatkan efek terapeutik dari obat
4) Untuk mencapai hasil terapi yang optimal obat inhalasi harus dapat mencapai
tempat kerjanya dalam saluran nafas.
6. Kerugian terapi inhalasi
Jika penggunaan di bawah pemeriksaan dokter dan obat yang di pakai tidak cocok
dengan keadaan mulut dan sistem pernafasan , hal yang mungkin bisa terjadi adalah
iritasi pada mulut dan gangguan pernafasan. Jadi pengguna pengobatan inhalasi akan
terus berkonsultasi pada dokter tentang obat nya. Selain hal itu obat relatif lebih
mahal dan bahkan mahal dari pada obat oral.
7. Alat dan Bahan
Alat dan bahan pada teknik pemberian obat inhalasi Nebulizer

17
1) Kompresor udara
2) Sabun cuci tangan
3) Tissu
4) Nebulizer
5) Pipa
6) Mouthphiece
8. Prosedur Kerja

1) Sapalah penderita atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri,


serta tanyakan keadannya

2) Berikan informasi umum kepada penderita atau keluarga tentang


indikasi/tujuan dan cara pemakaian alat

3) Mempersiapkan alat dan bahan

4) Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung untuk


beratnya. Lepaskan selang dari kompresor .

5) sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu dengan


subun kemudian keringkan.

6) hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai dengan perintah


dan letakkan dalam tutup nebulizer.

7) pasang/ gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.

8) hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer.

9) nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan baik.

10) duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.

11) apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang tepat dan
nyaman pada bagian wajah.

12) apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat antara gigi dan
lidah.

13) bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil nafas dalam
dan tahan selama 2 sampai 3 detik sebelum melepaskan nafas.

18
14) lanjutkan perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10 menit).

15) apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan
istirahat selama kurang lebih 5 menit.

16) Membersihkan alat yang sudah dipakai

2.4 Teknik Pemberian Obat Pada Vagina

1. Pengertian Obat pada vagina

Pemberian obat melalui vagina adalah cara pemberian obat yang melalui
vagina. Untuk bentuk tidak jauh beda dengan pemberian secara rectal. Dan biasanya
diberikan pada pasien pasien yang hamil dan mengalami pecah ketuban dan diberikan
agar merangsang kontraksi.

Obat vaginal tersedia dalam bentuk krim dan supositoria dan digunakan untuk
mengobati infeksi lokal atau inflamasi. Penting untuk menghindari rasa malu klien
bila memberikan sediaan ini. Sering kali klien lebih memilih untuk belajar cara
memberikan obat ini sendiri. Karena keluhan yang merupakan gejala infeksi vagina
berbau sangat tak sedap. Obat yang diberikan melalui vagina dalam bentuk kapsul,
tablet atau krim.

2. Manfaat Obat pada vagina


Manfaatnya untuk mendapatkan efek terapi dan mengobati saluran vagina atau serviks
3. Macam macam Obat pada vagina
Tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk
mengobati infeksi local. Satu ovula dimasukkan sedalam mungkin ke dalam vagina
setiap hari sebelum tidur selama 1-2 minggu boleh dipakai sebagai pengobatan
tersendiri atau sebagai terapi interval pada kontensasi. Pemakaian pada masa haid
tidak dianjurkan.
Contoh obat Suppositoria pervagina:
1) Flagi suppositoria

19
2) Vagistin suppositoria

3) Albotil suppositoria

4. Teknik pemberian Obat


1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Gunakan sarung tangan
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa

20
5) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
6) Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbent
7) Apabila jenis obat Supositoria, maka buka pembungkus dan berikan
pelumas pada obat
8) Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang
dinding, kenai vaginal posterior sampai 7,5-10 cm
9) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan t
isu
10) Anjurkan pasien untuk tetap dalam posisi selama kurang lebih 10 menit
agar obat bereaksi
11) Cuci tangan
12) Catat jumlah dosis, waktu dan cara pemberian
Catatan apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti
petunjuk krim yang tertera pada kemasan, pengangkatan lipatan labia, dan
masukan aplikator kurang lebih 7,5 cm, serta dorong penarik aplikator untuk
mengeluarkan obat, lalu lanjutkan sesuai langkah nomor 8,9,10 dan 11.
Sikap :
1) Ramah dan hati hati
2) Sopan terhadap pasien
3) Komunikatif

5. Keuntungan Obat melalui vagina


Keuntungan
1) Proses penyembuhan lebih cepat, dimana jaringan nekrotik dikogulasi dan
kemudian dikeluarkan
2) Mengobati infeksi pada vagina
3) Mengurangi peradangan
6. Kerugian Obat melalui vagina
Kerugian
Dapat menimbulkan pengeluaran jaringan rusak dan dalam vagina berupa bau
serta rasa tidak nyaman.
7. Alat dan Bahan
1) Obat dalam tempatnya
2) Sarung tangan
21
3) Kain kasa
4) Kertas tisu
5) Kapas sublimat dalam tempatnya
6) Pangalas
7) Korentang dalam tempatnya
8. Prosedur Kerja
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Gunakan sarung tangan
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa
5) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
6) Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbent
7) Apabila jenis obat Supositoria, maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada
obat
8) Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang
dinding, kenai vaginal posterior sampai 7,5-10 cm
9) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu
10) Anjurkan pasien untuk tetap dalam posisi selama kurang lebih 10 menit agar
obat bereaksi
11) Cuci tangan
12) Catat jumlah dosis, waktu dan cara pemberian

2.5 Teknik Pemberian Obat Pada Rektrum

A. Pengertian
Pemberian Obat via Anus/Rektum Merupakan cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal
dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses
dan merangsang buang air besar. Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal
seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan
defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan
berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada

22
dinding rektal yang melewati sfingter ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang
mengalami pembedahan rektal.
Obat dapat diberikan melalui rektal. Obat dalam bentuk cairan yang banyak
diberikan melalui rektal yang disebut enema. Obat tertentu dalam bentuk kapsul yang
besar dan panjang (supositoria) juga dikemas untuk diberikan melalui anus/ rektum.

1. Supositoria merupakan bentuk obat yang paling sering dignakan secara


rektal pada anak. Obat ini biasanya dikombinasikan dengan basa gliserin
atau lanolin yang mencair pada suhu tubuh.

keuntungan penggunaan obat supositoria antara lain:


a. supositoria tidak menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan bagian
atas
b. beberapa obat teretentu dapat di absorpsi dengan baik melalui dinding
permukaan rektum.
c. Supositoria rektal diperkirakan mempunyai tingkatan (titrasi) aliran
pembuluh darah yang besar, karena pembuluh darah vena pada rektum
tidak ditransportasikan melalui liver.
2. Pemberian obat elalui enema
a. Umumnya, obat diberikan di dalam enema. Ikuti prosedur lembaga
untuk pemberian enema pada anak.
b. Anak, khususnya selama masih bayi, sangat rentan mengalami kelebihan
cairan dan ketidakseimbangan elektrolit karenanya, alat bantu serta
jumlah larutan untuk enema harus dievaluasi secara cermat.
B. prinsip yang harus dipegang dalam memberikan obat dalam bentuk enema dan
sipositoria, antara lain:

23
a. Untuk mencegah peristaltik, lakukan enema retensi secara pelan dengan
cairan sedikit (tidak lebih dari 120ml) dan gunakan rektal tube kecil.
b. Selama enama berlangsung, anjurkan pasien berbaring miring ke kiri
dan bernapas melalui mulut untuk merilekskan spingter.
c. Retensi enema dilakukan setelah pasien buang air besar
d. Anjurkan pasien untuk berbaring telentang 30 menit setelah pemberian
enema
e. Obat supositoria harus disimpan di lemari es karena obat akan meleleh
pada suhu kamar.
f. Gunakan pelindung jari atau sarung tangan. Gunakan jari telunjuk untuk
pasien dewasa dan jari ke empat pada pasien bayi.
g. Anjurkan pasien tetap miring ke kiri selama 20 menit setelah obat
masuk.
h. Bila diperlukan, beritahu pasien cara mengerjakan sendiri enema atau
memasukkan supositoria.

C. Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Obat Melalui Rektum


Indikasi
1. Konstipasi
Konstipasi berhubungan dengan jalur pembuangan yang kecil, kering,
kotoran yang keras, atau tidak lewatnya kotoran di usus untuk beberapa
waktu. Ini terjadi karena pergerakan feses melalui usus besar lambat
dimana reabsorbsi cairan terjadi di usus besar. Konstipasi berhubungan
dengan pengosongan kotoran yang sulit dan meningkatnya usaha atau
tegangan dari otot-otot volunter pada proses defekasi.
Ada banyak penyebab konstipasi :
1) Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak teratur
Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan
konstipasi adalah kebiasaan b.a.b yang tidak teratur. Refleks defekasi
yagn normal dihambat atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi
menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan
untuk defekasi hilang.

24
Anak pada masa bermain biasa mengabaikan refleks-refleks
ini; orang dewasa mengabaikannya karena tekanan waktu dan
pekerjaan. Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buang air
besar karena malu menggunakan bedpan atau karena proses defekasi
yang sangat tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat
berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi
adalah membiasakan b.a.b teratur dalam kehidupan.
2) Penggunaan laxative yang berlebihan
Laxative sering digunakan untuk menghilangkan
ketidakteraturan buang air besar. Penggunaan laxative yang berlebihan
mempunyai efek yang sama dengan mengabaikan keinginan b.a.b –
refleks pada proses defekasi yang alami dihambat. Kebiasaan
pengguna laxative bahkan memerlukan dosis yang lebih besar dan
kuat, sejak mereka mengalami efek yang semakin berkurang dengan
penggunaan yang terus-menerus (toleransi obat).
3) Peningkatan stres psikologis
Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan
menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan
sistem syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus spastik
(spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon ). Yang berhubungan
dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada abdominal, meningkatnya
jumlah mukus dan adanya periode pertukaran antara diare dan
konstipasi.
4) Ketidak sesuaian diet
Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses
menghasilkan produks ampas sisa yang tidak cukup untuk merangsang
refleks pada proses defekasi. Makan rendah serat seperti; beras, telur
dan daging segar bergerak lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya
asupan cairan dengan makanan seperti itu meningkatkan pergerakan
makanan tersebut.
5) Obat-obatan
Banyak obat-obatan dengan efek samping berupa konstipasi.
Beberapa di antaranya seperti ; morfiin, codein, sama halnya dengan
obat-obatan adrenergik dan antikolinergik, melambatkan pergerakan
25
kolon melalui kerja mereka pada sistem syaraf pusat. Penyebab lainnya
seperti: zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih
secara lokal pada mukosa usus menyebabkan konstipasi. Zat besi juga
mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada
sebagian orang.
6) Latihan yang tidak cukup
Pada klien dengan masa rawat inap yang lama, otot secara
umum akan melemah, termasuk otot abdomen, diafragma, dasar
pelvik, yang digunakan pada proses defekasi. Kurangnya latihan secara
tidak langsung dihubungkan dengan berkurangnya nafsu makan dan
kemungkinan kurangnya jumlah serat yang penting untuk merangsang
refleks pada proses defekasi.
7) Umur
Pada manula, otot-otot dan tonus spinkter semakin melemah
turut berperan sebagai penyebab punurunan kemampuan defekasi.
8) Proses penyakit
Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan konstipasi,
beberapa di antaranya obstruksi usus, nyeri ketika defekasi
berhubungan dengan hemorhoid, yang membuat orang menghindari
defekasi; paralisis, yang menghambat kemampuan klien untuk buang
air besar; terjadinya peradangan pelvik yang menghasilkan paralisis
atau atoni pada usus.

2. Impaksi Feses (tertahannya feses)


Impaksi feses dapat didefenisikan sebagai suatu massa atau
kumpulan yang mengeras, feses seperti dempul pada lipatan rektum.
Impaksi terjadi pada retensi yang lama dan akumulasi dari bahan-bahan
feses. Pada impaksi yang gawat feses terkumpul dan ada di dalam colon
sigmoid. Impaksi feses ditandai dengan adanya diare dan kotoran yang
tidak normal. Cairan merembes keluar feses sekeliling dari massa yang
tertahan. Impaksi dapat juga dinilai dengan pemeriksaan digital pada
rektum, selama impaksi massa yang mengeras sering juga dapat dipalpasi.
Diare yang bersama dengan konstipasi, termasuk gejala yang sering
tetapi tidak ada keinginan untuk defekasi dan nyeri pada rektum. Hadirnya
26
tanda-tanda umum dari terjadinya penyakit ; klien menjadi anoreksia,
abdomen menjadi tegang dan bisa juga terjadi muntah.
Penyebab dari impaksi feses biasanya kebiasaan buang air besar
yang jarang dan konstipasi. Obat-obat tertentu juga berperan serta pada
impaksi. Barium digunakan pada pemeriksaan radiologi pada saluran
gastrointestinal bagian atas dan bawah dapat menjadi faktor penyebab,
sehingga setelah pemeriksaan ini hasil pengukuran diperoleh untuk
memastikan pergerakan barium.
Pada orang yang lebih tua, faktor-faktor yang beragam dapat
menyebabkan impaksi; asupan cairan yang kurang, diet yang kurang serat,
rendahnya aktivitas, melemahnya tonus otot. Pemeriksaan digital harus
dilakukan dengan lembut dan hati-hati karena rangsangan pada nervus
vagus di dinding rektum dapat memperlambat kerja jantung pasien.

3. Persiapan pre operasi


Biasanya pada semua tindakan operasi sebelumnya di lakukan
enema. Anastesia umum (GA) dalam pembedahan bisa diberikan melalui
enema dengan tujuan untuk mengurangi efek muntah selama dan setelah
operasi, juga mencegah terjadinya aspirasi.
4. Untuk tindakan diagnostik misalnya pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi seperti colonoscopy, endoscopy, dll.
Kontra Indikasi
Irigasi kolon tidak boleh diberikan pada pasien dengan diverticulitis,
ulcerative colitis, Crohn’s disease, post operasi, pasien dengan gangguan
fungsi jantung atau gagal ginjal, keadaan patologi klinis pada rektum dan
kolon seperti hemoroid bagian dalam atau hemoroid besar, tumor rektum dan
kolon.

27
2.6 Teknik Pemberian Obat Pada Kulit

1. Pengertian pemberian obat pada kulit


Pemberian obat pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit
dengan mengoleskan agar tetap mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan
kulit,mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat
bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei.
Obat dapat diberikan pada kulit dengan cara digosokkan, ditepukkan,
disemprotkan, dioleskan, dan iontoforesisi (pemberian obat pada kulit dengan listrik).
Pemberian obat topikal pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit
dengan mengoleskan obat yang akan diberikan. Pemberian obat topikal pada kulit
memiliki tujuan yang lokal, seperti pada superficial epidermis. Obat ini diberikan
untuk mempercepat proses penyembuhan, bila pemberian per-oral tidak dapat
mencapai superficial epidermis yang miskin pembuluh darah kapiler. efek sistemik
tidak diharapkan pada pemberian obat topikal pada kulit ini. Apabila terjadi kerusakan

28
kulitsetelah penggunaan obat topikal pada kulit, maka kemungkinan besar efek
sistemik akan terjadi.
2. Manfaat
Pemberian obat topikal pada kulit bermanfaat untuk mempertahankan hidrasi
atau cairan tubuh untuk mencapai homeostasis, melindungi permukaan kulit,
mengurangiiritasi kulit, menghilangkan gejala atau mengatasi infeksi.
3. Macam – macam obat beserta gambar
Pemberian obat topikal pada kulit dapat bermacam-macam seperti
1. krim

2. salep (ointment)

3. lotion

4. lotion yang mengandung suspense

29
5. Bubuk atau powder

6. Spray aerosol

4. Teknik Pemberian Obat


1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4) Gunakan sarung tangan.
5) Bersihkan daerah yang akan di beri obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit
mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6) Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan,
mengompres.
7) Kalau perlu tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati.
8) Cuci tangan.
Yang harus diperhatikan saat memberikan obat :
1) teknik steril bila ada luka pada kulit
2) Bersihkan kulit sebelum memberikan obat (bahan pembersih di tentukan oleh
dokter)
3) Ambil obat kulit dari tempatnya dengan batang spatel lidah dan bukan dengan
tangan.
4) .Bila obat perlu digosok, gunakan tekanan halus.
5) Oleskan obat tipis- tipis kecuali ada petunjuk lain.
6) Gunakan Obat dalam bentuk cair harus diberikan dengan aplikator.
7) Bila digunakan kompres atau kapas lembab maka pelembab harus steril
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak
banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. keberhasilan pengobatan topical pada
kulit tergantung pada:
a. Umur
30
b. Pemiihan agenda topical yang tepat
c. Lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit
d. Stadium penyakit
e. Konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum
f. Metode aplikasi
g. Penentuan lama pemakaian obat
Penetrasi obat topical pada kulit, melalui: stratum korneum, epidermis, papilladermis
dan aliran darah.
Proses penerapan obat topikal jika diberikan pada kulit, yaitu:
1) lag phase - hanya di atas kulit, tidak masuk ke dalam darah
2) rising - dari stratum korneum diserap sampai ke kapiler dermis darah- falling -
obat habis di stratum korneum. jika terus diserap kedalam, khasiatnya akan
semakin berkurang
kurangnya konsentrasi obat yang sampai ke tempat sasaran bisa karena
proseseksfoliasi (bagian atas kulit mengelupas), terhapus atau juga karena tercuci.
5. keuntungan
Untuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping
sistemik. Untuk efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena (zero-
order)
6. Kerugian
Secara kosmetik kurang menarik dan absorbsinya tidak menentu
7. alat dan bahan
Alat dan Bahan:
1) Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim,aerosol, sprei).
2) Pinset anatomis.
3) Kain kasa.
4) Kertas tisu.
5) Balutan.
6) Pengalas.
7) Air sabun, air hangat.
8) Sarung tangan.
8. Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4) Gunakan sarung tangan.
5) Bersihkan daerah yang akan di beri obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit
mengeras) dan gunakan pinset anatomis.

31
6) Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan,
mengompres.
7) Kalau perlu tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati.
8) Cuci tangan.

2.7 Teknik Pemberian Obat Pada Mata


1. Pengertian pemberian obat pada mata
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata.
Obat yang biasa digunakan ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat yang biasa dibeli
bebas , misalnya air mata buatan dan vasokonstrikstor (misalnya visine, dsb).
Namun banyak klien menerima resep obat-obatan oftalmic untuk kondisi mata seperti
glaukoma dan untuk terapi setelah suatu prosddur, misalnya ekstraksi katarak. Persentase
besar klien yang menerima obat mata ialah klien  lanjut usia.
Masalah yang berhubungan dengan usia termasuk penglihatan yang buruk, tremor
tangan dan kesulitan dalam memegang atau menggunakan botol obat, mempengaruhi
kemudahan lansia menggunakan obat mata secara mandiri.
2. Manfaat
1) Untuk mengobati gangguan pada mata
2) Untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
3) Untuk melemahkann otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata

32
4) Untuk mencegah kekeringan mata
3. Macam – macam obat beserta gambar
1) air mata buatan

2) Tetes mata

3) salep

4) Antibiotik/dalam botol
Biasanya dalam botol ini berbentuk capsul/tablet

4. Teknik Pemberian Obat


1) Telaah program pengobatan dokter untuk memastikan nama obat, dosis, waktu
pemberian dan rute obat.
2) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
3) Periksa identitas pasien dengan benar atau tanyakan nama pasien langsung.
4) Jelaskan prosedur pemberian obat

33
5) Minta pasien untuk berbaring terlentang dengan leher agak hiperekstensi
(mendongak)
6) Bila terdapat belek (tahi mata) di sepanjang kelopak mata atau kantung dalam,
basuh dengan perlahan. Basahi semua belek yang telah mengering dan sulit di
buang dengan memakai lap basah atau bola kapas mata selama beberapa menit.
Selalu membersihkan dari bagian dalam ke luar kantus.
7) Pegang bola kapas atau tisu bersih pada tangan non dominan di atas tulang pipi
pasien tepat di bawah kelopak mata bawah
8) Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah, perlahan tekan bagian
bawah dengan ibu jari atau jari telunjuk di atas tulang orbita
9) Minta pasien untuk melihat pada langit-langit
10) Teteskan obat tetes mata, dengan cara:
a. Dengan tangan dominan bersandar di dahi pasien, pegang penetes mata
atau larutan mata sekitar 1 sampai 2 cm di atas sakus konjungtiva
b. Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sakus konjungtiva.
c. Bila pasien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke
pinggiran
d. luar kelopak mata, ulangi prosedur ini.
e. Setelah meneteskan obat tetes, minta pasien untuk menutup mata dengan
perlahan.
f. Bila memberikan obat yang menyebabkan efek sistemik, lindungi jari
Anda dengan sarung tangan atau tisu bersih dan berikan tekanan lembut
pada duktus nasolakrimalis pasien selama 30-60 detik
11) Memasukkan salep mata, dengan cara:
a. Minta pasien untuk melihat ke langit langit
b. Dengan aplikator salep di atas pinggir kelopak mata, tekan tube sehingga
memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada
konjungtiva.
c. Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva dalam.
d. Biar pasien memejamkan mata secara perlahan dengan gerakan sirkular
menggunakan bola kapas.
12) Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, usap dengan perlahan dari bagian
dalam ke luar.

34
13) Bila pasien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih di atas
mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa
memberikan tekanan pada mata
14) Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang sudah dipakai
15) Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian, dan mata yang
menerima obat (kiri, kanan atau keduanya)
Yang harus diperhatikan ketika pemberian obat :
1. Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sangat
sensitif terhadap apapun yang diberikan ke kornea. Oleh karena itu,
perawat atau bidan menghindari obat mata apapun secara langsung ke
kornea.
2. Resiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sangatlah tinggi.
Perawat atau bidan menghindari menyentuh kelopak mata atau struktur
mata yang lain dengan alat tetes mata atau tube salep.
3. Perawat atau bidan menggunakan obat mata hana untuk mata yang
terinfeksi. 1
5. Keuntungan
a. meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat
disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak,
alergi atau sehabis berenang.
b. antiseptik dan antiinfeksi.
c. radang atau alergi mata.
6. Kerugian
Obat tetes mata yang mengandung nafazolin hidroksida tidak boleh digunakan
pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak.
Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter.
Pemberian obat pada mata dengan  obat tetes mata atau salep mata digunakan
untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil,
pengukuran refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi
mata.
7. Alat dan bahan
1) Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube
2) Kartu atau formulir obat
3) Bola kapas atau tisu
4) Baskom cuci dengan air hangat
5) Penutup mata (bila diperlukan)
6) Sarung tangan
8. Prosedur Kerja
A. Persiapan Pasien

35
1) Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
2) Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
3) Kaji pengetahuan dan kebutuhan pembelajaran tentang pengobatan
4) Kaji tanda-tanda vital pasien
B. Langkah-Langkah
1. Telaah program pengobatan dokter untuk memastikan nama obat, dosis, waktu
pemberian dan rute obat.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
3. Periksa identitas pasien dengan benar atau tanyakan nama pasien langsung.
4. Jelaskan prosedur pemberian obat
5. Minta pasien untuk berbaring terlentang dengan leher agak hiperekstensi
(mendongak)
6. Bila terdapat belek (tahi mata) di sepanjang kelopak mata atau kantung dalam,
basuh dengan perlahan. Basahi semua belek yang telah mengering dan sulit di
buang dengan memakai lap basah atau bola kapas mata selama beberapa menit.
Selalu membersihkan dari bagian dalam ke luar kantus.
7. Pegang bola kapas atau tisu bersih pada tangan non dominan di atas tulang pipi
pasien tepat di bawah kelopak mata bawah
8. Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah, perlahan tekan bagian
bawah dengan ibu jari atau jari telunjuk di atas tulang orbita
9. Minta pasien untuk melihat pada langit-langit
10. Teteskan obat tetes mata, dengan cara:
1) Dengan tangan dominan bersandar di dahi pasien, pegang penetes mata
atau larutan mata sekitar 1 sampai 2 cm di atas sakus konjungtiva
2) Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sakus konjungtiva.
3) Bila pasien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke
pinggiran
4) luar kelopak mata, ulangi prosedur ini.
5) Setelah meneteskan obat tetes, minta pasien untuk menutup mata dengan
perlahan.
6) Bila memberikan obat yang menyebabkan efek sistemik, lindungi jari
Anda dengan sarung tangan atau tisu bersih dan berikan tekanan lembut
pada duktus nasolakrimalis pasien selama 30-60 detik
11. Memasukkan salep mata, dengan cara:
36
1) Minta pasien untuk melihat ke langit langit
2) Dengan aplikator salep di atas pinggir kelopak mata, tekan tube sehingga
memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada
konjungtiva.
3) Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva dalam.
4) Biar pasien memejamkan mata secara perlahan dengan gerakan sirkular
menggunakan bola kapas.
12. Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, usap dengan perlahan dari bagian
dalam ke luar.
13. Bila pasien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih di atas
mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa
memberikan tekanan pada mata
14. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang sudah dipakai
15. Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian, dan mata yang
menerima obat (kiri, kanan atau keduanya)

2.8 Teknik Pemberian Obat Pada Epidural

A. Pengertian Epidural
Epidural adalah metode umum administrasi anestesi selama persalinan di
mana obat bius dengan jarum dan kateter berulir ke dalam ruang dura dekat sumsum
tulang belakang (anestesi epidural).
Epidural merupakan suntikan yang menggunakan obat bius lokal (berasal dari
kokain) dan disuntikkan ke dalam ruang-ruang epidural yang melindungi sumsum
tulang belakang. Pada epidural konvensional klien akan mati rasa baik saraf sensorik
maupun motoriknya. Dalam lima sampai sepuluh tahun terakhir, epidural telah
dikembangkan dengan konsentrasi obat bius yang (bius local), dan dengan kombinasi
anestesi lokal serta opiat (obat yang mirip dengan morfin dan meperidin) pembunuh
rasa sakit untuk mengurangi blok motor, dan untuk menghasilkan apa yang disebut
epidural "berjalan".
Analgesia Spinal juga telah semakin digunakan dalam persalinan untuk
mengurangi blok motor. Spinals menyuntik narkoba menembus dura dan ke dalam

37
ruang (intratekal) tulang belakang, dan hanya menghasilkan analgesia jangka pendek.
Untuk memperpanjang-efek menghilangkan rasa sakit dalam persalinan, dosis bisa
ditambah sesuai kebutuhan
B. Efek Samping Epidural
Obat yang digunakan dalam persalinan dengan epidural yang cukup kuat
membuat mati rasa, dan biasanya melumpuhkan, dan dapat mempengaruhi tekanan
darah ibu, sehingga tidak mengherankan bahwa akan ada efek samping yang
signifikan bagi ibu dan bayi.
1. Efek untuk ibu yaitu:
1) Penurunan tekanan darah
2) Ketidakmampuan untuk buang air kecil
3) Gatal-gatal pada kulit
4) Menggigil
5) Mual dan muntah
6) Kenaikan suhu tubuh pada ibu bersalin
7) Kesulitan bernafas tak terduga
8) Meningkatkan resiko perdarahan post partum
9) Sakit kepala parah
2. Efek untuk bayi:
1) Trauma persalinan
2) Resiko kecanduan pada masa remaja nanti
3) Perubahan djj yang dapat menyebabkan stress
4) Suplai oksigen berkurang
5) Kejang pada periode baru lahir

C. Cara Kerja Bius Epidural pada Tubuh

38
Ketika pemberian bius, Tentu saja klien akan merasakan sakit yang agak
menggigit saat jarum suntik menembus celah ruas tulang belakang. Bahkan ada orang
yang mengalami sedikit pembengkakan pada bekas suntikan, sampai beberapa hari
setelah proses persalinan selesai. Bagi klien yang operasi Caesar, seringkali timbul
rasa seperti ada yang mengganjal di tulang belakang sampai beberapa minggu setelah
persalinan. Rasa sakit ini akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.
Klien harus tetap berbaring di tempat tidur sampai saat persalinan tiba. Tapi, selama
menunggu, klien diperbolehkan untuk berbaring menyamping dengan kepala lebih
tinggi sekitar 30 derajat dari tubuh. Salah satu obat epidural operasi Caesar yaitu
Bupivacaine in dextrose injection: Anestesi tulang belakang: Takaran dosis 7.5 – 10.5
mg (1 – 1.4 mL)

Umumnya, 3-5 menit setelah obat disuntikkan, sistem saraf dari bagian rahim
hingga jalan lahir akan mati rasa (kebas). Setelah lewat 10 menit, biasanya klien

39
sudah akan benar-benar mati rasa pada daerah tersebut, atau hingga seluruh bagian
bawah tubuh. Hal ini tidak mempengaruhi kemampuan klien dalam mengejan, klien
tetap dapat mengejan dengan dibimbing dokter dan perawat yang membantu
persalinan. Obat bius itu tidak menghambat proses persalinan. Hanya saja, klien tidak
akan merasakan nyeri luar biasa saat kontraksi semakin keras, di menit-menit terakhir
sebelum si kecil lahir. Namun, bagi klien yang kehilangan kemampuan untuk
mengejan, dokter akan membantu menggunakan forcep atau alat vakum. Sekalipun
tindakan tersebut sebenarnya menambah besarnya risiko bagi bayi, tapi bila didukung
oleh keterampilan dokter, maka klien tak perlu merasakan kekhawatiran yang
berlebihan.

D. Hubungan antara Bius Epidural dengan Proses Persalinan


Pada kasus-kasus tertentu, bius epidural menyebabkan persalinan berlangsung
lebih lambat. Tapi, pada banyak kasus, justru sebaliknya. Persalinan menjadi lebih
cepat karena si ibu menjadi jauh lebih rileks, karena nyaris tidak merasakan nyeri saat
kontraksi berlangsung.obat bius mungkin saja masuk ke dalam tubuh bayi, tetapi,
hanya dalam dosis sangat rendah. Sangat sedikit kasus yang dilaporkan mengenai
dampak negatif dari obat bius epidural terhadap bayi yang baru dilahirkan. Hal ini
biasanya terjadi pada persalinan yang berlangsung lama, misalnya karena terjadi
komplikasi. Obat bius yang masuk ke dalam tubuh bayi, biasanya akan menyebabkan
si bayi tampak teler atau mengantuk.

2.6 Teknik Pemberian Terapi Panas dingin

A. Pengertian Terapi
Terapi adalah suatu proses berjangka panjang berkenaan dengan rekonstruksi
pribadi.Dalam kamus Bahasa Indonesia, definisi terapi adalah “usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit”. Tidak disebut ‘usaha medis’ dan
juga tidak disebut menyembuhkan penyakit. Maka kita bisa paham bahwa terapi
adalah lebih luas daripada sekadar pengobatan atau perawatan. Apa yang dapat
memberi kesenangan, baik fisik maupun mental, pada seseorang yang sedang sakit
dapat dianggap terapi.
B. Macam-macam Terapi
1. Terapi Panas

40
Merupakan terapi dengan menggunakan panas. Pemberian panas adalah
memberikan rasa hangat pada bagian tubuh yang memerlukan Sedangkan
kompres adalah salah satu metode fisik yang digunakan untuk menurunkan suhu
tubuh bila anak demam yang sudah dikenal sejak zaman dulu. Kompres panas
membantu meredakan sakit yang berhubungan dengan radang sendi dan otot
kaku dengan mengurangi ketegangan dan melancarkan aliran darah.
Terapi Panas pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan
pemulihan jaringan. Bentuk kompres termal biasanya bergantung pada
tujuannya. Kompres panas akan menghangatkan menghangatkan area tubuh
tersebut. Kompres panas menghasilkan perubahan fisiologis suhu jaringan,
ukuran pembuluh darah, tekanan darah kapiler, area permukaan kapiler untuk
pertukaran cairan dan elektrolit, dan metabolisme jaringan.
2. Macam – macam Perantara Terapi Panas
1) Kendi
Antara lain terdapat kendi yang terbuat dari batu atau logam.
Pada penggunaannya kendi ini diisi dengan air mendidih, namun pada
kebanyakan hal tersebut sudah tidak dipergunakan lagi. Yang sekarang
digunakan adalah kendi yang dilebur padat, yang dapat diisi dengan air
atau paraffin. Kendi ini dipanaskan sampai mencapai suhu 90C atau
dipertahankan pada suhu tersebut dalam sebuah pemanas kendi.
2) Kantung Air Panas
Kantung air panas merupakan kantung karet dapat ditutup
dengan sekrup diperlengkap dengan penutup karet / sebuah lempeng
karet. Kantung diisi dengan air yang panasnya 80C. Air yang mendidih
akan merusak kantung yang terbuat dari bahan karet. Kantung air panas
diisi air panas sampai 1/3 penuh.

41
3) Bantal Listrik
Bantal listrik jarang sekali dipergunakan. Misalkan saja seorang
penderita membutuhkannya, maka hendaknya kita selalu mengingat hal-
hal berikut ini:
1. Sebelum kita memakainya, lebih dahulu harus ada periksaan
apakah kawat, steker dan sakelarnya baik keadaannya.
2. Panaskan bantal kecil pada kedudukan yang paling tinggi,
kemudian biarkan terlebih dahulu menguap (di luar tempat tidur
penderita).
3. Selanjutnya pasanglah sakelar pada kedudukan arus listrik yang
paling rendah, usahakan agar sakelar tidak sampai berada di bawah
selimut penderita dan jaga pula agar tidak dapat bersentuhan
dengan air.
4. Harus diamati agar penderita tidak sampai mengubah kedudukan
sakelar yang sudah ditetapkan tadi.

4) Selimut Listrik
Cara penggunaan selimut listrik sama seperti penggunaan bantal listrik
tadi, yaitu:

42
1. Sebelum kita memakainya, lebih dahulu harus ada periksa apakah
kawat, steker dan sakelarnya baik keadaannya.
2. Panaskan bantal kecil pada kedudukan yang paling tinggi,
kemudian biarkan terlebih dahulu menguap (di luar tempat tidur
penderita).
3. Selanjutnya pasanglah sakelar pada kedudukan arus listrik yang
paling rendah, usahakan agar sakelar tidak sampai berada di bawah
selimut penderita dan jaga pula agar tidak dapat bersentuhan
dengan air.
4. Harus diamati agar penderita tidak sampai mengubah kedudukan
sakelar yang sudah ditetapkan tadi.

5) Lampu Infra Merah


Lampu infra merah merupakan sebuah sumber panas dengan sinar
tertentu yang dipancarkan. Sinar infra merah dipancarkan pada tubuh
panderita untuk memperoleh rasa hangat pada tubuhnya.
(Bouwhuizen,W.1986:191-193)

3. Keuntungan dan Kerugian


Keuntungan
1. Memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada klien

43
2. Mudah dan Praktis
3. Memberikan rasa hangat
4. Mengurangi dan membebaskan rasa nyeri
Kerugian
1) Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan
meningkatkan perdarahan dan pembengkakan
2) Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasodilatasi dan
meningkatkan Perdarahan
3) Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan
edema.
4) Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel,
pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat,
mempercepat metastase (tumor sekunder)
5) Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapan
membakar atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.

4. Terapi Dingin
Terapi dingin dikenal sebagai cryotherapy yang bekerja pada prinsip
pertukaran panas. Hal ini terjadi ketika menempatkan objek pendingin
dalam kontak langsung dengan objek suhu yang lebih hangat, seperti es
terhadap kulit. Objek dingin akan menyerap panas dari objek yang lebih
hangat. Setelah cedera, pembuluh darah akan memberikan oksigen dan
nutrisi kepada sel-sel yang rusak. Sel-sel di sekitar cedera meningkatkan
metabolisme dalam upaya mengkonsumsi lebih banyak oksigen. Ketika
seluruh oksigen digunakan, sel-sel akan mati serta pembuluh darah yang
rusak tidak bisa membuang sampah.
Sel darah dan cairan meresap ke dalam ruang di sekitar otot yang
mengakibatkan pembengkakan dan memar. Saat es ditempelkan akan
menyebabkan suhu jaringan yang rusak menurun melalui pertukaran panas
dan menyempitkan pembuluh darah lokal. Hal ini memperlambat
metabolisme dan konsumsi oksigen, sehingga mengurangi laju kerusakan.
Proses tersebut menghentikan transfer impuls ke otak yang mendaftar
sebagai nyeri. Kebanyakan terapis dan dokter menyarankan untuk tidak

44
menggunakan terapi panas setelah cedera, karena hal ini akan memiliki efek
sebaliknya dari terapi dingin.
Panas meningkatkan aliran darah dan melemaskan otot-otot. Hal itu
baik untuk meredakan ketegangan otot, tetapi hanya akan meningkatkan rasa
sakit dan pembengkakan cedera dengan mempercepat metabolisme. Terapi
dingin harus selalu digunakan sesegera mungkin setelah cedera terjadi.
Terapi dingin dilakukan sekitar 15 hingga 20 menit selama 48 jam.
5. Tujuan teapi dingin
a. Mengurangi peradangan dengan cara mengerutkan atau
mengecilkan pembuluh darah
b. Mengurangi rasa sakit
c. Mengurangi kejang otot
d. Mengurangi kerusakan jaringan
e. Mengurangi pembengkakakan
f. Mengurangi pembentukan udema (Pembekuan darah di bawah
kulit)
6. Macam macam Perantara Terapi Panas
1) Kantung Es dan Kerah Es
Kantung es adalah sebuah kantung karet yang tipis, yang
ditutup dengan mempergunakan sebuah sumbat sekrup dan
sebuah cincin karet atau sebuah lempeng karet. Hal yang sama
berlaku juga bagi kerah es, hanya bentuknya saja yang berbeda
dan ia dipergunakan khusus untuk leher.
Sebuah kantung es harus didinginkan kembali pada waktunya,
yaitu sebelum es yang terakhir mencair. Berapa cepatnya es itu
akan mencair, bergantung pada suhu penderita dan suhu
sekitarnya. Sensasi ini dalam rangka adalah:
1) Dingin kulit, 2) Merasa Burning , 3) Sakit , 4) Kekebasan
2) Pijat Es
Es merupakan material dari teknik terapi dingin. Es adalah
sebuah air bersih yang dimasukkan ke dalam wadah lalu
dibekukan di dalam lemari es samapi benar-benar beku. Langkah
pertama yang harus dilakukan dalam teknik ini yaitu sedikit demi
sedikit membuka es lalu pijatkan ke area yang sakit dengan
45
menggunakan gerakan melingkar konstan. Jangan meletakkan es
di satu daerah selama lebih dari 3 menit karena hal ini dapat
menyebabkan radang dingin. Terapi dingin harus dihentikan
setelah kulit terasa mati rasa
7. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan
a. Alat dan bahan mudah ditemukan dan digunakan di rumah
b. Murah
c. Persiapan yang sedikit
d. Baik untuk luka ringan yang hanya memerlukan terapi dingin untuk
satu samapi dua hari.

Kerugian

a. Es sebagai bahan dari terapi dingin mudah jatuh serta sulit untuk
menjaga es di tempat
b. Es cepat mencair dan dapat membuat berantakan terutama jika
melakukan terapi dingin di tempat tidur.
c. Es diterapkan pada permukaan sendi secara terbatas.
d. Hanya dapat diterapkan untuk jangka waktu yang singkat (10-20
menit).
e. Sulit digunakan untuk cedera yang lebih besar atau setelah operasi
karena berbagai alasan.

7.10 id bath/ compres 

A. Pengertian
Merupakan tindakan dengan cara memberikan kompres dingin yang
bertujuan memenuhi kebutuhan rasa nyaman, menurunkan suhu tubuh,
mengurangi rasa nyeri, mencegah edema, dan mengontrol peredaran darah
dengan meningkatkan vasokonstriksi.

46
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

47
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya : secara topical, supossitoria intra tekal dan lain sesuai dengan prinsip
dalam pemberian obat. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan,
yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu
yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.

3.2 Saran

1. Bagi Mahasiswa dan mahasiswi diharapkan untuk menambah wawasan


dengan banyak membaca buku dan terus mencari informasi tentang teknik
pemberian obat.
2. Bagi para tenaga kesehatan diharapkan untuk melakukan tekhnik pemberian
obat dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Uliyah Musrifatul.dan Alimul, Aziz Hidayat. 2008. Konsep Dasar Praktik Klinik
Jakarta. Pn: Salemba Mwdika

riharjo, Robert. 1995. Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, Jakarta: EGC

48
Aziz, Azimul; Kebutuhan dasar manusia II.Bouwhuizen, M; Ilmu Keperawatan
Bagian 1; 1986; EGC; Jakarta.

L, Kee Joyce & R, Hayes evelyn ; farmakologi Pendekatan proses Keperawatan,


1996 ; EGC; Jakarta.

Priharjo, Robert; Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, 1995; EGC;
Jakarta.

Alimul Hidayat, A Aziz. 2007. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC

Aryani Ratna, dkk. 2009. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta: TIM

Bindler Ruth McGillis, Howry Linda Berner. 2007. Pedoman Obat Pediatrik dan
Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Sriani. Susilaningrum, Rekawati. Sukesi. (2016). Keterampilan Dasar Kebidanan.


Jakarta. Badan PPSDM
Djaharuddin,Irawaty. Tabri,Ahmad,Nur. 2017. Keterampilan klinis Terapi Inhalasi
Nebulisasi. Makalah

Karlin, Novi, dkk. 2016. Keterampilan Dasar kebidanan 2. Bogor: Penerbit in media.

Glade, Curtis. 1999. Your pregnancy week by week. Jakarta ; Arcan.

Rochimah,Ns. Dalimi,E. Maryani, S.dkk.c2011. Keterampilan Dasar Praktik


Klinik.Jakarta:Trans Info Media

Eko, Nurul W. 2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.


Jogjakarta:Pustaka Rihana

Uliyah,M.HidayatA.A.2009.Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Kebidanan.Jakarta :


Salemba Medika

Kusmiyati,Y.2008.Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.Yogyakarta :


Fitramaya

49
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah perkuliahan dengan pokok bahasan “Menjelaskan dan Melakukan Macam-


Macam Teknik Pemberian Obat”. Telah dikoreksi oleh dosen penanggung jawab dan telah
dilakukan revisi oleh tim.

50
Jakarta, 13 Januari 2021

Dosen Penanggung Jawab

Nurul Lidya,SST,M.Kes

51

Anda mungkin juga menyukai