Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH KETERAMPILAN DASAR KLINIK KEBIDANAN

“prosedur obat-obat yang lazim digunakan dalam pelayanan kebidanan Dan


khasiat masing-masing obat yang lazim digunakan dalam pelayanan
kebidanan”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Dasar
Klinik Kebidanan
Dosen Pengampu:
Dra. Elina Lukman, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh:
Kelas 1A Kelompok 2
Jessenia Zafira P17124020010
Mutiara Adella P17124020020
Nur Hasanah P17124020023
Putri Aisyah P17124020024

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya berupa kesempatan, sehingga makalah “KETERAMPILAN
DASAR KLINIK KEBIDANAN ” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terima


kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan kepada kami.


2. Orang tua yang selalu membimbing dan menasehati.
3. Ibu Dra. Elina Lukman, S.Kp., M.Kes selaku dosen pengampu mata
kuliah Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan yang telah membantu
dalam pembuatan makalah.
4. Teman-teman kelompok 2 yang telah bekerja sama untuk menyelesaikan
makalah.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan,karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Untuk itu kritik
dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca demi perbaikan dan
pengembangan makalah ini.

Demikianlah makalah ini dibuat,semoga dapat bermanfaat bagi penyusun


khususnya dan pembaca pada umumnya.

i
Jakarta,13 Januari 2021

Tim Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan penulisan.......................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................................ 2
BAB II................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................................3
2.1 Pemberian Obat dan Cairan......................................................................................... 3
2.1.1 Konsep dasar pemberian obat dan cairan......................................................3
2.1.2 Jenis – jenis pemberian obat dan cairan.........................................................3
2.1.3 Perhitungan dosis obat....................................................................................9
2.1.4 Persiapan pemberian obat............................................................................10
2.1.5 Penggunaan unit dosis obat...........................................................................12
2.1.6 Pencegahan injury pengobatan.....................................................................24
2.2 Khasiat masing – masing obat yang lazim digunakan dalam pelayanan Kebidanan. .24
2.2.1 Jenis cairan yang digunakan dalam kebidanan............................................24
2.2.2 Jenis jenis cairan yang lazim digunakan dalam praktek kebidanan.............25
2.2.3 Obat-obat dalam praktek kebidanan............................................................26
2.2.4 Tanda-Tanda Keracunan Obat.....................................................................33
BAB III............................................................................................................................................35
PENUTUP.......................................................................................................................................35
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 35
3.2 Saran........................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................36
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................................37

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tugas penting seorang tenaga kesehatan adalah memberikan
obat yang aman dan akurat kepaa klien, obat adalah sebuah substansi yang
diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau
bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh.
Dalam pelaksanaannya. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati
klien yang memiliki masalah.
Selain keuntungannya dalam berbagai hal, kita juga harus
memerhatikan pemakaian dari obat tersebut, karena beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping yang serius, bahkan berpotensi menimbulkan efek
yang berbahaya jika aturan pakaianya tidak sesuai yang dianjurkan. Untuk itu
sebagai seorang tenaga kesehatan yang baik kita memiliki tanggung jawab
dalam memahami kerja obat, efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat,
memberikan obat dengan tepat dan membantu klien untuk menggunakannya
dengan tepat dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa konsep dasar pemberian obat?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis pemberian obat dan cairan?
1.2.3 Bagaimana perhitungan dosis obat?
1.2.4 Bagaimana persiapan pemberian obat?
1.2.5 Bagaimana penggunaan unit dosis obat?
1.2.6 Apa saja pencegahan injury pengobatan?
1.2.7 Apa saja khasiat masing-masing obat yang lazim digunakakn dalam
pelayanan Kebidanan?

1.3 Tujuan penulisan


1.3.1 Tujuan khusus :
Untuk memenuhi nilai mata kuliah etikolegal
1.3.2 Tujuan umum :
Adapun tujuan umum umum dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui apa konsep dasar pemberian obat
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis pemberian obat
3. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan dosis obat
4. Untuk mengetahui bagaimana persiapan pemberian obat
5. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan unit dosis obat
6. Untuk mengetahui apa bagaimana pencegahan injury
pengobatan

1
7. Untuk mengetahui apa saja khasiat masing-masing obat yang
lazim digunakan dalam pelayanan Kebidanan

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini bermanfaat sebagai penunjang untuk materi pembelajaran
mata kuliah Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan dan untuk sumber
pengetahuan agar para mahasiswa bisa Menjelaskan prosedur obat-obat yang
lazim digunakan dalam pelayanan kebidanan dan menjelaskan khasiat masing-
masing obat yang lazim digunakan dalam pelayanan kebidanan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemberian Obat dan Cairan


2.1.1 Konsep dasar pemberian obat dan cairan
Obat ialah suatu bahan yang digunakan dalam menetapkan
diagnosis. Selain itu, obat juga berfungsi untuk mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit yang berupa luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada
manusia atau hewan. Obat juga dapat memperelok atau
memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.

Obat  adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun


tumbuhan) atau kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang  tepat atau
layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit
atau gejala-gejalanya.

2.1.2 Jenis – jenis pemberian obat dan cairan


1. Oral:
Memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara
pemberian obat yang paling umum tetapi paling bervariasidan
memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan.
Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering
merupakan jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik karena
permukaan absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan obat
diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke hati sebelum
disebarkan ke sirkulasi umum. Metabolisme langakah pertama
oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika
diminum per oral. Minum obat bersamaan dengan makanan
dapat mempengaruhi absorbsi. Keberadaan makanan dalam
lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga
obat yang tidak tahan asam, misalnyapenisilin menjadi rusak atau
tidak diabsorbsi. Oleh karena itu, penisilin atau obat yang tidak
tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik yang dapat
melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi
lambung. Hal ini tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa
diperpanjang, sehingga menghasilkan preparat lepas lambat.

3
2. Sublingual:
Penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut
berdifusi kedalam anyaman kapiler dan karena itu secara
langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pemberian suatu
obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan
bypass melewati usus dan hati dan obat tidak diinaktivasi oleh
metabolisme.

3. Rektal:
50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi
portal; jadi, biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute
sublingual dan rektal mempunyai keuntungan tambahan, yaitu
mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di
dalam lambung. Rute rektal tersebut juga berguna jika obat
menginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau jika
penderita sering muntah-muntah. Bentuk sediaan obat untuk
pemberian rektal umumnya adalah suppositoria dan ovula.

4
Contoh Obat Rektal (Suppositoria)

4. Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang
absorbsinya buruk melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti
insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian
parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak
sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang
cepat. Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik
terhadap dosis yang sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh.

5
5. Intravena (IV):
suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral
yan sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara
oral, sering tidak ada pilihan. Dengan pemberian IV, obat
menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari
metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek
yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat dalam
sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran
cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali
seperti emesis atau pengikatan dengan activated charcoal.
Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri
melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan
karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam
plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it, kecepatan infus
harus dikontrol dengan hati-hati. Perhatiab yang sama juga harus
berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.

6. Intramuskular (IM):

Obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat


berupa larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berpa
suspensi obat dalam vehikulum non aqua seperti etilenglikol.
Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-
preparat depo berlangsung lambat. Setelah vehikulum berdifusi
keluar dari otot, obat tersebut mengendap pada tempat suntikan.
Kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikansuatu dosis

6
sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan efek
terapetik yang panjang.

7. Subkutan

Suntukan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan


dengan suntikan intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil
epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat
untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai
vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan Farmakologi
18 obat seperti lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh
lain pemberian obat subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti
kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi levonergestrel yang
diimplantasi unutk jangka yang sangat panjang.

8. Inhalasi:
inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati
permukaan luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang
menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang dihasilkan
oleh pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan
menyenangkan penderita-penderita dengan keluhan pernafasan
seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena obat
diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis
minimal.

9. Intranasal:
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan
diabetes insipidus; kalsitonin insipidus; kalsitonin salmon, suatu
hormon peptida yang digunakan dalam pengobtana osteoporosis,
tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain,
biasanya digunakan dengan cara mengisap.

7
10. Intratekal/intraventrikular:
Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara
langsung ke dalam cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada
leukemia limfostik akut.

11. Topikal:
Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal
obat diinginkan untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol
diberikan dalam bentuk krem secara langsung pada kulit dalam
pengobatan dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan
langsung ke dalam mata untuk mendilatasi pupil dan
memudahkan pengukuran kelainan refraksi.

12. Transdermal:
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan
pemakaian obat pada kulit, biasanya melalui suatu “transdermal

8
patch”. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi tergantun pada sifat-
sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini
paling sering digunakan untuk pengiriman obat secara lambat,
seperti obat antiangina,nitrogliserin.

2.1.3 Perhitungan dosis obat


Pembagian dosis obat pada bayi dan anak balita dibedakan
berdasarkan 2 standar, yaitu berdasarkan luas permukaan tubuh dan
berat badan.

DM tercantum berlaku untuk orang dewasa, bila resep


mengandung obat yang ber-DM, tanyakan umurnya. Bila ada zat
yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (Dosis Ganda).
Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi
terakhir (FI. Ed.III, Ekstra Farmakope, FI. Ed.I, Pharm.
Internasional, Ph. Ned. Ed. V, CMN dan lain-lain). Setelah diketahui
umur pasien, kalau dewasa langsung dihitung, yaitu untuk sekali
minum : jumlah dalam satu takaran dibagi dosis sekali dikali 100%.
Begitu juga untuk sehari minum : jumlah sehari dibagi dosis sehari
dikali 100%. Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali
dan sehari.

Cara Menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk Oral


berdasarkan :

1. Young

Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus :

Da = n/n +12 x Dd (mg) tidak untuk anak > 12 tahun

(n = umur dalam tahun)

2. Dilling

Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus :

9
Da = n / 20 + Dd ( mg )

(n = umur dalam tahun)

3. Gaubius

Da = 1/12 + Dd ( mg ) ( untuk anak sampai umur 1 tahun )

Da = 1/8 + Dd ( mg ) ( untuk anak 1-2 tahun )

Da = 1/6 + Dd ( mg ) ( untuk anak 2-3 tahun )

Da = 1/ 4 + Dd ( mg ) ( untuk anak 3-4 tahun )

Da = 1/3 + Dd ( mg ) ( untuk anak 4 – 7 tahun )

4. Fried

Da = m/150 x Dd ( mg )

5. Sagel

Da = (13 w + 15)/100 + Dd ( mg ) ( umur 0 – 20 minggu )

Da = ( 8w + 7)/100 + Dd ( mg ) ( umur 20 – 52 minggu )

Da = ( 3w+ 12)/100 + Dd ( mg ) ( umur 1-9 minggu )

6. Clark

Untuk umur <1tahun

Da = w anak/ w dewasa x Dd

7. Berdasarkan Area Permukaan Tubuh

Dosis anak = area permukaan tubuh anak/ 1,7 mm² x


dosis dewasa normal

2.1.4 Persiapan pemberian obat


1. Tepat Obat
Sebelum mempersipakan obat ketempatnya bidan harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika
memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat
dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar

10
namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan
obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol
atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat,
kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta,
ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak
terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke
bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus
memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat
untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama
obat dan kerjanya.
2. Tepat Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka
penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat
standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur,
spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-
lain sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada
pasien.
3. Tepat Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien
yang diprogramkan dengan cara mengidentifikasi kebenaran
obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan
program pengobatan pada pasien.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa
(papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau
ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak
sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau
kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti
menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu
diidentifikasi dari gelang identitasnya.
4. Tepat Cara Pemberian Obat/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda.
Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh
keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat
kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat

11
dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.
5. Tepat Waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu
yang diprogramkan , karena berhubungan dengan kerja obat
yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya
tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah
yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak
boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang
harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Tepat Pendokumentasian
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis,
rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien
menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum,
harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

2.1.5 Penggunaan unit dosis obat


1. Pemberian Obat per Oral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan
tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai
dengan efek terapi dari jenis obat.
1) Alat dan Bahan :
(1) Daftar Buku Obat.
(2) Bat dan Tempatnya.
(3) Air Minum ditempatnya.
2) Prosedur Kerja :
(1) Cuci Tangan.
(2) Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan.
(3) Baca Obat, dengna berprinsip tepat obat, tepat pasien,
tepat dosis, tepat waktu, tepat kerja, dan tepat
pendokumentasian.

12
(4) Bantu untuk meminumnya :
a. Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau
kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang
dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke
tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan.
Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan
pembungkusnya.
b. Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet
dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman.
c. Kaji denyut nadi dna tekanan darah sebelum
pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
(5) Catat Perubahan, reaksi terhadap pemberian obat dan
evaluasi respon terhadap obat dengan mencatat hasil
pemberian obat.
(6) Cuci Tangan.
2. Pemberian Obat via Jaringan Intrakutan
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke
dalam jaringan kulit dengan tujuan untuk melakukan skintest
atau tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan.
Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di
bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada
daerah lengan tangan bagian ventral.
1) Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
(1) Tempat Injeksi.
(2) Jenis Spuit dan Jarum yang digunakan.
(3) Infeksi yang mungkin terjadi selama Infeksi.
(4) Kondisi atau Penyakit Klien.
(5) Pasien yang Benar.
(6) Obat yang Benar.
(7) Dosis yang Benar
(8) Cara atau Rute Pemberian Obat yang Benar.

13
(9) Waktu yang Benar
2) Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi : bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar,
tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal
adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.
Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit.
3) Alat dan Bahan :
(1) Daftar Buku Obat / Catatan, Jadwal Pemberian Obat.
(2) Obat dalam Tempatnya.
(3) Spuit 1 cc / Spuit Insulin.
(4) Kapas Alcohol dalam Tempatnya.
(5) Cairan Pelarut.
(6) Bak Steril dilapisi Kasa Steril ( Tempat Spuit ).
(7) Bengkok.
(8) Perlak dan Alasnya.
(9) Jarum Cadangan.
4) Prosedur Kerja:
(1) Cuci Tangan.
(2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
(3) Bebas kan daerah yang kan disuntik, bila menggunakan
bau lengan panjang buka dan keataskan.
(4) Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan
disuntik.
(5) Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan /
encerkan dengan aquades ( cairan pelarut) kemudian
ambil 0.5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc,
dan siapkan pada bak instrument atau injeksi.
(6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan
dilakukan suntikan.

14
(7) Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan
disuntik.
(8) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas
dengan sudut 15-20 derajat dengan permukaan kulit.
(9) Semprotkan obat hingga terjadi gelembung.
(10) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
(11) Catat reaksi pemberian.
(12) Cuci tangan dan catat hasil pemberina obat / test
obat, tanggal, waktu, dan jenis obat.
5) Daerah Penyuntikan
Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari
lekukan siku atau 2/3 dari pergelangan tangan pada kulit yang
sehat, jauh dari PD.
Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah
muskulus deltoideus.
3. Pemberian Obat via Jaringan Subkutan
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan dibawah
kulit yang dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar
atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan
daerah sekitar umbilicus ( abdomen ).
1) Tujuan
Pemberian obat melalui subkutan ini biasanya dilakukan
dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat 2
tipe larutan : yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih
dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat ( insulin
regular ) dan larutan yang keruh karena adanya penambahan
protein sehingga memperlambat absorbs obat atau juga
termasuk tipe lambat.
2) Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
(1) Tempat Injeksi.

15
(2) Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan.
(3) Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi.
(4) Kondisi atau penyakit klien.
(5) Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang
tepat.
(6) Obat yang akan diberikan harus benar.
(7) Dosis yang akan diberikan harus benar.
(8) Cara atau rute pemberian yang benar.
(9) Waktu yang tepat dan benar.
3) Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi : bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar
dan tidak mau bekerja sama, karena tidak memungkinkan
diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di
bawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air.
Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam
dosis besar dan tidak larut dalam air atau minyak.
4)  Alat dan Bahan :
(1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
(2) Obat dalam tempatnya.
(3) Spuit Insulin.
(4) Kapas alcohol dalam tempatnya.
(5) Cairan Pelarut.
(6) Bak Injeksi.
(7) Bengkok.
(8) Perlak dan Alasnya.
5) Prosedur Kerja:
(1) Cuci Tangan.
(2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
(3) Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila
menggunakan bau lengan panjang buka dan ke ataskan.

16
(4) Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan
disuntik.
(5) Ambil obat untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang
akan diberikan setelah itu tempatka pada bak injeksi.
(6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang
akan dilakukan suntikan.
(7) Tegangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan
dilakukan suntikan subkutan).
(8) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas
dengan sudut 45 derajat dengan permukaan kulit.
(9) Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat
perlahan-lahan hingga habis.
(10) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan
spuit yang telah dipakai masukkan kedalam bengkok.
(11) Catat reaksi pemberian dan catat hasil pemberina
obat / test obat, tanggal, waktu, dan jenis obat.
(12) Cuci Tangan.
6) Daerah Penyuntikan
(1) Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri
; yang tepat adalah 1/3 bagian dari Spina Iliaca Anterior
Superior ke tulang ekor (os coxygeus).
(2) Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris).
(3) Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus).

4. Pemberian Obat Intravena Langsung


Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung,
diantaranya vena mediana cubiti / cephalika (lengan), vena
saphenosus (tungkai), vena jugularis (leher), vena frontalis /
temporalis (kepala).
1) Tujuan

17
Agar obat reaksi cepat dan langsung masuk pada
pembuluh darah.
2) Hal-Hal yang Diperhatikan
(1) Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara
50 sampai 70 detik lamanya.
(2) Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena.
(3) Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
(4) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
(5) Kondisi atau penyakit klien.
(6) Obat yang baik dan benar.
(7) Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat
dan benar.
(8) Dosis yang diberikan harus tepat.
(9) Harus benar Cara atau rute pemberian obat melalui
injeksi.
3) Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi : bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar
dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan
untuk diberikan obat secara oral dan steril.
Kontra Indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut
dalam air, atau menimbulkan endapan dengan protein atau
butiran darah.
4) Alat dan Bahan :
(1) Daftar Buku Obat / Catatan, Jadwal Pemberian Obat.
(2) Obat dalam Tempatnya.
(3) Spuit 1 cc / Spuit Insulin.
(4) Kapas Alcohol dalam Tempatnya.
(5) Cairan Pelarut.
(6) Bak Steril dilapisi Kasa Steril (Tempat Spuit).
(7) Bengkok.
(8) Perlak dan Alasnya.

18
(9) Karet Pembendung.
5) Prosedur Kerja :
(1) Cuci Tangan.
(2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
(3) Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila
menggunakan bau lengan panjang buka dan ke ataskan.
(4) Ambil obat dalam tempatnya dengna spuit sesuai
dengan dosis yang akan disuntikan. Apabila obat
berada dalam sediaan bubuk, maka larutkan dengna
larutan pelarut ( aquades).
(5) Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian vena yang
akan disuntik.
(6) Kemudian tampatkan obat yang telah diambil pada bak
injeksi.
(7) Desinfeksi dengan kapas alcohol.
(8) Lakukan pengikatan dengan karet pembendung
( tourniquet ) pada bagian atas daerah yang akan
dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan
tangan / minta bantuan atau membendung diatas vena
yang akan dilakukan penyuntikan.
(9) Ambil spuit yang berisi obat.
(10) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke
atas dengan memasukkan ke pembuluh darah.
(11) Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan
karet pembendung dan langsung semprotkan obat
hingga habis.
(12) Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan
lakukan penekanan pada daerah penusukan dengan
kapas alcohol , dan spuit yang telah digunakan letakkan
ke dalam bengkok.

19
(13) Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis
pemberian obat.
(14) Cuci Tangan.
5. Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung (Via Wadah)
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan
atau memasukkan obat kedalam wadah cairan intravena yang
bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan
mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
1) Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
(1) Injeksi intra vena secara tidak langsung hanya dengan
memasukkan cairan obat ke dalam botol infuse yang
telah di pasang sebelumnya dengan hati-hati.
(2) Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
(3) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
(4) Obat yang baik dan benar.
(5) Pasien yang akan di berikan injeksi tidak langsung
adalah pasien yang tepat dan benar.
(6) Dosis yang diberikan harus tepat.
(7) Tidak langsung harus tepat dan benar. Cara atau rute
pemberian obat melalui injeksi
2) Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar
dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan
untuk diberikan obat secara oral dan steril.
Kontra Indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut
dalam air, atau menimbulkan endapan dengan protein atau
butiran darah.
3) Alat dan Bahan :
(1) Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran.
(2) Obat dalam tempatnya.
(3) Wadah cairan ( kantong / botol ).

20
(4) Kapas alcohol dalam tempatnya.
4) Prosedur Kerja :
(1) Cuci Tangan.
(2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
(3) Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila
menggunakan bau lengan panjang buka dan ke ataskan.
(4) Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong.
(5) Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop
aliran.
(6) Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit
hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat
perlahan-lahan ke dalam kantong / wadah cairan.
(7) Setelah selesai tarik spuit dan campur dengan
membalikkan kantong cairan dengan perlahan-lahan
dari satu ujung ke ujung lain.
(8) Periksa kecepatan infus.
(9) Cuci Tangan.
(10) Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis
pemberian obat.
6. Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
1) Alat dan Bahan :
(1) Spuit dan jarum sesuai ukuran.
(2) Obat dalam tempatnya.
(3) Selang intravena.
(4) Kapas alcohol.
2) Prosedur Kerja:
(1) Cuci Tangan.
(2) Jelakan prosedur yang akan dilakukan.
(3) Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian
masukkan ke dalam spuit.

21
(4) Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang
intravena.
(5) Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop
aliran.
(6) Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit
hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat
perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
(7) Setelah selesai tarik spuit.
(8) Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat.
(9) Cuci Tangan.
(10) Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya.
7. Pemberian Obat per Intramuskuler
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot.
Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha ( vastus lateralis ),
ventrogluteal ( dengan posisi berbaring ), dorsogluteal ( posisi
tengkurap ), atau lengan atas ( deltoid). Tujuannya agar obat di
absorbsi lebih cepat.
1) Hal-Hal yang perlu Diperhatikan :
(1) Tempat Injeksi.
(2) Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
(3) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
(4) Kondisi atau penyakit klien.
(5) Obat yang tepat dan benar.
(6) Dosis yang diberikan harus tepat.
(7) Pasien yang tepat.
(8) Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.
2) Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi : bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar
dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan
untuk diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi

22
kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di
bawahnya.
Kontra Indikasi : Infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
tonjolan tulang, otot atau saraf besar di bawahnya.
3) Alat dan Bahan :
(1) Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat.
(2) Obat dalam Tempatnya.
(3) Spuit sesuai dengan ukuran, jarum sesuai dengan
ukuran : dewasa panjang 2,5-3,75 cm, anak panjang :
1,25-2,5cm.
(4) Kapas Alcohol dalam Tempatnya.
(5) Cairan Pelarut.
(6) Bak Injeksi.
(7) Bengkok.
4) Prosedur Kerja :
(1) Cuci Tangan.
(2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
(3) Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai
dengan dosis setelah itu letakkan pada bak injeksi.
(4) Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat
lokasi penyuntikan).
(5) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang
akan dilakukan penyuntikan.
(6) Lakukan penyuntikan.
(7) Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara
anjurkan pasien untuk berbaring terlentang dengan lutut
sedikit fleksi.
(8) Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien utnuk
miring, tengkurap atau terlentang dengan lutut dan
pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan
dalam keadaan fleksi.

23
(9) Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien
untuk tengkurap dengan lutut di putar kearah dalam
atau miring dengan lutut bagian atats pinggul fleksi dan
diletakkan di depan tungkai bawah.
(10) Pada daerah deltoid ( lengan atas ) dengan cara
anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar
lengan atas fleksi.
(11) Lakukan penusukkan dengan posisi jarum tegak
lurus.
(12) Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila
tidak ada darah semprotkan obat secara perlahan-lahan
hingga habis.
2.1.6 Pencegahan injury pengobatan
Alergi obat biasanya terjadi karena tubuh seseorang sangat
sensitif sehingga bereaksi secara berlebihan terhadap obat yang
digunakan.
1. Hindari mengkonsumsi obat yang tidak diperlukan.
2. Ganti obat yang digunakan dengan obat yang sesuai dengan
kondisi/respon organ-organ dalam/luar.
3. Vitamin dikatakan aman, sebab sekalipun vitamin dapat
menimbulkan alergi bukan karena zat tambahan didalamnya.
4. Untuk menghentikan alergi obat, hanya dengan satu cara
yaitu hanya dengan menghentikan pemakaian obat tersebut
dan mengatasi keadaan yang timbul dari efek.
5. Perlu kerja sama antara pasien dengan dokter (tenaga medis)
6. Pasien harus mengemukakan pengalamannya menggunakan
obat selama ini, apakah obat tertentu membuat tubuh alergi
atau yang dicurigai menimbulkan alergi, akan sangat bagus
atau baik jika setiap orang memiliki catatan tertulis mengenai
penggunaan  obat dan apa yang dialami tubuhnya.

2.2 Khasiat masing – masing obat yang lazim digunakan dalam pelayanan
Kebidanan
2.2.1 Jenis cairan yang digunakan dalam kebidanan
Jenis Cairan Infus:

24
1. Cairan hipotonik : Digunakan pada keadaan sel “mengalami”
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam
terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah
tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Contohnya adalah NaCl
45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik : Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah
terus menurun). Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL),
dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik : Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).
Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya
Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-
Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan
albumin.

2.2.2 Jenis jenis cairan yang lazim digunakan dalam praktek


kebidanan
1. Oralit
Indikasi : mencegah dan mengobati dehidrasi pada waktu
muntaber, diare, kolera
Nama dagang : pedialyte, Renalylte
2. Infusan Otsu-NS
Indikasi: Untuk resusitasi, Kehilangan Na > Cl, misal diare,
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis
diabetikum, Insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
3. Otsu-RL
Indikasi: Resusitasi, Suplai ion bikarbonat dan Asidosis
metabolic
4. Otsu-D5
Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l
(20%).

25
Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta
untuk keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan
pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin
kurang dari 25 mg/100ml).

2.2.3 Obat-obat dalam praktek kebidanan


1. obat anti infektikum
1) AMOXICILLIN
Amoxicillin adalah obat untuk mengatasi berbagai jenis
infeksi bakteri. Obat antibiotik ini tersedia dalam bentuk
tablet maupun sirup. Amoksisilin atau amoxicillin akan
menghambat pertumbuhan bakteri yang menyebabkan
infeksi di organ paru-paru, saluran kemih, kulit, serta di
bagian telinga, hidung, dan tenggorokan
2) AMPICILLIN
Ampicillin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk
mengatasi infeksi bakteri pada berbagai bagian tubuh,
seperti saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran
kemih, kelamin, telinga, dan jantung. Ampicilin hanya
dapat digunakan dengan resep dokter.
3) CIPROFLOXACIN
ciprofloxacin adalah antibiotik untuk mengatasi berbagai
jenis infeksi bakteri. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet,
suntikan, dan tetes mata. Obat ciprofloxacin mengandung
bahan aktif ciprofloxacin Hcl yang memiliki cara kerja
menghentikan pertumbuhan bakteri.
4) METRONIDAZOL
Metronidazole adalah obat antibiotik untuk mengobati
infeksi. Obat ini bekerja dengan cara menghentikan
pertumbuhan berbagai bakteri dan parasit. Antibiotik ini
hanya dapat mengobati infeksi bakteri dan parasit, sehingga
tidak digunakan untuk menangani infeksi virus, seperti
batuk pilek biasa atau flu.
5) ACYCLOVIR
Acyclovir adalah obat untuk mengatasi infeksi virus, seperti
cacar air, cacar ular, serta penyakit herpes.
6) COTRIMOXASOL

26
Cotrimoxasol adalah antibiotik kombinasi trimethoprim
80 mg dan sulfamethoxazole 400 mg. Obat ini digunakan
untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, seperti bronkitis, otitis media, dan infeksi saluran
kemih.
7) SPIRAMYCIN
Spiramycin adalah obat antibiotik makrolid yang digunakan
untuk mengatasi sejumlah infeksi bakteri. Selain infeksi
bakteri, spiramycin juga digunakan untuk mengobati infeksi
parasit Toxoplasma gondii (toksoplasmosis) pada wanita
hamil dan cryptosporidiosis pada individu dengan daya
tahan tubuh yang rendah.
8) NYSTATIN
Nystatin adalah obat yang digunakan untuk mengatasi
infeksi jamur, khususnya infeksi jamur Candida. Obat ini
dapat mengobati candidiasis yang terjadi pada rongga
mulut, tenggorokan, usus, dan
vagina. Nystatin merupakan obat antijamur yang bekerja
dengan cara merusak membran sel jamur
9) VALACICLOVIR
Valacyclovir adalah obat golongan antivirus yang
bermanfaat untuk menangani dan mencegah infeksi akibat
virus, seperti: Herpes zoster.
10) METRONIDAZOL, NYSTATIN
Metronidazole adalah obat antibiotik untuk mengobati
infeksi. Obat ini bekerja dengan cara menghentikan
pertumbuhan berbagai bakteri dan parasit. Antibiotik ini
hanya dapat mengobati infeksi bakteri dan parasit, sehingga
tidak digunakan untuk menangani infeksi virus, seperti
batuk pilek biasa atau flu.
11) DOXYCYCLINE
Doxycycline dapat mengatasi beragam penyakit akibat
infeksi bakteri, mulai dari infeksi bakteri di paru-paru,
saluran cerna, saluran kemih, mata, kulit, hingga infeksi
menular seksual, seperti sifilis. Obat ini juga dapat menjadi
pilihan untuk mengatasi dan mencegah anthrax.
2. Obat anti emetikum
1) DOMPERIDONE

27
Domperidone adalah obat untuk meredakan mual dan
muntah. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 10 mg, sirup,
dan drop. Dosis obat perlu disesuaikan dengan usia dan
kondisi yang diderita. Domperidone bekerja dengan
mempercepat gerakan saluran pencernaan, sehingga
makanan di dalam lambung lebih cepat menuju usus.
2) METOCLOPRAMIDE HCL
Metoclopramide adalah obat yang digunakan untuk
meredakan mual dan muntah yang bisa disebabkan oleh
penyakit asam lambung, efek samping dari prosedur bedah,
kemoterapi, atau radioterapi.
3) PROMETHAZINE
Obat ini bekerja dengan cara menghambat histamin untuk
meredakan reaksi alergi, serta mempengaruhi asetilkolin
dan bagian tertentu pada otak untuk meredakan mual, nyeri,
dan memberi efek penenang.
4) PRATHIAZINETHEOCLATE, PYRIDOXINEHCL
Obat ini untuk mencegah muntah-muntah setelah operasi,
muntah-muntah pada masa kehamilan dan muntah-muntah
dalam perjalanan.
3. Antiperetik analgenik
1) ASAM MEFENAMAT
Asam mefenamat atau mefenamic acid adalah obat yang
berfungsi untuk meredakan nyeri, seperti sakit gigi, sakit
kepala, dan nyeri haid. Asam mefenamat tersedia dalam
bentuk tablet 250 mg, tablet 500 mg, dan sirup
2) PARACETAMOL
Acetaminophen atau paracetamol adalah obat untuk
penurun demam dan pereda nyeri, seperti nyeri haid dan
sakit gigi. Paracetamol tersedia dalam bentuk tablet 500 mg
dan 600 mg, sirup, drop, suppositoria, dan
infus. Paracetamol bekerja dengan cara mengurangi
produksi zat penyebab peradangan, yaitu prostaglandin.
3) LIDOCAIN HCL
Lidocaine adalah obat yang digunakan untuk
menghilangkan rasa sakit atau memberi efek mati rasa pada
bagian tubuh tertentu untuk sementara. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat sinyal penyebab nyeri sehingga
mencegah timbulnya rasa sakit.
4) ASAM ASETILSALISILAT (ACETOSAL)

28
Acetosal atau aspirin adalah obat pengencer darah
atau obat yang digunakan untuk mencegah penggumpalan
darah. Sebagai pengencer darah, aspirin digunakan pada
penderita penyakit jantung koroner, serangan jantung,
penyakit arteri perifer, atau stroke.
5) NATRIUM DIKLOFENAK
Obat nyeri sendi mengandung zat yang diduga ampuh
dalam meredakan atau menghilangkan rasa sakit. Obat ini
bekerja dengan cara menghentikan produksi zat penyebab
rasa sakit.
4. Obat pendarahan
1) METHYLEROMETRIN
Methylergometrine adalah obat untuk mencegah serta
mengatasi perdarahan pascapersalinan
(postpartum). Obat ini juga bisa digunakan untuk mengatasi
perdarahan setelah keguguran
2) TRANEXAMIC ACID
Tranexamic acid atau Asam traneksamat adalah obat untuk
menghentikan perdarahan pada beberapa kondisi, seperti
mimisan yang tidak kunjung berhenti, menorrhagia, cedera,
prosedur cabut gigi, atau perdarahan pascaoperasi. Obat ini
tidak boleh digunakan sembarangan dan harus sesuai
dengan resep dokter.
5. Obat system endokrin
1) LEVONOGESTREL, ETHINYLESTRADIOL
Levonorgestrel/etinil estradiol adalah obat oral yang terdiri
dari kombinasi hormon progresteron dan estrogen. Obat ini
termasuk dalam golongan obat kontrasepsi oral kombinasi
dan kontrasepsi darurat yang digunakan untuk mencegah
kehamilan
2) MEDROXYPROGESTERONE
Obat ini bekerja dengan cara menggantikan hormon
progesteron karena tubuh tidak dapat menghasilkan hormon
tersebut dengan cukup. Biasanya obat ini digunakan untuk
mengatasi perdarahan rahim akibat pengaruh hormon yang
tidak seimbang, amenore sekunder, dan endometriosis.
3) LYNESTRENOL
Lynestrenol atau linestrenol adalah preparat hormon untuk
mengatasi gangguan siklus menstruasi dan
ovulasi. Lynestrenol mengandung progesteron buatan yang

29
juga dapat digunakan sebagai kontrasepsi oral atau pil KB
untuk mencegah kehamilan.
4) PROGETERONE
Progesteron adalah preparat hormon yang digunakan untuk
mengatasi gangguan siklus menstruasi dan ovulasi.
Preparat progesteron juga bisa digunakan dalam terapi
penggantian hormon bersama dengan estrogen, misalnya
pada saat menopause
5) NORETISTERONE
Norethisterone adalah obat dengan kandungan hormon
progesteron buatan untuk mengatasi beberapa kondisi,
seperti endometriosis, gangguan siklus menstruasi, serta
kanker payudara. Dalam dosis rendah, norethisterone juga
bisa digunakan untuk sebagai alat kontrasepsi.
6) CLOMIFENE CITRAT
Clomiphene citrate telah digunakan lebih dari 40 tahun dan
sering dipilih sebagai pilihan utama obat penyubur
kandungan. Obat penyubur kandungan ini menyebabkan
kelenjar pituitari dan hipotalamus pada otak melepaskan
hormon yang merangsang ovarium untuk memproduksi sel
telur.
6. Obat Saluran Pencernaan
1) LOPERAMIDE
operamide adalah obat untuk meredakan diare. Obat ini juga
bisa digunakan untuk mengurangi jumlah feses pada pasien
yang terpasang ileostomi, yaitu lubang pada dinding perut
sebagai pengganti anus. Loperamide bekerja dengan cara
memperlambat gerakan usus dan membuat feses menjadi
lebih padat.
2) CIMETIDIN
Cimetidine adalah obat untuk mengobati luka (ulkus) pada
lambung dan usus, penyakit asam lambung atau GERD ,
serta mengatasi penyakit yang terkait dengan asam lambung
berlebih, seperti sindrom Zollinger-
Ellison. Cimetidine hanya dapat digunakan dengan resep
dokter.
3) BISACODYL
Bisacodyl adalah obat untuk mengatasi sulit buang air besar
atau sembelit. Obat ini juga bisa digunakan untuk

30
membersihkan usus sebelum pemeriksaan medis atau
operasi.
4) RANITIDINE
Ranitidin adalah obat yang digunakan untuk menangani
gejala atau penyakit yang berkaitan dengan produksi asam
berlebih di dalam lambung. Produksi asam lambung yang
berlebihan dapat membuat memicu iritasi dan peradangan
pada dinding lambung dan saluran
pencernaan. Ranitidin akan menghambat sekresi asam
lambung berlebih.
5) ALUMUNIUM HIDRIXIDE, MAGNESIUM
CARBONAT, CALCIUM CARBONAT
Obat ini dapat mengurangi gejala yang berhubungan dengan
kelebihan asam lambung, tukak lambung, gastritis, tukak
usus dua belas jari, dengan gejala-gejala mual, nyeri
lambung, nyeri ulu hati, perasaan penuh pada lambung.
7. Dermatologi
(1) HYDROCORTISONE
Hydrocortisone merupakan antiinflamasi, antialergi, dan
antipruritus pada penyakit kulit. Menekan reaksi radang
pada kulit yang bukan disebabkan infeksi seperti eksim dan
alergi kulit seperti: dermatitis atopik, dermatitis kontak,
dermatitis alergik, pruritus anogenital, dan neurodermatitis.
(2) KETOCONAZOLE
Ketoconazole adalah obat untuk mengatasi infeksi
jamur. Obat ini berfungsi untuk mengatasi beragam jenis
infeksi jamur di kulit, seperti panu, kurap, kutu air, dan
infeksi jamur di bagian tubuh lain, seperti kandidiasis pada
vagina. Ketoconazole tersedia dalam bentuk krim 2%, tablet
200 mg, dan sampo.
8. Obat Saluran Pernapasan
1) DEXTROMETHORPHAN
Dextromethorphan adalah obat untuk meredakan batuk
kering yang muncul akibat infeksi tertentu. Obat ini tersedia
dalam bentuk tablet, sirop, dan permen pelega tenggorokan
(lozenges). Dextromethorphan bekerja dengan cara
menekan dorongan untuk batuk yang berasal dari otak.
2) SALBUTAMOL
Salbutamol adalah obat untuk mengatasi sesak napas akibat
penyempitan pada saluran udara pada paru-paru

31
(bronkospasme). Obat ini tersedia dalam bentuk hirup
(inhaler), tablet, dan sirop.
3) AMBROXOL
Ambroxol umumnya digunakan untuk mengatasi batuk
berdahak, maupun gangguan pernapasan lain akibat
produksi dahak yang berlebihan, seperti pada penyakit
bronkiektasis. Ambroxol membantu mengencerkan dahak
agar lebih mudah dikeluarkan dari tenggorokan saat batuk.
9. Obat Saluran Urogenital
1) OXYTOCIN
Oksitosin adalah preparat hormon oksitosin yang digunakan
untuk melancarkan proses persalinan. Obat ini tersedia
dalam bentuk cairan injeksi (suntikan) dan semprotan
hidung. Selain itu, oksitosin juga bisa memicu keluarnya
ASI.
10. Vitamin
1) ASAM FOLAT
Asam folat sangat berperan dalam mencegah terjadinya
kecacatan pada otak dan saraf, seperti anensefali atau spina
bifida. Nutrisi ini juga berperan penting dalam
pembentukan, perbaikan, dan fungsi DNA, yang akan
memengaruhi pertumbuhan plasenta dan perkembangan
janin.
2) EXT. PLAENTAE, CYANOCOBALAMIN (TABLET
SALUT GULA)
Cyanocobalamin, bentuk sintetik vitamin B12, digunakan
untuk menangani kasus defisiensi vitamin B12, seperti pada
anemia pernisiosa atau malabsorpsi vitamin
B12 lainnya. Vitamin B12 memiliki aktivitas hematopoietik
serta digunakan sebagai zat esensial dalam proses
metabolisme sel-sel darah, dan jaringan tubuh.
3) ZAT BESI
Untuk pengobatan pada defisiensi zat besi laten dan anemia
(gejala defisiensi zat besi). Terapi pencegahab defisiensi zat
besi selama masa kehamilan
4) CALCIUM LACTATE
CALCIUM LACTATE merupakan obat yang digunakan
untuk pengobatan kekurangan kalsium, serta memelihara
kesehatan tulang dan gigi.
5) DOCOSAHEXANOIC ACIS (DHA)

32
Docosahexanoic acid atau DHA adalah salah satu senyawa
asam lemak omega-3 yang penting untuk perkembangan
organ tubuh anak sejak dalam kandungan, khususnya otak
dan mata. DHA terkandung secara alami di dalam ASI dan
berbagai jenis ikan, seperti tuna, salmon, makarel, dan
sarden. Memelihara kesehatan wanita hamil, menyusui.
11. Vaksin
1) Vaksin Hepatitis A Vaksin ini berguna untuk melindungi
dari penyakit hepatitis A.
2) Vaksin Hepatitis B Vaksin ini berguna untuk mrncegah
penyakit Hepatitis B.
3) Vaksin Polio Vaksin ini berguna untuk melindungi dari
penyakit polio yang menyebabkan kelumpuhan.
4) Vaksin Campak Vaksin ini berguna untuk mencegah
penyakit campak.
5) Vaksin PCV ( Pneumococcal Conjugate Vaccine ) Vaksin
ini berguna untuk melindungi dari penyakit Invasive
Pneumococcal Disease ( IPD )
6) Vaksin Hibvaksin Vaksin ini berguna untuk melindungi dari
serangan meningitis,pneumonia, dan epiglotitis.
7) Vaksin MMR ( Mumps, Measles, Rubella ) Vaksin ini
berguna untuk melindungi dari campak, gondongan, dan
rubella ( campak Jerman).
8) Vaksin Influenza Vaksin ini berguna untuk melindungi dari
kemungkinan flu berat ( Virus Influenza ).
9) Vaksin Varicella Vaksin ini berguna untuk melindungi dari
penyakit cacar air.
10) Vaksin HPV ( Human Papilloma Virus ) Vaksin ini berguna
untuk melindungi dari virus Human Papilloma ( penyebab
kanker serviks ).
11) Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerin ) Vaksin ini
berguna untuk mencegah penyakit TBC.
12) Vaksin DPT ( Difteri, Pertusis, Tetanus ) Vaksin ini
berguna untuk melindungi dari Difteri ( infeksi tenggorokan
dan saluran pernafasan yang fatal ) , Pertusis ( batuk rejan)
dan Tetanus
i. Vaksin Tifoid Vaksin jni berguna untuk melindugi dari
penyakit tifus

33
2.2.4 Tanda-Tanda Keracunan Obat
Keracunan obat adalah kondisi yang disebabkan oleh
kesalahan dalam penggunaan obat, baik dosis yang berlebihan
maupun kesalahan dalam mengombinasikan obat. Gejala dan cara
mengatasi keracunan obat dapat berbeda tergantung pada jenis obat
yang dikonsumsi.
Keracunan obat biasanya terjadi pada pasien yang
mengonsumsi lebih dari satu jenis obat sehingga mengalami efek
interaksi obat, pada pasien lansia, anak-anak, atau orang yang
memiliki masalah kejiwaan.
Beberapa Gejala Umum yang dapat Muncul pada Seseorang
yang Mengalami Keracunan Obat adalah sebagai berikut:
1. Gangguan pencernaan, seperti mual, muntah atau muntah darah,
sakit perut, diare, dan perdarahan pada saluran cerna.
2. Nyeri dada.
3. Detak jantung lebih cepat (dada berdebar).
4. Sulit bernapas atau sesak napas.
5. Pusing atau sakit kepala.
6. Kejang.
7. Penurunan kesadaran, bahkan hingga koma.
8. Kulit atau bibir kebiruan.
9. Hilang keseimbangan.
10. Kebingungan atau gelisah.
11. Halusinasi.

34
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Obat ialah suatu bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosis. Selain
itu, obat juga berfungsi untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit yang berupa luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan. Obat juga dapat memperelok
atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.

Obat  adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi
yang dalam takaran (dosis) yang  tepat atau layak dapat menyembuhkan,
meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya.

3.2 Saran
Diharapkan para pembaca terutama mahasiswa jurusan kebidanan mampu
memahami, dan mengerti tentang Makalah perkuliahan dengan pokok
pembahasan “prosedur obat-obat yang lazim digunakan dalam pelayanan
kebidanan Dan khasiat masing-masing obat yang lazim digunakan dalam
pelayanan kebidanan”.

35
DAFTAR PUSTAKA

Bidan, Amel26. 2016. Persiapan Pemberian Obat

Cindy, Ulziana P. 2014. Konsep Dasar Pemberian Obat dan Cairan

Hidayat, AA & Uliyah, M.2008.Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk


Kebidanan. Salemba Medika.Jakarta.
Sholihin Miftahus. 2016. Obat-Obat dalam Kebidanan

Sunarsih & Ambarwati, RE.2011.KDPK KEBIDANAN Teori & Aplikasi.Nuha


Medika.Yogjakarta

Wirawan, R. P. (2009). Rehabilitasi stroke pada pelayanan kesehatan


primer. Majalah Kedokteran Indonesia, 59(2), 61-71.

36
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah perkuliahan dengan pokok pembahasan “Keterampilan Dasar


Klinik Kebidanan” telah dikoreksi oleh dosen pengampu dan telah dilakukan
revisi oleh tim.

Jakarta, 13 Januari 2021


Dosen pengampu

Dra. Elina Lukman, S.Kp., M.Kes

37

Anda mungkin juga menyukai