DISUSUN OLEH :
Kelompok 8
Maulina 2105902010026
Maghfira Ulfa Yanti 2205902010105
Siti Maisarah 2205902010038
Sawani 2105902010154
Azrai Nurahwi 2105902010057
Dosen Pengampuh :
Maiza Duana S.K.M.,M.KES
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena Rahmat
dan Hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep Primary Health Care (PHC)”. Makalah ini disusun guna memenuhi
salah satu persyaratan menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pengembangan dan
Pengorganisasian Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Teuku umar.
Penyusunan makalah ini diharapkan penulis dapat berguna bagi penulis
dan masyarakat, terutama bagi para mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku umar untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan
pembaca.
Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan,
bimbingan, doa serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, yang selalu memberikan doa restu, dukungan,
serta kasih sayang.
2. Ibu Maiza Duana selaku Dosen Mata Kuliah Pengembangan dan
Pengorganisasian Masyarakat yang telah memberi bimbingan dengan
baik.
3. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan,
pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diharapkan penulis untuk perbaikan dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua, khususnya mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat.
21 Oktober 2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Primary Health Care (PHC).............................................................................5
2.2 Perkembangan PHC Di Indonesia................................................................................10
2.3 Penerapan PHC Di Indonesia Melalui PKMD.............................................................11
2.4 Praktik Dan Dampak Model Locality Development Di Indonesia Terhadap
Masyarakat...................................................................................................................15
2.5 Aksi Sosial....................................................................................................................16
2.6 Konsep Teknologi Tepat Guna.....................................................................................18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan primer atau PHC merupakan pelayanan kesehatan essensial yang
dibuat dan bisa terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat.
Fokus dari pelayanan kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek
masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan
dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut serta mencapai
tujuan umum kesehatan yang lebih baik.
Akses ke pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan negara bertanggung
jawab untuk memenuhinya. Di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia, pelayanan
kesehatannya tumbuh menjadi industri yang tak terkendali dan menjadi tidak manusiawi.
Mengalami hal yang oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai “the commercialization of
healthcare in unregulated health systems”.Kondisi ini ditandai dengan maraknya
komersialisasi pelayanan dan pendidikan, yang dipicu oleh pembiayaan kesehatan yang
belum baik.
Setelah deklarasi Alma Ata (1978), program kesehatan menjadi gerakan politik
universal. Deklarasi ini telah menjadi tonggak sejarah peradaban manusia.Kesehatan diakui
sebagai hak asasi manusia tanpa memandang status sosial ekonomi, ras, dan
kewarganegaraan, agama,dan gender.
Sebagai hak asasi manusia, kesehatan menjadi sektor yang harus diperjuangkan,serta
mengingatkan bahwa kesehatan berperan sebagai alat pembangunan sosial,dan bukan sekadar
hasil dari kemajuan pembangunan ekonomi semata.
Kesadaran ini melahirkan konsep primary health care (PHC) yang intinya: Pertama,
menggalang potensi pemerintah- swasta-masyarakat lintas sektor, mengingat kesehatan
adalah tanggung jawab bersama. Kedua, menyeimbangkan layanan kuratif dan preventif serta
menolak dominasi elite dokter yang cenderung mengutamakan pelayanan rumah sakit,
peralatan canggih, dan mahal. Ketiga, memanfaatkan teknologi secara tepat guna pada setiap
tingkat pelayanan. Berbagai negara di belahan dunia, seperti di Uni Eropa, Amerika Latin,
serta di beberapa negara Asia, berhasil menata kembali sistem kesehatannya dengan kembali
menerapkan primary health care (PHC) sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan.
2.1.1 DEFINISI PHC
Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum
baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka
sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self
reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).
Pelayanan Kesehatan Primer / PHC merupakan strategi yang dapat dipakai untuk
menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC
menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang
diberikan adalah essensial bisa diraih, dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian
yang disertai percaya pada diri sendiri disertai partisipasi masyakarat dalam menentukan
sesuatu tentang kesehatan.
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip PHC sebagai
pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC
sebagai berikut :
1. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan primer dan
layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat harus
diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta,
warna, lokasi perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
2. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segalausaha, pekerjaan dan
kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta individu
agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
3. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan diterima
budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold storage).
4. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari
lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat adalah
proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab atas kesehatan mereka
sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas untuk
berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang
identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan.
Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat
pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan atau desa karena
masalah heterogenitas yang minim.
5. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
1. Asuransi kesehatan
2. Pos obat desa (POD)
3. Tanaman obat keluarga (TOGA)
4. Pos kesehatan
5. Kemitraan dengan sector diluar kesehatan
6. Peningkatan pemberdayaan masyarakat
7. Upaya promotif dan preventif
8. Pelayanan kesehatan dasar
9. Tenaga kesehatan sukarela
10. Kader kesehatan
11. Kegiatan peningkatan pendapatan (perkreditan, perikanan, industri rumah tangga)
1. Pemeliharaan kesehatan
2. Pencegahan penyakit
3. Diagnosis dan pengobatan
4. Pelayanan tindak lanjut
5. Pemberian sertifikat
Dalam hal ini masyarakat jika tidak dapat memecahkan masalah atau kebutuhannya
sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh sector yang bersangkutan.
3. Wadah kegiatan PKMD
Kegiatan OKMD merupakan bagian bagian integral dari pembangunan desa, sedangkan
wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa adalah LKMD(Lembaga Ketahanan
Masyarakat desa), maka dengan sendirinya wadah kegiatan PKMD adalah LKMD. Sesuai
surat keputusan presidan Nomor: 28 tentang” penyempurnaan dan penempatan fungsi
lembaga swadaya desa menjadi LKMD. Maka pada dasaranya LKMD merupakan wadah
partisipasi masyarakatdalam pembangunan desa.
Pembangunan PKMDyang bersifat lintas sektoral dengan sendirinya merupakan bagian
dari tugas tim pembinaan LKMD.
4. Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD
1) Masyarakat perlu dikembangkan pengertian yang benar tentang kesehatan dan tentang
programan-perograman yang dilaksanakan pemerintah.
2) Masyarakat perlu dikembangkan kesadaranya akan potensi dan sumber daya yang
memiliki serta harus dikembangkan dan dibina kemampuan dadan keberanianya,
untuk berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkamutu hidup dan
kesejahteraan mereka.
3) Sikap mental pihak penyelenggaraan pelayanan perlu dipersiapkan terlebih dahulu
agar dapat menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk
menolong diri mereka sendiri, dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan
mereka.
4) Harus ada kepekaan dari pada para Pembina untuk memahami aspirasi yang tumbuh
dimasyarakat dan dapat berperan secara wajar dan tepat.
5) Harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinamis dan berkesinambungan baik antara
Pembina maupun antara Pembina dengan masyarakat, sehingga muncul arus
pemikiran yang mendukung kegiatan PKMD.
5. Strategi pembinaan
Pertolongan pada kasus krgawatan obstetric neonatal sacara tepat akan mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Seperti telah diketahui bahwa
penyebab terbanyak kematian ibu (90%)disebabkan oleh komplikasi obstetri,seperti pre-
eklampsia/eklampsia, perdarahan, infeksi, dan partus macet. Untuk itulah departemen
kesehatan melaksanakan berbagai program untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi serta mengupayakan pelayanan tersebut sedekat mungkin pada ibu hamil.
Dengan demikian upaya PONED merupakan rerobosan pelayanan kessehatan pada ibu
supaya pemerintah mampu mendekatkan pelayanan kegawwatdaruratan obstetri mungkin
pada masyarakat. Dengan cara itu pemerintah mampu memcegah keterlambatan dalam
pertolongan dan keterlambatan dalam merujuk kasus-kasus kegawatdaruratan obstetric dan
neonatal. PONED juga dilakukan dalam rangka upaya penyampaian tiga pesan kunci Making
Pregnancy Safer (MPS), yaitu:
1. setiap persalinan harus ditolong oleh tangan kesehatan terlatih,
2. setiap komplikasi obstetri memndapat pelayanan oleh tenaga kesehatan terlatih dan
3. setiap wanita subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Oleh karena itu didalam konsep PONED setiap tenaga kesehatan di unit pelayanan
kesehatan dasar, khususnya puskesmas rawat inap harus dapat memberikan pelayanan yang
tertampil dalam pelayanan komplikasi obstetri dan neonatal yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
Adapun PONEK adalah pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal emergency
komprehensif. Artinya bahwa setiap tenaga kesehatan di unit pelayanan menengah,
khususnya rumah sakit tingkat kabupaten harus dapat memberikan pelayanan yang terampil
dalam penanganan kasus rujukan komplikasi obstetri dan neonatal dari unit pelayanan dasar,
sehingga tidak terjadi keterlambatan pertolongan di tingkat pelayanan rujukan yang
seharusnya mampu menangani kasus-kasus komplikasi obstetri.
Pendiri IDEO, Kelley and Kelley, mendefinisikan design thinking sebagai sebuah cara
penemuan kebutuhan manusia dan menciptakan solusi dengan menggunakan alat-alat
dan pola pikirpola pikir praktisi desain/desainer.
2. PRA (Participatory Rural Appraisal)
Teknik ini merupakan seperangkat alat yang dapat mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi secara aktif dalam rangka meningkatkan dan menganalisa pengetahuan.
3. ABCD (Asset-Based Community Development)
Dalam teknik asset-based community development,fokus utama ada pada
pemanfaatan asset danpotensi yang ada di sekitar dan di lingkungan komunitas atau
masyarakat.
4. PAR (Participatory Action Research)
Participatory Action Research merupakan sebuah teknik sistematis untuk
mengumpulkan dan menganalisis data yang ada dalam komunitas atau masyarakat
untuk mengambil Tindakan dan membuat perubahan dengan menggunakan
pengetahuan praktis
Aksi sosial adalah suatu kegiatan yang terkoordinasikan untuk mencapai tujuan
perubahan kelembagaan dalamrangka memenuhi kebutuhan, memecahkan
masalah,mengoreksi ketidak adilan atau meningkatkan kualitas hidup manusia. Terjadi atas
inisiatif dari tenaga profesional di bidang kesejahteraan sosial, ekonomi,politik, agama,
militer, orang-orang yang secara langsung terkena masalah (Drs. Hudri : EnsiklopediaMini
Pekerjaan Sosial)
Aksi sosial adalah usaha-usaha untuk mengadakan perubahan atau pencegahan
terhadap praktek dalam situasi sosial yang telah ada didalam masyarakat melalui pendidikan,
propa ganda, persuasi atau pertukaran melalui tujuan yang dianggap baik oleh perencana
aksisosial.
Teknologi tepat guna dapat memiliki hubungan yang erat dengan pelayanan kesehatan
primer (primary health care) dalam beberapa cara:
1. Akses Pelayanan: Teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan primer. Misalnya, melalui telemedicine dan aplikasi
kesehatan, pasien dapat berkonsultasi dengan tenaga medis tanpa harus datang
langsung ke fasilitas kesehatan.
2. Manajemen Informasi: Teknologi dapat membantu dalam pengelolaan informasi
pasien, catatan kesehatan, dan pengingat jadwal pemeriksaan. Ini memungkinkan
penyedia layanan kesehatan primer untuk memberikan perawatan yang lebih
terkoordinasi dan efektif.
3. Pendidikan dan Pelatihan: Teknologi dapat digunakan untuk memberikan pelatihan
dan edukasi kepada petugas kesehatan primer. Ini membantu mereka tetap terkini
dengan perkembangan medis dan praktik terbaik.
4. Monitoring Kesehatan: Alat teknologi seperti perangkat wearable (misalnya,
pemantau detak jantung) dapat digunakan untuk memantau kondisi kesehatan pasien
secara terus-menerus. Ini membantu dalam deteksi dini masalah kesehatan dan
manajemen penyakit kronis.
5. Pengelolaan Persediaan dan Logistik: Teknologi dapat digunakan untuk
mengoptimalkan pengelolaan persediaan obat dan peralatan medis di fasilitas
pelayanan kesehatan primer, memastikan ketersediaan yang cukup.
Dengan memanfaatkan teknologi tepat guna, pelayanan kesehatan primer dapat menjadi
lebih efisien, efektif, dan dapat diakses oleh lebih banyak orang, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman dalam pembangunan
kesehatan dibanyak negara yang diawali dengan kampanye masal pada tahun 1950-an dalam
pemberantasan penyakit menular, karena pada waktu itu banyak negara tidak mampu
mengatasi dan menaggulangi wabah penyakit TBC, Campak, Diare dan sebagainya.
Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum
baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka
sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapatterjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setiap tingkatperkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self
reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).
Lima prinsip PHC sebagai berikut :
1. Pemerataan upaya kesehatan
2. Penekanan pada upaya preventif
3. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
4. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
5. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
DAFTAR PUSTAKA