Anda di halaman 1dari 19

KONSEP PRIMARY HEALTH CARE (PHC)

DISUSUN OLEH :
Kelompok 8
Maulina 2105902010026
Maghfira Ulfa Yanti 2205902010105
Siti Maisarah 2205902010038
Sawani 2105902010154
Azrai Nurahwi 2105902010057

Dosen Pengampuh :
Maiza Duana S.K.M.,M.KES

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena Rahmat
dan Hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep Primary Health Care (PHC)”. Makalah ini disusun guna memenuhi
salah satu persyaratan menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pengembangan dan
Pengorganisasian Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Teuku umar.
Penyusunan makalah ini diharapkan penulis dapat berguna bagi penulis
dan masyarakat, terutama bagi para mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku umar untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan
pembaca.
Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan,
bimbingan, doa serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, yang selalu memberikan doa restu, dukungan,
serta kasih sayang.
2. Ibu Maiza Duana selaku Dosen Mata Kuliah Pengembangan dan
Pengorganisasian Masyarakat yang telah memberi bimbingan dengan
baik.
3. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan,
pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diharapkan penulis untuk perbaikan dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua, khususnya mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat.

21 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Primary Health Care (PHC).............................................................................5
2.2 Perkembangan PHC Di Indonesia................................................................................10
2.3 Penerapan PHC Di Indonesia Melalui PKMD.............................................................11
2.4 Praktik Dan Dampak Model Locality Development Di Indonesia Terhadap
Masyarakat...................................................................................................................15
2.5 Aksi Sosial....................................................................................................................16
2.6 Konsep Teknologi Tepat Guna.....................................................................................18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sebelum Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Perawatan Kesehatan Utama (PHC),
Indonesia telah mengembangkan berbagai bentuk Puskesmas di beberapa daerah.
Berdasarkan penelitian pada tahun 1976 diketahui bahwa 200 masyarakat kegiatan kesehatan
berbasis (CBHA) telah diterapkan dandilaksanakan dalam masyarakat
Seiring waktu, Puskesmas telah berkembang pesat dalam berbagai bentuk CBHA dan
salah satu dari itu dicatat sebagai Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Aktivitas itu meliputi
lima program utama, yaitu keluargaperencanaan, kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi,
imunisasi dan diare pencegahan. Selain Posyandu, ada rumah sakit bersalin desa (VMH) yang
dikelola oleh bidan desa sebagai cara untuk membuat kesehatan ibu dan anak dekat dengan
masyarakat jasa
CBHA dapat tumbuh secara progresif karena didukung oleh pusat kesehatan. Namun,
CBHA pergi ke penurunan ketika krisis moneter pada tahun 1997 meledak yang
mengakibatkan multi-dimensi krisis. Krisis menciptakan reformasi total dalam banyak aspek,
termasuk di sektor kesehatan. Meskipun penting, desentralisasi menguasai aspek yang paling
pembangunan, Termasuk sektor kesehatan. Ini telah benar-benar mengubah model
perencanaan, yang sebelumnya adalah sentralisasi menjadi tergantung pada masing-masing
kabupaten. Ini memiliki implikasi pada prioritas pengaturan masing-masing kabupaten.
Banyak perhatian lebih pada pemerintah daerah aspek kuratif daripada promotif dan
tindakan pencegahan. Setelah euforia demokrasi berakhir, semua sektor termasuk kesehatan
mulai menghidupkan kembali dan merevisi prioritas mereka untuk skala yang lebih baik.
Pada tingkat visi misi pusat dan nilai-nilai Depkes dirumuskan dan dijelaskan ke 4 strategi
utama yaitu:
1. Untuk mengaktifkan dan memberdayakan masyarakat hidup sehat
2. Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan berkualitas
3. Untuk meningkatkan sistem informasi surveilans, monitoring dan kesehatan
4. Untuk meningkatkan pembiayaan kesehatan
Semua strategi di atas terkait dengan Primary Health Care, dua yang pertama pada
nomor 1 dan 2 erat terkait dengan perawatan kesehatan primer. Hal itu menunjukkan peran
pentingnya Primary Health Care dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Oleh karena itu, maka kami membuat makalah ini untuk membuka wawasan pembaca
mengenai konsep dasar sebenarnya dari Primary Health Care itu sendiri dan membahas
pengimplementasiannya di Negara Indonesia khususnya di tengah masyarakat sekitar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Konsep Primary Health Care (PHC).
2. Perkembangan Primary Health Care (PHC) di Indonesia.
3. Kaitan teknologi tepat guna dengan PHC
4. Bagaimana konsep PKMD
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui konsep Primary Health Care (PHC) secara umum.
2. Untuk mengetahui latar belakang Primary Health Care (PHC)
3. Mengetahui apa saja yang harus diterapkan pada masyarakat dalam pembangunan
PKMD
4. Menjelaskan kepada pembaca tentang penggerakan peran serta masyarakat melalui
pembangunan kesehatan masyarakat desa
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP PRIMARY HEALTH CARE (PHC)

Pelayanan kesehatan primer atau PHC merupakan pelayanan kesehatan essensial yang
dibuat dan bisa terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat.
Fokus dari pelayanan kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek
masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan
dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut serta mencapai
tujuan umum kesehatan yang lebih baik.
Akses ke pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan negara bertanggung
jawab untuk memenuhinya. Di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia, pelayanan
kesehatannya tumbuh menjadi industri yang tak terkendali dan menjadi tidak manusiawi.
Mengalami hal yang oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai “the commercialization of
healthcare in unregulated health systems”.Kondisi ini ditandai dengan maraknya
komersialisasi pelayanan dan pendidikan, yang dipicu oleh pembiayaan kesehatan yang
belum baik.
Setelah deklarasi Alma Ata (1978), program kesehatan menjadi gerakan politik
universal. Deklarasi ini telah menjadi tonggak sejarah peradaban manusia.Kesehatan diakui
sebagai hak asasi manusia tanpa memandang status sosial ekonomi, ras, dan
kewarganegaraan, agama,dan gender.
Sebagai hak asasi manusia, kesehatan menjadi sektor yang harus diperjuangkan,serta
mengingatkan bahwa kesehatan berperan sebagai alat pembangunan sosial,dan bukan sekadar
hasil dari kemajuan pembangunan ekonomi semata.
Kesadaran ini melahirkan konsep primary health care (PHC) yang intinya: Pertama,
menggalang potensi pemerintah- swasta-masyarakat lintas sektor, mengingat kesehatan
adalah tanggung jawab bersama. Kedua, menyeimbangkan layanan kuratif dan preventif serta
menolak dominasi elite dokter yang cenderung mengutamakan pelayanan rumah sakit,
peralatan canggih, dan mahal. Ketiga, memanfaatkan teknologi secara tepat guna pada setiap
tingkat pelayanan. Berbagai negara di belahan dunia, seperti di Uni Eropa, Amerika Latin,
serta di beberapa negara Asia, berhasil menata kembali sistem kesehatannya dengan kembali
menerapkan primary health care (PHC) sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan.
2.1.1 DEFINISI PHC

Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum
baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka
sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self
reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).
Pelayanan Kesehatan Primer / PHC merupakan strategi yang dapat dipakai untuk
menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC
menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang
diberikan adalah essensial bisa diraih, dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian
yang disertai percaya pada diri sendiri disertai partisipasi masyakarat dalam menentukan
sesuatu tentang kesehatan.

2.1.2 UNSUR UTAMA PHC


Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai berikut :

a. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan


b. Melibatkan peran serta masyarakat
c. Melibatkan kerjasama lintas sektoral

2.1.3 PRINSIP PHC

Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip PHC sebagai
pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC
sebagai berikut :
1. Pemerataan upaya kesehatan

Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan primer dan
layanan lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat harus
diberikan sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta,
warna, lokasi perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
2. Penekanan pada upaya preventif

Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segalausaha, pekerjaan dan
kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta individu
agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
3. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan

Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan diterima
budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold storage).
4. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian

Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari
lokal, nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat adalah
proses di mana individu dan keluarga bertanggung jawab atas kesehatan mereka
sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas untuk
berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang
identifikasi kebutuhan atau selama pelaksanaan.
Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat
pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan atau desa karena
masalah heterogenitas yang minim.
5. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan

Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya


dalam sektor kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam
mempromosikan kesehatan dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup,
sekurang-kurangnya: pertanian (misalnya keamanan makanan), pendidikan,
komunikasi (misalnya menyangkut masalah kesehatan yang berlaku dan metode
pencegahan dan pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan umum (misalnya
menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi dasar) ; pembangunan
perdesaan; industri; organisasi masyarakat (termasuk Panchayats atau pemerintah
daerah ,organisasi-organisasi sukarela , dll).

2.1.4 PROGRAM-PROGRAM PHC


Program – program PHC antara lain :

1. Asuransi kesehatan
2. Pos obat desa (POD)
3. Tanaman obat keluarga (TOGA)
4. Pos kesehatan
5. Kemitraan dengan sector diluar kesehatan
6. Peningkatan pemberdayaan masyarakat
7. Upaya promotif dan preventif
8. Pelayanan kesehatan dasar
9. Tenaga kesehatan sukarela
10. Kader kesehatan
11. Kegiatan peningkatan pendapatan (perkreditan, perikanan, industri rumah tangga)

Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :


1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya
2. Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
5. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8. Penyediaan obat-obat essensial

2.1.5 TUJUAN PHC


1. TUJUAN UMUM

Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan


sehingga akan dicapai tingkat kepuasaan pada masyarakat yang menerima pelayanan.
2. TUJUAN KHUSUS
1. pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
2. pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dialami
3. pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
4. pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya
lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

2.1.6 RUANG LINGKUP PHC

1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara


2. pencegahan penyakit serta pengendaliannya.
3. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
4. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
5. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
6. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
7. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
8. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
9. Penyediaan obat-obat essensial.

2.1.7 CIRI-CIRI PHC

1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat


2. Pelayanan yang menyeluruh
3. Pelayanan yang terorganisasi
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5. Pelayanan yang berkesinambungan
6. Pelayanan yang progresif
7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

2.1.8 FUNGSI PHC


PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Pemeliharaan kesehatan
2. Pencegahan penyakit
3. Diagnosis dan pengobatan
4. Pelayanan tindak lanjut
5. Pemberian sertifikat

2.2 PERKEMBANGAN PHC DI INDONESIA

PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman dalam pembangunan


kesehatan dibanyak Negara yang diawali dengan kampanye masal pada tahun 1950-an dalam
pemberantasanpenyakit menular, karena pada waktu itu banyak Negara tidak mampu
mengatasi dan menaggulangiwabah penyakit TBC, Campak, Diare dsb.
Pada tahun 1960 teknologi Kuratif dan Preventif dalam struktur pelayanan kesehatan
telahmengalami kemajuan. Sehingga timbulah pemikiran untuk mengembangkan konsep
”Upaya DasarKesehatan ”.
Pada tahun 1972/1973, WHO mengadakan studi dan mengungkapkan bahwa banyak
negaratidak puas atas sistem kesehatan yang dijalankan dan banyak issue tentang kurangnya
pemerataanpelayanan kesehatan di daerah – daerah pedesaan. Akhirnya pada tahun 1977
dalam SidangKesehatan Sedunia ( World Health Essembly ) dihasilkan kesepakatan ”Health
For All by The Year 2000 atau Kesehatan Bagi Semua Tahun 2000 dengan Sasaran Semesta
Utamanya adalah :”Tercapainya Derajat Kesehatan yang Memungkinkan Setiap Orang Hidup
Produktif Baik SecaraSoial Maupun Ekonomi”.
Oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan perubahanorientasi dalam
pembangunan kesehatan yang meliputi perubahan – perubahan dari :
1. Pelayanan Kuratif ke Promotif dan Preventif
2. Daerah Perkotaan ke Pedesaan
3. Golongan Mampu ke Golongan Masyarakat Berpenghasilan Rendah
4. Kampanya Massal ke Upaya Kesehatan terpadu.
2.3. PENERAPAN PHC DI INDONESIA MELALUI PKMD
2.3.1. Definisi PKMD

Pembangunan kesehatn masyarakat desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan


masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka
menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhanya dibidang
kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.
PKMD adalah kegiatan yang dilakuakn oleh masyarakat dari masyarakat untuk masyarakat.
Pengembanagan dan pembinaanyang dilakukan oleh pemerintah adalah suatu pendekatan,
buku program yang berdiri sendiri.

2.3.2. Tujuan PKMD


1) Tujuan umum

Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang


kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.
2) Tujuan khusus

1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk menolong


diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka.
2. Mengembangkan kemampuan dan prakarsamasyarakat untuk berperan secara aktif
dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
3. Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu, trmpil
serta brperan aktif dalam kegiatan pembangunan desa.
4. Meningkatkan kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indicator:
a. Anggka kesakitan menurun
b. Angka kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan anak
c. Angka kelahiran menurun.
d. Menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita.

2.3.3. Ciri- ciri PKMD

1. Kegiatan dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemempuan prakarsa masyarakat sendiri,


dalam arti bahwakegiatan dimulai dengan kegiatan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang memang dirasakan oleh masyarakat sendirisebagai kebutuha.
2. Perencanan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat secara musyawara dan mufakat.
3. Pelaksanaan kegiatan berdasarkan pada peran serta aktif dan swadaya masyarakat
dalam arti memanfaatkan secara optimal kemampuan dan sumber daya yang dimiliki
masyarakat.
4. Masukan darui luar hanya bersifat memacu, melengkapi dan menunjang tidak
mengakibatkan ketergantungan
5. Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga masyarakat setempat.
6. Memanfaatkan teknologi tepat guna.
7. Kegiatan yang dilakukan sekurang-kurangnya mencakupsalah satu dari 8 unsur PHC.

2.3.4. Prinsip-prinsip PKMD

1. Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegitan yang memenuhi kebutuhan


masyarakat setempat walaupun kegiatan tersebutbukan merupakan kegiatan kesehatan
secara langsung. Ini berarti bahwa kegiatan tidak hanya terbatas pada aspek kegiatan
saja, melainkan juga mencakup aspek-aspek kehidupan lainnya yang secara tidak
langsung peningkatan taraf kesehatan.
2. Dalam membina kegiatan masyarakat diperlukan kerjasama yang baik:
a. Antar dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga lainnya yang bersangkutan.
b. Antar dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga tersebut dengan masyarakat.

Dalam hal ini masyarakat jika tidak dapat memecahkan masalah atau kebutuhannya
sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh sector yang bersangkutan.
3. Wadah kegiatan PKMD

Kegiatan OKMD merupakan bagian bagian integral dari pembangunan desa, sedangkan
wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa adalah LKMD(Lembaga Ketahanan
Masyarakat desa), maka dengan sendirinya wadah kegiatan PKMD adalah LKMD. Sesuai
surat keputusan presidan Nomor: 28 tentang” penyempurnaan dan penempatan fungsi
lembaga swadaya desa menjadi LKMD. Maka pada dasaranya LKMD merupakan wadah
partisipasi masyarakatdalam pembangunan desa.
Pembangunan PKMDyang bersifat lintas sektoral dengan sendirinya merupakan bagian
dari tugas tim pembinaan LKMD.
4. Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD
1) Masyarakat perlu dikembangkan pengertian yang benar tentang kesehatan dan tentang
programan-perograman yang dilaksanakan pemerintah.
2) Masyarakat perlu dikembangkan kesadaranya akan potensi dan sumber daya yang
memiliki serta harus dikembangkan dan dibina kemampuan dadan keberanianya,
untuk berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkamutu hidup dan
kesejahteraan mereka.
3) Sikap mental pihak penyelenggaraan pelayanan perlu dipersiapkan terlebih dahulu
agar dapat menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk
menolong diri mereka sendiri, dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan
mereka.
4) Harus ada kepekaan dari pada para Pembina untuk memahami aspirasi yang tumbuh
dimasyarakat dan dapat berperan secara wajar dan tepat.
5) Harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinamis dan berkesinambungan baik antara
Pembina maupun antara Pembina dengan masyarakat, sehingga muncul arus
pemikiran yang mendukung kegiatan PKMD.
5. Strategi pembinaan

1. Tim pembinaan PKMD dimasing-masing tingkat sekaligus dijadikan sebagai forum


koordinasi dimasing-masing tingkat.
2. Setiap kegiatan partisipasi masyarakat yang akan dipromosikan oleh salah satu sector,
terlebih dahulu dibahas dalam forum kooordinasi, untuk memungkinkan bantuan dari
sector-sektor lain untuk menghindari tumpang tindih.
3. Jenis bantuan apapun yang akan dijalankan harus sesalu berdasarkan pada proporsi
kebutuhan masyarakat setempat.
4. Seluruh tahap kegiatan, mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, penilaian,
pembinaan sampai pada perluasan, dilakukankan oleh masyarakat sendiri dan dimana
perlu dibantu oleh pemerintah secara lintas program dan lintas secara sektoral.
5. Wadah kegiatan PKMD adalah lembaga ketahanan masyarakkat desa (LKMD) sesuai
surat keputusan presiden Nomor. 28 tentang ”penyempurnaan dan penetapan fungsi
lembaga swadaya desa menjadi LKMD. Maka pada dasarnya LKMD merupakan
wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.
6. Mekanisme pembinaan peran serta masyarakat dalam PKMD

Untuk mengenal masalah dan kebutuhan mereka sendiri, masyarakat mendapatkan


bimbingan dan motivasi dari puskesmas yang bekerjasama dengan sector-sektor yang
bersangkutan.
Dalam hal ini masalahdan kebutuhan masyarakat tidak mungkin diatasi sendiri, maka
pelayanan langsung diberikan oleh puskesmas dan atau sector yang bersangkutan. Bagian
dari mekanisme pemetaan PKMD dapat dilihat sebagai berikut :
-PONED DAN PONEK

PONED adalah pelayanan kegawatdaruratan obstetric neonatal esensial dasar, yang


dilakukan pada tingkat pelayanan primer.komponen didalam PONED adalah agar pada
tingkat pelayanan primer mampu memberikan pertolongan kegawatdaruratan pada kasus-
kasus:
1. infeksi nifas.
2. perdarahan post partum.
3. pre-eklampsia dan eklampsia.
4. distosia bahu dan ekstraksi vakum.
5. resusitasi neonates.

Pertolongan pada kasus krgawatan obstetric neonatal sacara tepat akan mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Seperti telah diketahui bahwa
penyebab terbanyak kematian ibu (90%)disebabkan oleh komplikasi obstetri,seperti pre-
eklampsia/eklampsia, perdarahan, infeksi, dan partus macet. Untuk itulah departemen
kesehatan melaksanakan berbagai program untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi serta mengupayakan pelayanan tersebut sedekat mungkin pada ibu hamil.
Dengan demikian upaya PONED merupakan rerobosan pelayanan kessehatan pada ibu
supaya pemerintah mampu mendekatkan pelayanan kegawwatdaruratan obstetri mungkin
pada masyarakat. Dengan cara itu pemerintah mampu memcegah keterlambatan dalam
pertolongan dan keterlambatan dalam merujuk kasus-kasus kegawatdaruratan obstetric dan
neonatal. PONED juga dilakukan dalam rangka upaya penyampaian tiga pesan kunci Making
Pregnancy Safer (MPS), yaitu:
1. setiap persalinan harus ditolong oleh tangan kesehatan terlatih,
2. setiap komplikasi obstetri memndapat pelayanan oleh tenaga kesehatan terlatih dan
3. setiap wanita subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Oleh karena itu didalam konsep PONED setiap tenaga kesehatan di unit pelayanan
kesehatan dasar, khususnya puskesmas rawat inap harus dapat memberikan pelayanan yang
tertampil dalam pelayanan komplikasi obstetri dan neonatal yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
Adapun PONEK adalah pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal emergency
komprehensif. Artinya bahwa setiap tenaga kesehatan di unit pelayanan menengah,
khususnya rumah sakit tingkat kabupaten harus dapat memberikan pelayanan yang terampil
dalam penanganan kasus rujukan komplikasi obstetri dan neonatal dari unit pelayanan dasar,
sehingga tidak terjadi keterlambatan pertolongan di tingkat pelayanan rujukan yang
seharusnya mampu menangani kasus-kasus komplikasi obstetri.

2.4. Praktik Dan Dampak Model Locality Development Di Indonesia Terhadap


Masyarakat
2.4.1. Definisi Community development

Community development merupakan proses,usaha, atau kegiatan pengembangan


masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih baik dari sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan
dalam rangka pengembangan masyarakat juga bisa berguna sebagai pendorong usaha
masyarakat atau komunitas untuk mengorganisasikan dirinya dalam melaksanakan kegiatan
dalam rangka mencapai tujuan yaitu kesejahteraan mereka sendiri.
Model locality development sesuai dengan prinsip pekerjaan sosial yaitu help people
to help themselves (Delph and Envision Pass 2019).Oleh karena itu, peran sebagai
community development worker dapat juga dilakukan oleh pekerja sosial bersertifikat. Peran
CD Worker dan pekerja sosial dalam model locality development adalah sebagai enabler,
fasilitator, catalyst,koordinator, atau guru. Daripada menyelesaikan masalah-masalah tertentu
di suatu wilayah,tujuan dari model locality development adalah untuk membantu komunitas
meningkatkan dan menambah kapasitas mereka untuk dapat mengatasi isu atau masalah
komunitas melalui penggunaan proses pemecahan masalah yang bisa digunakan ke dalam
beragam isu atau masalah.
Dalam locality development, partisipasi komunitas atau masyarakat sangat
ditekankan. Dibutuhkan teknik sebagai cara dan pendukung usaha pemberdayaan masyarakat
agar hasil dan dampak dapat tercapai sesuai tujuan yang diinginkan, yang salah satunya
adalah kemandirian dan keberlanjutan dari komunitas atau masyarakat itu sendiri. Tanpa
teknik, hasil atau dampak yang diinginkan atau yang telah tercapai sulit untuk terus
dipelihara.
Beberapa teknik yang ada, yang telah digunakan sebagai alat dalam praktik locality
development dari keempat artikel di atas, di antaranya adalah:
1. Design Thinking

Pendiri IDEO, Kelley and Kelley, mendefinisikan design thinking sebagai sebuah cara
penemuan kebutuhan manusia dan menciptakan solusi dengan menggunakan alat-alat
dan pola pikirpola pikir praktisi desain/desainer.
2. PRA (Participatory Rural Appraisal)

Teknik ini merupakan seperangkat alat yang dapat mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi secara aktif dalam rangka meningkatkan dan menganalisa pengetahuan.
3. ABCD (Asset-Based Community Development)
Dalam teknik asset-based community development,fokus utama ada pada
pemanfaatan asset danpotensi yang ada di sekitar dan di lingkungan komunitas atau
masyarakat.
4. PAR (Participatory Action Research)
Participatory Action Research merupakan sebuah teknik sistematis untuk
mengumpulkan dan menganalisis data yang ada dalam komunitas atau masyarakat
untuk mengambil Tindakan dan membuat perubahan dengan menggunakan
pengetahuan praktis

2.5. Aksi Sosial (Social Action)


2.5.1. Defini Social Action

Aksi sosial adalah suatu kegiatan yang terkoordinasikan untuk mencapai tujuan
perubahan kelembagaan dalamrangka memenuhi kebutuhan, memecahkan
masalah,mengoreksi ketidak adilan atau meningkatkan kualitas hidup manusia. Terjadi atas
inisiatif dari tenaga profesional di bidang kesejahteraan sosial, ekonomi,politik, agama,
militer, orang-orang yang secara langsung terkena masalah (Drs. Hudri : EnsiklopediaMini
Pekerjaan Sosial)
Aksi sosial adalah usaha-usaha untuk mengadakan perubahan atau pencegahan
terhadap praktek dalam situasi sosial yang telah ada didalam masyarakat melalui pendidikan,
propa ganda, persuasi atau pertukaran melalui tujuan yang dianggap baik oleh perencana
aksisosial.

2.5.2. Tujuan dan sasaran Aksi Sosial (Social Action)


Adalah perubahan fundamental dalam kelembagaan danstruktur masyarakat melaui
proses pendistribusiankekuasaan, sumber dan pengambilan keputusan.Pendekatan aksi sosial
didasari suatu pandangan bahwamasyarakat adalah sistem klien yang sering kali menjadi
“korban”
ketidakadilan struktur Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses dan tujuanhasil.
Masyarakat diorganisir melalui penyadaran,pemberdayaan dan tindakan aktual untuk
mengubahstruktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsipdemokrasi, kemerataan dan
keadilan.
2.5.3. Tektik-teknik Aksi Sosial
1. Aksi legal (Legal action)

Model ini digunakan untuk melakukan perubahan padainstitusi utama, misalnya


institusi ekonomi (pasar),kebijakan tertentu.Model ini berpandangan bahwa ada masyarakat,
suatubagian, kelompok yang kurang beruntung (tertindasyang perlu dibantu, diorganisaikan
dalam rangkamenekan struktur kekuasaan yang menindasnya.Upaya ini dilakukan untuk
memperoleh sumber-sumber atau perlakuan yang baik sesuai dengan azasdemokrasi.
Peranan pekerja sosial : pembela (advokasi),penggerak, aktivis, pemberi semangat
juang,partisipan,negosiator Strategi atau taktik yang digunakan : protes, boikot,negosiasi
Advokasi dalam pekerjaan sosial bekerja untuk :
a. Memperjuangkan klien mendapat aksespelayananpublik dengan baik
b. Memodifikasi kebijakan, prosedur dan pelayanansosial
c. Mempromosikan kebijakan-kebijakan baru tentangpelayanan sosial.

2. Aksi melawan hukum (Illegal action)


Misalnya ketidakpatuhan warga masyarakat terhadapsuatu peraturan yang membebani
masyarakat setempat.

3. Aksi pembelaan hukum (Class action lawsits)


Misalnya warga masyarakat yang tidak mampu secara finansial dan informasi hukum
yang diperlukan dalam suatu pengadilan.
Demonstrasi dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.Dalam praktek pekerjaan sosial
makro dikenal teknikclass action yang juga sebagai tenaga pamungkas darisebuah upaya
penegakan keadilan.

2.5.4. Penerapan Aksi Sosial

1. Aksi sosial diterapkan antara lain dalam :


2. Gerakan pengumpulan dana kesejahteraan sosial
3. Lobi untuk menggolkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
kesejahteraan sosial
4. Gerakan nasional orang tua asuh
5. Kesetiakawanan sosial nasional
6. Bakti sosial, Gerakan jumat bersih dsb

2.6 Konsep Teknologi Tepat Guna

Teknologi tepat guna dapat memiliki hubungan yang erat dengan pelayanan kesehatan
primer (primary health care) dalam beberapa cara:
1. Akses Pelayanan: Teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan primer. Misalnya, melalui telemedicine dan aplikasi
kesehatan, pasien dapat berkonsultasi dengan tenaga medis tanpa harus datang
langsung ke fasilitas kesehatan.
2. Manajemen Informasi: Teknologi dapat membantu dalam pengelolaan informasi
pasien, catatan kesehatan, dan pengingat jadwal pemeriksaan. Ini memungkinkan
penyedia layanan kesehatan primer untuk memberikan perawatan yang lebih
terkoordinasi dan efektif.
3. Pendidikan dan Pelatihan: Teknologi dapat digunakan untuk memberikan pelatihan
dan edukasi kepada petugas kesehatan primer. Ini membantu mereka tetap terkini
dengan perkembangan medis dan praktik terbaik.
4. Monitoring Kesehatan: Alat teknologi seperti perangkat wearable (misalnya,
pemantau detak jantung) dapat digunakan untuk memantau kondisi kesehatan pasien
secara terus-menerus. Ini membantu dalam deteksi dini masalah kesehatan dan
manajemen penyakit kronis.
5. Pengelolaan Persediaan dan Logistik: Teknologi dapat digunakan untuk
mengoptimalkan pengelolaan persediaan obat dan peralatan medis di fasilitas
pelayanan kesehatan primer, memastikan ketersediaan yang cukup.
Dengan memanfaatkan teknologi tepat guna, pelayanan kesehatan primer dapat menjadi
lebih efisien, efektif, dan dapat diakses oleh lebih banyak orang, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman dalam pembangunan
kesehatan dibanyak negara yang diawali dengan kampanye masal pada tahun 1950-an dalam
pemberantasan penyakit menular, karena pada waktu itu banyak negara tidak mampu
mengatasi dan menaggulangi wabah penyakit TBC, Campak, Diare dan sebagainya.
Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum
baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka
sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapatterjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setiap tingkatperkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self
reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).
Lima prinsip PHC sebagai berikut :
1. Pemerataan upaya kesehatan
2. Penekanan pada upaya preventif
3. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
4. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
5. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai