PUSKESMAS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Pelayanan
Kesehatan Primer yang diampu oleh:
Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
3.1Kesimpulan ............................................................................................................. 30
3.2 Saran ...................................................................................................................... 30
Referensi............................................................................................................... 31
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas 5.193.250 km² dengan
luas daratan sebesar 1.919.440 km². Indonesia juga disebut dengan Nusantara
dikarenakan memiliki pulau sebanyak 17.508 pulau. Indonesia saat ini memiliki
jumlah penduduk sebanyak ± 262 juta jiwa yang tersebar di seluruh penjuru
Indonesia. Dengan luasnya wilayah dan banyaknya jumlah penduduk Indonesia,
maka menjadi tantangan tersendiri bagi para tenaga kesehatan di Indonesia untuk
meningkatkan derajat kesehatan seluruh penduduknya yang tersebar di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.
Kebutuhan dan keinginan yang tidak terbatas namun harus dihadapkan pada
realita bahwa Indonesia memiliki sumber daya yang terbatas sehingga kita semua
harus menyusun strategi dimana dengan sumber daya yang ada dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan dengan efektif dan efisien. Khususnya dalam dunia
kesehatan, banyak sekali tantangan dan masalah kesehatan yang harus kita hadapi
disamping sumber daya kesehatan kita yang terbatas, baik dari sisi pembiayaan,
tenaga kesehatan, alat-alat kesehatan, dan lain-lain yang sekiranya dapat
menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia.
3
masalah kesehatan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, untuk menghadapi
masalah kesehatan seperti ini, maka promosi kesehatan merupakan salah satu
kegiatan yang berbasis kesehatan masyarakat dengan biaya yang lebih murah dan
berdampak jangka panjang tentunya menjadi pilihan yang tepat untuk dilakukan
saat ini maupun kedepannya sebagai alternatif untuk menyelesaikan masalah
kesehatan di Indonesia
4
1.4 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan wawancara singkat.
Metode studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-
laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan
(Nazir,1988:111).
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Promosi Kesehatan
2.1.1 Pengertian
Promosi kesehatan (sebelumnya disebut dengan pendidikan kesehatan)
merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang memiliki dua sisi, yaitu
sisi ilmu dan sisi seni. Dari sisi seni, terdapat praktisi atau aplikasi pendidikan
kesehatan yang merupakan penunjang bagi program-program kesehatan.
Maksudnya, setiap program kesehatan yang sudah ada seperti pemberantasan
penyakit menular/ tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi
lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain
sebagainya perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukan hanya tentang proses penyadaran masyarakat
atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi upaya
untuk mengubah perilaku masyarakat. Dalam hal ini WHO merumuskan suatu
bentuk definisi mengenai promosi kesehatan:
“Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and
improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social,
well-being, an individual or group must be able to identify and realize
aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment “.
(Ottawa Charter, 1986).
6
mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan
sebagainya).
Australian Health Foundation menyatakan promosi kesehatan sebagai:
7
penyakit bersumber makanan serta penyakit – penyakit yang buruk. Dalam
perkembangan selanjutnya disadari bahwa kondisi kesehatan juga dipengaruhi
oleh gaya hidup masyarakat. Sejak saaat itu, pendidikan kesehatan menjadi
perhatian dan merupakan bagian dari upaya kesehatan masyarakat yang
difokuskan kepada :
1. Perilaku beresiko seperti: Merokok, Makanan rendah serat, dan Kurang
gerak
2. Pelayanan kedokteran pencegahan
3. Deteksi dini pencegahan.
Deklarasi Alma Ata tahun 1978 menghasilkan strategi utama dalam
pencapaian kesehatan bagi semua (Health For All) melalui pelayanan kesehatan
primer (Primary Health Care). Salah satu komponen didalam pelayanan
kesehatan dasar itu adalah pelayanan kesehatan. Di Indonesia pernah disebut
dengan istilah penyuluhan kesehatan.
Pada tahun 1986 di Ottawa, Canada, dilangsungkan konferensi
internasional promosi kesehatan yang menghasilkan piagam Ottawa (Ottawa
Charter) yang menjadi acuan bagi promosi kesehatan, termasuk di Indonesia.
Sesuai dengan piagam Ottawa, aktivitas promosi kesehatan adalah Advokasi
(Advocating), Pemberdayaan (Enabling), dan Mediasi (Mediating).
Selanjutnya piagam Ottawa juga merumuskan lima komponen utama
promosi kesehatan yaitu :
1. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (Build Health
Public Policy), artinya mengupayakan agar para pembuat kebijakan
diberbagai sektor dan tingkatan administrasi mempertimbangkan
dampak kesehatan dari setiap kebijakan yang dibuatnya.
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create Supportive
Environtments) artinya menciptakan suasana lingkungan fisik maupun
sosial politik yang mendukung sehingga masyarakat termotivasi untuk
melakukan upaya – upaya yang positif bagi kesehatan.
3. Memperkuat gerakan masyarakat (Streghthen community action)
artinya memberikan dukungan terhadap kegiatan masyarakat agar
8
lebih berdaya dalam upaya mengendalikan faktor – faktor yang
mempengaruhi kesehatan.
4. Mengembangkan ketrampilan individu (Develop personal skill) artinya
mengupayakan agar masyarakat mampu membuat informasi,
pendidikan dan pelatihan memadai. Upaya ini akan lebih efektiv dan
efisien bila dilakukan melalui pendekatan tatanan (setting).
5. Reorient pelayanan kesehatan (Reorient Health Service) artinya
mengubah orientasi pelayanan kesehatan agar lebih mengutamakan
upaya preventive dan promotive tanpa mengesampingkan upaya
curative dan rehabilitative.
2.1.3 Strategi Promosi Kesehatan
2.1.3.1 Strategi promosi kesehatan menurut WHO
1. Advokasi
Pendekatan terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan
dalam rangka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik. Advokasi yang
berhasil akan menentukan keberhasilan kegiatan promosi kesehatan pada
langkah selanjutnya sehingga keberlangsungan program dapat lebih tejamin.
2. Mediasi
Kegiatan promosi kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus
melibatkan lintas sector dan lintas program. Mediasi berarti menjembatani
“pertemuan” diantara beberapa sector yang terkait. Karenanya masalah
kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan
semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Sebagai
contoh, kegiatan promosi kesehatan terkait kebersihan lingkungan harus
melibatkan unsure kimpraswil dan pihak lain yang terkait sampah.
3. Memampukan masyarakat
Kegiatan pemberian pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat
agar mereka mampu menjaga dan memelihara serta meningkatkan
kesehatannya secara mandiri. Kemandirian masyarakat dalam menjaga dan
meningkatkan kesehatanya merupakan tujuan dari kegiatan promosi
kesehatan.
9
2.1.3.2 Strategi Promosi Kesehatan berdasarkan riwayat perjalanan penyakit
1. Strategi Promosi Kesehatan Primer
Tindakan pada fase ini adalah untk mencegah terjadinya kasus penyakit.
Berfokus pada masyarakat yang masih dalam keadaan sehat.
2. Strategi Promosi Kesehatan Sekunder
Strategi promosi kesehatan sekunder berfokus pada masyarakat yang
beresiko untuk mengalami penyakit.
3. Strategi Promosi Kesehatan Tersier
Dalam tahap ini, strategi kesehatan difokuskan pada masyarakat yang
sudah terkena penyakit. Fokus penanganan yaitu dengan rehabilitasi untuk
mencegah kecacatan lebih lanjut dari penyakitnya tersebut.
10
a. Ceramah umum, biasa dilakukan di lapangan terbuka dan tempat-
tempat umum.
b. Penyampaian pesan melalui alat elektronik seperti radio dan televisi.
c. Penggunaan media cetak seperti koran, majalah, buku, selebaran,
poster, dsb.
2.1.5 Sasaran
Sasaran promosi kesehatan adalah :
1. Indvidu atau keluarga
Dengan diberikannya promosi kesehatan individu diharapkan memperoleh
informasi baik secara langsung ataupun melalui berbagai media, mempunyai
kemampun untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya,
dapat melakukan tindakan hidup bersih dan lingkungan yang sehat, ikut
berperan dalam kegiatan sosial yang berkaitan dengan kesehatan.
2. Masyarakat atau LSM
Diharapkan dapat mengembangkan upaya peningkatan kesehatan dan
saling bekerjasama serta saling membantu untuk mewujudkan lingkungan
sehat.
3. Lembaga pemerintah
Diharapkan dapat perduli dan mndukung upaya mengembangkan perilaku
sehat dan lingkungan sehat, membuat kebijakan yang berhubungan dengan
bidang kesehatan.
4. Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu kesehatan yang dapat memeberi
kepuasan pada masyarakat.
11
1. Lingkungan (environment)
Lingkungan disini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik,
ekonomi. Intervensi terhadap faktor lingkungan fisik yaitu dalam bentuk
perbaikan sanitasi lingkungan, sedangkan intervensi terhadap lingkungan
sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam bentuk program-
program peningkatan pendidikan, perbaikan sosial ekonomi masyarakat,
penstabilan politik dan keamanan.
2. Perilaku (behavior)
Perilaku mempengaruhi lingkungan pelayanan kesehatan. Bila seseorang
berperilaku positif terhadap lingkungan dan kesehatannya maka seseorang
akan mendapatkann feedback yang positif pula.
3. Pelayanan kesehatan (health services)
Intervensi terhadap pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk penyediaan
dan perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Keturunan (heredity)
Intervensi faktor keturunan adalah penasihat perkawinan, dan penyuluhan
kesehatan khususnya bagi kelompok yang mempunyai resiko penyakit
keturunan.
Keempat faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor
lingkungan selain mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi perilaku dan
perilaku juga mempengaruhi lingkungan dan mempengaruhi pelayanan kesehatan.
12
perilaku. Sehingga disadari bahwa pendidikan kesehatan belum membuat
masyarakat menjadi mampu, akan tetapi baru dapat membuat mereka dalam tahap
ingin/mau.
Istilah Promosi Kesehatan mengalami perkembangan yang mulanya
dicetuskan di Ottawa, Canada pada tahun 1986 saat konferensi Internasional
promosi kesehatan yang pertama kali dilaksanakan yang berlangsung tanggal 17
sampai dengan 21 November 1986 yang dikenal dengan Ottawa Charter. Pada
konferensi tersebut, diambil tema Menuju Kesehatan Masyarakat Baru dan
nyatanya konferensi ini tidak terlepas dari Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang
Pelayanan Kesehatan Dasar atau Primary Health Care oleh WHO.
Definisi tersebut terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Proses
pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya”. Definisi ini tetap digunakan hingga kemudian mengalami
perubahan pada konferensi dunia di Bangkok pada bulan Agustus 2005, menjadi:
13
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah lebih dari
pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu
keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
b. Piagam Ottawa / Ottawa Charter pada tahun 1986
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa-Canada (1986)
menghasilkan piagam Ottawa Charter yang rumusan strateginya dikelompokkan
menjadi 5 butir,yaitu:
1. Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy)
Kegiatan yang ditujukan kepada para pembuat keputusan/ penentu
kebijakan yang berwawasan kesehatan. Setiap kebijakan pembangunan di
bidang apa saja harus mempertimbngkan dampak kesehatannya bagi
masyarakat. Misalnya, orang yang mendirikan pabrik/ industri,
sebelumnya harus dilakukan analisis dampak lingkungan agar tidak
tercemar dan tidak berdampak kepada masyarakat.
2. Lingkungan Yang Mendukung (Supportive environtment)
Kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang
mendukung yang ditujukan pada: pemimpin organisasi masyarakat
pengelola tempat–tempatumum.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)
Adanya kesalahan persepsi mengenai pelayanan kesehatan, tanggung
jawab pelayanan kesehatan kadang hanya untuk pemberi pelayanan
(health provider), tetapi pelayanan kesehatan juga merupakan tanggung
jawab bersama antara pemberi pelayanan kesehatan (health provider) dan
pihak yang mendapatkan pelayanan.
4. Gerakan Masyarakat (Community Action)
Derajat kesehatan masyarakat akan efektif apabila unsur-unsur yang ada di
masyarakat tersebut bergerak bersama-sama. Dari kutipan piagam Ottawa,
dinyatakan bahwa: Promosi Kesehatan adalah upaya yang dilakukan
terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan sendiri.
5. Keterampilan Individu (Personal Skill)
14
Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui
penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan
keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang
tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam mengontrol kesehatan dan
lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi
kesehatan. Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan
dalam menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk
menangani penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal ini harus
difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan
komunitas. Keterampilan Individu adalah kemapuan petugas dalam
menyampaikan informasi kesehatan dan kemampuan dalam mencontohkan
(mendemostrrasikan).
Contoh: melalui penyuluhan secra indicidu atau kelompok seperti di
Posyandu, PKK. Adanya pelatihan kader kesehatan, pelatihan dokter kecil,
pelatihan guru UKS, dll.
c. Konsep Kesehatan Masyarakat
Istilah promosi dalam ilmu kesehatan masyarakat (health promotion)
mempunyai dua pengertian. Pengertian promosi kesehatan yang pertama adalah
sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Level and Clark mengatakan ada
5 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif masyarakat, yaitu:
1) Health promotion (peningkatan/promosi kesehatan)
2) Specific Protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)
3) Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan
segera)
4) Disability limitation (membatasi atau mengurangi kecatatan)
5) Rehabilitation (pemulihan)
Pengertian yang kedua dari promosi kesehatan yaitu upaya memasarkan,
menyebarluaskan, mengenalkan atau menjual kesehatan. Dengan kata lain,
promosi kesehatan adalah memasarkan atau menjual atau memperkenalkan pesan-
pesan kesehatan atau upaya-upaya kesehatan, sehingga masyarakat menerima
perilaku kesehatan atau mengenal pesan-pesan kesehatan tersebut yang akhirnya
15
masyarakat mau berperilaku hidup sehat. Dari pengertian promosi kesehatan yang
kedua ini, maka sebenarnya sama dengan pendidikan kesehatan (health
education). Karena pendidikan kesehatan pada prinsipnya bertujuan agar
masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
d. Yayasan Kesehatan Victoria
Konferensi kesehatan victoria mengatakan bahwa:
16
para anggota tentaranya yang juga meliputi orang pribumi. Sedangkan usaha
untuk mempertinggi kesehatan rakyat secara keseluruhan baru dinyatakan dengan
tegas dengan dibentuknya Jawatan/Dinas Kesehatan Rakyat pada tahun 1925.
Sedangkan pelayanan kesehatan yang mula-mula dilakukan adalah pengobatan
dan perawatan (upaya kuratif), melalui RS Tentara.
Dengan adanya wabah kolera, pada tahun 1911 di Batavia dibentuk badan
yang diberi nama “Hygiene Commissie” yang kegiatannya berupa: memberikan
vaksinasi, menyediakan air minum dan menganjurkan memasak air untuk
diminum. Perintis usaha ini adalah Dr. W. Th. De Vogel. Selanjutnya pada tahun
1920 diadakan jabatan “propagandist” (juru penyiar berita) yang meletakkan
usaha pendidikan kesehatan kepada rakyat melalui penerbitan, penyebar luasan
gambar dinding, dan pemutaran film kesehatan. Usaha ini karena penghematan
dihentikan pada tahun 1923.
17
oleh Dr. R. Mochtar yang kemudian menjabat sebagai Kepala Bagian Pendidikan
Kesehatan Rakyat (Medisch Hygienische Propaganda Dienst).
Apa yang telah dirintis oleh Hydrick ternyata dilanjutkan oleh Pemeritah
(Belanda). Perhatian Pemerintah Belanda terhadap usaha preventif dilaksanakan
melalui berbagai kegiatan, tindakan dan peraturan (perundang-undangan). Motto
yang berbunyi “Prevention is better than cure” diwujudkan dalam berbagai
kegiatan yaitu:
18
Dalam periode revolusi fisik (Agustus 1945 – Desember 1949), masih
terdapat dua sistem pemeritahan, yaitu Belanda yang berpusat di Jakarta, dan
Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta. Dengan demikian, maka selama
8 tahun (1942 – 1949) Indonesia mengalami masa yang sangat memprihatinkan.
Banyak fasilitas kesehatan yang tidak dapat dipergunakan, karena rusak,
ditinggalkan, bahkan para petugas kesehatan pun meninggalkan posnya untuk
turut bergabung dengan para gerilyawan. Obat-obatan didaerah Republik juga
sulit dijangkau.
19
2. Pasal 4, yang menetapkan Tugas Pemerintah untuk memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan rakyat dengan menyelenggarakan dan
menggiatkan usaha-usaha dalam lapangan......... butir c. Penerangan dan
Pendidikan Kesehatan Rakyat......dst
Sehingga pada saat itu, istilah Pendidikan Kesehatan telah dipergunakan secara
resmi.
Pada sekitar tahun 1960-an, malaria merupakan salah satu penyakit rakyat
yang berkembang dengan subur. Ratusan ribu jiwa mati akibat malaria.
Berdasarkan penyelidikan dan pengalaman, penyakit malaria di Indonesia dapat
dilenyapkan. Dengan cara kerja harus dirubah dan diperbarui. Maka pada
September 1959 dibentuk Dinas Pembasmian Malaria (DPM) yang kemudian
pada Januari 1963 dirubah menjadi Komando Operasi Pembasmian Malaria
(KOPEM). Pembasmian malaria tersebut ditangani secara serius oleh pemerintah
dengan dibantu oleh USAID dan WHO. Direncanakan bahwa pada tahun 1970
malaria hilang dari bumi Indonesia.
20
Pada akhir tahun 1963, dalam rangka pembasmian malaria dengan racun
serangga DDT, telah dijalankan penyemprotan rumah-rumah di seluruh Jawa, Bali
dan Lampung, sehingga l.k. 64,5 juta penduduk telah mendapat perlindungan dari
kemungkinan serangan malaria. Usaha itu juga dilanjutkan dengan nusaha
surveilans yang berhasil menurunkan ”parasite index” dengan cepat, yaitu dari 15
% menjadi 2%.
Berdasarkan pertemuan Alma Ata (1978), WHO memberi rumusan tentang peran
serta masyarakat adalah suatu proses dimana individu dan keluarga:
Selanjutnya dalam ”World Health Assembly 1979” dirumuskan bahwa Peran serta
masyarakat adalah suatu proses untuk mewujudkan kerja sama kemitraan
(partnership) antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam merencanakan,
melaksanakan dan memanfaatkan kegiatan kesehatan, sehingga diperoleh manfaat
berupa peningkatan kemampuan swadaya masyarakat dan masyarakat ikut
21
berperan dalam penentuan prasarana dan pemeliharaan teknologi tepat guna dalam
pelayanan kesehatan.
Pada saat itu, semua program pembangunan harus didasarkan pada Garis-
Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Demikian pula PKMD, yang di dalam
GBHN dengan jelas disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk
mencacapai kesempatan yang luas bagi setiap warga Negara untuk meningkatkan
derajat kesehatannya sebagai bagian dari pencapaian kesejahteraan sosial. Hal itu
juga sejalan dengan Undang-Undang Kesehatan No. 9/1960 yang menyebutkan
bahwa kesehatan bukan hanya sekedar bebas penyakit dan cacat, tetapi merupakan
keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial. Kesehatan adalah hak setiap
warga Negara untuk mecapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan seperti ini, maka perlu dilaksanakan pembangunan
kesehatan masyarakat desa, sebagai bagian dari pembanguan nasional.
22
Pertanian, Departemen Sosial, Depertemen Pekerjaan Umum, Departemen
Agama, Departemen Perdagangan dan Industri dan Departemen Keuangan.
Sedangkan lembaga pemerintahan non Departemen, dan lemabga swadaya
masyarakat lainnya yang terlibat adalah: Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), Bank Rakyat Indonesia , Badan Perencanaan Nasional
(Bappenas), Pramuka, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Perkumpulan
Kelauraga Berenecana Indonsia (PKBI), Organisasi Wanita dan Palang Merah
Indonsia.
23
b) Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan
serta aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka
sendiri.
c) Menghasilkan tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu, trampil
serta mau berperan aktif dalam kegiatan pembangunan.
d) Meningkatnya kesehatan masyarakat.
Dengan demikian sebenarnya PKMD adalah identik dengan
pengembangan DKI PKM, sebagaimana yang diceritakan pada bab III. Kedua
kegiatan ini sama-sama meningkatkan peranserta dan memberdayakan masyarakat
dalam pembangunan kesehatan. Namun karena PKMD melibatkan lintas program
dan lintas sektoral, dan di Depkes sendiri dimotori oleh pejabat eselon I, maka
PKMD lebih berkembang. Apalagi, PKMD kemudian memperoleh dukungan
dunia internasional yang menggalakkan Primary Health Care, yang dicetuskan
dalam “Deklarasi Alma Ata”.
Sekitar akhir tahun 1994, Dr. Ilona Kickbush, yang baru saja menjabat
sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva, datang ke
Indonesia. Sebagai direktur baru ia mengunjungi beberapa negara, termasuk
Indonesia. Kebetulan pada waktu itu Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes
juga baru saja diangkat, yaitu Drs. Dachroni MPH, yang menggantikan Dr. IB
Mantra yang purna bakti (pensiun). Dengan kedatangan Dr. Kickbush,
diadakanlah pertemuan dengan pimpinan Departemen Kesehatan dan pertemuan
lainnya baik internal penyuluhan kesehatan maupun external dengan lintas
program dan lintas sektor, termasuk FKM UI. Bahkan sempat pula mengadakan
kunjungan lapangan ke Bandung, yang diterima dengan baik oleh Ibu Neni
Surachni sebagai kepala Sub Dinas PKM Jabar waktu itu. Dari serangkaian
pertemuan itu serta perbincangan selama kunjungan lapangan ke Bandung,
Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion (Promosi Kesehatan).
24
Barangkali karena terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia, Dr. Kickbush
kemudian menyampaikan usulan agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah
Konferensi International Health Promotion yang keempat, yang sebenarnya
memang sudah waktunya diselenggarakan.
Konferensi ke-4 di Jakarta tersebut dihadiri oleh sekitar 500 orang dari 78
negara, termasuk sekitar 150 orang Indonesia. Ini karena konferensi tersebut juga
merupakan konferensi nasional promosi kesehatan yang pertama. Konferensi
dibuka oleh Presiden RI yang masih dijabat oleh Bapak Soeharto di Istana
Negara. Selain pembicara-pembicara internasional, juga tampil pembicara
Indonesia, yaitu Prof Dr. Suyudi selaku Menteri Kesehatan, dan Prof. Dr.
Haryono Suyono, selain selaku Menteri Kependudukan juga sebagai pakar
komunikasi. Pada acara Indonesia Day, tampil pembicara-pembicara dari berbagai
program, sektor dan daerah, menyampaikan pengalamannya dalam berbagai
kegiatan promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan dalam program atau daerah
25
masing-masing (diselenggarakan dalam sidang-sidang yang berjalan secara
serentak/pararel).
Konferensi ini bertema: “New players for a new era: Leading Health
Promotion into the 21st century” dan menghasilkan Deklarasi Jakarta, yang diberi
nama: “The Jakarta Declaration on Health Promotion into the 21st Century”.
Selanjutnya Deklarasi Jakarta ini memuat berbagai hal, antara lain sebagai
berikut:
26
c. Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan;
d. Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan
masyarakat;
e. Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.
6. Selanjutnya menyampaikan himbauan untuk bertindak, dengan menyusun
rencana aksi serta membentuk atau memperkuat aliansi promosi kesehatan
di berbagai tingkatan, mencakup. :
7. Membangkitkan kesadaran akan adanya perubahan faktor penentu
kesehatan;
8. Mendukung pengembangan kerjasama dan jaringan kerja untuk
pembangunan kesehatan;
9. Mendorong keterbukaan dan tanggungjawab sosial dalam promosi
kesehatan.
2.2.2.5 Era Paradigma Sehat: Visi dan Misi Promosi Kesehatan
27
d. Meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat termasuk
lingkungannya.
Salah satu pilar Indonesia Sehat 2010 tersebut adalah : perilaku sehat, disamping
dua pilar lainnya yaitu: lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu,
adil dan merata. Ditetapkan pula strategi pembangunan kesehatan beserta
program-program pokoknya. Dalam Program Pembangunan Nasional
(PROPENAS) disebutkan bahwa salah satu program pokok pembangunan
kesehatan adalah peningkatan perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat, yang
karenanya menempatkan promosi kesehatan sebagai salah satu program unggulan.
28
perhatian daerah secara lebih sungguh-sungguh terhadap program kesehatan,
kelembagaan, ketenagaan serta anggaran yang mendukungnya. Berbagai
pertemuan khusus untuk menjelaskan dan mendiskusikan tentang Paradigma
Sehat dan Visi Indonesia sehat 2010 juga diselenggarakan kepada partai-partai
politik dan anggota DPR khususnya komisi yang mengurusi bidang kesehatan.
29
2.4 Pakar Promosi Kesehatan
2.5 Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
30
Referensi
e-book promosi kesehatan HDJ Maulana, S Sos, M Kes - 2009 -
books.google.com
Bahan ajar Ayubi Dian. 2010. Konsep Promosi Kesehatan. Departemen
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Depok: FKM UI.
Efendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawataan kesehatan Komunitas teoti
dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta
Iqi, Iqbal. 2008. Promosi Kesehatan. dalam http://iqbal-iqi.blogspot.com
Taylor, Shelley E., 2003, Health Psychology, 5th edition, New York:
McGraw Hill.
WHO, 1986, The Ottawa Charter for Health Promotion, Geneva: WHO,
dari http://www.who.int/health
promotion/conferences/previous/ottawa/en/, diakses tanggal 19 Maret
2018
WHO, 1998, Health Promotion Glossary, Geneva: WHO. diakses tanggal
19 Maret 2018
31
32