Anda di halaman 1dari 33

PROMOSI KESEHATAN SEBAGAI SALAH SATU PROGRAM WAJIB

PUSKESMAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Pelayanan
Kesehatan Primer yang diampu oleh:

Dr. Ede Surya Darmawan, S.KM., M.KM

Disusun Oleh:

Alfi Munawir 1506723276


Khansa Nur Fathiya 1506688241

S1 Reguler Ilmu Kesehatan Masyarakat


Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan 2015

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA
2018

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT


yang sampai saat ini masih memberi kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga
kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Manajemen
Pelayanan Kesehatan Primer tentang “Promosi Kesehatan Sebagai Salah Satu
Program Wajib Puskesmas”.
Tujuan Penulisan makalah ini adalah sebagai bahan pembelajaran
mengenai Promosi Kesehatan yang ada di Puskesmas. Adapun dalam makalah ini
membahas tentang filosofi, konsep, dan metode dari Promosi Kesehatan yang ada
di puskesmas, tanggapan dan komentar dari para ahli dibidang akademik, serta
realisasi pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas maupun dunia lapangan
pekerjaan yang didapat dari para kader dan praktisioner di Puskesmas.
Kami sampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada
setiap pihak yang sudah mendukung kami selama berlangsungnya pembuatan
makalah ini. Kami sekaligus juga berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi setiap pembaca.
Disertai keseluruhan rasa rendah hati, kritik dan saran yang membangun
amat saya nantikan dari kalangan pembaca agar nantinya meningkatkan dan
merevisi kembali pembuatan makalah di tugas lainnya dan di waktu berikutnya.

Depok, Maret 2018

Penyusun

Alfi Munawir dan Khansa Nur Fathiya

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I ...................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 3


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 4
1.4 Metode Penelitian.............................................................................................. 5
BAB II .................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN .................................................................................................... 6

2.1 Konsep Promosi Kesehatan.................................................................................... 6


2.2 Sejarah Promosi Kesehatan ................................................................................. 12
2.3 Policy Adaptation Promosi Kesehatan ........................................................... 29
2.4 Pakar Promosi Kesehatan .................................................................................... 30
2.5 Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas ................................................. 30
PENUTUP ............................................................................................................ 30

3.1Kesimpulan ............................................................................................................. 30
3.2 Saran ...................................................................................................................... 30
Referensi............................................................................................................... 31

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas 5.193.250 km² dengan
luas daratan sebesar 1.919.440 km². Indonesia juga disebut dengan Nusantara
dikarenakan memiliki pulau sebanyak 17.508 pulau. Indonesia saat ini memiliki
jumlah penduduk sebanyak ± 262 juta jiwa yang tersebar di seluruh penjuru
Indonesia. Dengan luasnya wilayah dan banyaknya jumlah penduduk Indonesia,
maka menjadi tantangan tersendiri bagi para tenaga kesehatan di Indonesia untuk
meningkatkan derajat kesehatan seluruh penduduknya yang tersebar di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

Kebutuhan dan keinginan yang tidak terbatas namun harus dihadapkan pada
realita bahwa Indonesia memiliki sumber daya yang terbatas sehingga kita semua
harus menyusun strategi dimana dengan sumber daya yang ada dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan dengan efektif dan efisien. Khususnya dalam dunia
kesehatan, banyak sekali tantangan dan masalah kesehatan yang harus kita hadapi
disamping sumber daya kesehatan kita yang terbatas, baik dari sisi pembiayaan,
tenaga kesehatan, alat-alat kesehatan, dan lain-lain yang sekiranya dapat
menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia.

Berdasarkan data dari Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) 2013, angka


kejadian PTM mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan menjadi penyebab
kematian terbesar di Indonesia. Penyakit itu antara lain Hipertensi (25,8%),
Obesitas (15,4%), Stroke (12,1%), Diabetes melitus (2,3%), Penyakit jantung
koroner (1,5%) dan Gagal ginjal kronis (0,2%). Hal ini mengindikasikan bahwa di
dunia, khususnya diindonesia mengalami perubahan tren penyakit dari penyakit
menular menuju penyakit tidak menular. Jika saja Indonesia memiliki sumber
daya kesehatan yang berlimpah, pasti kita akan cenderung memberikan pelayanan
kuratif untuk segala jenis masalah kesehatan. Akan tetapi pelayanan kuratif relatif
memakan biaya yang sangat besar dan sangat tidak efisien untuk menyelesaikan

3
masalah kesehatan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, untuk menghadapi
masalah kesehatan seperti ini, maka promosi kesehatan merupakan salah satu
kegiatan yang berbasis kesehatan masyarakat dengan biaya yang lebih murah dan
berdampak jangka panjang tentunya menjadi pilihan yang tepat untuk dilakukan
saat ini maupun kedepannya sebagai alternatif untuk menyelesaikan masalah
kesehatan di Indonesia

Puskesmas sebagai salah satu unsur pembangunan kesehatan masyarakat dan


merupakan sebuah unit yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang tercantum
dalam Sistem Kesehatan Nasional, memiliki progam wajib berupa promosi
kesehatan yang seharusnya dapat menjangkau seluruh masyarakat untuk sadar,
mau, dan mampu untuk melakukan gaya hidup yang sehat sehingga puskesmas
dapat berguna sebagai salah satu fasilitas bagi masyarakat sebagai sumber
informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar yang sejatinya puskesmas lah
yang sangat bersentuhan langsung dengan masyarakat sehingga puskesmas dapat
mengetahui kebutuhan akan kesehatan bagi masyarakat di sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Memahami konsep promosi kesehatan

1.3.2 Mengetahui sejarah promosi kesehatan

1.3.3 Mengetahui Policy Adaptation promosi kesehatan

1.3.4 Mengetahui pendapat para ahli mengenai promosi kesehatan

1.3.5 Mengetahui pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas

1.3.6 Menganalisis promosi kesehatan sebagai salah satu program wajib di


puskesmas

1.3.7 Memenuhi penilaian mata kuliah Manajemen Pelayanan Kesehatan


Primer

4
1.4 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan wawancara singkat.
Metode studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-
laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan
(Nazir,1988:111).

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Promosi Kesehatan
2.1.1 Pengertian
Promosi kesehatan (sebelumnya disebut dengan pendidikan kesehatan)
merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang memiliki dua sisi, yaitu
sisi ilmu dan sisi seni. Dari sisi seni, terdapat praktisi atau aplikasi pendidikan
kesehatan yang merupakan penunjang bagi program-program kesehatan.
Maksudnya, setiap program kesehatan yang sudah ada seperti pemberantasan
penyakit menular/ tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi
lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain
sebagainya perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukan hanya tentang proses penyadaran masyarakat
atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi upaya
untuk mengubah perilaku masyarakat. Dalam hal ini WHO merumuskan suatu
bentuk definisi mengenai promosi kesehatan:

“Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and
improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social,
well-being, an individual or group must be able to identify and realize
aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment “.
(Ottawa Charter, 1986).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Promosi Kesehatan merupakan proses


untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Kemudian daripada itu untuk mencapai derajat
kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus
mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu

6
mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan
sebagainya).
Australian Health Foundation menyatakan promosi kesehatan sebagai:

“Health promotion is a program are design to bring about ‘change’ within


people, organization, communities, and their environment”.

Maksud diatas bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang


dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat
sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Oleh karena itu promosi kesehatan merupakan sebuah kombinasi berbagai
dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan
perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan
kesehatan (Green dan Ottoson, 1998). Promosi kesehatan merupakan sebuah
proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat; dalam artian bahwa proses pemberdayaan tersebut dilakukan
melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan tidak hanya
kelompok-kelompok tertentu, namun bisa jadi seluruh komponen masyarakat.
Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan
sosial budaya setempat. Proses pembelajaran tersebut juga disertai dengan
melakukan upaya mempengaruhi lingkungan, baik lingkungan fisik termasuk
kebijakan dan peraturan perundangan.
2.1.2 Perkembangan Konsep Dasar Promosi Kesehatan
Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dan konsep
pendidikan kesehatan, yang berkembang sejalan dengan perubahan paradigm
kesehatan masyarakat ( Public Health ). Perubahan padigma kesehatan
masyarakat terjadi antara lain akibat perubahan pola penyakit, gaya hidup kondisi
kehidupan lingkingan kehidupan demografi dan lain – lain.
Pada awal perkembangannya, kesehatan masyarakat difokuskan pada
faktor – faktor yang menimbulkan resiko kesehatan seperti udara, air, penyakit –

7
penyakit bersumber makanan serta penyakit – penyakit yang buruk. Dalam
perkembangan selanjutnya disadari bahwa kondisi kesehatan juga dipengaruhi
oleh gaya hidup masyarakat. Sejak saaat itu, pendidikan kesehatan menjadi
perhatian dan merupakan bagian dari upaya kesehatan masyarakat yang
difokuskan kepada :
1. Perilaku beresiko seperti: Merokok, Makanan rendah serat, dan Kurang
gerak
2. Pelayanan kedokteran pencegahan
3. Deteksi dini pencegahan.
Deklarasi Alma Ata tahun 1978 menghasilkan strategi utama dalam
pencapaian kesehatan bagi semua (Health For All) melalui pelayanan kesehatan
primer (Primary Health Care). Salah satu komponen didalam pelayanan
kesehatan dasar itu adalah pelayanan kesehatan. Di Indonesia pernah disebut
dengan istilah penyuluhan kesehatan.
Pada tahun 1986 di Ottawa, Canada, dilangsungkan konferensi
internasional promosi kesehatan yang menghasilkan piagam Ottawa (Ottawa
Charter) yang menjadi acuan bagi promosi kesehatan, termasuk di Indonesia.
Sesuai dengan piagam Ottawa, aktivitas promosi kesehatan adalah Advokasi
(Advocating), Pemberdayaan (Enabling), dan Mediasi (Mediating).
Selanjutnya piagam Ottawa juga merumuskan lima komponen utama
promosi kesehatan yaitu :
1. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (Build Health
Public Policy), artinya mengupayakan agar para pembuat kebijakan
diberbagai sektor dan tingkatan administrasi mempertimbangkan
dampak kesehatan dari setiap kebijakan yang dibuatnya.
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create Supportive
Environtments) artinya menciptakan suasana lingkungan fisik maupun
sosial politik yang mendukung sehingga masyarakat termotivasi untuk
melakukan upaya – upaya yang positif bagi kesehatan.
3. Memperkuat gerakan masyarakat (Streghthen community action)
artinya memberikan dukungan terhadap kegiatan masyarakat agar

8
lebih berdaya dalam upaya mengendalikan faktor – faktor yang
mempengaruhi kesehatan.
4. Mengembangkan ketrampilan individu (Develop personal skill) artinya
mengupayakan agar masyarakat mampu membuat informasi,
pendidikan dan pelatihan memadai. Upaya ini akan lebih efektiv dan
efisien bila dilakukan melalui pendekatan tatanan (setting).
5. Reorient pelayanan kesehatan (Reorient Health Service) artinya
mengubah orientasi pelayanan kesehatan agar lebih mengutamakan
upaya preventive dan promotive tanpa mengesampingkan upaya
curative dan rehabilitative.
2.1.3 Strategi Promosi Kesehatan
2.1.3.1 Strategi promosi kesehatan menurut WHO
1. Advokasi
Pendekatan terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan
dalam rangka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik. Advokasi yang
berhasil akan menentukan keberhasilan kegiatan promosi kesehatan pada
langkah selanjutnya sehingga keberlangsungan program dapat lebih tejamin.
2. Mediasi
Kegiatan promosi kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus
melibatkan lintas sector dan lintas program. Mediasi berarti menjembatani
“pertemuan” diantara beberapa sector yang terkait. Karenanya masalah
kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan
semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Sebagai
contoh, kegiatan promosi kesehatan terkait kebersihan lingkungan harus
melibatkan unsure kimpraswil dan pihak lain yang terkait sampah.
3. Memampukan masyarakat
Kegiatan pemberian pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat
agar mereka mampu menjaga dan memelihara serta meningkatkan
kesehatannya secara mandiri. Kemandirian masyarakat dalam menjaga dan
meningkatkan kesehatanya merupakan tujuan dari kegiatan promosi
kesehatan.

9
2.1.3.2 Strategi Promosi Kesehatan berdasarkan riwayat perjalanan penyakit
1. Strategi Promosi Kesehatan Primer
Tindakan pada fase ini adalah untk mencegah terjadinya kasus penyakit.
Berfokus pada masyarakat yang masih dalam keadaan sehat.
2. Strategi Promosi Kesehatan Sekunder
Strategi promosi kesehatan sekunder berfokus pada masyarakat yang
beresiko untuk mengalami penyakit.
3. Strategi Promosi Kesehatan Tersier
Dalam tahap ini, strategi kesehatan difokuskan pada masyarakat yang
sudah terkena penyakit. Fokus penanganan yaitu dengan rehabilitasi untuk
mencegah kecacatan lebih lanjut dari penyakitnya tersebut.

2.1.4 Metode dan Teknik Promosi Kesehatan


Metode dan teknik promosi kesehatan adalah suatu cara yang digunakan
dalam setiap pelaksanaan promosi kesehatan. Berdasarkan sasarannya metode dan
teknik promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Metode Promosi Kesehatan Individual
Metode ini digunakan apabila seseorang yang mempromosikan kesehatan
dapat berkomunikasi secara langsung dengan klien, baik bertatap muka
maupun melalui sarana komunikasi lainnya.
2. Metode Promosi Kesehatan Kelompok
Sasaran kelompok dibedakan menjadi 2 yakni:
a. metode promosi kesehatan untuk kelompok kecil, seperti: diskusi
kelompok, saling mencurahkan pendapat.
b. metode promosi kesehatan untuk kelompok besar, seperti: metode
ceramah yang diikuti dengan tanya jawab, seminar.
3. Metode Promosi Kesehatan Massal
Sasaran promosi kesehatan massal dapat dilihat dari kelompok umur,
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, sosial budaya, dsb. Sebelum
melakukan promosi kesehatan, promotor kesehatan harus merancang pesan
kesehatan yang akan disampaikan. Metode promosi kesehatan massal seperti:

10
a. Ceramah umum, biasa dilakukan di lapangan terbuka dan tempat-
tempat umum.
b. Penyampaian pesan melalui alat elektronik seperti radio dan televisi.
c. Penggunaan media cetak seperti koran, majalah, buku, selebaran,
poster, dsb.
2.1.5 Sasaran
Sasaran promosi kesehatan adalah :
1. Indvidu atau keluarga
Dengan diberikannya promosi kesehatan individu diharapkan memperoleh
informasi baik secara langsung ataupun melalui berbagai media, mempunyai
kemampun untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya,
dapat melakukan tindakan hidup bersih dan lingkungan yang sehat, ikut
berperan dalam kegiatan sosial yang berkaitan dengan kesehatan.
2. Masyarakat atau LSM
Diharapkan dapat mengembangkan upaya peningkatan kesehatan dan
saling bekerjasama serta saling membantu untuk mewujudkan lingkungan
sehat.
3. Lembaga pemerintah
Diharapkan dapat perduli dan mndukung upaya mengembangkan perilaku
sehat dan lingkungan sehat, membuat kebijakan yang berhubungan dengan
bidang kesehatan.
4. Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu kesehatan yang dapat memeberi
kepuasan pada masyarakat.

2.1.6 Peran Promosi Kesehatan


Kesehatan merupakan hasil interaksi faktor internal dan eksternal. Faktor
internal terdiri dari faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari
sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, sosial, politik, ekonomi, pendidikan,
dan budaya. Faktor yang mempengaruhi baik individu, kelompok dan masyarakat
dikelompokkan menjadi 4 yaitu (teori Blum) :

11
1. Lingkungan (environment)
Lingkungan disini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik,
ekonomi. Intervensi terhadap faktor lingkungan fisik yaitu dalam bentuk
perbaikan sanitasi lingkungan, sedangkan intervensi terhadap lingkungan
sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam bentuk program-
program peningkatan pendidikan, perbaikan sosial ekonomi masyarakat,
penstabilan politik dan keamanan.
2. Perilaku (behavior)
Perilaku mempengaruhi lingkungan pelayanan kesehatan. Bila seseorang
berperilaku positif terhadap lingkungan dan kesehatannya maka seseorang
akan mendapatkann feedback yang positif pula.
3. Pelayanan kesehatan (health services)
Intervensi terhadap pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk penyediaan
dan perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Keturunan (heredity)
Intervensi faktor keturunan adalah penasihat perkawinan, dan penyuluhan
kesehatan khususnya bagi kelompok yang mempunyai resiko penyakit
keturunan.
Keempat faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor
lingkungan selain mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi perilaku dan
perilaku juga mempengaruhi lingkungan dan mempengaruhi pelayanan kesehatan.

2.2 Sejarah Promosi Kesehatan


2.2.1 Sejarah Promosi Kesehatan di Dunia
Pendidikan kesehatan merupakan istilah awal yang digunakan sebelum
dicetuskan perubahan istilah menjadi promosi kesehatan. Pada pendidikan
kesehatan, terjadi penekanan pada perubahan perilaku masyarakat melalui
tindakan memberikan informasi kesehatan dengan berbagai cara dan teknologi.
Berdasarkan hasil studi yang di lakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
serta para ahli pendidikan kesehatan, ditemukan bahwa pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan meningkat namun belum di imbangi oleh terjadinya perubahan

12
perilaku. Sehingga disadari bahwa pendidikan kesehatan belum membuat
masyarakat menjadi mampu, akan tetapi baru dapat membuat mereka dalam tahap
ingin/mau.
Istilah Promosi Kesehatan mengalami perkembangan yang mulanya
dicetuskan di Ottawa, Canada pada tahun 1986 saat konferensi Internasional
promosi kesehatan yang pertama kali dilaksanakan yang berlangsung tanggal 17
sampai dengan 21 November 1986 yang dikenal dengan Ottawa Charter. Pada
konferensi tersebut, diambil tema Menuju Kesehatan Masyarakat Baru dan
nyatanya konferensi ini tidak terlepas dari Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang
Pelayanan Kesehatan Dasar atau Primary Health Care oleh WHO.
Definisi tersebut terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Proses
pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya”. Definisi ini tetap digunakan hingga kemudian mengalami
perubahan pada konferensi dunia di Bangkok pada bulan Agustus 2005, menjadi:

“Health promotion is the process of enabling people to increase control


over their health and its determinants, and thereby improve their health”

Definisi tersebut dimuat dalam The Bangkok Charter dan belum


dibakukan dalam bahasa Indonesia. Banyak sekali istilah Promosi Kesehatan yang
ada dan memiliki kesamaan dalam maksud dan tujuan, seperti: Komunikasi,
Informasi dan Edukasi; Pemasaran sosial; Mobilisasi sosial; Pemberdayaan
masyarakat; dan lain-lain.
2.2.1.1 Konferensi Promosi Kesehatan
a. Lawrence Green pada tahun 1984
Lawrence Green mendefinisikan promosi kesehatan dengan:
“Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi yang dirancang
untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan.”

13
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah lebih dari
pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu
keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
b. Piagam Ottawa / Ottawa Charter pada tahun 1986
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa-Canada (1986)
menghasilkan piagam Ottawa Charter yang rumusan strateginya dikelompokkan
menjadi 5 butir,yaitu:
1. Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy)
Kegiatan yang ditujukan kepada para pembuat keputusan/ penentu
kebijakan yang berwawasan kesehatan. Setiap kebijakan pembangunan di
bidang apa saja harus mempertimbngkan dampak kesehatannya bagi
masyarakat. Misalnya, orang yang mendirikan pabrik/ industri,
sebelumnya harus dilakukan analisis dampak lingkungan agar tidak
tercemar dan tidak berdampak kepada masyarakat.
2. Lingkungan Yang Mendukung (Supportive environtment)
Kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang
mendukung yang ditujukan pada: pemimpin organisasi masyarakat
pengelola tempat–tempatumum.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)
Adanya kesalahan persepsi mengenai pelayanan kesehatan, tanggung
jawab pelayanan kesehatan kadang hanya untuk pemberi pelayanan
(health provider), tetapi pelayanan kesehatan juga merupakan tanggung
jawab bersama antara pemberi pelayanan kesehatan (health provider) dan
pihak yang mendapatkan pelayanan.
4. Gerakan Masyarakat (Community Action)
Derajat kesehatan masyarakat akan efektif apabila unsur-unsur yang ada di
masyarakat tersebut bergerak bersama-sama. Dari kutipan piagam Ottawa,
dinyatakan bahwa: Promosi Kesehatan adalah upaya yang dilakukan
terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan sendiri.
5. Keterampilan Individu (Personal Skill)

14
Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui
penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan
keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang
tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam mengontrol kesehatan dan
lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi
kesehatan. Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan
dalam menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk
menangani penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal ini harus
difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan
komunitas. Keterampilan Individu adalah kemapuan petugas dalam
menyampaikan informasi kesehatan dan kemampuan dalam mencontohkan
(mendemostrrasikan).
Contoh: melalui penyuluhan secra indicidu atau kelompok seperti di
Posyandu, PKK. Adanya pelatihan kader kesehatan, pelatihan dokter kecil,
pelatihan guru UKS, dll.
c. Konsep Kesehatan Masyarakat
Istilah promosi dalam ilmu kesehatan masyarakat (health promotion)
mempunyai dua pengertian. Pengertian promosi kesehatan yang pertama adalah
sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Level and Clark mengatakan ada
5 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif masyarakat, yaitu:
1) Health promotion (peningkatan/promosi kesehatan)
2) Specific Protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)
3) Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan
segera)
4) Disability limitation (membatasi atau mengurangi kecatatan)
5) Rehabilitation (pemulihan)
Pengertian yang kedua dari promosi kesehatan yaitu upaya memasarkan,
menyebarluaskan, mengenalkan atau menjual kesehatan. Dengan kata lain,
promosi kesehatan adalah memasarkan atau menjual atau memperkenalkan pesan-
pesan kesehatan atau upaya-upaya kesehatan, sehingga masyarakat menerima
perilaku kesehatan atau mengenal pesan-pesan kesehatan tersebut yang akhirnya

15
masyarakat mau berperilaku hidup sehat. Dari pengertian promosi kesehatan yang
kedua ini, maka sebenarnya sama dengan pendidikan kesehatan (health
education). Karena pendidikan kesehatan pada prinsipnya bertujuan agar
masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
d. Yayasan Kesehatan Victoria
Konferensi kesehatan victoria mengatakan bahwa:

“Health promotion is a program are design to bring about ‘change’ within


people, organization, communities, and their environment.”

Dari pengertian tersebut menekankan bahwa promosi kesehatan adalah suatu


program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh yang mana tidak hanya
perubahan perilaku (within people), tetapi juga perubahan lingkungannya.
Perubahan perilaku tanpa diikuti perubahan lingkungan tidak akan efektif,
perilaku tersebut tidak akan bertahan lama.

2.2.2 Sejarah Promosi Kesehatan di Indonesia


2.2.2.1 Era Propaganda dan Pendidikan Kesehatan Rakyat (Masa
Penjajahan dan Awal Kemerdekaan sampai sekitar Tahun 1960 an)
2.2.2.1.1 Masa Penjajahan

Awal mula terjadi ketika Belanda membentuk Jawatan Kesehatan Tentara


(Militair Geneeskundige Dienst) pada tahun 1808 bertepatan dengan
pemerintahan Gubernur Jendral H.W. Daendels, yang terkenal dengan pembuatan
jalan dari Anyer sampai Banyuwangi, yang membawa banyak korban jiwa. Pada
saat itu ada tiga Rumah Sakit Tentara yang besar, yaitu di Batavia (Jakarta),
Semarang dan Surabaya. Usaha kesehatan sipil mulai diadakan pada tahun 1809,
dan Peraturan Pemerintah tentang Jawatan Kesehatan Sipil dikeluarkan pada
tahun 1820. Pada tahun 1827 kedua jawatan digabungkan dan baru pada tahun
1911 ada pemisahan nyata antara kedua jawatan tersebut. Pada awalnya, perhatian
hanya ditujukan kepada kelompok masyarakat penjajah (Belanda) sendiri, beserta

16
para anggota tentaranya yang juga meliputi orang pribumi. Sedangkan usaha
untuk mempertinggi kesehatan rakyat secara keseluruhan baru dinyatakan dengan
tegas dengan dibentuknya Jawatan/Dinas Kesehatan Rakyat pada tahun 1925.
Sedangkan pelayanan kesehatan yang mula-mula dilakukan adalah pengobatan
dan perawatan (upaya kuratif), melalui RS Tentara.

Dengan adanya wabah kolera, pada tahun 1911 di Batavia dibentuk badan
yang diberi nama “Hygiene Commissie” yang kegiatannya berupa: memberikan
vaksinasi, menyediakan air minum dan menganjurkan memasak air untuk
diminum. Perintis usaha ini adalah Dr. W. Th. De Vogel. Selanjutnya pada tahun
1920 diadakan jabatan “propagandist” (juru penyiar berita) yang meletakkan
usaha pendidikan kesehatan kepada rakyat melalui penerbitan, penyebar luasan
gambar dinding, dan pemutaran film kesehatan. Usaha ini karena penghematan
dihentikan pada tahun 1923.

“Medisch Hygienische Propaganda”

Pada tahun 1924, oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene.


Kegiatan pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten.
Lambat laun pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi “Medisch
Hygienische Propaganda”. Propaganda ini kemudian meluas pada penyakit perut
lainnya, bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di sekolah-sekolah dan
pengobatan kepada anak-anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk
mendirikan “brigade sekolah” dimana-mana. Hanya saja gerakan ini tidak
berlangsung lama. Baru pada tahun 1933 dapat dimulai organisasi higiene
tersendiri, dalam bentuk Percontohan Dinas Kesehatan Kabupaten di Purwokerto.
Dinas ini terpisah dari Dinas Kuratif tetapi dalam pelaksanaannya bekerjasama
erat.

Sebagai pelaksana kegiatan pendidikan kesehatan dalam bidang Hygiene


dan Sanitasi, seorang dokter pribumi bernama Dr. Soemedi, kemudian
mendirikan Sekolah Juru Hygiene di Purwokerto. Usaha ini kemudian dilanjutkan

17
oleh Dr. R. Mochtar yang kemudian menjabat sebagai Kepala Bagian Pendidikan
Kesehatan Rakyat (Medisch Hygienische Propaganda Dienst).

“Prevention is better than cure”

Apa yang telah dirintis oleh Hydrick ternyata dilanjutkan oleh Pemeritah
(Belanda). Perhatian Pemerintah Belanda terhadap usaha preventif dilaksanakan
melalui berbagai kegiatan, tindakan dan peraturan (perundang-undangan). Motto
yang berbunyi “Prevention is better than cure” diwujudkan dalam berbagai
kegiatan yaitu:

1. vaksinasi cacar, typus, cholera, desentri, pes


2. pendaftaran kelahiran, kematian
3. pelaporan tentang penyakit menular, sakit jiwa
4. pengawasan : air minum, pabrik, tempat pembuatan makanan dan
minuman, saluran limbah ait/riolering, pembuangan sampah, perumahan.
5. Termasuk upaya pendidikan kepada rakyat tentang peraturan dalam
pemeliharaan kesehatan diri dan lingkungan.

Dengan demikian, upaya pencegahan semakin dipandang sebagai usaha yang


penting, demikian pula upaya pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

2.2.2.1.2 Masa Pendudukan Jepang dan Awal Kemerdekaan

Disorganisasi Usaha Kesehatan Masyarakat yang sejak zaman pendudukan


Jepang sudah kacau, berlangsung terus dalam periode revolusi fisik (1945 –
1949). Banyak fasilitas Kesehatan tidak dapat dipergunakan karena rusak, bahkan
para petugas kesehatan pun banyak yang meninggalkan posnya, bergabung dalam
barisan gerilyawan melawan Belanda, Amerika, dan Inggris. Sehingga perlu
dicatat bahwa banyak tenaga dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang menjadi
pejuang dan di antaranya ada yang gugur di medan perang, atau menjadi korban
perang.

18
Dalam periode revolusi fisik (Agustus 1945 – Desember 1949), masih
terdapat dua sistem pemeritahan, yaitu Belanda yang berpusat di Jakarta, dan
Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta. Dengan demikian, maka selama
8 tahun (1942 – 1949) Indonesia mengalami masa yang sangat memprihatinkan.
Banyak fasilitas kesehatan yang tidak dapat dipergunakan, karena rusak,
ditinggalkan, bahkan para petugas kesehatan pun meninggalkan posnya untuk
turut bergabung dengan para gerilyawan. Obat-obatan didaerah Republik juga
sulit dijangkau.

Setelah penyerahan Kedaulatan (27 Desember 1949), Pemerintah


memberikan perhatian pada kesehatan rekyat. Pemerintah (RI) juga memberikan
perhatiannya pada kesehatan masyarakat di desa. Pada saat itu, dikembangkan
Usaha Pembangunan Masyarakat Desa yang antara lain melakukan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat. Pada waktu itu ada yang disebut Gerakan
Kebersihan, Pekan Kerja Bakti, dan lain-lain. Selain itu diadakan pula Usaha
Kesehatan di sekolah-sekolah, yang berkaitan dengan kebersihan diri dan
lingkungan, perbaikan gizi, dan lain-lain. Bahkan di masa masih bergolak (1948)
sudah didirikan sekolah untuk penyuluh kesehatan di Magelang dan dibuat dua
daerah percontohan, yaitu di Magelang dan Yogyakarta.

2.2.2.2 Era Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan (1960-1980)


2.2.2.2.1 Istilah Pendidikan Kesehatan dan UU Kesehatan 1960

Terdapat dua hal penting dalam Undang-undang tersebut yang perlu


dikemukakan dan dijadikan landasan dalam penyelenggaraan Pendidikan
Kesehatan Masyarakat yaitu :

1. Pasal 1, yang menyatakan bahwa Tiap-tiap warganegara berhak


memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya dan perlu diikut sertakan
dalam usaha-usaha Kesehatan Pemerintah.

19
2. Pasal 4, yang menetapkan Tugas Pemerintah untuk memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan rakyat dengan menyelenggarakan dan
menggiatkan usaha-usaha dalam lapangan......... butir c. Penerangan dan
Pendidikan Kesehatan Rakyat......dst

Sehingga pada saat itu, istilah Pendidikan Kesehatan telah dipergunakan secara
resmi.

Tentang apa yang disebut dengan Pendidikan Kesehatan (Health


Education) banyak ahli memberikan definisi seperti Dorothy Neswander, Guy
Steuart, Paul Mico, Helen Ross, Iwan Sutjahja, dan lain-lain. Dari berbagai
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan merupakan
upaya yang ditekankan pada terjadinya perubahan perilaku, baik pada individu
maupun masyarakat. Bahkan dalam salah satu jargonnya, ditegaskan bahwa fokus
Health Education adalah pada perubahan perilaku itu, bukan hanya pada
peningkatan pengetahuan saja. Oleh karena itu area Pendidikan Kesehatan adalah
pada Knowledge (Pengetahuan), Attitude (Sikap) dan Practice (Perilaku), yang
disingkat menjadi K.A.P. Metode yang dipergunakan dalam pendidikan kesehatan
dapat bervariasi, sesuai dengan keadaan, masalah dan potensi setempat. Namun
metode tersebut harus dikembangkan : dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat.

2.2.2.2.2 Penetapan Hari Kesehatan Nasional

Pada sekitar tahun 1960-an, malaria merupakan salah satu penyakit rakyat
yang berkembang dengan subur. Ratusan ribu jiwa mati akibat malaria.
Berdasarkan penyelidikan dan pengalaman, penyakit malaria di Indonesia dapat
dilenyapkan. Dengan cara kerja harus dirubah dan diperbarui. Maka pada
September 1959 dibentuk Dinas Pembasmian Malaria (DPM) yang kemudian
pada Januari 1963 dirubah menjadi Komando Operasi Pembasmian Malaria
(KOPEM). Pembasmian malaria tersebut ditangani secara serius oleh pemerintah
dengan dibantu oleh USAID dan WHO. Direncanakan bahwa pada tahun 1970
malaria hilang dari bumi Indonesia.

20
Pada akhir tahun 1963, dalam rangka pembasmian malaria dengan racun
serangga DDT, telah dijalankan penyemprotan rumah-rumah di seluruh Jawa, Bali
dan Lampung, sehingga l.k. 64,5 juta penduduk telah mendapat perlindungan dari
kemungkinan serangan malaria. Usaha itu juga dilanjutkan dengan nusaha
surveilans yang berhasil menurunkan ”parasite index” dengan cepat, yaitu dari 15
% menjadi 2%.

Pada saat itulah, tepatnya pada tanggal 12 November 1964, peristiwa


penyemprotan nyamuk malaria secara simbolis dilakukan oleh Bung Karno selaku
Presiden RI di desa Kalasan, sekitar 10 km di sebelah timur kota Yogyakarta.
Meskipun peristiwanya sendiri merupakan upacara simbolis penyemprotan
nyamuk, tetapi kegiatan tersebut harus dibarengi dengan kegiatan pendidikan atau
penyuluhan kepada masyarakat.
2.2.2.3 Era PKMD, POSYANDU Dan Penyuluhan Kesehatan melalui Media
Elektronik (1975 - 1995)
2.2.2.3.1 Peran Serta Dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Berdasarkan pertemuan Alma Ata (1978), WHO memberi rumusan tentang peran
serta masyarakat adalah suatu proses dimana individu dan keluarga:

a) Bertanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan diri, keluarga dan


masyarakat.
b) Berkembang kemampuannya untuk berkontribusi dalam pembangunan.
c) Mengetahui keadaannya dengan lebih baik dan termotivasi untuk
memecahkan masalahnya.
d) Memungkinkan menjadi penggerak pembangunan (agent of develepment).

Selanjutnya dalam ”World Health Assembly 1979” dirumuskan bahwa Peran serta
masyarakat adalah suatu proses untuk mewujudkan kerja sama kemitraan
(partnership) antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam merencanakan,
melaksanakan dan memanfaatkan kegiatan kesehatan, sehingga diperoleh manfaat
berupa peningkatan kemampuan swadaya masyarakat dan masyarakat ikut

21
berperan dalam penentuan prasarana dan pemeliharaan teknologi tepat guna dalam
pelayanan kesehatan.

2.2.2.3.2 Munculnya PKMD

PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) mulai muncul di


permukaan pada sekitar tahun 1975. Pada waktu itu oleh Depkes dibentuk Panitia
Kerja untuk menyiapkan konsep program Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa (PKMD). Ketuanya adalah Dr. R. Soebekti, Dirjen Pembinaan Kesehatan
Masyarakat. Landasan dasar dikembangkannya PKMD ini adalah sejarah budaya
bangsa Indonesia yang telah turun temurun, yakni “gotong royong’ dan
“musyawarah”. Mengacu pada dua prinsip ini maka konsep PKMD
dikembangkan dengan semangat kekeluargaan dan saling membantu, yang kuat
membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, dan yang sehat
membantu yang sakit.

Pada saat itu, semua program pembangunan harus didasarkan pada Garis-
Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Demikian pula PKMD, yang di dalam
GBHN dengan jelas disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk
mencacapai kesempatan yang luas bagi setiap warga Negara untuk meningkatkan
derajat kesehatannya sebagai bagian dari pencapaian kesejahteraan sosial. Hal itu
juga sejalan dengan Undang-Undang Kesehatan No. 9/1960 yang menyebutkan
bahwa kesehatan bukan hanya sekedar bebas penyakit dan cacat, tetapi merupakan
keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial. Kesehatan adalah hak setiap
warga Negara untuk mecapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan seperti ini, maka perlu dilaksanakan pembangunan
kesehatan masyarakat desa, sebagai bagian dari pembanguan nasional.

Dalam pertumbuhannya, PKMD mememperoleh komitmen dari lembaga-


lembaga baik pemerintah maupun swasta. Departemen-Departemen dan lembaga-
lembaga non departemen yang telah meberikan komitmen terhadap PKMD
adalah: Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Depertemen

22
Pertanian, Departemen Sosial, Depertemen Pekerjaan Umum, Departemen
Agama, Departemen Perdagangan dan Industri dan Departemen Keuangan.
Sedangkan lembaga pemerintahan non Departemen, dan lemabga swadaya
masyarakat lainnya yang terlibat adalah: Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), Bank Rakyat Indonesia , Badan Perencanaan Nasional
(Bappenas), Pramuka, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Perkumpulan
Kelauraga Berenecana Indonsia (PKBI), Organisasi Wanita dan Palang Merah
Indonsia.

2.2.2.3.3 PKMD dan Deklarasi Alma Ata

PKMD adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan dengan


berasaskan gotong royong dan swadaya. PKMD dilaksanakan dalam rangka
menolong diri (masyarakat) sendiri untuk mengenal dan memecahkan
masalah/kebutuhan yang dirasakan mayarakat. Kegiatan PKMD ini dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuaan masyarakat dalam bidang kesehatan
maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan.

PKMD juga merupakan bagian integral dari pembangunan nasional pada


umumnya, dan pembangunan desa pada khususnya. Kegiatan PKMD diharapkan
muncul dari masyarakat sendiri dengan bimbingan dan pembinaan oleh
pemerintah setempat secara lintas program dan lntas sektor. Puskesmas sebagai
pusat pembangunan kesehatan tingkat kecamatan atau kelurahan mengambil
parakarsa dalam pemabangunan kesehatan masyarakat. Tujuan umum PKMD
adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri mereka sendiri
dibidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan
masyarakat. Sedangkan tujuan khusus PKMD adalah:

a) Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki untuk


menolong diri sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka.

23
b) Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan
serta aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka
sendiri.
c) Menghasilkan tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu, trampil
serta mau berperan aktif dalam kegiatan pembangunan.
d) Meningkatnya kesehatan masyarakat.
Dengan demikian sebenarnya PKMD adalah identik dengan
pengembangan DKI PKM, sebagaimana yang diceritakan pada bab III. Kedua
kegiatan ini sama-sama meningkatkan peranserta dan memberdayakan masyarakat
dalam pembangunan kesehatan. Namun karena PKMD melibatkan lintas program
dan lintas sektoral, dan di Depkes sendiri dimotori oleh pejabat eselon I, maka
PKMD lebih berkembang. Apalagi, PKMD kemudian memperoleh dukungan
dunia internasional yang menggalakkan Primary Health Care, yang dicetuskan
dalam “Deklarasi Alma Ata”.

2.2.2.4 Era Promosi Kesehatan dan Paradigma Sehat (1995-2005)


2.2.2.4.1 Munculnya Istilah Promosi Kesehatan

Sekitar akhir tahun 1994, Dr. Ilona Kickbush, yang baru saja menjabat
sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva, datang ke
Indonesia. Sebagai direktur baru ia mengunjungi beberapa negara, termasuk
Indonesia. Kebetulan pada waktu itu Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes
juga baru saja diangkat, yaitu Drs. Dachroni MPH, yang menggantikan Dr. IB
Mantra yang purna bakti (pensiun). Dengan kedatangan Dr. Kickbush,
diadakanlah pertemuan dengan pimpinan Departemen Kesehatan dan pertemuan
lainnya baik internal penyuluhan kesehatan maupun external dengan lintas
program dan lintas sektor, termasuk FKM UI. Bahkan sempat pula mengadakan
kunjungan lapangan ke Bandung, yang diterima dengan baik oleh Ibu Neni
Surachni sebagai kepala Sub Dinas PKM Jabar waktu itu. Dari serangkaian
pertemuan itu serta perbincangan selama kunjungan lapangan ke Bandung,
Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion (Promosi Kesehatan).

24
Barangkali karena terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia, Dr. Kickbush
kemudian menyampaikan usulan agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah
Konferensi International Health Promotion yang keempat, yang sebenarnya
memang sudah waktunya diselenggarakan.

Usulan tersebut ternyata diterima oleh pimpinan Departemen Kesehatan


saat Prof. Dr. Suyudi menjabat sebagai Menteri Kesehatan. Kunjungan Dr.
Kickbush itu ditindak lanjuti dengan kunjungan pejabat Health Promotion WHO
Geneva lainnya, yaitu Dr. Desmond O Byrne, sampai beberapa kali untuk
mematangkan persiapan konferensi Jakarta. Sejak itu khususnya Pusat
Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi
kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia. Sebagai tuan rumah konferensi
internasional tentang promosi kesehatan, seharusnyalah kita sendiri mempunyai
kesamaan pemahaman tentang konsep dan prinsip-prinsipnya serta dapat
mengembangkannya paling tidak di beberapa daerah sebagai percontohan.
Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di Indonesia tersebut
dipacu oleh perkembangan dunia internasional.

2.2.2.4.2 Konferensi Internasional Health Promotion IV dan Deklarasi


Jakarta

Konferensi ke-4 di Jakarta tersebut dihadiri oleh sekitar 500 orang dari 78
negara, termasuk sekitar 150 orang Indonesia. Ini karena konferensi tersebut juga
merupakan konferensi nasional promosi kesehatan yang pertama. Konferensi
dibuka oleh Presiden RI yang masih dijabat oleh Bapak Soeharto di Istana
Negara. Selain pembicara-pembicara internasional, juga tampil pembicara
Indonesia, yaitu Prof Dr. Suyudi selaku Menteri Kesehatan, dan Prof. Dr.
Haryono Suyono, selain selaku Menteri Kependudukan juga sebagai pakar
komunikasi. Pada acara Indonesia Day, tampil pembicara-pembicara dari berbagai
program, sektor dan daerah, menyampaikan pengalamannya dalam berbagai
kegiatan promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan dalam program atau daerah

25
masing-masing (diselenggarakan dalam sidang-sidang yang berjalan secara
serentak/pararel).

Konferensi ini bertema: “New players for a new era: Leading Health
Promotion into the 21st century” dan menghasilkan Deklarasi Jakarta, yang diberi
nama: “The Jakarta Declaration on Health Promotion into the 21st Century”.
Selanjutnya Deklarasi Jakarta ini memuat berbagai hal, antara lain sebagai
berikut:

1. Bahwa Konferensi Promosi Kesehatan di Jakarta ini diselenggarakan


hampir 20 tahun setelah Deklarasi Alma Ata dan sekitar 10 tahun setelah
Ottawa Charter, serta yang pertama kali diselenggarakan di negara sedang
berkembang dan untuk pertama kalinya pihak swasta ikut memberikan
dukungan penuh dalam konferensi.
2. Bahwa Promosi Kesehatan merupakan investasi yang berharga , yang
mempengaruhi faktor-faktor penentu di bidang kesehatan guna mencapai
kualitas sehat yang setinggi-tingginya.
3. Bahwa Promosi Kesehatan sangat diperlukan untuk menghadapi berbagai
tantangan dan perubahan faktor penentu kesehatan. Berbagai tantangan
tersebut seperti: adanya perdamaian, perumahan, pendidikan, perlindungan
sosial, hubungan kemasyarakatan, pangan, pendapatan, pemberdayaan
perempuan, ekosistem yang mantap, pemanfaatan sumber daya yang
berkelanjutan, keadilan sosial, penghormatan terhadap hak-hak azasi
manusia, dan persamaan, serta kemiskinan yang merupakan ancaman
terbesar terhadap kesehatan, selain masih banyak ancaman lainnya.
4. Bahwa untuk menghadapi berbagai tantangan yang muncul terhadap
kesehatan diperlukan kerjasama yang lebih erat , menghilangkan sekat-
sekat penghambat, serta mengembangkan mitra baru antara berbagai
sektor, di semua tingkatan pemerintahan dan lapisan masyarakat.
5. Bahwa prioritas Promosi Kesehatan abad 21 adalah :
a. Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam kesehatan;
b. Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan;

26
c. Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan;
d. Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan
masyarakat;
e. Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.
6. Selanjutnya menyampaikan himbauan untuk bertindak, dengan menyusun
rencana aksi serta membentuk atau memperkuat aliansi promosi kesehatan
di berbagai tingkatan, mencakup. :
7. Membangkitkan kesadaran akan adanya perubahan faktor penentu
kesehatan;
8. Mendukung pengembangan kerjasama dan jaringan kerja untuk
pembangunan kesehatan;
9. Mendorong keterbukaan dan tanggungjawab sosial dalam promosi
kesehatan.
2.2.2.5 Era Paradigma Sehat: Visi dan Misi Promosi Kesehatan

Pada tahun 1998, Presiden Soeharto digantikan oleh Presiden Habibie


serta Prof. Dr. Farid Anfasa Moeloek Sebagai Menteri Kesehatan. Setelah melalui
persiapan antara lain pertemuan dengan para pakar, pertemuan nasional dengan
daerah-daerah, pertemuan lintas sektor dan dengar pendapat dengan DPR, pada 1
Maret 1999 oleh Presiden Habibie dicanangkan : “Gerakan Pembangunan yang
Berwawasan Kesehatan”, atau dikenal dengan “Paradigma sehat”. Sebagai
konsekuensinya adalah bahwa semua pembangunan dari semua sektor harus
mempertimbangkan dampaknya di bidang kesehatan, minimal harus memberi
kontribusi dan tidak merugikan pertumbuhan lingkungan dan perilaku sehat.

Disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah: Indonesia Sehat


2010, dengan misi:

a. Menggerakkan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan;


b. Mendorong kamandirian masyarakat untuk hidup sehat;
c. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu; dan

27
d. Meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat termasuk
lingkungannya.

Salah satu pilar Indonesia Sehat 2010 tersebut adalah : perilaku sehat, disamping
dua pilar lainnya yaitu: lingkungan sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu,
adil dan merata. Ditetapkan pula strategi pembangunan kesehatan beserta
program-program pokoknya. Dalam Program Pembangunan Nasional
(PROPENAS) disebutkan bahwa salah satu program pokok pembangunan
kesehatan adalah peningkatan perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat, yang
karenanya menempatkan promosi kesehatan sebagai salah satu program unggulan.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)


2004-2009 dan Rencana Strategis (Renstra) Departemen Kesehatan 2005-2009
juga disebutkan bahwa Promosi Kesehatan merupakan program tersendiri dan
diposisikan pada urutan pertama. Hal ini menegaskan bahwa Paradigma Sehat
dengan Visi Indonesia Sehat-nya tersebut sangat sesuai dengan Deklarasi Jakarta,
dan dengan demikian promosi kesehatan (termasuk PHBS), yang berorientasi
pada perilaku hidup sehat, semakin memperoleh pijakan yang kuat.
2.2.2.6 Promosi Kesehatan Di Era Reformasi Dan Desentralisasi

Salah satu hal yang melatar belakangi terjadinya perubahan adalah


bergantinya sistem pemerintahan sentralisasi menjadi desentralisasi, atau otonomi
daerah. Semangat inilah yang mendukung dibentuknya UU No. 22 tahun 1999
dan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta UU No. 25 tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diberlakukan pada
tahun 2001. Sesuai dengan UU tersebut, maka Gubernur, Bupati dan Walikota
kini dipilih langsung oleh rakyat dan karenanya mempunyai kewenangan yang
sangat menentukan, termasuk dalam penentuan organisasi daerah, jabatan dan
personilnya.
Untuk mengantisipasi hal ini, Departemen Kesehatan dalam hal ini
Promosi Kesehatan menyelenggarakan pertemuan dengan Bupati dan Walikota
seluruh Indonesia pada bulan Juli 2000 yang menyepakati tentang perlunya

28
perhatian daerah secara lebih sungguh-sungguh terhadap program kesehatan,
kelembagaan, ketenagaan serta anggaran yang mendukungnya. Berbagai
pertemuan khusus untuk menjelaskan dan mendiskusikan tentang Paradigma
Sehat dan Visi Indonesia sehat 2010 juga diselenggarakan kepada partai-partai
politik dan anggota DPR khususnya komisi yang mengurusi bidang kesehatan.

2.3 Policy Adaptation Promosi Kesehatan


2.3.1 Undang-Undang
-UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
-UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2.3.2 Peraturan Pemerintah
-
2.3.3 Peraturan Presiden
-Perpres 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
2.3.4 Peraturan Menteri Kesehatan (Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk
Teknis)
-PMK No.1114 tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah
-PMK No.1193 tahun 2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan
-PMK No.585 tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Puskesmas
-PMK No.1787 tahun 2010 tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan
Kesehatan
-PMK No.4 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan
Rumah Sakit
2.3.5 Surat Edaran:
-Nomor: PK.05.01/3/0601/2018
-Hal: Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat di
Puskesmas

29
2.4 Pakar Promosi Kesehatan
2.5 Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

30
Referensi
 e-book promosi kesehatan HDJ Maulana, S Sos, M Kes - 2009 -
books.google.com
 Bahan ajar Ayubi Dian. 2010. Konsep Promosi Kesehatan. Departemen
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Depok: FKM UI.
 Efendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawataan kesehatan Komunitas teoti
dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
 Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
 Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta
 Iqi, Iqbal. 2008. Promosi Kesehatan. dalam http://iqbal-iqi.blogspot.com
 Taylor, Shelley E., 2003, Health Psychology, 5th edition, New York:
McGraw Hill.
 WHO, 1986, The Ottawa Charter for Health Promotion, Geneva: WHO,
dari http://www.who.int/health
promotion/conferences/previous/ottawa/en/, diakses tanggal 19 Maret
2018
 WHO, 1998, Health Promotion Glossary, Geneva: WHO. diakses tanggal
19 Maret 2018

31
32

Anda mungkin juga menyukai