Anda di halaman 1dari 15

PROMOSI KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

DISUSUN :

Cike Aprilicia Ariesta 010618002


Cindy Lusiana 010618003
Farah Nur Fadillah 010618006
Siti Rumanah 010618014
Siti nadya Bintang 010618013
Ghina Mutiara Hanum 010619053

UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN

SARJANA KEBIDANAN

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karuniaNyalah,
makalah yang berjudul “Promosi Kesehatan Dan Pencegahan Penyakit” ini bisa
diselesaikan. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah
memberikan tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah terlibat
dalam proses penulisannya, yang senantiasa memotivasi.

Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis
telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari
makalah ini belumlah sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini.

Cikarang, 30 Maret 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………….4
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………………….4
C. Manfaat Penulisan……………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Promosi Kesehatan…………………………………………………...6
B. Promosi Kesehatan Untuk Meningkatkan Peran Aktif Masyarakat Dalam Pencegahan
Penyakit Tidak Menular………………………………………………………7
C. Contoh Promosi Kesehatan…………………………………………………...10
D. Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pencegahan Penyakit Menular
Seksual………………………………………………………………………...12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar
rakyat, dimana tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 yaitu hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat besar
peranannya dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka
mengimbangi makin ketatnya persaingan bebas di era globalisasi. Keberhasilan
pembangunan kesehatan tersebut memerlukan pembangunan kesehatan yang lebih
dinamis dan produktif dengan melibatkan semua sector terkait termasuk swasta dan
masyarakat. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.
Oleh karena itu perlu diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan, promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Dalam rangka
memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
maka diperlukan strategi promosi kesehatan baik kepada pemerintah, tokoh masyarakat,
dan khususnya kepada masyarakat.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah promosi kesehatan kami membuat makalah ini
dengan judul strategi promosi kesehatan untuk mengetahui bagaimana strategi promosi
kesehatan yang ditunjukan  kepada pemerintah, tokoh masyarakat, dan masyarakat.
B. Tujuan
Makalah ini selain digunakan untuk menyelesaikan tugas Dasar Promosi
Kesehatan, juga memiliki tujuan yang ditujukan kepada pembaca untuk mengetahui
tentang bagaimana strategi promosi kesehatan.

C. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian promosi kesehatan.
2. Dapat mengetahui bagaimana Strategi Promosi Kesehatan
3. Dapat mengetahui bagaimana peran aktif masyarakat dalam pencegahan penyakit.
4
4. Dapat mengetahui contoh-contoh Promosi Kesehatan.
5. Dapat mengetahui peran tenaga kesehatan terhadap pencegahan penyakit.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Promosi Kesehatan Berdasarkan Ottawa Charter


Berdasarkan Ottawa Charter 1986 terdapat lima strategi promosi kesehatan yaitu
Kebijakan berwawasan kesehatan (Health Public Policy), Lingkungan yang
mendukung (Supportive environment), Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient
health service), Keterampilan individu (Personal Skill) serta Gerakan masyarakat
(Community action). Kelima strategi tersebut bertujuan untuk menyeimbangkan
penerapan promosi kesehatan sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan mengurangi angka kesakitan. strategi promosi kesehatan berdasarkan
Ottawa Charter adalah:
1. Kebijakan berwawasan kesehatan (Health Public Policy)
Kebijakan berwawasan kesehatan merujuk kepada kegiatan yang ditujukan
untuk pembuat keputusan dan penentu kebijakan dalam mencapai suatu tujuan.
Pencapaian suatu tujuan dilakukan melalui salah satu caranya dengan menentukan
atau mengembangkan kebijakan-kebijakan berwawasan kesehatan. Sesuai dengan
tujuan kebijakan yang berwawasan kesehatan ini sasaran promosi kesehatan salah
satunya adalah petugas kesehatan yang menjadi pengambil kebijakan atau
pembuat keputusan baik institusi pemerintah atau swasta.
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung (Supportive environment).
Lingkungan yang kondusif dan nyaman merupakan salah satu aspek yang
mendukung penerapan promosi kesehatan di rumah sakit. Berdasarkan Permenkes
RI Nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit salah satu
syarat tata bangunan dan lingkungan rumah sakit adalah perancangan
pemanfaatan tata ruang dalam bangunan yang efektif sesuai dengan fungsi-fungsi
pelayanan.
3. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service)
Reorientasi pelayanan kesehatan adalah suatu kegiatan yang melibatkan
masyarakat. Upaya melibatkan masyarakat langsung untuk memelihara dan
meningkatkan taraf kesehatannya sendiri melibatkan masyarakat dalam upaya
promosi kesehatan juga penting. Pelayanan kesehatan berbasis masyarakat dapat
dilakukan misal dengan membentuk lembaga swadaya masyarakat yang peduli
dengan kesehatan masyarakat. Upaya promosi kesehatan akan berjalan dengan

6
baik apabila dua komponen promosi kesehatan yaitu penyedia pelayanan
kesehatan dan pihak yang membutuhkan pelayanan kesehatan saling
bertanggungjawab dan memiliki persamaan persepsi terkait tugas dan wewenang
serta hak kesehatan.
4. keterampilan individu (Personal Skill)
Keterampilan individu adalah upaya peningkatan pengetahuan dan
kemampuan individu dalam masyarakat untuk memelihara kesehatan, mengenal
gejala awal penyakit, penyebab suatu penyakit, pengobatan serta perawatan
kesehatan. Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan,
keterampilan individu mutlak diperlukan. Dengan harapan semakin banyak
individu yang terampil dalam memelihara diri sendiri dalam bidang kesehatan.
Keterampilan individu sangatlah diharapkan dalam mewujudkan keadaan
masyarakat yang sehat.
5. Gerakan masyarakat (Community action)
Gerakan masyarakat adalah suatu upaya dalam wujud pemberdayaan
masyarakat yang memiliki tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
sendiri, meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan melakukan penyuluhan,
pendidikan dan pelatihan serta memperkuat sumber daya manusia untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup
bersih dan sehat.
B. Promosi Kesehatan untuk Meningkatkan Peran Aktif Masyarakat dalam Pencegahan
Penyakit Tidak Menular
Hakekat kegiatan promosi kesehatan merupakan cara untuk memberikan pesan-
pesan kesehatan baik kepada masyarakat, kelompok atau individu. Pesan kesehatan
yang tersampaikan ke masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
yang baik dan benar. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain penting
pembentukan perilaku seseorang. Jika pengetahuan seseorang baik dan selalu bersikap
positif diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku seseorang termasuk perilaku
dalam kesehatan (Notoadmodjo, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa promosi
kesehatan berdampak terhadap perilaku kesehatan seseorang.
1. Program Promosi Kesehatan tentang Hipertensi
Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan tentang hipertensi dilaksanakan
selama 3 hari. Kegiatan ini dibagi dalam 3 sesi, yaitu penyuluhan interaktif,
pemeriksaan tekanan darah dan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), serta
7
praktek melaksanakan aktivitas fisik. Tingkat pengetahuan tentang menjaga
kesehatan sangat penting membentuk perilaku individu untuk hidup sehat (Rahayu
et al, 2014). Pengetahuan tentang pencegahan hipertensi pada masyarakat dapat
diperoleh melalui berbagai media dan sarana promosi kesehatan diantaranya
penyuluhan kesehatan. Materi penyuluhan tentang hipertensi dan pencegahannya,
antara lain dengan melaksanakan perilaku atau gaya hidup sehat meliputi
mengatur diet makanan yang sehat, tidak merokok, melakukan olah raga yang
cukup, dan rutin memeriksakan kesehatan terutama pemeriksaan tekanan darah
(Sofiana et al, 2020). Materi penyuluhan juga bertujuan memberikan penguatan
terhadap program Kementerian Kesehatan RI yaitu Germas. Germas adalah
program promosi kesehatan untuk memasyarakatkan budaya hidup sehat diikuti
dengan PHBS berbasis masyarakat. Terdapat tujuh langkah mencapai derajat
kesehatan dalam Germas, yaitu aktivitas fisik yang teratur, makan sayuran dan
buah-buahan, menghindari merokok, menghindari alkohol, melakukan cek kondisi
kesehatan dengan teratur, melaksanakan kesehatan lingkungan, dan menggunakan
jamban (Kemenkes RI, 2017).
Pengabdian dan kegiatan pemberdayaan masyarakat ini dilaksanakan
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan
tekanan darah. Tekanan darah yang tidak terkendali menyebabkan hipertensi dan
dapat mengakibatkan beberapa komplikasi penyakit mematikan, antara lain
penyakit jantung dan stroke. Sebenarnya penatalaksanaan hipertensi dilaksanakan
dengan strategi yang mudah yaitu dengan memodifikasi gaya hidup. Modifikasi
gaya hidup antara lain dengan mengurangi konsumsi garam tidak lebih dari 6
gram/hari, menjalankan program menurunkan berat badan, tidak meminum
minuman yang mengandung kafein, menghindari aktivitas merokok dan alcohol,
serta dianjurkan melakukan aktivitas fisik dan olahraga. Jenis aktivitas fisik yang
dianjurkan misalnya berjalan, berlari, jogging, serta bersepeda. Hal yang
terpenting juga adalah mengukur tekanan darah secara teratur dan menghindari
stress (Sudarsono et al, 2017).
2. Program Promosi Kesehatan tentang Merokok
Data Riskesdas Kemenkes RI (2018) menunjukkan bahwa terdapat 33,8%
perokok di atas usia 15 tahun. Dengan jumlah perokok yang meningkat diusia
muda maka dapat diperkirakan bahwa peningkatan ini akan diikuti juga dengan
bertambahnya proporsi penyakit yang diakibatkan oleh rokok, antara lain
8
hipertensi, stroke,diabetes mellitus, jantung koroner dan kanker. Secara langsung
peningkatan jumlah perokok dapat meningkatkan beban kesehatan masyarakat.
Diperlukan usaha dan komitmen dari berbagai pihak termasuk perguruan tinggi
untuk pengendalian konsumsi rokok atau tembakau sehingga dapat mengurangi
beban kesehatan akibat penyakit terkait rokok.
Upaya pemerintah yang telah dilakukan dalam mengendalikan konsumsi
rokok antara lain dengan menyiapkan peraturan yang mensyaratkan para produsen
untuk mencantumkan peringatan bahaya merokok serta informasi kesehatan pada
kemasan rokok. Selain itu penanyangan iklan rokok diperbolehkan hanya pada
jam tertentu di televisi. Meskipun demikian tampaknya belum dapat mengurangi
konsumsi rokok secara maksimal, termasuk di kalangan usia muda hingga
penduduk di pedesaan. Hal ini harus didukung dengan semakin memperketat dan
memperbanyak area KTR.
3. Program Promosi Kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Anak usia sekolah rentan terhadap masalah kesehatan. Berbagai macam
penyakit yang bersumber dari permasalahan kebersihan lingkungan dapat mudah
menjangkiti mereka, antara lain kecacingan, diare, batuk, dan penyakit berkaitan
kesehatan gigi dan mulut. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa pada usia anak
sekolah terjadi pertumbuhan fisik maupun otak yang pesat sehingga diperlukan
asupan gizi dan pemeliharaan kesehatan yang prima. Untuk itu kesadaran tentang
pentingnya menjaga kesehatan perlu ditanamkan sedini mungkin pada anak
sekolah sehingga kelompok usia ini kelak memiliki kualitas hidup yang baik.
Kegiatan untuk memperbaiki kualitas kesehatan anak usia sekolah antara lain
melalui pelaksanaan promosi kesehatan di sekolah, dengan mensosialisasikan
PHBS di sekolah dan di lingkungan sekitarnya. Banyak laporan penelitian
menyatakan bahwa masih kurangnya penerapan PHBS di sekolah (Diana et al,
2013; Fauziah et al, 2014; Raharjo dan Indarjo, 2014; Lina, 2016). Kebiasaan
siswa jajan sembarangan, membuang sampah sembarangan, hingga permasalahan
sanitasi lingkungan adalah beberapa masalah yang banyak ditemui pada aktivitas
di sekolah. Selain itu kesadaran untuk memelihara higiene perorangan, misalnya
cuci tangan menggunakan sabun dan menyikat gigi seringkali tidak dilakukan oleh
siswa, kebiasaan siswa mengonsumsi jajanan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dan siswa membuang sampah tidak pada tempat sampah. Hal ini akan

9
memudahkan siswa menjadi sakit sehingga tidak dapat melaksanakan proses
belajar di sekolah dengan maksimal.
Penerapan PHBS di sekolah merupakan praktek-praktek penerapan perilaku
sehat yang baik dan benar yang dijalankan oleh seluruh peserta didik atau
siswa/pelajar, serta guru dan masyarakat yang berada di lingkungan sekolah.
Penerapan PHBS harus dilakukan dengan kesadaran sebagai hasil pembelajaran
mereka. Diharapkan mereka secara mandiri mampu melakukan pencegahan
penyakit, meningkatkan kesehatan, dan secara aktif mewujudkan lingkungan
hidup yang sehat. PHBS bertujuan meningkatkan kualitas kesehatan
penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu-individu dalam
menjalani perilaku kehidupan sehari-hari yang bersih dan sehat. Manfaat PHBS
yang paling utama adalah terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan
memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran untuk menjalani perilaku hidup yang
menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan (Rofiki dan Famuji, 2020).
C. Contoh promosi kesehatan
1. Faktor yang Mempengaruhi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Melalui 3M
Plus dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue
3M (perilaku menguras, perilaku menutup dan perilaku mendaur ulang) Plus
(menaburkan bubuk larvasida/abate, menggunakan obat anti nyamuk, memelihara
ikan pemakan jentik menggunakan kelambu saat tidur dan menanam tanaman
pengusir nyamuk). Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dapat
dilakukan secara afektif dan tuntas jika adanya peran serta masyarakat dalam
melakukan memebasmi jentik nyamuk yang biasa kita sebut dengan perilaku PSN
dan merenapkan tindakan 3M plus. Tujuan utama dari perilaku 3M plus adalah
untuk menghilangkan vektor penyebabnya sejak dini yaitu sedari menjadi jentik
nyamuk. Dengan dilakukannya pemberantasan jentik nyamuk sejak dini, maka
tidak akan ada nyamuk dewasa, sehingga dapat menekan angka penularan DBD.
Keluarga adalah sasaran utama progam PSN, dengan harapan semua keluarga
menerapkan 3M plus setidaknya di keluarganya sendiri dan selalu menjaga
kebersihan lingkungannya.
Menurut peneliti, pendidikan sangat berguna bagi seseorang dalam
memperoleh informasi tentang kesehatan dirinya dan lingkungannya dengan
tujuan meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tingkat pendidikan seseorang
dapat menentukan cara berpikir serta tindakan yang akan dilakukan. Selain
10
itu,pendidikan juga berperan penting dalam pengambilan keputusan sebelum
melakukan tindakan. Mereka yang memiliki pendidikan formal yang tinggi
diasumsikan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan yang tinggi
pula, sehingga lebih dapat mendorong untuk melakukan tindakan pencegahan 3M
Plus. Mereka yang memiliki wawasan luas selalu dikaitkan dengan tingkat
pendidikan, sehingga dapat membentuk sikap yang lebih dewasa.
Masih banyak masyarakat yang tidak melakukan perilaku PSN melalui
tindakan 3M plus. Faktor yang secara signifikan mempengaruhui perilaku PSN
melalui tindakan 3M plus adalah umur, pendidikan, pengetahuan tentang PSN,
sikap terhadap PSN, dukungan petugas kesehatan dan dukungan kader. Sedangkan
variabel penghasilan tidak dapat dibuktikan. Perlu dilakukan promosi kesehatan
tentang PSN-DBD terutama kepada masyarakat yang berumur muda dan
berpendidikan rendah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya melakukan PSN 3M plus agar dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Perlu dilakukan pengkajian secara mendalam tentang
parilaku masyarakat dalam melakukan tindakan 3M plus dan dilakukan analisis
lebih lanjut seperti menggunakan regresi logistik, untuk mengetahui faktor
dominan yang mempengaruhi tindakan 3M plus.
2. Pengaruh Edukasi pada Ibu Hamil dalam Upaya Pencegahan Stunting
Stunting atau kurang gizi kronik adalah suatu bentuk lain dari kegagalan
pertumbuhan,dan kurang gizi kronik. Keadaan yang sudah terjadi sejak lama,
bukan seperti kurang gizi akut. Stunting dapat juga terjadi sebelum kelahiran dan
disebabkan oleh asupan gizi yang sangat kurang saat masa kehamilan, pola asuh
makan yang sangat kurang, rendahnya kualitas makanan sejalan dengan frekuensi
infeksi sehingga dapat menghambat pertumbuhan.
Stunting dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi pendapatan
keluarga, pengetahuan gizi ibu, pola asuh ibu, riwayat infeksi penyakit, riwayat
imunisasi, asupan protein, dan asupan ibu. Asupan ibu terutama saat hamil
merupakan salah satu factor yang berperan penting. Gizi janin bergantung
sepenuhnya pada ibu, sehingga kecukupan gizi ibu sangat memengaruhi kondisi
janin yang dikandungnya.
Promosi kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap
ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan. Hasil yang diharapkan dari pendidikan
kesehatan adalah adanya peningkatan pengetahuan dan sikap dan tujuan akhir
11
tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam
memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Pemberian edukasi pendidikan kesehatan pada ibu hamil
diharapkan akan berdampak pada peningkatan pengetahuan dan kemampuan
dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga nantinya anak akan
berada dalam keadaan status gizi yang baik dan stunting tidak terjadi.
D. Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan Tehadap Pencegahan Penyakit Menular Seksual
Penyakit Menular Seksual menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus
dianggap serius, bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan
menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan,kemandulan, kehamilan dan
persalinan yang beresiko bahkan kematian. Risiko wanita untuk terkena PMS lebih
besar daripada laki-laki sebab alat reproduksinya lebih rentan. Dan seringkali
berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera dikenali, sedangkan penyakit
melanjut ke tahap lebih parah. Untuk itulah peran petugas kesehatan diperlukan dalam
penanggulangan masalah penyakit menular seksual yang sering terjadi di masyarakat.
PMS itu sendiri perlu dipahami oleh masyarakat, termasuk bahayanya, pencegahan,
screening (deteksi dini) dan penanganannya.
Tenaga kesehatan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Tentang
Kesehatan No 36 tahun 2014 merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan untuk jenis tertentu yang memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan profesional tidak hanya dilihat dari
kemampuan menjaga dan merawat klien, tetapi juga kemampuan memberikan
pelayanan secara menyeluruh, baik dari aspek biologis, psikologis, sosial serta
spiritual dengan penuh semangat yang diiringi dengan senyuman ikhlas dan tulus.
Menurut Potter dan Perry macam-macam peran tenaga kesehatan dibagi menjadi
beberapa,yaitu sebagai komunikator, sebagai motivator, sebagai fasilitator dan
sebagai konselor.
Peran tenaga kesehatan sebagai motivator tidak kalah penting dari peran
lainnya. Peran adalah perilaku individu yang diharapkan sesuai dengan posisi yang
dimiliki. Peran yaitu suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, dan sikap yang
diharapkan dapat menggambarkan perilaku yang seharusnya diperlihatkan oleh
individu pemegang peran tersebut dalam situasi yang umumnya terjadi. Seorang
tenaga kesehatan harus mampu memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan dalam
12
meningkatkan kesadaran pihak yang dimotivasi agar tumbuh ke arah pencapaian
tujuan yang diinginkan. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya sebagai
motivator memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu melakukan pendampingan,
menyadarkan, dan mendorong kelompok untuk mengenali masalah yang dihadapi,
dan dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan masalah tersebut.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan Ottawa Charter 1986 terdapat lima strategi promosi kesehatan yaitu
Kebijakan berwawasan kesehatan (Health Public Policy), Lingkungan yang
mendukung (Supportive environment), Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient
health service), Keterampilan individu (Personal Skill) serta Gerakan masyarakat
(Community action). Kelima strategi tersebut bertujuan untuk menyeimbangkan
penerapan promosi kesehatan sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan mengurangi angka kesakitan. Peran seorang tenaga kesehatan
harus mampu memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan dalam meningkatkan
kesadaran pihak yang dimotivasi agar tumbuh ke arah pencapaian tujuan yang
diinginkan. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya sebagai motivator
memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu melakukan pendampingan,
menyadarkan, dan mendorong kelompok untuk mengenali masalah yang dihadapi,
dan dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan masalah tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Maesaroh. (2020). Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan Tehadap Pencegahan


Penyakit Menular Seksual. Vol, 11. Hal, 93-102.
2. Rahman Hamidah, RAmli, dkk. (2021). Promosi Kesehatan untuk Meningkatkan
Peran Aktif Masyarakat dalam Pencegahan Penyakit Tidak Menular. Vol, 01. Hal, 1-
11.
3. Sari Melissa Dwi Mayang. (2022). Pengaruh Edukasi Pada Ibu Hamil Dalam Upaya
Pencegahan Stunting. Vol, 02. Hal, 1-7.
4. Sutriyawan Agung, Wawan Darman, dkk. (2022). Faktor yang Mempengaruhi
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Melalui 3M Plus dalam Upaya Pencegahan
Demam Berdarah Dengue (DBD). Vol, 01. Hal, 23-32.

15

Anda mungkin juga menyukai