Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH METODE PROMOSI MASYARAKAT DAN

PENGEMBANGANNYA

TUGAS PROMOSI KESEHATAN

DOSEN PENGAJAR :
Dr. EUNIKE RUSTIANA

Disusun Oleh :
RIYANA RAHAYUNI (0613521030)
SHOHIBUL MAKKI H (0613521028)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,


berkat limpahan rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyusun
makalah dengan judul “Metode Promosi Masyarakat Dan
Pengembangannya”. Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi mata kuliah Promosi Kesehatan di Universitas Negeri
Semarang.
Keberhasilan penyusunan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Direktur Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin
dalam menempuh kegiatan pembelajaran.
2. Dr. Eunike Rustiana, selaku dosen pengajar kesehatan lingkungan
yang telah memberikan membimbing dalam penyusunan makalah ini.
3. Kepada orang tua dan keluargaku yang selalu mendoakanku.
4. Teman-teman seangkatan yang selalu kompak
5. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharap
saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya pembuatan
makalah ini.

Semarang, Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ...................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
A. pengertian Promosi Kesehatan..................................................4
B. Tujuan Promosi Kesehatan........................................................4
C. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan...........................................5
D. Metode dan Teknik Promosi Kesehatan.....................................7
E. Macam Alat Bantu Promosi Kesehatan...................................14
F. Bentuk Media Promosi Kesehatan...........................................15
G. Perkembangan Strategi Promosi Kesehatan...........................15
H. Faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan
promosi kesehatan....................................................................18

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..............................................................................19
B. Saran.........................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi
salah satu hak dasar rakyat, dimana tercantum dalam pasal 28 H ayat
1 UUD 1945 yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat besar peranannya
dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam
rangka mengimbangi makin ketatnya persaingan bebas di era
globalisasi. Keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut
memerlukan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan
produktif dengan melibatkan semua sektor terkait termasuk swasta
dan masyarakat. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Oleh karena itu perlu diselenggarakan upaya kesehatan
dengan pendekatan pemeliharaan, promosi kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara
menyeluruh,terpadu, dan berkesinambungan. Dalam rangka
memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat maka diperlukan strategi promosi kesehatan
baik kepada pemerintah,tokoh masyarakat, dan khususnya kepada
masyarakat (Effendi, 2014).
Promosi kesehatan merupakan suatu proses untuk
memandirikan, memampukan, dan memperdayakan masyarakat agar
mampu meningkatkan tingkat kesehatannya, baik itu kesehatan pribadi
maupun kesehatan di lingkungan. Pelaksanaan dari promosi
kesehatan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat berupa pendekatan perilaku

1
gaya hidup yang terwujud dalam bentuk perubahan dari pengetahuan,
sikap, dan tindakan masyarakat dalam menyikapi suatu permasalahan
kesehatan. Namun, pada kenyataannya masih banyak masyarakat
yang mengabaikan hal tersebut dengan alasan seperti banyaknya
aktifitas dan hal penting lainnya yang perlu dilakukan selain menjaga
kesehatan (Notoatmodjo, 2015).
Dalam memengaruhi perilaku kesehatan masyarakat, perlu
beberapa usaha dalam melakukan promosi kesehatan. Dimana dalam
penyampaian infomasi dari promosi kesehatan tersebut harus efektif,
dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan seseorang
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Cara
penyampaian informasi kesehatan yang dianggap efektif itu salah
satunya adalah melalui media promosi kesehatan (Notoatmodjo,
2015).
Media promosi kesehatan merupakan suatu sarana dan upaya
untuk menampilkan informasi atau pesan yang ingin disampaikan oleh
komunikator dengan sasaran berupa peningkatan pengetahuan untuk
mengubah perilaku kesehatan yang lebih baik.4 Media yang biasa
digunakan dalam promosi kesehatan dapat berupa media visual,
audio, maupun audio visual. Contoh dari media audio visual berupa
video yang dapat disiarkan melalui televisi maupun smartphone. Pada
media audio contohnya seperti pesan-pesan yang dapat didengar dari
radio. Sedangkan media visual berupa media cetak yang dapat
dipasang di tempat umum, contohnya poster, booklet, flipchart, slide,
majalah dan leaflet (Notoatmodjo, 2015).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
melaksanakan pembuatan makalah dengan judul “Metode Promosi
Masyarakat Dan Pengembangannya”.

2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui metode promosi masyarakat dan
pengembangannya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Promosi
Kesehatan
b. Mengetahui Tujuan Promosi Kesehatan
c. Mengetahui Ruang Lingkup Promosi
Kesehatan
d. Mengetahui Metode dan Teknik Promosi
Kesehatan
e. Mengetahui Macam Alat Bantu Promosi
Kesehatan
f. Mengetahui Bentuk Media Promosi
Kesehatan
g. Mengetahui Perkembangan Strategi
Promosi Kesehatan
h. Mengetahui Faktor-faktor yang
mempengaruhi tercapainya tujuan promosi kesehatan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi
kesehatan adalah kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan
(politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan-kegiatan
dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan kesehatan individu,
kelompok, atau komunitas” (Susilowati, 2016).
Definisi/pengertian yang dikemukakan Green ini dapat dilihat
sebagai operasionalisasi dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang
lebih bersifat konseptual. Rumusan pengertian diatas terlihat dengan
jelas aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan dalam kerangka “promosi
kesehatan” (Susilowati, 2016).
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114
/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah, promosi kesehatanadalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budayasetempat dan didukung kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan.

B. Tujuan Promosi Kesehatan

4
Tujuan Promosi Kesehatan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu
sebagai berikut :
1. Tujuan promosi kesehatan menurut WHO
a. Tujuan umum
Mengubah perilaku individu/ masyarakat dibidang kesehatan.

b. Tujuan Khusus
1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai bagi
masyarakat.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri / kelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan sehat
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat
sarana pelayanan kesehatan yang ada (Septian, 2019).
2. Tujuan Operasional
a. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang
eksistensi dan perubahan-perubahan sistem dalam pelayanan
kesehatan serta cara memanfaatkannya secara efisien &
efektif.
b. Agar klien/masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih
besar pada kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan dan
masyarakatnya.
c. Agar orang melakukan langkah2 positip dlm mencegah
terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi
lebih parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui
rehabilitasi cacat karena penyakit.
d. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri
dan bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan
kepada sistem pelayanankesehatan yang normal (Septian,
2019).

5
C. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Notoatmodjo (2015), ruang lingkup promosi kesehatan
berdasarkan tatanan (tempat pelaksanaannya):
1. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat. Mencapai
perilaku sehat masyarakat, maka harus dimulai pada tatanan
masing-masing keluarga. Teori pendidikan mengatakan, bahwa
keluarga adalah tempat persemaian manusia sebagai anggota
masyarakat. Pelaksanaan promosi kesehatan keluarga ini,
sasaran utamanya adalah orang tua terutama ibu. Ibulah di dalam
keluarga itu yang sangat berperan dalam meletakkan dasar
perilaku sehat pada anak-anak mereka sejak lahir.
2. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga, artinya,
sekolah merupakan tempat lanjutan untuk meletakkan dasar
perilaku bagi anak, termasuk perilaku kesehatan. Peran guru
dalam promosi kesehatan di sekolah sangat penting, karena guru
pada umumnya lebih dipatuhi oleh anak-anak daripada orang
tuanya. Sekolah dan lingkungan sekolah yang sehat sangat
kondusif bagi perilaku sehat bagi murid-muridnya, maka sasaran
antara promosi kesehatan di sekloah adalah guru. Guru
memperoleh pelatihan-pelatihan tentang kesehatan dan promosi
kesehatan yang cukup, selanjutnya guru akan meneruskannya ke
murid-muridnya.
3. Promosi kesehatan pada tempat kerja
Tempat kerja adalah tempat dimana orang dewasa
memperoleh nafkah untuk kehidupan keluarganya, melalui
produktivitas atau hasil kerjanya. Selama lebih kurang 8 jam
perhari para pekerja ini menghabiskan waktunya untuk
menjalankan aktivitasnya yang berisiko bagi kesehatannya.
Memang risiko yang ditanggung oleh masing pekerja ini berbeda

6
satu sama lainnya, tergantung pada jenis dan lingkungan
kerja masing-masing karyawan tersebut. Promosi kesehatan
ditempat kerja ini dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau
tempat kerja dengan memfasilitasi tempat kerja yang kondusif bagi
perilaku sehat bagi karyawan atau pekerjanya.

4. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum


Dimaksud dengan tempat umum adalah tempat dimana
orang-orang berkumpul pada waktu-waktu tertentu, misalnya:
pasar, terminal bus, stasiun kereta api, bandara, mall, dan
sebagainya. Umum juga perlu dilaksanakan promosi kesehatan
dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung
perilaku sehat bagi pengunjungnya, misalnya tersedianya tempat
sampah, tempat cuci tangan, tempat pembuangan air kotor, ruang
tunggu bagi perokok dan non-perokok, kantin dan sebagainya.
Pemasangan poster, penyediaan leaflet atau selebaran yang berisi
cara-cara menjaga kesehatan atau kebersihan adalah juga
merupakan bentuk promosikesehatan.
5. Pendidikan kesehatan diinstitusi pelayanan kesehatan
Tempat-tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, poliklinik, tempat praktik dokter,
dan sebagainya, adalah tempat yang paling strategis untuk
promosi kesehatan. Sebab pada saat orang baru sakit, atau
keluarganya sakit, maka mereka ini akan lebih peka terhadap
informasi-informasi kesehatan terutama yang berkaitan dengan
masalah kesehatannya/penyakitnya, atau masalah kesehatan
keluarganya. Mereka akan mudah menerima informasi, bahkan
berperilaku yang terkait dengan kesehatannya, misalnya mematuhi
anjuran-anjuran dari dokter, perawat, dan petugas kesehatan yang
lain.

7
D. Metode dan Teknik Promosi Kesehatan
Pemikiran Dasar Promosi Kesehatan pada hakikatnya ialah
suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada
masyarakat, kelompok atau individu. Suatu proses promosi kesehatan
yang menuju tercapainya tujuan pendidikan kesehatan yakni
perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya
yaitu metode. Metode harus berbeda antara sasaran massa, kelompok
atau sasaran individual (Ali, 2014).
1. Metode perorangan
Metode ini digunakan apabila antara promotor kesehatan
dan sasaran atau kliennya dapat berkomukasi langsung, baik
bertatap muka (face to face) maupun melalui sarana komunikasi
lainnya, misalnya telepon. Cara ini papling efektif, karena antara
petugas kesehatan dengan klien dapat saling berdialog, saling
merespons dalam waktu yang bersamaan. Ketika menjelaskan
masalah kesehatan bagi kliennya petugas kesehatan dapat
menggunakan alat bantu atau peraga yang relevan dengan
masalahnya. Metode dan teknik promosi kesehatan individual ini
yang terkenal adalah “councelling” (Notoatmodjo, 2010b).
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap
orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda
sehubungan dengan penerimaaan atau perilaku baru tersebut.
Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat bagaimana
cara membantunya maka perlu menggunakan bentuk pendekatan
(metode) berikut ini, yaitu “
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif.
Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat digali dan
dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan
sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan

8
menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku) (Susilowati,
2016).
b. Interview (wawancara). Cara ini sebenarnya merupakan
bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara
petugas kesehatan dengan klien untuk mengetahui apakah
klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang
informasi yang diberikan (perubahan perilaku yang
diharapkan), juga untuk menggali informasi mengapa ia tidak
atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah,
maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi (susilowati,
2016).
2. Metode kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran.
Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan
kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pada
besarnya sasaran Pendidikan (Notoatmodjo, 2015).
a. Kelompok Besar, kelompok besar adalaha apabila peserta
penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk
kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar
(Notoatmodjo, 2015).
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi
maupun rendah. Merupakan metode dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan.
Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi
menjadi pasif dan kegiatan menjadi membosankan jika
terlalu lama. (Notoatmodjo, 2015).
2) Seminar

9
Metode ini hanya cocok untuk Pendidikan formal
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli
tentang suatu topik yang di anggap penting dan di anggap
hangat di masyarakat (Notoatmodjo, 2015).

b. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya
kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk
kelompok kecil antara lain:
a. Diskusi Kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara
pemberi dan penerima informasi, biasanya untuk
mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima
informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya
secara bebas, menyumbangkan pikirannya untuk
memecahkan masalah bersama, mengambil satu
alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang
seksama. Dalam diskusi kelompok agar semua anggota
kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka
formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa
sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau saling
memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk
lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk
diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang
lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam
taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok
mempunyai kebebasan/ keterbukaan untuk mengeluarkan

10
pendapat. Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi
harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat
berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan
dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang
hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan
mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat
kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan
dominasi dari salah seorang peserta (Notoatmodjo, 2015).
b. Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi
kelompok, yang diawali dengan pemberian kasus atau
pemicu untuk menstimulasi tanggapan dari peserta.
Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok.
Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok
memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap
peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah
pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut
ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis.
Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak
boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua
anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi (Notoatmodjo,
2015).
c. Bola Salju (Snow Balling)
Metode dimana kesepakatan akan didapat dari
pemecahan menjadi kelompok yang lebih kecil, kemudian
bergabung dengan kelompok yang lebih besar. Kelompok
dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan
kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah.
Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2 pasang
bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan

11
masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian
tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian
seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh
anggota kelompok (Notoatmodjo, 2015).
d. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil (buzz group) yang kemudian diberi suatu
permasalahan yang sama atau tidak sama dengan
kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan
masalah tersebut, Selanjutnya hasil dan tiap kelompok
didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya
(Notoatmodjo, 2015).
e. Role Play (Memainkan Peranan)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk
sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan
peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai
perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota
yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.
Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi
atau berkomunikasi sehari-hari dalam melaksanakan
tugas (Notoatmodjo, 2015).
f. Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan
diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan
dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan
monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain
monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk
arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang
menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai
narasumber (Notoatmodjo, 2015).

12
g. Bibliotherapy
Bibliotherapy merupakan proses bibliotherapeautic
meliputi suatu seri aktivitas penggunaan buku dalam
treatment, yang di tujuakan untuk menggerakkan
seseorang agar bisa menyeleasaikan masalah.
Penggunaan bibliotherapy dilakukan dengan sepuluh
tahap seperti mengembangkan rapport, rasa saling
percaya, dan rasa percaya diri dengan siswa,.
engidentifikasi personil lain yang bisa membantu,
menggunakan dukungan dari orang tua, menetapkan
atau membatasi masalah tertentu yang dialami siswa,
menentukan tujuan yang ingin dicapai dan kegiatan
yabg dapat mengatasi masalah, meneliti dan melilih buku
yang sesuai dengan situasi, memperkenalkan buku
kepada siswa, 8 menggabungkan kegiatan membaca,
mengimplementasikan kegiatan pasca membaca,
mengevaluasi (Wahyu, 2016).
3. Metode massa
Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untuk
mengkomunikasikan pesanpesan kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Dengan
demikian cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Oleh
karena sasaran promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak
membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status
sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-
pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness
(kesadaran) masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu
diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun
demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan

13
perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk
pendekatan (metode) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan
menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh
metode pendidikan kesehatan secara massa ini, antara lain:
a. Ceramah umum (public speaking) Pada acara-acara tertentu,
misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan
atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa
rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari
KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
b. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media
elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan
bentuk promosi kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas
kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah
kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan
kesehatan massa.
d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk
artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan
adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan
massa.
e. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster,
dan sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan
massa. Contoh : billboard Ayo ke Posyandu (Notoatmodjo,
2015)

E. Macam Alat Bantu Promosi Kesehatan


Dalam buku Notoatmodjo (2015), macam alat bantu pendidikan
kesehatan dibagi dalam tiga garis besar :
1. Alat bantu lihat (visual aids) yaitu alat yang membantu
menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya
proses pendidikan. Alat ini ada dua bentuk yaitu : alat yang

14
diproyeksikan (film, film strip, slide dan sebagainya) dan alat yang
tidak diproyeksikan (gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan
sebagainya).
2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu
menstimulasi indera pendengar pada waktu proses penyampaian
bahan pendidikan.
3. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids) adalah gabungan antara
penglihatan dan pendengaran. Misalnya televisi, video casette dan
sebagainya.

F. Bentuk Media Promosi Kesehatan


Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan,
media ini dibagi menjadi tiga diantaranya sebagai berikut :
1. Media Cetak, misalnya leaflet, booklet, flyer, flif chart, rubrik atau
tulisan-tulisan surat kabar, poster dan foto yang mengungkapkan
informasi kesehatan.
2. Media Elektronik, misalnya televisi, radio, video dan sebagainya.
3. Media Papan (billboard), biasanya sering dipasang di tempat
umum yang dapat diisi dengan pesan atau informasi kesehatan
(Notoatmodjo, 2015).

G. Perkembangan Strategi Promosi Kesehatan


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada
menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam
Ottawa tersebut dirumuskan pula perkembangan strategi baru promosi
kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:
1. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan
kepada para penentu atau pembuat kebijakan, agar mereka
mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau
menguntungkan kesehatan. Dengan perkataan lain, agar
kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-

15
surat keputusan dan sebagainya, selalu berwawasan atau
berorientasi kepada kesahatan public. Misalnya, ada peraturan
atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak
lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan
sebagainya. Dengan kata lain, setiap kebijakan yang dikeluarkan
oleh pejabat publik, harus memperhatikan dampaknya terhadap
lingkungan (kesehatan masyarakat).
2. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat
umum,termasuk pemerintah kota, agar mereka menyediakan
sarana-prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya
perilaku sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya
pengunjung tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang
mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum
lainnya: tersedianya tempat sampah, tersedianya tempat buang air
besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya ruangan bagi
perokok dan non-perokok, dan sebagainya. Dengan perkataan
lain, para pengelola tempat-tempat umum, pasar, terminal, stasiun
kereta api, bandara, pelabuhan, mall dan sebagainya, harus
menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung perilaku
sehat bagi pengunjungnya.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya
bahwa dalam pelayanan kesehatan itu ada 3 provider ́ dan 3
consumer ́. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan
adalah pemerintah dan swasta, dan masyarakat adalah sebagai
pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman
semacam ini harus diubah, harus diorientasikan lagi, bahwa
masyarakat bukan sekedar pengguna atau penerima pelayanan
kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara, dalam
batas-batas tertentu. Realisasida rireontitas pelayanan kesehatan

16
ini, adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik
pemerintrah maupun swasta harus melibatkan, bahkan
memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan
bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan,tetapi juga
sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam
meorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan
sangat penting.
4. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang
terdiri dari individu, keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebab
itu, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan
indivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok- kelompok
tersebut terwujud. Oleh sebab itu, strategi untuk
mewujudkan keterampilan individu-individu (personnels kill) dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting.
Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara
memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit,
mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional,
meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. Metode dan teknik
pemberian pemahaman ini lebih bersifat individu daripada massa.
5. Gerakan masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti
tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam
masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan
untuk kesehatan. Oleh karena itu, promosi kesehatan harus
mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan
masyarakat di bidang kesehatan, niscaya terwujud perilaku yang

17
kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu
memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.

H. Faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan promosi


kesehatan
1. Metode yang digunakan.
2. Faktor materi atau pesan yang disampaikan.
3. Pendidik atau petugas yang melakukannya.
4. Alat bantu atau peraga yang digunakannya
(Notoatmodjo, 2015).
I. Media Sosial Sebagai Media Promosi Kesehatan
Media sosial merupakan medium internet yang memungkinkan
penggunannya mempresentasikan dirinya maupun berinteraksi,
bekerjasama, saling berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lainnya
dan membentuk ikatan sosial secara virtual.
media social adalah platform media yang memfokuskan pada
eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas
maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai
fasilitator online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus
sebagai sebuah ikatan social (Thea, 2016).
Menurut WHO, promosi kesehatan adalah proses mengupayakan
individu - individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan
mereka dengan mengandal kan faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya.
Sedangkan Indonesia merumuskan pengertian promosi kesehatan
adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka
dapat menolong dirinya sendiri (mandiri) serta mengembangkan
kegiatan bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat
dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi
kesehatan secara efektif dan efisien, maka diperlukan cara dan

19
pendekatan yang strategis yaitu strategi promosi kesehatan.
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan
secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu Advokasi (Advocacy),
Dukungan Sosial (Social support), dan Pemberdayaan Masyarakat
(Empowerment). Di dalam piagam Ottawa dirumuskan pula
strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu
Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy),
Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment),
Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service),
Keterampilan Individu (Personnel Skill), dan Gerakan masyarakat
(Community Action).
Dalam pemilihan srategi promosi kesehatan agar
masyarakat lebih mudah untuk mengingat dan menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Pemilihan srategi promosi
kesehatan yaitu diantaranya Ceramah, Media Massa, Instruksi
individual, Simulasi,Modifikasi Perilaku dan Pengembangan
Masyarakat. Dalam pemilihan srategi promosi kesehatanpun ada
aturan-aturan tersendiri, intinya adalah agar srategi promosi
kesehatan program-programnya semakin berkembang dan tidak
salah sasaran

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya
kita sebagai penyuluh kesehatan dapat memahami tentang promosi
kesehatan dan pengembangannya dalam rangka memajukan
kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, dan dengan promosi kesehatan yaitu melalui penyuluhan

20
kesehatan atau pendidikan kesehatan kita sebagai penyuluh
kesehatan dapat menjadi bagian dari pembangunan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Nasrul. 2014. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.


EGC. Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2015. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka


Cipta. Jakarta.

21
Septian, 2019. Buku Ajar Pengembangan Media Promosi Kesehatan.
Yogyakarta :Penerbit K-Media.

Susilowati, Dwi. 2016. Promosi Kesehatan. Jakarta Selatan : Pusdik SDM


Kesehatan.

Wahyu, 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta Selatan


Pusdik SDM Kesehatan

22

Anda mungkin juga menyukai