Anda di halaman 1dari 16

BAHAYA PEKERJAAN ,PENGENDALIAN LINGKUNGAN

KERJA

DAN HYGIENE SANITASI MAKANAN

DI RSU BUDI RAHAYU PEKALONGAN

• Shohibul Makki H. (0613521028)


• Dhania Rizky Indriani P. (0613521023)
• Nandya Andila Agustin (0613521031)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
BAHAYA
Bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terhadap
terjadinya kejadian kecelakaaan berupa cedera, penyakit, kematian, kerusakan atau
kemampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008).

IDENTIFIKASI BAHAYA
Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk
mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat timbul di tempat kerja.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Pasal 1

Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya, termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992


tentang Kesehatan Pasal 23

Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan si semua tempat
kerja ,khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya Kesehatan, mudah
terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.
Rumah Sakit termasuk kriteria tempat kerja dengan ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan
 Secara Global data WHO, dari 35 juta pekerja kesehatan, 3 juta terpajan patogen darah
(2 juta terpajan virus HBV, 0,9 juta terpajan virus HBC dan 170,000 terpajan virus HIV /AIDS),
lebih dari 90% terjadi di negara berkembang.

 Di Indonesia data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga


akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus.

 Kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian tercatat sebanyak 2.375 kasus dari
total jumlah kecelakaan kerja
GAMBARAN RESIKO DI RUMAH SAKIT

NO POTENSIAL BAHAYA LOKASI PEKERJA YANG PENANGGULANGAN REGULASI


PALING BERISIKO
1. Fisik: 1. Bising: IPS-RS, Laundri, Dapur, 1. Bising: Karyawan yang 1. Menghilangkan bahaya Permenkes No.
1. Bising CSSD, gedung genset-boiler, IPAL bekerja di lokasi tsb (eliminasi) 66 Tahun 2016
2. Getaran 2. Getaran: Ruang mesin-mesin dan 2. Getaran: Perawat, 2. Menggantikan sumber tentang K3RS
3. Debu peralatan yang cleaning service dll risiko dengan sarana/
4. Panas menghasilkan getaran (ruang gigi dll) 3. Debu: Petugas sanitasi, peralataan lain yang
5. Radiasi 3.Debu: Genset, bengkel kerja, teknisi gigi, petugas IPS tingkat risikonya lebih
laboratorium gigi, gudang rekam medis, dan rekam medis rendah/ tidak ada
incinerator 4. Panas: Pekerja dapur, (substitusi)
4. Panas: CSSD, dapur, laundri, pekerja laundry, petugas 3. Rekayasa engineering/
inicerator, boiler ssanitasi dan IP-RS pengendalian secara
5. Radiasi: X-Ray, OK yang menggunkan 5. Radiasi: Ahli radiologi, teknik
c-arm, ruang fisioterapi, unit gigi radioterapist dan 4. Pengendalian secara
radiografer, ahli fisioterapi administrasi
dan petugs rontgen gigi 5. Alat Pelindung Diri
2 Kimia: 1. Disinfektan: semua area 1. Disinfektan: Petugas 1. Pengadaan B3, 1. Keputusan Menteri
1. Disinfektan 2. Cytotoxicss: Farmassi, tempat kebersihan, perawat Penyimpanan, pelabelan, Tenaga RI No
2. Cytotoxics pembuangan limbah, bangsal 2. Cytotoxicss: Pekerja pengemasan ulang/ Kep.187/MEN/1999 tentang
3. Ethylene oxide 3. Ethylene oxide: Kamar operasi farmasi, perawat, petugaas repacking, pemanfaatan Pengendalian Bahan Kimia
4. Formaldehyde 4. Formaldehyde: Laboratorium, pengumpul sampah an pembuangan limbah. Berbahaya di Tempat Kerja
5. Methyl: kamr mayat, gudang farmasi 3. Ethylene Oxide: Dokter, 2. Pengadaan bahan 2. Permenkes No. 66 Tahun
Methacrylate Hg 5. Methyl: Methacrylate Hg perawat beracun dan berahaya 2016 tentang K3RS
(amalgem) (amalgam): Ruag pemeriksaan gigi 4. Formaldehyde: Petugas harus sesuai dengan
6. Solvents 6. Solvents: Laboratorium, bengkel kamar mayat, petugas peraturan yang berlaku.
7. Gass-gas anaestesi kerja, semua area di RS laboratorium dan farmasi Petugas haruss
7. Gas-ga anaestesi: Ruang operasi 5. Methyl: Methacrylate Hg mendapatkan pengelolaan
gigi, OK, ruang pemulihan (RR) (amalgam): Petugas/ dokter B3 serta mempunyai
gigi, dokter bedah, perawat prosedur penanganan
6. Solvents: Teknisi, petugas tumpahan B3.
laboratorium, petugas 3. Pelabelan dan
pembersih pengemasan ulang harus
7. Gas-gas anaestesi: dokter dilakukan oleh satuan
gigi, perawat, dokter bedah, kerja yang kompeten
dokter/ perawat anaestesi. untuk menjamin kualitas
B3 dan keakuraan serta
standarr pelabelan.
4. Pemanfaatan B3 oleh
satuan kerja harus
dipantau kadar paparan ke
lingkungan serta kondisi
kesehatan pekerja.
5. Pembuangan limbah B3
cair haru dipastikan
melalui sauran air kotor
yang akan masuk ke IPAL.
3 Biologik: 1. AIDS, Hepatitis B dan Non 1. AIDS, Hepatitis B dan Non A- 1. Menghilangkan dan/atau Peraturan Menteri
1. AIDS, Hepatitis B dan Non A-Non B: IGD, kamar operasi, Non B: DOkter, dokter gigi, menghindari sumber bahaya Ketenagakerjaan RI
AA-Non B ruang pemeriksaan gigi, perawat, petugass laboratorium, binatang dari tempat kerja No. 5 Tahun 2018
2. Cytomegalovirrus laboratorium, laundry petugas sanitsi dan laundry 2. Mengislasi atau membatasi tentang
3. Rubella 2. Cytomegalovirus: Ruang 2. Cytomegalovirus: Perawat, pajanan sumber bahaya Keselamatan dan
4. Tuberculosis kebidanan, ruang anak dokter yang bekerja di bagian ibu faktor biologi Kesehatan Kerja
3. Rubella: Ruang ibu dan dan anak 3. Menggunakan alat Lingkungan Kerja
anak 3. Rubella: Dokter dan perawat pelindung dirri yang sesuai
4. Tuberculosis: Bangsal, 4. Tuberculosis: Perawat, petugas 4. Memasang rambu-rambu
laboratorium, ruang isolasi laboratorium, fisioterapis yang sesuai
5. Pengendalian lainnya
sesuai dengan tingkat risiko

Ergonomik: 1. Area pasien dan tempat 1. Petugas yang menangani pasien 1. Menghindari posisi kerja Peraturan Menteri
1. Pekerjaan yang dilakukan penyimpanan barng (gudang) dan barang yang janggal Ketenagakerjaan RI
secara manual 2. Semua orang 2. Semua karyawan 2. Memperbaiki cara kerja dan No. 5 Tahun 2018
2. Postur yag salah dalam 3. Semua orang 3. Dokter gigi, petugas pembersih, posisi kerja tentang
melakukan pekerjaan fisioterapis, sopir, operator 3. Mendesain kembali atau Keselamatan dan
3. Pekerjaan yang berulang komputer, yang berhubungan mengganti tempat kerja, objek Kesehatan Kerja
dengan pekerjaan juru tulis kerja, bahan, desain tempat Lingkungan Kerja
kerja, dan peralatan kerja
4. Memodifikassi tempat kerja,
objek kerja, bahan, desain
tempat kerja, dan peralatan
kerja
5. Mengatur waktu kerja dan
waktu istirahat
6. Melakukan pekerjaan
dengan sikap tubuh dalam
posisi netral atau baik
7. Menggunakan alat bantu
POLIKLINIK DAN INSTALASI GIZI
RSU BUDI RAHAYU PEKALONGAN
HYGIENE

Dalam Video di Poliklinik sudah


.
menerapkan prosedur baik dari pasien saat
masuk, petugas RS yang menggunakan
APD dan petugas yang sedang
membersihkan fasilitas RS
SANITASI MAKANAN

Dalam Video di Ruang Instalasi Gizi tidak


terdapat cerobong /sungkup asap
1
Pada ruang Instalasi Gizi,belum
1
terdapat label makanan dalam video
tersebut.
Dalam Video sudah terdapat kereta
dorong untuk proses pengangkutan
makanan.
PENYAKIT AKIBAT KERJA
a

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja
(Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2019 )

 
Faktor risiko penyakit akibat kerja adalah bahaya potensial di tempat kerja meliputi :
1.Pajanan fisika (bising, suhu ektrim panas atau dingin, radiasi dan getaran)
2.Pajanan biologi (bakteri, virus, Jamur, parasit).
3.Pajanan kimia (pelarut organik (solvent), mercuri, pestisida, logam berat, dan lain-lain)
4.Pajanan ergonomi (faktor beban (manual handling), gerakan berulang, posisi janggal, desain alat dan tata letak area kerja
yang tidak tepat.
5.Pajanan psikososial (beban kerja, hubungan antar rekan kerja) hal ini terjadi karena ketidakseimbangan antara kapasitas
individu terkait stressor psikososial.
 
 
Questions :

1.
2.

Thankyou 3.

Anda mungkin juga menyukai