Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan LingkunganRumah Sakit menyatakan
bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan kesehatan, tempat berkumpulnya orang
sakit mauoun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan
terjadinya penularan serta memungkinkan terejadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan (Depkes Ri, 2004). Berdarakan hal tersebut maka diperlukan seorang ahli yang dapat
mengatasi terjadinya penularan penyakit dan pencemaran lingkungan serta gangguan kesehatan
lainnya.
Sesuai dengan Permenkes No.32 Tahun 2013 menjelaskan bahwa tenaga sanitasian
adalag setiap orang yang lulus pendidikan di bidang kesehatan lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Mengenai tugas anitarian dituangkan dalam
Permenkes No. 32 Tahun 2013 pasal 13 yiatu lingkup pekerjaan tenaga sanitarian merupakan
pelayanan kesehatan lingkungan yang meliputi pengelolaan unsur-unsur yang mempengaruhi
timbulnya gangguan kesehatan, antara lain:
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas
4. Binatang pembawa penyakit
5. Zat kimia yang berbahaya
6. Kebisingan yang melebihi ambang batas
7. Radiasi sinar pengion dan non pengion
8. Air yang tercemar
9. Uadara yang tercemar
10. Makanan yang terkontaminasi
Maka dengan berlakunya peraturan tersebut diharapkan agar seorang tenaga sanitasrian dapat
memenuhi tanggungjawab sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan yang telah ditetapkan
sehingga tercapainya suatu keadaan yang etrbebas dari masalah gangguan penyakit.

1
B. TUJUAN
Pedoman pelayanan sanitasi lingkungan bertujuan sebagai acuan dalam melaksanakan
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan serta pelaporan penyelenggaraan
pelayanan sanitasi lingkungan sehingga dapat mendukung peningkatan mutu pelayanan
kesehatan Rumah Sakit Annisa Cikarang.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan sanitasi lingkungan di unit sanitasi lingkungan Rumah Sakit Annisa
Cikarang meliputi:
1. Pengelolaan Kebersihan Ruang Bangunan dan Halaman.
2. Pengelolaan Limbah Padat Medis.
3. Pengelolaan Limbah Padat Non Medis
4. Pengelolaan Limbah Cair
5. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu
6. Pengawasan Kualitas Air Bersih Dan Air Minum
7. Pengawasan Kualitas Makanan Dan Minuman
8. Pemeliharaan Taman
9. Edukasi Kesehatan Lingkungan
10. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
11. Pengembangan Sumber Daya.

D. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
3. Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
5. Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun;
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.56/MENLHK-SETJEN/2015
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

2
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Perizinan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.32 Tahun 2017 tentang Standar baku Mutu Kesehatan
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam renang,
Solus Per aqua, dan Pemandian Umum.
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi
Jasaboga.
11. Keputusan Menteri Kesehatan 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit;
12. Peraturan Pemerintah RI No.74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun.
13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 03 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian
Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun.
14. Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Bekasi Nomor: 503.9/Kep.008-DPMPTSP/II/2018 tentang Izin Pembuangan Limbah Cair.
15. Keputusan Pemerintah Kabupaten Bekasi No.503.9.a/021/BPMPPT/V/2016 tentang Izin
Lingkungan PT Annisa Mitra Husada (RS Annisa).
16. Surat Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabuoaten Bekasi Nomor:
660.3/055/B3.IV/PPKL/BPLH/2014 tentang Izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun RS Annisa.
17. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi No. : 503/16/dinkes/RS/2015, tanggal
20 Oktober 2015 mengenai Ijin Operasional Rumah Sakit Annisa.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. Jenis Tenaga
NO JENIS KUALIFIKASI DAN JUMLAH TENAGA
TENAGA
SARJANA SMK SMA JUMLAH
KES.MAS
JURUSAN
KESEHATAN
LINGKUNGAN
1. Sanitarian 1 1

2. PetugasSanitasi 1 1
IPAL/Operator Mesin
IPAL
3. Petugas pengawas 3 3
kebersihan halaman
ruang dan bangunan
RS (SPV dan leader CS)
4. Petugas pelaksana 48 48
kebersihan (Cleaning
service)
5. Petugas Pengendali 1 1
Vektor dan Binatang
Pengganggu/petugas
pest control
Kebutuhan SDM 1 2 48 51

2. kualifikasi
a. sanitarian
1) pengertian : seorang tenaga ahli di bidang kesehatan lingkungan yang bertugas
sabagai penanggungjawab unit sanitasi lingkungan.
2) Persyaratan :

4
a) Pendidikan minimal DIII Kesehatan Lingkungan dan atau S1 Kesehatan
Masyarakat peminatan Kesehatan Lingkungan.
b) Memiliki STR.
b. Petugas Pengelola Limbah Cair/Operator mesin IPAL
1) Pengertian : staf/pelaksana penanngungjawab flow proses IPAL dan pengelolaan
limbah medis dan limbah domestik.
2) Persyaratan:
a) Pendidikan Minimal SMK/sederajat.
c. Petugas Pengawas Kebersihan ruang bangunan dan halaman (SPV dan leader CS)
1) Pengertian : petugas yang memiliki tanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan
kebersihan di lingkungan rumah sakit.
2) Persyaratan:
a) Pendidikan minimal SMA/SMK/sederajat.
b) Telah mengikuti pelatihan tentang kebersihan.
d. Petugas pelaksana kebersihan (Cleaning Service)
1) Pengertian : petugas yang memiliki tanggungjawab sebagai pelaksana kebersihan
lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan ri rumah sakit.
2) Persyaratan:
a) Pendidikan minimal SMA/SMK/sederajat.
b) Telah mengikuti pelatihan kebersihan.
e. Petugas pengendali vektor dan binatang pengganggu
1) Pengertian : petugas yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga kenayamanan
lingkungan rumah sakit agar terbebas dari vektor dan binatang pengganggu.
2) Persyaratan:
a) Pendidikan minimal SMA/SMK/sederajat.
b) Telah mengikuti pelatihan tentang pest control.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Ketenagaan unit sanitasi lingkungan terdiri dari penanggungjawab unit sanitasi lingkungan,
petugas sanitasi IPAL/operator IPAL, SPV CS, leader CS, CS dan petugas pest control.

5
C. PENGATURAN JAGA
NO. NAMA JABATAN JAM KERJA JADWAL JAGA JADWAL JAGA
SENIN - HARI SABTU MINGGU DAN
JUMAT HARI LIBUR
1. Sanitarian √ ─ -
2. Petugas sanitasi IPAL √ √ -
3. Petugas pengawas kebersihan -
halaman ruang dan bangunan RS (SPV √ √
dan leader CS)
4. Petugas pelaksana kebersihan √
(Cleaning service) √ √
5. Petugas Pengendali Vektor dan -
Binatang Pengganggu/petugas pest √ √
control

D. PELATIHAN
Pelatihan yang harus diikuti oleh petugas di unit sanitasi lingkungan adalah:
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
2. Penanganan tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN
(Terlampir)
B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas dan peralatan di unit sanitasi lingkungan Rumah Sakit Annisa sebagai berikut:
1. Fasilitas dan peralatan penanganan limbah padat medis:
a. Pengangkutan dan pemusnahan limbah medis/B3 dengan bekerjasama dengan pihak
ketiga PT Wastec International yang telah memiliki ijin operasional dari Kementerian
Lingkungan Hidup.
b. Kantong plastik kuning besar.
c. Kantong platik kuning kecil.
d. Safety box
e. Troli limbah medis
f. TPS limbah medis/B3 yang telah memiliki ijin dari BPLH Kabupaten Bekasi.
g. Timbangan digital
h. APD pekerja : masker, sarung tangan, baju kerja, helm dan sepatu boot.
i. Bahan-bahan desinfektan seperti sabun cuci tangan dan handrub.
j. Alat-alat kebersihan seperti: sapu, pengki, serokan, sikat.
k. P3K seperti betadine, alcohol, verban, dan plester.
l. APAR 1 unit.
2. Fasilitas dan peralatan penanganan limbah padat non medis
a. Plastik hitam besar
b. Plastik hitam kecil
c. Troli limbah domestic
d. Bak penampung sampah domestic di TPS limbah domestic yang disewakan oleh Dinas
Kebersihan.
e. TPS sampah non medis/domestik yang bekerjasama dengan Dinas Kebersihan terkait
dengan pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
f. APD pekerja : masker, sarung tangan, baju kerja, helm, sepatu bot.
g. Bahan-bahan desinfektan seperti karbol/lysol.
h. Alat-alat kebersihan seperti : sapu lidi, pengki, slang, serokan, air bersih.
3. Fasilitas dan peralatan penanganan limbah cair:

7
a. Satu unit IPAL yang bekerja dengan sistem Biofilter Anaeron dan Aerobik.
b. Jaringan pipa limbah cair.
c. Bak kontrol.
d. Bak inlet
e. Toren pengumpul
f. Pompa summersible
g. Bak indikator
h. Flowmeter
i. Thermometer
j. pH tester

4. fasilitas dan Peralatan Penanganan Limbah Gas/Asap :


a. Ventilasi ruangan;
b. Exhaust fan di setiap ruangan;
c. Sungkup asap (unit Gizi);
d. Cerobong mesin genset;
e. APD pekerja: masker, sarung tangan, baju kerja, penutup kepala;
5. Fasilitas Penyediaan Air Bersih.
Penyediaan air bersih rumah sakit mencukupi yaitu menggunakan air PDAM rata-rata
pemakaian 500 l/tempat tidur/hari, penggunaan air bersih sesuai persyaratan kesling rumah
sakit adalah 0.5 m3/TT/hari, sedangkan rata-rata pasien rawat inap per hari 37 pasien/hari,
maka rata-rata pemakaian air bersih pasien sekitar 18.5 m 3/hari, sedangkan sisanya
digunakan pelayanan seperti Instalasi Gizi, Poliklinik, Perkantoran, kegiatan pembersihan di
ruangan, penyiraman dll.
6. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi.
Toilet dan kamar mandi mencukupi sesuai standar persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit (KepMenkes 1204/2004) yaitu untuk pasien setiap 10 TT penyediaan 1 toilet/kamar
mandi, untuk karyawan setiap 20 karyawan 1 toilet/kamar mandi, untuk pengunjung
perempuan setiap 20 pengunjung perempuan 1 toilet/kamar mandi ,serta untuk
pengunjung laki-laki setiap 30 pengunjung laki-laki 1 toilet/kamar mandi.
7. Fasilitas Pembuangan Sampah.
Tempat pembuangan sampah mencukupi sesuai standar persyaratan kesehatan lingkungan
rumah sakit yaitu terdapat minimal 1 buah tempat pembuangan sampah untuk setiap
kamar/ruangan atau sesuai kebutuhan.

8
8. Fasilitas Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu.
Pengendalian serangga dan binatang pengganggu menggunakan Jasa Pest Control (pihak ke-
3) yang telah mendapat rekomendasi ijin operasional dari Dinas Kesehatan. upaya ini
bertujuan mengurangi populasi serta pengendalian serangga (nyamuk, lalat, kecoa, semut)
dan binatang pengganggu (tikus dan kucing).
9. Fasilitas TPS limbah B3.
TPS limbah B3 rumah sakit yang telah memiliki Ijin penyimpanan dan pengumpulan
sementara dari BPLH Kabupaten Bekasi dan Unit pengelola limbah B3 (pihak ke-3) yang telah
memiliki ijin KLH.

9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana penyelenggaraan program sanitasi dan kesehatan lingkungan RS mengacu


kepada Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
RS. Tujuannya adalah sebagai dasar untuk mencegah terjadinya resiko infeksi silang/nosokomial,
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Adapun ruang lingkup tatá
laksana pelayanan sanitasi adalah sebagai berikut :
A. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit
1. Melaksanakan kegiatan kebersihan.di seluruh ruang,bangunan dan halaman RS oleh pihak
ke tiga/outsourching, yaitu :
a. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore.
b. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah
pembenahan/merapihkan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan dokter,
kunjungan keluarga dan seaktu-waktu bilamana diperlukan.
c. Menghindari cara pembersihan yang dapat menebarkan debu.
d. Menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel) yang memenuhi
syarat dan bahan antiseptic yang tepat.
e. Peralatan kebersihan tersedia di masing-masing unit.
f. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 kali setahun dan di cat ulang
apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.
g. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera dibersihkan
dengan menggunakan antiseptik.
2. Melaksanakan pemantauan kebersihan diseluruh ruangan RS setiap hari.
3. Melaksanakan pemantauan kebersihan seluruh ruangan, halaman, selasar, kamar mandi dan
toilet melalui cek list pemantauan kebersihan setiap bulan.
4. Melakukan koordinasi pelaksanaan kebersihan dengan pihak ke tiga.
5. Melaksanakan evaluasi hasil pemantauan pelaksanaan kebersihan.
6. Kamar mandi/toilet harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih.
7. Pembersihan bak kamar mandi, WC, dinding dan plafon kamar mandi minimal dilakukan pagi
dan sore.
8. Setiap unit ruangan harus tersedia kamar mandi, toilet dan tempat cuci tangan tersendiri
khususnya untuk rawat inap dan kaamar karyawan harus mempunyai kamar mandi sendiri.
9. Pembersihan ember, lantai dan WC harus disikat dan diberi bahan desinfektan.

10
10. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau (water
seal) dan harus dibersihkan.
11. Lubang penghawaan selalu dibersihkan dan harus berhubungan langsung dengan udara luar.
12. Dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan kamar mandi dan
toilet.
13. Pencahayaan
a. Lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya
dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya.
b. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja maupun untuk menyimpan
barang/peralataan harus diberi pencahayaan.
c. Ruang pasien harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk malam hari
serta disediakan saklar dekat pintu masuk, saklar individu ditempatkan pada titik yang
mudah dijangkau dan tidak menimbulkan gaduh.
14. Kebisingan
a. Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar mandi dan
ruangan yang memerlukan Susana tenang terhindar dari kebisingan.
b. Sumber kebisingan yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya agar diupayakan untuk
dikendalikan antara lain dengan cara :
1) Pada sumber bising di RS : peredaman, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan
mesin-mesin yang menjadi sumber bising.
2) Pada sumber bising dari luar RS : penyekatan/penyerapan bising dengan
penanaman pohon (green belt), meninggikan tembok dan meninggikan tanah
(bukit buatan).
15. Penghawaan/Ventilasi dan Pengaturan Udara
a. Penghawaan/ ventilasi RS dengan menggunakan system pendingin hendaknya harus
dipelihara dan diopersikan sesuai SOP, sehingga dapat mengahasilkan suhu, aliran udara
dan kelembaban nyaman bagi pasien dan karyawan.
b. Penghawaan dengan menggunakan pengatur udara (AC) sentral harus diperhatikan
cooling towernya agar tidak menjadi perindukan bakteri legionella.
c. Penghawaan dengan menggunakan HEPA filter harus dibersihkan secara rutin filter
udara dari debu, bakteri dan jamur.
d. Penghawaan dengan suplai udara dan exhaust fan hendaknya digerakan secara mekanik
dan diletakan pada ujung system ventilasi dengan perbandingan setiap ruangan dengan

11
volume 100 m³ minimal 1 exhaust fan dengan diameter 50 cm dengan debit udara 0,5
m³/detik dan frekuensi pergantian udara 2 – 12 kali per jam.
e. Suplai udara untuk daerah sensitif seperti ruang operasi, perawatan bayi disediakan 2
exhaust fan yang diletakan dekat langit-langit dan exhaust dekat lantai minimal 7,5 cm
dari lantai
f. Suplai udara koridor/selasar atau bangunan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya tidak
digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC, toilet dan gudang.
g. Penghawaan mekanis dengan exhaust fan atau AC dopasang pada ketinggian minimum 2
m diatas lantai atau 0,2 m dari langit-langit .
h. Untuk mengurangi kadar kuman dalam ruang 1 kali sebulan harus di desinfeksi dengan
menggunakan aerosol, disaring dengan electron presipitator atau dengan menggunakan
sinar Ultra Violet
i. Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 kali setahun dilakukan dengan
pengambilan sampel dan pemeriksaan kualitas udara berupa kadar kuman, debu dan
gas.
j. Monitoring suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari di ruang-ruang tertentu.
B. Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman
1. Melakukan monitoring secara berkala pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel
makanan minuman, alat makan/masak dan penajamah makanan yang dilakukan dua kali
dalam setahun ke laboratorium yang telah bersertifikasi.
2. Melakukan evaluasi dan analisa hasil kualitas makanan dan minuman.
C. Penyehatan Air
1. Melakukan inspeksi sanitasi terhadap sarana air bersih m inimal 6 bulan sekali.
2. Melakukan pencatatan debit penggunaan air bersih setiap hari.
3. Menentukan titik pengambilan sampel air bersih dan air minum:
a. Untuk pemeriksaan kimia air bersih pengambilan sampel masing - masing ditempat
reservoir dan kran terjauh dari reservoir.
b. Untuk pemeriksaan mikrobiologi air bersih titik sampel diambil pada air kran diruang
dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi dan ruang makan.
c. Untuk pemeriksaan kimia dan bakterioligi air minum secara uji petik di Instalasi Gizi,
ruang perawatan dan perkantoran.
4. Melakukan pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air bersih dan air minum ke
laboratorium kesling terakreditasi.

12
5. Melakukan evaluasi hasil inspeksi jaringan pipa dan penampungan air bersih serta hasil
pemeriksaan kualitas air bersih dan air minum.
6. Tersedia air minum sesuai kebutuhan.
7. Tersedia air bersih minimum 500 liter/TT/hari.
8. Air minum dan dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan
secara berkesinambungan.
9. Distribusi air bersih di setiap ruangan harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir
dengan tekanan positif, sedangkan air minum dapat disediakan melalui dapur RS.
10. Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan secara
berkesinambungan.
11. Distribusi air bersih di setiap ruangan harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir
dengan tekanan positif, sedangkan air minum dapat disediakan oleh pihak ketiga.
12. Titik pengambilan sampel utk pemeriksaan kimia terutama pada tempat penamupungan
reservoir sedangkan pemeriksaan mikrobiologi terutama pada air kran dari dapur, ruang
operasi, kamar bayi, tempat penampungan air, secara acak pada kran-kran sepanjang
system distribusi, pada sumber air dantitik lain rawan pencemaran.
13. Pemeriksaan sampel air minum maupun air bersih dilaksanakan di Laboratorium
terakreditasi yang ditetapkan Mentri Kesehatan atau Pemerintah Daerah setempat.
14. Pemberian kaporit pada groundtank setiap hari.
15. Apabila hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang tidak memenuhi standar
baku mutu air bersih maupun air minum maka harus dilakukan optimalisasi pengolahan
samapi sesuai dengan baku mutu air tersebut serta bila menunjukan tingkat resiko
pencemaran sangat tinggi harus dilakukan perbaikan sarana.
D. Pengelolaan Limbah Padat Medis
1. Pemantauan pengelolaan limbah medis di ruangan melalui pemisahan antara limbah
medis/B3 dan limbah non medis/domestik di ruangan serta pemisahan limbah medis
bersifat non tajam kedalam plastik kuning dan tajam dimasukan ke safety box.
2. Penyediaan dan pembagian plastik kuning dan savety box.
3. Pengakutan limbah dari ruangan ke TPS Limbah B3 RS oleh petugas cleaning service
menggunakan kontainer khusus Limbah B3 serta pengangkutan limbah medis dari TPS
limbah B3 RS ke tempat pengolahan akhir oleh pihak ketiga yang memliki Ijin Pengolahan
dari Kementrian Lingkungan Hidup dengan menggunakan mobil khusus pengangkut limbah
B3 yang telah memiliki Ijin Pengangkutan dari Kementrian Perhubungan setiap hari Selasa,
Kamis dan Sabtu.

13
4. Melakukan pencatatan melalui pengisian dokuemn manifest limabh B3.
5. Melaksanakan nkerjasama pemusnahan limbah medis dengan membuat MOU kerjasama
dengan pihak ketiga yang telah mendapatkan izin dari KLHK maksimal 2x24 jam harus sudah
diangkut.
6. Minimisasi limbah:
a. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membeli.
b. Menggunakan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
c. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
d. Monitoring alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).
e. Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluarsa.
f. Menghabiskan bahan setiap kemasan.
g. Mengecek tanggal kadaluwarsa pada saat diantar oleh distributor.
7. Pemilahan
Dilakukan pemilahan jenis limbah medis muali dari sumber penghasil limbah padat medis di
ruangan khususnya ruang perawatan yang terdiri dari:
a. Limbah infeksius
b. Limbah benda tajam
c. Limbah patologis
d. Limbah bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan/sisa kemasan.
e. Limbah radioaktif
f. Limbah farmasi
g. Limbah sitotoksik
h. Peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi.
i. Tagung gas/container bertekanan.
8. Pewadahan
Tempat pewadahan limbah medis yaitu:
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya misalnya fiberglass.
b. Setiap sumber penghasil limbah padat medis harus tersedia tempat pewadahan yang
terpisah dengan pewadahan limbah padat non medis.
c. Tempat pewadahan limbah padat medis non tajam harus dilapisi plastik kuning
sedangkan untuk pewadahan limbah pat medis tajam ditampung pada tempat khusus
seperti savety box yang terbuat dari karton yang kuat dan aman atau botol.

14
d. Kantong plastic atau savety box yang sudah terisi 3/4 limbah medis harus diangkat setiap
hari atau kurang dari sehari.
e. Tempat pewadahan limbah padat medis khususnnya limbah infeksius dan citotoksis
yang tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan
desinfektan apabila akan digunakan kembali sedangkan kantung plastic kuning yang
telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.
9. Pengangkutan
a. Pengakutan/transportasi dari sumber penghasil limbah/ruangan ke Tempat
penampungan Sementara(TPS) limbah B3.
b. Kantong limbah padat medis yang sudah terikat dimasukan dalam container yang kuat
dan tertutup dan diangkut dengan menggunakan gerobak /troli khusus limbah padat
medis.
c. Kantong limbah padat medis yang sudah terisi harus aman dari jangkauan manusia
maupun hewan.
d. Pengakutan dari Tempat penampungan Sementara/TPS RS ke Tempat
Pengolahan/Pemusnahan Akhir Limbah Padat Medis dengan menggunakan kendaraan
yang telah memiliki Ijin Pengangkutan Limbah B3/Infeksius dari Dishub.
10. Tempat Penyimpanan Sementara
a. Penyimpanan limbah padat medis di TPS tidak boleh melebihi 2 x 24 jam dan selanjutnya
dilakukan pemusnahan.
b. TPS limbah B3 harus memiliki Ijin TPS Limbah B3/Infeksius dari Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bekasi.
c. Limbah B3 diangkut dan dimusnahkan oleh pihak ketiga yang memiliki izin dari KLHK.
11. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang menagani limbah B3
12. Petugas yang menangani limbah harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang terdiri:
a. Sarung tangan
b. Masker
c. Pelindung mata
d. Pakaian kerja/wearpack
e. Sepatu boot
f. Topi/helm

15
E. Pengelolaan Limbah Padat Non Medis
1. Melakukan pengelolaan limbah padat non medis/domestik mulai dari pemisahan sampah
non medis dengan sampah medis di ruangan sampai pengangkutan ke TPS limbah domestik
RS.
2. Melaksanakan pengawasan pengangkutan sampah non medis dari TPS limbah domestik ke
mobil pengangkut limbah domestic dari Dinas Kebersihan Kabupaten Bekasi.
3. Melakukan pembersihan TPS domestic setelah pengakutan.
4. Melakukan evaluasi pengelolaan limbah padat non medis serta dokumentasi jumlah limbah
domestic yang dikelola.
5. Pewadahan
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai
permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya misalnya fiberglass.
b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
c. Terdapat minimal 1 buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan kebutuhan.
d. Tempat pewadahan limbah padat medis non medis harus dilapisi plastik hitam, apabila
2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah maka harus diangkut.
6. Pengangkutan
a. Kantong limbah padat non medis yang sudah terikat dimasukan dalam container yang
kuat dan tertutup dan diangkut dengan menggunakan troli khusus limbah padat non
medis ke TPS limbah domestic rumah sakit.
b. Pengangkutan limbah domestic dari TPS limbah domestic RS ke TPA dengan
menggunakan kendaraan tertutup.
7. Tempat Penyimpanan Sementara
a. Tidak merupakan sumber bau dan lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran
untuk cairan lindi.
b. Harus kedap air, tertutup dan selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta
mudah dibersihkan.
c. Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah padat.
8. Pengakutan limbah domestik ke TPA Burangkeng
Limbah domestik diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng oleh Dinas
Kebersihan Kabupaten Bekasi.

16
F. Pengolahan Limbah Cair
1. Kegiatan pengolahan limbah cair melalui sistem Biofilter Anaerob dan Aerob melalui :
a. Pengecekan bak inlet dari kotoran ataunbenda-benda lain yang menyumbat.
b. Pemberian bioenzim pada bak anaerob. Pengukuran pH padfa outlet.
c. Pemberian kaporit pada bak chlorinasi.
d. Pemantauan terhadap kualitas limbah cair melalui pengambilan dan pemeriksaan
sample setiap 1 bulan sekali.
e. Menganalisa hasil pemeriksaan limbah cair terhadap pengoperasian mesin pengolahan
limbah cair.
f. Evaluasi Kegiatan pengelolaan limbah cair setiap bulan, triwulan dan tahun.
g. Pelaporan pembuangan limbah cair serta hasil pemeriksaan kualitas limbah cair sebelum
dan sesudah proses pengolahan di IPAL setiap bulan ke Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bekasi, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat dan Kementrian
Lingkungan Hidup Kehutanan.
h. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan system saluran tertutup, kedap air,
dan limbah harus mengalir dengan lancer serta terpisah dengan saluran air hujan.
i. Harus dipasang alat pengukur debit limbah cair/flowmeter untuk mengetahui debit
harian limbah yang dihasilkan dan diolah.
j. Air limbah yang bersumber dari dapur harus dilengkapi dengan bak penangkap
lemak/grease trap.
k. Seluruh limbah cair yang dihasilkan oleh RS harus diolah di IPAL RS.
2. Limbah cair developer diserahkan kepada pihak ketiga.
3. Limbah cair laboratorium diserahkapan kepada pihak ketiga.
G. Pengelolaan Limbah Gas
1. Monitoring dan pemeriksaan kualitas udara emisi genset minimal 1 tahun sekali dan kualitas
udara ambient minimal 6 bulan sekali.
2. Monitoring dan memastikan sungkup asap dan blower untuk mengalirkan asap dari proses
masak di dapur rumah sakit ke udara luar dapat berperasional dengan baik
3. Monitoring dan memastikan exaust fan dan blower kamar operasi untuk mengalirkan udara
ruang operasi yang mengandung gas anastesi untuk dialirkan ke udara luar dapat
berperasional dengan baik
4. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas oksigen
dan dapat menyerap debu.

17
H. Penyehatan Linen/Laundry
1. Perencanaan, Permintaan dan Pengadaan Linen Rumah Sakit
a. Perencanaan dan permintaan
Perencanaan kebutuhan linen dibuat oleh masing-masing unit pelayanan berdasarkan
risiko kebutuhan unit dibandingkan dengan persediaan linen yang masih layak pakai
yang ada di unitnya masing-masing. Perencanaan ini diajukan oleh kepala ruang dalam
rencana anggaran tahunan atau dapat diajukan sewaktu-waktu dalam keadaan
mendesak sesuai dengan SPO yang ada. Setiap unit pelayanan wajib menyerahkan
laporan inventaris linen dan melampirkannya dalam laporan inventaris linen dan
melampirkannya dalam perencanaan kebutuhan linen yang diajukanuntuk tahun
berikutnya.
b. Pengadaan linen baru/pengganti:
Pengadaan linen dilakukan berdasarkan pengajuan perencanaan dari tiap-tiap unit yang
telah mendapat persetujuan.
2. Pengelolaan linen kotor
a. Pengelolaan linen kotor di ruamh sakity dimulai dari unit perawatan, tyaitu sejak proses
pengumpulan linen kotor, pemisahan linen kotor berdasarkan infeksius tidaknya, proses
dekontaminasi dilanjutkan proses pencucian di bagian pencucian sesuai dengan SPO
yang telah ditetapkan.
b. Petugas yang bertanggungjawab dalam proses ini adalah petugas penanggung jawab
linen/laundry.
c. Penggunaan APD yang sesuai harus dipenuhi dalam hal mengelola linen kotor. Wadah
utnuk membawa linen kotor non infeksius, linen kotor infeksius, maupun linen bersih
harus terpisah dan tertutup.
3. Distribusi dan Penyimpanan Linen Bersih
Distribusi linen kotor/linen bersih dari ruang perawatan ke ruang pencucian atau sebaliknya
dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan dengan menggunakan buku
register/ekspedisi.
4. Penyediaan Linen Siap Pakai
a. Linen siap pakai disimpan di tiap unit pelayanan dengan tetap memperhatikan standar
penyimpanan.
b. Lemari penyimpanan selalu bersih, tidak lemabab, dan tertutup rapat.
c. Lemari penyimpanan jauh dari pelayanan pasien/terhindar dari kontaminasi.

18
d. Inventarisasi linen menjadi tanggung jawab unit pelayanan yang menyimpan dan harus
selalu dilakukan pengecekan antara jumlah linen yang terpakai dengan linen kotor dan
stok linen bersih.
5. Penggunaan Linen Bersih
a. Linen bersih digunakan dengan prinsip First In First Out (FIFO) yaitu linen yang lebih dulu
disimpan dipakai terlebih dahulu.
b. Sebelum memegang linen bersih, petugas harus mencuci tangan terlebih dahulu.
I. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu
1. Melaksanakan monitoring tempat/ruangan yang dikendalikan.
2. Melakukan pengawasan pengendalian vektor dan binatang pengganggu oleh pihak ketiga di
dalam dan luar ruangan dengan menggunakan teknik pengendalian sesuai jenis serangga
dan binatang pengganggu yang akan dikendalikan.
a. Secara fisik atau mekanis
1) Memasang perangkap di tempat-tempat yang dicurigai sebagai tempat perindukan
vektor dan binatang pengganggu.
2) Menutup dan membersihkan celah-celah dinding, lemari dan peralatan di ruangan
untuk pengendalian nyamuk, lalat, kecoa dan semut.
3) Menangkap dan memindahkan binatang pengganggu seperti kucing dan anjing.
b. Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida:
1) Residual spraying/penyemprotan nyamuk, lalat, kecoa dan semut.
2) Cold fogging/pengasapan nyamuk.
3) Glue stick/umpan lalat
4) Rat baiting/umpan makanan tikus
5) Insect baiting/umpan makanan serangga.
3. Melakukan termal fogging di seluruh area rumah sakit terutama area luar rumah sakit
setiap dua minggu sekali.
4. Membuat laporan evaluasi pengendalian serangga dan binatang pengganggu setiap bulan.
J. Dekontaminasi Melalui Desinfeksi dan Sterilisasi
1. Kamar/ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan desinfeksi dan sterilisasi sampai
aman untuk dipaki pada operasi berikutnya.
2. Semua benda yang akan didesinfeksi atau disterilisasi harus terlebih dahulu dibersihkan
secara seksama untuk menghilangkan semua bahan organic dan sisa bahan linennya.
3. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya Karena dibersihkan, disterilkan atau didesinfeksi
tidak boleh digunakan lagi.

19
4. Jangan menggunakan bahan seperti linen dan lainnya yang tidak tahan terhadap sterilisasi
karena akan mengkibatkan kerusakan.
5. Streilisasi dan desinfeksi terhadap ruang pelayanan medis dilakukan sesuai permintaan dan
kesatuan unit kerja pelayanan medis dan penunjang medis.
K. Perlindungan Radiasi
Aspek penting dalam pelayanan di unit radiologi yang terkait dengan penangananradiasi
diantaranya:
1. Setiap rumah sakit yang menggunakan zat radioaktif harus memperoleh ijin dari Bapeten
sesuai PP nomor 64 Tahun 2000.
2. Penerimaan dosisi radiasi terhadap pekerja atau masyarakat tidak boleh melebihi NBD.
3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) terhadap pemanfaatan
radiasi pengion:
a. Organisasi dan peralatan proteksi radiasi.
b. Pemantauan dosis perorangan.
c. Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
d. Penyimoanan dokumentasi catatan dosis.
e. Program jaminan kualitas bagi instalasi yang mempunyai potensi dampak radiasi tinggi.
f. Diklat tentang K3 terhadap radiasi.
g. Pengelola rumah sakit wajib melakukan kalibrasi terhadap alat ukur radiasi sekurang-
kurangnya 1 tahun sekali dan output peralatan radioterapi secara berkala sekurang-
kurangnya 2 tahun sekali.
h. Pengelola rumah sakit harus melakukan upaya penanggulanagan yang diutamakan
pada keselamatan manusia dan harus segra melaporkannya kepada bagian pengawas
dan instansi terkait lainnya.
i. Penghasil limbah radioaktif tingkat rendah dan sedang wajib mengumpulkan,
mengelompokkan atau mengolah dan menyimpan sementara limbah radioaktif
sebelum diserahkan kepada badan pelaksana.
L. Promosi Kesehatan Lingkungan
1. Promosi kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan cara langsung, media
cetak maupun media elektronik.
2. Sasaran penyuluhan kesehatan adalah pasien/ keluarga pasien, pengunjung, dan karyawan
rumah sakit.

20
3. Pesan penyuluhan kesehatan lingkungan untuk karyawan rumah sakit berisi pemanfaatan
fasilitas sanitasi dengan benar dan pentingnya memberi contoh terhadap pasien/ keluarga
pasien tentang pemanfaatan fasilitas sanitasi dengan benar.
M. Penangaan Bhaan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Limbahnya
Dalam penanganan (menyimpan, emmindahkan, menangani tumpahan, emnggunakan, dll) B3,
setiap staff wajib mengetahui jenis bahan dan cara penangannya dengan melihat SPO dan MSDS.
1. Penanganan untuk personil
a. Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan..
b. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan.
c. Letakkan bahan sesuai ketentuan.
d. Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk.
e. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan.
f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi dilokasi yang sama.
g. Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata.
h. Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penempatan bahan,
hindari terjadinya tumpahan/kebocoran.
i. Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas
j. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan
bahaya/kecelakaan atau nyaris celaka (accident atau near miss) melalui formulir yang
telah disediakan dan alur yang telah ditetapkan.
2. Penanganan Berdasarkan Lokasi
Daerah yang berisiko (laboratorium, radiologi, farmasi dan tempat penyimpanan,
penggunaan dan pengelolaan B3) yang ada di rumah sakit harus ditetapkan daerah
berbahaya. Tempat penyimpanan harus disertakan dengan simbol B3 dan MSDS.
3. Penanganan Administratif
Setiap tempat penyimpanan, penggunaan dan pengelolaan B3 harus diberi tanda sesuai
dengan potensi bahaya yang ada dan lokasi tersebut tersedia SPO untuk menangani B3 dan
limbahnya, antara lain:
a. Cara penggunaan B3
b. Cara pengelolaan B3
c. Cara penanganan jika terjadi tumpahan B3
d. Cara pengelolaan limbah B3
e. Pemilahan limbah B3

21
BAB V
LOGISTIK

A. Kebutuhan Logistik IPAL


1. Mesin blower
2. Pompa dosing
3. Pompa otomatis
4. Tabung kaporit
5. Kipas angin
6. APD
7. Kotak P3K
8. Simbol dan Label B3
9. Alat kebersihan
B. Kebutuhan logistic untuk kebersihan
a. Carry cady/carry bucket
b. Majun
c. Container bin
d. Scruber pad
e. APD
f. Mesin polisher
g. Mesin vaccum
h. Mindow washer
i. Window squeezy
j. APD
C. Kebutuhan logistic Alat Tulis Kantor (ATK)
Kebutuhan alat tulis kantor disuplai dari gudang ATK pemintaan dibuat dengan format
permintaan barang/obat ditujukan ke bagian gudang ATK yang ditandatangani oleh kepala
bagian umum.

22
BAB VI
PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN

A. Definisi
Mutu pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang efisien
dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum dan social
budaya. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan unit kamar bersalin, maka dibuat
program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien yang merupakan program terintegrasi
dengan program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Berdasarkan
ketetapan Direktur tentang program PMKP Rumah Sakit, maka ditetapkan program PMKP
prioritas, Standar Pelayanan Minimal Unit kamar Bersalin, Indikator Area Klinik, Indikator Area
Manajemen dan Indikator Sasaran Keselamatan Pasien.
B. Indikator Mutu Lokal
1. Pengelolaan limbah cair
2. Pengelolaan limbah padat infeksius

23
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Untuk menunjang keselamatan kerja di unit sanitasi lingkungan dilakukan dengan program :
A. Pembinaan dan Pengawasan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan:
1. Lokasi rumah sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamtan
lingkungan, dan tata ruang,serta sesuai dengna hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan Rumah Sakit.
2. Teknis bangunan Rumah Sakit,sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat,anak-anak dan orang usia lanjut.
3. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan ,keamanan,serta keselamatan dan
kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit.
4. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit harus
dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya(sertifikasi personil
petugas/operator sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan Rumah sakit).
5. Membuat program pengoperasian,perbaikan,dan pemeliharaan rutin dan berlaka sarana
dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya didokumentasikan dan dievaluasi
secara berkala dan berkesinambungan.
6. Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan nonmedis dan harus memenuhi standar
pelayanan persyaratan mutu,keamanan,keselamatan,dan laik pakai.
7. Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan,peralatan kesehatan harus
diuji dan dikalibrasi,secara berkala oleh balai pengujian fasilitas kesehatan dan/atau
institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
8. Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan
harus diawasi oleh lembaga yang berwenang.
9. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan.
B. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja:
1. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi syarat
fisik ,kimia,biologi,ergonomidan psikososial secara rutin san berkala.
2. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan kerja.
C. Pembinaan dan Pengawasan terhadap Sanitasi:

24
Manajemen, harus menyediakan, emmelihara, mengawasi sarana dan prasarana sanitasi yang
memenuhi syarat, meliputi:
1. Penyehatan makanan dan minuman
2. Penyehatan air
3. Penyehatan tempat pencucian linen
4. Pengelolaan limbah
5. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
6. Sterilisasi/desinfeksi
7. Perlindungan radiasi
D. Pembinaan dan Pengawasan Perlengkapan Keselamatan Kerja
1. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda keselamatan.
2. Penyediaan peralatan keselamaatn kerja dan APD.
E. Pelatihan dan promosi K3RS
1. Sosialisasi keselamatan kerja bagi SDM rumah sakit oleh K3RS.
2. Melaksanakan pelatihan K3 yang diberikan oleh K3RS.
F. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan desain/lay out pembuatan tempat
kerja dengan pemilihan alat serta pengadaannya terkait keselamatan dan keamanan:
1. Melibatkan K3Rs di dalam perencanaan, desain/lay out pembuatan tempat kerja dan
pemilihan serta pengadaan sarana dan prasarana peralatan keselamatan kerja.
2. Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi sarana, prasarana dan peralatan
keselamatan kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan
standar keamanan dan keselamatan.
G. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya
1. Membuat alur pelaporan kejadian tumpahan B3.
2. Membuat SPO penanganan, pelaporan kejadian tumpahan B3.
H. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan kerja yang
disampaikan kepada direktur dan unit terkait di Rumah Sakit Annisa.
I. Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Adanya system yang digunakan untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi, system ini
merupakan bagian integral dari pengendalian infeksi di rumah sakit. Adanya program –
program yang berkaitan dengan PPI, kebersihan tangan, pemantauan infeksi nasokomial,
penggunaan APD, dll.

25
J. Penanggulangan Bencana
1. Kode Merah
Bila terjadi bencana kebakaran maka kode yang akan digunakan adalah dengan
menyebutkan “ kode merah” dan keluar mengikuti jalur evakuasi keluar melalui pintu
samping fisioterapi menuju area evakuasi titik kumpul II dilapangan parkir samping RS.
2. Kode Hijau ( kode bila terjadi bencana gempa )
3. Kode Ungu ( kode evakuasi )
4. Kode Hitam ( kode ancaman bom )
5. Kode Kuning ( kode darurat banjir )
6. Kode Pink ( kode penculikan bayi dan anak )
7. Kode Biru ( kode jantung pada dewasa dan anak-anak )

26
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Baku Mutu Limbah Cair


Judul Baku mutu limbah cair
Dimensi mutu Keamanan/keselamatan
Definisi Operasional Baku mutu limbah cair adalah standar minimal limbah cair yang
dianggap aman bagi kesehatan, yang merupakan ambang batas
yang ditolerir dan diukur dengan parameter:
BOD = 30 mg/l
COD = 100 mg/l
TSS = 30 mg/l
pH = 6-9
Total Coliform = 3000 koloni/100 ml
Amoniak = 10 mg/l
Frekuensi pengumpulan 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Hasil pemeriksaan limbah cair rumah sakit yang memenuhi baku
mutu.
Denominator Jumlah seluruh parameter pemeriksaan limbah cair.
Sumber data Laporan hasil pemeriksaan
Standar 100%
Penanggungjawab Sanitarian

B. Pengelolaan Limbah Padat Infeksius


Judul Pengangkutan dan pemusnahan limbah medis/B3 oleh pihak ketiga.
Dimensi mutu Keamanan/keselamatan
Definisi Operasional Pengelolaan limbah padat infeksius adalah limbah medis/B3 yang
diangkut dan dimusnahkan oleh pihak ketiga yang memiliki izin dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Frekuensi pengumpulan 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Hasil pemeriksaan limbah cair rumah sakit yang memenuhi baku
mutu.
Denominator Jumlah seluruh parameter pemeriksaan limbah cair.
Sumber data Laporan hasil pemeriksaan
Standar 100%
Penanggungjawab Sanitarian
C.

27
BAB VIII
PENUTUP

Diharapkan dengan adanya pedoman pelayanan sanitasi lingkungan ini, pelaksanaaan dan
program pelayanan sanitasi lingkunganyang selama ini sudah dijalankan oleh unit Sanitasi
Lingkungan Rumah Sakit Annisa Cikarang dan pembinaan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi
serta Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi dapat ditingkatkan hasilnya.

28

Anda mungkin juga menyukai