Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN

PENGELOLAAN LIMBAH DAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


DI RUMAH SAKIT TANI DAN NELAYAN

I. DEFINISI
1. Bahan Berbahaya adalah : Bahan yang karena sifat
konsentrasinya jumlahnya secara langsung maupun tidak
langsung dan mencemarkan merusak lingkungan hidup / dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta mahluk hidup lainnya yang dalam jumlah
relative kecil berbahaya bagi jiwa dan kesehatan manusia.
2. Bahan Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa
suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun yang karena sifat atau konsentrasinya
atau jumlahnya,baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup dan dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta mahluk hidup lain.
3. Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang
mencakup reduksi,penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan ,
pemanfaatan, pengelohan, dan penimbunan limbah B3.
4. Penyimpanan limbah B3 adalah kegiatan menyimpan limbah B3
yang dilakukan oleh penghasil, pengumpul, pemanfaatan,
pengolah dan penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan
sementara.
5. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah
B3 dari penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan
sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat, pengolah,
dan atau penimbun limbah B3

Panduan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun RSTN Kab. Boalemo Page 1
6. Kontaminasi adalah proses terkenanya bahan pada manusia
karena tumpahnya, terpeciknya, terciumnya, tertelannya
tertumpahnya pada lingkungan hidup
7. Penanggulangan limbah B3Upaya pengamanan terhadap B3
mulai dari pembuatan sampai pembuangan limbah agar tidak
terjadi iritasi,korosi,keracunan,kebakaran,ledakan gangguan
kesehatan,cacat , kematian, kerusakan harta benda dan
lingkungan hidup.
8. Yang termaksud B3 di RS adalah : Bahan – bahan yang selama
pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan,
penggunaan dan pembuangan limbah dapat melepaskan debu,
partikel,gas, serat, radiasi yang bisa menimbulkan iritasi , korosif,
keracunan, kebakaran,ledakan dan bahaya lain yang bisa
menimbulkan gangguan kesehatan, cacat,kematian dan
kerusakan harta benda dan lingkungan hidup.

II. TUJUAN
Tujuan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dirumah
sakit adalah agar Rumah Sakit menyediakan fasilitas yang aman,
fungsional dan supportif bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung.
1. Mengurangi dan mengendalikan resiko bahaya
2. Mencegah kecelakaan & cedera
3. Memelihara kondisi yang aman
Manajemen afektif pengelolaan bahan berbahaya dan beracun
di rumah sakit bertujuan untuk :
1. Merencanakan ruang ,peralatan / bahan & SDM yang di
butuhkan sehingga mendukung pelayanan klinis secara aman &
efektif
2. Seluruh staf mendapatkan sosialisasi tetang peralatan
/bahan,cara mengurangi resiko & cara memantau serta
melaporkan kondisi beresiko

Panduan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun RSTN Kab. Boalemo Page 2
3. Terdapat evaluasi dari system-sitem penting & mengindetifikasi
perbaikan yang diperlukan.

peralatan/ fasilitas
fisik
bahan

SDM

MENAGEMENT

III. RUANG LINGKUP


Program pengelolaan bahan berbahaya dan beracun mencakup
tentang tatacara penanganan limbah diseluruh area Rumah Sakit
Tani Dan Nelayan

IV. TATA LAKSANA


A. Prosedur penanganan limbah rumah sakit sebagai berikut :
1. Pemilahan limbah rumah sakit dilakukan pada setiap sumber
dan ruangan instalasi yang berpotensi menghasilkan limbah.
2. Pemilahan dilakukan berdasarkan parameter yang sudah
ditentukan yang digolongkan dalam limbah berbahaya dan
limbah tidak berbahaya.
3. Pemilahan dapat dilakukan oleh petugas medis (dokter dan
perawat) dan petugas non medis (tehnisi) yang memiliki
pengetahuan tentang limbah berbahaya.
4. Pemilahan harus didokumentasikan dan dibuat petunjuk
pelaksanaan penangananya yang harus ditempel pada
ruangan instalasi yang berpotensi menghasilkan limbah.

B. Ketentuan ketentuan tentang B3


1. Kebijakan / pedoman pengelolaan B3

Panduan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun RSTN Kab. Boalemo Page 3
2. Prosedur
3. Lokasi dan bangunan
4. Alat pengendali bahaya
5. SDM
6. Daftar B3
C. Persyaratan Gudang B3
1. Tidak untuk aktifitas
2. Dekat dengan hidant / safety shower.
3. Ruang cukup luas dapat melindungi mutu produk
4. Menjamin keamanan produk
5. Menjamin keamanan petugas
6. Ada rambu /tanda,denah lokasi, jalur evakuasi
D. Alat penyimpanan
1. Alat penyimpanan (palet,rak,lemari)
2. Sumber listrik sejauh mungkin
3. Alat pengukur suhu dan kelembaban
4. Alat deteksi kebakaran,apar
5. APD
E. Tenaga Kerja
1. Jumlah :
2. Kualitas :
3. Disiplin
4. Kemampuan
5. Kepatuhan
6. Kejujuran
7. Kesehatan
8. pemeriksaan kesehatan berkala
9. makanan ekstra
10. pendidikan dan latihan
11. alat pelindung diri
12. pemeriksaan kesehatan

Panduan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun RSTN Kab. Boalemo Page 4
13. awal
14. berkala
15. khusus
16. pemantauan lingkungan fisik
17. sanitasi perorangan.
F. Administrasi
1. Daftar B3 (B3,nuclide,gas medis)
2. MSDS
3. Anti Dotum

V. IDENTIFIKASI LIMBAH B3
A. Limbah B3 Berdasarkan Sumber
Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi
1. Limbah B3 dari sumber spesifikasi limbah B3 yaitu limbah B3
sisa proses suatu kegiatan yang secara spesifik dapat di
tentukan.
2. Limbah dari sumber tidak spesifikasi adalah limbah B3 yang
pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya.
Misalnya kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pengemasan
dan lain lain.
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadarluasa, tumpahan, bekas
kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi
spesifikasi.
B. Limbah B3 Berdasarkan karakteristik
Limbah di identifikasi sebagai limbah B3 apabila memenuhi
salah satu atau lebih karakteristik limbah B3 :
1. Mudah meledak berikut ini adalah ciri ciri limbah B3 yang
tergolong mudah meledak limbah suhu dan tekanan, standar (
250 c, 760 mmHg).
2. Mudah terbakar berikut adalah ciri ciri limbah B3 yang
tergolong mudah terbakar limbah yang berupa cairan yng

Panduan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun RSTN Kab. Boalemo Page 5
mengandung alcohol kurang dari 24 % volume pada titik nyala
tidak lebih dari 600 c, (140F) akan menyala apabila terjadi
kontak dengan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara
760 mmHg.
3. Limbah yang bukan berupa cairan pada temperatur dan
tekanan standar, mudah menyebabkan kebakaran melalui
gesekan penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan. Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah
terbakar. Merupakan limbah pengoksidasi.
C. Identitas Bahaya . Tanda pengenal bahaya , tingkat bahaya yang
dapat di timbulkan akibat paparan seketika dalam waktu yang
singkat.

VI. PENUTUP
Dampak negative pencemaran akibat proses kegiatan maupun
limbah yang dibuang tanpa pengololaan yang benar. Pengelolaan
limbah Rumah Sakit yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya
kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja,
dari pasien ke pasien dari pekerja ke pasien, maupun dari dan
kepada masyarakat pengunjung rumah sakit.
Oleh sebab itu untuk menjamin keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja maupun orang lain yang berada dilingkungan rumah
sakit dan sekitarnya, perlu penerapan kebijakan system manejemen
keselamatan dan kesehatan kerja dengan melaksanakan kegiatan
pengelolaan dan monitoring limbah rumah sakit sebagai salah satu
indicator penting yang perlu diperhatikan. Rumah sakit sebagai
institusi yang sosioekonomis karena tugasnya memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari
tanggung jawab pengelolaan limbah yang dihasilkan.

Panduan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun RSTN Kab. Boalemo Page 6
DAFTAR REFERENSI

Agustiani E, Slamet A, Winarni D (1998). Penambahan PAC pada proses


lumpur aktif untuk pengolahan air limbah rumah sakit: laporan
penelitian. Surabaya: Fakultas Teknik IndustriInstitut Teknologi
Sepuluh Nopember

Agustiani E, Slamet A, Rahayu DW (2000). Penambahan powdered


activated carbon (PAC) pada proses lumpur aktif untuk pengolahan
air limbah rumah sakit. Majalah IPTEK: jurnal ilmu pengetahuan
alam dan teknologi : 11 (1): 30-8

Sabayang P, Muljadi, Budi P (1996). Konstruksi dan evaluasi insinerator


untuk limbah padat rumah sakit. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan
Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan
Shahib MN (1999) Penerapan teknik "Polymerase chain Reaction"
(PCR) untuk memonitor pencemaran lingkungan oleh senyawa
merkuri (Hg) pada limbahcair rumah sakit. Kongres Himpunan
Toksikologi Indonesia: prosiding, Jakarta, 22-23 Feb 1999 Shahib
MN, Djustiana N (1998).

Panduan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun RSTN Kab. Boalemo Page 7

Anda mungkin juga menyukai