PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan penghasil limbah klinis terbesar. Berbagai jenis limbah yang
dihasilkan di rumah sakit dan unit-unit pelayanan medis bisa membahayakan dan menimbulkan
gangguan kesehatan bagi pengunjung dan terutama petugas yang menangani limbah tersebut.
Terhadap limbah tersebut seringkali diperlukan pengolahan pendahuluan sebelum diangkut
ke tempat pembuangan atau dimusnahkan dengan unit pemusnah setempat.
Limbah klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, “veterinary”,
farmasi atau sejenis serta limbah yang dihasilkan di rumah sakit pada saat dilakukan
perawatan/pengobatan atau penelitian.
Banyak sekali limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit. Sebagian besar dapat membahayakan
siapa saja yang kontak dengannya, karena itu perlu prosedur tertentu dalam pembuangannya.
Tidak semua limbah klinis berbahaya. Tetapi ada beberapa yang dapat menimbulkan ancaman
pada saat penanganan, penampungan, pengangkutan dan atau pemusnahannya
Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pengelolaan Rumah Sakit Kasih Ibu
Rengat sebagai institusi pelayanan publik harus dikelola secara aman dari pencemaran
lingkungan Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat yang diakibatkan oleh bahan berbahaya dan
beracun (B3) serta limbah B3.
Limbah B3 yang dihasilkan rumah sakit dapat menyebabkan gangguan perlindungan
kesehatan dan atau risiko pencemaran terhadap lingkungan hidup. Mengingat besarnya dampak
negatif limbah B3 yang ditimbulkan, maka penanganan limbah B3 harus dilaksanakan secara
tepat, mulai dari tahap pewadahan, tahap pengangkutan, tahap penyimpanan sementara sampai
dengan tahap pengolahan.
Jenis limbah B3 yang dihasilkan di rumah sakit meliputi limbah medis, baterai bekas, obat dan
bahan farmasi kadaluwarsa, oli bekas, saringan oli bekas, lampu bekas, baterai, cairan fixer dan
developer, wadah cat bekas (untuk cat yg mengandung zat toksik), wadah bekas bahan kimia,
catridge printer bekas, film rontgen bekas, motherboard komputer bekas, dan lainnya.
Sebagai institusi pelayanan publik yang memberikan jasa pelayanan kesehatan, Rumah
Sakit Kasih Ibu Rengat berkewajiban untuk mengupayakan keselamatan dan keamanan
seluruh penghuni. Agar dapat memberikan jasa pelayanan kesehatan secara maksimal,
mengamanakan dan mencegah pencemaran lingkungan, Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat
harus dalam keadaan aman akibat dari penggunaan bahan berbahaya dan beracun
Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat menggunakan berbagai jenis bahan berbahaya dan
beracun dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan yang berpotensi menimbulkan
berbagai risiko. Untuk mengantisipasi dan meminimalisasi dampak dari kemungkinan
risiko-risiko tersebut, maka perlu dibuat panduan pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sehingga memberikan rasa aman
kepada petugas dan lingkungan.
B. Tujuan
Berdasarkan hal tersebut maka pelu dibuat panduan pengelolaan B3 dan limbah B3
dengan tujuan :
1. sebagai acuan di Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat dalam pengelolaan bahan berbahaya
dan beracun serta limbah B3 yang dihasilkan dalam pelayanan kesehatan.
2. memberikan keamanan kepada pasien, dokter, pengunjung dan karyawan Rumah
Sakit Kasih Ibu Rengat, serta mencegah pencemaran lingkungan dengan adanya
bahan berbahaya dan beracun.
3. meminimalisasi risiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan
atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang dimulai dari pengadaan, pembelian,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.
Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas dan
kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan
manusia, dan makhluk hidup lainnya.
Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan B3 ke dalam
suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegelnya, Simbol B3 adalah
gambar yang menunjukkan klasifikasi B3.
Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3,
Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan sarana angkutan.
Kimia toksik adalah bahan kimia beracun, yang bahayanya terhadap kesehatan sangat
bergantung pada jumlah zat tersebut yang masuk ke dalam tubuh.Bahan kimia korosif
atau iritan adalah bahan kimia yang mampu merusak berbagai peralatan dari logam dan
apabila bahan kimia ini mengenai kulit akan menimbulkan kerusakan berupa iritasi dan
peradangan kulit. Bahan kimia eksplosif adalah bahan kimia mudah meledak. Bahan
kimia oksidator adalah bahan kimia yang dapat menghasikan oksigen dalam penguraian
atau reaksinya dengan senyawa lain, bersifat reaktif dan eksplosif serta sering
menimbulkan kebakaran.
Limbah bahan kimia adalah bahan kimia baik padat, cair, dan gas bekas pakai yang
karena sifatnya tidak dapat digunakan lagi. Nilai Ambang Batas (NAB) adalah
konsentrasi dari zat, uap atau gas dalam udara yang dapat dihirup selama 8 jam atau hari
selama 5 hari atau minggu, tanpa menimbulkan gangguan kesehatan yang berarti.
Perbekalan farmasi adalah pengadaan sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat,
alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis dari penyedia barang.
B. Tujuan
Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi kecelakaan kerja
akibat B3 dan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
limbah B3 serta melakukan upaya-upaya dalam pencegahan insiden akibat B3.
C. Sasaran
Seluruh pekerja di Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat
BAB III
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup panduan pengelolaan bahan dan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)di
Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat meliputi :
1. Identifikasi Bahan Berbahaya Beracun (B3) dan limbah B3
2. Pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun (B3)
3. Pengemasan, pelabelan B3 dan limbah B3
4. Penanganan tumpahan limbah B3
5. Alat pelindung diri (APD) pada penanganan B3 dan limbah B3
6. Dokumentasian limbah B3.
Sifat B3 dan limbah B3 dan Instalasi / unit kerja yang menghasilkan limbah B3 di
Rumah Sakit Kasih Ibu Rengat disajikan sebagai berikut :
BAB IV
TATA LAKSANA
1 Laboratorium :
a. Alcohol Cair Mudah terbakar Di lemari tertutup
b.Formalin Cair B3 Di lemari tertutup
c. Clorin Cair B3 Di lemari tertutup
3. Poli Gigi :
4. VK/OK
a. Formalin Padat B3 Di lemari tertutup
b. Alkohol 70% Cair B3 Di lemari tertutup
c. Chlorin Cair B3 Di lemari tertutup
d. Cairan infus Cair Non B3 Di lemari tertutup
e. Alkazyme Bubuk B3 Di lemari tertutup
f. Alkacide Cair B3 Di lemari tertutup
6. Pharmasi/Apotik
a. Alkohol 70% Cair B3 Di lemari tertutup
b. Obat Bius Cair B3 Di lemari tertutup
c. Alkazyme Bubuk B3 Di lemari tertutup
d. Alkacide Cair B3 Di lemari tertutup
7. InstalasiGawat Darurat
9. Sanitasi
B. Pengelolaan B3
1. Panduan Pengadaan B3
a. Pengadaan jasa atau barang di Rumah Sakit Prof Dr Tabrani Pekanbaru
dilakukan oleh bagian Pengadaan Barang (Procurement) dan Perbekalan
Farmasi.
b. Setiap kontrak kerjasama dengan rekanan yang terkait dengan pemakaian B3
harus memenuhi persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan
dilengkapi dengan Material Safety Data Sheet (MSDS) yaitu berupa lembar data
pengaman yang membuat informasi dari pabrik tentang sifat khusus (fisika
maupun kimia) dari bahan, cara penyimpanan, resiko dan cara penanggulangan
bila terjadi kontaminasi.
c. Pengadaan barang atau jasa yang dilakukan oleh procurement atau perbekalan
farmasi harus sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) pengadaan
barang atau jasa Rumah Sakit Prof Dr Tabrani Pekanbaru Pekanbaru.
d. Pembelian atau pengadaan B3 oleh Procurement dan atau Perbekalan Farmasi
harus dicantumkan dengan jelas di dalam lembar Purchasing Order (PO) tentang
kelengkapan informasi bahan berupa labeling, Informasi dampak Bahaya dan
Informasi P3K & APD.
e. Bahan berbahaya dan beracun (B3) yang diadakan harus sudah diberi wadah,
dikemas dengan baik dan aman.
f. Pada wadah atau kemasan harus dicantumkan penandaan yang meliputi : nama
sediaan atau nama dagang, nama bahan aktif, isi berat netto, tanda dan simbol
bahaya. serta tindakan pencegahan dan penanggulangannya.
g. Penandaan pada wadah atau kemasan harus jelas dan mudah dibaca, tidak mudah
luntur oleh sinar maupun cuaca
2. Panduan Bongkar Muat B3
a. Sebelum melaksanakan kegiatan bongkar muat B3, petugas bongkar muat harus
menyiapkan kelengkapan administrasi berikut ini, yaitu Daftar bahan yang akan
dibongkar, Prosedur kerja dan Perijinan serta Daftar pekerja atau buruh serta
penanggung jawab.
b. Perencanaan dan tindakan-tindakan K3 harus dilaksanakan sebaik-baiknya
sebelum dan sesudah melaksanakan bongkar muat.
c. Yakinkan bahwa para pekerja sudah mengetahui bahaya-bahaya yang ada serta
cara-cara pencegahan dan penanggulangannya.
d. Sarana pelindung Diri, Alat Pemadam yang sesuai dan perlengkapan P3K harus
disiapkan secukupnya dan digunakan sebagai mana mestinya.
e. Pemasangan Rambu-rambu K3 meliputi Peringatan bahaya sesuai jenis, golongan
Bahan Kimia harus dipasang dengan jelas, mudah dibaca, dimengerti dan terlihat
oleh pekerja.
f. Setiap pekerja harus menghindari perbuatan atau tindakan yang tidak aman seperti
: merokok ditempat yg terlarang, tidak memakai APD yang disyaratkan,
mengerjakan pekerjaan yang bukan wewenang atau dibidangnya, bersendau gurau,
menolak perintah atasan dan sebagainya.
g. Setiap kecelakaan, Kebakaran, Peledakan termasuk kondisi berbahaya yang tidak
mungkin dapat diatasi sendiri, haruslah dilaporkan secepatnya kepada atasan.
Berikanlah keterangan yang benar kepada petugas Investigasi guna memudahkan
pengambilan langkah-langkah perbaikan selanjutnya agar kasus yang sama tidak
terulang kembali
h. P3K harus dilakukan dengan benar oleh yang berpengalaman kepada pekerja yang
mengalami kecelakaan. Segera hubungi Dokter atau tim medis guna perawatan
selanjutnya.
3. Panduan Penyimpanan B3
a. Penyimpanan B3 Secara Umum
1) Gudang tempat penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya harus dibuat
sedemikian rupa hingga aman dari pengaruh Alam dan Lingkungan
sekitarnya, yaitu :
a) Memiliki sirkulasi udara dan ventilasi baik
b) Suhu ruangan terjaga konstan dan aman
c) Aman dari gangguan biologis (tikus, rayap dll)
2) Tata letak dan pengaturan penempatan bahan harus mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut :
a) Pemisahan dan pengelompokan untuk menghindari adanya bahaya
reaktivitas.
b) Penyusunan agar tidak melebihi batas maksimum yang dianjurkan
manufactur untuk menghindari roboh (ambruk) hingga tidak
mengakibatkan kerusakan dan mudah pembongkaran serta kelihatan
rapi.
c) Lorong agar tetap terjaga dan tidak terhalang oleh benda apapun, jika
perlu buatkan garis pembatas lintasan alat angkat dan angkut.
d) Khusus bahan dalam wadah silinder atau tabung gas bertekanan agar
ditempatkan pada tempat yang teduh, tidak lembab dan aman dari
sumber panas seperti ( listrik, api terbuka dll ).
e) Program House Keeping harus dilaksanakan secara periodik dan
berkesinambungan yang meliputi : Kebersihan, Kerapihan dan
Keselamatan.
f) Sarana K3 haruslah disiapkan dan digunakan sebagaimana mestinya.
3) Setiap pekerja yang tidak berkepentingan dilarang memasuki gudang
penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya dan setiap pekerja yang memasuki
gudang harus memakai APD yang disyaratkan.
4) Inspeksi K3 oleh pekerja gudang harus dilaksanakan secara teratur atau
periodik yang meliputi pemeriksaan seluruh kondisi lingkungan, bahan,
peralatan dan system. Segera amankan atau laporkan jika menemukan
kondisi tidak aman kepada atasan.
5) Pada setiap penyimpanan B3 harus dilengkapi dengan LABELING ( Label
isi, safety, resiko bahaya ) beserta uraian singkat Pencegahan,
Penanggulangan dan Petolongan Pertama
6) Petugas gudang harus dilengkapi buku petunjuk atau pedoman K3 yang
berkaitan dengan Penyimpanan B3.
7) Setiap Pekerja dilarang makan dan minum ditempat penyimpanan Bahan
Kimia Beracun.
8) Tindakan P3K harus dilakukan oleh yang berpengalaman. Segera hubungi
dokter atau tim medis atau bawa korban ke Rumah Sakit untuk mendapatka
perawatan lebih lanjut.
b. Penyimpanan B3 Secara Khusus
1) Penyimpanan B3 golongan gas Medis
Memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Pewadahan dan penandaan
Mengikuti pola pewadahan dan penandaan yang berlaku dengan benar
dan akurat sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya
b) Kondisi ruangan
(1) Bahan konstruksi tahan terhadap api, getaran, tersedia penangkal
petir
(2) Pengaturan suhu, panas dan cahaya
(3) Suhu sejuk dan kering
(4) Hindari cahaya langsung matahari
(5) Hindarkan instalasi listrik, sumber panas
(6) Hindarkan kenaikan suhu
c) Pengaturan udara
Ventilasi baik sehingga udara tersalur dengan baik dan suhu ruangan
tetap optimal
d) Tata penyimpanan
(1) Wadah disimpan pada posisi tegak
(2) Jarak antara wadah dengan dinding ½ dari tinggi wadah
(3) Cukup jarak antara 1 dengan lainnya
(4) Jumlah wadah dalam tiap ruangan dibatasi
(5) Wadah kosong diberi tanda dan dipisahkan dari ada isinya
e) Kesiapan penanggulangan
1. Dilakukan oleh petugas yang ahli dalam penanggulangan bahaya
gas medik
2. Tersedia alat pemadam kebakaran
3. Tersedia P3K dan antidotum
4. Tersedia alat komunikasi
f) Lokasi
(1) Lebih kurang 3x radius yang dapat dijangkau gas tersebut tanpa
tiupan angin kuat
(2) Jauh dari pemukiman penduduk, jalan raya yang padat
g) Penanganan tekhnis pada bongkar muat
Mengikuti pola penanganan tehnis B3 yang berlaku sesuai dengan jenis dan
tingkat bahaya
b) Kondisi ruangan
(1) Bahan kontruksi tahan terhadap api, getaran, tersedia penangkal petir
(2) Pengaturan suhu, panas dan cahaya
(a) Suhu sejuk dan kering
(b) Hindari cahaya langsung matahari
(c) Hindarkan instalasi litrik, sumber panas
(d) Hindarkan kenaikan suhu
(3) Pengaturan udara
Ventilasi baik sehingga udara tersalur dengan baik dan suhu ruangan
tetap optimal
b) Kondisi ruangan
(1) Bahan dan konstruksi bangunan
(2) Tahan terhadap B3 yang disimpan
(3) Kedap air
(4) Lantai cekung agar limbah tidak mengalir keluar
(5) Tertutup rapat dan dapat dikunci
4. Panduan Pengangkutan B3
a. Sebelum melaksanakan pekerjaaan pengangkutan Bahan Kimia Berbahaya,
Pengawas atau atasan berkewajiban menyampaikan informasi K3 serta resiko
bahaya yang ada pada setiap pekerja.
b. Hanya pekerja yang sudah mengerti tugas dan tanggung jawab serta adanya
rekomendasi dari atasannya dibenerkan menangani pekerjaan pengangkutan
Bahan Kimia Berbahaya.
c. Upaya prefentif, Pencegahan harus tetap dilakukan secara teratur berupa
pemeriksaan kelayakan peralatan kerja, kondisi muatan dan kondisi fisik pekerja
sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut.
d. Menaikkan dan menurunkan Bahan Kimia Berbahaya harus dilakukan dengan
hati-hati, jika perlu buatkan bantalan karet atau kayu.
e. Perlengkapan K3 ( APD, APAR, P3K ) harus tersedia dalam kondisi siap pakai
di lokasi kerja.
f. Kapasitas angkut alat angkat dan angkut tidak diperbolehkan melebihi kapasitas
yang ada dan tidak boleh menghalangi pandangan penegmudi atau sopir.
g. Pengemudi harus mengikuti peraturan lalu lintas yang ada dengan selalu hati-hati
dan waspada. Hindari tindakan tidak aman dan tetap disiplin dalam
mengemudikan kendaraan.
h. Jika kontak dengan Bahan Kimia Berbahaya, segera lakukan pertolongan
pertama pada korban dengan benar. Hubungi dokter atau tim medis untuk
penanganan selanjutnya.
i. Tanda labeling peringatan bahaya berupa tulisan, kode sesuai dengan resiko
bahaya yang ada harus terpasang dengan jelas di depan muatan, samping kiri dan
kanan, belakang muatan.
5. Panduan Penggunaan B3
a. Sebelum menggunakan Bahan Kimia Berbahaya harus diketahui terlebih dahulu
informasi bahayanya baik dari segi Kebakaran, Kesehatan, Reaktifitas,
Keracunan, Korosif dan Peledakan ) serta cara-cara pencegahan dan
penanggulangannya.
b. Perencanaan dan penerapan K3 harus dilakukan dengan sebaik-baiknya pada
setiap pekerjaan penggunaan Bahan Kimia Berbahaya dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1) Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan faktor resiko bahayanya,
APAR dan P3K harus disiapkan secukupnya dan digunakan sebagai mana
mestinya.
2) Kondisi kerja dan lingkungan sudah dinyatakan aman oleh pihak yang
berwenang (Safety).
3) Peralatan kerja harus layak pakai.
4) Methode kerja atau cara pelaksanaan kerja sudah aman dan efektif.
5) Kelengkapan administrasi sudah dipersiapkan ( perijinan angkut, perintah
kerja, daftar pekerja dsb ).
c. Selama berlangsungnya kegiatan penggunaan Bahan Kimia Berbahaya hindari
tindakan yang tidak aman. Usahakan bekerja sesuai dengan prosedur kerja.
d. Bila pekerjaan tersebut belum selesai dan pelaksanaannya diatur secara shift
maka, setiap serah terima tugas dan tanggung jawab harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Situasi dan kondisi kerja menyeluruh harus dilaporkan dengan
jelas terutama kondisi kerja yang kurang aman dan perlu penanganan yang
intensif.
e. Bila pekerjaan telah selesai, amankan dan bersihkan alat-alat kerja, lingkungan
kerja, wadah sisa-sisa bahan dsb agar segera dibersihkan sampai betul-betul
kondisi keseluruhan sudah aman.
f. Lakukan tindakan P3K dengan segera jika terjadi kecelakaan hubungi tim medis
dan dokter untuk penanganan lebih lanjut.
6. Panduan penanganan kecelakaan kerja dan darurat B3
a. Penanganan Kecelakaan kerja dan darurat B3
Panduan ini sebagai petunjuk bagi pegawai untuk penyelamatan apabila terjadi
kecelakaan ditempat kerja dengan tujuan agar korban menjadi atau merasa aman
dan tenang serta mencegah kondisi yang lebih buruk sambil menunggu
pertolongan dokter.
b. Ruang lingkup
Ruang lingkup panduan ini meliputi petunjuk umum : pertolongan pertama yang
berhubungan dengan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) . Dampak
dan Resiko akibat pengelolaan B3 berupa ledakan gas dan kebakaran bahan
kimia, bahan kimia tumpah, terpapar bahan kimia kepada petugas, sarana dan
lingkungan rumah sakit
c. Pengertian yang dimaksud dalam panduan ini adalah sebagai berikut :
1) Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan yang dapat
menyebabkan luka atau kerugian pada manusia dan benda yang disebabkan oleh
suatu kejadian atau kondisi yang tidak terduga
2) Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang dialami oleh seorang karyawan
semenjakia meninggalkan rumah kediaman sampai menuju ketempat
pekerjaannya, selama jam kerja, maupun sekembalinya dari tempat kerja menuju
rumah kediamannya melalui jalan yang biasa ditempuh, sedemikian rupa sehingga
karyawan tersebut dalam waktu2x 24jam setelah kejadian kecelakaan itu tidak
dapat melakukan pekerjaan.
3) Perlemahan (impairment) adalah setiap gangguan atau ketidaknormalan
psikologik dan atau fisiologik dan atau struktur anatomi dan atau fungsi.
4) Ketidakmampuan (disability) adalah setiap keterbatasan atau berkurangnya
kemampuan (sebagai akibat dari perlemahan) untuk melakukan aktivitas
dengan cara atau dalam batas-batas yang dianggap normal untuk manusia.
5) Cacat (handicap) adalah kerugian yang diderita oleh seseorangsebagai akibat dari
perlemahan atau ketidakmampuan yang membatasi atau mencegah orang itu
untuk melakukan perannya yang normal untuk ukuran orang itu
d. Hal UmumPenanggulangan Kecelakaan dan Keadaan Darurat B3
1) Setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib
menanggulangi terjadinya kecelakaan dan atau keadaan darurat akibat B3.
2) Melakukan kegiatan pengelolaan B3 sebagaimana dimaksud d.1). wajib
mengambil langkah-langkah :
(1) Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan.
(2) menanggulangi kecelakaan sesuai dengan prosedur tetap penanggulangan
kecelakaan.
(3) melaporkan kecelakaan dan atau keadaan darurat kepada aparat
Pemerintah Kabupaten atau Kota setempat.
(4) Aparat Pemerintah Kabupaten/Kota setempat, setelah menerima laporan
tentang terjadinya kecelakaan dan atau keadaan darurat akibat B3
sebagaimana dimaksud wajib segera mengambil langkah-langkah
penanggulangan yang diperlukan.
3) Kewajiban sebagaimana dimaksud, tidak menghilangkan kewajiban setiap
orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 untuk :
a) Mengganti kerugian akibat kecelakaan dan atau keadaan darurat; dan
atau
b) Memulihkan kondisi lingkungan hidup yang rusak atau tercemar; yang
diakibatkan oleh B3.
7. Panduan penanganan tumpahan B3
a. Ketentuan Umum mengatasi Tumpah
Harus dipahami bahwa tumpahan pada area kerja harus dibersihkan karena dapat
menyebabkan kecelakaan akibat kontak dengan bahan tumpahan. Kecelakaan
yang ditimbulkan antara lain: keracunan akibat menghirup uap bahan tersebut,
korosif dan dapat menimbulkan kebakaran dan ledakan jika bereaksi dengan
bahan-bahan mudah terbakar, serta menyebabkan kontaminasi oleh mikroba
(untuk bahan-bahan mikrobiologi).
b. Penanganan B3 tumpah secara umum adalah :
1) Identifikasi atau kenali lokasi terjadinya tumpah, jumlah bahan yang tumpah,
sifat kimia dan fisika tumpahan, sifat bahaya dan risiko tumpahan dan
mengetahui teknik aman penanganannya.
2) Pastikan penggunaan alat pengaman diri (khususnya sarung tangan,
pelindung mata/muka dan pelindung pernafasan bila perlu).
3) Cegah tumpahan meluas dan hentikan sumber tumpahan jika hal tersebut
aman dilakukan.
4) Tangani (di tempat) dengan cara yang tepat. (Lihat MSDS)
5) Secara umum proses yang dilakukan adalah netralisasi.
6) Netralisasi dapat menggunakan basa (soda ash/lime) untuk tumpahan yang
bersifat asam dan
7) Larutan asam asetat untuk tumpahan yang bersifat basa.
8) Bahan yang paling umum digunakan untuk keadaan darurat apabila terjadi
tumpahan adalah pasir, tanah, natrium karbonat dan kapur
9) Bekas tumpahan bahan kimia di area kerja dapat dibersihkan dengan air,
sabun detergen , atau pembersih lain yang sesuai dengan bahan pengotornya.
10) Tetapi untuk penanganan yang lebih tepat dapat dilihat di dalam “Material
Safety Data Sheet” (MSDS).
c. Langkah Selanjutnya Setelah Pembersihan tumpahan B3
1) Simpan semua limbah pada tempatnya yang sesuai kemudian tutup untuk
penanganan lebih lanjut
2) Bersihkan pastikan kembali area tersebut telah bersih dan aman.
3) Bersihkan area atau meja kerja segera setelah terjadi tumpahan zat atau
bahan kimia.
4) Apabila bahan kimia yang tumpah tersebut cukup atau sangat berbahaya,
selain dibersihkan dengan lap, tangan harus dilindungi dengan sarung tangan
dan Alat Pelindung Diri (APD) lainnya: masker dan sepatu pelindung)
d. Panduan penanganan terpapar B3 pada kulit
1) Penanganan bila terjadi kontaminasi bahan-bahan berbahaya pada pekerja,
bila terkena kulit dan rambut
2) Membawa segera pekerja yang terkontaminasi menujusumberair
terdekat dan lepaskan seluruh pakaian yang menutupbagian yang
terkontaminasi
3) Membasahi atau menyiram pekerja yang terkontaminasi dengan air (bila
mungkin air mengaliratau air pancuran atau shower), lihat petunjuk gambar
4) Membersihkan kontaminasi dengan sabun jika ada
5) Mempergunakan sarung tangan/baju pelindunguntuk melindungi diri
dari kontaminan bahan kimia yang dibersihkan (beberapa bahan kimia
yang melepas uap berbahaya bagi pernafasan, pastikan tidak
menghirupnya)
6) Membawa pekerja yang terkontaminasi ke poli pegawai atau Instalasi
Rawat Darurat bila memerlukan pertolonganmedis lebih jauh
7) Melaporkan kejadian kecelakaan kerja ke K3 Rumah Sakit
b) Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap air, goresan dan
bahan kimia yang akan mengenainya. Warna simbol untuk dipasang di
kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun harus dengan cat
yang dapat berpendar (fluorenscence). Jenis simbol B3
c) Simbol B3 merupakan gambar yang menunjukan klasifikasi B3 yang
terdiri dari 10 (sepuluh) jenis simbol yang dipergunakan, yaitu:
2. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah meledak (explosive)
pengoksidasi (oxidizing)
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar
simbol berupa bola api berwarna hitam yang menyala. Simbol ini
menunjukkan suatu bahan yang dapat melepaskan banyak panas atau
menimbulkan api ketika bereaksi dengan bahan kimia lainnya, terutama
bahan - bahan yang sifatnya mudah terbakar meskipun dalam keadaan
hampa udara.
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar
simbol berupa gambar nyala api berwarna putih dan hitam. Simbol ini
menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
(a) Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar
karena kontak dengan udara pada temperature ambient
(b) Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber
nyala api
(c) Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal
(d) Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah
yang berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau
udara lembab
(e) Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0 oC dan
titik didih lebih rendah atau sama dengan 35 oC
(f) Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0 oC – 21 oC
(g) Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume
dan/atau pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 60 oC (140
o
F) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api
atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode ”Closed-Up Test”
(h) Padatan yang pada temperatur dan tekanan standar (25 oC dan
760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uaair atau perubahan kimia secara
spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran
yang terus menerus dalam 10 detik. Padatan yang hasil
pengujian ”Seta Closed Cup Flash Point Test”-nya
menunjukkan titik nyala kurang dari 40 oC
(i) Aerosol yang mudah menyala
(j) Padatan atau cairan piroforik dan
(k) Peroksida organik.
5. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat beracun (toxic)
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar silang berwarna hitam. Simbol ini untuk menunjukkan
suatu bahan baik berupa padatan, cairan ataupun gas yang jika terjadi
kontak atau melalu inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah Simbol
berupa gambar tanda seru berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan
suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
(a) Padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara
langsung dan/atau terus menerus dengan kulit atau selaput
lendir dapat menyebabkan iritasi atau peradangan
(b) Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan
tunggal dapat menyebabkan iritasi pernafasan,mengantuk atau
pusing
(c) Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada
kulit dan
(d) Iritasi atau kerusakan parah pada mata yang dapat
menyebabkan iritasi serius pada mata.
8. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat korosif (corrosive)
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
terdiri dari 2 gambar yang tertetesi cairan korosif. Simbol ini
menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar pohon dan media lingkungan berwarna hitam serta ikan
berwarna putih. Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan yang dapat
menimbulkan bahaya terhadap lingkungan. Bahan kimia ini dapat
merusak atau menyebabkan kematian pada ikan atau organisme akuatik
lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan, seperti merusak lapisan
ozon (misalnya CFC = Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan
(misalnya PCBs = Polychlorinated Biphenyls).
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar kepala dan dada manusia berwarna hitam dengan
gambar menyerupai bintang segi enam berwarna putih pada dada.
Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang atau
berulang dengan bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai
berikut:
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol
berupa gambar tabung gas silinder berwarna hitam. Simbol ini untuk
menunjukkan bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi
dan dapat meledak bila tabung dipanaskan atau terkena panas atau
pecah dan isinya dapat menyebabkan kebakaran.
1) Simbol B3 berupa sticker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik
pada kemasan, mudah penggunaannya, tahan lama, tahan terhadap air dan
tahan terhadap tumpahan isi kemasan B3.
a) Jenis simbol yang dipasang harus sesuai dengan karakteristik bahan yang
dikemasnya atau diwadahinya
b) Simbol dipasang pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan
lain dan mudah dilihat
c) Simbol tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol lain
sebelum kemasan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa bahan
berbahaya dan beracun dan
d) Kemasan yang telah dibersihkan dari B3 dan akan dipergunakan kembali
untuk mengemas B3 harus diberilabel “KOSONG”
2) Simbol pada kendaraan pengangkut B3. Simbol yang dipasang pada
kendaraan pengangkut B3 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Simbol B3 berupa stiker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik pada
alat angkut atau kendaraan, mudah penggunaannya, dan tahan lama
b) Simbol yang dipasang harus satu macam simbol yang sesuai dengan klasifikasi
B3 yang diangkutnya
c) Ukuran minimum yang dipasang adalah 25 cm x 25 cm atau lebih besar,
sebanding dengan ukuran alat angkut yang digunakan
d) Terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan, air, hujan, dan/atau bahan
kimia yang mungkin mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas, atau plat
logam) serta menggunakan bahan warna simbolyang dapat berpendar
(flourenscence)
e) Dipasang disetiap sisi dan di bagian muka alat angkut serta harus dapat
terlihat dengan jelas dari jarak lebih kurang 30 meter dan
f) Simbol tidak boleh dilepas dan diganti dengan symbol lain sebelum muatan
B3 dikeluarkan dan alat angkut yang digunakan dibersihkan dari sisa B3 yang
tertinggal.
3) Simbol pada tempat penyimpanan kemasan B3.
Tempat penyimpanan kemasan B3 harus ditandai dengan simbol dengan
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a) Simbol B3 berupa sticker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik
pada tempat penyimpanan
b) Kemasan B3, mudah penggunaannya dan tahan lama. Simbol juga terbuat
dari bahan yang tahan terhadap air, goresan dan bahan kimia yang mungkin
mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas, atau plat logam)
c) Simbol dipasang pada bagian luar tempat penyimpanan kemasan B3 yang
tidak terhalang
d) Jenis simbol yang dipasang harus sesuai klasifikasi B3
4) Ketentuan pemasangan Label
Label B3 merupakan uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan
jenis B3. Penggunaan Label B3 tersebut dilakukan informasi tentang produsen B3,
identitas B3 serta kuantitas B3. Label harus mudah terbaca, jelas terlihat, tidak
mudah rusak, dan tidak mudah terlepas dari kemasannya.
Simbol
Label
d. Panduan pembuangan limbah B3
Adapun tugas dan tanggungjawab masing-masing ruangan atau unit kerja dalam
pembuangan limbah B3, yaitu :
DOKUMENTASI
Setiap petugas dalam melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun wajib melakukan
administrasi yang sudah disediakan mulai dari penerimaan B3, penyimpanan, penggunaan ataupun
jika terjadi tumpahan B3. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa Rumah Sakit Prof Dr Tabrani
Pekanbaru telah melakukan pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dengan baik.
Direktur,
Kemasan B3 dan limbah wajib diberi simbol dan label yang sesuai.
Limbah B3 dapat dikemas ulang dengan memperhatikan kaidah keselamatan dan
keamanan.
Simbol dan label B3 diberikan pada kemasan, tempat penyimpanan, dan tempat
pengumpulan B3 sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Simbol dan label yang mengalami kerusakan wajib diganti dengan yang baru.
Selain itu diperlukan cara penanganan tumpahan yang benar agar tidak terjadi
paparan terhadap petugas.
BAB IV
DOKUMENTASI
PENUTUP