Anda di halaman 1dari 17

BAB I

DEFINISI

A. Pengertian
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3. Dalam hal ini yang dapat dilakukan
di Rumah Sakit adalah mengadakan, menerima, menyimpan, menggunakan B3.
Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas dan
kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap lingkungan hidup,
kesehatan manusia, dan makhluk hidup lainnya.

B. Tujuan
1. Menyediakan panduan untuk rumah sakit/ fasilitas kesehatan lainnya mengenai
pengelolaan B3.
2. Menghindari bahaya yang timbul bagi karyawan yang melakukan penyimpanan B3
ataupun akan menggunakan B3.
3. Membangun suatu proses penanganan yang terstandar bagi pengelolaan B3.

C. Prinsip
1. Perencanaan berdasarkan SPO di Unit Farmasi, pengadaan bersumber dari distributor
resmi, mempunyai sertifikat analisa dari pabrik, melampirkan MSDS.
2. Penerimaan B3 dengan memeriksa wadah dan pengemas, memperhatikan label dan
simbol dan atau tulisan berupa kalimat peringatan berbahaya.
3. Setiap tempat penyimpanan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi
dengan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet). Simbol B3
adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3, sedangkan label B3 adalah uraian
singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3. Lembar Data
Keselamatan Bahan berisi:
a. Merek dagang
b. Rumus kimia B3
c. Jenis B3
d. Klasifikasi B3
e. Teknik penyimpanan, dan
f. Tata cara pengamanan bila terjadi kecelakaan.
Lembar data pengamanan ini harus diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dan
dibaca untuk memudahkan tindakan pengamanan bila diperlukan.
4. Setiap bahan berbahaya yang diedarkan harus diberi wadah dan kemasan dengan baik
serta aman. Penandaan ini harus mudah dilihat, dibaca, dimengerti, tidak mudah lepas
dan luntur baik karena pengaruh sinar maupun cuaca (bila mengalami kerusakan wajib
diberikan simbol dan label yang baru).

1
5. Pengangkutan B3 wajib menggunaka sarana pengangkutan yang baik operasi serta
pelaksanaannya sesuai dengan tata cara pengangkutan yang diatur dalam perundang-
undangan yang berlaku.
6. Tempat penyimpanan B3 harus ditempatkan pada lokasi yang aman dan baik dan
dilengkapi dengan sistem tanggap darurat dan prosedur penanganan B3.
7. Bekerja menggunakan B3 dengan cara menjaga perilaku pribadi saat bekerja,
mengurangi paparan dengan B3, menghindari cedera mata, menghindari mencerna B3,
menghindari penghirupan B3, meminimalkan kontak kulit, menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri).

2
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Mudah meledak (explosive)
2. Pengoksidasi (oxidizing)
3. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable), sangat mudah menyala (highly
flammable), dan mudah menyala (flammable)
4. Amat sangat beracun (extremely toxic), sangat beracun (highly toxic), beracun
(moderately toxic)
5. Berbahaya (harmful)
6. Korosif (corrosive)
7. Bersifat iritasi (irritant)
8. Gas bertekanan (pressure gas)

B. Kewajiban dan Tanggung Jawab


1. Instalasi Farmasi
a. Melakukan inventaris jenis Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dikelola oleh
instalasinya.
b. Melakukan pengecekan jumlah stok Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang
dimiliki.
c. Melakukan pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang digunakan di
Rumah Sakit Borneo Citra Medika.
d. Meminta MSDS Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari distributornya.
e. Melakukan penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sesuai prosedur yang
ada.
2. Unit Inventaris dan Rumah Tangga
a. Melakukan inventaris jenis Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dikelola oleh
unitnya.
b. Melakukan pengecekan jumlah stok Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang
dimiliki oleh unitnya.
c. Melakukan pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) rumah tangga yang
digunakan di Rumah Sakit Borneo Citra Medika.
d. Meminta MSDS Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari distributornya.
e. Melakukan penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sesuai prosedur yang
ada.
3. Seluruh staff Rumah Sakit
Memahami dan menerapkan prosedur penanganan dan pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) yang digunakan di Rumah Sakit Borneo Citra Medika.
4. Petugas ruangan
a. Mengetahui prosedur penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
b. Mengetahui prosedur bekerja dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
c. Mengetahui prosedur penanganan bila terpapar Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3).

3
d. Mengetahui daftar Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang digunakan di Rumah
Sakit.

4
BAB III
TATA LAKSANA

A. Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Mudah meledak (explosive)
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang pada suhu dan
tekanan standar (25oC, 760 mmHg) dapat meledak dan
menimbulkan kebakaran atau melalui reaksi kimia dan/ fisika
dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan di sekitarnya.

2. Pengoksidasi (oxidizing)
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang dapat melepaskan
banyak panas atau menimbulkan api ketika bereaksi dengan
bahan kimia lainnya, terutama bahan-bahan yang sifatnya
mudah terbakar meskipun dalam keadaan hampa udara.

3. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable), sangat mudah menyala (highly
flammable), dan mudah menyala (flammable)
Simbol untuk B3 klasifikasi mudah menyala menunjukkan
suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar
karena kontak dengan udara pada temperatur ambien.
b. Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan
sumber nyala api.
c. Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal.
d. Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang berbahaya,
jika bercampur atau kontak dengan air atau udara lembab.
e. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0 oC dan titik didih lebih
rendah atau sama dengan 35oC.
f. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0oC-21oC.
g. Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/ atau pada titik
nyala (flashpoint) tidak lebih dari 60oC (140oF) akan menyala apabila terjadi
kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara
760mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode “Close-Up Test”.
h. Padatan yang pada temperature dan tekanan standar (25oC dan 760mmHg) dengan
mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air
atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran yang terus menerus dalam 10 detik. Padatan yang hasil pengujiannya
“Seta Closed Cup Flash Point Test”-nya menunjukkan titik nyala kurang dari
40oC.
i. Aerosol yang mudah menyala.
j. Padatan atau cairan piroforik.
4. Amat sangat beracun (extremely toxic), sangat beracun (highly toxic), beracun
(moderately toxic)

5
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Sifat racun bagi manusia, dapat menyebabkan keracunan
atau sakit yang cukup serius apabila masuk ke dalam
tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
b. Sifat bahaya toksisitas akut.
5. Berbahaya (harmful)

Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan baik berupa


padatan, cairan ataupun gas yang jika terjadi kontak atau
melalui inhalasi oral dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan ataupun sampai tingkat tertentu.

6. Korosif (corrosive)
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Padatan maupun cairan yang terjadi kontak secara
langsung dan/ atau terus menerus dengan kulit atau selaput
lender dapat menyebabkan iritasi atau peradangan.
b. Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena
paparan tunggal dapat menyebabkan iritasi pernapasan,
mengantuk atau pusing.
c. Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi
pada kulit.
d. Iritasi/ kerusakan parah pada mata yang dapat
menyebabkan iritasi serius pada mata.
7. Bersifat iritasi (irritant)
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
b. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE
1020 dengan laju korosi > 6,35 mm/ tahun dengan
temperature pengujian 55oC.
c. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat
asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk B3.
8. Gas bertekanan (pressure gas)

Simbol ini untuk menunjukkan bahaya gas bertekanan yaitu


bahan ini bertekanan tinggi dan dapat meledak bila tabung
dipanaskan atau terkena panas atau pecah dan isinya dapat
menyebabkan kebakaran.

9. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Sakit Umum Lirboyo
a. Limbah sitotoksik : ampul, vial, spuit obat.

6
b. Limbah radioaktif : ada, limbah cair hasil pencucian foto rontgen dialirkan
langsung menuju IPAL.
c. Limbah farmasi : tidak ada.
d. Limbah infeksius : ditempatkan di tempat sampah dengan kresek berwarna
kuning.
e. Limbah benda tajam : ditempatkan di wadah yang tidak tembus (puncture proof)
dan disimpan di TPS B3 sebelum diambil oleh pihak ketiga untuk dimusnahkan.
f. Limbah cair medis: dibuang ke wastafel yang langsung mengalir menuju IPAL
untuk diolah.

B. Prosedur Umum Pengelolaan B3


1. Pengadaan B3
a. Perencanaan B3 sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) perencanaan di Unit
Farmasi dan Unit Inventaris dan Rumah Tangga.
b. Barang harus bersumber dari distributor utama/ resmi.
c. Mempunyai sertifikat analisa dari pabrik.
d. Melampirkan MSDS.
2. Prosedur Penerimaan Bahan Berbahaya
a. Memeriksa wadah dan pengemas.
Kemasan yang diterima harus dalam bentuk asli dan dalam keadaan utuh serta
mencantumkan:
1.) Nama sediaan atau nama barang
2.) Isi/ bobot netto
3.) Komposisi isinya dalam nama kimia
4.) Nomor registrasi
5.) Petunjuk cara penggunaan
6.) Petunjuk cara penanganan untuk mencegah bahaya
7.) Tanda peringatan lainnya
8.) Nama dan alamat pabrik yang memproduksi
9.) Cara pertolongan pertama akibat bahan berbahaya.
b. Memperhatikan label berupa symbol, gambar dan atau tulisan berupa kalimat
peringatan berbahaya misalnya: “Bahan Peledak”, “Bahan Racun”, “Bahan
Korosif”, “Bahan Berbahaya”, “Bahan Iritasi”, “Bahan Mudah Terbakar”, dll.
3. Prosedur Penyimpanan B3
Menyimpan bahan berbahaya sesuai dengan keterangan pada pengemas, misalnya:
a. Harus terpisah dari bahan makanan, bahan pakaian dan bahan lainnya.
b. Tidak menimbulkan interaksi antar bahan berbahaya satu dengan yang lain.
c. Bahan yang mudah meledak dijauhkan dari bangunan yang menyimpan oli, gemuk,
dan api yang menyala.
d. Bahan yang mudah mengoksidasi harus disimpan di tempat yang sejuk dan
mendapat pertukaran udara yang baik.
e. Bahan yang mudah menyala (terbakar) harus disimpan di tempat terpisah dari
tempat penyimpanan perbekalan farmasi lain, mudah dilokalisir bila terjadi
kebakaran, tahan gempa dan dilengkapi dengan pemadan api.

7
f. Bahan beracun harus disimpan di tempat yang sejuk, mendapat pertukaran udara
yang baik, tidak kena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas.
g. Bahan korosif (bisa juga untuk bahan irritant) harus disimpan di tempat yang
dilengkapi dengan sumber air untuk mandi dan mencuci.
h. Penyimpanan terpisah berdasarkan klasifikasi, ditempatkan pada lokasi yang aman
dan baik dan dilengkapi dengan sistem tanggap darurat dan prosedur penanganan
B3.
4. Bekerja dengan B3
a. Bekerja dengan bahan berbahaya dan beracun harus sesuai prosedur masing-masing bahan
berbahaya dan beracun.
b. Ventilasi yang benar dan pengadaan exhaust fan akan mengurangi petugas dari paparan
kontaminan yang ada di udara.
c. Petugas yang bekerja dengan bahan berbahaya dan beracun harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) selama bekerja sesuai yang tercantum di Material Safety Data Sheet
(MSDS) bahan berbahaya dan beracun. Menghindari paparan B3 dengan menggunakan
Alat pelindung Diri yang sesuai. Mencegah cedera mata dengan alat pelindung
mata, menghindari penghirupan bahan kimia berbahaya dengan menggunakan
masker, meminimalkan kontak kulit dengan mengenakan sarung tangan dan sepatu
boat kapan pun menangani B3.
d. Gunakan bahan berbahaya dan beracun secukupnya, jangan berlebihan yang menyebabkan
bahan bersisa.
e. Petugas yang bekerja dengan bahan berbahaya dan beracun harus ditraining tentang bahan
berbahaya dan beracun dan penggunaan MSDS.
f. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah menjaga perilaku pribadi saat bekerja
dengan menghindari mengganggu atau mengejutkan pegawai lain, tidak
membiarkan lelucon praktis, keributan, atau kegaduhan berlebih terjadi kapan pun,
ataupun bahan B3 hanya dipergunakan untuk tujuan yang dimaksudkan.
g. Menghindari makan, minum, merokok, mengunyah permen karet, menggunakan
kosmetik, dan meminum obat di tempat bahan kimia berbahaya digunakan.
Menyimpan makanan, minuman, cangkir, dan peralatan makan dan minum lainnya
di tempat bahan kimia ditangani atau disimpan, ataupun mengecap bahan kimia.
h. Mencuci tangan dengan sabun dan air segera setelah bekerja dengan bahan kimia
apa pun, meski sudah mengenakan sarung tangan.
5. Prosedur Penanggulangan Kecelakaan
Penanggulangan kontaminasi tergantung jenis B3 yang terpapar, untuk penanganan
kecelakaan yang lebih spesifik dapat lebih jelas dilihat pada MSDS masing-masing
B3. Adapun langkah-langkah umum di bawah ini:
a. Konsentrasi paparan bahan kimia dibuat seminimal mungkin, misalnya dengan cara
mengguyur air
1.) Mata
Sesegera mungkin dicuci dengan air mengalir (± selama 15 menit), kemudian
mata dikedip-kedipkan supaya tercuci seluruh permukaan mata dengan air.
2.) Kulit

8
Bila terjadi kontak pada kulit, segera dicuci dengan air mengalir. Pakaian dan
sepatu yang terpapar dilepaskan dan dicuci sebelum dipakai kembali.
b. Bila terjadi tertelan B3 sedapat mungkin dirangsang untuk muntah bila kondisi
pasien sadar, setelah itu pasien dapat pula minum susu ataupun air 2-4 gelas.
c. Bila terhirup, lindungi pasien dengan cara memindahkanya ke tempat dengan udara
yang segar dan tidak ada bahan paparan. Nilai pernafasannya, bila tidak adequate
berikan bantuan napas. Apabila terjadi gagal nafas dapat diberikan bantuan nafas,
ventilator, dan pemberian oksigen.
d. Sesegera mungkin dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk memperoleh
pengobatan simtomatik, suportif, atau apabila terjadi kegawatan dapat segera
diatasi.
Pelaporan terjadinya kecelakaan dilakukan dengan mengisi form kecelakaan B3 dan
dilaporkan pada bagian K3 rumah sakit.
6. Prosedur Pembuangan Limbah B3
Prosedur pembuangan limbah B3 adalah prosedur yang dilakukan untuk membuang
limbah barang berbahaya dan beracun (B3) untuk mencegah terjadinya peledakan,
kebakaran, dan keracunan.
a. Tiap bahan B3 baik karena rusak, pecah, kadaluarsa, maupun sisa hasil proses yang
tidak digunakan harus dibuang pada saluran khusus yang disiapkan atau tempat
sampah khusus B3.
b. Jika limbah asam dan basa harus dinetralkan dahulu sebelum dibuang. Untuk zat-
zat logam berbahaya harus diendapkan dahulu hingga buangan aman tidak melebihi
ambang.
c. Limbah sisa gas yang mudah terbakar harus diamankan.
d. Semua wadah/ kemasan B3 harus dibakar dengan benar.
e. Membuang limbah B3 secara manual harus menggunakan APD yang sesuai. Hati-
hati hindari percikan, jatuh, terpeleset, dan tersiram, dsb.

C. Prosedur Penanganan Bahaya Paparan Bahan Berbahaya dan Beracun


1. Alkohol
a. Nama Kimia : Ethyl Alkohol
b. Nama lain : Alkohol Ethanol
c. Pemaparan : Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi tertelan atau kontak
dengan kulit/ mata
d. Gejala keracunan :
1.) Mata : iritasi mata
2.) Kulit : iritasi kulit
3.) Inhalasi : Sakit kepala, lemas, batuk-batuk, pusing, tidak sadar,
kerusakan hati, anemia.
e. Pertolongan Pertama
1.) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit
2.) Segera melakukan pembilasan kulit dengan air
3.) Berikan oksigen/ bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan

9
4.) Bila tertelan segera lakukan lavase lambung, berikan charcoal untuk menyerap
sisa bahan yang masih berada dalam lambung.
f. Pencegahan Pemaparan
1.) Hindari kontak dengan mata/ kulit
2.) Pakai baju pelindung
g. Pencegahan
1.) Hindari kontak dengan mata/ kulit
2.) Pakai masker bila konsentrasi > 2000 ppm
2. Hidrogen Peroksida
a. Nama Kimia : H2O2
b. Nama Lain : Peroxide, Hydrogen Diooxyde
c. Pemaparan : Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak
dengan mata/ kulit
d. Gejala Keracunan
1.) Mata : iritasi mata, ulkus cornea
2.) Kulit : iritasi kulit, vesikel, eritema
3.) Inhalasi : iritasi hidung, tenggorokan, pneumonia, edema paru
4.) Sistemik : rambut menjadi putih
e. Target Organ :Kulit, mata, saluran nafas
f. Pertolongan Pertama
1.) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit
2.) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun
3.) Berikan oksigen/ bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.
g. Pencegahan Pemaparan
1.) Hindari kontak dengan mata/ kulit
2.) Lakukan pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar mandi
3.) Gunakan masker apabila konsentrasi > 10 ppm.
3. Klorin
a. Nama Kimia : CI2
b. Nama Lain : Chlorine, Sodium Hypocloride, Precept, Bleaching Agent
c. Pemaparan : Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan
mata / kontak
d. Gejala Keracunan
1.) Mata : rasa perih, panas, terbakar
2.) Kulit : dermatitis, frostbite
3.) Inhalasi : hipersaliva, mual, muntah, rinorea, batuk, kesedakan, nyeri
substernal, sakit kepala pusing, sinkope, edema paru, pneumonia, hipoksemia.
e. Target Organ : Mata, kulit, saluran nafas
f. Pertolongan Pertama
1.) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama 15
menit. Bila terjadi frostbite, jangan dibilas dengan air.
2.) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun bila belum ada frostbite.
3.) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan pernapasan.
4.) Kortikosteroid, antibiotika.
g. Pencegahan Pemaparan : Hindari kontak dengan mata / kulit.

10
BAB IV
DOKUMENTASI

Hasil dokumentasi Panduan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dilakukan dengan
mendata jumlah B3 yang digunakan dan dikelola di Rumah Sakit Borneo Citra Medika.
Dalam setiap kegiatan sangatlah perlu adanya dokumentasi, karena dokumentasi akan menjadi
bukti pelaksanaan kegiatan tersebut. Dokumen Panduan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
akan diarsip di masing-masing unit yang menggunakan B3 beserta daftar B3 yang ada/
digunakan di unit tersebut. Pelaporan tumpahan B3 dilakukan melalui laporan rekapitulasi
staf kesehatan lingkungan kepada tim K3RS setiap bulan, dan tim K3RS akan melaporkan
kepada Direktur setiap 3 bulan sekali.

11
BAB V
PENUTUP

Panduan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Sakit Borneo Citra Medika ini
diharapkan dapat digunakan agar dapatkaryawan dapat terhindar dari kecelakaan kerja akibat
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Bagi karyawan diharapkan buku panduan ini dapat
membantu mereka dalam memahami masalah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah
Sakit dan dapat melakukan upaya antisipasi terhadap potensi kecelakaan B3 yang ada di
lingkungan rumah sakit sehingga tercapai budaya sehat dalam bekerja. Namun tentu saja buku
panduan ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu diperlukan saran dari berbagai pihak demi
sempurnanya buku panduan ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Panduan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) Rumah Sakit Baptis Batu. Tahun 2014

Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Kesehatan, Depkes 2003.

13
LAMPIRAN

1. Daftar Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang Digunakan di Rumah Sakit Borneo Citra
Medika

No. Bahan Berbahaya dan Beracun


1. Alcohol 70%
2. Alcohol 96%
3. Alcohol swab
4. Povidone Iodine
5. Chlorine
6. Lysorin
7. Jelly EKG
8. Larutan Drabkins
9. Waste produk DL
10. Waste produk KK
11. Spirtus
12. Handsrub
13. Handwash
14. Chlorethyl spray
15. H2O2 4%
16. Buffer Formalin
17. PZ-NS-Aquadest
18. Jeli DC Shock
19. Formali tab
20. Microsield 2% (Chlorhexidine 2%)
21. Hibiscrub
22. Clink pembersih kaca
23. Glade pengharum ruangan
24. Hit spray
25. Sunlight cair
26. Gigazime
27. Hit spray
28. Rinso detergent
29. Hand soap
30. Protek ozonial
31. Liquid detergent-red linen
32. Bayclin
33. Stela spray
34. Aquabidest
35. Mama lemon
36. Boom detergent
37. Super kifa
38. Taf
39. Stela pengharum kamar mandi
40. Wipol
41. Porstex

14
2. Distribusi B3 Berdasarkan Ruangan/ Unit di Rumah Sakit Borneo Citra Medika
No. Area Pemakaian Jenis B3
1. Unit Rawat Jalan a. Alcohol 70%
b. Povidone Iodine
c. Clink pembersih kaca
d. Alcohol swab
e. Jelly EKG
f. Glade pengharum ruangan
g. Chlorine
h. Lysorin
2. Instalasi Rawat Inap a. Alcohol 70%
b. Povidone Iodine
c. Hand wash
d. Hit spray
e. Hibiscrub
f. Alcohol swab
g. Jelly EKG
h. Lysorin
3. ICU a. Alcohol 70%
b. Povidone Iodine
c. Hand wash
d. Hit spray
e. Hibiscrub
f. Alcohol swab
g. Jelly EKG
h. Chlorine
i. Lysorin
4. Laboratorium a. Larutan Drabkins
b. Chlorine
c. Lysorin
d. Waste produk DL
e. Waste produk KK
f. Spirtus
g. Spray
h. Sunlight cair
i. Alcohol swab
5. Laundry a. Chlorine
b. Lysorin
c. Bayclin
d. Protek ozonial
e. Liquid Detergent-Red Linen
f. Handsrub

15
No. Area Pemakaian Jenis B3
g. Hand wash
6. IGD a. Alcohol 70%
b. Chlorethyl spray
c. H2O2 4%
d. Povidone Iodine
e. PZ-NS-Aquadest
f. Chlorine
g. Lysorin
h. Hit spray
i. Hand soap
j. Alcohol swab
k. Hand wash
l. Jelly DC Shock
7. Farmasi a. Alcohol 96%
b. Alcohol 70%
c. Buffer formalin
d. Chlorethyl spray
e. Formali tab
f. H2O2 4%
g. Microsield 2% (Chlorhexidine 2%)
h. Povidone Iodine
i. Glade
7. Gizi a. Handsrub
b. Hand soap
c. Sunlight cair
d. Hit spray
e. Rinso detergent
f. Chlorine
g. Lysorin
8. Poli KIA a. Handsrub
b. Povidone Iodine
c. Alcohol swab
d. Alcohol 70%
9. Kamar Bersalin a. Bayclin
b. Chlorine
c. Lysorin
d. Povidone Iodine
e. Handsrub
f. Alcohol 70%
g. Formalin
h. Glade pengharum ruangan
i. Hand wash
j. Hit spray

16
No. Area Pemakaian Jenis B3
k. Jelly EKG
l. Alcohol swab
m. Clink pembersih kaca
1o. Cleaning Service a. Mama lemon
b. Clink pembersih kaca
c. Detergent boom
d. Taf
e. Super kifa
f. Wipol
g. Porstex
h. Glade pengharum ruangan
i. Stela pengharum kamar mandi
11. Poli Gigi a. Handwash
b. Povidone Iodine
c. Alcohol 70%
d. Chlorine
e. Lysorin
f. Hit spray

17

Anda mungkin juga menyukai