Anda di halaman 1dari 25

TIM PENYUSUN

1. Ai Juariah
2. Christine Eveline, SKM

KONTRIBUTOR
1. dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Panduan Pengelolaan B3 i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa atas rahmat
dan karunia-Nya, buku Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun ini dapat diterbitkan.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga buku pedoman ini dapat disusun. Kami menyadari pula bahwa masih banyak
keterbatasan dan kendala serta permasalahan yang perlu diantisipasi dalam upaya
mengimplementasikan Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, oleh karena itu kami
mengharapkan saran perbaikan, sumbangan pemikiran, masukan, dan kritikan untuk lebih
menyempurnakan pedoman ini.

Akhir kata kami mengharapkan mudah-mudahan pedoman ini dapat bermanfaat dan
diimplementasikan.

Bekasi, 03 Agustus 2018


Penyusun

Panduan Pengelolaan B3 ii
KATA SAMBUTAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT HELSA JATIRAHAYU

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan
karunia-Nya kita dapat menyelesaikan penyusunan buku Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun RS helsa Jatirahayu.
Pedoman Pedoman Bahan Berbahaya dan Beracun ini diharapkan menjadi acuan dalam
pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun yang ada di RS helsa Jatirahayu.
Akhir kata kami mengharapkan mudah-mudahan pedoman ini dapat bermanfaat dan
diimplementasikan.

Bekasi, 03 Agustus 2018


Direktur Rumah Sakit helsa Jatirahayu,

dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Panduan Pengelolaan B3 iii


PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HELSA JATIRAHAYU
NOMOR : 036/PER/DIR/RSH/VIII/2018
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
RUMAH SAKIT HELSA JATIRAHAYU

Disusun Oleh :

(Ai Juariah)

Disetujui Oleh :

( dr. Vivi Sjalviany )

Ditetapkan Oleh :

(dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS)

Panduan Pengelolaan B3 iv
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HELSA JATIRAHAYU
NOMOR :036/PER/DIR/RSH/VIII/2018
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
RUMAH SAKIT HELSA JATIRAHAYU

DIREKTUR RUMAH SAKIT HELSA JATIRAHAYU

Menimbang : a. bahwa dalam upaya menghindari bahaya yang timbul bagi karyawan yang
melakukan penyimpanan B3 ataupun menggunakan B3 di Rumah Sakit helsa
Jatirahayu, maka diperlukan adanya panduan pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun di Rumah Sakit helsa Jatirahayu;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu ditetapkan panduan


pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Rumah Sakit helsa Jatirahayu dengan
Peraturan Direktur Rumah Sakit helsa Jatirahayu.

Mengingat :1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

2. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja;

3. Surat izin Walikota Bekasi Nomor 445.1/06/DPMTSP.PPJU Tentang Izin Tetap


Menyelenggarakan Rumah Sakit Helsa Jatirahayu;

4. Surat Keputusan Direktur PT. PERSADA MEDIKA DHARMA Nomor


001/SK/DIR/PMH/XI/2017 Tentang Struktur Organisasi RS Helsa Jatirahayu;

5. Keputusan Direksi PT. PERSADA MEDIKA DHARMA Nomor


00194/Skep/LEGAL/DIR/PMJ/XI/2017 tentang Pengangkatan dr.Dicky Yulius
Pangkey, MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Helsa Jatirahayu.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HELSA JATIRAHAYU


TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN RUMAH SAKIT HELSA JATIRAHAYU.

Kedua : Pedoman Bahan Berbahaya dan Beracun Rumah Sakit helsa Jatirahayu dimaksud
dalam Diktum Kesatu sebagaimana terlampir dalam Lampiran Peraturan ini.

Panduan Pengelolaan B3 v
Ketiga : Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Rumah Sakit helsa
Jatirahayu sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua agar digunakan sebagai
acuan di Rumah Sakit helsa Jatirahayu.

Keempat : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya..

Ditetapkan di Bekasi
Pada tanggal 03 Agustus 2018
DIREKTUR RUMAH HELSA JATIRAHAYU

dr. Dicky Yulius Pangkey, MARS

Panduan Pengelolaan B3 vi
DAFTAR ISI

Tim Penyusun dan Kontributor…......................................................................... i


Kata Pengantar…................................................................................................ ii
Kata Sambutan Direktur RS helsa Jatirahayu .......................................…..… iii
Lembar Pengesahan ............................................................................. …..… iv
Peraturan Direktur RS helsa Jatirahayu ................................................ …..… v
Daftar Isi .............................................................................................. …..… vii
BAB I Pendahuluan.......................................................................... …..… 1
BAB II Definisi limbah berbahaya dan beracun….......................................... 4
BAB III Ruang Lingkup Pengelolaan Limbah B3..... .......................... …...… 8
BAB IV Tata Laksana Pengelolaan Limbah B3................................................... 11
BAB V Dokumentasi........................................................................................... 14
BAB VI Penutup ................................................................................................ 17

Panduan Pengelolaan B3 vii


LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RS HELSA JATIRAHAYU
NOMOR: 036/PER/DIR/RSH/VIII/2018
TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN B3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit sebagai institusi yang bersifat sosio-ekonomis mempunyai fungsi dan
tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna. Upaya
pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap, pealayanan gawat
darurat, pelayanan medik dan non medik yang dalam melakukan proses kegiatan tersebut
akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Oleh karenanya perlu upaya penyehatan
lingkungan rumah sakit yang bertujun untuk melindungi masyarakat dan petugas rumah
sakit akan bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit.
Rumah sakit merupakan salah satu penghasil limbah B3. Limbah B3 yang akan
ditimbulkan dari kegiatan rumah sakit berasal dari seluruh aktifitas yang dilakukan rumah
sakit dan kegiatan laboratorium beruba sisa proses penyembuhan orang sakit seperti bahan
tambahan untuk pencucian luka, cucian darah, produk farmasi.
Pengelolaan limbah B3 di rumah sakit adalah rangkaian kegiatan yang mencangkup
reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan.
Pengelolaan yang dilakukan rumah sakit dibutuhkan perbaikan dan kesesuaian dengan
peraturan yang berlaku.
Dalam Pengelolaan limbah B3 perlu menggunakan Alat Pelindung Diri. Alat
Pelindung Diri (APD) meliputi pakaian dan alat pelindung yang dipakai guna melindungi
diri pekerja dan orang lain yang berada disekitarnya dari bahan, proses kerja, mesin/ alat,
instalasi dan lingkungan yang berbahaya sehingga dapat mencegah dan meminimalkan
risiko kecelakaan dan penyakit.

PANDUAN PENGELOLAAN B3 1
1.2 Tujuan
A. Umum
 Memberikan keamanan dan kenyamanan kepada Karyawan, Dokter, Pasien dan
Pengunjung rumah sakit, serta mencegah pencemaran lingkungan dengan adanya
bahan berbahaya dan beracun.
 Tercapainya kondisi lingkungan RS helsa jatirahayu yang memenuhi persyaratan
sanitasi yang menjamin pencegahan akibat pemaparan oleh bahaya – bahaya
lingkungan RS serta pencegahan pencemaran lingkungan
 Agar terciptanya Lingkungan RS helsa jatirahayu yang nyaman, bersih, sehat dan
bebas dari resiko penularan penyakit dan pencemaran lingkungan.

B. Khusus
 Meminimalisasi resiko penyakit dan kecelakaan kerja akibat B3
 Memberikan informasi kepada pengguna B3 tentang bahaya B3 yang digunakan

1.3 Landasan Hukum

 Undang – undang RI No 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup : setiap orang yang menghasilkan limbah b3 wajib melakukan
 Undang – Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang peningkatan pelayanan mutu
Rumah Sakit
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 03 Tahun 2008 tentang tata cara
pemberian symbol dan label bahan berbahaya dan beracun
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup N0 18 Tahun 2009 tentang tata cara
perizinan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
 Keputusan Kepala Bapedal No 01 Tahun 1995 tentang tata cara dan persyaratan teknis
penyimpanan dan pengumpulan limbah B3
 Keputusan Kepala Bapedal No 03 Tahun 1995 tentang persyaratan teknis pengolahan
limbah bahan berbahaya dan beracun
 Keputusan kepala Bapeda No 04 Tahun 1995 tentang tata cara persyaratan teknis
penimbunan hasil pengolahan, persyaratan lokasi bekas pengolahan dan lokasi bekas
penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun

PANDUAN PENGELOLAAN B3 2
 PP No 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 : Pelaku pengelola limbah B3
(penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun limbah
B3) wajib melakukan pengelolaan B3 sesuai dengan ketentuan yang berlaku
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1204 Tahun 2004 tentang
persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit.

PANDUAN PENGELOLAAN B3 3
BAB II
DEFINISI LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat,cair dan gas. Berdasarkan bahaya atau tidaknya limbah rumah sakit dapat
digolongkan menjdai limbah medis padat dan non medis padat.
Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya
dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasi dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan
atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makluk hidup lainnya.

2.1 Jenis Limbah B3 Menurut Sumbernya meliputi :


1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah sumber limbah yang dapat
menghasilkan limbah yang pada umumnya bukan berasal dari proses utamanya,
tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi,
pelarutan kerak, pengemasan. Terdapat 43 jenis limbah yang termasuk kelompok ini.
2. Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah sisa proses suatu industri atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah. Sumber
limbah ini terbagi dalam 51 jenis kegiatan yang termasuk penghasil limbah B3.
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasa, dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi

2.2 Karakteristik B3
Menurut Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2001 menjelaskan secara singkat
klasifikasi B3 sebagai berikut :
1. Mudah meledak (Explosive) adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25
C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan sekitar

PANDUAN PENGELOLAAN B3 4
2. Pengoksidasi (Oxidizing)
Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3 pengoksidasi dapat
dilakukan dengan metode uji pembakaran menggunakan ammonium persulfat
sebagai senayawa standar. Sedangkan untuk bahan berupa cair senyawa standar yang
digunakan.
3. Sangat mudah sekali menyala (Extremely Flammable) adalah B3 baik berupa
padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala dibawah 0 0 C dan titik didih lebih
rendah atau sama dengan 350C
4. Mudah Menyala
Limbah yang mempunyai salah satu sifat ini sebagai berikut :
 Berupa cairan yang mengandung alcohol kurang dari 24% volume dan atau
pada titik nyala tidak lebih dari 600C akan menyala apabila terjadi kontak
dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760
mmHg
 Berupa padatan
B3 yang bukan berupa cairan, pada temperature dan tekanan standar (250C,
760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui
gesekan, penyerapan uap air, atau perubahan kimia secara spontan dan
apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus dalam 10
detik.
5. Beracun (Toxic) adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi
manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, atau mulut.
6. Amat Sangat Beracun (Extremely Toxic)
Apabila memiliki LD50 (Letal Dose Fifty) kurang atau sama dengan 1 mg/kg. Yang
di maksud LD50 adalah perhitungan dosis (gram pencemar per kilogram) yang dapat
menyebabkan kematian 50 % populasi makhlun hidup yang dijadikan percobaan.
Apabila LD50 lebih besar dari 15 gram perkilogram berat badan maka limbah
tersebut bukan limbah B3.

PANDUAN PENGELOLAAN B3 5
7. Sangat Beracun ( highly toxic)
Bahan yang dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut dan kronis dan bahkan
kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi atau
kontak dengan kulit.
8. Infeksius
Limbah laboratorium medis atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit
yang dapat menular.
9. Berbahaya (Harmful) adalah bahan baik padatan, cairan ataupun gas yang terjadi
kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan sampai ke tingkat tertentu
10. Korosif (Corrosive) mempunyai sifat sebagai berikut :
 Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
 Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
 Mempunyai pH < 2 untuk B3 bersifat asam dan atau pH > 12,5 untuk b3 bersifat
basa
Bahan kimia korosif antara lain adalah asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3),
asam klorida (HCL) dan natrium hidrosida (NaOH)
11. Reaktif
Yang dimaksud dengan reaktif adalah :
 Pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa
peledakan
 Dapat bereaksi hebat dengan air, apabila bercampur air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan
 Limbah Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5
dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan
 Yang mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (25 derajat
Celcius, 760 mmHg)
 Menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau limbah
organic peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

PANDUAN PENGELOLAAN B3 6
12. Bersifat iritan (Iritant) merupakan padatan maupun cairan yang bila terjadi kontak
secara langsung dan apabila terus menerus kontak dengan kulit atau selaput lendir
dapat menyebabkan peradangan.
Menurut bentuk zat, bahan kimia iritan dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu :
 Bahan iritan padat, bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau mata
 Bahan Iritan cair, bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau mata
 Bahan iritan gas, bahaya karena terhirup dan merusak saluran pernafasan
13. Karsinogenik (Carsinogenic) adalah bahan penyebab sel kanker yaitu sel liar yang
dapat merusak jaringan tubuh
14. Teratogenik (Teratogenic) yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan
dan pertumbuan embrio
15. Mutagenik (Mutagenic) yaitu sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan
kromosom yang dapat merubah genetika

PANDUAN PENGELOLAAN B3 7
BAB III
RUANG LINGKUP PENGOLAHAN LIMBAH B3

3.1 Identifikasi Limbah B3


1) Menentukan atau memilih limbah Rumah Sakit yang termasuk dalam limbah B3
sebagaimana ditentukan dalam PP No 74 tahu 2001
2) Memisahkan limbah B3 dengan limbah Non B3 untuk dimasukan ke dalam kantong
plastik sesuai ketentuan yang berlaku yaitu untuk limbah B3 dengan kantong plastik
kuning dan Non B3 dengan menggunakan kantong hitam.
3) Memberikan label/simbol limbah sesuai dengan kategorinya, sebagaimana
ditentukan dalam Permenkes No 1204 Tahun 2004
4) Simbol limbah padat medis berdasarkan kategori limbah

No Kategori Lambang Keterangan

Kantong boks
1 Radioaktif timbal dengan
simbol radioaktif

Dipasang pada
kemasan limbah B3
yang mengandung
atau terinfeksi
2 Infeksius
kuman penyakit.
Misal : Jarum
Suntik Bekas,
Bekas Perban
Dipasang pada
kemasan B3 cair
Limbah B3 yang mudah
terbakar secara
3 Cairan Mudah
spontan misalnya :
Terbakar pelumas bekas,
Buangan pelarut
benzena.
Dipasang pada
kemasan limbah B3
Limbah B3 yang akan
4
Reaktif mengalami reaksi
hebat jika
bercampur dengan

PANDUAN PENGELOLAAN B3 8
bahan yang lain.
Misalnya : perkorat,
metil keton
perioksida

Dipasang pada
kemasan limbah B3
Limbah B3 padatan yang
padatan bersifat mudah
5
mudah terbakar secara
terbakar spontan. Misalnya
buangan
Magnesium
Dipasang pada
kemasan limbah
yang dalam kondisi
asam atau basa (pH
< dari 2 atau pH>
dari 12,5) dapat
Limbah B3
6 menyebabkan
Korosi
terbakar pada kulit
atau dapat
mengkarat
(mengkorosifkan)
logam. Misalnya :
sisa asam cuka
` Dipasang pada
kemasan limbah B3
yang bersifat
meracuni, melukai
atau membuat cacat
Limbah B3
7 samapi membunuh
Beracun
makhluk hidup
jangka pendek atau
jangka panjang
misalnya sisa
pestisida

PANDUAN PENGELOLAAN B3 9
3.2 Pengumpulan Limbah B3
 Setelah dilakukan identifikasi dan ditempatkan di dalam kantong plastik sesuai
dengan kategori limbah, limbah B3 selanjutnya dikumpulkan sementara di ruang
Janitor.
 Selanjutnya secara periodik limbah tersebut diangkut dengan menggunakan troli
tertutup untuk dibawa ke TPS B3.
 Sebelum limbah B3 dimasukan ke dalam TPS B3 dilakukan penimbangan dan
dicatat di dalam log book untuk mengetahui jumlah limbah B3 setiap harinya.
 Petugas yang menimbang harus menandatangani catatan jumlah B3 di dalam
logbook.
 Pada saat identikasi pengumpulan dan pengangkutan limbah B3 ke TPS B3 petugas
harus menggunakan APD sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3.3 Pemusnahan
 Di RS helsa jatirahayu, pemusnahan limbah B3 dilakukan oleh PT. Wastec
International yang di atur dalam MOU.
 Sebelum limbah B3 diangkut oleh pihak ke-2, dilakukan penimbangan disaksikan
oleh petugas Rumah Sakit yang bertanggung jawab terhadap penanganan limbah B3
 Pihak ke-2 harus memberikan manifest tentang jumlah dan jenis limbah B3 yang
akan dimusnahkan kepada pihak Rumah Sakit yang telah ditanda tangani oleh pihak
ke-2
 Petugas Rumah sakit menyaksikan penimbangan limbah B3 yang akan
menandatangani manifest dan sebelumnya harus melakukan pengecheckan terlebih
dahulu isi manifest.

3.4 Pelaporan
Pelaporan penanganan limbah B3 dibuat secara berkala setiap 6 bulan dan dikirimkan ke
Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dan Dinas Kesehatan. Laporan meliputi dan jenis
serta penanganan limbah B3 Rumah Sakit

PANDUAN PENGELOLAAN B3 10
BAB IV
TATA LAKSANA PENGELOLAAN LIMBAH B3

4.1 Meminimalisasi Limbah


 Menyeleksi bahan – bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya
 Menggunakan sedikit mungkin bahan kimia
 Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi
 Mencegah bahan – bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan
perawatan dan kebersihan
 Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah
bahan berbahaya dan beracun
 Menggunakan bahan – bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari
kadaluarsa
 Menghabiskan bahan dari setiap kemasan
 Pengecekan tanggal kadaluarsa bahan – bahan pada saat distributor.

4.2 Pemilihan dan Pewadahan


1). Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
2). Tempat pewadahan limbah medis padat :
 Terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, kedap air
 Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang
terpisah dengan limbah padat non medis
 Katong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah
terisi limbah
 Untuk benda – benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus (safety
box)
3). Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi meliputi
alat – alat bedah dan GV

PANDUAN PENGELOLAAN B3 11
4.3 Trasnportasi Bahan Berbahaya dan Beracun
1) Kantong plastik limbah medis padat sebelum dimasukan ke kendaraan pengangkutan
harus diletakan dalam plastik yang kuat dan tertutup
2) Kantong plastik limbah medis padat harus aman dari jangkuan manusia maupun
binatang
3) Pengangkutan oleh PT. Wastec International. Kendaraan pengangkutan yang
digunakan yaitu truck. Frekuensi pengangkutan yaitu satu kali seminggu
4) Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri terdiri dari :
 Topi / Helm
 Masker
 Pelindung mata
 Apron
 Sepatu Boot
 Sarung tangan khusus

4.5 Pengolahan Setempat


Pengolahan setempet tidak dilakukan oleh pihak rumah sakit yang memiliki incinerator
dengan suhu rata-rata kurang dari 1000 0C. Rumah Sakit helsa jatirahayu tidak memiliki
incenerator dan pengolahan dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu
PT. Wastec International.

4.6 Prosedur Pembersihan Tumpahan


Prosedur yang mengatur tata cara menangani tumpahan bahan beracun dan berbahaya
(B3). Prosedur ini bertujuan untuk mencegah terjadinya paparan atau bahaya lain yang di
timbulkan.

A. Peralatan yang digunakan :


 Kotak Spill Kit
 Masker
 Kacamata
 Sarung Tangan
 Gaun Pelindung

PANDUAN PENGELOLAAN B3 12
 Kain atau bahan yang bisa menyerap cairan
 Bubuk Klorin
 Plastik Kuning
 Papan tanda peringatan

B. Prosedurnya sebagai berikut :


 Petugas menggunakan APD ( Sarung tangan karet, Masker, Sepatu dan Gaun
Pelindung
 Petugas Mengambil Spill Kit
 Pahami sifat bahan dan baca MSDS
 Pasang papan tanda peringatan dekat sekitar area tumpahan darah atau cairan
 Buka dan siapkan plastik kuning
 Taburkan bubuk klorin pada tumpahan
 Bersihkan tumpahan dengan kain atau bahan yang bisa menyerap
 Setelah selesai pembersihan buang kain atau bahan yang bisa menyerap cairan
tubuh kedalam plastik kuning.

PANDUAN PENGELOLAAN B3 13
BAB V
DOKUMENTASI

A. Formulir Pelaporan dan Investigasi Kejadian Tumpahan Limbah B3

FORMULIR PELAPORAN DAN INVESTIGASI


KEJADIAN TUMPAHAN LIMBAH B3

DATA KEJADIAN
Jenis Kejadian : ......................................................................
Ruangan : ......................................................................

RINCIAN KEJADIAN
1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal : ..........................................................................
Waktu : ..........................................................................
2. Jenis Tumpahan : ..........................................................................
3. Volume/ berat tumpahan : ............................................................ (liter/Kg)
4. Kronologis Kejadian :
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
5. Tempat Kejadian
Lokasi kejadian : .............................................................................................
(Sebutkan)

PANDUAN PENGELOLAAN B3 14
6. Unit Kerja tempat terjadinya Insiden
Unit Kerja : .......................................................................................... (Sebutkan)
7. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
No 8 -13 diisi oleh Tim Investigasi
8. Jenis Insiden :
o Kejadian Nyaris Cidera / KNC
o Kejadian Tidak Diharapkan / KTD
o Kejadian Sentinel
9. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden :
o Karyawan / Dokter / Perawat / Petugas Lain
o Pasien
o Keluarga / Pendamping Pasien
o Pengunjung
o Lain – lain ................................................................. (Sebutkan)
10. Kejadian terjadi pada :
o Pasien
o Lain – lain : ................................................................ (Sebutkan)
11. Akibat Kejadian
o Kematian
o Cedera Irreversible / Cidera Berat
o Cedera Reversibel / Cidera Sedang
o Cedera Ringan
o Tidak ada cedera
12. Tindakan dilakukan oleh
o Tim : terdiri dari : .....................................................................................
o Petugas lainnya : ........................................................................................

PANDUAN PENGELOLAAN B3 15
13. Apakah kejadian yang sama pernah terjadinya di Unit Kerja Lain ?
o Ya
o Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini
Kapan ? ...........................................................................................

B. Formulir Inventaris Bahan Berbahaya dan Beracun

INVENTARIS BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


RS PERSADA MEDIKA JATI RAHAYU

PRODUK /
RESIKO PENGGUNAAN
NAMA
LOKASI KESEHATAN/ APD (ALAT
KIMIA MSDS PABRIKAN
PENYIMPANAN KEAMANAN/ PELINDUNG
PADA
KEBAKARAN DIRI)
LABEL

C. Logbok

LOOK BOOK PEMANTUAN BERAT/VOLUME LIMBAH B3

BULAN TANGGAL

BERAT/VOLUME NAMA & TTD

TANGGAL RUANGAN PADAT CAIR JARUM


PETUGAS PJ
(KG) (LITER) SUNTIK
(KG)

PANDUAN PENGELOLAAN B3 16
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Penyusunan pedoman penanganan bahan berbahaya dan beracun sebagai pedoman dalam
menjalankan tugas penyehatan lingkungan RS helsa jatirahayu

6.2 Saran
Pedoman Pengelolaan B3 berjalan dengan baik, maka dapat diperhatikan sebagai berikut:
 Perlu pemahaman yang baik dari pelaksanaan dan pengawasan kegiatan tentang
pedoman yang telah disusun
 Perlu pengawasan terhadap pelaksanaan dari pedoman yang telah disusun
 Agar koordinasi antar unit yang terkait dapat terus di jaga dengan baik

PANDUAN PENGELOLAAN B3 17

Anda mungkin juga menyukai