Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
PANDUAN PENGELOLAHAN LIMBAH CAIR RS

A. Latar Belakang
Derajat kesehatan masyarakat tergantung pada kondisi
lingkungan. Oleh sebab itu, apabila ada perubahan terjadi pada
lingkungan disekitar manusia, akan terjadi pula perubahan-
perubahan pada kondisi kesehatan masyarakat dalam
lingkungan masyarat tersebut.
Rumah Sakit sebagai salah satu sarana pelayanan
kesehatan bagi masyarat, mengasilkan limbah/bahan buangan
dari kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukannya. Limbah
yang dihasilkan oleh rumah sakit memiliki kekhususan
tersendiri yaitu limbah padat medis kerena perlu penanganan
khusus.
Limbah padat medis yang dihasilkan dari seluruh
kegiatan pelayanan medis dapat berupa limbah padat medis,
cair dan gas, yang dalam penanganannya memerlukan satu
tatalaksana dan teknologi pengelolahan yang khusus. Hal ini
dikarenakan limbah padat medis rumah sakit mengandung
bahan-bahan yang bersifat infeksius dan radioaktif, yang dapat
mencemari lingkungan sekitarnya dan berbahaya bagi
kesehatan manusia ( tergolong limbah B3 )
Sumber limbah rumah sakit antara lain berasal dari
pelayanan medis ( rawat inap, rawat jalan/poliklinik, rawat
intensif, rawat darurat, haemodialisa, kamar jenazah dan
kamar operasi ), penunjang medis dan dari pekantoran serta
fasilitas sosial dan lain-lain.
Mengacu pada keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang pedoman pelaksana
pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan
lingkungan hidup dan keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204 tahun 2004 tentang persyaratan
kesehatan lingkungan Rumah Sakit, dan tas dasar pemikiran
dan latar belakang diatas, maka dipandang perlu penyusuanan
suatu pedoman dalam penatalaksanaan pengelolan limbah
padat dan cair di RSUD Banyuasin.

B. Tujuan

Tujuan Umum
Sebagai panduan dalam penata laksana pengelolaan
limbah padat dan cair di RSUD Banyuasin.

Tujuan Khusus
1. Menjadi panduan dalm pengelolaan limbah padat
dan cair di RSUD Banyuasin
2. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan
bagi petugas limbah tentang teknologi pengolahan
serta pemeliharaan limbah padat dan cair di RSUD
Banyuasin
3. Dapat meningkatkan pengetahuan bagi pihak
manajemen RSUD Banyuasin dalam pengambilan
keputusan pada pemilihan teknologi pengolahan
limbah padat dan cair.
4. Dapat Meningkatkan pengetahuan mengenai
keehatan dan keselamatan kerja bagi petugas
pengelola limbah.
C. Manfaat
Panduan penatalaksanaan limbah padat dan cair ini
dibuat sebagai tuntunan petugas RSUD Banyuasin dalam
mengelola limbah padat medis dan cair, dan digunakan
sebagai acuan untuk pelakasanan tugas berkaitan dengan
lingkup kerja dalam rangka upaya peningkatan mutu
pelayanan yang aman bagi manusia dan lingkungan.

D. Ruang Lingkup

Lingkup panduan pengelolaan limbah padat dan cair


RSUD Banyuasin meliputi, teknologi, pemeliharaan,
pengawasan dan tatalaksana pengolahan limbah padat dan
cair. Dalam pedoman ini yang dibahas hanya limbah padat
medis saja, sedangkan limbah padat non medis tidak

E. Pengertian
a. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilka dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
b. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah
sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah
sakit yang terdiri dari limbah padat medis dan non medis.
c. Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sititoksis, limbah kimiawi, limbah
radioaktif, limbah kantainer bertekanan, limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.
d. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang
dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar medis yang
berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
e. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif serta darah, yang berbahaya bagi kesehatan.
f. Limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun bagi kesehatan manusia dan
lingkungan.

F. Dasar Hukum

1. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentnag kesehatan.


2. Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan
limgkungan hidup.
3. PeraturanPemerintah nomor 40/1991 tentang
penanggulangan penyakit menular.
4. Peraturan Pemerintah no 18/1999 jo Peraturan Pemerintah
nomor 85 tahun 1999 tentang penglolaan limbah berbahaya
dan beracun.
5. Peraturan Pemerintah no.27 tahun 1999 tentang analisis
dampak lingkungan
6. Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2001 tentang
pengelolaan bahan berbahaya dan beracun.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor
58/Men.LH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit.
9. KeputusanMenteriLingkunganHidupNomor
86/Men.LH/10/2002 tentang Pedoman Pelaksana Upaya
Pengelolaan Lingkngan Hidup dan Upaya pemantauan
Lingkungan Hidup.
10. Keputusan Menteri Negara Limgkungan Hidup nomor
112/Men.LH/ tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor
45/Men.LH/4/2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan
Pelaksana Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup( RPL)
BAB II
PENATAALAKSANAAN PENGOLAHAN LIMBAH
A. Limbah Padat
Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah
sakit yang berbentuk padat sebagai akibat dari kegiatan rumah
sakit yang terdiri dari limbah padat medis dan non medis.
Limbah padat medis merupakan limbah yang sifatnya
infeksius, sangat infeksius atau sititoksis. Jumlah limbah padat
medis suatu rumah sakit tidak hanya bergantung dari jumlah
tempat tidurnya saja akan tetapi juaga sangat diperngaruhi oleh
jumlah pasien dan jens penyakit yang dideritanya. Untuk limbah
padat non medis penanganannya tdak memerlukan pengolahan
yang khusus seperti limbah padat medis.
1. Proses Pengolahan Limbah Padat
Sebelum diangkut untuk dimusnakan limbah yang telah
diambil dari masing-masing unit RSUD Banyuasin dipilah-pilah
terlebih dahulu, dimana imbah medis padat dan non medis
dipisahkan dengan memberi identitas yang berbeda. Untuk
limbah padat medis identitasnya dengan kantong kuning dan
jarum suntik dimasukan kedalam kotak Safety Box yang tidak
bisa tembus. Sedangkan limbah padat non medis penanganan
tidak memerlukan penolahan khusus seperti limbah padat
medis dan diberi identitas kantong warna hitam. Limbah padat
medis dan limbah padat non medis diangkut menggunakan troli
pengangkut sampah oleh petugas dengan menggunakan APD
dan kemudian disimpan ditempat penampungan limbah padat
medis sementara.

B. Limbah Cair
Limbah cair rumab sakit adalah semua air bunagan
termasuk tinja yang berasal dari kefiatan rumah sakit yang
kemungkinanmengandung mikro-organisme, bahan kimia
beracun dan radioaktif serta daarah yang berbahaya bagi
kesehatan.
1. Sumber Limbah cair
Limbah cair rumah sakit menurut sumber/kegiatan yang
menghasilkan limbah cair dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
kelompok yaitu : pelayanan medik, penunjang medik,
administrasi, dan fasilitas sosial. Adapun parameter limbah
cair yang perlu dioalah adalah BOD, COD,TSS,NH3, suhu, PH
dan PO4, sesuai dengan persyaratan Baku Mutu Limbah cair
bagi kegiatan Rumah Sakit.
2. Tujuan Pengolahan
Prinsip dasar pengolahan limbah cair adalah
mmenghilangkan atau mengurangi kontaminan yang terdapat
diadalam limbah cair sehingga hasil olahan dapat
dimanfaatkan kembali atau tidak mengganggu lingkungan
apabila dibuang ke tanah atau le badan air penerima.
3. Proses Pengolahan Limbah Cair
Proses pengolahan limbah cair yang digunakan oleh
RSUD Banyuasin adalah menggunakan proses aerob. Salah
satu contoh proses aerobyang dikenal adalah reaktor biologis.
Reaktor ini banyk digunakan karena memepunyai banyak
kelebihandibanding reaktor yang tidak mengunakan media.
Kelebihan utama dari sistem ini adalah mikroorganisme
yang menempel pada media tidak terrrgusur/terbuang akibat
beban hidraulik yang terlalu tinggi, sehingga pemeliharaannya
menjadi mudah.
Di dalam IPAL mula-mula air limbah melewati fine
screeningatau saringan, ini bertujuan untuk menyaring
pertikel tersuspensi kasar/kotoran yang besar (lebih besar dari
1 cm) yang terbawa dalam air limbah agar tidak masuk
menuju IPAL, air limbah kemudian dimasukan ke dalam bak
Equalisasi.
Bak equalisasi berfungsi sebagai penampung fluktuasi
debit air limbah yang masuk dan penampung macam-macam
kateristik/sifat air air limbah yang berbeda-beda seperti: PH
tiggi dari laundry/cucian, lemak dari dapur ataupun kamr
mandi. Dengan adanya bak equalisasi beban air limbah dapat
dihomogenasikan (disetarakan) baik secara kualitas maupun
kuantitas, sehingga sistem dapat berjalan dengan efisien tinggi
dan optimal. Di dalam bak equlisasi juga dibantu dengan
submersible aerator untuk membantu proses aerasi.
Dari bak equalisasi air limbah di pomps menujuclarifer
tank (bak reaktor) yang bertujuan untuk mengendapkan
padatan-padatan yang tidak tersaring pada screen. Dari
clarifer air limbah secara visual sudah lebih bersih tetapi
beban polutannya masih diatas ambang batas, seperti COD,
BOD dll masih hampir sama seperti waktu air limbah masuk.
Dari clarifer ini air kemudian air masuk ke biodetox.
Sedangkan endapan yang terkumpul di dalam clarifer akan
dialirkan secara otomatis kedalam slufdge tank.
FBK- Bioreaktor (Biodetox) merupakan sistem
pengolahan limbah secara aerobik dengan
menggunakansistem fixed bed cascade. Sistem ini merupakan
alih teknologi dari Jerman karena sistem ini mempunyai
keunikan dalam aliran air dan desain rumah bakteri. Sistem
ini terdiri sbuah reaktor dan didalamnya berkembangbiaknya
mikroorganisme. Dengan sistem ini mikroorganisme
pembentuk film akan melekat, tumbuhdan berkembang pada
permukaan elemen tersebut. Dengan adanya media tersebut
mikroorganisme dapat ditumbuhkan dengan spetrum yang
amat luas seperti : bakteri lipolitic untuk pemakan lemak,
proteolitik untuk pemakan protein, bakteri pemakan deterjen,
bakteri warna dan lain sebagainya. Pada sistem ini aerasi
dibutuhkan karena mikroorganisme yang digunakan adalah
mikroorganisme aerob
. Di dalam Biodetox air limbah diproses secara aerob
dengan efisiensi yang tinggi. BOD dan COD yang terkandung
dalam air limbah akan mengalami proses penurunan antara
90-98%. Dari biodetox, air limbah yang keluar sudah
memenuhi baku mutu adri segi BOD dan COD tetapi kadang
sering terlihat padatan-padatan yang terbawa dan masih perlu
desinfeksi, sehingga khlorinasi masih diperlukan. Air limbah
yang sudah diproses secara overflow akan mengalir menuju
Polishing Tank.
Air yang keluar dari Polishing Tank sudah memenuhi
syarat yang ditentukan oleh pihak DLH Kabupaten, seperti
BOD, COD, TSS, dll. Air hasil ini sudah layak/dapat dibuang
kesaluran umum. Air hasil keluaran ini perlu ditest/diuji
parameternya yang disyaratkan ke Instansi yang berwenang.
Untuk limbah cair hasil proses pencucian film di unit
Radiologi mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun
(fixer & develover), limbahnya tidak dibuang ke IPAL RSUD
Banyuasin tapi limbahnya dikirim ke pihak ke 3 Transporter
pengolahan limbah B3 yakni kerja sama dengan PT. Sebelum
limbah diangkut oleh petugas PT. Limbah tersebut sementara
ditampung kedalam dirigen dan drum diberi lebel dan
diletakan di TPS B3.
BAB III
PERALATAN, PENGOPERASIAN DAN ALAT KONTROL

A. Fine Screening/ Bar Screening


Fine screening (saringan) terbuat dari bahan stainless
steel dengan jarak kerengangan saringan ± 1 cm. Berfungsi
untuk menyaring sampah yang terikut ke dalam IPAL.
Sampah-sampah yang tersaring dalam hal ini adalah sisa-sisa
kotoran, plastik, sisa makanan, sisa pembungkus, kertas,
tissue dll. Sampah harus dipisahkan dari air limbah supaya
pengolahan air limbah (terutama pompa-pompa) tidak
terganggu dan dapat berlangsung lebih efisien. Secara periodik
saringan ini harus diangkut dan diambil kotoran padatnya.

Cara mengangkat dan membersihkan kotoran


- Matikan pompa Sump Pit, dengan cara meletakan posisi
Selector Swich pada kontrol panel di posisi OFF.
- Buka pipa inlet, kemudian angkat saringan dan masukan
padatan kedalam kantong plastik yang telah disediakan,
bersihkan semprotan air sampai bersih.
- Setelah selesai, kembalikan posisi semula dan jangan lupa
kedua Selector Swich untuk Pompa Sump Pit dikembalikan
pada posisi auto.
B. Equalisasi
Bak Equalisasi berfungsi sebagai :
- Penampung fluktasi debit air limbah yang masuk
- Penampung macam-macam karakteristik/sifat air limbah
yang berbeda-beda.
Di dalam bak equalisasi terdapat pompa equalisasi yang
berfungsi untuk membantu proses aerasi. Pompa equalisasi
di design dengan kapasitas yang lebih besar dari kapasitas
air limbah yang masuk, maka ada sebagian air limbah yang
sirkulasikan kembali ke bak Equalisasi. Carapengoperasian
Pompa Equalissi :
- Dari dalam panel kontrol, tempatkan Selector Swich untuk
pompa 1 & 2 pada posisi auto.
- Otomatis pompa akanberoperasi jika level kontrol (radar)
telah mencapai titik atas.
Level Kontrol (radar)
- Di dalam Bak Equalisasi telah dilengakapi dengan 3 (tiga)
unit
Level kontrol yang berfungsi untuk mengatur operasi
kedua pompa dan alarm jika terjadi kenaikan air sampai
batas yang ditentukan.
- Level kontrol pertama akan mengatur pompa 1 dan 2
bekerja secara bergantian
- Level kontrol kedua akan mengatur pompa 1 dan 2 bejalan
bersamaan
C. Clarifier
Clarifier berfungsi sebagai unit pemisah antara partikel-
partikel atau padatan dengan air agar air yang keluar dari
clarifier terpisah antara air dan padatannya. Padatan yang
terkumpul dalam bentuk lumpur akan turun kedasar clarifier
yang berbentuk kerucut.
Clarifier dilengkapi dengan Tube Settler yang berguna
untuk mempercepat proses pembentukan endapan. Lumpur
yang terkumpul secara kontinyu dikembalikanlagi..
D. Biodetox
Bioreaktor (Biodetox) merupakan sistem pengolah
limbah secara aerobik dengan menggunakan sistem fixed bed
cascade. Sistem ini terdiri dari sebuah reaktor dan didalamnya
terdapat elemen fixed bed yang berfungsi sebagai tempat
berkembang biaknya mikroorganisme.
Mikroorganisme pembentuk film akan melekat, tumbuh
dan bekembang pada permukaan elemen tersebut. Kemudian
dari sisi bawah elemen fixed bed tersebut diaerasi dengan
menggunakan blower untuk menciptakan suasana aerobik.
Pada saat start up Bioreaktor ditambahkan cairan
mikroorganisme. Organisme yang ditambahkan adalah jenis
bakteri berbentuk cairan. Mikroorganisme yang dimasukan
dalam reaktor akan tumbuh dalam beberapa hari setelah
ditambahkan makanan tambahan selama belum dimasukan,
kemudian mikroorganisme tersebut akan membentuk lapisan
film pada fixed bed elemen dan menyebar keseluruh
permukaan fixed bed sesuai dengan spesifikasi makanannya.

Pengamatan secara visual


- Timbulnya warna coklat muda pada media Biodetox
- Jika media biodetox dipegang maka pada permukaan
terdapat lendir
Pengujian Laboratorium
Dilakukan uji secara kimia dan fisika, yaitu perbandingan
kualitas air limbah yang masuk dan keluar dari proses. Hasil
yang benat ditunjukan dengan adanya penurunan kadar
polutan (BOD, COD)
E. Blower
Blower yang digunakan untuk proses aerasi adalah tipe
maintenance free yang tidak memerlukan penambahan oli dan
gemuk (grease), hanya diperlukan pergantian bearing (laher)
dalam waktu yang telah ditentukan.
Cara pengoperasian Blower
Dari dalam panel kontrol, tempatkan selector swich blower
pada posisi auto
F. Dosing Pump
Berfungsi untuk menginjeksi kaporit setelah biodetox
untuk mematikan bakteri-bakteri yang ada
Cara pengoperasian Pompa Dosing Pump
- Dari dalam panel kontrol, tempatkan selector swich untuk
pompa dosing pump posisi auto
- Otomatis pompa akan beroperasi apabila pompa Equalisasi
juga dalam kondisi operasi
G. Polishing Tank
Polishing Tank berfungsi sebagai bak pengendapan
terakhir dan khlorinasi sebelum masukke treated water tank.
Di dalam treated water tank terdapat pompa sprayer yang
berfungsi untuk memotong busa didalam bioreaktor. Pompa
sprayer hanya difungsikan apabila terdapat busa didalam
bioreaktor.
Cari pengoperasian Pomp Sprayer
- Dari dalam panel kontrol, tempatkan selector swich untuk
pompa sprayer posisi auto
H. Panel Kontrol
Pandangan instrument pada panel kontrol pada unit Instalasi
Air Limbah adalah sebagai berikut :
Lampu Indikator Fase R, S,T :
Sebagai indikator tegangan untuk fase R,S,T (dengan warna
merah, hijau, kuning) yang masuk ke panel IPAL. Jika salah
satu lampu indikatornya tidak bekerja, kemungkinan ada
salah satu tegangan yang ilang atau lampu indikatornya
putus.
Voltmeter
Sebagai petunjuk tegangan sesuai pilihan yang ditentukan
pada Voltmeter Swich. Tegangan normal untuk tiga fase
adalah 380 V (misalnya R-S) dengan toleransi 10 ±20% dan
220 V untuk satu fase (misalnya R-N).

Voltmeter Swich
Sebagai saklar pemilih untuk mengetahui tegangan yang
ditampilkan. Ada 7 (tujuh) posisi saklar untuk menunjukan
antar fase dan tegangan fase dengan netral.
Amperemeter
Sebagai penunjuk arus/beban dipakai oleh peralatan-
peralatan yang sedang beroperasi.
Amperemeter Swich
Sebagai saklar pemilih arus beban untuk masing-masing
fase.
Selector Swich
Sebagai saklar pemilih untuk memilih kondisi operasi
masing-masing peralatan. Ada 3 (tiga) pilhan :
- MAN, untuk posisi operasi manual (posisi ini tidak
disarankan)
- OFF, untuk posisi OFF (berhenti0 atau menonaktifkan
- AUTO, untuk posisi AUTO (otomatis), posisi ini sangat
disarankan karena pada posisi ini semua peralatan telah
dirancang dalam segi fungsi dan keamanan peralatan.

Lampu Indikatot Operasi


Sebagai indikator atau petunjuk bahwa peralatan yang
bersangkutan sedang beroperasi. Lampu indikator ini
berwarna hijau.
BAB IV
PENGECEKAN AWAL SEBELUM PENGOPERASIAN

A. Pengecekan Pompa Submersible (Celup)


Setelah instalasi (baik menikal maupun elektrikal),
lakukan pengecekan sebagai berikut:
Hidupkan pompa (pada posisi manual) sebentar, check aliran
air yng keluar dari pipa.
B. Pengecekan Blower
Setelah instlasi (baik menikal maupun elektrikal), lakukan
pengecekan sebagai berikut:
Hidupkan Blower (pada posisi manual) sebentar, check
putaran blower, harus sesuai dengan arah putaran yang pada
motor Blower, dan apabila terbalik, lakukan perubahan fase
tegangan (misalnya dari S ke R)
C. Pengecekan Pompa Sprayer
Setelah Instalasi (baik menikal maupun elektrikal), lakukan
pengecekan sebagai berikut:
- Lakukan pengisian air pada sisi inlet pompa melalui baut
Pengisian pompa sampai airnya keluar dari lubang baut.
Perhatian apa permukaan air turun, apabila tidak tutup
kembali lubang tersebut. Jika berkurang, berarti ada
sambungan atau foot valve yang bocor
- Hidupkan pompa (pada posisi manual) sebentar, check air
yang keluar dari pipa.
D. Pengecekan Pompa Dosing
Setelah instalasi (baik menikal maupun elektrikal), lakukan
pengecekan sebagai berikut :
Setelah instalasi pengisian air pada sisi inlet pompa dengan
cara mengisi selang dengan sampai penuh. Jalankan pompa
dosing (secara manual) dengan penyetelan Speed & Stroke
pada posisi maksimal sampai airnya keluar dari posisi outlet.
E. Pengecekan level kontrol
Lakukan pengecekan level kontrol untuk mengetahui fungsi
otomatis pompa dan alarm untuk :
- Angka level kontrol pertama (yang paling dalam), otomatis
salah satu pompa Equalisasi
- Angkat Level kontrol kedua (posisi tengah), otomatis kedua
pompa Equalisasi akan beroperasi
 Perlakuan yang sama dilakukan untuk pompa effluent
BAB V
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PETUGAS PENGELOLAH LIMBAH

A. Kesehatan Kerja Limbah


Setiap melakukan pembersihan yang berhubungan dengan
limbah harus menggunakan :
- Sarung tangan karet
- Masker hidung dan mulut
- Cuci tangan, kaki atau bagian tubuh yang terkena air
limbah dengan air bersih dan sabun antiseptik

B. Keselamatan Kerja Limbah


1. Peralatan listrik
Setiap pengecekan atau perbaikan perbaikan listrik
lakukan prosedur sebagai berikut :
- Pengecekan dan perbaikan hanya dilakukan oleh teknisi
yang berpengalamn
- Aliran listrik pada panel kontrol harus selalu dimatikan
selama pekerjaan dilakukan
- Kunci panel kontrol dan tempelkan catatan “ sedang dalam
perbaikan, jangan dinyalakan “ Bila perlu ruang panel
dikunci
- Harus menggunakan baju lengan panjang dan celana
panjang.
Ujung baju dan celana harus dikancingkan/ diikat
sehingga tidak ada bagian dari pakaian yang menjulur
keluar
- Harus menggunakan sarung tangan karet dan sepatu yang
bersol karet dan tidak berpaku (sebagai isolator) dan
semuanya harus selalu dalam keadaan kering
- Tidak bersandar dan tangan tidak menyentuh apapun
selain bagian di kerjakan.
- Menggunakan peralatan (obeng, tang, dll) yang berlapis
karet atau palstik
- Lakukan pengetesan tegangan tinggi dengan testpen untuk
menyakinkan sebelum pekerjaan dimulai
- Listrik hanya boleh dinyalakan kembali oleh teknisi yang
bersangkutan
2. Peralatan Mekanik
Peralatan mekanik yang dapat membahayakan adalah
blower dan pompa.
- Karena semua peralatan mekanik mengunakan listrik
sebagai sumber daya maka seluruh prosedur pada “
PERALATAN LISTRIK “ harus dipenuh.
- Menggunakan kacamata pelindung pada saat bekerja dekat
bagian yang berputar
- Bila pekerjaan diperkirakan akan memakan waktu cukup
lama maka harus dipertimbangkan akan terjadinya banjir
karena pompa-pompa tidak bekerja. Dalam hal ini
sebaiknya kabel sumber daya peralatan yang akan
dikerjakan dilepaskan dari panel kontrol agar panel kontrol
dapat dinyalakan kembali
- Memasang kembali semua tutup pelindung.
BAB III
PENUTUP

Demikianlah panduan pengelolaan limbah ini disusun,


semoga bermanfaat sebagai acuan dalam melaksanakan
pengelolaan limbah di lingkungan RSUD Bayung Lencir

Ditetapkan di : Bayung Lencir


Pada tanggal : Maret 2019

Komite PPI RSUD Bayung Lencir


Ketua Komite PPI

Anda mungkin juga menyukai