Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN

KESEHATAN LINGKUNGAN

Pengamanan Penyehatan

Pengawasan

Pengendalian

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH K.H. HAYYUNG


KEPULAUAN SELAYAR
2019
BAB I
DEFINISI
1. Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya
2. Ruang bangun dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/ unit dan
halaman yang ada di dalam batas pagar Rumah Sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan
Rumah Sakit
3. Sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau
mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai
perpindahan penyakit tertentu.
4. Pencahayaan di dalam ruang bangun rumah sakit adalah intensitas penyinaran
pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangun rumah sakit yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif
5. Penghawaan ruang bangun adalah aliran udara segar di dalam ruang bangun
yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan
6. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
menggangu atau membahayakan kesehatan
7. Lingkungan Rumah Sakit K.H. Hayyung Kepulauan Selayar adalah semua area
didalam dan diluar gedung yang merupakan tempat kegiatan dan aktifitas
Rumah Sakit K.H. Hayyung Kepulauan Selayar sesuai batas wilayah dan area
Rumah Sakit K.H. Hayyung Kepulauan Selayar;
8. Masyarakat Rumah Sakit adalah : semua orang yang berada di dalam area
Rumah Sakit tanpa terkecuali;
9. Tempat dan sarana laboratorium adalah tempat yang digunakan untuk
melakukan kegiatan yang menggunakan bahan kimia serta dilengkapi sarana
sebagai kelengkapan laboratorium, misal ruang asam, glove box, fumehood,
meja kerja, exhaust fan, dan sebagainya

2
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup manajemen ini adalah panduan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan lingkungan di RSUD K.H. Hayyung Kepulauan Selayar, baik dalam gedung
maupun pelayanan luar gedung.
A. Ruang lingkup kesehatan lingkungan mencakup panduan tentang :
1. Penyehatan bangunan dan ruang termasuk pengaturan pencahayaan,
penghawaan serta pengendalian kebisingan.
2. Penyehatan makanan dan minuman.
3. Penyehatan air dan pengawasan kualitas air.
4. Pengelolaan limbah.
5. Penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen.
6. Pengendalian vektor dan binatang pengganggu.
B. Ruang lingkup tempat pelaksanaan kesehatan lingkungan
Ruangan-ruangan antara lain :
1. Dapur dan kantin karyawan.
2. Genset.
3. Instalasi pemeliharaan sarana.
4. Loundry.
5. Sewage treatment plant.
6. Tempat penyimpanan sementara limbah B3.

3
BAB III
TATA LAKSANA
A. Tatalaksana
Sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau
mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan
penyakit tertentu. Sanitasi adalah suatu istilah yang selalu dikaitkan dengan
kesehatan terutama kesehatan manusia. Ehlers dan Steele mendefinisikan sanitasi
sebagai pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengendalikan
faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut.
Manusia selalu berupaya untuk memanipulasi lingkungan untuk menghasilkan
kondisi yang paling menguntungkan. Salah satu contoh dalam hal ini adalah aplikasi
ilmu sanitasi. Secara luas ilmu sanitasi adalah penerapan dari prinsip-prinsip tersebut
yang bisa membantu dalam memperbaiki, menjaga atau memulihkan lingkungan
manusia sehingga kehidupan yang sehat dapat terwujud.
B. Tata laksana kesehatan lingkungan meliputi fungsi - fungsi sebagai berikut :
1. Penyehatan bangunan dan ruang, termasuk pengaturan pencahayaan,
penghawaan serta pengendalian kebisingan.
2. Tata cara pelaksanaan pengelolaan penyehatan makanan dan minuman.
3. Pengelolaan penyehatan air.
4. Pengelolaan sampah dan limbah rumah sakit.
5. Penyehatan tempat pencucian linen.
6. Pengendalian vektor dan binatang pengganggu.

1. Panduan penyehatan bangunan dan ruang, termasuk pengaturan


pencahayaan, penghawaan serta pengendalian kebisingan.
a. Pemeliharaan ruang dan bangunan
1) Pemeliharaan dan pembersihan ruang dilakukan pagi dan sore hari
dilaksanakan oleh Cleaning Service.
2) Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah jam
makan, setelah kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu apabila
diperlukan.
3) Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu dihindari.

4
4) Cara menggunakan pembersihan dengan perlengkapan pel yang
memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang ramah lingkungan.
5) Masing-masing ruangan disediakan perlengkapan pel sendiri.
6) Pembersihan lantai dimulai dari bagian ruangan paling dalam dan
bergerak menuju arah luar.
7) Sewaktu membersihkan lantai dengan perlengkapan pel semua
perabotan ruang seperti meja, kursi, tempat tidur, dan yang lainnya
harus di angkat/ digeser,agar pembersihan lantai sempurna.
8) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal dua kali dalam
setahun.
9) Pemeriksaan usap dinding dan lantai secara acak di setiap ruang
perawatan dan instalasi dilaksanakan satu tahun dua kali sesuai
dengan Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019.
10) Setiap percikan ludah, darah atau eskudat luka pada dinding segera
dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.
11) Persyaratan kualitas penyehatan bangunan dan ruang untuk masing-
masing ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019.
b. Pengelolaan kualitas pencahayaan
1) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak
menimbulkan silau dan intensitasnya sesuai dengan peruntukannya.
2) Penempatan bola lampu sedemikian rupa sehingga menghasilkan
penyinaran yang optimal dan sering dibersihkan.
3) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi segera diganti.
4) Pemeriksaan kualitas pencahayaan dilaksanakan satu tahun dua kali
oleh laboratorium lingkungan terakreditasi.
5) Apabila dari hasil pemeriksaan ada yang tidak sesuai dengan
Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019. Segera diganti,
koordinasi dengan bagian teknik.
6) Jaringan instalasi listrik harus sering diperiksa kondisinya untuk
menjamin keamanan.

5
c. Pengelolaan kualitas penghawaan dan udara ruang
1) Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang
(Cross Ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang.
2) Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan, dipasang
pada ketinggian minimal 2 meter diatas lantai minimal 0,2 meter dari
langit-langit.
3) Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi
dibandingkan ruang-ruang lain dan menggunakan cara mekanis (Air
Conditioner).
4) Ruang-Ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,
laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat
pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
5) Ruang yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar
dalam ruang harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku).
6) Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa
dapat menyediakan suhu dan kelembaban dengan standar suhu,
kelembaban dan tekanan udara sesuai dengan Ketentuan PMK Nomor
7 Tahun 2019.
7) Pemantauan kualitas udara ruang diperiksa satu tahun dua kali
parameter kualitas udara (kuman dan debu) sesuai dengan PMK
Nomor 7 Tahun 2019.
8) Ruang tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak).
9) Kadar debu (particulate matter)berdiameter kurang dari 10 micron
dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150
ug/m3, dan tidak mengandung debu asbes. Indeks angka kuman untuk
setiap ruangan/ unit sesuai dengan Ketentuan PMK Nomor 7 Tahun
2019.
10) Persyaratan kualitas penghawaan dan kualitas udara ruang untuk
masing-masing ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan
PMK Nomor 7 Tahun 2019.
d. Pengelolaan kualitas kebisingan
11) Pengaturan dan tata letak harus sedemikian rupa sehingga kamar dan
ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan.

6
12) Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit harus
sesuai dengan Ketentuan PMK Nomor 7 Tahun 2019.
13) Sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya
diupayakan untuk dikendalikan antara lain dengan cara:
a) Sumber kebisingan di dalam ruangan: Peredam penyekatan,
pemindahan pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber
bising.
b) Sumber kebisingan berasal dari luar: Penyekatan, penerapan
bising dengan penanaman pohon (green belt), meninggikan
tembok dan meninggikan tanah (bukit buatan).
c) Pemeriksaan kualitas kebisingan dilaksanakan satu tahun dua kali
sesuai dengan Ketentuan PMK Nomor 7 Tahun 2019 oleh
laboratorium lingkungan.
d) Sumber bising biasanya hanya sesaat yaitu pada jam besuk, diluar
jam besuk kebisingan masih bisa ditolelir dalam batas normal.

2. Pengelolaan penyehatan makanan dan minuman


a. Pengadaan bahan makanan
1) Pengadaan bahan makanan untuk karyawan dan pasien dilakukan
oleh pihak ketiga.
2) Bahan makanan yang akan diolah terlebih dahulu diperiksa secara fisik
terutama daging, daging ayam, ikan, udang, sayuran, buah harus baik
segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa.
3) Bahan Makanan kemasan hendaknya memenuhi persyaratan sudah
terdaftar pada Depkes dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4) Bahan kemasan mempunyai label dan merk, kemasan tidak rusak dan
pecah, belum kadaluarsa, kemasan kaleng hanya digunakan untuk
satu kali.
5) Bahan makanan yang tidak dikemas harus baru dan segar, tidak basi,
busuk , rusak dan berjamur, dan tidak menggunakan bahan makanan
yang memakai bahan pengawet dan pewarna.
b. Penyimpanan bahan makanan

7
1) Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan
dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya,
serangga dan hewan lain.
2) Bahan makanan dan makanan jadi disimpan pada tempat yang
terpisah.
3) Makanan yang sudah busuk disimpan dalam suhu panas lebih dari
65,5oC atau dalam suhu dingin kurang dari 4 oC sampai 1 oC.
4) Gudang bahan makanan berada di bagian yang tinggi untuk mencegah
genangan air dan kelembaban.
5) Bahan makanan disimpan pada rak-rak yang baik dengan ketinggian
rak dari lantai kurang lebih 20-25 cm, hal ini untuk menghindari dan
mencegah infeksi serangga serta memudahkan pembersihan.
6) Penyimpanan bahan makanan harus sesuai dengan Ketentuan PMK
Nomor 7 Tahun 2019.
c. Pengolahan Makanan
1) Dalam pengolahan makanan terdapat unsur bahan makanan, unsur
orang yang mengolah, unsur waktu dan unsur suhu.
2) Pengolahan makanan dilakukan oleh penjamah makanan dengan
sikap dan perilaku hygienis yaitu: tidak merokok, tidak memakai
perhiasan berlebihan kecuali cincin kawin, menggunakan celemek,
topi, tidak menggaruk, mengcungkil, menjilat atau meludah selama
mengolah makanan, menggunakan perlengkapan kerja, tenaga
pengolah makanan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin
minimal 6 bulan sekali.
3) Tata cara pengolahan makanan harus sesuai dengan Ketentuan PMK
Nomor 7 Tahun 2019.
d. Pendistribusian makanan
1) Makanan yang telah diolah dikirim ke ruang distribusi makanan dengan
menggunakan kereta makan tertutup, anti karat, bersih dan mudah
dibersihkan.
2) Pengisian makanan tidak sampai penuh agar masih tersedia udara
untuk ruang gerak dan untuk menghindari tumpahan.
3) Makanan dikirim keruang rawat inap sesuai porsi yang dipesan.

8
4) Makanan tidak dicampur dengan bahan-bahan lain seperti linen, alat
tulis kantor, dan yang lainnya.
5) Pendistribusian makanan ke ruang rawat inap harus sesuai dengan
Ketentuan PMK Nomor 7 Tahun 2019.
e. Penyajian makanan
1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan
menggunakan kereta makan khusus).
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan dijamah dengan
peralatan yang bersih.
3) Ditutup dengan plastik transparan.
4) Makanan disajikan dalam keadaan hangat.
5) Makanan disajikan oleh petugas gizi ruangan.
6) Petugas memakai pakaian bersih dan rapih.
7) Makanan jadi yang sudah menginap tidak disajikan kepada pasien.
8) Menyisihkan sampling makanan setiap makanan yang siap disajikan,
di tempatkan di kulkas minimal 1 x 24 jam.
f. Tempat pengolahan makanan
1) Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat
pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan antiseptik.
2) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup
asap.
3) Intensitas pencahayaan tidak kurang dari 200 lux.
4) Kebisingan tidak lebih dari 78 dB (A).
g. Pemeriksaan Alat Makan dan Makanan Jadi.
1) Pemeriksaan alat makan dan makanan jadi diperiksa 6 bulan sekali
oleh laboratorium lingkungan.
2) Parameter alat makanan yang diperiksa yaitu E.Coli sesuai
berdasarkan dengan Ketentuan PMK Nomor 7 Tahun 2019.
3) Parameter makanan jadi diperiksa yaitu E.Coli, Salmonella sesuai
berdasarkan dengan Ketentuan PMK Nomor 7 Tahun 2019.
3. Pengelolaan penyehatan air
a. Kualitas air minum

9
Syarat-syarat dan pengawasan air minum sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002.
b. Kualitas air yang digunakan diruang khusus
1) Ruang operasi
Rumah Sakit RSUD K.H. Hayyung menggunakan air untuk keperluan
kamar operasi bersumber dari sumur bor dengan terelbih dahulu diolah
menggunakan mesin RO.
2) Air minum pasien dan karyawan
Air minum untuk pasien dan karyawan Rumah Sakit RSUD K.H.
Hayyung menggunakan supplier air minum mineral.
c. Kebutuhan air bersih
Jumlah kebutuhan air minum dan air bersih Rumah Sakit RSUD K.H.
Hayyung tergantung kepada berbagai pelayanan yang ada di rumah sakit.
Semakin banyak pelayanan yang ada di rumah sakit semakin besar jumlah
kebutuhan air.
d. Pemeriksaan kualitas air bersih
Pemeriksaan kualitas air bersih dilaksanakan satu tahun dua kali ke
laboratorium lingkungan. Parameter yang diperiksa sesuai dengan
Permenkes Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017.
e. Sumber air Rumah Sakit RSUD K.H. Hayyung
Sumber air Rumah Sakit RSUD K.H. Hayyung berasal dari sumur bor,
dipergunakan untuk keperluan air CSSD, Instalasi Gizi, kamar bedah,
ruang perawatan, hemodialisa, farmasi, laboratorium, MCU ,IGD, VK, ICU.
4. Pengelolaan sampah dan limbah
a. Jenis limbah yang dihasilkan Rumah Sakit RSUD K.H. Hayyung
1) Limbah padat medis infeksius
a) Sumber limbah padat infeksius: ruang perawatan, poliklinik, IGD,
OK, laboratorium, farmasi.
b) Limbah medis infeksius berupa: organ tubuh, bekas kateter swap,
bekas plester, spuit bekas.
2) Limbah padat non medis
a) Sumber limbah padat non infeksius: pada umumnya dari semua
kegiatan atau aktivitas yang menghasilkan buangan limbah padat.

10
b) Limbah padat non infeksius berupa: sisa makanan, sampah
perkantoran, sampah taman, dan lain-lain.
c) Volume limbah padat yang mudah busuk yaitu: sampah sisa
buangan dapur, sisa makanan pasien serta sampah halaman
sekitar pertamanan.
3) Air limbah
a) Air limbah Rumah Sakit RSUD K.H. Hayyung sebelum dibuang ke
badan air terlebih dahulu diolah oleh sistem pengolahan air limbah
yaitu: Sewage Treatment Plant.
b. Metode penanganan limbah padat infeksius dan non infeksius
Penanganan limbah padat infeksius dan non infeksius Rumah Sakit RSUD
K.H. Hayyung melihat pada potensi bahaya yang dapat ditimbulkan
terhadap manusia sehingga diperlukan adanya pemisahan antara limbah
padat infeksius dan non infeksius yaitu:
1) Pewadahan
a) Pewadahan limbah padat infekius dikelompokkan menjadi: limbah
medis infeksius (plastik kuning), limbah medis benda tajam
(jerigen).
b) Pewadahan limbah padat non infekius: pewadahan limbah padat
non infeksius, limbah padat non medis (kering dan basah) (plastik
hitam).
2) Pengumpulan
a) Limbah padat infeksius dan limbah benda tajam: limbah padat
infeksius dan limbah padat benda tajam dari ruang perawatan dan
instalasi setelah penuh atau apabila 2/3 bagian kantong sudah
terisi oleh limbah segera diangkut supaya tidak menjadi perindukan
vektor penyakit.
b) Limbah padat non infeksius: limbah padat non infeksius indoor dan
outdoor setelah penuh atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi
oleh limbah segera diangkut supaya tidak menjadi perindukan
vektor penyakit atau binatang pengganggu, sebelumnya kantong
plastik hitam diikat kuat.
3) Pemusnahan

11
a) Limbah padat infeksius dan limbah benda tajam: limbah padat
benda tajam di bawa ke pihak ke 3 (PT. Mitra Hijau) dan dilokasi
pemusnahan sampah infeksius, dimusnahkan di incenerator
dengan suhu kurang lebih 1000oC dengan kapasitas incinerator 0,3
m3, hasil pembakaran berupa residu di bawa ke pihak ke 3 yaitu
PPLI.
b) Limbah padat non infeksius: limbah padat non infeksius dibawa ke
lokasi TPS diangkut oleh troli khusus sampah non infeksius di bawa
ke TPS selanjutnya dibuang ke TPA bekerja sama dengan CV
Demen Resik, diangkut setiap hari.
5. Penyehatan tempat pencucian linen
a. Tata cara pengelolaan penyehatan tempat pencucian umum termasuk
tempat pencucian linen.
b. Persyaratan suhu air panas untuk pencucian 70oC dalam waktu 25 menit
atau 95 oC dalam waktu 10 menit. Penggunaan jenis detergen dan
desinfektan untuk proses pencucian yang ramah lingkungan agar limbah
cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan. Standar kuman bagi
linen bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung 6 x 103 spora
species bacillus per inci persegi.
c. Pelayanan tahap kerja laundry meliputi: penerimaan cucian kotor dengan
prosedur pencatatan, pemilahan dan penimbangan linen kotor, pencucian,
pemerasan, pengeringan, penyetrikaan, pelipatan, penyimpanan,
pendistribusian, penjahitan atau perbaikan, penggantian linen rusak.
d. Jam Kerja unit Laundry mulai 07.00- 15.00 WIB 09:00 – 17:00 WIB, 12:00-
20:00 WIB.
e. Unit laundry tidak menyediakan linen baru, kecuali ada linen yang sudah
rusak.
f. Pengangkutan linen kotor dan bersih menggunakan tempat yang berbeda.
g. Penyerahan dan penerimaan linen menggunakan buku ekspedisi dan
sesuai waktu yang telah ditetapkan.
h. Pengajuan perbaikan (penjahit) linen, diketahui oleh kepala bagian yang
bersangkutan.

12
i. Penggunaan detergen pencuci ditetapkan oleh bagian rumah tangga (pihak
ke 3).
j. Lantai dan ruang tempat kerja laundry dibersihkan dua kali sehari pagi dan
siang.
k. Pembersihan kereta dorong linen kotor dibersihkan setiap hari dan troli
linen bersih dibersihkan satu minggu satu kali.
l. Lokasi laundry jauh dari ruangan pasien dan tidak berada di jalur lalu lintas.
m. Ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya antara lain: ruang linen kotor,
ruang linen bersih, tempat cuci kereta dorong, tempat kereta linen bersih
dan kotor, toilet tersedia untuk petugas pencucian, gudang tempat
penyimpanan perlengkapan kebersihan dan perlengkapan pencucian,
tempat pembersihan linen kotor sebelum dicuci, tersedianya tempat cuci
tangan dan larutan desinfeksi, penempatan ruang-ruang diatur sedemikian
rupa sehingga linen bersih tidak terkontaminasi dengan linen kotor. Alur
lalu lintas linen kotor dan bersih, petugas laundry sebelum dan sesudah
bekerja harus selalu mencuci tangan, beberapa linen diantaranya: bed
cover, vitrage, selimut tebal di cuci oleh pihak ketiga (Caesar Laundry),
APD yang harus digunakan oleh petugas laundry yaitu: masker, sepatu
boot.
6. Pengendalian vektor dan binatang pengganggu
b. Tata cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu
1) Tempat perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya
yaitu: tempat penampungan sampah, saluran air limbah, tempat
penyimpanan, pengelolaan dan penyajian makanan, penampungan air
bersih, gudang.
2) Pengendalian nyamuk, kecoa, lalat, tikus dan kucing: Pengendalian
nyamuk Pemberantasan jentik nyamuk di saluran-saluran air dengan
menambahkan kimia vectoback, pemberantasan di ruang-ruang
perawatan dan instalasi dengan treatment spraying sedangkan di luar
ruangan menggunakan treatment fogging satu minggu sekali.
3) Pemeliharaan kebersihan: penampungan, pengangkutan dan
pembuangan sampah yang benar dan sesuai dengan ketentuan
merupakan unsure pengendalian yang sangat penting. Diusahakan

13
tidak terjadi penumpukan sisa makanan menginap di dalam ruangan,
kebersihan ruangan dan halaman merupakan tindakan yang sangat
penting.
4) Tenaga pengelola: swakelola.

14
BAB IV
DOKUMENTASI

Setiap kegiatan penyehatan lingkungan dari mulai perencanaan, pelaksanaan


dan hasilnya harus dicatat atau didatakan kemudian dilaporkan sesuai dengan
penugasannya. Pada setiap bulan dilaporkan kepada kepala departemen pelayanan
umum, kemudian setiap 6 bulan sekali membuat laporan RKL-RPL sebagai bahan
evaluasi dinas lingkungan hidup. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa RSUD K.H.
Hayyung melakukan penyehatan lingkungan dengan baik.

15
BAB V
PENUTUP

Panduan kesehatan lingkungan ini dibuat dengan tujuan Rumah Sakit RSUD
K.H. Hayyung melakukan penyehatan lingkungan yang diperlukan dalam pelayanan
medis di Rumah Sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 7 Tahun 2019,
tentang kesehatan lingkungan rumah agar tidak menjadi penularan penyakit sehingga
dapat memberikan perlindungan bagi kesehatan, keselamatan manusia serta
perlindungan kelestarian lingkungan hidup sekitarnya.
Dengan melakukan kegiatan penyehatan lingkungan ini sekaligus bisa
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja bagi petugas yang
ada di lingkungan Rumah Sakit RSUD K.H. Hayyung.

Ditetapkan di : Kepulauan Selayar


Pada Tanggal : 1 November 2019

DIREKTUR RSUD KH. HAYYUNG


KEPULAUAN SELAYAR,

dr. HAZAIRIN NUR, Sp. B, FICS


NIP. 19770317 200604 1 020

16

Anda mungkin juga menyukai