Anda di halaman 1dari 32

PANDUAN

PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH


BERBAHAYA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIRACAS


TAHUN 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ iii
BAB I DEFINISI ............................................................................................................ 1
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................ 5
BAB III KEBIJAKAN ..................................................................................................... 6
BAB IV TATA LAKSANA ........................................................................................... 18
BAB V DOKUMENTASI.............................................................................................. 29

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun oleh: Tanda Tangan: Tanggal:

Ely Yuliah
(Kepala Unit Kesehatan 9 Desember 2019
Lingkungan)

Diperiksa oleh: Tanda Tangan: Tanggal:

1. Siti Khotijah
(Kasatpel Keperawatan dan 10 Desember 2019
Penunjang)

2. Yulfiatry Yubhar
(Ka. Seksi Keperawatan &
Penunjang Medis) 11 Desember 2019

Ditetapkan oleh: Tanda Tangan: Tanggal:

Debi Intan Suri


(Direktur RSUD Ciracas) 12 Desember 2019

iii
BAB I
DEFINISI

1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energy dan/atau komponen
lainnya yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
2. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.
3. Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas
dan kuantitas dan atau mencegah dampak negatif B3.
4. Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan B3 ke
dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegelnya.
5. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3.
6. Label B3 adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi, jenis B3,
konsentrasi B3.
7. Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke tempat
lain dengan menggunakan sarana angkutan.
8. MSDS (Material Safety Data Sheet) / Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)
merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan bahan-
bahan kimia berbahaya. Pembuatan MSDS / LDKB dimaksudkan sebagai
informasi acuan bagi para pekerja yang menangani langsung dan mengelola
bahan kimia berbahaya dalam industri maupun laboratorium kimia.
9. B3 yang bersifat Mudah Meledak (explosive) adalah bahan yang pada suhu dan
tekanan standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan
atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan
cepat dapat merusak lingkungan. Pengujiannya dapat dilakukan dengan
menggunakan Differential Scanning Calorymetry (DSC) atau Differential Thermal
Analysis (DTA), 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoil-peroksida sebagai senyawa
acuan. Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh nilai temperatur pemanasan.
Apabila nilai temperatur pemanasan suatu bahan lebih besar dari senyawa
acuan, maka bahan tersebut diklasifikasikan mudah meledak.
10. B3 yang bersifat Mudah Menyala (flammable) mempunyai salah satu sifat sebagai
berikut;
a. Berupa cairan
Bahan berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan
atau pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 600C (1400F) akan menyala
apabila terjadi kontak dengan api, percikan api, atau sumber nyala lain pada
tekanan udara 760 mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode

1
Closed-Up Test
b. Berupa padatan
B3 yang bukan merupakan cairan, pada temperatur dan tekanan standar
(250C, 760 mmHg) dengan mudah terjadinya kebakaran melalui gesekan,
penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila
terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus dalam 10 detik.
Selain itu, suatu bahan padat diklasifikasikan B3 mudah terbakar apabila
dalam pengujian dengan metode Seta Closed-up Flash Point Test diperoleh
titik nyala kurang dari 4000C
11. B3 yang bersifat Racun (Toxic) bagi manusia akan menyebabkan kematian atau
sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau
mulut.
12. B3 yang bersifat Berbahaya (harmful) adalah bahan baik padatan maupun cairan
ataupun gas yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan.
13. B3 yang bersifat Korosif (corrosive) adalah
a. Bahan yang dapat menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
b. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
c. Mempunyai pH ≤ 2 untuk B3 yang bersifat asam dan ≥ 12,5 untuk yang
bersifat basa
14. B3 yang bersifat Iritasi (irritant) adalah bahan baik padatan maupun cairan yang
jika terjadi kontak secara langsung, dan apabila kontak tersebu terus menerus
dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan
15. B3 yang bersifat Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
adalah bahaya yang ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon
(misalnya CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs) atau bahan tersebut
dapat merusak lingkungan.
16. B3 yang bersifat karsinogenik (carcinogenic) adalah bahan penyebab sel kanker,
yakni sel liar yang dapat merusak jaringan tubuh.
17. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) adalah sisa suatu usaha dan
atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup
dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya
18. Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi
(pengurangan), penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan dan/atau penimbunan.

2
19. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
20. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat
dan non medis.
21. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam dan limbah farmasi.
22. Limbah padat non medis limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah
sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
23. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme.
24. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
25. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan
sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah
diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
26. Limbah B3 bersifat Mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan
standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak atau melaui reaksi kimia dan/atau
fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan
cepat dapat merusak lingkungan.
27. Limbah B3 bersifat Mudah Terbakar adalah
a. Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24%
volume dan atau pada titik nyala tidak lebih dari 600C (1400F) akan menyala
apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada
tekanan udara 760 mmHg.
b. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan
standar (250C, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui
gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan
apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus.
c. Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
d. Merupakan limbah pengoksidasi.
28. Limbah B3 bersifat Beracun adalah Limbah yang mengandung pencemar yang
bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian
atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit
atau mulut. Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah ini dapat
menggunakan baku mutu konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching
Prosedure) pencemar organik dan anorganik.

3
29. Limbah B3 yang bersifat Korosif adalah
a. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
b. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan
laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperature pengujian
550C
c. Mempunyai pH ≤ 2 untuk limbah yang bersifat asam dan ≥ 12,5 yang bersifat
basa
30. Minimisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi
jumlah limbah dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali
limbah (reuse), dan daur ulang limbah (recycle).
31. TPS adalah Tempat Penampungan Sementara limbah, baik limbah domestik
maupun limbah B3.
32. Label limbah B3 adalah keterangan mengenai limbah B3 yang berbentuk tulisan
yang berisi informasi mengenai penghasil limbah B3, alamat penghasil limbah B3,
waktu pengemasan, jumlah, dan karakteristik limbah B3.
33. Simbol limbah B3 adalah gambar yang menunjukkan karakteristik limbah B3.
34. Pelabelan limbah B3 adalah proses penandaan atau pemberian label yang
dilekatkan atau dibubuhkan pada kemasan langsung limbah B3.
35. Sistem tanggap darurat adalah sistem pengendalian keadaan darurat yang
meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, dan penanggulangan kecelakaan serta
pemulihan kualitas lingkungan hidup akibat kejadian kecelakaan pengelolaan
limbah B3.

4
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pengelolaan bahan dan limbah berbahaya di Rumah Sakit Umum
Daerah Ciracas meliputi:
1. Inventarisasi B3 dan Limbah B3
2. Penyimpanan B3 dan Limbah B3
3. Pengelolaan / Pembuangan Limbah B3
4. Pelaporan Tumpahan B3 dan Limbah B3
5. Dampak Kesehatan Terhadap Petugas
6. Penanganan Dekontaminasi

5
BAB III
KEBIJAKAN

A. Inventarisasi B3 dan Limbah B3


1. Inventarisasi B3
a. Klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun
Berdasarkan PP No. 74 / 2001, terdapat 15 jenis klasifikasi B3. Untuk
klasifikasi yang digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas dibedakan
menjadi 7 jenis berdasarkan material yang berada di rumah sakit, yaitu :
 Iritan
 Korosif
 Beracun
 Mudah Terbakar
 Mudah Meledak
 Oksidator
 Bahaya Bagi Lingkungan
b. Simbol dan Label B3
Pemberian simbol dan label sangat penting untuk mengidentifikasi
sekaligus mengklasifikasikan B3. Setiap kemasan B3 harus diberikan
penandaan agar dapat dikenali oleh setiap orang. Penandaan meliputi nama
bahan, nama kimia, dan symbol B3. Penandaan harus diberikan pada setiap
kemasan luar/pembungkus bahan, dengan tulisan dan simbol yang jelas,
mudah terbaca, tidak mudah lepas dan bertahan lama. Simbol B3
adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3 yang dipergunakan untuk
penandaan B3 mengacu pada ketentuan yang berlaku yaitu sebagai berikut:

Bahan Berbahaya / Iritan

Bahan Korosif

Bahan Beracun

6
Bahan Mudah Terbakar

Bahan Mudah Meledak

Bahan Oksidator

Bahan Berbahaya bagi


Lingkungan

Label B3 merupakan uraian singkat yang menunjukkan klasifikasi dan


jenis B3. Penggunaan label B3 tersebut dilakukan dalam kegiatan
pengemasan B3. Label berfungsi memberikan informasi tentang produsen
B3, identitas B3 serta kuantitas B3. Label harus mudah terbaca, terlihat jelas,
tidak mudah rusak dan tidak mudah terlepas dari kemasannya.
Simbol dan label B3 biasanya sudah tertera pada kemasan
luar/pembungkus bahan, namun untuk B3 yang belum ada simbol dan atau
label, penempelan simbol dan label dilakukan oleh Bagian Farmasi dan
Rumah Tangga.
c. Pengadaan / pembelian B3

Pengadaan B3 disesuaikan dengan kebutuhan Unit. Setiap distributor


harus melampirkan MSDS pada saat penyerahan barang ke bagian
pengadaan, terutama untuk jenis B3 yang belum terdaftar di Rumah Sakit
Umum Daerah Ciracas. Pihak pengadaan tidak diperkenankan memesan B3
yang terlarang berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 74 tahun 2001
tentang pengelolaan B3.
d. Material Safety Data Sheet (MSDS) / Lembar Data Keselamatan Bahan
(LDKB)
MSDS/LDKB merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam
penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya. Pembuatan MSDS/LDKB
dimaksudkan sebagai informasi acuan bagi para staf yang menangani
langsung dan mengelola bahan kimia berbahaya. Isi dari MSDS antara lain:

 Identifikasi Bahan Kimia

7
Nama bahan, sinonim, rumus kimia, kode produksi, nama dan alamat
perusahaan pembuat/distributor/importer, nomor telepon keadaan
darurat.
 Komposisi Bahan Kimia
Deskripsi bahan/jenis, sifat, identitas, dan konsentrasi bahan yang
berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan, batas pemaparan yang tidak
boleh dilampaui.
 Identifikasi Bahaya
Lakukan identifikasi terhadap kesehatan dan akibatnya bagi mata, kulit,
saluran cerna, pernafasan, karsinogen, teratogen dan fungsi reproduksi.
 Tindakan Pertolongan Pertama Pada kecelakaan
Meliputi penyelamatan diri sebelum ada pertolongan medik.
 Tindakan Penanggulangan Kebakaran
Mengenal B3 dengan sifat bahan yang mudah terbakar, titik nyala, suhu
nyala sendiri, batas suhu terendah dan tertinggi mudah terbakar,
media/jenis pemadam api, bahaya khusus, instruksi bagi petugas
pemadam kebakaran, bahaya peledakan.
 Tindakan Mengatasi Kebocoran atau Tumpahan
Untuk jumlah yang kecil atau besar, alat pelindung diri dan tindakan yang
diperlukan bila terjadi hal yang tidak dikendaki.
 Penyimpanan dan Penanganan Bahan
Mengenai cara penanganan pencegahan pemaparan kondisi tempat
penyimpanan bahan, syarat khusus penyimpanan lainnya.
 Pengendalian Pemajanan dan Alat Pelindung Diri
Tentang cara pengendalian teknis dan penyediaan alat pelindung diri.
 Sifat Fisik dan Kimia
Mengenai bentuk bahan, padat/cair/gas, bau, warna, massa jenis, titik
didih, titik lebur, tekanan uap, pH, daya larut, dan sebagainya.
 Stabilitas dan Reaktifitas Bahan
Dicantumkan sifat satbilitas dan reaktifitas bahan, kondisi yang harus
dihindari, bahan yang tidak boleh tercampur (incompatible), bahan
dekomposisi, bahaya polimerisasi.
 Informasi Toksikologi
Mengenai nilai ambang batas, LD-50, LC-50, efek lokal, pemaparan akut
dan kronik, termasuk efek karsinogen, teratogen, reproduksi, mutagen,
dan interaksi bahan dengan obat.

 Informasi Ekologi

8
Karakteristik bahan yang berbahaya bagi lingkungan, dampak lingkungan,
degradasi, dan bioakumulasi.
 Pembuangan Limbah
Informasi tentang teknis pembuangan limbah termasuk pembuangan
wadah bekas bahan kimia
 Informasi tentang Pengangkutan/Transportasi Bahan Kimia
Meliputi peraturan internasional, pengangkutan melalui darat, laut dan
udara
 Peraturan Perundangan
Termasuk pemberian tanda/simbol dan label, standar dan norma yang
berlaku. Untuk lebih memudahkan dalam memahami MSDS, maka MSDS
di Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.
 Informasi Lain yang Diperlukan
Berisikan tentang informasi B3 lainnya yang sediakan oleh produsen
bahan kimia.
e. Penghasil B3
Inventarisasi B3 dilakukan pada setiap departemen di Rumah Sakit Umum
Daerah Ciracas yang memiliki B3. Departemen / Unit yang memiliki B3 antara
lain:
1) Keperawatan (Ranap, Maternitas, Rawat Jalan, Perawatan Intensif,
Kamar bedah, CSSD, IGD)
2) Penunjang Medis (Laboratorium, Farmasi, Radiologi)
3) Rumah Tangga
4) IPSRS
5) Gizi
6) SIMRS
Daftar inventarisasi B3 (terlampir)
f. Monitoring dan Pelaporan
Monitoring dilakukan setiap bulan oleh komite K3 dengan melakukan
pengecekan ke departemen yang memiliki B3. Monitoring dilakukan terhadap:
1) Inventarisasi B3 di masing-masing departemen termasuk cleaning service
dan pest control.
2) Pengecekan label dan simbol pada kemasan B3.
3) Pengecekan terhadap ketersediaan peralatan dan perlengkapan pada
spill kit.
4) Pengecekan terhadap tempat penyimpanan B3 dan limbah B3.
5) Resosialisasi kepada staf rumah sakit

9
6) Monitoring terhadap perusahaan rekanan (pengolahan limbah B3)
dengan melakukan kunjungan minimal setiap 1 tahun sekali.

B. Inventarisasi Limbah B3
1. Karakteristik Limbah B3
Berdasarkan PP 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah b3, maka
jenis limbah B3 yang terdapat di Rumah Sakit adalah termasuk dalam limbah B3
dari Sumber Spesifik Umum.

KATEGORI WAKTU
NO JENIS LIMBAH KODE
BAHAYA PENYIMPANAN KEMASAN
1. Limbah Rumah Sakit a. Kantong plastik
(limbah klinis memiliki kuning = Medis
karakteristik infeksius) infeksius
a. Limbah medis b. Safety box =
A337-1 1 Max 90 hari
infeksius Benda tajam
b. Limbah benda tajam c. Jirigen = Cair
c. Limbah cair laboratorium
laboratorium
2. Produk Farmasi Kardus
A337-2 1 Max 180 hari
Kadaluarsa
3. Bahan Kimia Kantong plastik
A337-3 1 Max 180 hari
Kadaluarsa kuning
4. Peralatan laboratorium Kantong plastik
A337-4 1 Max 180 hari
terkontaminasi B3 kuning / safety box
5. Peralatan medis Kardus
mengandung logam
berat, termasuk merkuri A337-5 1 Max 180 hari
(Hg), cadmium (Cd),
dan sejenisnya
6. Kemasan limbah B3 Kantong plastik
B104d 2 Max 365 hari
kuning
7. Sludge IPAL B337-2 2 Max 365 hari
8. Minyak pelumas bekas Jerigen
antara lain minyak
pelumas bekas hidrolik,
mesin, gear, lubrikasi,
B105d 2 Max 365 hari
indulasi, heat
transmission, grit
chambers, separator
dan/atau campurannya
9. Limbah Elektronik Kardus
(termasuk Cathode Ray
Tube (CRT), lampu TL,
B107d 2 Max 365 hari
printed circuit board
(PCB), karet kawat
(wire rubber)
10. Limbah Baterai AA dan Kardus
A102d 1 Max 180 hari
AAA
11. Limbah Batere Sel Kardus
A102d 1 Max 180 hari
Kering (Batere UPS)
12. Limbah Batere Sel Kardus
A102d 1 Max 180 hari
Basah (Accu)
13. Limbah Toner dan Tinta Kardus
B107d 2 Max 365 hari
Printer (cartridge)

2. Simbol dan label limbah B3

10
Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label sesuai dengan jenis
dan klasifikasinya. Berikut simbol yang digunakan untuk mengidentifikasikan
limbah B3:

JENIS B3 SIMBOL

Limbah B3 Korosif

Limbah B3 Beracun

Limbah B3 Mudah Terbakar

Limbah B3 Mudah Meledak

11
Limbah B3 Infeksius

Limbah B3 Bahaya Terhadap


Lingkungan

C. Penyimpanan B3 dan Limbah B3


1. Penyimpanan B3
Penyimpanan B3 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Bahan Kimia Korosif
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat
bereaksi dengan uap air. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang
sejuk dan berventilasi baik untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap.
Wadah/kemasan harus ditangani hati-hati, dalam keadaan tertutup dan
dipasang label. Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat
dan diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.
b. Bahan Kimia Beracun
Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang
berventilasi baik, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang
incompatible (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama
lainnya.
c. Bahan Kimia Mudah Terbakar
1) Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah
penyalaan tidak sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar
dan udara.
2) Tempat penyimpanan mempunyai sirkulasi yang cukup, sehingga
bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk
mencegah percikan api.
3) Lokasi penyimpanan agak jauh dari daerah yang ada bahaya
kebakarannya.

12
4) Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan
mudah dicapai.
5) Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat,
bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan
yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun
menjadi panas.
6) Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan.
7) Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok.
8) Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde
sertad ilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa
secara periodik.
9) Jauhkan dari bahan yang mengandung memiliki simbol oksidator
d. Bahan Kimia Mudah Meledak
Bangunan penyimpanan harus kokoh dan tahan api, lantai terbuat
dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi
udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci
sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan harus dipakai
penerangan alam atau lampu listrik yang kedap udara. Penyimpanan
tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat
oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang mudah terbakar, api terbuka atau
nyala api. Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput
kering, sampah, atau material yang mudah terbakar.
e. Bahan Kimia Oksidator
Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya
tetap dingin, sirkulasi udara baik, jauh dari bahan yang mudah
terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
f. Gas Bertekanan
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam
keadaan berdiri dan diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada
suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga agar
sejuk, bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa
panas didalam ruangan yang ada peredaran udaranya.
g. Bahan Bahaya Bagi Lingkungan
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas, B3 disimpan pada tempat
khusus dan diberi keterangan “Tempat Peyimpanan B3” agar tidak
berdampak terhadap lingkungan.

13
2. Penyimpanan Limbah B3
Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut
belum dapat diolah dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3
dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan
sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat
dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum
dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas.
Mengingat keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam
pengemasannya diatur tata cara yang tepat sehingga limbah dapat
disimpan dengan aman. Berikut adalah tata cara penyimpana limbah B3:
a. Persyaratan Umum kemasan
1) Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak,
dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran.
2) Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan
dengan karakteristik limbah B3 yang akan dikemasnya dengan
mempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan dalam
penanganannya.
3) Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC)
atau bahan logam (teflon, baja karbon, dll) dengan syarat bahan
kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan
limbah B3 yang disimpannya.
b. Pengemasan limbah B3
1) Limbah B3 dengan karakteristik berbeda atau limbah dan bahan
yang tidak saling cocok tidak boleh disimpan secara bersama-
sama dalam satu kemasan.
2) Untuk mencegah risiko timbulnya bahaya selama penyimpanan,
maka jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengembangan
volume limbah, pembentukkan gas atau terjadinya kenaikan
tekanan.
3) Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam kondisi yang
tidak layak (misalnya terjadi pengkaratan, atau terjadi kerusakan
permanen) atau jika mulai bocor, maka limbah B3 tersebut harus
dipindahkan ke dalam kemasan lain yang memenuhi syarat
sebagai kemasan bagi limbah B3.

14
4) Kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi
ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan
limbah B3.
5) Pemeriksaan kemasan dilakukan oleh penanggungjawab
pengelolaan limbah B3 untuk memastikan tidak terjadi kerusakan
atau kebocoran pada kemasan akibat korosi atau faktor lainnya.
6) Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus
dilaporkan sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan limbah B3.
7) Dalam penempatannya limbah dikatagorikan menjadi dua, yakni:
limbah medis infeksius dan limbah non medis. Limbah medis
infeksius di tempatkan pada wadah dengan warna plastik kuning,
sedangkan limbah non medis di tempatkan pada wadah dengan
warna plastik hitam.
c. Pewadahan Limbah Medis Infeksius Padat
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air
dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
Dilengkapi tutup dan knop pembuka yang digerakkan dengan cara
diinjak sehingga memudahkan pada saat membuang sampah
tanpa mengotori tangan.
2) Pada bagian penutup tempat sampah diberi stiker “Sampah Medis
Infeksius” yang berwarna kuning.
3) Bagian dalam tempat sampah dilengkapi dengan kantong plastik
berwarna kuning.
4) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari
apabila 2/3 bagian telah terisi limbah.
5) Untuk benda tajam ditampung pada tempat khusus (safety box)
yang terbuat dari bahan anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah
dibuka. Jarum suntik tidak perlu dipisahkan antara spuit dan
jarumnya, pengangkutan dilakukan apabila ¾ bagian telah terisi.
6) Media (agar) yang sudah disterilkan dimasukkan dalam tempat
sampah medis infeksius dengan kantong plastik berwarna kuning
7) Kantong darah expired atau sisa pemakaian, dimasukkan dalam
kantung plastik kuning terlebih dahulu setelah itu buang ke tempat
sampah medis infeksius tanpa harus membuang darah / sisa
darah yang terdapat didalamnya

15
d. Pengelolaan limbah medis cair
Limbah medis cair yang berasal dari laboratorium (alat untuk
pemeriksaan kimia darah, hematologi, urinalisa, mikrobiologi,
imunoserologi dan bank darah) dialirkan ke IPAL dengan melalui
proses pengolahan dengan mesin HMP (Heavy Metal Precipitation).
e. Bangunan Tempat Penampungan / Penyimpanan Sementara Limbah
B3 (TPS) Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas memiliki TPS yang
terletak di area belakang gedung.
1) Penempatan limbah pada TPS Medis dan B3 :
 Limbah Medis : berupa limbah medis infeksius dan benda
tajam.
 Limbah Cair : berupa limbah cair dari sludge IPAL dan
kemasan kosong/bekas B3.
 Limbah Elektronik : Berupa limbah elektronik, cartrigde, lampu
TL dan baterai (UPS, Accu serta AA dan AAA).
 Limbah Oli : Berupa limbah oli bekas.
2) Waktu penyimpanan limbah B3:
 90 hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 yang
dihasilkan sebesar 50 kg per hari atau lebih.
 180 hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 yang
dihasilkan kurang dari 50 kg per hari untuk limbah B3 kategori
1.
 365 hari sejak limbah B3 dihasilkan, untuk limbah B3 yang
dihasilkan kurang dari 50 kg per hari untuk limbah B3 kategori
2 dari sumber tidak spesifik dan sumber spesifik umum.

d. Pengelolaan / Pembuangan Limbah B3


Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit dalam bentuk padat, cair, maupun gas yang dapat mengandung
mikroorganisme pathogen, bersifat infeksius dan bahan kimia beracun. Asal
limbah antara lain dari unit pelayanan medis, penunjang medis, dan
penunjang non medis, berikut diagram asal limbah rumah sakit.

16
Rumah
Sakit

Medis Penunjang Medis Penunjang Non Medis

 Rawat inap  Laboratorium  Laundry


 Rawat jalan  Radiologi  Dapur/gizi
 IGD  Farmasi  Rekam medis
 Rawat  Sterilisasi  IPSRS/SIMRS
intensif  Management office
 Kamar bedah  Rumah tangga

Berdasarkan bentuk fisiknya maka limbah rumah sakit dapat dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Untuk limbah padat,
dibedakan menjadi limbah padat medis dan limbah padat non medis

Jenis Limbah Rumah Sakit

Limbah Limbah Limbah


Padat Cair Gas

Limbah Limbah
Padat Non Padat
Medis Medis Semua limbah
Semua limbah yang berbentuk
cair termasuk gas termasuk
 Limbah  Limbah dari: hasil
dapur infeksius  Toilet/wastafel pembakaran
 Limbah  Benda tajam  Kamar mandi pada:
office  Limbah farmasi  Dapur  Dapur
 Limbah Limbah B3 cair  Generator
taman &  Laboratorium
halaman

17
BAB IV
TATA LAKSANA

1. Pelaksanaan pengelolaan
Seluruh kegiatan pengelolaan merupakan pengendalian risiko yang harus
dilakukan secara baik dan benar, beberapa pelaksanaan pengelolaan yang perlu
mendapatkan perhatian meliputi :
a. Pemilahan limbah (waste segregation), yakni memilah beberapa jenis limbah
secara cermat ke dalam wadah-wadah atau kantong yang berbeda dan
khusus yang menggambarkan risiko yang berkaitan dengan setiap kemasan
limbahnya.
b. Pengemasan yang sesuai (appropriate packaging), yaitu mencegah
tumpahnya limbah dan melindungi petugas dari kontak dengan limbah.
c. Identifikasi limbah (waste identification) melalui pengemasan dan pelabelan
yang jelas, memungkinkan jenis dan sumber limbah lebih mudah dikenali.
d. Tempat penampungan limbah yang sesuai (appropriate waste storage) yaitu
membatasi akses hanya pada orang yang berkepentingan, menjaga agar
tidak menjadi sarang serangga dan binatang pengerat, dan mencegah
kontaminasi area sekitarnya.
e. Transportasi yang sesuai (appropriate transportation) yaitu mengurangi risiko
yang dihadapi petugas yang terpajan limbah.

2. Dokumen Limbah B3
Dokumen limbah B3 adalah surat yang diberikan pada waktu penyerahan limbah
B3 oleh penghasil limbah B3 atau pengumpul limbah B3 kepada pengangkut
limbah B3. Dokumen limbah B3 tersebut berisi ketentuan sebagai berikut:
a. Nama dan alamat penghasil atau pengumpul limbah B3 yang menyerahkan
limbah B3.
b. Tanggal penyerahan limbah B3.
c. Nama dan alamat pengangkut limbah B3.
d. Tujuan pengangkutan limbah B3.
e. Jenis, jumlah, komposisi, dan karakteristik limbah B3 yang diserahkan.

Dokumen limbah B3 dibuat 7 (tujuh) rangkap apabila pengangkutan hanya


satu kali dan apabila pengangkutan lebih dari satu kali (antar moda) maka
dokumen terdiri dari 11 (sebelas) rangkap dengan rincian sebagai berikut:
a. Lembar asli (pertama) disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah
ditandatangani oleh pengirim limbah B3.

18
b. Lembar kedua yang sudah ditandatangani oleh pengangkut limbah B3, oleh
pengirim limbah B3 dikirimkan kepada instansi yang bertanggungjawab.
c. Lembah ketiga yang sudah ditandatangani oleh pengangkut disimpan oleh
pengirim limbah B3.
d. Lembar keempat setelah ditandatangani oleh pengirim limbah B3 oleh
pengangkut diserahkan kepada penerima limbah B3.
e. Lembar kelima dikirimkan oleh penerima kepada instansi yang
bertanggungjawab setelah ditandatangani oleh penerima limbah B3.
f. Lembar keenam dikirim oleh pengangkut kepada Bupati/Walikotamadya
Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan, dengan pengirim. Setelah
ditandatangani oleh penerima limbah B3.
g. Lembar ketujuh setelah ditandatangani oleh penerima oleh pengangkut
dikirimkan kepada penerima limbah B3.
h. Lembar kedelapan sampai dengan lembar kesebelas dikirim oleh pengangkut
kepada pengirim limbah B3 setelah ditandatangani oleh pengangkut
terdahulu dan diserahkan kepada berikutnya/antar moda.

Dokumen limbah B3 lainnya yang harus dimiliki oleh Rumah Sakit Umum
Daerah Ciracas antara lain
a. Lembar kegiatan limbah B3 / Log Book (terlampir).
b. Neraca limbah B3 adalah data kuantitas limbah B3 dari Rumah Sakit Umum
Daerah Ciracas yang menunjukkan kinerja pengelolaan limbah B3 pada
satuan waktu penaatannya (3 bulan dan 6 bulan). Contoh terlampir

1. Ketentuan pemasangan simbol


a. Simbol pada kemasan B3 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Simbol B3 berupa stiker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik
pada kemasan, mudah penggunaannya, tahan lama, tahan terhadap air
dan tahan terhadap tumpahan isi kemasan B3.
2) Jenis simbol yang dipasang harus sesuai dengan karakteristik bahan yang
dikemasnya atau diwadahinya.
3) Simbol dipasang pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh
kemasan lain dan mudah dilihat.
4) Simbol tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol lain
sebelum kemasan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa B3.
5) Kemasan yang telah dibersihkan dari B3 dan akan dipergunakan kembali
untuk mengemas B3 harus diberi label “KOSONG”.

19
b. Simbol pada kendaraan pengangkut B3
1) Simbol B3 berupa stiker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik
pada alat angkut/kendaraan, mudah penggunaannya, dan tahan lama.
2) Simbol dipasang harus satu macam simbol yang sesuai dengan klasifikasi
B3 yang diangkutnya.
3) Ukuran minimal yang dipasang adalah 25 cm x 25 cm atau lebih besar,
sebanding dengan ukuran alat angkut yang digunakan.
4) Terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan, air hujan, bahan kimia
yang mungkin mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas atau plat
logam).
5) Dipasang disetiap sisi dan bagian muka alat angkut serta harus dapat
terlihat dengan jelas dari jarak lebih kurang 30 meter.
6) Simbol tidak boleh lepas dan diganti dengan simbol lain sebelum muatan
B3 dikeluarkan dan alat angkut yang digunakan dibersihkan dari sisa B3
yang tertinggal.
c. Simbol pada tempat penyimpanan kemasan B3
Tempat penyimpanan kemasan B3 harus ditandai dengan simbol dengan
mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1) Simbol B3 berupa stiker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik
pada TPS B3, mudah penggunaannya dan tahan lama. Terbuat dari
bahan yang tahan terhadap goresan, air hujan, bahan kimia yang mungkin
mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas atau plat logam).
2) Simbol dipasang pada bagian luar dan pada setiap pintu TPS B3 yang
tidak terhalang.
3) Jenis simbol yang dipasang harus sesuai klasifikasi B3 yang disimpannya,
apabila limbah B3 yang disimpan:
a) Memiliki 1 karakteristik, tempat penyimpanan wajib dilengkapi dengan
simbol Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3 yang
disimpan.
b) Memiliki lebih dari 1 karakteristik, tempat penyimpanan wajib dilekati
dengan simbol Limbah B3 dengan karakteristik yang paling dominan.
c) Ukuran minimal simbol yang dipasang adalah 25 cm x 25 cm atau
lebih besar sehingga tulisan pada simbol dapat terlihat jelas dari jarak
20 meter.
d) Selama tempat penyimpanan masih difungsikan, simbol tidak boleh
terlepas atau dilepas atau diganti dengan simbol lain, kecuali jika akan
digunakan untuk menyimpan limbah B3 dengan karakteristik yang
berlainan.

20
Label limbah B3 adalah keterangan mengenai limbah B3 yang berbentuk
tulisan yang berisi informasi mengenai penghasil limbah B3, alamat penghasil
limbah B3, waktu pengemasan, jumlah dan karakteristik limbah B3. Label limbah
B3 merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi memberikan informasi
dasar mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu limbah B3 yang
dikemas.
Terdapat 3 (tiga) jenis label yang berkaitan dengan system pengemasan
limbah B3, yaitu:
1) Label identitas limbah
a) Bentuk, Warna dan Ukuran
Label limbah B3 berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul
limbah, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam kemasan suatu
kemasan limbah B3. Label limbah B3 berukuran minimal 15 cm x 20 cm
atau lebih besar, dengan warna dasar kuning dan tulisan serta garis tepi
berwarna hitam, dan tulisan “PERINGATAN!” dengan huruf yang
lebih besar berwarna merah

21
b) Pengisian Label Limbah B3
Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca dan tidak mudah terhapus
serta dipasang pada setiap kemasan limbah B3 yang disimpan di tempat
penyimpanan wajib mencantumkan identitas sebagai berikut:

PENGHASIL Nama perusahaan yang menghasilkan limbah dalam


kemasan

ALAMAT Alamat jelas perusahaan di atas, termasuk kode wilayah

TELP Nomor telepon penghasil, termasuk kode area

FAX Nomor facsimile penghasil, termauk kode area

NOMOR Nomor yang diberikan Kementerian Lingkungan Hidup


PENGHASIL kepada penghasil ketika melaporkan

TGL. Data tanggal saat pengemasan dilakukan


PENGEMASAN
JENIS LIMBAH Keterangan limbah berkaitan dengan fasa atau kelompok
jenisnya (cair/padat/sludge, anorganik/organik, dll)

JUMLAH Jumlah total kuantitas limbah dalam kemasan (ton/kg/m3)


LIMBAH
KODE LIMBAH Kode limbah yang dikemas, didasarkan pada daftar B3 dalam
lampiran PP No 101 tahun 2014

SIFAT LIMBAH Karakteristik limbah yang dikemas (sesuai simbol yang


dipasang)

NOMOR Nomor urut pengemasan

c) Pemasangan Label Limbah B3


Label limbah B3 dipasang pada kemasan di sebelah atas simbol dan harus
terlihat dengan jelas. Label ini juga harus dipasang pada kemasan yang
akan dimsaukkan ke dalam kemasan yang lebih besar. Apabila limbah B3
yang disimpan:
(1) Memiliki 1 karakteristik, maka wadah dan/atau kemasan wajib dilekati
dengan label limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3 yang
dikemas.
2) Memiliki lebih dari 1 karakteristik, maka wadah dan/atau kemasan wajib
dilekati dengan label limbah B3 yang menunjukkan keseluruhan
karakteristik limbah B3

22
d) Label Untuk Penandaan Kemasan Kosong
(1) Bentuk, warna dan ukuran
Bentuk dasar label sama dengan bentuk dasar simbol dengan ukuran
sisi minimal 5 cm x 5 cm dan tulisan “KOSONG”.
(2) Pemasangan
Label harus dipasang pada kemasan bekas pengemasan limbah B3
yang telah dikosongkan dan atau akan digunakan kembali untuk
mengemas limbah B3.

e) Label Penunjuk Tutup Kemasan


(1) Bentuk, warna dan ukuran
Label berukuran minimal 7 x 15 cm dengan warna dasar putih dan warna
gambar hitam. Gambar terdapat dalam frame hitam, terdiri dari 2 (dua)
buah anak panah mengarah ke atas yang berdiri sejajar di atas balok
hitam. Label terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak karena goresan
atau akibat terkena limbah dan bahan kimia lainnya.

(2) Pemasangan
Label dipasang dekat tutup kemasan dengan arah panah menujukkan
posisi penutup kemasan. Label harus terpasang kuat pada setiap
kemasan limbah B3, baik yang telah diisi limbah B3, maupun kemasan
yang akan digunakan untuk mengemas limbah B3.

23
Pengolahan limbah B3 wajib dilaksanakan oleh penghasil limbah B3, namun apabila
tidak mampu melakukan pengolah sendiri, maka pengolahan limbah B3 diserahkan
kepada Pengolah Limbah B3. Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas bekerjasama
dengan pihak rekanan dalam hal pengolahan limbah B3. Dalam pemilihan
perusahaan rekanan yang akan bekerjasama dengan Rumah Sakit Umum Daerah
Ciracas harus memilki ketentuan sebagai berikut:
1. Memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup RI dalam hal pengumpulan
limbah B3 dan mendapat rekomendasi dari gubernur.
2. Memiliki izin pengelolaan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup RI untuk
kegiatan pengolahan limbah B3.
3. Memiliki izin dari pengangkutan limbah B3 dari Direktorat jenderal Perhubungan
darat.

A. Pelaporan Tumpahan B3 dan Limbah B3


Bila terjadi tumpahan bahan berbahaya, petugas/staf yang menemukannya segera
menghubungi petugas kebersihan agar segera dapat dibersihkan. Petugas
kebersihan yang melakukan pembersihan harus menggunakan alat pelindung diri.
Petugas harus mengetahui jenis dan sifat dari B3 dengan melihat MSDS, jika
tumpahan mengandung materi infeksius, area harus segera dibersihkan dan
didekontaminasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi tumpahan
B3 maupun cairan tubuh antara lain:
1. Melakukan tindakan pertolongan pertama dengan segera apabila terkena
tumpahan/percikan B3 / limbah B3, seperti membersihkan kulit dan membilas
mata dengan air mengalir selama 15 menit atau minum air sebanyak-banyaknya
apabila tertelan. Segera ke IGD untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Segera menghubungi petugas kebersihan untuk melakukan pembersihan.
3. Melaporkan kejadian yang terjadi pada Koordinator atau Penanggungjawab shift.
4. Investigasi kejadian, mengidentifikasi dan menerapkan tindakan perbaikan untuk
mencegah kejadian di masa yang akan datang.
5. Catat kejadian pada formulir pelaporan tumpahan B3 dan cairan tubuh.

24
Peralatan dan bahan (spiil kit) yang digunakan dalam melakukan penanganan
tumpahan B3 maupun cairan tubuh antara lain:

NO JENIS BARANG JUMLAH

1 Tanda tumpahan (warning sign/spill sign) 1 pcs


2 Sarung tangan disposible 1 pasang
3 Underpad 2 pcs
4 Masker 1 pcs
5 Kantong plastik kuning 2 pcs
6 Tissue Kemasan Kecil 1 pcs
7 Botol berisi desinfektan 1 pcs
8 Googles 1 pcs
9 Kain Lap 1 pcs
10 Apron 1 pcs

Perlengkapan dan bahan tersebut diatas tersedia pada masing-masing janitorial troli
petugas cleaning service

B. Dampak Kesehatan Terhadap Petugas


1. Jalur Masuk B3
Jalur masuk bahan kimia ke dalam tubuh dapar melalui beberapa jalur, antara lain:
a. Pernafasan (inhalasi)
b. Kulit (kontak)

25
c. Pencernaan (tertelan), apabila bahan kimia tersebut masuk ke dalam aliran
darah dan menuju jaringan tubuh atau organ tertentu maka efek ini lebih
berbahaya karena dapat menyerang organ penting seperti hati, ginjal, darah
atau sumsum tulang belakang.
d. Mata
Dilihat dari tempat keterpajanan, dapat dibedakan efek lokal dan sistemik. Efek
lokal adalah efek pada tempat dimana bahan itu kontak dengan sistem biologi,
contohnya bahan yang bersifat asam atau basa yang korosif dapat
menimbulkan luka pada jaringan tubuh karena kontak pada jaringan tubuh.
Efek sistemik terjadi akibat absorpsi bahan dan kemudian terdistribusi ke
seluruh tubuh dan menyebabkan gangguan fungsi organ-organ tubuh.
Kebanyakan bahan kimia mempunyai efek sistemik dan menimbulkan
berbagai penyakit sesuai sifat bahan kimia tersebut.
Dilihat dari dampaknya terhadap manusia, efek keterpajanan bahan kimia
dapat bersifat akut atau kronis. Efek akut sebagai akibat jangka pendek pada
konsenstrasi tinggi dan dampaknya segera dapat dirasakan misalnya
sakit, iritasi, pingsan atau kematian. Sedangkan efek kronik adalah akibat
keterpajanan jangka panjang, penyakit yang timbul berkembang secara
perlahan-lahan dan dampaknya biasanya tidak reversible (menetap). Selain itu
efek bila terpapar B3antara lain:
a. Menyebabkan kerusakan sistem syaraf
b. Menyebabkan gangguan sistem pernafasan
c. Menyebabkan kerusakan darah
d. Menyebabkan kerusakan pada kulit
e. Menyebabkan iritasi pada mata
2. Perlindungan Petugas
Dalam pengelolaan limbah B3, Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas menyertakan
upaya perlindungan dan pemantauan kesehatan dan keselamatan kerja bagi
petugas rumah sakit, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung
dengan B3 maupun limbah B3 secara menyeluruh dan terus menerus. Petugas
rumah sakit yang memiliki risiko dampak dari penggunaan B3 dan limbah B3
antara lain perawat, petugas kebersihan, petugas laboratorium, petugas farmasi,
petugas IPSRS dan SIMRS. Beberapa upaya yang dilakukan untuk perlindungan
dan pemantauan antara lain:
a. Pelatihan yang tepat untuk petugas (pelatihan K3, Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi dan Penanganan Limbah B3).
b. Penyediaan peralatan dan pakaian untuk perlindungan petugas.
c. Pembuatan program kesehatan.
d. Pemberian imunisasi hepatitis bila diperlukan.

26
e. Penanganan pasca pajanan sesuai dengan MSDS.

Dalam penggunaan maupun penanganan tumpahan B3 dan limbah B3 diperlukan


alat pelindung diri. Berikut ini jenis alat pelindung diri yang diperlukan :
a. Tumpahan B3
1) Topi/Pelindung Kepala (penggunaanya tergantung pada jenis kegiatan).
2) Masker bedah bahan sintetik / masker respirator (penggunaanya
tergantung pada jenis kegiatan).
3) Pelindung mata (safety goggle) (penggunaanya tergantung pada jenis
kegiatan).
4) Sarung tangan bersih non steril (sekali pakai).
5) Celemek kedap air.
6) Pelindung kaki / sepatu boot.

b. Limbah B3
1) Topi / helm.
2) Masker bedah bahan sintetik / masker respirator (penggunaanya
tergantung pada jenis kegiatan).
3) Pelindung mata (safety goggle).
4) Sarung tangan rumah tangga (bagi petugas penanganan limbah).
5) Celemek kedap air.
6) Pelindung kaki / sepatu boot.
3. Hygiene Perorangan
Hygiene perorangan sangat penting untuk menurunkan risiko yang muncul akibat
penanganan B3 dan limbah B3. Fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan
sabun disediakan bagi semua petugas yang berhubungan langsung maupun
tidak langsung.
C. Penanganan Dekontaminasi
Penanganan kecelakaan kerja dan atau kejadian lainnya yang diakibatkan dari
paparan Bahan Berbahaya dan Bercun (B3) baik yang terjadi di dalam atau berasal
dari luar rumah sakit, maka harus segera dilakukan tindakan pertolongan, yaitu
dengan membawa korban ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas. Sebelum
korban masuk kedalam ruangan terlebih dahulu korban yang telah terpapar B3 harus
didekontaminasi. Dekontaminasi adalah proses membuang atau mengurangi
kontaminan atau menetralkan bahan kimia berbahaya dari korban dan lingkungan
sekitarnya. Tujuannya untuk mencegah berlanjutnya kerusakan jaringan tubuh, agar
segera terjadi penyembuhan dan mencegah orang lain/penolong/orang sekitarnya
ikut mengalami cidera akibat kontaminasi B3. Dekontaminasi idelanya dilakukan 2
kali yaitu: pertama dilakukan di area terjadinya tumpahan, kedua di IGD. Tindakan
dekontaminasi antara lain:

27
1. Membuka pakaian korban yang terpapar bahan kimia berbahaya (bila terkena
pakaian)
2. Memandikan/menyemprotkan/membilas/mengalirkan area yang terkena B3
dengan air mengalir. Jangan gunakan air hangat karena akan menyebabkan
dekontaminasi yang akan mempercepat penyerapan bahan kimia tersebut.
Keringkan dan berikan pakaian pengganti.

28
BAB V
DOKUMENTASI

Setiap petugas dalam melakukan pengelolaan bahan dan limbah berbahaya wajib
melakukan administrasi yang sudah disediakan mulai dari penerimaan B3, penyimpanan,
penggunaan ataupun jika terjadi tumpahan B3 serta pengelolaan limbahnya. Hal ini
dilakukan sebagai bukti bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Ciracas melakukan
pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya dengan baik.

29

Anda mungkin juga menyukai