Tahun 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Adapun klasifikasi dari masing - masing B3dibedakan oleh sifat-sifatnya berikut ini:
a. mudah meledak (explosive)
b. pengoksidasi (oxidizing)
c. sangat mudah sekali menyala (extremelyflammable)
d. sangat mudah menyala (highlyflammable)
e. mudah menyala (flammable)
f. amat sangat beracun (extremelytoxic)
g. sangat beracun (highlytoxic)
h. beracun (toxic)
i. berbahaya (harmful)
j. iritasi (irritant)
k. korosif (corrosive)
l. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to environment)
m. karsinogenik(carcinogenic)
n. teratogenik (teratogenic)
o. mutagenik (mutagenic)
p. bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure gas)
Bahan berbahaya dan beracun (B3) yang terdapat di rumah sakit berupa bahan kimia
(reagen) yang terdapat di laboratorium, gas dan uap medis yang membantu dalam proses
pelayanan, pengobatan dan terapi dalam kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
rumah sakit tidak terlepas dari pemanfaatan B3 yang juga menghasilkan limbah, menurut
Departemen Kesehatan RI, berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, limbah
medis digolongkan menjadi:
1. Limbah benda tajam yaitu objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
yang menonjol yang dapat memotong atau merusak kulit seperti jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet parteur, pecahan gelas, dan pisau bedah.
2. Limbah infeksius yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi
dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
3. Limbah jaringan tubuh yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh yang
biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi
4. Limbah sitotoksik yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik
Limbah farmasi yaitu terdiri dari obat-obatan kadaluarsa, obat yang terbuang karena batch
yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak
diperlukan lagi atau limbah yang dari proses produksi obat.
6. Limbah kimia yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan
medis, veterinary, laboratorium, proses sterilisasi atau riset. Dalam hal ini dibedakan dengan
buangan kimia yang termasuk dalam limbah farmasi dan sitotoksik
7. Limbah radioaktif yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasaldari
penggunaan medis atau radionuklida.
Sementara menurut PP no. 18 tahun 1999 juncto no 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun menyatakan bahwa rumah sakit merupakan salah satu institusi
yang menjadi sumber limbah B3 yang berasal dari seluruh rumah sakit dan laboratorium klinis
antara lain:
1. Limbah Klinis
2. Produk farmasi kadaluarsa
3. Peralatan laboratorium terkontaminasi
4. Kemasan produk farmasi
5. Limbah laboratorium
6. Residu dari proses insenerasi
Selain itu, rumah sakit juga menghasilkan limbah B3 yang berasal dari oli bekas buangan genset
(mesin diesel) sebagai penghasil listrik alternatif.
Di samping manfaatnya yang cukup besar, disisi lain bahan-bahan yang digunakan dalam
mendukung pelayanan kesehatan ini dapat membahayakan pasien, petugas ataupun lingkungan
rumah sakit jika tidak dikelola dengan benar. Untuk itu perlu disusun Pedoman Pengelolaan
Bahan dan Limbah Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit Sinar Husni.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pedoman ini adalah sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan
pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Umum Sinar Husni
sehingga tercipta kesehatan dan keselamatan pasien, keluarga pasien, petugas terkait dan
pengunjung Rumah Sakit Umum Sinar Husni.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pedoman ini meliputi penanganan bahan dan limbah berbahaya dan
beracun Rumah Sakit Umum Sinar Husni yang meliputi pelabelan B3, penyimpanan B3,
penggunaan B3, pengangkutan dan penyimpanan sementara limbah B3.
1.4. Batasan Operasional
1.4.1. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang berhubungan dengan inventarisasi B3/limbah B3,
penyimpanan B3/limbah B3, pendistribusian B3, serta pembuangan limbah B3.
1.4.2. Bahan berbahaya dan beracun yang terdapat di Rumah Sakit Umum Sinar Husni terdiri
dari reagen laboratorium, gas dan uap medis, dan pengobatan.
1.4.3. Penyimpanan bahan reagensia adalah suatu tindakan menyimpan bahan reagensia sesuai
dengan sifat reagen masing-masing, ke dalam suatu wadah atau tempat yang memiliki
kriteria dimana apabila reagen tersebut di simpan di dalamnya, reagen tersebut awet dan
efek yang di timbulkanreagen tersebut tidak menimbulkan gejala-gejala negatif, baik di
dalam laboratorium maupun diluar laboratorium.
1.4.4. Lembaran Data Pengaman (LDP)/ Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah lembar
petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisika, kimia dari bahan berbahaya, jenis
bahaya yang dapat ditimbulkan, cara, penangananan dan tindakan khusus yang
berhubungan dengan keadaan darurat di dalam penanganan bahan berbahaya.
1.4.4. Simbol adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3/ limbah B3
1.4.5. Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3/
limbah B3
1.4.6. Spill Kit adalah kit atau seperangkat alat yang digunakan untuk menangani jika terjadi
tumpahan bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, bahan infeksius, logam berat atau
minyak agar tidak membahayakan penghuni dan lingkungan sekitarnya.
1.4.7. Limbah B3 Rumah Sakit Sinar Husni terdiri dari limbah B3 padat dan cair
1.4.8. Limbah B3 padat terdiri dari limbah klinis padat, produk farmasi kadaluarsa dalam
bentuk padatan, peralatan lab terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah
laboratotium padat
1.4.9. Limbah B3 cair terbagi menjadi limbah B3 cair medis yang terdiri dari limbah klinis cair,
produk farmasi kadaluarsa dalam bentuk cairan, serta limbah cair dari laboratorium.
Sementara limbah B3 cair non medis yaitu oli bekas hasil buangan mesin diesel (genset).
1.5. Landasan Hukum
1.5.1 Peraturan pemerintah No. 18 tahun 1999 Juncto No 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
1.5.2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya Dan Beracun
1.5.3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun
1.5.4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 07 Tahun 2019 Tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
1.5.5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1439/Menkes/Sk/XI/2002
Tentang Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
1.5.6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian
Simbol dan Label pada Bahan Berbahaya dan Beracun
1.5.7. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor :
Kep-05/Bapedal/09/1995 Tentang Simbol Dan Label Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun
1.5.8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit
1.5.9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia no 14 Tahun 2013 Tentang
Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
2.3.2. Setiap petugas mencatat seluruh masalah-masalah yang terjadi pada tiap shift jaga dan
Setiap pertukaran shift, petugas jaga melakukan koordinasi dan melaksanakan serah
terima tugas antar shift
BAB III
STANDAR FASILITAS
3.1. Penyimpanan B3
a. Lemari penyimpanan harus terbuat dari bahan yang kuat dan tidak bereaksi dengan bahan
yang disimpan. Penggunaan lemari kayu harus dihindarkan
b. Kondisi ruangan harus dingin/menggunakan AC atau dengan dilengkapi exhaust fan, lampu
ruangan pilih yang fire proof, dan kalau tidak dilengkapi dengan AC, ruangan harus punya
sirkulasi udara yg baik Karena ada beberapa reagen yg penyimpananya dibawah suhu 25 0C,
pantau suhu ruangan maksimal 30 0C.
c. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan
sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang
menuju ruang asap atau ke luar ruangan.
d. Di dalam lokasi penyimpanan harus dilengkapi dengan system tanggap darurat dan P3K
e. Lokasi ruang gas medis mudah dijangkau transportasi untuk pengiriman dan pengambilan
tabung
f. Harus aman/jauh dari kegiatan yang memungkinkan terjadinya ledakan/kebakaran
g. Jauh dari sumber panas oli dan sejenisnya
h. Disediakan ruang operator/petugas dan dilengkapi fasilitas kamar mandi/WC
i. Ukuran Ruangan gas medis, Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah dan jenis gas medis
yang dipergunakan dan memperhatikan kelonggaran bergerak bagi operator/petugas pada
saat penggantian/pemindahan tabung dan kegiatan pemeliharaan
j. Bangunan Ruangan gas medis harus memenuhi persyaratan :
Konstruksi beton permanen
Penerangan yang memadai
Sirkulasi udara yang cukup
k. Kelengkapan Sentral Gas Medis
Dipasang alat pemadam kebakaran
Dipasang sekat/pemisah antara jenis-jenis gas yang ada dan dilengkapi dengan pintu
Dipasang rambu bahaya dan alarm
Disediakan tool kit khusus dan tidak dicampur dengan peralatan lain
Dipasang alat komunikasi
l. Penataan Ruang Sentral Gas Medis
Harus diatur penempatan tabung–tabung kosong dan tabung berisi
Dilarang menyimpan barang–barang selain untuk keperluan penanganan gas pada
ruangan penyimpanan gas dan sentral gas;
Apabila tabung tidak dipergunakan atau tidak disambungkan ke instalasi perpipaan gas
medis, kran induk harus selalu tertutup, walaupun tabung dalam keadaan kosong
Diupayakan jangan sampai ada tabung yang jatuh/roboh.
3.2. Penyimpanan Limbah B3
3.2.1. Lokasi Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3
Lokasi untuk penyimpanan limbah B3 harus memenuhi persyaratan teknis
sehingga meminimalkan dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan
sekitarnya antara lain:
1. Letak lokasi TPS berada di area kawasan kegiatan
2. Merupakan daerah bebas banjir
3. Letak bangunan berjauhan atau pada jarak yang aman dari bahan lain yang
mudah terkontaminasi dan/atau mudah terbakar dan atau mudah bereaksi
atau tidak berdekatan dengan fasilitas umum.
3.2.2. Tempat Penyimpanan
1. Bangunan Tempat penyimpanan sementara limbah B3 harus memenuhi persyaratan teknis
antara lain:
a) memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan jenis,
karakteristik dan jumlah limbah B3 yang disimpan.
b) bangunan beratap dari bahan yang tidak mudah terbakar, dan memiliki ventilasi udara yang
memadai.
Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat sehingga membentuk belah ketupat.
Pada keempat sisi belah ketupat tersebut dibuat garis sejajar yang menyambung sehingga
membentuk bidang belah ketupat dalam dengan ukuran 95 persen dari ukuran belah ketupat.
Warna garis yang membentuk belah ketupat dalam sama dengan warna gambar simbol. Pada
bagian bawah simbol terdapat blok segilima dengan bagian atas mendatar dan sudut terlancip
berhimpit dengan garis sudut bawah belah ketupat bagian dalam. Panjang garis pada bagian
sudut teriancip adalah 1/3 dari garis vertikal simbol dengan lebar 1/2 dari panjang garis
horizontal belah ketupat dalam (gambar 1).
Simbol yang dipasang pada kemasan minimal berukuran 10 cm x 10 cm, sedangkan simbol pada
kendaraan pengangkut limbah B3 dan tempat penyimpanan limbah B3 minimal 25 cm x 25 cm.
Nama Pasien :
No. Rekam Medis :
Obat :
Dosis :
Tanggal Pencampuran:
Bentuk dasar label sama dengan bentuk dasar simbol dengan ukuran sisi minimal 10 cm x
2
10 cm dan tulisan "KOSONG" berwarna hitam di tengahnya. Label harus dipasang pada
kemasan bekas pengemasan limbah B3 yang telah dikosongkan dan atau akan digunakan
kembali untuk mengemas limbah B3.
4.1.3.Pengelolaan B3
A. Pengelolaan Reagensia
A.1. Penerimaan Reagen
a. Reagen yang baru datang dicatat dalam “Form Penerimaan Reagen” untuk dicatat tanggal
kedatangan, jumlah, merk, tanggal kadaluarsa dan kelengkapan Certificate Of Analysys
(COA)
b. Pastikan seluruh reagen yang terdapat di laboratorium disertai dengan Lembar data
Pengaman (LDP)/MSDS yang mudah dipahami oleh setiap orang
c. Reagen kemudian diberi “label” yang memuat nomor reagen, tanggal diterima, tanggal
kadaluarsa, tanggal pembukaan reagen, nama dan paraf analis yang pertama kali membuka
reagen.
d. Reagen kemudian dicatat dalam “Kartu Stok B3” yang tersedia didekat tempat reagen untuk
mengontrol jumlah reagen
e. Yang berhak mengisi “Form Penerimaan Reagen“, label reagen dan kartu stok adalah
penanggung jawab B3 atau staf yang ditunjuk oleh penanggung jawab B3
f. Reagen yang sudah diberi label disimpan di ruang/lemari stok yang sesuai dengan sifat fisik
masing-masing reagen.
A.2. Tempat Penyimpanan Reagen
a. Setiap reagen yang masuk ke laboratorium disimpan di ruang/lemari stok
b. Reagen yang sudah dibuka dipindahkan dari ruang/lemari stok ke tempat penyimpanan/rak
reagen yang sesuai
c. Reagen dikeluarkan dari ruang/lemari stok dengan prinsip First Expired First Out (FEFO)
d. Tempat penyimpanan reagen di laboratorium terbagi menjadi 4 lokasi yaitu rak reagen
padat, rak reagen cair, lemari es untuk reagen yang disimpan pada suhu dingin, dan rak
reagen lemari asam untuk reagen yang bersifat pekat dan atau berbau tajam
d. Penyusunan tidak boleh melebihi batas maksimum agar tidak roboh dan rapi serta
disediakan jarak yang cukup antar wadah reagen
e. Reagen dengan wadah besar disusun paling bawah dan kemudian diikuti oleh wadah yang
lebih kecil di atasnya.
e. Ruang/lemari stok dan rak reagen harus dalam keadaan terkunci dan kunci tersebut disimpan
oleh penanggung jawab B3 atau petugas yang ditunjuk oleh penanggung jawab B3
A.3.Penyimpanan Reagen
a. Reagen yang tidak boleh disimpan dengan reagen lain, harus disimpan secara khusus dalam
wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan
sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, dan ledakan.
b. Penyimpanan reagen tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling
tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang
memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan
benzena harus ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada
disimpan pada cabinet bahan toxic.
A.4. Penggunaan Reagen
a. Analis yang pertama kali membuka segel reagen harus mengisi tanggal pembukaan reagen
pada label yang tertempel di wadah reagen
b. Jika reagen yang akan digunakan sudah tersedia di rak reagen, maka analis harus
memberitahukan hal tersebut kepada penanggung jawab B3
c. Analis yang menggunakan reagen harus memperhatikan sifat reagen pada simbol (misalnya
korosif, eksplosif, dll) dan keamanan proses penggunaannya antara lain mencakup lokasi
penggunaan reagen (misalnya dilemari asam) dan peralatan pelindung diri yang digunakan
(misalnya masker, sarung tangan, kacamata, dll)
d. Jika terjadi kekosongan stok reagen, maka analis harus memberitahukan kepada penanggung
jawab B3 untuk dilakukan pengajuan permintaan reagen ke farmasi untuk kemudian
dilakukan pemesanan reagen kepada supplier
A.5. Pengadaan dan Kontrol Stok Reagen
a. Setiap bulan dilakukan pengecekan terhadap stok reagen yang tersedia di laboratorium oleh
penanggung jawab B3 dan bersama-sama dengan petugas yang ditunjuk oleh Direktur
Rumah Sakit Royal Prima Medan untuk mengecek kesesuaian antara kartu stok reagen,
penggunaan dan jumlah reagen yang masih tersedia di ruangan/lemari stok dan rak reagen
b. Pengadaan reagen disesuaikan dengan kebutuhanrata-rata penggunaan reagen pemeriksaan
laboratorium
c. Reagen yang sudah mendekati tanggal kadaluarsa harus dicatat
d. Reagen yang sudah melebihi tanggal kadaluarsa tidak boleh digunakan dan dipisahkan dari
lemari stok dan ditempatkan pada tempat limbah B3
B. Penanganan Sediaan Sitostatika/Obat Kemoterapi
B.1. Penerimaan
Obat kemoterapi yang diterima harus berasal dari pabrik yang mempunyai sertifikat
analisa.
Obat kemoterapi harus mempunyai MSDS
Obat yang diterima dicatat dalam kartu stok B3
B.2. Penyimpanan
Penyimpanan obat kemoterapi dibedakan atas bentuk sediaannya, apakah berbentuk cair
atau padat
Penyimpanan dibedakan menurut suhu dan kestabilannya.
Dibedakan berdasarkan mudah/tidaknya meledak/terbakar
Disimpan berdasarkan tahan/tidaknya terhadap cahaya
B.3. Penyiapan
Proses penyiapan sediaan sitostatika dilakukan dengan cara:
a. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan
b. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomor batch, tanggal
kadaluarsa), serta melengkapi formulir permintaan.
c. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas atau tidak lengkap.
d. Menghitung kesesuaian dosis.
e. Memilih jenis pelarut yang sesuai.
f. Menghitung volume pelarut yang digunakan.
g. Membuat label obat berdasarkan nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan, dosis,
cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran
h. Membuat label pengiriman terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan,
jumlah paket
i. Melengkapi dokomen pencampuran.
B.4. Pencampuran
a. Proses pencampuran sediaan sitostatika
b. Penyimpanan Limbah B3
Limbah B3 yang sudah dikumpulkan dari ruangan penghasil dikeluarkan dari troly
pengangkutan limbah B3
Limbah kemudian dimasukkan dalam tempat penampungan sementaranya. Limbah B3 padat
beserta kantong dan safety boxnya dimasukkan dalam wadah limbah B3 padat dan limbah B3
cair dimasukkan dalam wadah limbah B3 cair, dan dipisahkan antara limbah B3 cair medis
dan non medis
Setelah selesai memindahkan limbah dari troly maka troly harus didesinfeksi dan disimpan
pada tempat troly limbah B3
c. Pemanfaatan Limbah B3
Tabung gas oksigen dan alat anastesi dimanfaatkan kembali dengan dikirim pada distributor
untuk diisi ulang
Oli bekas diserahkan kepada pengumpul
Serah terima dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Umum Sinar Husni (penanggung jawab
limbah B3) dengan pihak pemanfaat dan pengumpul oli bekas yang sudah memiliki izin dari
Menteri Negara Lingkungan Hidup
Sebelum diangkut wadah limbah B3 harus dipastikan sudah tertutup rapat
Wadah limbah B3 kemudian dipindahkan ke dalam mobil pengangkut B3 yang telah diberi
simbol dan label B3
Pengolahan pertama berguna untuk mengurangi benda-benda (partikel) padat dan terdiri
dari unit pengendapan dengan proses sedimentasi. Pengolahan pertama dapat berupa:
Pengolahan kimia berguna untuk mengikat unsur-unsur kimia dalam limbah cair yang
tidak dikehendaki dan untuk mengendapkan zat padat tersuspensi. Pengolahan kimia dapat
berupa:
Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah untuk tumpahan
serbuk.
Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan baru
Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas kerja/meja/penyerap
dan tempatkan dalam wadah buangan.
Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan aquadestilata
menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah pada buangan.
Ulangi pencucian 3 kali
Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.
Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan akhir untuk
dimusnahkan dengan inscenerator.
Cuci tangan
4.2.6. Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden lainnya
Setiap kejadian ataupun kecelakaan baik karena tumpahan, paparan maupun insiden
lainnya wajib dilaporkan kepada Komite K3 RSU Sinar Husni dengan ketentuan yang ditetapkan
adalah dalam waktu kurang dari 1 x 24 jam setelah kejadian atau kecelakaan berlangsung.
Setelah mengetahui adanya kecelakaan, maka dengan segera orang pertama yang melihat atau
menyaksikan incidentatau accidentmelaporkan kejadian tersebut pada kepala instalasi dimana
kecelakaan atau kejadian berlangsung dan menginformasikan secara jelas dan rinci tentang
kejadian tumpahan/paparan tersebut, untuk kemudian dilakukan pengisian form kecelakaan
kerja.Kemudian komite K3 akan menerima form kejadian/kecelakaan kerja untuk kemudian
diberikan tindak lanjut sesuai dengan hasil analisis sementara atas form yang telah diserahkan.
Kegiatan investigasi akan dilakukan oleh Komite K3 RS sesuai dengan tingkat keparahan dari
kejadian ataupun kecelakaan yang terjadi untuk kemudian memberikan rekomendasi
penyelesaian atas kejadian atau kecelakaan tersebut. Investigasi mendalam akan dilakukan
apabila terjadi adanya suatu kecelakaan (accident) dan kejadian (incident) berbahaya dimana
dengan asumsi sampai menimbulkan kerugian dan mengakibatkan cidera, gangguan kesehatan
maupun kematian. Selanjutnya Komite K3 akan melakukaninvestigasi mendalam dan
mengidentifikasi masalah kesehatan yang mungkin terjadi. Hal inidilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sebab-sebab dan permasalahan yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan dan
kejadian berbahaya lainnya. Dengan prosedur ketentuan yang diterapkan adalah dilakukan paling
lama 2 x 24 jam. Setelah itu, tim K3 membuat laporan tentang hasil investigasi tersebut dan
diserahkan kepada Direktur Rumah Sakit Umum Sinar Husni. Kemudian melakukan desiminasi
informasi hasil investigasi yang telah dilakukan pada instalasi yang membutuhkan.
BAB V
LOGISTIK
1. MSDS/LDP B3
2. Rak penyimpanan B3
3. Simbol dan Label B3
4. APD sesuai MSDS
5. Spill Kit
6. Trolly limbah B3
7. Wadah limbah B3
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
7.1. Prinsip-prinsip
Pengelolaan B3 rumah sakit harus menyertakan upaya perlindungan dan pemantauan
kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas rumah sakit, baik yang berhubungan langsung
maupun tidak langsung dengan limbah secara menyeluruh dan terus menerus. Beberapa aspek
yang perlu dicakup dalam upaya ini meliputi:
a. Memberikan pelatihan yang berhubungan dengan pengelolaan B3, khususnya pelatihan
tentang keselamatan dan keamanan serta tanggap darurat terhadap risiko tumpahan,
kebakaran maupun ledakan B3 dan pelatihan tentang budaya kerja yang aman. Petugas juga
dilatih agar mampu melakukan tindakan pertolongan pertama ketika terjadi insiden
b. Penyediaan peralatan dan pakaian perlindungan petugas dan penyediaan instruksi cara
pemakaian dan pemeliharaan APD
c. Pembuatan program kesehatan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan bagi petugas yang
berhubungan langsung dengan B3 maupun limbah B3 minimal 1 tahun satu kali (Medical
Check Up) dan pemeriksaan kesehatan khusus jika terjadi kecelakaan akibat B3 dan limbah
B3
d. Penyediaan MSDS, tanda bahaya, Pedoman, SPO, dan sosialisasi informasi yang tercakup di
dalamnya.
e. Penyediaan P3K untuk penanganan awal pada kecelakaan.
7.2. Perlindungan Petugas
7.2.1. Alat Pelindung diri :
Jenis alat pelindung yang dipakai pada saat bekerja disesuaikan dengan B3 atau limbah B3
yang sedang ditangani. Jenis APD ini juga disesuaikan dengan informasi yang tertera di dalam
MSDS/LDP. Berikut ini alat pelindung yang perlu disediakan bagi petugas pengelolaan B3:
a. Pakaian Pelindung:Pakaian pelindung harus menutupi tubuh sepenuhnya. Kenakan pakaian
pelindung yang sesuai dan tahan api dalam keadaandikancingkan dan lengan tidak digulung.
Selalu gunakan pakaianpelindung jika ada kemungkinan bahwa pakaian pribadi
dapatterkontaminasi atau rusak karena bahan berbahaya. Ikat rambutyang panjang dan
hindari penggunaan pakaian longgar serta perhiasan. Untuk pencampuran obat-obat
kemoterapi diperlukan baju pelindung yang bersifat protektif terhadap bahan kimia,
disposibel, sekali pakai, berlengan panjang, berkancing dibelakang.
b. Perlindungan Kaki:Kenakan sepatu yang kuat di area tempat bahan berbahaya digunakan.
Kenakan sepatu keselamatan boot khusus yang mampu menghindarkan kaki dari bahaya
seperti tumpahan B3 di lantai.
c. Perlindungan Mata, Wajah dan Kepala:Kenakan kacamata keselamatan dengan pelindung
samping untuk bekerja dengan bahan berbahaya. Juga harus disediakan kaca mata benturan
yang dilengkapi pelindung percikan (kaca mata pelindung percikan bahan berbahaya),
pelindung wajah sepenuhnya yang juga melindungi tenggorokan, dan pelindung mata khusus
(yaitu perlindungan terhadap sinar ultraviolet atau sinar laser). Helm, dengan atau tanpa
penutup wajah, penggunaannya tergantung pada jenis kegiatannya.
d. Pelindung Tangan : Sepanjang waktu, gunakan sarung tangan yang sesuai dengan derajat
bahaya. Untuk penanganan B3 dan limbah B3 diperlukan sarung tangan double yang dapat
memberikan perlindungan dari bahan berbahaya, bebas dari bedak, terbuat dari lateks, nitril
atau neoprene. Krim dan lotion penghalang dapat memberi perlindungan kulit tetapi tidak
akan pernah menggantikan sarung tangan, pakaian pelindung, atau peralatan pelindung
lainnya.
e. Masker hidung/pernapasan. Untuk mencegah terhirupnya aerosol/uap tepung obat/bahan
berbahaya, maka harus menggunakan masker yang terstandarisasi
7.2.2. Biological safety cabinet (BSC)
Alat ini digunakan untuk pencampuran obat kemoterapi yang berfungsi untuk melindungi
petugas, materi yang dikerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip kerja dari alat ini adalah tekanan
udara di dalam lebih negative dari tekanan udara di luar sehingga aliran udara bergerak dari luar
ke dalam BSC. Di dalam BSC aliran udara bergerak vertical membentuk barier sehingga jika
ada peracikan, obat tidak akan terkena pada petugas. Untuk validasi, alat ini harus dikalibrasi
setiap 6 bulan
7.2.3. Hygiene Perorangan
Fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun harus disediakan bagi semua petugas
yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan B3 dan limbah B3. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi risiko yang muncul akibat penanganan B3 dan limbah B3. Setiap petugas
diwajibkan mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktivitas yang berhubungan dengan
B3 dan limbah B3.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu dapat dilakukan melalui monitoring dan evaluasi.
8.1. Monitoring
Dalam pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Umum Sinar
Husni dilakukan monitoring untuk dapat menemukan permasalahan dan mencari solusi
penanganan terhadap masalah tersebut. Monitoring dilakukan terhadap:
1. Sarana, prasarana dan peralatan yang berhubungan dengan pengelolaan B3 dan limbah B3
2. MSDS/LDP, pedoman pengelolaan B3, SPO, larangan merokok diarea B3 serta kebijakan
lain yang berhubungan dengan pengelolaan B3
3. Pengamatan terhadap petugas yang pekerjaannya berhubungan dengan B3, apakah alur kerja
yang dilakukan aman dan sesuai dengan SPO
4. Pengamatan terhadap APD yang disediakan apakah sudah sesuai dengan MSDS dan apakah
APD yang disediakan digunakan oleh petugas selama melaksanakan tugasnya
5. Pengamatan terhadap kelayakan APD yang tersedia
6. Lokasi penyimpanan apakah sudah sesuai standar
7. Tanda-tanda bahaya yang disediakan apakah masih jelas terlihat
8. Hasil pemeriksaan kesehatan petugas yang berhubungan dengan B3
9. Tabung gas medis yang sudah lama tersimpan
10. Kebersihan lokasi penyimpanan B3 dan limbah B3
8.2. Evaluasi
Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus diikuti dengan evaluasi demi perbaikan
kedepannya. Evaluasi pada pengelolaan B3 ini dilakukan terhadap hasil laporan bulanan maupun
hasil monitoring yang telah dilaksanakan. Demikian pula bila terjadi kecelakaan (insiden) yang
berhubungan dengan B3, perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil investigasi yang telah
dilakukan, untuk mencegah terjadinya kecelakaan berulang dikemudian hari.
BAB IX
PENUTUP
Demikian pedoman pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) ini dibuat untuk
pengelolaan B3 di Rumah Sakit Umum Sinar Husni, sehingga pengelolaan B3 di Rumah Sakit
Umum Sinar Husni dilaksanakan sesuai ketentuan dalam pedoman ini. Pedoman ini berlaku
terhitung sejak buku pedoman ini ditandatangani oleh Direktur Rumah Sakit Umum Sinar Husni
dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam pedoman ini, maka akan dilakukan
peninjauan kembali/perbaikan sebagaimana mestinya.
LAMPIRAN
FORM PENERIMAAN B3
RSU Sinar Husni
Nama :
Nomor Katalog :
Bahan :
Tempat :
Karakteristik Bahaya :
Nomor :
Keadaan
Tanggal Masuk Keluar Persediaan Keterangan Paraf
Baik Rusak Baik Rusak Baik Rusak
FORM PERMINTAAN REAGEN
Nama Laboran (Analis) :
Jenis reagen yang diminta :
Jumlah :
Keperluan :
Hari/tanggal penggunaan :
Jam :
Laboran (Analis) Disetujui Oleh:
Penanggung Jawab Laboratorium :
--------------------- --------------------------------------
--------------------
-----------------