Anda di halaman 1dari 43

PEDOMAN PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3

RSU SINAR HUSNI

Tahun 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Adapun klasifikasi dari masing - masing B3dibedakan oleh sifat-sifatnya berikut ini:
a. mudah meledak (explosive)
b. pengoksidasi (oxidizing)
c. sangat mudah sekali menyala (extremelyflammable)
d. sangat mudah menyala (highlyflammable)
e. mudah menyala (flammable)
f. amat sangat beracun (extremelytoxic)
g. sangat beracun (highlytoxic)
h. beracun (toxic)
i. berbahaya (harmful)
j. iritasi (irritant)
k. korosif (corrosive)
l. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to environment)
m. karsinogenik(carcinogenic)
n. teratogenik (teratogenic)
o. mutagenik (mutagenic)
p. bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure gas)
Bahan berbahaya dan beracun (B3) yang terdapat di rumah sakit berupa bahan kimia
(reagen) yang terdapat di laboratorium, gas dan uap medis yang membantu dalam proses
pelayanan, pengobatan dan terapi dalam kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
rumah sakit tidak terlepas dari pemanfaatan B3 yang juga menghasilkan limbah, menurut
Departemen Kesehatan RI, berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, limbah
medis digolongkan menjadi:
1. Limbah benda tajam yaitu objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
yang menonjol yang dapat memotong atau merusak kulit seperti jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet parteur, pecahan gelas, dan pisau bedah.
2. Limbah infeksius yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi
dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
3. Limbah jaringan tubuh yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh yang
biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi
4. Limbah sitotoksik yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik
Limbah farmasi yaitu terdiri dari obat-obatan kadaluarsa, obat yang terbuang karena batch
yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak
diperlukan lagi atau limbah yang dari proses produksi obat.
6. Limbah kimia yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan
medis, veterinary, laboratorium, proses sterilisasi atau riset. Dalam hal ini dibedakan dengan
buangan kimia yang termasuk dalam limbah farmasi dan sitotoksik
7. Limbah radioaktif yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasaldari
penggunaan medis atau radionuklida.
Sementara menurut PP no. 18 tahun 1999 juncto no 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun menyatakan bahwa rumah sakit merupakan salah satu institusi
yang menjadi sumber limbah B3 yang berasal dari seluruh rumah sakit dan laboratorium klinis
antara lain:
1. Limbah Klinis
2. Produk farmasi kadaluarsa
3. Peralatan laboratorium terkontaminasi
4. Kemasan produk farmasi
5. Limbah laboratorium
6. Residu dari proses insenerasi
Selain itu, rumah sakit juga menghasilkan limbah B3 yang berasal dari oli bekas buangan genset
(mesin diesel) sebagai penghasil listrik alternatif.
Di samping manfaatnya yang cukup besar, disisi lain bahan-bahan yang digunakan dalam
mendukung pelayanan kesehatan ini dapat membahayakan pasien, petugas ataupun lingkungan
rumah sakit jika tidak dikelola dengan benar. Untuk itu perlu disusun Pedoman Pengelolaan
Bahan dan Limbah Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit Sinar Husni.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pedoman ini adalah sebagai bahan acuan dalam pelaksanaan
pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Umum Sinar Husni
sehingga tercipta kesehatan dan keselamatan pasien, keluarga pasien, petugas terkait dan
pengunjung Rumah Sakit Umum Sinar Husni.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pedoman ini meliputi penanganan bahan dan limbah berbahaya dan
beracun Rumah Sakit Umum Sinar Husni yang meliputi pelabelan B3, penyimpanan B3,
penggunaan B3, pengangkutan dan penyimpanan sementara limbah B3.
1.4. Batasan Operasional
1.4.1. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang berhubungan dengan inventarisasi B3/limbah B3,
penyimpanan B3/limbah B3, pendistribusian B3, serta pembuangan limbah B3.
1.4.2. Bahan berbahaya dan beracun yang terdapat di Rumah Sakit Umum Sinar Husni terdiri
dari reagen laboratorium, gas dan uap medis, dan pengobatan.
1.4.3. Penyimpanan bahan reagensia adalah suatu tindakan menyimpan bahan reagensia sesuai
dengan sifat reagen masing-masing, ke dalam suatu wadah atau tempat yang memiliki
kriteria dimana apabila reagen tersebut di simpan di dalamnya, reagen tersebut awet dan
efek yang di timbulkanreagen tersebut tidak menimbulkan gejala-gejala negatif, baik di
dalam laboratorium maupun diluar laboratorium.

1.4.4. Lembaran Data Pengaman (LDP)/ Material Safety Data Sheet (MSDS) adalah lembar
petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisika, kimia dari bahan berbahaya, jenis
bahaya yang dapat ditimbulkan, cara, penangananan dan tindakan khusus yang
berhubungan dengan keadaan darurat di dalam penanganan bahan berbahaya.
1.4.4. Simbol adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3/ limbah B3
1.4.5. Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3/
limbah B3
1.4.6. Spill Kit adalah kit atau seperangkat alat yang digunakan untuk menangani jika terjadi
tumpahan bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, bahan infeksius, logam berat atau
minyak agar tidak membahayakan penghuni dan lingkungan sekitarnya.
1.4.7. Limbah B3 Rumah Sakit Sinar Husni terdiri dari limbah B3 padat dan cair
1.4.8. Limbah B3 padat terdiri dari limbah klinis padat, produk farmasi kadaluarsa dalam
bentuk padatan, peralatan lab terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah
laboratotium padat
1.4.9. Limbah B3 cair terbagi menjadi limbah B3 cair medis yang terdiri dari limbah klinis cair,
produk farmasi kadaluarsa dalam bentuk cairan, serta limbah cair dari laboratorium.
Sementara limbah B3 cair non medis yaitu oli bekas hasil buangan mesin diesel (genset).
1.5. Landasan Hukum
1.5.1 Peraturan pemerintah No. 18 tahun 1999 Juncto No 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
1.5.2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya Dan Beracun
1.5.3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun
1.5.4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 07 Tahun 2019 Tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
1.5.5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1439/Menkes/Sk/XI/2002
Tentang Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
1.5.6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian
Simbol dan Label pada Bahan Berbahaya dan Beracun
1.5.7. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor :
Kep-05/Bapedal/09/1995 Tentang Simbol Dan Label Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun
1.5.8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit
1.5.9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia no 14 Tahun 2013 Tentang
Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


2.1.1. Penanggung jawab Pengelolaan Limbah B3 adalah seorang tenaga yang memiliki
kualifikasi sanitarian keselamatan kerja serendah-rendahnya berijazah sarjana (S1) di
bidang kesehatan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, teknik lingkungan, teknik
kimia, dan teknik sipil.
2.1.2. Tenaga kerja dengan kelainan penglihatan, pendengaran atau penciuman dan mereka
yang berusia kurang dari 18 tahun tidak dibenarkan bekerja dengan bahan-bahan yang
berbahaya.
2.1.3. Orang-orang yang bekerja berhubungan dengan B3 dan limbah B3 harus orang yang
sudah berpengalaman atau orang yang sudah mendapat pelatihan dan dipastikan betul-
betul memahami risiko bahaya dan mampu melakukan tindakan jika terjadi keadaan
darurat misalnya terjadi tumpahan atau ledakan B3.

2.2. Distribusi Ketenagaan


Penanggung jawab Pengelolaan B3 : 1 orang
Penanggung jawab Limbah B3 : 1 orang
Petugas Gudang B3 : 1 orang
Petugas Limbah B3 : 1 orang

2.3. Pengaturan Jaga


2.3.1. Jaga dilakukan dengan sistem shift, yang terbagi dalam 3 shift, jam kerja shift
disesuaikan dengan pengaturan yang telah ditetapkan dalam peraturan kepegawaian
Rumah Sakit Sinar Husni.

2.3.2. Setiap petugas mencatat seluruh masalah-masalah yang terjadi pada tiap shift jaga dan

Setiap pertukaran shift, petugas jaga melakukan koordinasi dan melaksanakan serah
terima tugas antar shift
BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1. Penyimpanan B3
a. Lemari penyimpanan harus terbuat dari bahan yang kuat dan tidak bereaksi dengan bahan
yang disimpan. Penggunaan lemari kayu harus dihindarkan
b. Kondisi ruangan harus dingin/menggunakan AC atau dengan dilengkapi exhaust fan, lampu
ruangan pilih yang fire proof, dan kalau tidak dilengkapi dengan AC, ruangan harus punya
sirkulasi udara yg baik Karena ada beberapa reagen yg penyimpananya dibawah suhu 25 0C,
pantau suhu ruangan maksimal 30 0C.
c. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan
sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang
menuju ruang asap atau ke luar ruangan.
d. Di dalam lokasi penyimpanan harus dilengkapi dengan system tanggap darurat dan P3K
e. Lokasi ruang gas medis mudah dijangkau transportasi untuk pengiriman dan pengambilan
tabung
f. Harus aman/jauh dari kegiatan yang memungkinkan terjadinya ledakan/kebakaran
g. Jauh dari sumber panas oli dan sejenisnya
h. Disediakan ruang operator/petugas dan dilengkapi fasilitas kamar mandi/WC
i. Ukuran Ruangan gas medis, Luas ruangan disesuaikan dengan jumlah dan jenis gas medis
yang dipergunakan dan memperhatikan kelonggaran bergerak bagi operator/petugas pada
saat penggantian/pemindahan tabung dan kegiatan pemeliharaan
j. Bangunan Ruangan gas medis harus memenuhi persyaratan :
 Konstruksi beton permanen
 Penerangan yang memadai
 Sirkulasi udara yang cukup
k. Kelengkapan Sentral Gas Medis
 Dipasang alat pemadam kebakaran
 Dipasang sekat/pemisah antara jenis-jenis gas yang ada dan dilengkapi dengan pintu
 Dipasang rambu bahaya dan alarm
 Disediakan tool kit khusus dan tidak dicampur dengan peralatan lain
 Dipasang alat komunikasi
l. Penataan Ruang Sentral Gas Medis
 Harus diatur penempatan tabung–tabung kosong dan tabung berisi
 Dilarang menyimpan barang–barang selain untuk keperluan penanganan gas pada
ruangan penyimpanan gas dan sentral gas;
 Apabila tabung tidak dipergunakan atau tidak disambungkan ke instalasi perpipaan gas
medis, kran induk harus selalu tertutup, walaupun tabung dalam keadaan kosong
 Diupayakan jangan sampai ada tabung yang jatuh/roboh.
3.2. Penyimpanan Limbah B3
3.2.1. Lokasi Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3
Lokasi untuk penyimpanan limbah B3 harus memenuhi persyaratan teknis
sehingga meminimalkan dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan
sekitarnya antara lain:
1. Letak lokasi TPS berada di area kawasan kegiatan
2. Merupakan daerah bebas banjir
3. Letak bangunan berjauhan atau pada jarak yang aman dari bahan lain yang
mudah terkontaminasi dan/atau mudah terbakar dan atau mudah bereaksi
atau tidak berdekatan dengan fasilitas umum.
3.2.2. Tempat Penyimpanan
1. Bangunan Tempat penyimpanan sementara limbah B3 harus memenuhi persyaratan teknis
antara lain:
a) memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan jenis,
karakteristik dan jumlah limbah B3 yang disimpan.
b) bangunan beratap dari bahan yang tidak mudah terbakar, dan memiliki ventilasi udara yang
memadai.

Gambar 1. Sirkulasi Udara Dalam Ruang Penyimpanan Limbah B3


c) terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak langsung.
d) memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai.
e) lantai harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak.Lantai bagian dalam dibuat
melandai turun kearah bak penampungan dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian
luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir
kearah menjauhi bangunan penyimpanan.
Gambar 2. Tata Ruang Tempat Penyimpanan Limbah B3
f) mempunyai dinding dari bahan yang tidak mudah terbakar.
g) bangunan dilengkapi dengan simbol.
h) dilengkapi dengan penangkal petir jika diperlukan.
i) Bila tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpanlimbah B3 yang mudah terbakar
maka bangunan tempatpenyimpanan limbah B3 harus:
i. tembok beton bertulang atau bata merah atau bata tahan api
ii. lokasi harus dijauhkan dari sumber pemicu kebakaran dana tau sumber panas
j) Bila tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpanan limbah B3 yang mudah
meledak maka bangunan tempat penyimpanan limbah B3 harus:
i. kontruksi bangunan baik lantai, dinding maupun atap harusdibuat dari bahan tahan
ledakan dan kedap air. Kontruksi lantai dan dinding harus lebih kuat dari kontruksi
atap,sehingga bila terjadi ledakan yang sangat kuat akan mengarah ke atas (tidak
kesamping).
ii. suhu dalam ruangan harus dapat dikendalikan tetap dalam kondisi normal.
k) Bila tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpanan limbah B3 yang mudah
reaktif, korosif dan beracun maka bangunan tempat penyimpanan limbah B3 harus:
i. kontruksi dinding harus dibuat mudah lepas, guna memudahkan pengamanan limbah B3
dalam keadaan darurat.
ii. kontruksi atap, dinding dan lantai harus tahan terhadap korosi dan api.
l) dan hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah:
i. Jika yang disimpan 100% limbah B3 berupa fasa cair, makatempat penyimpanan
memerlukan bak penampung (untuk menampung jika terjadi bocor / tumpahan) dengan
volume minimal 110% dari volume kemasan terbesar yang ada.
ii. lokasi bak penampungan sebaiknya berada didalam tempat penyimpanan dan jika bak
penampung berada diluar tempat penyimpanan, maka :
• bak penampung harus dalam keadaan tertutup
• bak penampung harus dibuat kedap air
• saluran dari lokasi tumpahan dalam tempat penyimpananmenuju bak penampung
harus dalam keadaan tertutupdan dibuat melandai dengan kemiringan minimal 1%
menuju bak penampung.
iii. Penyimpanan limbah B3 fasa cair yang mudah menguap dalam kemasan, harus
menyisakan ruang 10% dari total volume kemasan
Jika yang disimpan berupa fasa padat, maka :
• tempat penyimpanan tidak memerlukan bak penampung.
• lantai tempat penyimpanan tidak perlu ada kemiringan.
m) Jika yang disimpan limbah B3 yang memiliki sifat selfcombustion, perlu dipertimbangkan
untuk mengurangi kontak langsung dengan oksigen.
n) Jika limbah B3 yang disimpan berupa fasa padat dimanakandungan air masih memungkinan
terjadi rembesan atauceceran (misal sludge IPAL), maka :
i. tempat penyimpanan memerlukan bak penampung dengan volume bak penampung
disesuaikan dengan perkiraan volume ceceran.
ii. bak penampung harus dibuat kedap air.
iii. kemiringan lantai minimal 1% menuju saluran bak penampung.
o) Jika yang disimpan berupa limbah B3 dengan karakteristik berbeda, maka :
i. perlu ada batas pemisah antara setiap jenis limbah yang berbeda karakteristik.
ii. memerlukan bak penampung dengan volume yang disesuaikan.
iii. bak penampung harus dibuat kedap air.
iv. kemiringan lantai minimal 1% mengarah ke saluran bak penampung.
p) Jika bangunan tempat penyimpanan berada lebih tinggi dari bangunan sekitarnya, maka
diperlukan penangkal petir
q) Luas area tempat penyimpanan:
Luas area tempat penyimpanan disesuaikan dengan jumlah limbah yang dihasilkan /
dikumpulkan dengan mempertimbangkan waktu maksimal penyimpanan selama 90hari .
2. Jika menyimpan dalam jumlah yang besar per satuan waktu tertentu seperti fly ash, bottom
ash, nickel slag, iron slag, sludge oil, drilling cutting maka tempat penyimpanan dapat
didesain sesuai dengan kebutuhan tanpa memenuhi sepenuhnya persyaratan yang ditetapkan
pada butir 1 (satu) di atas.
3. Tempat penyimpanan limbah B3 dapat berupa tanki atau silo.
4. Sarana lain yang harus tersedia adalah:
a. Peralatan dan system pemadam kebakaran
b. Pagar Pengaman
c. Pembangkit listrik cadangan
d. Fasilitas pertolongan pertama
e. Peralatan komunikasi
f. Alarm
g. Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan
B.3. Pengemasan
B.3.1. Pra Pengemasan
a. mengetahui karakteristik limbah dapat dilakukan melalui pengujian laboratorium
b. bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya terhadap jenis dan
karakteristik limbah yang akan dikemas.
B.3.2. Persyaratan Umum Pengemasan
a. Kemasan (drum, tong atau bak kontainer) yang digunakan harus :
i. Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak;
ii. Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang akan disimpan;
iii. Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya
iv. Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
pemindahan atau pengangkutan.
b. Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa drum/tong dengan volume
50 liter, 100 liter atau 200 liter, atau dapat pula berupa bak kontainer berpenutup dengan
kapasitas 2M3, 4 M3 atau 8 M3
c. Limbah B3 yang disimpan dalam satu kemasan adalah limbah yang sama, atau dapat pula
disimpan bersama-sama dengan limbah lain yang memiliki karakteristik yang sama, atau
dengan limbah lain yang karakteristiknya saling cocok.
d. Untuk mempermudah pengisian limbah ke dalam kemasan, sertaagar lebih aman, limbah B3
dapat terlebih dahulu dikemas dalamkantong kemasan yang tahan terhadap sifat limbah
sebelum kemudian dikemas dalam kemasan
e. Pengisian limbah B3 dalam satu kemasan harus dengan mempertimbangkan karakteristik dan
jenis limbah, pengaruh pemuaian limbah, pembentukan gas dan kenaikan tekanan selama
penyimpanan.
i. Untuk limbah B3 cair harus dipertimbangkan ruangan untuk pengembangan volume dan
pembentukan gas
ii. Untuk limbah B3 yang bereaksi sendiri sebaiknya tidak menyisakan ruang kosong dalam
kemasan
iii. Untuk limbah B3 yang mudah meledak kemasan dirancang tahan akan kenaikan tekanan
dari dalam dan dari luar kemasan.
f. Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi limbahB3 dan disimpan ditempat
penyimpanan harus dilakukan pemeriksaan kondisi kemasan sekurang - kurangnya 1 (satu)
minggu satu kali.
i. apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat atau bocor), maka isi
limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan ke dalam drum/tong yang baru, sesuai
dengan ketentuan
ii. apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, makatumpahan limbah tersebut harus
segera diangkat dan dibersihkan, kemudian disimpan dalam kemasan limbah B3 terpisah
g. Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaansesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang tata cara dan persyaratan
bagi penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 :
1) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus sesuai dengan karakteristik limbah
yang dikemas.
2) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus mempunyai ukuran minimum
adalah 10 cm x 10 cm atau lebih besar.
3) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harusterbuat daribahan yang tahan
terhadap goresan atau bahan kimia yang mungkin mengenainya dan harus melekat kuat
pada permukaan kemasan.
4) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus dipasangpada sisi – sisi kemasan
yang tidak terhalang oleh kemasan laindan mudah terlihat.
5) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 tidak bolehterlepas, atau dilepas dan
diganti dengan simbol lain sebelumkemasan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa
limbah B3.
6) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 yang kemasannyatelah dibersihkan dan
akan dipergunakan kembali untukpengemasan limbah B3 harus diberi label “KOSONG”
7) Label harus dipasang pada kemasan limbah B3 yang berfungsiuntuk memberikan
informasi dasar mengenai kualitatif dankuantitaif dari suatu limbah B3 yang dikemas
3.4.Persyaratan Khusus Bangunan Penyimpanan Limbah B3
3.4.1. Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar
 Jika bangunan berdampingan dengan gudang lain maka harusdibuat tembok pemisah tahan
api, berupa tembok beton bertulang, tebal minimum 15 cm atau tembok bata merah, tebal
minimum 23 cm ataublok-blok (tidak berongga) tak bertulang, tebal minimum30 cm.
 Pintu darurat dibuat tidak pada tembok tahan api
 Jika bangunan dibuat terpisah dengan bangunan lain, maka jarak minimum dengan bangunan
lain adalah 20 meter.
 Untuk kestabilan struktur pada tembok penahan api dianjurkan agar digunakan tiang-tiang
beton bertulang yang tidak ditembusi oleh kabel listrik.
 Struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah menyala. Konstruksi atap
dibuat ringan, dan mudah hancur bila ada kebakaran, sehingga asap dan panas akan mudah
keluar.
 Penerangan, jika menggunakan lampu, harus menggunakaninstalasi yang tidak menyebabkan
ledakan/percikan listrik (explotion proof).
 Faktor-faktor lain yang harus dipenuhi:
1. Sistem pendeteksi dan pemadam kebakaran
2. Persediaan air untuk pemadam api
3. Hidran pemadam api dan perlindungan terhadap hidran.

3.4.2. Rancang bangun untuk penyimpanan limbah B3 mudah meledak


 Konstruksi bangunan baik lantai, dinding maupun atap harusdibuat tahan ledakan dan kedap
air. Konstruksi lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari konstruksi atap, sehingga bila terjadi
ledakan yang sangat kuat akan mengarah ke atas (tidak ke samping).
 Suhu dalam ruangan harus dapat dikendalikan tetap dalamkondisi normal. Desain bangunan
sedemikian rupa sehinggacahaya matahari tidak langsung masuk ke ruang gudang.
3.4.3. Rancang bangun khusus untuk penyimpan limbah B3 reaktif korosif dan beracun
 Konstruksi dinding harus dibuat mudah dilepas, guna memudahkan pengamanan limbah B3
dalam keadaan darurat.
 Konstruksi atap, dinding dan lantai harus tahan terhadapkorosi dan api.
3.4.4. Persyaratan bangunan untuk penempatan tangki
 Tangki penyimpanan limbah B3 harus terletak di luar bangunan tempat penyimpanan limbah
B3
 Bangunan penyimpanan tangki merupakan konstruksi tanpa dinding yang memiliki atap
pelindung dan memiliki lantai yang kedap air
 Tangki dan daerah tanggul serta bak penampungannya harus terlindung dari penyinaran
matahari secara langsung serta terhindar dari masuknya air hujan, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
4.1. Penanganan B3
Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menagani tumpahan, menggunakan, dll)
B3, setia petugas wajib mengetahui betul jenis bahan dan cara penanganannya dengan melihat
SPO dan MSDS yang telah disediakan. Secara umum, penanganannya meliputi:
a. Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan
b. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan
c. Letakkan bahan sesuai dengan ketentuan
d. Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk
e. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan
f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di lokasi yang sama
g. Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata
h. Pastikan kerja aman sesuai dengan prosedur dalam pengambilan dan penempatan bahan,
hindari terjadinya tumpahan atau kebocoran
i. Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas
j. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan bahaya/
kecelakaan atau nyaris celaka (near miss) melalui formulir yang telah disediakan dan sesuai
alur yang telah ditetapkan

Penyimpanan Bahan Berbahaya


1. Bahan berbahaya yang telah diterima disimpan secara terpisah didalam lemari tertutup
2. Pada kemasan lihat dan ikuti cara penyimpanan B3
3. Kelompokkan bahan berbahaya dan beracun berdasarkan klasifikasi:
- Mudah meledak(explosive)
- Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
- Pengoksidasi (oxidizing)
- Sangat mudah menyala (highlyflammable)
- Mudah menyala (flammable)
- Amat sangat beracun (extremelytoxic)
- Sangat beracun (highlytoxic)
- Beracun (moderatelytoxic)
- Berbahaya (harmful)
- Korosif (corrosive)
- Bersifatiritasi (irritant)
- Berbahaya bagi lingkungan (dangeroustotheenvironment)
- Karsinogenik (carcinognenic)
- Teratogenik (teratogenic)
- Mutagenik (mutagenic)
4. Beri symbol / label sesuai klasifikasi B3
5. Beri tanda peringatan ”Dilarang Merokok / Menyalakan Api ” ditempat bahan yang mudah
menyala /meledak / pengoksidasi
6. Bila terjadi tumpahan atau terkena bahan B3, maka lakukan tindakan sebagaimana
tercantum dalam MSDS
4.1.1. Inventarisasi Bahan dan Limbah Berbahaya
Inventarisasi dilakukan terhadap seluruh bahan dan limbah berbahaya yang terdapat di
Rumah Sakit Sinar Husni dengan menggunakan Daftar Inventaris Bahan Berbahaya meliputi
nama bahan, estimasi volume yang tersimpan, kemampuan menyala, toksisitas, kemungkinan
sumber bahaya terhadap air dan lokasi penyimpanannya (Form terlampir). Setiap bahan
berbahaya yang terdapat di area Rumah Sakit wajib diberi simbol dan label serta memiliki
Lembaran Data Pengaman (LDP)/Material Safety Data Sheet (MSDS) yang memuat tentang:
1. IDENTIFIKASI
Nama bahan :
Nama dagang :
Nama Pabrik Pembuat :
Alamat Pabrik :
Telepon :
2. INFORMASI SENYAWA/ZAT DAN KOMPOSISINYA
Nama bahan :
Rumus Kimia :
CAS No. :
Resiko bahaya :
3. BAHAYA
Deskripsi bahaya, misalnya :
- Sangat toksis dengan inhalasi, kontak kulit dan mata,
- Kontak dengan asam menghasilkan gas toksis
4. TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA
Informasi Umum :
Bila Terinhalasi :
Bila Kontak dengan kulit :
Bila kontak dengan mata :
Bila tertelan :
Instruksi kepada dokter :
5. TINDAKAN BILA TERJADI KEBAKARAN
Bahan pemadam yang bias dan yang tidak bias digunakan, peralatan khusus yang dipakai.
6. TINDAKAN PENANGANAN TUMPAHAN/BOCORAN
Hal-hal yang harus dilakukan dalam menangani tumpahan/bocor bahan, supaya aman
7. PENANGANAN DAN PENYIMPANAN
Bahan berbahaya yang berisiko terhadap kesehatan dan lingkungan harus ditangani secara
khusus, terutama penggunaan alat pelindung diri bagi pekerja yang langsung berhubungan
dengan bahan tersebut.
8. ALAT PELINDUNG DAN KONTROL PEMAPARAN
Nilai ambang batas di tempat kerja, serta alat-alat pelindung diri
9. SIFAT FISIKA KIMIA
Uraian keterangan berisi informasi atau data mengenai sifat fisika dan kimia bahan tersebut.
10. STABILITAS DAN REAKTIVITAS
11. INFORMASI TOKSIKOLOGI
Toksisitas akut, toksisitas terhadap manusia.
12. DATA EKOLOGI
13. INFORMASI CARA PEMBUANGAN
14. INFORMASI TRANSPORTASI
15. PENANDAAN
16. INFORMASI TENTANG ANTIDOTUM
Informasi tentang bahan yang digunakan sebagai penawar (antidot) apabila terjadi keracunan
17. INFORMASI LAIN
4.1.2. Pemberian Simbol dan Label
a. Simbol
a.1. Jenis-jenis simbolnya antara lain:
No. Simbol Bahaya
1. Simbol B3 Mudah Meledak
Bahan kimia/produk tersebut dapat
menimbulkan ledakan

2. Simbol B3 Mudah Menyala


Bahan kimia/produk tersebut mudah
menyala dan dapat menyebabkan
kebakaran
3. Simbol B3 Bersifat Pengoksidasi
Bahan kimia/produk tersebut dapat
bereaksi hebat dengan bahan kimia lain
dan dapat menimbulkan kebakaran atau
ledakan

4. Simbol B3 Bersifat Korosif


Bahan kimia/produk tersebut dapat
menyebabkan kerusakan pada mata, kulit
dan logam karena bersifat korosif

5. Simbol B3 Bahaya Lain Berupa Gas


Bertekanan
Menunjukkan bahwa bahan kimia/produk
tersebut dapat meledak dan isinya dapat
menyebabkan kebakaran jika tabungnya
terbakar atau dipanaskan
6. Simbol B3 Beracun
Menunjukkan bahwa bahan kimia/produk
tersebut beracun (toksik) baik jika
tertelan, terkena kulit maupun terhirup

7. Simbol B3 Bersifat Karsinogenik


Menunjukkan bahwa bahan kimia/produk
tersebut dapat menyebabkan masalah
kesehatan yang serius dalam jangka
panjang, misal: kanker, gangguan
kesuburan, cacat pada janin, kerusakan
pada organ, dll
8. Simbol B3 Bersifat Berbahaya Bagi
Lingkungan
Menunjukkan bahwa bahan kimia/produk
tersebut dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan, baik ditanah maupun
diperairan
9. Simbol B3 Bersifat Iritasi
Menunjukkan bahwa Bahan
kimia/produk tersebut relatif kurang
bahaya, dengan kata lain AWAS.
Misalkan hanya menyebabkan iritasi atau
gatal-gatal pada kulit.
Tabel 3.1. Simbol B3

a.2. Bentuk Dasar, Ukuran, dan Bahan

Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat sehingga membentuk belah ketupat.
Pada keempat sisi belah ketupat tersebut dibuat garis sejajar yang menyambung sehingga
membentuk bidang belah ketupat dalam dengan ukuran 95 persen dari ukuran belah ketupat.
Warna garis yang membentuk belah ketupat dalam sama dengan warna gambar simbol. Pada
bagian bawah simbol terdapat blok segilima dengan bagian atas mendatar dan sudut terlancip
berhimpit dengan garis sudut bawah belah ketupat bagian dalam. Panjang garis pada bagian
sudut teriancip adalah 1/3 dari garis vertikal simbol dengan lebar 1/2 dari panjang garis
horizontal belah ketupat dalam (gambar 1).

Simbol yang dipasang pada kemasan minimal berukuran 10 cm x 10 cm, sedangkan simbol pada
kendaraan pengangkut limbah B3 dan tempat penyimpanan limbah B3 minimal 25 cm x 25 cm.

Gambar 1. Bentuk dasar symbol


a.3. Jenis-Jenis Simbol Limbah B3
 Simbol mudah meledak
Warna dasar bahan oranye. Simbol berupa gambar berwarna hitam suatu materi limbah
yang menunjukkan meledak, yang terletak di tepi antara sudut atas dan sudut kiri belah
ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan "MUDAH MELEDAK"
berwarna hitam yang diapit oleh 2 (dua) bangun segitiga sama kaki pada bagian dalam
belah ketupat. Blok segilima berwarna merah.

Gambar 2. Simbol Mudah Meledak (Explosive)


 Simbol mudah terbakar
Terdapat 2 (dua) macam simbol untuk klasifikasi limbah yang mudah terbakar, yaitu
simbol untuk cairan mudah terbakar dan padatan mudah terbakar :
 Simbol cairan mudah terbakar.
Bahan dasar berwarna merah. Gambar simbol berupa lidah api berwarna putih yang
menyala pada suatu permukaan berwarna putih. Gambar terletak di bawah sudut atas
garis ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan CAIRAN dan
dibawahnya terdapat tulisan MUDAH TERBAKAR berwarna putih. Blok segilima
berwarna putih.

Gambar 3. Cairan Mudah Terbakar


 Simbol padatan mudah terbakar.
Dasar simbol terdiri dari warna merah dan putih yang berjajar vertikal berselingan.
Gambar simbol berupa lidah api berwarna hitam yang menyala pada satu bidang
berwarna hitam. Pada bagian tengah terdapat tulisan PADATAN dan di bawahnya
terdapat tulisan ... MUDAH TERBAKAR berwarna hitam. Blok segilima berwarna
kebalikan dari warna dasar simbol.

Gambar 4. Padatan Mudah Terbakar


 Simbol Limbah B3 Reaktif
Bahan dasar berwarna kuning dengan blok segilima berwarna merah. Simbol berupa
lingkaran hitam dengan asap berwarna hitam mengarah ke atas yang terletak pada suatu
permukaan garis berwarna hitam. Di sebelah bawah gambar simbol terdapat tulisan
"REAKTIF" berwarna hitam.
Gambar 5. B3 Reaktif
 Simbol Beracun
Bahan dasar berwarna putih dengan blok segilima berwarna merah. Simbol berupa
tengkorak manusia dengan tulang bersilang berwarna hitam. Garis tepi simbol berwarna
hitam. Pada sebelah bawah gambar simbol terdapat tulisan BERACUN berwarna hitam.

Gambar 6. Simbol B3 Beracun


 Simbol Korosif
Belah ketupat terbagi pada garis horisontal menjadi dua bidang segitiga. Pada bagian atas
yang berwarna putih terdapat 2 gambar, yaitu: di sebelah kiri adalah gambar tetesan
limbah korosif yang merusak pelat bahan berwarna hitam, dan di sebelah kanan adalah
gambar lengan yang terkena tetesan limbah korosif. Pada bagian bawah, bidang segitiga
berwarna hitam, terdapat tulisan KOROSIF berwarna putih, serta blok segitiga berwarna
merah.

Gambar 7. Simbol B3 Korosif


 Simbol Menimbulkan Infeksi
Warna dasar bahan adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat bagian dalam
berwarna hitam. Simbol infeksi berwarna hitam terletak di sebelah bawah sudut atas garis
belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan "INFEKSI" berwarna
hitam, dan di bawahnya terdapat blok segilima berwarna merah.

Gambar 8. Simbol limbah B3 Menimbulkan Infeksi


Simbol Limbah B3 Klasifikasi Campuran

Gambar 9. Simbol Limbah B3 Klasifikasi Campuran

a.4. Ketentuan Dalam Pemasangan Simbol Pada Kemasan Limbah


 Jenis simbol yang dipasang harus sesuai dengan karakteristik limbah yang dikemasnya. Jika
suatu limbah memiliki karakteristik lebih dari satu, maka simbol yang dipasang adalah
simbol dari karakteristik yang dominan, sedangkan jika terdapat lebih dari satu karakteristik
dominan (predominan), maka kemasan harus ditandai dengan simbol karakteristik campuran

Gambar 2. Simbol Limbah B3 Klasifikasi Campuran


 Ukuran minimum yang dipasang adalah 10 cm x 10 cm atau lebih besar, sesuai dengan
ukuran kemasan yang digunakan
 Terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan atau bahan kimia yang mungkin
mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas atau pelat logam) dan harus melekat kuat pada
permukaan kemasannya
 Dipasang pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan lain dan mudah dilihat
 Simbol tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol lain sebelum kemasan
dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa limbah B3
 Kemasan yang telah dibersihkan dari limbah B3 dan akan dipergunakan kembali untuk
mengemas limbah B3 harus diberi label "KOSONG"
b.Label
b.1. Label B3
Untuk bahan berbahaya label yang dibuat harus memuat:

b.1.1. Pengisian label B3


Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, tidak mudah terhapus dan dipasang pada setiap
kemasan B3 dan limbah B3. Pada label wajib dicantumkan informasi minimal sebagai berikut:
No. Jenis Informasi Penjelasan Pengisian
1. Nama B3; Komposisi, No. CAS/No Nama dagang B3/ Nama bahan kimia.
UN; Produsen Komposisi atau formulasi bahan kimia
Informasi lengkap mengenai penghasil
2. Disesuaikan dengan klasifikasi B3

3. Kata Peringatan Pilih salah satu “bahaya” atau “awas” sesuai


dengan tingkat resiko
4. Pernyataan bahaya: Menjelaskan symbol secara lebih detail sesuai
- Klasifikasi B3 dengan klasifikasi B3. Misalnya: sangat mudah
- Fisik, kesehatan, lingkungan menyala, sangat beracun, karsinogenik, dll.
5. Informasi penanganan Prosedur penanganan kecelakaan dan darurat
6. Keterangan tambahan Tanggal kadaluarsa
Tujuan penggunaan
Jumlah dan isi kemasan atau container
7. Identitas pemasok Informasi lengkap mengenai pemasok

b.1.2. Pemasangan Label B3


Label B3 dipasang pada kemasan di sebelah bawah symbol dan harus terlihat dengan jelas. Label
juga harus dipasang pada wadah yang akan dimasukkan ke dalam kemasan yang lebih besar.
Contoh pemasangan symbol dan label.
Untuk reagen yang sudah dibuka, perlu ditambahkan label padawadahnya. Pelabelan reagen di
laboratorium berperan penting dalam general laboratory practices dan safety in laboratory.
Salah satu aturan safety di laboratorium adalah tidak membiarkan ada reagen dalam laboratorium
tanpa label.
LABEL REAGEN
Nama :
Nomor Reagen :
Tgl Diterima :
Tgl Kadaluarsa :
Tgl Pembukaan Reagen :
Nama & Paraf *
:
*
Merupakan Nama dan paraf orang yang pertama kali membuka reagen

Untuk obat kemoterapi, label pada wadah obat meliputi:

Nama Pasien :
No. Rekam Medis :
Obat :
Dosis :
Tanggal Pencampuran:

b.2. Label Limbah B3


b.2.1. Bentuk, warna dan ukuran
Label Identitas Limbah berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul limbah,
identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam kemasan suatu kemasan limbah B3. Label
Identitas Limbah berukuran minimum 15 cm x 20cm atau lebih besar, dengan warna dasar
kuning dan tulisan serta garis tepi berwarna hitam, dan tulisan "PERINGATAN !" dengan huruf
yang lebih besar berwarna merah
Gambar 3. Bentuk, warna dan ukuran label
Pengisian label identitas limbah
Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca dan tidak mudah terhapus serta dipasang pada
setiap kemasan limbah B3 yang disimpan di tempat penyimpanan. Wajib dicantumkan identitas
sebagai berikut:
PENGHASIL : Nama perusahaa yang menghasilkan limbah dalam kemasan
ALAMAT : Alamat jelas penghasil, termasuk kode wilayah
TELP : Nomor telepon penghasil, termasuk kode area
FAX : Nomor fax penghasil termasuk kode area
NOMOR PENGHASIL : Nomor yang diberikan Bapedal kepada penghasil ketika melaporkan
TGL. PENGEMASAN : Tanggal pada saat pengemasan limbah dilakukan
JENIS LIMBAH : Keterangan limbah berkaitan dengan fasa atau kelompok jenisnya
(cair/padat/slidge, anorganik/organik,dll)
JUMLAH LIMBAH : Jumlah total limbah kuantitas limbah dalam kemasan
KODE LIMBAH : Kode limbah yang dikemas (limbah rumah sakit D227)
LIMBAH : Karakteristik limbah yang dikemas (sesuai dengan symbol yang
dipasang)
NOMOR : Nomor urut pengemasan
b.2.2. Pemasangan label identitas limbah
Label Identitas Limbah dipasang pada kemasan di sebelah atas simbol dan harus terlihat
dengan jelas. Label ini juga harus dipasang pada kemasan yang akan dimasukkan ke dalam
kemasan yang lebih besar.

b.2.3. Label untukPenandaan Kemasan Kosong

Bentuk dasar label sama dengan bentuk dasar simbol dengan ukuran sisi minimal 10 cm x

2
10 cm dan tulisan "KOSONG" berwarna hitam di tengahnya. Label harus dipasang pada
kemasan bekas pengemasan limbah B3 yang telah dikosongkan dan atau akan digunakan
kembali untuk mengemas limbah B3.

Gambar 4. Label Kemasan Kosong

b.2.4. Label Penunjuk Tutup Kemasan


2
Label berukuran minimal 7 x 15 m dengan warna dasar putih dan warna gambar hitam.
Gambar terdapat dalam frame hitam, terdiri dari 2 (dua) buah anak panah mengarah ke atas yang
berdiri sejajar di atas balok hitam. Label terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak karena
goresan atau akibat terkena limbah dan bahan kimia lainnya.
Label dipasang dekat tutup kemasan dengan arah panah menunjukkan posisi penutup
kemasan. Label harus terpasang kuat pada setiap kemasan limbah B3, baik yang telah diisi
limbah B3, maupun kemasan yang akan digunakan untuk mengemas limbah B3.

Gambar 5. Label Tutup Kemasan

4.1.3.Pengelolaan B3
A. Pengelolaan Reagensia
A.1. Penerimaan Reagen
a. Reagen yang baru datang dicatat dalam “Form Penerimaan Reagen” untuk dicatat tanggal
kedatangan, jumlah, merk, tanggal kadaluarsa dan kelengkapan Certificate Of Analysys
(COA)
b. Pastikan seluruh reagen yang terdapat di laboratorium disertai dengan Lembar data
Pengaman (LDP)/MSDS yang mudah dipahami oleh setiap orang
c. Reagen kemudian diberi “label” yang memuat nomor reagen, tanggal diterima, tanggal
kadaluarsa, tanggal pembukaan reagen, nama dan paraf analis yang pertama kali membuka
reagen.
d. Reagen kemudian dicatat dalam “Kartu Stok B3” yang tersedia didekat tempat reagen untuk
mengontrol jumlah reagen
e. Yang berhak mengisi “Form Penerimaan Reagen“, label reagen dan kartu stok adalah
penanggung jawab B3 atau staf yang ditunjuk oleh penanggung jawab B3
f. Reagen yang sudah diberi label disimpan di ruang/lemari stok yang sesuai dengan sifat fisik
masing-masing reagen.
A.2. Tempat Penyimpanan Reagen
a. Setiap reagen yang masuk ke laboratorium disimpan di ruang/lemari stok
b. Reagen yang sudah dibuka dipindahkan dari ruang/lemari stok ke tempat penyimpanan/rak
reagen yang sesuai
c. Reagen dikeluarkan dari ruang/lemari stok dengan prinsip First Expired First Out (FEFO)
d. Tempat penyimpanan reagen di laboratorium terbagi menjadi 4 lokasi yaitu rak reagen
padat, rak reagen cair, lemari es untuk reagen yang disimpan pada suhu dingin, dan rak
reagen lemari asam untuk reagen yang bersifat pekat dan atau berbau tajam
d. Penyusunan tidak boleh melebihi batas maksimum agar tidak roboh dan rapi serta
disediakan jarak yang cukup antar wadah reagen
e. Reagen dengan wadah besar disusun paling bawah dan kemudian diikuti oleh wadah yang
lebih kecil di atasnya.
e. Ruang/lemari stok dan rak reagen harus dalam keadaan terkunci dan kunci tersebut disimpan
oleh penanggung jawab B3 atau petugas yang ditunjuk oleh penanggung jawab B3
A.3.Penyimpanan Reagen
a. Reagen yang tidak boleh disimpan dengan reagen lain, harus disimpan secara khusus dalam
wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan
sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, dan ledakan.
b. Penyimpanan reagen tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling
tinggi. Misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang
memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan
benzena harus ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada
disimpan pada cabinet bahan toxic.
A.4. Penggunaan Reagen
a. Analis yang pertama kali membuka segel reagen harus mengisi tanggal pembukaan reagen
pada label yang tertempel di wadah reagen
b. Jika reagen yang akan digunakan sudah tersedia di rak reagen, maka analis harus
memberitahukan hal tersebut kepada penanggung jawab B3
c. Analis yang menggunakan reagen harus memperhatikan sifat reagen pada simbol (misalnya
korosif, eksplosif, dll) dan keamanan proses penggunaannya antara lain mencakup lokasi
penggunaan reagen (misalnya dilemari asam) dan peralatan pelindung diri yang digunakan
(misalnya masker, sarung tangan, kacamata, dll)
d. Jika terjadi kekosongan stok reagen, maka analis harus memberitahukan kepada penanggung
jawab B3 untuk dilakukan pengajuan permintaan reagen ke farmasi untuk kemudian
dilakukan pemesanan reagen kepada supplier
A.5. Pengadaan dan Kontrol Stok Reagen
a. Setiap bulan dilakukan pengecekan terhadap stok reagen yang tersedia di laboratorium oleh
penanggung jawab B3 dan bersama-sama dengan petugas yang ditunjuk oleh Direktur
Rumah Sakit Royal Prima Medan untuk mengecek kesesuaian antara kartu stok reagen,
penggunaan dan jumlah reagen yang masih tersedia di ruangan/lemari stok dan rak reagen
b. Pengadaan reagen disesuaikan dengan kebutuhanrata-rata penggunaan reagen pemeriksaan
laboratorium
c. Reagen yang sudah mendekati tanggal kadaluarsa harus dicatat
d. Reagen yang sudah melebihi tanggal kadaluarsa tidak boleh digunakan dan dipisahkan dari
lemari stok dan ditempatkan pada tempat limbah B3
B. Penanganan Sediaan Sitostatika/Obat Kemoterapi
B.1. Penerimaan
 Obat kemoterapi yang diterima harus berasal dari pabrik yang mempunyai sertifikat
analisa.
 Obat kemoterapi harus mempunyai MSDS
 Obat yang diterima dicatat dalam kartu stok B3
B.2. Penyimpanan
 Penyimpanan obat kemoterapi dibedakan atas bentuk sediaannya, apakah berbentuk cair
atau padat
 Penyimpanan dibedakan menurut suhu dan kestabilannya.
 Dibedakan berdasarkan mudah/tidaknya meledak/terbakar
 Disimpan berdasarkan tahan/tidaknya terhadap cahaya
B.3. Penyiapan
Proses penyiapan sediaan sitostatika dilakukan dengan cara:
a. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan
b. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomor batch, tanggal
kadaluarsa), serta melengkapi formulir permintaan.
c. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas atau tidak lengkap.
d. Menghitung kesesuaian dosis.
e. Memilih jenis pelarut yang sesuai.
f. Menghitung volume pelarut yang digunakan.
g. Membuat label obat berdasarkan nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan, dosis,
cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran
h. Membuat label pengiriman terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medis, ruang perawatan,
jumlah paket
i. Melengkapi dokomen pencampuran.
B.4. Pencampuran
a. Proses pencampuran sediaan sitostatika

 Memakai APD sesuai dengan MSDS


 Mencuci tangan sebelum melakukan pencampuran obat
 Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan.
 Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
pabrik
 Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika.
 Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.
 Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.
 Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.
 Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas meja BSC.
 Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.
 Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi sediaan
sitostatika
 Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat yang harus
terlindung cahaya.
 Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan khusus.
 Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam wadah untuk
pengiriman.
 Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi melalui pass box.
 Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap
B.5. Pendistribusian
 Sebelum didistribusikan petugas instalasi farmasi harus memeriksa kembali syringe, infus
bag atau kantong benar-benar tertutup dan diseal
 Mendesinfeksi bagian luar dengan alkohol 70 %
 Memberikan label pasien dan label peringatan pada sediaan akhir
 Membawa sediaan akhir dengan troli tertutup yang ada label sitostatika.
C. Penanganan Gas Medis
C.1. Penyimpanan
 Tabung gas medis harus disimpan berdiri, dipasang penutup kran dan dilengkapi tali
pengaman untuk menghindari jatuh pada saat terjadi goncangan
 Gas medis disimpan dan dipisahkan berdasarkan jenis gas medis, oksigen tabung,
oksigen cair, N2O, CO2, harus terpisah
 Bila silinder dibungkus pada saat diterima, pembungkus tersebut harus dibuang sebelum
disimpan
 Gas medis yang sudah cukup lama disimpan agar dilakukan uji/test kepada produsen,
untuk mengetahui kondisi gas medis tersebut
 Catat gas medis yang diterima dalam:
- Kartu stok gas medis
- Buku agenda penerimaan gas medis
- Buku ekspedisi
C.2. Pendistribusian
 Distribusi gas medis dilayani dengan menggunakan Trolly yang biasaditempatkan
berdekatan dengan pasien.
 Pemakaian gas diatur melalui flow meter pada regulator.
 Penggunaan gas medis sistem tabung hanya bisa dilakukan satutabung untuk satu orang.
 Tabung gas beserta trolly harus bersih dan memenuhi syarat sanitasi/Hygiene.
 Catat gas medis yang didistribusikan dalam buku pendistribusian gas medis
4.2. Limbah B3
4.2.1. Reduksi/Minimalisasi Limbah
Untuk mereduksi limbah dapat dilakukan melalui pengelolaan B3 diantaranya dengan :
 Mengambil dan menggunakan reagen seperlunya sehingga mengurangi kemungkinan reagen
terbuang sebagai limbah
 Melakukan pencampuran obat kemoterapi sesuai dengan dosis
 Wadah gas bertekanan dan gas peralatan anastesi dikumpulkan dan dikirim ke distributor
untuk dilakukan pengisian ulang
4.2.2. Pemilahan
 Pemilahan dilakukan dari sumber limbah dan dilakukan oleh petugas ruangan
 Setiap limbah dimasukkan dalam kantong sesuai dengan jenis limbah yang dihasilkan dan
untuk limbah benda tajam dimasukkan dalam safety box untuk menghindarkan kemungkinan
tertusuk benda tajam
4.2.3. Pengumpulan
 Pengumpulan limbah B3 dari unit penghasil limbah dilakukan setiap hari
 Petugas pengumpul limbah B3 wajib menggunakan APD sesuai dengan ketentuan
 Troly pengangkutan yang digunakan adalah troly pengangkut B3 yang tertutup dan telah
diberi simbol sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang akan dikumpulkan
 Petugas ruangan penghasil limbah melakukan serah terima limbah dengan petugas sanitasi
kemudian petugas sanitasi mengumpulkan limbah yang dihasilkan
 Setiap kantong limbah atau jerigen wadah limbah dipastikan tertutup dengan rapat dan tidak
ada kemungkinan untuk tumpah
 Kantong limbah dan jerigen yang sudah tertutup itu dimasukkan ke dalam troly sesuai
dengan karakteristiknya dan dibawa ke TPS
4.2.4.Penyimpanan Limbah B3
a. Penyimpanan kemasan limbah B3
 Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2
(dua) kemasan (gambar 6), sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap
setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani.
 Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya.
 Lebar gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar
 gang untuk lalu lintas kendaraan pengangkut (forklift)
 disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya.

Gambar 6. Pola penyimpanan kemasan drum di atas palet


dengan jarak minimum antar blok
 Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan
kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum
adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet (setiap palet mengalasi 4 drum). Jika
tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat dari plastik, maka harus
dipergunakan rak
 Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan
dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter.
 Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan secara
terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak dalam bagian penyimpanan yang sama.
 Penempatan kemasan harusdengan syarat bahwa tidak ada kemungkinan bagi limbah-
limbahyang tersebut jika terguling/tumpah akan tercampur/masuk kedalam bak
penampungan bagian penyimpanan lain.
 Kemasan limbah yang sudah berisi dan yang masih kosong harus dipisahkan

b. Penyimpanan Limbah B3

 Limbah B3 yang sudah dikumpulkan dari ruangan penghasil dikeluarkan dari troly
pengangkutan limbah B3
 Limbah kemudian dimasukkan dalam tempat penampungan sementaranya. Limbah B3 padat
beserta kantong dan safety boxnya dimasukkan dalam wadah limbah B3 padat dan limbah B3
cair dimasukkan dalam wadah limbah B3 cair, dan dipisahkan antara limbah B3 cair medis
dan non medis
 Setelah selesai memindahkan limbah dari troly maka troly harus didesinfeksi dan disimpan
pada tempat troly limbah B3
c. Pemanfaatan Limbah B3
 Tabung gas oksigen dan alat anastesi dimanfaatkan kembali dengan dikirim pada distributor
untuk diisi ulang
 Oli bekas diserahkan kepada pengumpul
 Serah terima dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Umum Sinar Husni (penanggung jawab
limbah B3) dengan pihak pemanfaat dan pengumpul oli bekas yang sudah memiliki izin dari
Menteri Negara Lingkungan Hidup
 Sebelum diangkut wadah limbah B3 harus dipastikan sudah tertutup rapat
 Wadah limbah B3 kemudian dipindahkan ke dalam mobil pengangkut B3 yang telah diberi
simbol dan label B3

4.2.5. Pengolahan Limbah B3


a. Pengolahan Limbah B3 Padat
Pemusnahan limbah B3 padat dilakukan di incinerator dengan suhu 1100oC. Pemusnahan
dilakukan di PT. ARAH sesuai dengan MOU.
b. Pengolahan Limbah B3 Cair
Untuk pengelolaan limbah B3 cair medis dilakukan penyaluran ke IPAL untuk dapat
dilakukan pengolahan fisik dan kimia. Dimana proses fisik merupakan proses pemisahan antara
cairan dan padatan dengan cara pengendapap dan penyaringan sedangkan proses kimia
merupakan proses pengikatan unsur-unsur kimia yang tidak dikehendaki dan tidak dapat terpisah
dalam proses fisik dengan cara membubuhkan bahan kimia sebagai koagulan. Tahapan
pengolahannya antara lain:
b.1. Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment)
Pengolahan pendahuluan dilakukan terutama untuk meringankan proses selanjutnya
dalam rangkaian pengolahan, yaitu agar benda-benda kasar tidak masuk ke instalasi. Pengolahan
ini menggunakan proses fisika yaitu perbedaan berat jenis, gaya grafitasi, pencampuran mekanis,
dsb. Pengolahan pendahuluan bertujuan untuk:
- Menyaring benda-benda kasar
- Memisahkan minyak/lemak yang terdapat dalam limbah
- Menangkap pasir
- Meratakan konsentrasi/lualitas/aliran/kuantitas limbah cair yang akan diolah.

b.2. Pengolahan pertama (Primary Treatment)

Pengolahan pertama berguna untuk mengurangi benda-benda (partikel) padat dan terdiri
dari unit pengendapan dengan proses sedimentasi. Pengolahan pertama dapat berupa:

- Pengendapan dengan kondisi sangat tenang (sedimentasi)


- Penambahan bahan kimia untuk menetralkan limbah
b.3. Pengolahan Kimia

Pengolahan kimia berguna untuk mengikat unsur-unsur kimia dalam limbah cair yang
tidak dikehendaki dan untuk mengendapkan zat padat tersuspensi. Pengolahan kimia dapat
berupa:

- Koagulasi dengan menambahkan bahan koagulan


- Flokulasi dengan menambahkan bahan flokulan
- Desinfeksi dengan menambahkan bahan desinfektan seperti chlorine atau kaporit untuk
membunuh bakteri, mengurangi atau membunuh mikroorganisme pathogen yang ada dalam
air limbah
Sisa padatan (lumpur) dari limbah cair harus dimasukkan dalam wadah limbah B3 padat
untuk dilakukan pemusnahan
4.2.5. Peralatan dan prosedur perlindungan yang benar pada saat penggunaan, ada tumpahan
(spill) atau paparan (exposure)
Peralatan dan prosedur yang benar pada saat penggunaan, terjadi tumpahan atau paparan
harus disesuaikan dengan MSDS/LDP yang telah disediakan pabrik. Sehingga sebelum
melakukan pekerjaan ataupun prosedur jika terjadi tumpahan atau paparan, petugas wajib
memahami tentang informasi yang tertera di MSDS/LDP sesuai dengan B3 yang sedang
digunakan atau ditangani.
a. Penanganan Pada Petugas Terpapar
Penanganan terhadap petugas yang terpapar B3 dan limbah B3 adalah sebagai berikut:
a.1. Kontak Dengan Kulit
 Tanggalkan sarung tangan.
 Bilas kulit dengan air hangat.
 Cuci dengan sabun, bilas dengan air hangat.
 Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan larutan Chlorin 5 %
dan bilas dengan air hangat.
 Jika kulit sobek pakai H2O2 3 %.
 Catat jenis obatnya dan siapkan antidot khusus.
 Tanggalkan seluruh pakaian alat pelindung diri (APD)
 Laporkan ke penanggung jawab untuk kemudian dilaporkan pada tim K3RS Royal Prima
Medan
 Lengkapi format kecelakaan.
a.2. Kontak Dengan Mata
 Minta pertolongan.
 Tanggalkan sarung tangan.
 Bilas mata dengan air mengalir dan rendam dengan air hangat selama 5 menit.
 Letakkan tangan di sekitar mata dan cuci mata terbuka dengan larutan NaCl 0,9%.
 Aliri mata dengan larutan pencuci mata.
 Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
 Catat jenis obat yang tumpah.
 Laporkan ke penanggung jawab untuk selanjutnya dilaporkan pada tim K3 RS Royal
Prima Medan
 Lengkapi format kecelakaan kerja.
a.3. Tertusuk Jarum
 Jangan segera mengangkat jarum. Tarik kembali plungeruntuk menghisap obat yang
mungkin terinjeksi.
 Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian buang.
 Jika perlu gunakan spuitbaru dan jarum bersih untuk mengambil obat dalam jaringan
yang tertusuk.
 Tanggalkan sarung tangan, bilas bagian yang tertusuk dengan air hangat.
 Cuci bersih dengan sabun, bilas dengan air hangat.
 Tanggalkan semua APD.
 Catat jenis obat dan perkirakan berapa banyak yang terinjeksi.
 Laporkan ke penanggung jawab untuk kemudian dilaporkan pada tim K3 RS.
 Lengkapi format kecelakaan kerja.
 Segera konsultasikan ke dokter.
b. Pengelolaan Tumpahan/ceceran B3 dan Limbah B3
Pada saat terjadi tumpahan (spill) area tersebut harus segera dibersihkan oleh petugas yang
sudah terlatih
b.1. Membersihkan Tumpahan pada Lantai
 Bila terjadi tumpahan zat berbahaya, petugas yang membersihkan harus menggunakan alat
pelindung mata, masker, sarung tangan dan overall. Respirator (masker gas) sangat
dibutuhkan jika kegiatan yang dilakukan sangat berbahaya, misalnya kegiatan yang
melibatkan debu toksik, pembersihan residu insenerator atau pencucian alat terkontaminasi.
Seluruh APD yang digunakan harus sesuai dengan LDP/MSDS bahan/ limbah berbahaya
yang ditangani.
 Isolasi daerah tumpahan
 Beri peringatan “AWAS, ADA TUMPAHAN BAHAN BERBAHAYA”
 Beri tali pembatas agar tidak ada yang melintas
 Residu harus dikumpulkan semuanya dengan menggunakan spill kit kemudian dimasukkan
ke dalam wadah yang aman. Ambil spill kit yang berisi bahan penyerap seperti lap kertas,
kain, serbuk gergaji, sekop, dll. Serbuk gergaji, pasir atau absorben lainnya yang sesuai harus
digunakan untuk menyerap tumpahan B3.
 Sisa tumpahan dalam bentuk serbuk dikumpulkan dengan sekop khusus. Semua bahan harus
disimpan dalam kantong sampah yang anti bocor setelah digunakan dan ditempatkan pada
tempat khusus pembuangan limbah B3 jangan dibuang langsung ke lingkungan.
 Jika bocoran atau tumpahan mengandung materi infeksius, maka lantai harus dibersihkan dan
didisinfeksi setelah semua limbah terkumpul. Daerah tersebut harus dinetralkan dengan
bahan penetral yang sesuai.
 Tumpahan besar dapat disiram dengan air oleh pekerja yang menggunakan pakaian
pelindung
 Petugas yang terpapar bahan berbahaya tersebut harus segera diberi pertolongan pertama
sesuai dengan yang tertera pada LDP/MSDS dan diberi antidotum jika diperlukan.

b.2. Membersihkan Tumpahan Di dalam BSC

 Serap tumpahan dengan kassa untuk tumpahan cair atau handuk basah untuk tumpahan
serbuk.
 Tanggalkan sarung tangan dan buang, lalu pakai 2 pasang sarung tangan baru
 Angkat hati-hati pecahan tajam dan serpihan kaca sekaligus dengan alas kerja/meja/penyerap
dan tempatkan dalam wadah buangan.
 Cuci permukaan, dinding bagian dalam BSC dengan detergent, bilas dengan aquadestilata
menggunakan kassa. Buang kassa dalam wadah pada buangan.
 Ulangi pencucian 3 kali
 Keringkan dengan kassa baru, buang dalam wadah buangan.
 Tutup wadah dan buang dalam wadah buangan akhir.
 Tanggalkan APD dan buang sarung tangan, masker, dalam wadah buangan akhir untuk
dimusnahkan dengan inscenerator.
 Cuci tangan

4.2.6. Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden lainnya
Setiap kejadian ataupun kecelakaan baik karena tumpahan, paparan maupun insiden
lainnya wajib dilaporkan kepada Komite K3 RSU Sinar Husni dengan ketentuan yang ditetapkan
adalah dalam waktu kurang dari 1 x 24 jam setelah kejadian atau kecelakaan berlangsung.
Setelah mengetahui adanya kecelakaan, maka dengan segera orang pertama yang melihat atau
menyaksikan incidentatau accidentmelaporkan kejadian tersebut pada kepala instalasi dimana
kecelakaan atau kejadian berlangsung dan menginformasikan secara jelas dan rinci tentang
kejadian tumpahan/paparan tersebut, untuk kemudian dilakukan pengisian form kecelakaan
kerja.Kemudian komite K3 akan menerima form kejadian/kecelakaan kerja untuk kemudian
diberikan tindak lanjut sesuai dengan hasil analisis sementara atas form yang telah diserahkan.
Kegiatan investigasi akan dilakukan oleh Komite K3 RS sesuai dengan tingkat keparahan dari
kejadian ataupun kecelakaan yang terjadi untuk kemudian memberikan rekomendasi
penyelesaian atas kejadian atau kecelakaan tersebut. Investigasi mendalam akan dilakukan
apabila terjadi adanya suatu kecelakaan (accident) dan kejadian (incident) berbahaya dimana
dengan asumsi sampai menimbulkan kerugian dan mengakibatkan cidera, gangguan kesehatan
maupun kematian. Selanjutnya Komite K3 akan melakukaninvestigasi mendalam dan
mengidentifikasi masalah kesehatan yang mungkin terjadi. Hal inidilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sebab-sebab dan permasalahan yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan dan
kejadian berbahaya lainnya. Dengan prosedur ketentuan yang diterapkan adalah dilakukan paling
lama 2 x 24 jam. Setelah itu, tim K3 membuat laporan tentang hasil investigasi tersebut dan
diserahkan kepada Direktur Rumah Sakit Umum Sinar Husni. Kemudian melakukan desiminasi
informasi hasil investigasi yang telah dilakukan pada instalasi yang membutuhkan.
BAB V
LOGISTIK
1. MSDS/LDP B3
2. Rak penyimpanan B3
3. Simbol dan Label B3
4. APD sesuai MSDS
5. Spill Kit
6. Trolly limbah B3
7. Wadah limbah B3
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien dari B3 dilakukan dengan cara:


a. Pemberian tanda-tanda bahaya yang jelas pada pintu gudang penyimpanan B3, dan petugas
gudang B3 harus memastikan tidak ada pasien yang memasuki area penyimpanan B3.
b. Menjaga agar pasien tidak kontak dengan B3 tanpa persetujuan dokter.
c. Memberikan pelindung yang sesuai pada pasien ketika akan terpapar bahan kemoterapi atau
radiasi
d. Sebelum pemberian kemoterapi, perawat meninjau kembali hasil pemeriksaan laboratorium
yang telah dilakukan pada pasien (darah lengkap dan kimia darah), jika nilai abnormal
ditemukan, perawat menghubungi dokter untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
e. Sebelum tiap dosis kemoterapi diberikan, perawat harus memverifikasi informasi berikut:
 Verifikasi semua perhitunganyang digunakan dosis kemoterapi misalnya luas permukaan
tubuh, dosis/m2 luas tubuh, dosis/kg BB, dsb.
 Verifikasi label kemoterapi terutama terhadap order/resep obat kemoterapi meliputi:
nama pasien, nama obat, dosis, rute, cairan pencampur (diluent), dan lama pemberian
obat.
 Verifikasi jarak waktu antara pemberian dosis kemoterapi terakhir dengan dosis
berikutnya.
f. Sebelum Obat kemoterapi diberikan, verifikasi identitas pasien sebagai berikut:
 Untuk pasien rawat inap, perawat mengidentifikasi nama pasien, nomor rekam medis,
nama pasien di tempat tidur, dan label obat kemoterapi
 Untuk pasien rawat jalan, perawat menanyakan kepada pasien tentang identitas pasien
dan melihat nomor rekam medis pasien
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

7.1. Prinsip-prinsip
Pengelolaan B3 rumah sakit harus menyertakan upaya perlindungan dan pemantauan
kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas rumah sakit, baik yang berhubungan langsung
maupun tidak langsung dengan limbah secara menyeluruh dan terus menerus. Beberapa aspek
yang perlu dicakup dalam upaya ini meliputi:
a. Memberikan pelatihan yang berhubungan dengan pengelolaan B3, khususnya pelatihan
tentang keselamatan dan keamanan serta tanggap darurat terhadap risiko tumpahan,
kebakaran maupun ledakan B3 dan pelatihan tentang budaya kerja yang aman. Petugas juga
dilatih agar mampu melakukan tindakan pertolongan pertama ketika terjadi insiden
b. Penyediaan peralatan dan pakaian perlindungan petugas dan penyediaan instruksi cara
pemakaian dan pemeliharaan APD
c. Pembuatan program kesehatan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan bagi petugas yang
berhubungan langsung dengan B3 maupun limbah B3 minimal 1 tahun satu kali (Medical
Check Up) dan pemeriksaan kesehatan khusus jika terjadi kecelakaan akibat B3 dan limbah
B3
d. Penyediaan MSDS, tanda bahaya, Pedoman, SPO, dan sosialisasi informasi yang tercakup di
dalamnya.
e. Penyediaan P3K untuk penanganan awal pada kecelakaan.
7.2. Perlindungan Petugas
7.2.1. Alat Pelindung diri :
Jenis alat pelindung yang dipakai pada saat bekerja disesuaikan dengan B3 atau limbah B3
yang sedang ditangani. Jenis APD ini juga disesuaikan dengan informasi yang tertera di dalam
MSDS/LDP. Berikut ini alat pelindung yang perlu disediakan bagi petugas pengelolaan B3:
a. Pakaian Pelindung:Pakaian pelindung harus menutupi tubuh sepenuhnya. Kenakan pakaian
pelindung yang sesuai dan tahan api dalam keadaandikancingkan dan lengan tidak digulung.
Selalu gunakan pakaianpelindung jika ada kemungkinan bahwa pakaian pribadi
dapatterkontaminasi atau rusak karena bahan berbahaya. Ikat rambutyang panjang dan
hindari penggunaan pakaian longgar serta perhiasan. Untuk pencampuran obat-obat
kemoterapi diperlukan baju pelindung yang bersifat protektif terhadap bahan kimia,
disposibel, sekali pakai, berlengan panjang, berkancing dibelakang.
b. Perlindungan Kaki:Kenakan sepatu yang kuat di area tempat bahan berbahaya digunakan.
Kenakan sepatu keselamatan boot khusus yang mampu menghindarkan kaki dari bahaya
seperti tumpahan B3 di lantai.
c. Perlindungan Mata, Wajah dan Kepala:Kenakan kacamata keselamatan dengan pelindung
samping untuk bekerja dengan bahan berbahaya. Juga harus disediakan kaca mata benturan
yang dilengkapi pelindung percikan (kaca mata pelindung percikan bahan berbahaya),
pelindung wajah sepenuhnya yang juga melindungi tenggorokan, dan pelindung mata khusus
(yaitu perlindungan terhadap sinar ultraviolet atau sinar laser). Helm, dengan atau tanpa
penutup wajah, penggunaannya tergantung pada jenis kegiatannya.
d. Pelindung Tangan : Sepanjang waktu, gunakan sarung tangan yang sesuai dengan derajat
bahaya. Untuk penanganan B3 dan limbah B3 diperlukan sarung tangan double yang dapat
memberikan perlindungan dari bahan berbahaya, bebas dari bedak, terbuat dari lateks, nitril
atau neoprene. Krim dan lotion penghalang dapat memberi perlindungan kulit tetapi tidak
akan pernah menggantikan sarung tangan, pakaian pelindung, atau peralatan pelindung
lainnya.
e. Masker hidung/pernapasan. Untuk mencegah terhirupnya aerosol/uap tepung obat/bahan
berbahaya, maka harus menggunakan masker yang terstandarisasi
7.2.2. Biological safety cabinet (BSC)
Alat ini digunakan untuk pencampuran obat kemoterapi yang berfungsi untuk melindungi
petugas, materi yang dikerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip kerja dari alat ini adalah tekanan
udara di dalam lebih negative dari tekanan udara di luar sehingga aliran udara bergerak dari luar
ke dalam BSC. Di dalam BSC aliran udara bergerak vertical membentuk barier sehingga jika
ada peracikan, obat tidak akan terkena pada petugas. Untuk validasi, alat ini harus dikalibrasi
setiap 6 bulan
7.2.3. Hygiene Perorangan
Fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun harus disediakan bagi semua petugas
yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan B3 dan limbah B3. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi risiko yang muncul akibat penanganan B3 dan limbah B3. Setiap petugas
diwajibkan mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktivitas yang berhubungan dengan
B3 dan limbah B3.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu dapat dilakukan melalui monitoring dan evaluasi.
8.1. Monitoring
Dalam pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Umum Sinar
Husni dilakukan monitoring untuk dapat menemukan permasalahan dan mencari solusi
penanganan terhadap masalah tersebut. Monitoring dilakukan terhadap:
1. Sarana, prasarana dan peralatan yang berhubungan dengan pengelolaan B3 dan limbah B3
2. MSDS/LDP, pedoman pengelolaan B3, SPO, larangan merokok diarea B3 serta kebijakan
lain yang berhubungan dengan pengelolaan B3
3. Pengamatan terhadap petugas yang pekerjaannya berhubungan dengan B3, apakah alur kerja
yang dilakukan aman dan sesuai dengan SPO
4. Pengamatan terhadap APD yang disediakan apakah sudah sesuai dengan MSDS dan apakah
APD yang disediakan digunakan oleh petugas selama melaksanakan tugasnya
5. Pengamatan terhadap kelayakan APD yang tersedia
6. Lokasi penyimpanan apakah sudah sesuai standar
7. Tanda-tanda bahaya yang disediakan apakah masih jelas terlihat
8. Hasil pemeriksaan kesehatan petugas yang berhubungan dengan B3
9. Tabung gas medis yang sudah lama tersimpan
10. Kebersihan lokasi penyimpanan B3 dan limbah B3
8.2. Evaluasi
Setiap kegiatan yang dilaksanakan harus diikuti dengan evaluasi demi perbaikan
kedepannya. Evaluasi pada pengelolaan B3 ini dilakukan terhadap hasil laporan bulanan maupun
hasil monitoring yang telah dilaksanakan. Demikian pula bila terjadi kecelakaan (insiden) yang
berhubungan dengan B3, perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil investigasi yang telah
dilakukan, untuk mencegah terjadinya kecelakaan berulang dikemudian hari.
BAB IX
PENUTUP
Demikian pedoman pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) ini dibuat untuk
pengelolaan B3 di Rumah Sakit Umum Sinar Husni, sehingga pengelolaan B3 di Rumah Sakit
Umum Sinar Husni dilaksanakan sesuai ketentuan dalam pedoman ini. Pedoman ini berlaku
terhitung sejak buku pedoman ini ditandatangani oleh Direktur Rumah Sakit Umum Sinar Husni
dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam pedoman ini, maka akan dilakukan
peninjauan kembali/perbaikan sebagaimana mestinya.
LAMPIRAN

FORM PENERIMAAN B3
RSU Sinar Husni

Tanggal jlh Merk Tanggal Dokumen


Nama B3 Penerima Paraf
Kedatangan Kadaluarsa Penyerta
KARTU STOK B3
RSU Sinar Husni

Nama :
Nomor Katalog :
Bahan :
Tempat :
Karakteristik Bahaya :
Nomor :

Keadaan
Tanggal Masuk Keluar Persediaan Keterangan Paraf
Baik Rusak Baik Rusak Baik Rusak
FORM PERMINTAAN REAGEN
Nama Laboran (Analis) :
Jenis reagen yang diminta :
Jumlah :
Keperluan :
Hari/tanggal penggunaan :
Jam :
Laboran (Analis) Disetujui Oleh:
Penanggung Jawab Laboratorium :

--------------------- --------------------------------------

FORM PEMBERIAN REAGEN


Nama Reagen yang diberikan :
Jumlah :
Nama Analis :
Keperluan :
Hari/tanggal penggunaan :
Jam :

Petugas Farmasi Laboran

--------------------
-----------------

Label Obat Sitostatika Label Pengiriman Sitostatika

Nama :…………………………… Nama :……………MR…….


No. MR :………..Ruang :………... Ruang :……….......
Obat :……………..mg Paket berisi :……………….injeksi
dalam………..ml Tgl. & waktu penyiapan:………….
Rute P. :……………………………
Tgl. & waktu penyiapan:………Jam…
Tgl & waktu kadaluarsa:………Jam…
Penyimpanan : ……………………….

Anda mungkin juga menyukai