Anda di halaman 1dari 39

RUMAH SAKIT PERMATA HATI

Jl. Tentara Pelajar Km.1 No. 5 Wates Kulon Progo Yogyakarta 55611 Telp. (0274)773169 Fax (0274) 773092

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT PERMATA HATI

NOMOR : / / / /

TENTANG

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR


RUMAH SAKIT UMUM PERMATA HATI

DIREKTUR RUMAH SAKIT PERMATA HATI

Menimbang : a. bahwa semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan


pelayanan kesehatan yang bermutu dan telah memacu
pemberi pelayanan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit ;
b. bahwa untuk mendukung poin a instalasi sanitasi telah
melakukan berbagai upaya pelayanan yang sesuai dengan
persyaratan kesehatan lingkungan di rumah sakit;
c. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
sebagaimana dimaksud huruf a , huruf b perlu dibuat
kebijakan pembuangan sampah infeksius;
d. bahwa sehubungan dengan pertimbangan tersebut dalam
huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan keputusan
Direktur tentang Kebijakan Pembuanan Limbah Padat
Infeksius Rumah Sakit Umum Daerah Wates;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah


Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK / X
/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit;
7. Peraturan Gubernur DIY Nomor. 7 Tahun 2010 tentang Baku
Mutu Limbah Cair kegiatan Pelayanan Kesehatan Kelas B
dan C.
7. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 10 Tahun
2010 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum Daerah Wates;
8. Peraturan Bupati Kulon Progo Nomo 3 Tahun 2012 tentang
Pola Tata Kelola Rumah Sakit Umum Daerah Wates.
9. Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Tata Kelola Hijau Rumah Sakit Umum Daerah Wates.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PERMATA HATI


TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
RUMAH SAKIT PERMATA HATI.

BAB I
KETENTUTAN UMUM
Pasal 1
Dalam keputusan Direktur ini, yang dimaksud dengan :
1. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Permata Hati
2. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap,rawat jalan dan gawat darurat.
3. Rumah Sakit yang selanjutnya disebut sebagai Rumah Sakit Permata Hati
adalah : institusi pelayanan kesehatan milik pemerintah daerah.
4. Instalasi Sanitasi adalah unit kerja dibawah wakil direktur pelayanan yang
menyelenggarakan pelayanan sanitasi
5. Kesehatan Lingkungan adalah upaya perlindungan pengelolaan lingkungan
dan identifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi
pada tingkat kesejahteran manusia yang semakin meningkat.
6. Hygiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitik beratkan
kegiatannya kepada usaha kesehatan individu.
7. Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif yang menitik beratkan kegiatan
kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
8. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
9. Limbah Cair Rumah Sakit.
Limbah cair rumah sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi
kesehatan.
10. Pengelolaan limbah cair rumah sakit.
Pengelolaan limbah cair rumah sakit adalah upaya penatalaksanaan limbah
cair hasil dari kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit sejak dari
dihasilkan, diolah sampai dengan pembuangan hasil olah ke badan air
penerima, agar hasil olah limbah cair tidak menjadi media penularan
penyakit, tidak mengganggu estetika dan tidak mencemari lingkungan.
11. Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit.
Pengolahan limbah cair rumah sakit adalah upaya yang dilakukan terhadap
limbah cair rumah sakit, agar limbah cair rumah sakit mempunyai kualitas
yang memenuhi persyaratan baku mutu limbah cair, sehingga layak untuk
dibuang ke badan air penerima.
12. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Instalasi pengolahan air limbah adalah sebuah struktur yang dirancang
untuk membuang limbah biologis dan kimia dari limbah cair sehingga
memungkinkan air tersebut untuk dialirkan ke badan air penerima atau
digunakan pada aktivitas yang lain.
13. Badan Air Penerima Hasil Olah Limbah Cair Rumah Sakit
Badan air penerima hasil olah limbah cair rumah sakit adalah adalah badan
air baik berupa sungai maupun saluran irigasi yang menjadi muara
pembuangan hasil pengolahan limbah cair rumah sakit, setelah hasil olah
limbah cair rumah sakit dapat dipastikan memenuhi persyaratan baku mutu
limbah cair yang dapat diketahui dari hasil uji laboratorium terhadap
parameter fisik, kimia dan bakteriologis limbah cair rumah sakit.
14. Baku Mutu Limbah Cair Rumah sakit.
Baku mutu limbah cair rumah sakit adalah ukuran batas atau kadar unsur
pencemar dan/ atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah rumah sakit yang akan dibuang atau
dilepas ke dalam badan air penerima.
15. Pihak Ketiga.
Adalah pihak yang bekerjasama dengan pihak rumah sakit yang bertugas
untuk mengambil dan memeriksa kualitas limbah cair rumah sakit serta
mengirimkan hasil pemeriksaan kualitas limbah cair ke rumah sakit, dengan
langkah – langkah yang sesuai dengan kesepakatan antara ke dua belah
pihak yang tertuang dalam surat kontrak kerjasama antara rumah sakit
dengan pihak ketiga tersebut.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud ditetapkannya kebijakan pengelolaan limbah cair adalah agar pengelolaan
limbah cair di Rumah Sakit Permata Hati berjalan sesuai dengan prosedur sehingga
tidak menjadi sumber penularan penyakit baik bagi pasien, pengunjung, karyawan
maupun masyarakat di sekitar rumah sakit.
Pasal 3
Tujuan ditetapkannya kebijakan pengelolaan limbah cair adalah untuk mendukung
kualitas lingkungan rumah sakit Permata Hati yang bersih dan sehat sehingga :
1. Mencegah terjadinya penularan penyakit melalui limbah cair.
2. Meningkatkan estetika dan kenyamanan.
3. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
4. Memenuhi aspek legal pengelolaan limbah cair di rumah sakit Permata Hati

BAB III
KETENAGAAN
Pasal 4
Ketenagaan dalam kegiatan pengelolaan limbah cair meliputi :
Seorang tenaga sanitasi yang bertugas sebagai pelaksana pengelolaan limbah cair di
instalasi sanitasi.
BAB IV
STANDAR FASILITAS
Pasal 5
Standar fasilitas yang ada antara lain :
1. Saluran pembuangan limbah cair..
2. Septick tank dan bak kontrol.
3. Bak pengumpul sementara dan bak pengumpul akhir.
4. Instalasi pengolahan air limbah (IPAL).
5. Kolam Uji.
6. Badan air penerima hasil olah limbah cair.

BAB V
TATA LAKSANA
Pasal 6
A. Pengelolaan limbah cair, yang meliputi :
1. Semua limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan di
rumah sakit dialirkan ke septic tank yang kedap air, tertutup dan terpisah
dengan saluran air hujan yang ada di setiap gedung. Dari septic tank, limbah
cair dialirkan secara gravitasi ke bak pengumpul yang ada di beberapa titik.
Dari bak pengumpul, limbah cair dialirkan ke bak pengumpul akhir.
Limbah cair yang berasal dari instalasi Gizi, sebelum masuk ke bak
penampungan akhir, dialirkan melalui saluran yang berbentuk labirin yang
berfungsi untuk memisahkan minyak dan lemak dari limbah cair, kemudian
dialirkan ke bak pengumpul akhir.
Limbah cair yang berasal dari laundry, sebelum masuk ke bak penampung
akhir terlebih dahulu diendapkan ke bak pengendapan, dengan maksud untuk
menetralkan suhu limbah cair dan mengurangi kadar Phospat agar tidak
mengganggu proses pengolahan limbah cair dalam IPAL. Setelah suhu netral
dan limbah padat mengendap, air limbah dialirkan ke bak pengumpul akhir.
2. Buffer tank.
Setelah penuh, limbah cair di bak pengumpul akhir dipompa ke buffer tank,
sambil disaring menggunakan pipa screen, dengan maksud untuk mencegah
agar limbah padat yang terbawa limbah cair tidak masuk ke buffer tank.
Buffer tank merupakan tangki kedap air dan tertutup yang berfungsi untuk
menampung limbah cair sebelum dilakukan pengolahan secara biologis. Bak
ini mempunyai kapasitas 20 m3.
Di dalam buffer tank dilengkapi dengan satu buah mixer yang berfungsi untuk
mengaduk limbah cair agar tercampur secara homogen dengan koagulan
yang telah dimasukkan dan mencegah terjadinya pengendapan lumpur agar
tidak terjadi proses anaerob. Buffer tank juga dilengkapi dengan pompa
benam dengan kemampuan 5.5 ltr/ dtk, yang berfungsi untuk mengalirkan
limbah cair ke SBR.
3. Pengolahan Limbah Cair.
Limbah cair dari buffer tank dipompa ke tangki SBR untuk selanjutnya
memasuki tahap pengolahan. Pengolahan limbah cair dilakukan secara aerob
dengan system lumpur aktif. Dalam sehari dilakukan 4 kali pengolahan
limbah cair, di mana satu siklus pengolahan memerlukan waktu 4 jam. SBR
mempunyai kapasitas olah 15 s/d 34 m3.
SBR dilengkapi dengan 1 buah mixer yang berfungsi untuk mengaduk dan
mencampur limbah cair dengan lumpur aktif, 1 buah aerator yang berfungsi
untuk menghasilkan oksigen dan 1 buah penstock yang berfungsi untuk
memisahkan antara limbah cair terolah dengan lumpur aktif sebelum limbah
cair terolah masuk ke tangki desinfeksi.
Di dalam SBR terdapat 6 tahap pengolahan, antara lain :
a. Filling (tahap pengisian)
Adalah proses pengisian limbah cair dari buffer tank ke SBR dengan cara
pemompaan hingga ketinggian 2.20 m.
b. Mixing (tahap pencampuran)
Limbah cair yang masuk ke SBR masuk ke tahap mixing, yaitu proses
pengadukan limbah cair dengan menggunakan mixer selama proses
pengisian, agar limbah cair tercampur secara homogen dengan lumpur
aktif sehingga tidak terjadi proses anaerob.
c. Aerasi (tahap pemberian oksigen)
Proses mixing dilanjutkan dengan tahap aerasi, yaitu tahap yang
bertujuan untuk mensuplai oksigen ke dalam limbah cair yang dibutuhkan
untuk pengolahan secara biologis untuk menciptakan kondisi aerob.
Aerasi bersumber dari sebuah blower yang mempunyai daya 2 KW
dengan kemampuan menghasilkan udara 50 m 3/hari. Cara kerja aerasi
adalah 3 menit on, 1 menit off secara bergantian, dengan waktu selama
90 menit.
d. Settling (tahap pengendapan).
Setelah proses aerasi selama 90 menit, limbah cair memasuki tahap
pengendapan lumpur aktif, yang berlangsung selama 60 menit. Tujuannya
adalah untuk memisahkan antara limbah cair terolah dengan lumpur aktif.
Selama proses ini, blower dan mixer dalam keadaan mati.
e. Decanting (tahap penuangan).
Setelah 60 menit, limbah cair memasuki tahap decanting yaitu tahap
pengeluaran limbah cair terolah dari SBR dialirkan ke tangki desinfeksi
dengan menggunakan system penuangan. Pada tahap ini menggunakan
motor penggerak yang disebut penstock. Waktu yang diperlukan pada
tahap penuangan adalah 15 menit.
f. Waiting (tahap istirahat).
Setelah semua limbah cair terolah mengalir ke tangki desinfeksi, IPAL
akan masuk ke tahap waiting atau istirahat, yaitu tahap menunggu
sebelum masuk ke siklus pengolahan berikutnya. Waktu yang diperlukan
adalah 15 menit.
4. Bak Stabilisasi.
Lumpur aktif hasil samping pengolahan limbah cair akan masuk ke bak
stabilisasi. Bak stabilisasi merupakan bak yang berfungsi untuk menstabilkan
lumpur aktif yang dihasilkan pada setiap proses pengolahan limbah cair.
Waktu tinggal lumpur aktif di bak stabilisasi adalah 3 (tiga) bulan, dengan
tujuan agar mikroorganisme pathogen yang terdapat di dalam lumpur aktif
mati. Bak ini mempunyai kapasitas 11 m3. Di dalamnya terdapat 1 (satu) buah
pompa yang berfungsi untuk mengangkat lumpur dengan kemampuan 4
m3/jam.
5. Tangki desinfeksi.
Limbah cair terolah dari SBR dialirkan ke tangki desinfeksi untuk proses
desinfeksi. Di sini limbah cair terolah akan dibubuhi kaporit tablet dengan
tujuan untuk mematikan mikroorganisme pathogen agar tidak berbahaya bagi
badan air penerima.
6. Kolam Uji.
Merupakan bak tempat untuk pengambilan sampel limbah cair terolah, untuk
dilakukan uji kualitas fisik, kimia dan bakteriologis limbah cair terolah, untuk
mengetahui layak tidaknya limbah cair terolah masuk ke badan air penerima.
Untuk mengontrol kualitas limbah cair terolah, pada kolam uji dipelihara ikan
nila, karena ikan nila sangat sensitive terhadap perubahan kualitas limbah
cair yang telah diolah, sehingga biss digunakan sebagai indicator penurunan
kualitas hasil olah limbah cair.
7. Pengolahan Lumpur Aktif.
Adalah proses untuk mengurangi volume lumpur aktif yang berlebih dari
system. Lumpur aktif yang telah tinggal selama 3 bulan di bak stabilisasi
diambil, kemudian dijemur hingga benar-benar kering, untuk selanjutnya
dimanfaatkan untuk pupuk tanaman di taman rumah sakit.
8. Badan air penerima.
Limbah cair terolah dari kolam uji dialirkan ke saluran irigasi yang ada di
sebelah barat rumah sakit, untuk selanjutnya dimanfaatkan untuk mengairi
sawah yang ada di sekitar rumah sakit.
9. Pengambilan dan pemeriksaan sampel limbah cair.
Setiap bulan dilakukan pengambilan sampel limbah cair sebelum dan
sesudah diolah untuk dilakukan pemeriksaan kualitas limbah cair secara fisik,
kimia dan bekteriologis. Kegiatan ini bekerjasama dengan pihak ketiga,
dalam hal ini BBTKL & PPM Yogyakarta. Khusus untuk parameter minyak
dan lemak bekerjasama dengan Balai Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarata.
Titik pengambilan sampel dilakukan pada buffer tank dan Kolam Uji.
10. Pencatatan dan Pelaporan.
Setiap hari dilakukan pencatatan volume limbah cair yang diolah yang
kemudian direkapitulasi setiap akhir bulan.
Selain itu setiap bulan juga dilakukan pencatatan hasil pemeriksaan kualitas
fisik, kimia dan bakteriologis limbah cair sebelum dan sesudah diolah.
Kemudian data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, dan hasilnya
dilaporkan ke :
a. Kantor Lingkungan Hidup.Kota Metro.
b. Dinas Kesehatan Kota Metro.

BAB VI
LOGISTIK
Pasal 7
Segala kebutuhan untuk logistik melalui proses perencanaan. Instalasi sanitasi
berkewajiban membuat perencanaan untuk kelancaran kegiatannya.

BAB VII
KESELAMATAN
Pasal 8
Pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah cair tidak lepas dari resiko yang berpotensi
terjadinya bahaya untuk itu perlu kewaspadaan terhadap :
1. Keselamatan Pasien.
2. Keselamatan Pengunjung rumah sakit.
3. Keselamatan Petugas rumah sakit.
4. Keselamatan Kerja

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pasal 17
Upaya pengendalian mutu yang telah dilakukan oleh instalasi sanitasi antara lain :
1. Bekerjasama dengan pihak ketiga dalam pemeriksaan kualitas limbah cair
sebelum dan sesudah diolah.
2. Desinfeksi hasil olah limbah cair agar memenuhi persyaratan parameter
mikrobiologi, sehingga layak untuk dialirkan ke badan air penerima..

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Kebijakan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan agar semua unit atau instalasi di Rumah
Sakit Umum Daerah Wates mengetahuinya.

Pasal 19
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan kebijakan ini, maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Metro
Pada tanggal :
……………………..
DIREKTUR

dr. Fennt Dwiyanti


PEDOMAN PELAYANAN
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
RUMAH SAKIT PERMATA HATI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahwa kegiatan pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai potensi


menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan apabila
tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu rumah sakit melakukan berbagai upaya
seperti yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204 / MENKES /
SK / X / 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Salah satu kegiatan pelayanan jasa kepada masyarakat adalah pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh rumah sakit serta pelayanan kesehatan
lainnya seperti Puskesmas, Balai pengobatan, Klinik bersalin. Rumah Sakit Permata
Hati sebagai institusi yang bersifat sosio-ekonomis mempunyai fungsi dan tugas
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna. Kegiatan
Rumah Sakit Permata Hati selain memberikan dampak positif bagi masyarakat
sekitarnya, yaitu berupa kepuasan pelanggan, juga berpotensi menimbulkan
dampak negative, berupa pencemaran lingkungan dan penularan penyakit akibat
proses pengelolaan hasil kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
pengelolaan lingkungan secarah menyeluruh.
Seiring dengan meningkatnya sarana dan kegiatan Rumah Sakit Umum Daerah
Wates maka potensi pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan
tersebut akan semakin meningkat. Oleh sebab itu, upaya-upaya pengendalian
pencemaran lingkungan oleh Rumah Sakit Permata Hati sangat bermanfaat bagi
terciptanya lingkungan yang sehat , nyaman dan berkelanjutan. Dengan
pertimbangan tersebut Rumah Sakit Permata Hati telah melakukan berbagai upaya
agar tercipta lingkungan rumah sakit yang bersih dan sehat.
Dengan tersusunnya buku pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
melaksanakan kegiatan Instalasi sanitasi atau penyehatan lingkungan di Rumah
Sakit Permata Hati.
B. Maksud Dan Tujuan

1. Maksud
Maksud ditetapkannya kebijakan pengelolaan limbah cair adalah agar
pembuangan limbah cair di Rumah Sakit Permata Hati berjalan sesuai dengan
prosedur sehingga tidak menjadi sumber penularan penyakit baik bagi pasien,
pengunjung, karyawan maupun masyarakat di sekitar rumah sakit.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tersedianya pedoman pelayanan pengelolaan limbah cair di rumah sakit
dalam rangka mendukung terwujudnya kualitas lingkungan Rumah Sakit
Permata Hati yang sehat.
b. Tujuan Khusus
1. Mencegah terjadinya penularan penyakit melalui limbah cair rumah
sakit.
2. Meningkatkan estetika dan kenyamanan.
3. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.
4. Memenuhi aspek legal limbah cair di Rumah Sakit Permata Hati.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit Permata Hati
meliputi pengelolaan limbah cair dari sejak dihasilkan, dialirkan melalui saluran
limbah cair ke bah penampungan sementara, lalu ke bak penampungan akhir,
sampai kegiatan pengolahan limbah cair di instalasi pengolahan air limbah (IPAL).,
dan kegiatan pembuangan hasil olah limbah cair ke badan air penerima.
D. Batasan Operasional
Pengelolaan limbah cair merupakan bagian dari kegiatan pemantauan dan pengelolaan
lingkungan yang dalam pelaksanaannya selalu berkoordinasi dengan setiap ruangan / unit
yang ada serta bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur Pelayanan.

E. Landasan Hukum
Rumah Sakit Umum Daerah Wates dalam menjalankan kegiatan Sanitasi atau Kesehatan
Lingkungan Kerja khususnya dalam pengelolaan limbah padat infeksius senantiasa
mengacu pada peraturan dan perundangan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK / X /2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
6. Peraturan Gubernur DIY Nomor. 7 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Limbah Cair
kegiatan Pelayanan Kesehatan Kelas B dan C;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Wates;
8. Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pola Tata Kelola
Rumah Sakit Umum Daerah Wates.
9. Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 30 Tahun 2014 tentang Tata Kelola Hijau
Rumah Sakit Umum Daerah Wates

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Upaya pengelolaan limbah cair di rumah sakit umum daerah wates meliputi kegiatan
yang sangat komplek sehingga dalam pelaksanaannya harus dilakukan oleh tenaga
yang berkompeten di bidang kesehatan lingkungan.

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan dapat digambarkan sebagai berikut :
KEDUDUKAN DALAM
NO NAMA DAN NIP JABATAN
INSTALASI
1. Nurhidayat Pengelola limbah cair rumah sakit. Operator IPAL

C. Pengaturan Jaga.
Petugas pelaksana pengelolaan limbah cair di rumah sakit melakukan tugasnya
hanya pada jam kerja yaitu dimulai pada pukul 07.30 WIB hingga pukul 15.00, dan
tidak ada sistem shift.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang.
Petugas pengelola limbah cair rumah sakit dalam melaksanakan pekerjaannya
bertempat di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Adapun denah IPAL adalah sebagai berikut :

DENAH IPAL

BAK
KONTROL

BAK
SBR
(SEQUENCING
PENAMPUNG
BATCH REAKTOR)

BAK
PENAMPUNG BUFFER
TANK /
BAK
EQUALISA
SI
BAK
PENAMPUNG

BAK
PENAMPUNG SPRIRAL
SCREEN

BAK
PENAMPUNG
B. Standar Fasilitas
Pelayanan pengelolaan limbah cair harus dilakukan sedemikian rupa agar tidak
menjadi sumber penularan penyakit bagi pasien, pengunjung, petugas sanitasi,
karyawan rumah sakit dan masyarakat di sekitar rumah sakit. Untuk itu harus
tersedia fasilitas pengelolaan limbah cair dengan persyaratan mengikuti persyaratan
untuk limbah cair rumah sakit, persyaratan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Saluran pembuangan limbah cair rumah sakit harus menggunakan sistem
saluran tertutup, kedap air dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta
terpisah dengan saluran air hujan.
2. Bak penangkap lemak untuk limbah cair yang berasal dari instalasi Gizi.
3. Bak stabilisasi suhu untuk limbah cair yang berasal dari laundry.
4. Instalasi pengolahan limbah cair yang mampu mengolah limbah cair yang
dihasilkan rumah sakit baik secara kualitas maupun kuantitas.
5. Alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah cair yang
dihasilkan.
6. Pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan bakteriologi limbah cair sebelum dan
sesudah diolah, setiap bulan sekali.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT

1. Semua limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan di rumah
sakit dialirkan ke septic tank yang kedap air, tertutup dan terpisah dengan
saluran air hujan yang ada di setiap gedung. Dari septic tank, limbah cair
dialirkan secara gravitasi ke bak pengumpul yang ada di beberapa titik. Dari bak
pengumpul, limbah cair dialirkan ke bak pengumpul akhir.
Limbah cair yang berasal dari instalasi Gizi, sebelum masuk ke bak
penampungan akhir, dialirkan melalui saluran yang berbentuk labirin yang
berfungsi untuk memisahkan minyak dan lemak dari limbah cair, kemudian
dialirkan ke bak pengumpul akhir.
Limbah cair yang berasal dari laundry, sebelum masuk ke bak penampung akhir
terlebih dahulu diendapkan ke bak pengendapan, dengan maksud untuk
menetralkan suhu limbah cair dan mengurangi kadar Phospat agar tidak
mengganggu proses pengolahan limbah cair dalam IPAL. Setelah suhu netral
dan limbah padat mengendap, air limbah dialirkan ke bak pengumpul akhir.
2. Buffer tank.
Setelah penuh, limbah cair di bak pengumpul akhir dipompa ke buffer tank,
sambil disaring menggunakan pipa screen, dengan maksud untuk mencegah
agar limbah padat yang terbawa limbah cair tidak masuk ke buffer tank.
Buffer tank merupakan tangki kedap air dan tertutup yang berfungsi untuk
menampung limbah cair sebelum dilakukan pengolahan secara biologis. Bak ini
mempunyai kapasitas 20 m3. Di dalam buffer tank dilengkapi dengan satu buah
mixer yang berfungsi untuk mengaduk limbah cair agar tercampur secara
homogen dengan koagulan yang telah dimasukkan dan mencegah terjadinya
pengendapan lumpur agar tidak terjadi proses anaerob.
Buffer tank juga dilengkapi dengan pompa benam dengan kemampuan 5.5 ltr/
dtk, yang berfungsi untuk mengalirkan limbah cair ke SBR.
3. Pengolahan Limbah Cair.
Limbah cair dari buffer tank dipompa ke tangki SBR untuk selanjutnya
memasuki tahap pengolahan. Pengolahan limbah cair dilakukan secara aerob
dengan system lumpur aktif. Dalam sehari dilakukan 4 kali pengolahan limbah
cair, di mana satu siklus pengolahan memerlukan waktu 4 jam. SBR
mempunyai kapasitas olah 15 s/d 34 m3.
SBR dilengkapi dengan 1 buah mixer yang berfungsi untuk mengaduk dan
mencampur limbah cair dengan limpur aktif, 1 buah aerator yang berfungsi
untuk menghasilkan oksigen dan 1 buah penstock yang berfungsi untuk
memisahkan antara limbah cair terolah dengan lumpur aktif sebelum limbah
cair terolah masuk ke tangki desinfeksi.
Di dalam SBR terdapat 6 tahap pengolahan, antara lain :
a. Filling (tahap pengisian)
Adalah proses pengisian limbah cair dari buffer tank ke SBR dengan cara
pemompaan hingga ketinggian 2.20 m.
b. Mixing (tahap pencampuran)
Limbah cair yang masuk ke SBR masuk ke tahap mixing, yaitu proses
pengadukan limbah cair dengan menggunakan mixer selama proses
pengisian, agar limbah cair tercampur secara homogen dengan lumpur aktif
sehingga tidak terjadi proses anaerob.
c. Aerasi (tahap pemberian oksigen)
Proses mixing dilanjutkan dengan tahap aerasi, yaitu tahap yang bertujuan
untuk mensuplai oksigen ke dalam limbah cair yang dibutuhkan untuk
pengolahan secara biologis untuk menciptakan kondisi aerob. Aerasi
bersumber dari sebuah blower yang mempunyai daya 2 KW dengan
kemampuan menghasilkan udara 50 m3/hari. Cara kerja aerasi adalah 3
menit on, 1 menit off secara bergantian, dengan waktu selama 90 menit.
d. Settling (tahap pengendapan).
Setelah proses aerasi selama 90 menit, limbah cair memasuki tahap
pengendapan lumpur aktif, yang berlangsung selama 60 menit. Tujuannya
adalah untuk memisahkan antara limbah cair terolah dengan lumpur aktif.
Selama proses ini, blower dan mixer dalam keadaan mati.
e. Decanting (tahap penuangan).
Setelah 60 menit, limbah cair memasuki tahap decanting yaitu tahap
pengeluaran limbah cair terolah dari SBR dialirkan ke tangki desinfeksi
dengan menggnakan system penuangan. Pada tahap ini menggunakan
motor penggerak yang disebut penstock. Waktu yang diperlukan pada
tahap penuangan adalah 15 menit.
f. Waiting (tahap istirahat).
Setelah semua limbah cair terolah mengalir ke tangki desinfeksi, IPAL
akan masuk ke tahap waiting atau istirahat, yaitu tahap menunggu
sebelum masuk ke siklus pengolahan berikutnya. Waktu yang diperlukan
adalah 15 menit.
4. Bak Stabilisasi.
Lumpur aktif hasil samping pengolahan limbah cair akan masuk ke bak
stabilisasi. Bak stabilisasi merupakan bak yang berfungsi untuk menstabilkan
lumpur aktif yang dihasilkan pada setiap proses pengolahan limbah cair.
Waktu tinggal lumpur aktif di bak stabilisasi adalah 3 (tiga) bulan, dengan
tujuan agar mikroorganisme pathogen yang terdapat di dalam lumpur aktif
mati. Bak ini mempunyai kapasitas 11 m3. Di dalamnya terdapat 1 (satu) buah
pompa yang berfungsi untuk mengangkat lumpur dengan kemampuan 4
m3/jam.
5. Tangki desinfeksi.
Limbah cair terolah dari SBR dialirkan ke tangki desinfeksi untuk proses
desinfeksi. Di sini limbah cair terolah akan dibubuhi kaporit tablet dengan
tujuan untuk mematikan mikroorganisme pathogen agar tidak berbahaya bagi
badan air penerima.
6. Kolam Uji.
Merupakan bak tempat untuk pengambilan sampel limbah cair terolah, untuk
dilakukan uji kualitas fisik, kimia dan bakteriologis limbah cair terolah, untuk
mengetahui layak tidaknya limbah cair terolah masuk ke badan air penerima.
Untuk mengontrol kualitas limbah cair terolah, pada kolam uji dipelihara ikan
nila, karena ikan nila sangat sensitive terhadap perubahan kualitas limbah cair
yang telah diolah.
7. Pengolahan Lumpur Aktif.
Adalah proses untuk mengurangi volume lumpur aktif yang berlebih dari
system. Lumpur aktif yang telah tinggal selama 3 bulan di bak stabilisasi
diambil, kemudian dijemur hingga benar-benar kering, untuk selanjutnya
dimanfaatkan untuk pupuk tanaman di taman rumah sakit.
8. Badan air penerima.
Limbah cair terolah dari kolam uji dialirkan ke saluran irigasi yang ada di
sebelah barat rumah sakit, untuk selanjutnya dimanfaatkan untuk mengairi
sawah yang ada di sekitar rumah sakit.
9. Pengambilan dan pemeriksaan sampel limbah cair.
Setiap bulan dilakukan pengambilan sampel limbah cair sebelum dan
sesudah diolah untuk dilakukan pemeriksaan kualitas limbah cair secara fisik,
kimia dan bekteriologis. Kegiatan inin bekerjasama dengan pihak ketiga,
dalam hal ini Laboratorium Kesehatan Daerah Bandar Lampung.
10. Pencatatan dan Pelaporan.
Setiap hari dilakukan pencatatan volume limbah cair yang diolah. Setiap akhir
bulan dilakukan rekapitulasi terhadap hasil pencatatan pengolahan limbah
cair.
Selain itu juga dilakukan pencatatan hasil pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan
bakteriologis limbah cair sebelum dan sesudah diolah.
Kemudian data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, dan hasilnya
dilaporkan ke :
a. Kantor Lingkungan Hidup.Kota Metro.
b. Dinas Kesehatan Kota Metro.
BAB V
LOGISTIK

Tersedianya logistik untuk menunjang kegiatan pengelolaan limbah cair sangat


diperlukan karena rumah sakit merupakan tempat pelayanan yang sangat berpotensi
mengakibatkan terjadinya infeksi nosokomial, ketidak nyamanan dan menimbulkan
penyakit dari sumber penyakit yang dibawa oleh pasien, ataupun gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh pengelolaan lingkungan rumah sakit yang tidak baik dengan
demikian rumah sakit wajib memfasilitasi hal tersebut dengan beberapa logistik, antara
lain :
1. Tersedianya anggaran untuk opersional pengelolaan limbah cair dirumah sakit
dan untuk pemeriksaan rutin kualitas limbh cair..
2. Tersedianya Instalasi Pengolahan Limbah Cair.
3. Adanya badan air penerima hasil olah limbah cair.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Pada prinsipnya kegiatan pengelolaan limbah cair yang dilakukan untuk menunjang
kegiatan rumah sakit sangat berhubungan erat dengan keselamatan pasien sehingga
semuanya dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kegiatan instalasi
sanitasi yang berhubungan dengan keselamatan pasien antara lain :

HUBUNGAN DENGAN
SARANA DAN
NO PENGGUNAAN KESELAMATAN
PRASARANA
KERJA

1. Adanya saluran - Mengalirkan limbah Mencegah terjadinya


limbah cair yang cair dari penghasil infeksi nosokomial
tertutup, kedap air ke IPAL. yang ditularkan
dan terpisah melalui air limbah.
dengan saluran Menghindari
air hujan. gangguan estetika
akibat limbah cair
yang tidak dikelola
dengan benar.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Instalasi Sanitasi sebagai salah satu instalasi yang ada di rumah sakit umum daerah
wates dalam kegiatannya selalu berkenaan dengan resiko sehingga memungkinkan
potensi bahaya terhadap karyawan untuk itu perlu kewaspadaan terhadap keselamatan
kerja hal tersebut sesuai dengan undang-undang kesehatan no 23 tahun 1992 pasal 23
tertulis bahwa upaya kesehatan dan keselamatan kerja harus diselenggarakan disemua
tempat kerja adapun upaya keselamatan kerja yang dilakukan di instalasi sanitasi
antara lain :
SARANA DAN HUBUNGAN DENGAN
NO PENGGUNAAN
PRASARANA KESELAMATAN KERJA

1. Alat pelindung diri : 1. Dikenakan pada saat 1. Dapat mencegah gangguan


 Masker. pengolahan limbah cair. kesehatan yang ditimbulkan
 Sarung tangan oleh limbah cair.
karet
 Sarung tangan
kulit
 Sepatu boot
 Helm

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Upaya instalasi sanitasi dalam pengendalian mutu limbah cair adalah dengan
melakukan pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan bakteriologis limbah cair sebelum dan
sesudah diolah setiap bulan bekerjasama dengan Laboratorium Kesehatan Daerah
Bandar Lampung

BAB IX
PENUTUP

Harus ada upaya pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit Permata Hati secara terus
menerus agar limbah cair tidak menimbulkan penularan penyakit, tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan, tidak mengganggu estetika serta dapat memenuhi aspek legal
pengelolaan limbah cair rumah sakit.
Beberapa indikator keberhasilan sistem manajemen pengelolaan limbah cair di rumah
sakit umum daerah wates dapat dinilai dari :
1. Penurunan angka pencemaran
2. Penurunan infeksi nosokomial dan kecelakaan kerja.
3. Tingkat pentaatan terhadap peraturan lingkungan hidup.
4. Penurunan jumlah aduan dari masyarakat rumah sakit
Dengan buku pedoman ini diharapkan adanya peningkatan kemampuan pelaksanaan
kegiatan pengelolaan limbah cair serta peningkatan manajemen kegiatan pengelolaan
limbah cair di Rumah Sakit Permata Hati. Dengan demikian kegiatan pengelolaan
limbah cair dapat dilakukan lebih optimal dan efisien serta mendapatkan hasil kegiatan
yang baik

Metro,. ………………………..
Direktur Rumah Sakit Permata Hati
]
dr Fenny Dwiyant

PEDOMAN PENGORGANISASIAN
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT PERMATA HATI

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam era otonomi daerah saat ini dimana daerah mempunyai urusan – urusan
wajib dan pilihan sesuai yang diatur dalam UU Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, maka setiap daerah mempunyai keinginan untuk memberikan
pelayanan yang prima kepada masyarakat, memberdayakan masyarakat dan
meningkatkan kesejahteraannya di semua aspek kehidupan masyarakat. Salah satu
urusan yang menjadi urusan wajib yang diamanatkan kepada Pemerintah Daerah
adalah urusan kesehatan
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan dukungan
Sistem Kesehatan Nasional yang tangguh. Di Indonesia, Sistem Kesehatan Nasioal
(SKN) telah ditetapkan pada tahun 2004. Disamping Undang – Undang No. 25
tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang –
Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, SKN telah berperan besar
sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN). Disamping itu SKN juga berperan sebagai dalam penyusunan
berbagai kebijakan, pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Rumah Sakit Permata Hati merupakan rumah sakit kelas B Pendidikan berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. HK.02.03/I/0085/2015, tanggal 19 Januari


2015. Pada Tahun 2007 Pemerintah Pusat telah menerbitkan PP 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah sebagai pedoman penetapan SOTK
Perangkat Daerah, maka telah ditetapkan pula PERDA No. 10 Tahun 2010 tentang
SOTK RSUD Wates dengan susunan direktur, 2 Wakil Direktur dan 5 Kepala
Bagian/ Bidang serta 12 subbagian/ subbidang.
Mengacu Keputusan Bupati nomor 546 tahun 2008 maka mulai 1 Januari 2009.
RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo menerapkan pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (PPK – BLUD).

Tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada


masyarakat untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas – tugas dalam mewujudkan
kesejahteraan umum melalui peningkatan derajat kesehatan masyarakat. BLUD
beroperasi sebagai Satuan kerja perangkat Daerah Pemerinah daerah agar dapat
memberikan pelayanan kesehatan secara efektif & efisien sejalan dengan tuntutan
masyarakat atas pelayanan kesehatan yang semakin bermutu, terjangkau dan
profesional.

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
Rumah Sakit Permata Hati terletak di bagian barat Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah bagian selatan


hal ini memiliki posisi yang strategis karena selain terletak pada ruas jalan
utama yang merupakan rangkaian jalur pantai selatan Jawa yang
menghubungkan kota Purwokerto dengan kota Yogyakarta, juga dekat dengan
adanya rencana pemindahan bandara Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo.
Visi Rumah Sakit Umum Daerah Wates adalah “Menjadi Rumah sakit
Pendidikan dan Pusat Rujukan yang Unggul dalam Pelayanan”. Untuk
mewujudkan visi tersebut, dijabarkan dalam misi dan langkah – langkah
strategik, dengan didasari oleh nilai – nilai luhur dan budaya kerja rumah sakit
yang diyakini akan mampu memberikan inspirasi kepada segenap karyawan
untuk bersama mewujudkan visi tersebut.
Rumah Sakit Permata Hati memiliki berbagai macam produk layanan yang

terbagi dalam berbagai instalasi. Sistem dan kegiatan layanan utama dari Rumah
Sakit Permata Hati, meliputi :

a. Instalasi gawat darurat


b. Instalasi rawat jalan
c. Instalasi rawat inap
d. Instalasi OK
e. Instalasi Farmasi
f. Instalasi Kamar Jenazah
g. Instalasi Administrasi

h. Pelayanan Keuangan
i. Pelayanan Keamanan
j. instalasi Radiologi
k. Unit Pengaduan Masyarakat
Rumah sakit cenderung mengalami perkembangan yang baik dengan semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Namun dengan berbagai
krisis ekonomi dewasa ini jumlah masyarakat miskin semakin meningkat, akan
tetapi Rumah Sakit Permata Hati tetap memberikan pelayanan terhadap
masyarakat miskin yang pembiayaannya ditanggung oleh PT
BPJS.Kecenderungan utilisasi Rumah Sakit Permata Hati semakin meningkat
seiring dengan perubahan konsep menjadi rumah sakit yang diminati pelanggan
yang menampilkan pelayanan berbeda dan dapat memuaskan pelanggan.

BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN RUMAH SAKIT

Visi Rumah Sakit Umum Daerah Wates adalah “Menjadi Rumah Sakit
Pendidikan dan Pusat Rujukan yang Unggul dalam Pelayanan”. Untuk
mewujudkan visi tersebut, dijabarkan dalam misi Rumah Sakit Permata Hati sbb :
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan paripurna yang
profesional berorientasi pada kepuasan pelanggan
b. Mengembangkan manajemen rumah sakit yang efektif dan efisien
c. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, nyaman dan harmonis
d. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, sarana dan prasarana
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
e. Melindungi dan meningkatkan kesejahteraan karyawan
f. Menyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan.

Tujuan RSUD Wates adalah :

a. Meningkatnya upaya kesehatan masyarakat melaui upaya kesehatan


perorangan paripurna yang bermutu bagi masyarakat Metro dan
sekitarnya
b. Berkembangnya manajemen rumah sakit yang efektif dan efisien
c. Terciptanya lingkungan kerja yang sehat, nyaman dan harmonis
d. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, sarana dan prasarana
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
e. Terwujudnya karyawan yang produktif, berkomitmen, dan mempunyai
etos kerja tinggi
f. Terwujudnya standar pelayanan yang tinggi dengan menjadikan
kedekatan kepada pasien sebagai prioritas utama.

BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

Pembentukan, kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi Rumah


Sakit Umum Daerah berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo
No. 10 Tahun 2010. Organisasi dan Tata Kerja ini diharapkan mampu mewadahi
seluruh aspek kegiatan pelayanan dan administrasi Rumah Sakit Permata Hati.
Susunan Organisasi Rumah Sakit Permata Hati berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Kulon Progo No. 10 Tahun 2010, terdiri dari 1 orang Direktur
dibantu oleh 2 Wakil Direktur dan 5 Kepala Bagian/ Bidang serta 12 subbagian/
seksi. Secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Direktur
2. Wakil Direktur Pelayanan
3. Wakil Direktur Umum dan Keuangan
4. Bidang Pelayanan Medis dan Pengembangan Mutu, membawahkan :
a) Seksi Pelayanan Medis
b) Seksi Pengembangan Mutu & Audit Pelayanan.

5. Bidang Keperawatan & Kebidanan, membawahkan :


a) Seksi Keperawatan
b) Seksi Kebidanan
6. Bidang Penunjang, membawahkan :
a) Seksi Penujang Diagnostik dan Logistik
b) Seksi Rekam Medis dan Informasi
c) Bagian Keuangan
7. Bagian Keuangan
a) Sub Bagian Akutansi dan Perbendaharaan
b) Sub Bagian Perencanaan dan Anggaran
c) Sub Bagian Pendapatan
8. Bagian Umum, membawahkan :
a) Sub Bagian Umum
b) Sub Bagian Kepegawaian
c) Sub Bagian Diklat
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA LAKSANA KERJA RSUD WATES DIATUR
DALAM PERDA NO.10 TAHUN 2010

DIREKTUR

SPI KOMITE - WAKIL DIREKTUR


WAKIL DIREKTUR KELOMPOK JABATAN
KOMITE PELAYANAN
UMUM DAN FUNGSIONAL
KEUANGAN

BIDANG BIDANG BIDANG BAGIAN UMUM BAGIAN


PELAYANAN PENUNJANG KEPERAWATAN DAN KEUANGAN
DAN KEBIDANAN KEPEGAWAIAN

SEKSI SEKSI PENUNJANG SEKSI SUB.BAGIAN SUB.BAGIAN


PELAYANAN MEDIS DIAGNOSTIK & KEPERAWATAN UMUM AKUTANSI DAN
LOGISTIK RAWAT JALAN PERBENDAHARAAN

SEKSI SEKSI SEKSI SUB.BAGIAN


PENGEMBANGAN REKAM MEDIK KEPERAWATAN SUB.BAGIAN PERENCANAAN
MUTU & AUDIT DAN INFORMASI RAWAT INAP KEPEGAWAIAN DAN ANGGARAN
PELAYANAN

SUB.BAGIAN SUB.BAGIAN
DIKLAT PENDAPATAN

INSTALASI INSTALASI
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA

Dalam rangka mewujudkan pelayanan publik sesuai dengan asas penyelenggaraan


pemerintahan yang baik serta adanya pembagian pengaturan tanggung jawab
yang jelas pada instalasi sanitasi.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Permata Hati dengan Nomor : 188 / 27.2 / RS / V /
2014 tentang petugas pelaksana instalasi sanitasi rumah sakit umum daerah
wates.Pada keputusan tersebut sangat jelas kedudukan masing – masing petugas
pelaksana di instalasi sanitasi.

No NAMA KEDUDUKAN DALAM INSTALASI JABATAN


1. Cindy Miranti, A.Md KL - Sanitarian
2. Nurhidayat Operator IPAL
STRUKTUR INSTALASI SANITASI SESUAI DENGAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH WATES NOMOR 188 / 27.2 / RS / V / 2014

WAKIL DIREKTUR
PELAYANAN

KEPALA INSTALASI

ADMINISTRASI DAN
LOGISTIK

UNIT UNIT UNIT UNIT


PENYEHATAN RUANG PENYEHATAN AIR, LIMBAH PENGELOLAAN LIMBAH STERILISASI,PENGAMANAN
BANGUNAN CAIR DAN PADAT DAN RADIASI DAN PROMOSI
DAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN LAUNDRY PENGENDALIAN BINATANG KESEHATAN LINGKUNGAN
MAKANAN MINUMAN PENGGANGGU

PENYEHATAN RUANG DEKONTAMINASI


BANGUNAN DAN PENYEHATAN AIR PENGELOLAAN LIMBAH MELALUI DESINFEKSI
HALAMAN RUMAH SAKIT PADAT DAN STERILISASI

PERSYARATASN
PERSYARATAN HYGIENE PENGELOLAAN LIMBAH PENGENDALIAN PENGAMANAN RADIASI
DAN SANITASI MAKANAN CAIR SERANGGA,TIKUS DAN
MINUMAN BINATANG PENGGANGGU

PENGELOLAAN TEMPAT UPAYA PROMOSI


PENCUCIAN LINEN KESEHATAN DARI ASPEK
(LAUNDRY) KESEHATAN LINGKUNGAN
BAB VI
URAIAN JABATAN

1. KEPALA INSTALASI
a. Membuat uraian tugas seluruh tenaga di instalasi sanitasi / kesesehatan
lingkungan
b. Membuat prosedur tetap di instalasi sanitasi
c. Memimpin rapat rutin di instalasi sanitasi.
d. Mensosialisakan kebijakan direktur maupun kebijakan dari kementerian
kesehatan serta kebijakan lintas sektoral yang berkenaan dengan kegiatan
sanitasi.
e. Mewakili instalasi sanitasi dalam rapat koordinasi d ilingkungan rumah sakit
f. Membuat perencanaan bulanan dan tahunan
g. Melaksanakan tugas fungsional sanitarian dalam kegiatan sanitasi
h. Memberikan bimbingan dan pengawasan kepada semua petugas di instalasi
sanitasi
i. Melakukan evaluasi untuk membuat kebijakan baru demi perbaikan kegiatan
sanitasi
2. ADMINISTRASI DAN LOGISTIK
a. Mencatat surat keluar masuk di instalasi sanitasi.
b. Membuat perhitungan keperluan instalasi sanitasi
c. Membuat rekapan hasil kegiatan masing-masing unit
d. Membuat dan mengajukan surat permintaan barang.
e. Membuat laporan UKL dan UPL
f. Membuat laporan bulanan limbah cair.
g. Membuat laporan neraca limbah B3.
h. Membuat laporan ke instansi terkait tentang kegiatan instalasi yang telah
dilaksanakan.
i. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan instalasi sanitasi.

3. UNIT PENYEHATAN RUANG BANGUNAN DAN HYGIENE SANITASI


MAKANAN DAN MINUMAN
A. Melaksanakan dan menyelenggarakan kegiatan penyehatan ruang dan
halaman rumah sakit.
B. Melaksanakan dan menyelenggarakan persyaratan hygiene dan sanitasi
makanan minuman.
4. UNIT PENYEHATAN AIR, LIMBAH CAIR DAN PENGELOLAAN LAUNDRY
A. Melaksanakan dan menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan
penyehatan air
B. Melaksanakan dan menyelenggarakan pengelolaan limbah cair
C. Melaksanakan dan menyelenggarakan kegiatan pengelolaan tempat
pencucian linen (Laundry)
5. UNIT PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN PENGENDALIAN BINATANG
PENGGANGGU
A. Melaksanakan dan menyelenggarakan kegiatan pengelolaan limbah padat B3
B. Melaksanakan dan menyelenggarakan kegiatan pengelolaan limbah domestik
C. Melaksanakan dan menyelenggarakan kegiatan pengendalian serangga,tikus
dan binatang pengganggu lainnya.
6. UNIT STERILISASI,PENGAMANAN RADIASI DAN PROMOSI KESEHATAN
LINGKUNGAN
A. Melaksanakan kerja sama dengan unit diluar instalasi sanitasi tentang
kegiatan Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi
B. Melaksanakan kerja sama dengan unit lain diluar instalasi sanitasi tentang
kegiatan persyaratan pengamanan radiasi
C. Melaksanakan upaya promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan

BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

BIDANG
PELAYANAN
PENUNJANG

LAPORAN HASIL
KEGIATAN DAN
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
KERJASAMA
PIHAK KE 3

INSTALASI
SANITASI

KEGIATAN
PENGAWASAN
DAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN

INSTALASI /
UNIT / BANGSAL
/ RUANGAN
KETERANGAN :
1. Kegiatan Pengawasan,pemantauan selalu dikoordinasikan dengan unit /
bangsal/ ruangan yang menjadi obyek kegiatan sanitasi yang selanjutnya hasil
dari kegiatan tersebut dilaporkan kepada wakil direktur pelayanan melalui bidang
pelayanan penunjang.
2. Laporan hasil kegiatan disampaikan ke bidang penunjang.
3. Pengambilan keputusan tentang kerja sama pihak ke3 setelah di disetujui oleh
direktur di informasikan kembali oleh bidang pelayanan penunjang kepada
instalasi sanitasi.

BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

Instalasi Sanitasi adalah salah satu instalasi yang ada di Rumah Sakit Permata Hati
yang dipimpin oleh Kepala Instalasi. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilaksanakan
oleh tenaga fungsional sanitasi yang mempunyai kemampuan sesuai bidangnya.
A. Pola Ketenagaan di Instalasi Sanitasi :
STATUS
NO JENIS KETENAGAAN JUMLAH
KEPEGAWAIAN

1. Sanitarian Terampil 4 3 PNS, 1 Kontrak

2. Sanitarian Ahli 1 PNS

3. Adiministrasi 1 Kontrak

B. Kualifikasi Personil.
1. Kepala Instalasi sanitasi
a. Pendidikan : D3 Kesehatan Lingkungan
b. Formasi : 1 orang
2. Administrasi dan Logistik
a. Pendidikan : SMA
b. Formasi : 1 Orang
3. Tenaga Pelaksana Sanitasi
a. Pendidikan : S1. Kesehatan Masyarakat ( 1 orang )
b. Pendidikan : D3 Kesehatan Lingkungan ( 2 orang )
c. Pendidikan : D1 SPPH ( 1 orang ).
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI

Kegiatan orientasi pegawai terhadap pegawai baru dilaksanakan untuk memberikan


informasi,pengetahuan,pemahaman serta wawasan mengenai Rumah Sakit Permata
Hati dan lebih spesifik lagi tentang instalasi sanitasi yang ditempati serta hak dan
kewajiban pegawai yang bersangkutan.
Adapun jadwal kegiatan orientasi sebagai berikut :
Metode / Penanggung
No Materi Pokok Bahasan Waktu
Jawab
1. Perkenalan Dan Visi misi rumah sakit dan Ceramah tanya jawab /
Pengarahan Secara Struktur organisasi 2 jam kepala instalasi
Umum :
2. Hak Dan Kewajiban a. Hak
a. Hak Pegawai 1) Mendapatkan cuti 2 jam Ceramah tanya jawab /
2) Mengembangkan diri kepala instalasi
menjadi sumber daya
manusia yang unggul.
3) Menyampaikan saran
dan pendapat demi
kemajuan instalasi
4) Mendapatkan gaji.
5) Mendapatkan jasa
pelayanan
b. Kewajiban Pegawai b. Kewajiban
1) Mengikuti aturan yang
berlaku dirumah sakit.
2) Melaksanakan
pelayanan pekerjaan
sesuai jadwal kegiatan
3) Menjalin kerja sama
dalam bekerja
3. Pengenalan Instalasi a. Pengenalan personil 2 jam Ceramah tanya jawab /
Sanitasi b. Jadwal kegiatan kepala instalasi
4.
a. Pengertian kesehatan 3 jam Ceramah tanya jawab /
Materi dasar lingkungan di rumah sakit kepala instalasi
a. kesehatan b. Ruang lingkup kesehatan
lingkungan atau lingkungan rumah sakit
sanitasi dirumah c. Pembinaan teknis dan
sakit pengawasan
penyelenggaraan
kesehatan lingkungan RS.
Ceramah tanya jawab /
a. Pengertian UKL UPL 2 jam kepala instalasi
b. Tata laksana UKL UPL
a. UKL dan UPL Ceramah tanya jawab /
kepala instalasi
a. Peraturan peruandang- 2 jam
b. Peraturan undangan sanitasi rumah
perundangan dan sakit.
kebijakan strategi b. Kebijakan dan strategi
program sanitasi rumah
sakit
Metode / Penanggung
No Materi Pokok Bahasan Waktu
Jawab
4. Materi pokok
a. Manajemen Perencanaan,monitoring, 3 jam CTJ / Penanggung
kesehatan evaluasi dan pelaporan jawab unit kegiatan
lingkungan
Semua penanggung
jawab kegiatan
b. Praktek lapangan Mengikuti kegiatan petugas 1 bulan
sanitasi.

BAB X
PERTEMUAN / RAPAT

Rapat atau pertemuan yang diselenggarakan instalasi sanitasi terdiri dari :


1. Rapat rutin
a. Rapat dilakukan rutin setiap bulan pada minggu pertama dan waktu dapat
berubah bila ada pekerjaan yang harus diselesaikan.
b. Rapat diadakan di ruang instalasi sanitasi.
c. Rapat diihadiri oleh semua karyawan instalasi sanitasi
d. Rapat dipimpin oleh kepla instalasi
e. Setiap rapat dicatat dalam notulen rapat dan sebelum rapat dimulai
dibacakan notulen rapat sebelumnya.
f. Rapat bersifat terbuka dan saling memberi masukan .

2. Rapat yang bersifat insidential/darurat.


a. Rapat diadakan bila ada sesuatu masalah atau sesuatu hal yang harus
segera dibahas atau diselesaikan
b. Rapat juga wajib dihadiri oleh semua karyawan
c. Rapat diadakan di instalasi sanitasi
d. Rapat bersifat terbuka dan saling memberi masukan untuk memecahkan
masalah yang ada.
BAB XI
PELAPORAN

Laporan Instalasi Sanitasi terdiri dari :


1. Laporan Harian
Laporan tersebut untuk menindak lanjuti dari unit / bangsal/instalasi yang ada
terkait dengan laporan yang disampaikan dan yang berhubungan dengan
kegiatan sanitasi.
2. Laporan bulanan berupa laporan tentang limbah cair dan limbah padat yang
akan dilaporkan ke Badan Lingkungan Hidup Propinsi.
3. Laporan semesteran berupa laporan upaya pemantauan lingkungan dan upaya
pengelolaan lingkungan ( UKL UPL ) yang berisikan semua kegiatan instalasi
sanitasi yang telah dilakukan.

Metro:……………………………..
Direktur Rumah Sakit Permata Hati

Dr Fenny Dwiyanti
PROGRAM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
RUMAH SAKIT PERMATA HATI

A. PENDAHULUAN.
Pembangunan di berbagai bidang akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan
rakyat, begitu juga pembangunan di bidang kesehatan akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pembangunan di bidang kesehatan salah satunya adalah
melalui pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit, selain menghasilkan dampak positif berupa
kepuasan pelanggan melalui pelayanan kesehatan yang diperoleh, juga mengasilkan
dampak negatif berupa hasil samping pelayanan kesehatan yang disebut dengan
limbah.
Limbah rumah sakit ada beberapa macam, antara lain, limbah padat, limbah cair dan
limbah gas. Adanya limbah rumah sakit yang tidak dikelola dengan benar sangat
potensial menjadi media penularan penyakit, mengganggu estetika dan menimbulkan
pencemaran lingkungan.
Salah satu limbah rumah sakit yang memerlukan pengelolaan yang serius adalah
limbah cair, yaitu semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah
sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan acuan dalam optimalisasi pengelolaan limbah cair di rumah sakit
umum daerah wates agar kinerjanya dapat berjalan secara efektif dan
efisien,dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan rumah sakit yang bersih,
indah dan sehat sehingga tidak berdampak negative bagi lingkungan.
2. Tujuan Khusus
a. Pengelolaan limbah cair agar tidak menjadi media penularan penyakit.
b. Pengelolaan limbah cair agar tidak mengganggu estetika.
c. Pengelolaan limbah cair agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
C. PENGORGANISASIAN
Kegiatan pengelolaan limbah cair dilakukan oleh seorang tenaga sanitarian, dengan
pendidikan diploma 3.
D. TATA CARA.
Pengelolaan limbah cair , dilakukan sejak limbah cair dihasilkan sampai dengan
limbah cair hasil olah dibuang ke badan air penerima, dengan tahap-tahap sebagai
berikut :
a. Semua limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan kesehatan di rumah
sakit dialirkan ke septic tank yang kedap air, tertutup dan terpisah dengan
saluran air hujan yang ada di setiap gedung. Dari septic tank, limbah cair
dialirkan secara gravitasi ke bak pengumpul yang ada di beberapa titik. Dari bak
pengumpul, limbah cair dialirkan ke bak pengumpul akhir.
Limbah cair yang berasal dari instalasi Gizi, sebelum masuk ke bak
penampungan akhir, dialirkan melalui saluran yang berbentuk labirin yang
berfungsi untuk memisahkan minyak dan lemak dari limbah cair, kemudian
dialirkan ke bak pengumpul akhir.
Limbah cair yang berasal dari laundry, sebelum masuk ke bak penampung akhir
terlebih dahulu diendapkan ke bak pengendapan, dengan maksud untuk
menetralkan suhu limbah cair dan mengurangi kadar Phospat agar tidak
mengganggu proses pengolahan limbah cair dalam IPAL. Setelah suhu netral
dan limbah padat mengendap, air limbah dialirkan ke bak pengumpul akhir.
b. Buffer tank.
Setelah penuh, limbah cair di bak pengumpul akhir dipompa ke buffer tank,
sambil disaring menggunakan pipa screen, dengan maksud untuk mencegah
agar limbah padat yang terbawa limbah cair tidak masuk ke buffer tank.
Buffer tank merupakan tangki kedap air dan tertutup yang berfungsi untuk
menampung limbah cair sebelum dilakukan pengolahan secara biologis. Bak ini
mempunyai kapasitas 20 m3. Di dalam buffer tank dilengkapi dengan satu buah
mixer yang berfungsi untuk mengaduk limbah cair agar tercampur secara
homogen dengan koagulan yang telah dimasukkan dan mencegah terjadinya
pengendapan lumpur agar tidak terjadi proses anaerob.
Buffer tank juga dilengkapi dengan pompa benam dengan kemampuan 5.5 ltr/
dtk, yang berfungsi untuk mengalirkan limbah cair ke SBR.
c. Pengolahan Limbah Cair.
Limbah cair dari buffer tank dipompa ke tangki SBR untuk selanjutnya
memasuki tahap pengolahan. Pengolahan limbah cair dilakukan secara aerob
dengan system lumpur aktif. Dalam sehari dilakukan 4 kali pengolahan limbah
cair, di mana satu siklus pengolahan memerlukan waktu 4 jam. SBR
mempunyai kapasitas olah 15 s/d 34 m3.
SBR dilengkapi dengan 1 buah mixer yang berfungsi untuk mengaduk dan
mencampur limbah cair dengan limpur aktif, 1 buah aerator yang berfungsi
untuk menghasilkan oksigen dan 1 buah penstock yang berfungsi untuk
memisahkan antara limbah cair terolah dengan lumpur aktif sebelum limbah cair
terolah masuk ke tangki desinfeksi.
Di dalam SBR terdapat 6 tahap pengolahan, antara lain :
a) Filling (tahap pengisian)
Adalah proses pengisian limbah cair dari buffer tank ke SBR dengan cara
pemompaan hingga ketinggian 2.20 m.
b) Mixing (tahap pencampuran)
Limbah cair yang masuk ke SBR masuk ke tahap mixing, yaitu proses
pengadukan limbah cair dengan menggunakan mixer selama proses
pengisian, agar limbah cair tercampur secara homogen dengan lumpur
aktif sehingga tidak terjadi proses anaerob.
c) Aerasi (tahap pemberian oksigen)
Proses mixing dilanjutkan dengan tahap aerasi, yaitu tahap yang bertujuan
untuk mensuplai oksigen ke dalam limbah cair yang dibutuhkan untuk
pengolahan secara biologis untuk menciptakan kondisi aerob. Aerasi
bersumber dari sebuah blower yang mempunyai daya 2 KW dengan
kemampuan menghasilkan udara 50 m3/hari. Cara kerja aerasi adalah 3
menit on, 1 menit off secara bergantian, dengan waktu selama 90 menit.
d) Settling (tahap pengendapan).
Setelah proses aerasi selama 90 menit, limbah cair memasuki tahap
pengendapan lumpur aktif, yang berlangsung selama 60 menit. Tujuannya
adalah untuk memisahkan antara limbah cair terolah dengan lumpur aktif.
Selama proses ini, blower dan mixer dalam keadaan mati.
e) Decanting (tahap penuangan).
Setelah 60 menit, limbah cair memasuki tahap decanting yaitu tahap
pengeluaran limbah cair terolah dari SBR dialirkan ke tangki desinfeksi
dengan menggnakan system penuangan. Pada tahap ini menggunakan
motor penggerak yang disebut penstock. Waktu yang diperlukan pada
tahap penuangan adalah 15 menit.
f) Waiting (tahap istirahat).
Setelah semua limbah cair terolah mengalir ke tangki desinfeksi, IPAL
akan masuk ke tahap waiting atau istirahat, yaitu tahap menunggu
sebelum masuk ke siklus pengolahan berikutnya. Waktu yang diperlukan
adalah 15 menit.
d. Bak Stabilisasi.
Lumpur aktif hasil samping pengolahan limbah cair akan masuk ke bak
stabilisasi. Bak stabilisasi merupakan bak yang berfungsi untuk menstabilkan
lumpur aktif yang dihasilkan pada setiap proses pengolahan limbah cair. Waktu
tinggal lumpur aktif di bak stabilisasi adalah 3 (tiga) bulan, dengan tujuan agar
mikroorganisme pathogen yang terdapat di dalam lumpur aktif mati. Bak ini
mempunyai kapasitas 11 m3. Di dalamnya terdapat 1 (satu) buah pompa yang
berfungsi untuk mengangkat lumpur dengan kemampuan 4 m 3/jam.
e. Tangki desinfeksi.
Limbah cair terolah dari SBR dialirkan ke tangki desinfeksi untuk proses
desinfeksi. Di sini limbah cair terolah akan dibubuhi kaporit tablet dengan tujuan
untuk mematikan mikroorganisme pathogen agar tidak berbahaya bagi badan
air penerima.
f. Kolam Uji.
Merupakan bak tempat untuk pengambilan sampel limbah cair terolah, untuk
dilakukan uji kualitas fisik, kimia dan bakteriologis limbah cair terolah, untuk
mengetahui layak tidaknya limbah cair terolah masuk ke badan air penerima.
Untuk mengontrol kualitas limbah cair terolah, pada kolam uji dipelihara ikan
nila, karena ikan nila sangat sensitive terhadap perubahan kualitas limbah cair
yang telah diolah.
g. Pengolahan Lumpur Aktif.
Adalah proses untuk mengurangi volume lumpur aktif yang berlebih dari system.
Lumpur aktif yang telah tinggal selama 3 bulan di bak stabilisasi diambil,
kemudian dijemur hingga benar-benar kering, untuk selanjutnya dimanfaatkan
untuk pupuk tanaman di taman rumah sakit.
h. Badan air penerima.
Limbah cair terolah dari kolam uji dialirkan ke saluran irigasi yang ada di sebelah
barat rumah sakit, untuk selanjutnya dimanfaatkan untuk mengairi sawah yang
ada di sekitar rumah sakit.
i. Pengambilan dan pemeriksaan sampel limbah cair.
Setiap bulan dilakukan pengambilan sampel limbah cair sebelum dan sesudah
diolah untuk dilakukan pemeriksaan kualitas limbah cair secara fisik, kimia dan
bekteriologis. Kegiatan inin bekerjasama dengan pihak ketiga, dalam hal ini
Laboratorium Kesehatan Daerah Bandar Lampung.
j. Pencatatan dan Pelaporan.
Setiap hari dilakukan pencatatan volume limbah cair yang diolah. Setiap akhir
bulan dilakukan rekapitulasi terhadap hasil pencatatan pengolahan limbah cair.
Selain itu juga dilakukan pencatatan hasil pemeriksaan kualitas fisik, kimia dan
bakteriologis limbah cair sebelum dan sesudah diolah.
Kemudian data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel, dan hasilnya
dilaporkan ke :
a. Dinas Lingkungan Hidup Kota Metro
b. Dinas Kesehatan Kota Metro

E. JADWAL KEGIATAN
WAKTU PELAKSANAAN
NO KEGIATAN PELAKSANA SASARAN BULAN KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 LIMBAH CAIR

a.Pengolahan Sanitarian IPAL x x x x x x x x x x x x Setiap


limbah cair hari

b..Pengambilan Sanitarian dan


sampel
LabKesDa Inlet x x x x x x x x x x x x Setiap
outlet x x bulan

d..Pencatatan Sanitarian Hasil kegiatan x x x x x x x x x x x x Setiap


hari
Dan
setiap
bulan

e..Laporan bulanan Saniraian Hasil kegiatan x x x x x x x x x x x x Setiap


bulan

f..Laporan Sanitarian UKL dan UPL x 6 bln


sekal
i
2) EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui efektif tidaknya pengolahan limbah cair yang
telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan dengan melihat hasil pemeriksaan
laboratorium limbah cair sesudah dan sebelum dilakukan pengolahan. Apabila hasil
uji laboratorium terhadap hasil memenuhi baku mutu limbah cair yang berlaku,
berarti pengolahan yang telah dilakukan sudah efektif. Akan tetapi apabila hasil uji
laboratorioum terhadap hasil olah limbah cair belum memenuhi baku mutu limbah
cair, berarti pengolahan belum efektif dan harus dirunut kembali, di mana letak
kesalahannya.

Metro :……………………………..
Direktur Rumah Sakit Permata Hati

dr Fenny Dwiyanti

Anda mungkin juga menyukai