Menimbang:
1. Bahwa Rumah Sakit Hative memegang peranan penting dalam menjamin
Mengingat:
1. Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Sampah.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 382/Menkes/SK/III/
11. Peraturan Menteri Lingkunga Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P.
MEMUTUSKAN
Menetapkan: PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HATIVE PASSO
TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN B3 DI RUMAH SAKIT
HATIVE PASSO
Pasal 1
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 3
Peraturan ini mulai berlaku pada tangal di tetapkan :
Ditetapkan di : ambon
Pada tanggal : 2018
LAMPIRAN
PERATURAN RUMAH SAKIT HATIVE
NOMOR ……..
TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN B3
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 5
2. Pengadaan B3 ................................................................................................. 12
3. Penerimaan B3 ................................................................................................ 13
4. Penyimpanan B3 ............................................................................................. 13
5. Labelisasi B3................................................................................................... 14
6. Distribusi B3 ................................................................................................... 16
DEFINISI
RUANG LINGKUP
Berikut ini yang termasuk kategori Bahan Berbahaya dan Beracun yang mengacu
pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 tahun 2013 tentang Simbol dan
Label Bahan Berbahaya dan Beracun:
1. Mudah Meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai pengimbangan
kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan tekanan
meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan.Bahan mudah meledak apabila
terkena panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan ledakan.
2. Mudah Menyala
3. Reaktif
4. Beracun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan
kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan
kulit atau mulut.
5. Infeksius
6. Korosif
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya dan
Beracun5
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan
pada lempeng baja (SAE1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun
dengan temperatur uji 550C, mempunyai pH sama atau kurang dari 2 (asam), dan
sama atau lebih dari 12,5 (basa).
Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan atau organisme
aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan, seperti merusak lapisan ozon
(misalnya CFC=Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan (misalnya
PCBs=Polychlorinated Biphenyls)
8. Memancarkan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel radioaktif yang mampu
mengionkan secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang dilaluinya, misalnya:
Ir192, I131, Tc99, Sa153, sinar X, sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, dan lain-lain.
1. Mudah meledak
3. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi reaksi oksidasi,
mengakibatkan reaksi keluar panas(eksothermis).
4. Racun
5. Korosif
6. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak jaringan tubuh.
7. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti dapat merubah
genetika.
8. Teratogenik
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lendir.
Bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan dapat meledak bila tabung
dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya dapat menyebabkan kebakaran.
Sedangkan yang termasuk dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menurut WHO
(2018) adalah sebagai berikut:
a. Infeksius;
c. Farmasi;
d. Bahan Kimia;
e. Logam berat;
f. Kontainer bertekanan;
g. Benda tajam;
h. Genotoksik/sitotoksik;
i. Radioaktif.
Faktor yang mempengaruhi timbulnya tingkat bahaya dari pemaparan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3):
a. Cara Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) masuk ke dalam tubuh yaitu
melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan penyerapan melalui
kulit. Diantaranya yang sangat berbahaya adalah yang melalui saluran
pernapasan karena tanpa disadari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) akan
masuk ke dalam tubuh bersama udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar
8,3 m2 selama 8 jam kerja dan sulit dikeluarkan kembali dari dalam tubuh.
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. identifikasi dan inventarisasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah
Sakit oleh Komite K3 RS Hative
b. menyiapkan dan memiliki lembar data keselamatan bahan (material safety
data sheet) di area dimana B3 berada
3. Instalasi Farmasi
4. Instalasi Laboratorium
5. Instalasi Radiologi
6. Instalasi Gizi
8. TPS Limbah B3
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya dan
Beracun8
9. Area Perkantoran yang terdapat B3
Kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3 Rumah Sakit dilaksanakan secara rutin
agar tidak terjadi timbulnya bahan B3 yang kadaluwarsa, terjadi tumpahan ketika
penyimpanan, penyalahgunaan bahan dan penimbunan limbah B3 yang dapat
mencemari lingkungan.
Secara rinci kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3 dijelaskan sebagai berikut:
2. Pesanan bahan B3 datang dari rekanan suplier yang telah ditunjuk dari unit
pembelian dan langsung disimpan di Gudang B3 Bidang Logistik sesuai dengan
jenis bahannya dengan menyertakan MSDS (Material Safety Data Sheet)
3. Unit yang membutuhkan bahan B3 dapat mengambil sesuai kebutuhan di unit
logistik
4. Limbah yang dihasilkan oleh unit pengguna bahan B3 lalu dibawa oleh
petugas cleaning service ke TPS limbah B3 yang sudah disediakan. Petugas
cleaning service juga mencatat berat limbah yang akan disimpan di TPS
tersebut.
5. Seksi LHK melakukan kerjasama dengan pihak ke 3 untuk melakukan
pemusnahan limbah B3 tersebut. Kegiatan pengambilan limbah B3 dilakukan
sesuai dengan izin yang berlaku dan kesepakatan dengan pihak pengolah
limbah B3.
6. Sebelum limbah B3 dimusnahkan, dari pihak ke 3 melakukan penimbangan
ulang dan hasil dari penimbangan tersebut digunakan sebagai acuan untuk
pelaporan jumlah limbah B3 yang dimusnahkan oleh pihak ke 3.
7. Rekapitulasi limbah B3 dilaporkan ke manajemen dan instansi pemerintah
secara berkala.
Nama bahan kimia dapat memiliki banyak sinonim, dan itu adalah sah atau
dibenarkan, seperti methanal = formaldehida = formalin (formalidehid dalam larutan
air ± 37%). Di pasaran, formalin diperdagangkan dengan nama yang berbeda-beda,
yaitu : Formol, Morbicid, Methanal, Formic aldehyde, Methyl oxide, Oxymethylene,
Methylenealdehyde, Oxomethane, Formoform, Formalith, Karsan, Methyleneglycol,
Paraforin, Polyoxymethylene glycols, Superlysoform, Tetraoxymethylene, dan
Trioxane. Sebagai petugas bea dan cukai, sepertinya tidak mungkin harus
2) Bersifat unik;
c. UN-Number (UN #)
Lembar data keselamatan bahan (Material Safety Data Sheet = MSDS) merupakan
pengidentifikasi dan informasi keselamatan yang sangat terperinci. Format tidak
seragam dan kadang tidak selalu disertakan (berdasarkan permintaan pelanggan)
namun dapat sangat membantu. Merupakan lembar petunjuk yang berisi informasi
tentang sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, dan
tindakan khusus dalam keadaan darurat. Lembar spesifikasi merupakan laporan
kualitas suatu bahan dan kadang memuat CAS Number.
2. Pengadaan B3
Kegiatan ini dilakukan setelah order oleh pembelian terpenuhi dan Logistik menerima
B3 sesuai dengan Surat pesanan dari Pembelian. Pada proses ini di cek antara lain
:batch, expired date, keutuhan kemasan, dan segel kemasan, sesuai dengan SPO
Penerimaan Perbekalan Farmasi (RSHTV/SPO/../..) dan SPO Penerimaan
Barang Rutin (RSHTV/SPO/../..). Selanjutnya akan didistribusikan untuk disimpan
di gudang penyimpanan B3 di Logistik.
4. Penyimpanan B3
B3 yang kadaluarsa dan atau tidak memenuhi spesifikasi dan atau bekas kemasan,
wajib dikelola sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun.
Tempat penyimpanan yang sesuai dengan persyaratan adalah suatu tempat tersendiri
yang dirancang sesuai dengan karakteristik B3 yang disimpan misalnya B3 yang
reaktif (reduktor kuat) tidak dapat dicampur dengan asam mineral pengoksidasi
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya dan
Beracun15
karena dapat menimbulkan panas, gas beracun dan api. Juga tempat penyimpanan B3
harus dapat menampung jumlah B3 yang akan disimpan. Misalnya suatu kegiatan
industri yang menghasilkan B3 harus menyimpan B3 ditempat penyimpanan B3 yang
mempunyai kapasitas yang sesuai dengan B3 yang akan disimpan dan memenuhi
persyaratan teknis kesehatan dan perlindungan lingkungan.
Salah satu persyaratan kelengkapan pada tempat penyimpanan tersebut adalah sistem
tanggap darurat dan prosedur penanganan B3.B3 yang dianggap kadaluwarsa, atau
tidak memenuhi spesifikasi, atau bekas kemasan, yang tidak dapat digunakan tidak
boleh dibuang sembarangan, tetapi harus dikelola sebagai limbah B3.B3 kadaluwarsa
adalah bahan yang karena kesalahan dalam penanganannya menyebabkan terjadinya
perubahan komposisi dan atau karakteristik sehingga bahan tersebut tidak sesuai lagi
dengan spesifikasinya. Sedang B3 yang tidak memenuhi spesifikasi adalah bahan
yang dalam proses produksinya tidak sesuai dengan yang ditentukan.
Informasi penting yang selalu harus disertakan adalah Lembar Data Pengaman (LDP)
atau Material Safety Data Sheet (MSDS). Informasi MSDS disamping harus tercantum
pada produksi B3, juga harus muncul pada dokumen pengangkutan, penyimpanan, dan
pengedaran B3, dan juga pada kemasan bahan tersebut. Lembar MSDS paling tidak
berisi:
a. Merek dagang
b. Rumus kimia B3
c. Jenis B3
d. Klasifikasi B3
5. Labelisasi B3
Pemberian simbol dan label pada setiap kemasan B3 dan tempat penyimpanan adalah
untuk mengetahui klasifikasi B3 sehingga pengelolaannya dapat dilakukan dengan
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya dan
Beracun16
baik guna mengurangi risiko yang dapat ditimbulkan dari B3. Untuk pemberian
simbol pada limbah B3 sesuai dengan SPO Pemasangan Label pada Limbah B3
(RSHTV/SPO/.../...).
Gas Bertekanan
6. Distribusi B3
9. Penanganan Limbah B3
Kegiatan pengelolaan limbah B3 Rumah Sakit dilaksanakan secara rutin agar tidak
terjadi tumpahan ketika penyimpanan di TPS limbah B3, penyalahgunaan dan
penimbunan limbah B3 yang dapat mencemari lingkungan.
Secara rinci kegiatan pengelolaan limbah B3 dijelaskan sebagai berikut:
b. Limbah yang dihasilkan oleh unit pengguna bahan B3 lalu dibawa oleh petugas
cleaning service ke TPS limbah B3 yang sudah disediakan. Petugas cleaning service
juga mencatat berat limbah yang akan disimpan di TPS tersebut.
c. Seksi LHK melakukan kerjasama dengan pihak ke 3 untuk melakukan
pemusnahan limbah B3 tersebut. Kegiatan pengambilan limbah B3 dilakukan setiap
hari, kecuali hari minggu dan hari libur nasional.
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya dan
Beracun19
d. Sebelum limbah B3 dimusnahkan, dari pihak ke 3 melakukan penimbangan
ulang dan hasil dari penimbangan tersebut digunakan sebagai acuan untuk pelaporan
jumlah limbah B3 yang dimusnahkan oleh pihak ke 3.
e. Rekapitulasi limbah B3 dilaporkan ke manajemen dan instansi pemerintah
secara berkala.
Berikut ini adalah daftar SPO terkait dengan Penanganan Limbah B3, antara lain :
Nama SPO No dokumen
Pengelolaan Limbah B3 RSHTV/SPO/11-2/007
Pengelolaan Limbah Sitotoksis RSHTV/SPO/11-2/008
Penanggulangan Keadaan Darurat
RSHTV/SPO/11-2/009
Pengelolaan Limbah B3
Pengangkutan Limbah B3 ke Pihak Ke 3 RSHTV/SPO/11-2/018
Seluruh kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3, baik penyimpanan bahan,
penggunaan bahan, atau pengelolaan limbah B3 dicatat dalam buku laporan yang
kemudian dijadikan bahan analisa dan evaluasi.