U
KIT M
A
UM
S
RUMAH
* AULIA
*
E-mail : rs_aulia@yahoo.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya pembangunan di Indonesia dapat mendorong peningkatan penggunaan bahan berbahaya
dan beracun (B3) diberbagai sektor seperti industri, pertambangan, pertanian, dan kesehatan. Penggunaan
B3 yang terus meningkat apabila pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik, maka akan menimbulkan
kerugian terhadap kesehatan manusia, mahkluk hidup lainnya dan lingkungan hidup, seperti pencemaran
udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 dan No 101 tahun 2014 Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Upaya pengelolaan dan pengendalian B3 dan limbah B3 dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan
dampak lingkungan yang akan muncul sebagai konsekuensi atas penggunaan bahan ini.
Beberapa kegiatan di rumah sakit berpotensi memberikan dampak buruk pada lingkungan termasuk
pada masyarakat di sekitar rumah sakit karena beberapa jenis limbah yang dihasilkan rumah sakit
tergolong bahan berbahaya dan beracun yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak dilakukan
pengelolaan dengan baik
Untuk itu diperlukan suatu pedoman manajemen bahan B3 dan limbah B3, dimana pedoman ini
menunjukkan suatu metode untuk mengidentifikasi material yang memerlukan penanganan khusus dan
untuk mengelola bahan yang berhubungan dengan kesehatan, bahan yang mudah meledak, atau menilai
tingkat reaktif bahan yang potensial membahayakan manusia atau lingkungan serta menentukan proses
untuk memperkecil risiko dari penggunaan yang tidak aman serta pembuangan yang tidak tepat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mencegah dan mengurangi risiko dampak B3 dan limbah B3 terhadap kesehatan pekerja, pasien,
pengunjung, serta lingkungan.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan pekerja dalam mengidentifikasi, menginventarisasi, penanganan,
penyimpanan, pemberian label dan simbol serta penggunaan B3.
b. Meningkatkan pengetahuan tentang penanganan tumpahan bahan berbahaya serta peralatan yang
digunakan dalam menangani tumpahan atau paparan.
c. Memahami Material Safety Data Sheet (MSDS).
d. Meningkatkan pengetahuan mengenai pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan dan
insiden lainnya.
e. Meningkatkan pengetahuan pekerja dalam pengelolaan limbah B3.
f. Meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas pengelola
limbah.
C. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Undang - Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
5. Peraturan pemerintah republic Indonesia No 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 85 tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 30 tahun 2009 tentang Tata Laksana
Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan
Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun oleh Pemerintah daerah
10. Keputusan Menteri Kesehatan No.1087/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Standar Kesehatandan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
11. Keputusan Menteri Kesehatan No.1024/Menkes/SK/X/2004 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
12. Keputusan Kepala Bapedal No 1 Tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan beracun (B3)
13. Keputusan Kepala Bapedal No 2 Tahun 1995 tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan
beracun (B3)
14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No 23 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun di Jawa Barat
15. Peraturan Daerah kota Bandung No 2 tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pengendalian Limbah
Bagan Berbahaya dan Beracun
BAB II
DEFINISI
BAB III
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pengelolaan bahan dan limbah berbahaya di Rumah Sakit Umum Aulia Blitar meliputi:
1. Inventarisasi B3 dan limbah B3
2. Penyimpanan B3 dan limbah B3
3. Penggunaan B3
4. Pelaporan tumpahan dan paparan B3 dan limbah B3
5. Pengelolaan / pembuangan limbah B3.
BAB IV
TATA LAKSANA
1 Iritan Savlon
Bahan Korosif
Bahan Beracun
Bahan Oksidator
Label B3 merupakan uraian singkat yang menunjukkan klasifikasi dan jenis B3. Penggunaan label
B3 tersebut dilakukan dalam kegiatan pengemasan B3. Label berfungsi memberikan informasi tentang
produsen B3, identitas B3 serta kuantitas B3. Label harus mudah terbaca, terlihat jelas, tidak mudah rusak
dan tidak mudah terlepas dari kemasannya.
C. Pengadaan / Pembelian B3
Pengadaan B3 disesuaikan dengan kebutuhan unit, yang harus diketahui dan disertai tandatangan oleh
kepala divisi unit terkait. Permintaan pembelian (Purchase Request) B3 dilakukan oleh unit Farmasi
secara tertulis dan disertai tandatangan oleh Manajer terkait. Pemesanan B3 melalui distributor resmi
yang terdaftar pada Balai POM atau Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Setiap distributor harus
melampirkan MSDS pada saat penyerahan barang ke logistik, Pihak purchasing tidak diperkenankan
memesan B3 yang terlarang berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan
B3.
Penerimaan barang B3 dilakukan oleh logistik farmasi. Petugas logistik harus mengecek kondisi fisik
barang yang dikirim oleh supplier dan kesesuaiannya dengan faktur meliputi nama, bentuk sediaan,
jumlah kondisi barang (utuh, tidak cacat/rusak), dan masa kadaluarsa. Apabila ada barang/kemasan yang
rusak/cacat harus segera diretur. Setiap pemesanan bahan B3 yang sebelumnya belum pernah ada di
Rumah Sakit Umum Aulia Blitar maka logistic farmasi mengkonfirmasi kepada K3 bahwa ada
penambahan B3 baru.
D. Material Safety Data Sheet (MSDS) / Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)
MSDS/(LDKB) merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan bahan-
bahan kimia berbahaya. Pembuatan MSDS/LDKB dimaksudkan sebagai informasi acuan bagi para staf
yang menangani langsung dan mengelola bahan kimia berbahaya. Isi dari MSDS antara lain:
1. Identifikasi bahan kimia
Nama bahan, sinonim, rumus kimia, kode produksi, nama dan alamat perusahaan
pembuat/distributor/importer, nomor telepon keadaan darurat.
2. Komposisi bahan kimia
Deskripsi bahan/jenis, sifat, identitas, dan konsentrasi bahan yang berbahaya bagi keselamatan dan
kesehatan, batas pemaparan yang tidak boleh dilampaui.
3. Identifikasi potensi bahaya
Lakukan identifikasi terhadap kesehatan, dan akibatnya bagi mata, kulit, saluran cerna, pernafasan,
karsinogen, teratogen dan fungsi reproduksi.
4. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan
Meliputi penyelamatan diri sebelum ada pertolongan medik, dan bila ada antidote untuk bahan
kimia.
5. Tindakan penanggulangan kebakaran
antara lain mengenai sifat bahan mudah terbakar, titik nyala, suhu nyala sendiri, batas suhu terendah
dan tertinggi mudah terbakar, media/jenis pemadam api, bahaya khusus, instruksi bagi petugas
pemadam kebakaran, bahaya peledakan.
6. Penanganan bila terjadi kebocoran atau tumpahan
Untuk jumlah yang kecil atau besar, alat pelindung diri, dan tindakan yang diperlukan bila terjadi hal
yang tidak dikendaki.
7. Penanganan dan penyimpanan bahan terutama mengenai cara penanganan pencegahan
pemaparan kondisi tempat penyimpanan bahan, penetapan bahan yang “incompatible”, syarat
khusus penyimpanan lainnya.
8. Pengendalian pemaparan dan alat pelindung diri tentang cara pengendalian teknis, penyediaan
alat pelindung diri.
9. Sifat fisik dan kimia bahan mengenai bentuk bahan, padat/cair/gas, bau, warna, massa jenis, titik
didih, titik lebur, tekanan uap, pH, daya larut, dan sebagainya.
10. Stabilitas dan reaktifitas dicantumkan sifat satbilitas dan reaktifitas bahan, kondisi yang harus
dihindari, bahan yang tidak boleh tercampur (incompatible), bahan dekomposisi, bahaya
polimerisasi.
11. Informasi toksikologi mengenai nilai ambang batas, LD-50, LC-50, efek lokal, pemaparan akut dan
kronik, termasuk efek karsinogen, teratogen, reproduksi, mutagen, dan interaksi bahan dengan obat.
12. Informasi ekologi karakteristik bahan yang berbahaya bagi lingkungan, dampak lingkungan,
degradasi, dan bioakumulasi.
13. Pembuangan limbah informasi tentang teknis pembuangan limbah termasuk pembuangan wadah
bekas bahan kimia
14. Informasi tentang pengangkutan/transportasi bahan kimia meliputi peraturan internasional,
pengangkutan melalui darat, laut dan udara
15. Peraturan perundangan termasuk pemberian tanda/simbol dan label, standar dan norma yang
berlaku
Untuk lebih memudahkan dalam memahami MSDS, maka MSDS di Rumah Sakit Umum Aulia
Blitar di rangkum kepada beberapa bagian saja yaitu: nama bahan, jenis bahaya, APD yang harus
digunakan, petunjuk penyimpanan, pertolongan pertama bila terpapar dan petunjuk penanganan tumpahan
yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia /bahasa inggris.
E. Inventarisasi B3
Inventarisasi B3 dilakukan pada setiap unit di yang memiliki B3. Unit –unit yang memiliki B3 antara lain:
1. Unit Keperawatan (Perawatan,HCU, Kamar bedah, CSSD, Poliklinik, UGD, Hemodialisa )
2. Unit Penunjang Medis (Laboratorium, Farmasi, Radiologi)
3. Unit Rumah Tangga (Cleaning service, Laundry)
4. Unit Sanitasi
5. Unit Pemeliharaan Sarana RS
6. Unit Gizi
F. Penyimpanan B3
Penyimpanan B3 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Bahan kimia korosif
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dengan uap air.
Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan berventilasi baik untuk mencegah terjadinya
pengumpulan uap. Wadah/kemasan harus ditangani hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang
label. Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan
yang disebabkan oleh korosi.
2. Bahan kimia beracun
Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang berventilasi baik, jauh dari bahaya
kebakaran dan bahan yang incompatible (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.
3. Bahan kimia mudah terbakar
a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada
uap dari bahan bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai sirkulasi yang cukup, sehingga bocoran uap akan diencerkan
konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak jauh dari daerah yang ada bahaya kebakarannya
d. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
e. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas
dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi
panas
f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau
api otomatis dan diperiksa secara periodik
4. Bahan kimia mudah meledak
Bangunan penyimpanan harus kokoh dan tahan api, lantai terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan
loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci
sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang
kedap udara. Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli,
gemuk, bensin, bahan sisa yang mudah terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah tempat
penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah terbakar.
5. Bahan kimia oksidator
Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, sirkulasi udara baik, jauh
dari bahan yang mudah terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.
6. Gas bertekanan
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan rantai
atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk,
bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas didalam ruangan yang ada peredaran
udaranya.
Di Rumah Sakit Umum Aulia Blitar, B3 disimpan pada tempat khusus dan diberi keterangan “Tempat
Peyimpanan B3”. Berikut tempat-tempat penyimpanan B3:
8 Hemodialisa 1 Lemari
11 HCU 1 Lemari kayu
13 CSSD 1 Lemari Stainless
14 Radiologi 1 Lemari kayu
15 Farmasi 1 Lemari
16 Laboratorium 1 Lemari Besi
18 UGD 1 Lemari
19 Ruang gas medis ,1 Ruangan Tabung
20 Ruang gas LPG 1 Ruangan Tabung
21 UPSRS 1 Lemari kayu
Pelaksanaan Pengelolaan
Seluruh kegiatan pengelolaan merupakan pengendalian risiko yang harus dilakukan secara baik dan benar,
beberapa pelaksanaan pengelolaan yang perlu mendapatkan perhatian meliputi:
1. Pemilahan limbah (waste segregation), yakni memilah beberapa jenis limbah secara cermat ke dalam
wadah-wadah atau kantong yang berbeda dan khusus yang menggambarkan risiko yang berkaitan
dengan setiap kemasan limbahnya
2. Pengemasan yang sesuai (appropriate packaging), yaitu mencegah tumpahnya limbah dan melindungi
petugas dari kontak dengan limbah
3. Identifikasi limbah (waste identification) melalui pengemasan dan pelabelan yang jelas, memungkinkan
jenis dan sumber limbah lebih mudah dikenali
4. Tempat penampungan limbah yang sesuai (appropriate waste storage) yaitu membatasi akses hanya
pada orang yang berkepentingan, menjaga agar tidak menjadi sarang serangga dan binatang pengerat,
dan mencegah kontaminasi area sekitarnya
5. Transportasi yang sesuai (appropriate transportation) yaitu mengurangi risiko yang dihadapi petugas
yang terpajan limbah
H. Dokumen Limbah B3
Dokumen limbah B3 adalah surat yang diberikan pada waktu penyerahan limbah B3 oleh penghasil
limbah B3 atau pengumpul limbah B3 kepada pengangkut limbah B3. Dokumen limbah B3 tersebut
berisi ketentuan sebagai berikut:
a. Nama dan alamat penghasil atau pengumpul limbah B3 yang menyerahkan limbah B3
b. Tanggal penyerahan limbah B3
c. Nama dan alamat pengangkut limbah B3
d. Tujuan pengangkutan limbah B3
e. Jenis, jumlah, komposisi, dan karakteristik limbah B3 yang diserahkan
Dokumen limbah B3 dibuat 7 (tujuh) rangkap apabila pengangkutan hanya satu kali dan apabila
pengangkutan lebih dari satu kali (antar moda) maka dokumen terdiri dari 11 (sebelas) rangkap dengan
rincian sebagai berikut:
a. Lembar asli (pertama) disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah ditandatangani oleh pengirim
limbah B3.
b. Lembar kedua yang sudah ditandatangani oleh pengangkut limbah B3, oleh pengirim limbah B3
dikirimkan kepada instansi yang bertanggungjawab.
c. Lembah ketiga yang sudah ditandatangani oleh pengangkut disimpan oleh pengirim limbah B3.
d. Lembar keempat setelah ditandatangani oleh pengirim limbah B3 oleh pengangkut diserahkan kepada
penerima limbah B3.
e. Lembar kelima dikirimkan oelh penerima kepada instansi yang bertanggungjawab setelah
ditandatangani oleh penerima limbah B3.
f. Lembar keenam dikirim oleh pengangkut kepada Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II
yang bersangkutan, dengan pengirim. Setelah ditandatangani oleh penerima limbah B3.
g. Lembar ketujuh setelah ditandatangani oleh penerima oleh pengangkut dikirimkan kepada penerima
limbah B3.
h. Lembar kedelapan sampai dengan lembar kesebelas dikirim oleh pengangkut kepada pengirim limbah
B3 setelah ditandatangani oleh pengangkut terdahulu dan diserahkan kepada berikutnya/antar moda.
Dokumen limbah B3 lainnya yang harus dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Aulia Blitar
antara lain a.Lembar kegiatan limbah B3 / Log Book (terlampir). Neraca limbah B3 adalah data
kuantitas limbah B3 dari yang menunjukkan kinerja pengelolaan limbah B3 pada satuan waktu
penaatannya (3 bulan dan 6 bulan). Contoh terlampir
Limbah B3 Korosif
Limbah B3 Beracun
Limbah B3 Reaktif
Limbah B3 Infeksius
4. Bangunan Tempat Penampungan / Penyimpanan Sementara Limbah B3 yang dimiliki oleh Rumah
Sakit Umum Aulia Blitar terletak di sebelah barat dekat area utility, berikut aspek teknis TPS Limbah
B3:
NO ASPEK KELENGKAPAN DESKRIPSI FASILITAS & PENGELOLAAN
1 Dimensi bangunan (m) 4 x 4 x 2,5 m
2 Ruang penyimpanan TPS mampu menampung semua limbah B3 yang
dihasilkan
Kelengkapan
15 Logbook / catatan keluar Tersedia log book di dalam lokasi TPS
masuk limbah B3
K. Pengolahan Limbah B3
Rumah Sakit Umum Aulia Blitar bekerjasama dengan pihak outsourcing dalam hal pengolahan
limbah B3. Dalam pemilihan perusahaan outsourcing yang akan bekerjasama dengan Rumah Sakit
Umum Aulia Blitar harus memilki ketentuan sebagai berikut:
1. Memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup RI dalam hal Pengumpulan limbah B3 dan
mendapat rekomendasi dari gubernur.
2. Memiliki izin dari pengangkutan limbah B3 dari Direktorat jenderal Perhubungan darat.
L. Perlindungan Petugas
Dalam pengelolaan limbah B3, menyertakan upaya perlindungan dan pemantauan kesehatan dan
keselamatan kerja bagi petugas rumah sakit, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung
dengan B3 maupun limbah B3 secara menyeluruh dan terus menerus. Petugas rumah sakit yang memiliki
risiko dampak dari penggunaan B3 dan limbah B3 antara lain perawat, petugas kebersihan, petugas
laboratorium, petugas farmasi, petugas gizi, dan petugas maintenance. Beberapa upaya yang dilakukan
untuk perlindungan dan pemantauan antara lain:
1. Pelatihan yang tepat untuk petugas (pelatihan K3, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dan
Penanganan Limbah B3).
2. Penyediaan peralatan dan pakaian untuk perlindungan petugas.
3. Pembuatan program kesehatan.
4. Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi petugas khusus minimal setahun sekali (Medical Check Up)
yaitu pemeriksaan darah lengkap, HBsAg.
5. Pemberian imunisasi hepatitis bila diperlukan.
6. Penanganan pasca pajanan sesuai dengan MSDS.
Dalam penggunaan maupun penanganan tumpahan B3 dan limbah B3 diperlukan alat pelindung diri.
Berikut ini jenis alat pelindung diri yang diperlukan :
1. Masker
2. Pelindung mata (safety goggle), penggunaanya tergantung pada jenis kegiatan.
3. Sarung tangan sekali pakai / disposable (bagi staf medis) atau sarung tangan rumah tangga (bagi
petugas yang menangani limbah), sarung tangan nitrille dan latex.
4. Pelindung kaki dan/atau sepatu boot.
Hygiene Perorangan
Hygiene perorangan sangat penting untuk menurunkan risiko yang muncul akibat penanganan B3 dan
limbah B3. Fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun disediakan bagi semua petugas yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung dan fasilitas eye wash station disediakan di Unit
Laboratorium dan Farmasi.
Perlengkapan tersebut (spill kit) tersedia di masing-masing janitorial troli petugas cleaning service,
dan di Nurse Stationmasing-masing Unit.
Pengumpulan data terkait dengan pengelolaan B3 dan limbah B3 adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data terkait penyimpanan B3 dan limbah B3 di setiap unit menggunakan formulir inspeksi
penyimpanan B3, pengecekan dilakukan setiap bulan oleh P2K3. Formulir didokumentasikan oleh
P2K3 dan disimpan selama 1 tahun.
2. Pengumpulan data terkait adanya tumpahan B3 / cairan tubuh dilaporkan kepada P2K3 1 x 24 jam
setelah kejadian, menggunakan formulir pelaporan tumpahan B3 dan cairan tubuh. Formulir
didokumentasikan oleh P2K3 dan disimpan selama 1 tahun.
3. Pencatatan limbah B3 dilakukan oleh staf kesling menggunakan formulir lembar kegiatan limbah
B3.Formulir didokumentasikan oleh staf kesling dan disimpan selama 2 tahun.
4. Pencatatan limbah B3 direkap dalam neraca limbah B3 oleh staf kesling. Formulir didokumentasikan
oleh staf kesling dan disimpan selama 2 tahun
5. Dokumen limbah B3 (manifest) terdokumentasi oleh staf kesling
6. Checklist Facility tour yang terkait dengan B3 terdokumentasi oleh P2K3
Ditetapkan di : BLITAR
Pada Tanggal :
Direktur
Rumah Sakit Umum Aulia Blitar
Dr Maria Yohana
NIK. 0101060003
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Penatalaksanaan Pengelolaan Limbah Padat Dan Limbah Cair di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2004
3. Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun,
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia
4. MSDS Lembar Data Keselamatan Bahan, Puslitbang Kimia Terapan, LIPI Tahun 2001