PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya pembangunan di Indonesia dapat mendorong peningkatan penggunaan
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di berbagai sektor seperti industri, pertambangan,
pertanian, dan juga kesehatan. Penggunaan B3 yang terus meningkat apabila
pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik, maka akan menimbulkan kerugian
terhadap kesehatan manusia, mahkluk hidup lainnya dan lingkungan hidup, seperti
pencemaran udara, pencemaran tanah, dan pencemaran air.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 tahun 2001, PP No. 18 tahun 1999 dan PP
No.101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, bahwa
B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasinya
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Upaya
pengelolaan dan pengendalian B3 dan limbah B3 dilakukan untuk mencegah dan
mengendalikan dampak lingkungan yang akan muncul sebagai konsekuensi atas
penggunaan bahan ini.
Beberapa kegiatan di rumah sakit berpotensi memberikan dampak buruk pada
lingkungan termasuk pada masyarakat di sekitar rumah sakit karena beberapa jenis
limbah yang dihasilkan rumah sakit tergolong B3 yang dapat mencemari lingkungan
apabila tidak dilakukan pengelolaan dengan baik
Untuk itu diperlukan suatu pedoman manajemen bahan B3 dan limbah B3, dimana
pedoman ini menunjukkan suatu metode untuk mengidentifikasi material yang
memerlukan penanganan khusus dan untuk mengelola bahan yang berhubungan dengan
kesehatan, bahan yang mudah meledak, atau menilai tingkat reaktif bahan yang potensial
membahayakan manusia atau lingkungan serta menentukan proses untuk memperkecil
risiko dari penggunaan yang tidak aman serta pembuangan yang tidak tepat
B. Tujuan
Tujuan Umum
Mencegah dan mengurangi risiko dampak B3 dan limbah B3 terhadap kesehatan
pekerja, pasien, pengunjung, serta lingkungan.
Tujuan Khusus
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
1. Meningkatkan pengetahuan dalam mengidentifikasi, menginventarisasi, penanganan,
penyimpanan, pemberian label dan simbol serta penggunaan B3.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang penanganan tumpahan bahan berbahaya serta
peralatan yang digunakan dalam menangani tumpahan atau paparan.
3. Memahami Material Safety Data Sheet (MSDS).
4. Meningkatkan pengetahuan mengenai pelaporan dan investigasi dari tumpahan,
paparan dan insiden lainnya.
5. Meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan limbah B3.
6. Meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas
pengelola limbah.
C. Landasan Hukum
1. Undang - Undang RI No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Undang - Undang RI No. 36/2009 tentang Kesehatan
3. PP No. 18/1999 Jo PP No. 85/1999 tentang Pengelolaan Limbah B3
4. PP No. 74/2001 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
5. PP No. 101/2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
6. PP No. 82 / 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air
7. Kepdal 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata cara & persyaratan teknis penyimpanan
dan pengumpulan limbah B3
8. Kepdal 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3
9. Kepdal 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan teknis pengolahan limbah B3
10. Kepdal 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata cara penimbunan hasil pengolahan
limbah B3
11. PermenLH No 14/2013 tentang Simbol dan Label Limbah B3
12. Kepmenkes No. 875/Men.Kes/SK/VIII/2001 tentang Penyusunan Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Kegiatan
Bidang Kesehatan
13. Kepmenkes No.876/Men.Kes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan
14. Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
15. PPRI No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3).
16. Kepmenkes No.1105/MENKES/SK/IX/2007 tentang Pedoman Penanganan Medis
Korban Massal Akibat Bencana Kimia
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
BAB II
DEFINISI
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
8. MSDS (Material Safety Data Sheet) / Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)
merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan bahan-bahan
kimia berbahaya. Pembuatan MSDS / LDKB dimaksudkan sebagai informasi acuan bagi
para pekerja yang menangani langsung dan mengelola bahan kimia berbahaya dalam
industri maupun laboratorium kimia.
9. B3 yang bersifat Mudah Meledak (explosive) adalah bahan yang pada suhu dan
tekanan standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau
fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan. Pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan Differential
Scanning Calorymetry (DSC) atau Differential Thermal Analysis (DTA), 2,4-
dinitrotoluena atau Dibenzoil-peroksida sebagai senyawa acuan. Dari hasil pengujian
tersebut akan diperoleh nilai temperatur pemanasan. Apabila nilai temperatur pemanasan
suatu bahan lebih besar dari senyawa acuan, maka bahan tersebut diklasifikasikan mudah
meledak.
10. Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3 Pengoksidasi dapat
dilakukan dengan metoda uji pembakaran menggunakan ammonium persulfat sebagai
senyawa standar. Sedangkan untuk bahan berupa cairan, senyawa standar yang
digunakan adalah larutan asam nitrat. Dengan pengujian tersebut, suatu bahan
dinyatakan sebagai B3 pengoksidasi apabila dalam waktu pembakaran bahan tersebut
sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran senyawa standar.
11. B3 yang bersifat Sangat Mudah Sekali Menyala (extremely flammable) adalah B3
baik berupa padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala dibawah 0°C dan titik
didih lebih rendah atau sama dengan 35°C.
12. B3 yang bersifat Sangat Mudah Menyala (highly flammable) adalah B3 baik berupa
padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala 0°C - 21°C
13. B3 yang bersifat Mudah Menyala (flammable) mempunyai salah satu sifat sebagai
berikut;
a. Berupa cairan
Bahan berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan atau
pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 600C (1400F) akan menyala apabila
terjadi kontak dengan api, percikan api, atau sumber nyala lain pada tekanan udara
760 mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode Closed-Up Test
b. Berupa padatan
B3 yang bukan merupakan cairan, pada temperatur dan tekanan standar (250C, 760
mmHg) dengan mudah terjadinya kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau
perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran
yang terus menerus dalam 10 detik. Selain itu, suatu bahan padat diklasifikasikan B3
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
mudah terbakar apabila dalam pengujian dengan metode Seta Closed-up Flash Point
Test diperoleh titik nyala kurang dari 4000C
14. B3 yang bersifat Racun (Toxic) bagi manusia akan menyebabkan kematian atau sakit
yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
15. B3 yang bersifat Berbahaya (harmful) adalah bahan baik padatan maupun cairan
ataupun gas yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan.
16. B3 yang bersifat Korosif (corrosive) adalah
a. Bahan yang dapat menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
b. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
c. Mempunyai pH ≤ 2 untuk B3 yang bersifat asam dan ≥ 12,5 untuk yang bersifat basa
17. B3 yang bersifat Iritasi (irritant) adalah bahan baik padatan maupun cairan yang jika
terjadi kontak secara langsung, dan apabila kontak tersebu terus menerus dengan kulit
atau selaput lendir dapat menyebabkan peradangan
18. B3 yang bersifat Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment) adalah
bahaya yang ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC),
persisten di lingkungan (misalnya PCBs) atau bahan tersebut dapat merusak lingkungan.
19. B3 yang bersifat karsinogenik (carcinogenic) adalah bahan penyebab sel kanker, yakni
sel liar yang dapat merusak jaringan tubuh.
20. B3 yang bersifat Teratogenik (teratogenic) adalah sifat bahan yang dapat
mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio.
21. B3 yang bersifat Mutagenik (mutagenic) adalah sifat bahan yang menyebabkan
perubahan kromosom yang berarti dapat merubah genitika.
22. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) adalah sisa suatu usaha dan
atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya
23. Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi
(pengurangan), penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan
dan/atau penimbunan.
24. Limbah B3 kategori 1 adalah limbah B3 yang berdampak akut dan langsung terhadap
manusia dan dapat dipastikan akan berdampak negative terhadap lingkungan hidup
25. Limbah B3 kategori 2 adalah limbah B3 yang mengandung B3, memiliki efek tunda
(delayed effect), dan berdampak tidak langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup
serta memiliki toksisitas sub-kronis atau kronis
26. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya bukan
berasal dari proses utamanya. Tetapi berasalah dari kegiatan antara lain pemeliharaan
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
alat, pencucian, pencegahan korosi atau inhibitor korosi, pelarutan kerak, dan
pengemasan
27. Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industry atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan
28. Limbah B3 dari sumebr spesifik khusus adalah limbah B3 yang memiliki efek tunda
(delayed effect), berdampah tidak langsung terhadap manusia dan lingkungan hidup,
memiliki karakteristik beracun tidak akut, dan dihasilkan dalam jumlah yang besar per
satuan waktu
29. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair dan gas.
30. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.
31. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam dan limbah farmasi.
32. Limbah padat non medis limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di
luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
33. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah
sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme.
34. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti dapur, generator set, anastesi, dan pembuatan
sitotoksis.
35. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang tidak
secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang
cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
36. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan sangat
infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi,
terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
37. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
38. Limbah B3 bersifat Mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan
standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak atau melaui reaksi kimia dan/atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan.
39. Limbah B3 bersifat Mudah Terbakar adalah
a. Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan
atau pada titik nyala tidak lebih dari 600C (1400F) akan menyala apabila terjadi
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760
mmHg.
b. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (25 0C,
760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap
air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran yang terus menerus.
c. Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
d. Merupakan limbah pengoksidasi.
40. Limbah yang bersifat Reaktif adalah
a. Limbah yang pada tekanan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan
tanpa peledakan.
b. Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.
c. Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan,
menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.
d. Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2
dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
e. Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar
(250C, 760 mmHg).
f. Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau
limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
41. Limbah B3 bersifat Beracun adalah Limbah yang mengandung pencemar yang
bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau
sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mutu
konsentrasi TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Prosedure) pencemar organik dan
anorganik.
42. Limbah B3 yang bersifat Korosif adalah
a. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
b. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi
lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperature pengujian 550C
c. Mempunyai pH ≤ 2 untuk limbah yang bersifat asam dan ≥ 12,5 yang bersifat basa
43. Minimisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi jumlah
limbah dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse),
dan daur ulang limbah (recycle).
44. TPS adalah Tempat Penampungan Sementara limbah, baik limbah domestik maupun
limbah B3.
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
45. Label limbah B3 adalah keterangan mengenai limbah B3 yang berbentuk tulisan yang
berisi informasi mengenai penghasil limbah B3, alamat penghasil limbah B3, waktu
pengemasan, jumlah, dan karakteristik limbah B3.
46. Simbol limbah B3 adalah gambar yang menunjukkan karakteristik limbah B3.
47. Pelabelan limbah B3 adalah proses penandaan atau pemberian label yang dilekatkan
atau dibubuhkan pada kemasan langsung limbah B3.
48. Sistem tanggap darurat adalah sistem pengendalian keadaan darurat yang meliputi
pencegahan, kesiapsiagaan, dan penanggulangan kecelakaan serta pemulihan kualitas
lingkungan hidup akibat kejadian kecelakaan pengelolaan limbah B3.
BAB III
RUANG LINGKUP
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
Ruang lingkup pengelolaan bahan dan limbah berbahaya di Rumah Sakit Eka meliputi:
A. Inventarisasi B3 dan Limbah B3
B. Penyimpanan B3 dan Limbah B3
C. Pengelolaan / Pembuangan Limbah B3
D. Pelaporan Tumpahan B3 dan Limbah B3
E. Dampak Kesehatan Terhadap Petugas
F. Penanganan Dekontaminasi
BAB IV
TATA LAKSANA
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
A. Inventarisasi B3 dan Limbah B3
1. Inventarisasi B3
a. Klasifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun
Berdasarkan PP No. 74 / 2001, terdapat 15 jenis klasifikasi B3. Untuk
klasifikasi yang digunakan di Rumah Sakit Eka di BSD dibedakan menjadi 7 jenis
berdasarkan material yang berada di rumah sakit, yaitu :
1) Iritan
2) Korosif
3) Beracun
4) Mudah Terbakar
5) Mudah Meledak
6) Oksidator
7) Bahaya Bagi Lingkungan
b. Simbol dan Label B3
Pemberian simbol dan label sangat penting untuk mengidentifikasi sekaligus
mengklasifikasikan B3. Setiap kemasan B3 harus diberikan penandaan agar dapat
dikenali oleh setiap orang. Penandaan meliputi nama bahan, nama kimia, dan
simbol B3. Penandaan harus diberikan pada setiap kemasan luar/pembungkus
bahan, dengan tulisan dan simbol yang jelas, mudah terbaca, tidak mudah lepas
dan bertahan lama. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3
yang dipergunakan untuk penandaan B3 mengacu pada ketentuan yang berlaku
yaitu sebagai berikut:
Bahan Korosif
Bahan Beracun
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
Bahan Mudah Terbakar
Bahan Oksidator
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
Permintaan pembelian (Purchase Request) B3 dilakukan oleh Departemen
Farmasi secara tertulis dan disertai tandatangan oleh Kepala Divisi terkait.
Pemesanan B3 melalui distributor resmi yang terdaftar pada Balai POM atau
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Setiap distributor harus melampirkan
MSDS pada saat penyerahan barang ke bagian pengadaan dan perbekalan farmasi,
terutama untuk jenis B3 yang belum terdaftar di Rumah Sakit Eka. Pihak
purchasing tidak diperkenankan memesan B3 yang terlarang berdasarkan
peraturan pemerintah RI No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan B3.
Penerimaan barang B3 dilakukan oleh bagian pengadaan dan perbekalan
Departemen Farmasi. Petugas bagian pengadaan dan perbekalan farmasi harus
mengecek kondisi fisik barang yang dikirim oleh supplier dan kesesuaiannya
dengan faktur meliputi nama, bentuk sediaan, jumlah kondisi barang (utuh, tidak
cacat/rusak), dan masa kadaluarsa. Apabila ada barang/kemasan yang rusak/cacat
harus segera diretur.
d. Material Safety Data Sheet (MSDS) / Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)
MSDS/LDKB merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam
penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya. Pembuatan MSDS/LDKB
dimaksudkan sebagai informasi acuan bagi para staf yang menangani langsung
dan mengelola bahan kimia berbahaya. Isi dari MSDS antara lain:
1) Identifikasi Bahan Kimia
Nama bahan, sinonim, rumus kimia, kode produksi, nama dan alamat
perusahaan pembuat/distributor/importer, nomor telepon keadaan darurat.
2) Komposisi Bahan Kimia
Deskripsi bahan/jenis, sifat, identitas, dan konsentrasi bahan yang berbahaya
bagi keselamatan dan kesehatan, batas pemaparan yang tidak boleh dilampaui.
3) Identifikasi Bahaya
Lakukan identifikasi terhadap kesehatan dan akibatnya bagi mata, kulit,
saluran cerna, pernafasan, karsinogen, teratogen dan fungsi reproduksi.
4) Tindakan Pertolongan Pertama Pada kecelakaan
Meliputi penyelamatan diri sebelum ada pertolongan medik dan bila ada
antidote untuk bahan kimia.
5) Tindakan Penanggulangan Kebakaran
Mengenal B3 dengan sifat bahan yang mudah terbakar, titik nyala, suhu nyala
sendiri, batas suhu terendah dan tertinggi mudah terbakar, media/jenis
pemadam api, bahaya khusus, instruksi bagi petugas pemadam kebakaran,
bahaya peledakan.
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
6) Tindakan Mengatasi Kebocoran atau Tumpahan
Untuk jumlah yang kecil atau besar, alat pelindung diri dan tindakan yang
diperlukan bila terjadi hal yang tidak dikendaki.
7) Penyimpanan dan Penanganan Bahan
Mengenai cara penanganan pencegahan pemaparan kondisi tempat
penyimpanan bahan, penetapan bahan yang “incompatible”, syarat khusus
penyimpanan lainnya.
8) Pengendalian Pemajanan dan Alat Pelindung Diri
Tentang cara pengendalian teknis dan penyediaan alat pelindung diri.
9) Sifat Fisik dan Kimia
Mengenai bentuk bahan, padat/cair/gas, bau, warna, massa jenis, titik didih,
titik lebur, tekanan uap, pH, daya larut, dan sebagainya.
10) Stabilitas dan Reaktifitas Bahan
Dicantumkan sifat satbilitas dan reaktifitas bahan, kondisi yang harus
dihindari, bahan yang tidak boleh tercampur (incompatible), bahan
dekomposisi, bahaya polimerisasi.
11) Informasi Toksikologi
Mengenai nilai ambang batas, LD-50, LC-50, efek lokal, pemaparan akut dan
kronik, termasuk efek karsinogen, teratogen, reproduksi, mutagen, dan
interaksi bahan dengan obat.
12) Informasi Ekologi
Karakteristik bahan yang berbahaya bagi lingkungan, dampak lingkungan,
degradasi, dan bioakumulasi.
13) Pembuangan Limbah
Informasi tentang teknis pembuangan limbah termasuk pembuangan wadah
bekas bahan kimia
14) Informasi tentang Pengangkutan/Transportasi Bahan Kimia
Meliputi peraturan internasional, pengangkutan melalui darat, laut dan udara
15) Peraturan Perundangan
Termasuk pemberian tanda/simbol dan label, standar dan norma yang berlaku.
Untuk lebih memudahkan dalam memahami MSDS, maka MSDS di Rumah
Sakit Eka diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (terlampir).
16) Informasi Lain yang Diperlukan
Berisikan tentang informasi B3 lainnya yang sediakan oleh produsen bahan
kimia.
e. Penghasil B3
Inventarisasi B3 dilakukan pada setiap departemen di Rumah Sakit Eka yang
memiliki B3. Departemen / Unit yang memiliki B3 antara lain:
1) Keperawatan (Acacia, Eucalyptus, Pinus, Shorea, Perawatan Intensif, Kamar
bedah, CSSD, Poliklinik, IGD, Hemodialisa, Endoskopi, Cathlab, Perawatan
Sehari)
2) Penunjang Medis (Laboratorium, Farmasi, Radiologi, Fisioterapi)
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
3) Rumah Tangga (Kesehatan Lingkungan, Linen, Cleaning service dan Pest
control.)
4) Maintenance
5) Gizi
6) Logistik
7) Medical Record
8) IT
9) Customer Care
Daftar inventarisasi B3 (terlampir)
f. Monitoring dan Pelaporan
Monitoring dilakukan setiap bulan oleh komite K3 dengan melakukan pengecekan
ke departemen yang memiliki B3. Monitoring dilakukan terhadap:
1) Inventarisasi B3 di masing-masing departemen termasuk cleaning service dan
pest control.
2) Pengecekan label dan simbol pada kemasan B3.
3) Pengecekan terhadap ketersediaan peralatan dan perlengkapan pada spill kit.
4) Pengecekan terhadap tempat penyimpanan B3 dan limbah B3.
5) Resosialisasi kepada staf rumah sakit dan staf outsourcing
Monitoring terhadap perusahaan outsourcing (pengolahan limbah B3) dengan
melakukan kunjungan minimal setiap 1 tahun sekali.
2. Limbah B3
a. Karakteristik Limbah B3
Berdasarkan PP 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah b3, maka jenis
limbah B3 yang terdapat di Rumah Sakit adalah termasuk dalam limbah B3 dari
Sumber Spesifik Umum.
KATEGORI WAKTU
NO JENIS LIMBAH KODE KEMASAN
BAHAYA PENYIMPANAN
1. Limbah Rumah Sakit (limbah klinis a. Kantong plastik
kuning = Medis
memiliki karakteristik infeksius)
infeksius
a. Limbah medis infeksius A337-1 1 Max 90 hari b. Sharp container =
b. Limbah benda tajam Benda tajam
c. Limbah cair laboratorium c. Jirigen = Cair
laboratorium
2. Produk Farmasi Kadaluarsa A337-2 1 Max 180 hari Kardus
3. Bahan Kimia Kadaluarsa Kantong plastik
A337-3 1 Max 180 hari
kuning
4. Peralatan laboratorium terkontaminasi B3 Kantong plastik
A337-4 1 Max 180 hari kuning / sharp
container
5. Peralatan medis mengandung logam Kardus
berat, termasuk merkuri (Hg), cadmium A337-5 1 Max 180 hari
(Cd), dan sejenisnya
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
6. Kemasan limbah B3 Kantong plastik
B104d 2 Max 365 hari
kuning
7. Sludge IPAL B337-2 2 Max 365 hari
8. Minyak pelumas bekas antara lain Jerigen
minyak pelumas bekas hidrolik, mesin,
gear, lubrikasi, indulasi, heat B105d 2 Max 365 hari
transmission, grit chambers, separator
dan/atau campurannya
9. Limbah Elektronik (termasuk Cathode Kardus
Ray Tube (CRT), lampu TL, printed
B107d 2 Max 365 hari
circuit board (PCB), karet kawat (wire
rubber)
10. Limbah Baterai AA dan AAA A102d 1 Max 180 hari Kardus
11. Limbah Batere Sel Kering (Batere UPS) A102d 1 Max 180 hari Kardus
12. Limbah Batere Sel Basah (Accu) A102d 1 Max 180 hari Kardus
13. Limbah Toner dan Tinta Printer Kardus
B107d 2 Max 365 hari
(cartridge)
Limbah B3 Korosif
Limbah B3 Beracun
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
Limbah B3 Reaktif
Limbah B3 Infeksius
2. Penyimpanan Limbah B3
Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah
dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah
terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan
lingkungan dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum
dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat
keragaman karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya diatur tata cara yang
tepat sehingga limbah dapat disimpan dengan aman. Berikut adalah tata cara
penyimpana limbah B3:
a. Persyaratan Umum kemasan
1) Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas
dari pengkaratan serta kebocoran.
2) Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan
karakteristik limbah B3 yang akan dikemasnya dengan mempertimbangkan
segi keamanan dan kemudahan dalam penanganannya.
3) Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan
logam (teflon, baja karbon, dll) dengan syarat bahan kemasan yang
dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.
b. Pengemasan limbah B3
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
1) Limbah B3 dengan karakteristik berbeda atau limbah dan bahan yang tidak
saling cocok tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu kemasan.
2) Untuk mencegah risiko timbulnya bahaya selama penyimpanan, maka jumlah
pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukkan gas atau terjadinya
kenaikan tekanan.
3) Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak
(misalnya terjadi pengkaratan, atau terjadi kerusakan permanen) atau jika
mulai bocor, maka limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke dalam kemasan
lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan bagi limbah B3.
4) Kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang tata
cara dan persyaratan bagi penyimpanan limbah B3.
5) Pemeriksaan kemasan dilakukan oleh penanggungjawab pengelolaan limbah
B3 untuk memastikan tidak terjadi kerusakan atau kebocoran pada kemasan
akibat korosi atau faktor lainnya.
6) Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan
sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan limbah B3.
7) Dalam penempatannya limbah dikatagorikan menjadi dua, yakni: limbah
medis infeksius dan limbah non medis. Limbah medis infeksius di tempatkan
pada wadah dengan warna plastik kuning, sedangkan limbah non medis di
tempatkan pada wadah dengan warna plastik hitam.
c. Pewadahan Limbah Medis Infeksius Padat
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya. Dilengkapi tutup
dan knop pembuka yang digerakkan dengan cara diinjak sehingga
memudahkan pada saat membuang sampah tanpa mengotori tangan.
2) Pada bagian penutup tempat sampah diberi stiker “Sampah Medis Infeksius”
yang berwarna kuning
3) Bagian dalam tempat sampah dilengkapi dengan kantong plastik berwarna
kuning.
4) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari apabila 2/3 bagian
telah terisi limbah.
5) Untuk benda tajam ditampung pada tempat khusus (sharp container) yang
terbuat dari bahan anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah dibuka. Jarum
suntik tidak perlu dipisahkan antara spuit dan jarumnya, pengangkutan
dilakukan apabila ¾ bagian telah terisi.
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
6) Untuk plabot infus dibuang beserta set infusnya, bagian set infus tidak perlu
dilepas dari plabot dan tidak perlu digunting bagian ujung yang tajam. Gulung
rapi set infus yang masih menancap di plabot, pada bagian yang tajam
dimasukkan ke dalam lubang yang ada di roller clamp.
7) Media (agar) yang sudah disterilkan dimasukkan dalam tempat sampah medis
infeksius dengan kantong plastik berwarna kuning
8) Kantong darah expired atau sisa pemakaian, dimasukkan dalam kantung
plastik kuning terlebih dahulu setelah itu buang ke tempat sampah medis
infeksius tanpa harus membuang darah / sisa darah yang terdapat didalamnya
d. Pewadahan limbah medis cair
Limbah medis cair yang berasal dari laboratorium (alat untuk pemeriksaan kimia
darah, hematologi, urinalisa, mikrobiologi, imunoserologi dan bank darah)
dimasukkan ke dalam jerigen. Selanjutnya jerigen tersebut diberi stiker label
limbah B3
e. Bangunan Tempat Penampungan / Penyimpanan Sementara Limbah B3 (TPS)
Rumah Sakit Eka memiliki TPS yang terletak di sebelah barat dekat area utility,
berikut aspek teknis TPS Limbah B3:
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
kecil lainnya ke dalam ruang penyimpanan.
Penataan Penyimpanan
12 Pemisahan jenis limbah Ada pemisahan penyimpanan limbah B3 berdasarkan
karakteristik masing-masing limbah, antara lain :
a. Limbah medis (padat dan benda tajam)
b. Limbah Cair (sisa reagen laboratorium), Kemasan B3 dan
Sludge IPAL
c. Limbah Lampu TL, Baterai UPS bekas, Baterai Accu,
baterai AA dan AAA elektronik, serta Catridge dan tinta
d. Limbah Oli bekas
13 Simbol dan label limbah B3 Setiap kemasan dilengkapi dengan simbol dan label.
a. Limbah medis infeksius (kantong plastik kuning)
b. Limbah benda tajam (sharp container)
c. Limbah cair (jerigen)
d. Limbah kemasan B3 (kantong plastic kuning)
e. Limbah Sludge IPAL (kantong plastik kuning)
f. Limbah lampu bekas (kardus)
g. Limbah Baterai UPS bekas (kardus)
h. Limbah Baterai Accu (kardus)
i. Limbah Baterai AA dan AAA (kardus)
j. Limbah Catridge dan tinta (kardus)
k. Limbah Oli bekas (drum/jerigen)
14 Kemudahan untuk loading Ada jarak yang memadai antara tapak penyimpanan dengan
pintu TPS.
15 Pemeriksaan kemasan Ada checklist pemeriksaan kemasan limbah B3.
Kelengkapan
16 Logbook / catatan keluar masuk Tersedia log book di dalam lokasi TPS
limbah B3
17 SPO Penyimpanan Tersedia SPO penyimpanan untuk masing-masing limbah
18 SPO tanggap darurat Tersedia SPO tanggap darurat
19 SPO pembersihan TPS Tersedia SPO pembersihan TPS
19 Perlengkapan tanggap darurat Tersedia APAR, absorben
20 Keselamatan kerja Tersedia APD dan P3K
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
d) 365 hari sejak limbah b3 dihasilkan , untuk limbah B3 kategori 2 dari
sumber spesifik khusus
Rumah
Sakit
1. Pelaksanaan pengelolaan
Seluruh kegiatan pengelolaan merupakan pengendalian risiko yang harus dilakukan
secara baik dan benar, beberapa pelaksanaan pengelolaan yang perlu mendapatkan
perhatian meliputi:
a. Pemilahan limbah (waste segregation), yakni memilah beberapa jenis limbah
secara cermat ke dalam wadah-wadah atau kantong yang berbeda dan khusus yang
menggambarkan risiko yang berkaitan dengan setiap kemasan limbahnya.
b. Pengemasan yang sesuai (appropriate packaging), yaitu mencegah tumpahnya
limbah dan melindungi petugas dari kontak dengan limbah.
c. Identifikasi limbah (waste identification) melalui pengemasan dan pelabelan yang
jelas, memungkinkan jenis dan sumber limbah lebih mudah dikenali.
d. Tempat penampungan limbah yang sesuai (appropriate waste storage) yaitu
membatasi akses hanya pada orang yang berkepentingan, menjaga agar tidak
menjadi sarang serangga dan binatang pengerat, dan mencegah kontaminasi area
sekitarnya.
e. Transportasi yang sesuai (appropriate transportation) yaitu mengurangi risiko
yang dihadapi petugas yang terpajan limbah.
2. Dokumen Limbah B3
Dokumen limbah B3 adalah surat yang diberikan pada waktu penyerahan limbah B3
oleh penghasil limbah B3 atau pengumpul limbah B3 kepada pengangkut limbah B3.
Dokumen limbah B3 tersebut berisi ketentuan sebagai berikut:
a. Nama dan alamat penghasil atau pengumpul limbah B3 yang menyerahkan limbah
B3.
b. Tanggal penyerahan limbah B3.
c. Nama dan alamat pengangkut limbah B3.
d. Tujuan pengangkutan limbah B3.
e. Jenis, jumlah, komposisi, dan karakteristik limbah B3 yang diserahkan.
Dokumen limbah B3 dibuat 7 (tujuh) rangkap apabila pengangkutan hanya satu kali
dan apabila pengangkutan lebih dari satu kali (antar moda) maka dokumen terdiri dari
11 (sebelas) rangkap dengan rincian sebagai berikut:
a. Lembar asli (pertama) disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah
ditandatangani oleh pengirim limbah B3.
b. Lembar kedua yang sudah ditandatangani oleh pengangkut limbah B3, oleh
pengirim limbah B3 dikirimkan kepada instansi yang bertanggungjawab.
c. Lembah ketiga yang sudah ditandatangani oleh pengangkut disimpan oleh
pengirim limbah B3.
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
d. Lembar keempat setelah ditandatangani oleh pengirim limbah B3 oleh pengangkut
diserahkan kepada penerima limbah B3.
e. Lembar kelima dikirimkan oleh penerima kepada instansi yang bertanggungjawab
setelah ditandatangani oleh penerima limbah B3.
f. Lembar keenam dikirim oleh pengangkut kepada Bupati/Walikotamadya Kepala
Daerah Tingkat II yang bersangkutan, dengan pengirim. Setelah ditandatangani
oleh penerima limbah B3.
g. Lembar ketujuh setelah ditandatangani oleh penerima oleh pengangkut dikirimkan
kepada penerima limbah B3.
h. Lembar kedelapan sampai dengan lembar kesebelas dikirim oleh pengangkut
kepada pengirim limbah B3 setelah ditandatangani oleh pengangkut terdahulu dan
diserahkan kepada berikutnya/antar moda.
Dokumen limbah B3 lainnya yang harus dimiliki oleh Rumah Sakit Eka antara lain
a. Lembar kegiatan limbah B3 / Log Book (terlampir).
b. Neraca limbah B3 adalah data kuantitas limbah B3 dari Rumah Sakit Eka yang
menunjukkan kinerja pengelolaan limbah B3 pada satuan waktu penaatannya (3
bulan dan 6 bulan). Contoh terlampir
3. Ketentuan pemasangan simbol
a. Simbol pada kemasan B3 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Simbol B3 berupa stiker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik pada
kemasan, mudah penggunaannya, tahan lama, tahan terhadap air dan tahan
terhadap tumpahan isi kemasan B3.
2) Jenis simbol yang dipasang harus sesuai dengan karakteristik bahan yang
dikemasnya atau diwadahinya.
3) Simbol dipasang pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan
lain dan mudah dilihat.
4) Simbol tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol lain
sebelum kemasan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa B3.
5) Kemasan yang telah dibersihkan dari B3 dan akan dipergunakan kembali
untuk mengemas B3 harus diberi label “KOSONG”.
b. Simbol pada kendaraan pengangkut B3
1) Simbol B3 berupa stiker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik pada
alat angkut/kendaraan, mudah penggunaannya, dan tahan lama.
2) Simbol dipasang harus satu macam simbol yang sesuai dengan klasifikasi B3
yang diangkutnya.
3) Ukuran minimal yang dipasang adalah 25 cm x 25 cm atau lebih besar,
sebanding dengan ukuran alat angkut yang digunakan.
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
4) Terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan, air hujan, bahan kimia yang
mungkin mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas atau plat logam) serta
menggunakan bahan warna simbol yang dapat berpendar (flourenscence).
5) Dipasang disetiap sisi dan bagian muka alat angkut serta harus dapat terlihat
dengan jelas dari jarak lebih kurang 30 meter.
6) Simbol tidak boleh lepas dan diganti dengan simbol lain sebelum muatan B3
dikeluarkan dan alat angkut yang digunakan dibersihkan dari sisa B3 yang
tertinggal.
c. Simbol pada tempat penyimpanan kemasan B3
Tempat penyimpanan kemasan B3 harus ditandai dengan simbol dengan
mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1) Simbol B3 berupa stiker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik pada
TPS B3, mudah penggunaannya dan tahan lama. Terbuat dari bahan yang
tahan terhadap goresan, air hujan, bahan kimia yang mungkin mengenainya
(misalnya bahan plastik, kertas atau plat logam).
2) Simbol dipasang pada bagian luar dan pada setiap pintu TPS B3 yang tidak
terhalang.
3) Jenis simbol yang dipasang harus sesuai klasifikasi B3 yang disimpannya,
apabila limbah B3 yang disimpan:
a) Memiliki 1 karakteristik, tempat penyimpanan wajib dilengkapi dengan
simbol Limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah B3 yang disimpan.
b) Memiliki lebih dari 1 karakteristik, tempat penyimpanan wajib dilekati
dengan simbol Limbah B3 dengan karakteristik yang paling dominan.
c) Ukuran minimal simbol yang dipasang adalah 25 cm x 25 cm atau lebih
besar sehingga tulisan pada simbol dapat terlihat jelas dari jarak 20 meter.
d) Selama tempat penyimpanan masih difungsikan, simbol tidak boleh
terlepas atau dilepas atau diganti dengan simbol lain, kecuali jika akan
digunakan untuk menyimpan limbah B3 dengan karakteristik yang
berlainan.
Label limbah B3 adalah keterangan mengenai limbah B3 yang berbentuk
tulisan yang berisi informasi mengenai penghasil limbah B3, alamat penghasil
limbah B3, waktu pengemasan, jumlah dan karakteristik limbah B3. Label limbah
B3 merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi memberikan informasi dasar
mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu limbah B3 yang dikemas.
Terdapat 3 (tiga) jenis label yang berkaitan dengan system pengemasan limbah
B3, yaitu:
1) Label identitas limbah
a) Bentuk, Warna dan Ukuran
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
Label limbah B3 berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul
limbah, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam kemasan suatu
kemasan limbah B3. Label limbah B3 berukuran minimal 15 cm x 20 cm
atau lebih besar, dengan warna dasar kuning dan tulisan serta garis tepi
berwarna hitam, dan tulisan “PERINGATAN!” dengan huruf yang lebih
besar berwarna merah
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
(1) Memiliki 1 karakteristik, maka wadah dan/atau kemasan wajib
dilekati dengan label limbah B3 sesuai dengan karakteristik Limbah
B3 yang dikemas.
(2) Memiliki lebih dari 1 karakteristik, maka wadah dan/atau kemasan
wajib dilekati dengan label limbah B3 yang menunjukkan
keseluruhan karakteristik limbah B3
d) Label Untuk Penandaan Kemasan Kosong
(1) Bentuk, warna dan ukuran
Bentuk dasar label sama dengan bentuk dasar simbol dengan ukuran
sisi minimal 10 cm x 10 cm dan tulisan “KOSONG”.
(2) Pemasangan
Label harus dipasang pada kemasan bekas pengemasan limbah B3
yang telah dikosongkan dan atau akan digunakan kembali untuk
mengemas limbah B3.
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
Pengolahan limbah B3 wajib dilaksanakan oleh penghasil limbah B3, namun apabila
tidak mampu melakukan pengolah sendiri, maka pengolahan limbah B3 diserahkan
kepada Pengolah Limbah B3. Rumah Sakit Eka bekerjasama dengan pihak outsourcing
dalam hal pengolahan limbah B3. Dalam pemilihan perusahaan outsourcing yang akan
bekerjasama dengan Rumah Sakit Eka harus memilki ketentuan sebagai berikut:
1. Memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup RI dalam hal pengumpulan
limbah B3 dan mendapat rekomendasi dari gubernur.
2. Memiliki izin pengelolaan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup RI untuk
kegiatan pengolahan limbah B3.
3. Memiliki izin dari pengangkutan limbah B3 dari Direktorat jenderal Perhubungan
darat.
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
penunjang medis, dsb
Area/lokasi Diisi dengan area yang lebih detail, misalnya :
Departemen Keperawatan Acacia, Departemen Farmasi,
dsb
Tanggal & waktu kejadian Data tanggal dan waktu kejadian
Nama petugas cleaner Petugas cleaner yang membersihkan tumpahan
Jenis tumpahan Beri tanda (√) pada kolom jenis tumpahan
APD yang digunakan Beri tanda (√) pada kolom jenis APD yang digunakan
Kronologi kejadian Diisi oleh staf rumah sakit (pelapor) yang menemukan
adanya tumpahan
Tindakan yang dilakukan Diisi oleh petugas kebersihan
Cairan kimia Beri tanda (√) pada kolom jenis cairan kimia yang
digunakan
Peralatan dan bahan (spiil kit) yang digunakan dalam melakukan penanganan tumpahan
B3 maupun cairan tubuh antara lain:
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
Perlengkapan dan bahan tersebut diatas tersedia pada masing-masing janitorial troli
petugas cleaning service, namun khusus untuk di Unit Farmasi dan Laboratorium, spill
kit tersedia tersedia di dekat tempat penyimpanan B3. Isi dari spill kit tersebut antara lain :
Perlengkapan dan bahan (spiil kit) dalam penanganna tumpahan B3 dan cairan tubuh juga
tersedia pada Tempat Penampungan Sementara (TPS) B3, Isi dari spill kit tersebut antara
lain :
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
contohnya bahan yang bersifat asam atau basa yang korosif dapat menimbulkan luka
pada jaringan tubuh karena kontak pada jaringan tubuh. Efek sistemik terjadi akibat
absorpsi bahan dan kemudian terdistribusi ke seluruh tubuh dan menyebabkan
gangguan fungsi organ-organ tubuh. Kebanyakan bahan kimia mempunyai efek
sistemik dan menimbulkan berbagai penyakit sesuai sifat bahan kimia tersebut.
Dilihat dari dampaknya terhadap manusia, efek keterpajanan bahan kimia dapat
bersifat akut atau kronis. Efek akut sebagai akibat jangka pendek pada konsenstrasi
tinggi dan dampaknya segera dapat dirasakan misalnya sakit, iritasi, pingsan atau
kematian. Sedangkan efek kronik adalah akibat keterpajanan jangka panjang, penyakit
yang timbul berkembang secara perlahan-lahan dan dampaknya biasanya tidak
reversible (menetap). Selain itu efek bila terpapar B3antara lain:
a. Menyebabkan kerusakan sistem syaraf
b. Menyebabkan gangguan sistem pernafasan
c. Menyebabkan kerusakan darah
d. Menyebabkan kerusakan pada kulit
e. Menyebabkan iritasi pada mata
2. Perlindungan Petugas
Dalam pengelolaan limbah B3, Rumah Sakit Eka menyertakan upaya perlindungan
dan pemantauan kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas rumah sakit, baik yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan B3 maupun limbah B3 secara
menyeluruh dan terus menerus. Petugas rumah sakit yang memiliki risiko dampak
dari penggunaan B3 dan limbah B3 antara lain perawat, petugas kebersihan, petugas
laboratorium, petugas farmasi, petugas maintenance. Beberapa upaya yang dilakukan
untuk perlindungan dan pemantauan antara lain:
a. Pelatihan yang tepat untuk petugas (pelatihan K3, Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi dan Penanganan Limbah B3).
b. Penyediaan peralatan dan pakaian untuk perlindungan petugas.
c. Pembuatan program kesehatan.
d. Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi petugas khusus minimal tahun sekali
(Medical Check Up) yaitu pemeriksaan darah lengkap, HBsAg.
e. Pemberian imunisasi hepatitis bila diperlukan.
f. Penanganan pasca pajanan sesuai dengan MSDS.
Dalam penggunaan maupun penanganan tumpahan B3 dan limbah B3 diperlukan alat
pelindung diri. Berikut ini jenis alat pelindung diri yang diperlukan :
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
a. Tumpahan B3
1) Topi/Pelindung Kepala (penggunaanya tergantung pada jenis kegiatan)
2) Masker bedah bahan sintetik / masker respirator (penggunaanya tergantung
pada jenis kegiatan).
3) Pelindung mata (safety goggle) (penggunaanya tergantung pada jenis
kegiatan).
4) Sarung tangan bersih non steril (sekali pakai)
5) Celemek kedap air.
6) Pelindung kaki / sepatu boot
b. Limbah B3
1) Topi / helm
2) Masker bedah bahan sintetik / masker respirator (penggunaanya tergantung
pada jenis kegiatan).
3) Pelindung mata (safety goggle).
4) Sarung tangan rumah tangga (bagi petugas penanganan limbah).
5) Celemek kedap air.
6) Pelindung kaki / sepatu boot
3. Hygiene Perorangan
Hygiene perorangan sangat penting untuk menurunkan risiko yang muncul akibat
penanganan B3 dan limbah B3. Fasilitas cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun
disediakan bagi semua petugas yang berhubungan langsung maupun tidak langsung.
Serta fasilitas eye wash station dan emergency shower disediakan di Unit
Laboratorium dan Farmasi.
F. Penanganan Dekontaminasi
Penanganan kecelakaan kerja dan atau kejadian lainnya yang diakibatkan dari paparan
Bahan Berbahaya dan Bercun (B3) baik yang terjadi di dalam atau berasal dari luar rumah
sakit, maka harus segera dilakukan tindakan pertolongan, yaitu dengan membawa korban
ke IGD Rumah Sakit Eka. Sebelum korban masuk kedalam ruangan terlebih dahulu
korban yang telah terpapar B3 harus didekontaminasi. Dekontaminasi adalah proses
membuang atau mengurangi kontaminan atau menetralkan bahan kimia berbahaya dari
korban dan lingkungan sekitarnya. Tujuannya untuk mencegah berlanjutnya kerusakan
jaringan tubuh, agar segera terjadi penyembuhan dan mencegah orang
lain/penolong/orang sekitarnya ikut mengalami cidera akibat kontaminasi B3.
Dekontaminasi idelanya dilakukan 2 kali yaitu: pertama dilakukan di area terjadinya
tumpahan, kedua di IGD. Tindakan dekontaminasi antara lain:
1. Membuka pakaian korban yang terpapar bahan kimia berbahaya (bila terkena pakaian)
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
2. Memandikan/menyemprotkan/membilas/mengalirkan area yang terkena B3 dengan air
mengalir . jangan gunakan air hangat karena akan menyebabkan dekontaminasi yang
akan mempercepat penyerapan bahan kimia tersebut.
3. Keringkan dan berikan pakaian pengganti
BAB V
DOKUMENTASI
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman penatalaksanaan pengelolaan limbah padat dan limbah cair di rumah sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit, Departemen kesehatan republik indonesia, direktorat jenderal
pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan tahun 2004
3. Kumpulan peraturan perundang-undangan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun, Kementerian lingkungan hidup republik indonesia
4. Peraturan Pemerintah No.101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1105 Tahun 2007 tentang Pedoman Penanganan Medis
Korban Massal Akibat Bencana Kimia.
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
Lampiran Daftar Inventarisasi B3
Rumus Lokasi
No Nama Bahan Nama Kimia Jenis Bahaya
Kimia Penyimpanan
1. Agita 10 WG Thiamethoxam Kesehatan Beracun,
Lingkungan Bahaya Bagi
(Pest Control) Lingkungan.
2. Air Raksa Merkury Hg Keperawatan Beracun,
Bahaya Bagi
Lingkungan.
3. Alkohol Ethyl Alcohol, Ethanol C2H6O / Keperawatan, Mudah Terbakar,
CH3CH2CO Farmasi, Iritasi
OH Laboratorium
4. Anti Fog Perawatan Iritasi
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
Endoskopi,
Kamar Bedah
28. Freon 22 Carbon Tetrachloride CCl4 Pemeliharaan Bahaya bagi
lingkungan
29. Gigasept Instru Disinfectan & Cleaning CH3C8H17NC Farmasi, Kamar Korosif, bahaya
AF H3C8H17Cl Bedah, bagi lingkungan
Endoskopi,
CSSD
30. Gigazyme Enzyme, alcohol non Keperawatan Iritan, Bahaya
ionic, surfaktan, Lingkungan,
solibilizer Mudah Terbakar
31. Glycolid Acid Alcohol Denat, Poli Kecantikan Mudah Terbakar,
Propylene Glycol, Iritasi
Octoxynol.
32. Good Sence HC Alkohol Ethoxylates Rumah Tangga Iritasi
(cleaning
service)
33. Greazy Clean Clear Brown Liquid Dapur gizi Korosif, Bahaya
Ethylene Glycol
Bagi
Monoethyl Ether
Sodium Hydroxide Lingkungan.
Liquid
34. Hand Sanitizer Alkohol Keperawatan, Iritasi, Mudah
(gel) Logistik Terbakar
35. Helium Helium Gas He Pemeliharaan Mudah terbakar
dan Cathlab
36. Helizyme 2-(2- Keperawatan Korosif.
Butoxyethoxy)ethanol
Fattyalcoholpolyglycolet
her
Glycolic acid ethoxylate
octyl ether
37. Hibiscrub Chlorhexidine Kamar Bedah Mudah Terbakar,
Digluconate, Propan, Bahaya Bagi
Cetrimide Lingkungan,
iritasi
38. Hidrogen Hydrogen Peroxide H2O2 Keperawatan Korosif,
Peroksida Oksidator
39. Icon Lamda Sihalotrin Kesehatan Iritasi dan
Lingkungan Beracun
(Pest Control)
40. Intersorb Soda Lime, Kamar Bedah Iritasi
Carbondioxide
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
41. Karbondioksida Carbon Dioxide CO2 Keperawatan Beracun
dan
Pemeliharaan
42. Klerat Bromadifacum Kesehatan Beracun
Lingkungan
(Pest Control)
43. Kloroform Methyl Triklorida, CHCl3 Farmasi dan Iritasi
Triklorida Metana Poli Gigi
44. Lem Kayu dan Pemeliharaan Mudah Terbakar
Plastik (Aica
Aibon)
45. Meliseptol Ethanol, Butanone Keperawatan Mudah Terbakar
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
58. Pembersih Logistik Korosif
Lantai
59. Pengharum Keperawatan Mudah Terbakar
Ruangan
(Aerosol)
60. Polybrite Glikol Eter, Etanol Rumah Tangga N/A
Prestige (cleaning
service)
61. Polychromatic Etanol 50-80%, Laboratorium Beracun dan
EA 50 Metanol 10-20 % Mudah Terbakar
62. Rinse Up Glutaraldehyde C5H8O2 Dapur gizi Korosif, Bahaya
Bagi
Lingkungan.
63. Sabun Cuci Sodium Lauryl Sulfate Keperawatan , Beracun, Iritasi
Sodium N-Lauryol
Peralatan Bayi logistik
Sarcosinate
(Sleek) Ethanol
64. Sabun Cuci Natriumlaurylet Logistik Iritasi
Hersulfat, Sodium
Mobil (KIT)
Lauryether Sulphate
65. Sabun Cuci Na-LAS, SLES, CAPB Seluruh Area Korosif
Peralatan dan Logistik
Makan
(sunlight)
66. Sabun Cuci Sodium Lauryl Sulfat Seluruh area Iritasi
Cocamidiethanolamide
Tangan
67. Sabun Mandi Chloroxylenol Logistik Iritasi, Mudah
Bayi Terbakar
68. Silver Nitrate AgNO3 Keperawatan Korosif Dan
Beracun
69. Solar Petroleum Hydrokarbon Pemeliharaan Mudah terbakar
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015
service)
Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Eka (Rev. 05)
Mengacu SK Direktur No. 036/SK/DIR/BSD/V/2015