Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Pada dasarnya pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di Indonesia mengacu pada prinsip-prinsip dan
pedoman pembangunan berkelanjutan yang telah dituangkan dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 1 (21) UU No. 32/2009 mendefinisikan
bahan berbahaya dan beracun (disingkat B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup
manusia dan mahluk hidup lain.

Selanjutnya UU No.32/2009 menggariskan dalam Ps 58 (1) bahwa setiap orang yang memasukkan ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3. Secara
spesifik pengelolaan B3 ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 74 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.

A. DEFINISI

Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang karena sifat
dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3.
Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3.
Kemasan adalah wadah atau tempat yang bagian dalamnya terdapat B3 dan dilengkapi penutup.
Tempat penyimpanan kemasan B3 adalah bangunan atau dalam bentuk lain yang digunakan untuk
menyimpan kemasan B3.

B. KLASIFIKASI B3

Klasifikasi B3 bersifat:
a. mudah meledak (explosive);
b. pengoksidasi (oxidizing);
c. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
d. sangat mudah menyala (highly flammable);
e. mudah menyala (flammable);

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 1


f. amat sangat beracun (extremely toxic);
g. sangat beracun ( highly toxic);
h. beracun (toxic);
i. berbahaya (harmful);
j. iritasi (irritant);
k. korosif (corrosive);
l. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to environment);
m. karsinogenik (carcinogenic);
n. teratogenik (teratogenic);
o. mutagenic (mutagenic); dan
p. bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure gas).

BAB II
SIMBOL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Salah satu hal penting dalam pengelolaan B3 adalah pemberian simbol. Pemberian simbol sangat penting untuk
mengidentifikasi sekaligus mengklasifikasikan B3, yang nantinya akan sangat berguna sebagai informasi penting
dalam pengelolaannya.

A. Bentuk dasar, ukuran dan bahan


Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat sehingga membentuk belah ketupat berwarna dasar putih dan
garis tepi belah ketupat tebal berwarna merah (lihat gambar A).
Simbol yang dipasang pada kemasan disesuaikan dengan ukuran kemasan. Sedangkan simbol pada kendaraan
pengangkut dan tempat penyimpanan kemasan B3 minimal berukuran 25 cm x 25 cm.

Gambar A: bentuk dasar simbol

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 2


Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap air, goresan dan bahan kimia yang akan mengenainya.
Warna simbol untuk dipasang di kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun harus dengan cat yang
dapat berpendar (fluorenscence).

B. Jenis simbol B3
Simbol B3 merupakan gambar yang menunjukan klasifikasi B3 yang terdiri dari 10 (sepuluh) jenis simbol yang
dipergunakan yaitu:
1. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah meledak (explosive), sebagaimana gambar 1.

Gambar 1 : Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah meledak (explosive).

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar bom meledak
(explosive/exploded bomb) berwarna hitam. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang pada suhu dan
tekanan standar (25 oC, 760mmHg) dapat meledak dan menimbulkan kebakaran atau melalui reaksi
kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat
dapat merusak lingkungan di sekitarnya.

2. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat pengoksidasi (oxidizing),sebagaimana gambar 2.

Gambar 2 : Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat pengoksidasi (oxidizing).

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar simbol berupa bola api berwarna
hitam yang menyala. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang dapat melepaskan banyak panas atau
menimbulkan api ketika bereaksi dengan bahan kimia lainnya, terutama bahan-bahan yang sifatnya
mudah terbakar meskipun dalam keadaan hampa udara.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 3


3. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah menyala (flammable), sebagaimana gambar 3.

Gambar 3 : Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah menyala (flammable)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Gambar simbol berupa gambar nyala api
berwarna putih dan hitam. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar karena kontak dengan udara pada
temperatur ambien;
b. Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber nyala api;
c. Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal;
d. Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang berbahaya, jika bercampur
atau kontak dengan air atau udara lembab;
e. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0°C dan titik didih lebih rendah atau
sama dengan 35°C;
f. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0°C – 21°C;

g. Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada titik nyala (flash
point) tidak lebih dari 60°C (140°F) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan
api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan
dengan metode ”Closed-Up Test”;
h. Padatan yang pada temperatur dan tekanan standar (25°C dan 760 mmHg) dengan mudah
menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia
secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus dalam
10 detik. Padatan yang hasil pengujian ”Seta Closed Cup Flash Point Test”-nya menunjukkan
titik nyala kurang dari 40°C;
i. Aerosol yang mudah menyala;
j. Padatan atau cairan piroforik; dan/atau
k. Peroksida organik.

4. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat beracun (toxic),sebagaimana gambar 4.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 4


Gambar 4 : Simbol B3 klasifikasi bersifat beracun (toxic)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah.Simbol berupa gambar tengkorak dan tulang
bersilang. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Sifat racun bagi manusia, yang dapat menyebabkan keracunan atau sakit yang cukup serius
apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut. Penentuan tingkat sifat
racun ini didasarkan atas uji LD50 (amat sangat beracun, sangat beracun dan beracun);
dan/atau
b. Sifat bahaya toksisitas akut.

5. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya (harmful), sebagaimana gambar 5.

Gambar 5 : Simbol B3 klasifikasi bersifat berbahaya (harmful)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar silang berwarna
hitam. Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan baik berupa padatan, cairan ataupun gas yang jika
terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan
sampai tingkat tertentu.

6. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat iritasi (irritant), sebagaimana gambar 6.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 5


Gambar 6 : Simbol B3 klasifikasi bersifat iritasi (irritant)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah.Simbol berupa gambar tanda seru berwarna
hitam. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung dan/atau terus menerus
dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan iritasi atau peradangan;
b. Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan tunggal dapat menyebabkan
iritasi pernafasan,mengantuk atau pusing;
c. Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit; dan/atau
d. Iritasi/kerusakan parah pada mata yang dapat
e. menyebabkan iritasi serius pada mata.

7. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat korosif (corrosive), sebagaimana gambar 7.

Gambar 7 : Simbol B3 klasifikasi bersifat korosif (corrosive)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol terdiri dari 2 gambar yang tertetesi
cairan korosif. Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
b. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju korosi > 6,35
mm/tahun dengan temperatur pengujian 55°C; dan/atau

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 6


c. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau lebih besar
dari 12,5 untukB3 yang bersifat basa.
8. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environment),
sebagaimana gambar 8.

Gambar 8 : Simbol B3 klasifikasi berbahaya bagi lingkungan (dangerous for the environment)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar pohon dan media
lingkungan berwarna hitam serta ikan berwarna putih. Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan
yang dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan. Bahan kimia ini dapat merusak atau
menyebabkan kematian pada ikan atau organisme aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat
ditimbulkan, seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC = Chlorofluorocarbon), persistent di
lingkungan (misalnya PCBs = Polychlorinated Biphenyls).

9. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat karsinogenik, teratogenik dan mutagenik (carcinogenic,


tetragenic, mutagenic), sebagaimana gambar 9.

Gambar 9 : Simbol B3 klasifikasi bersifat karsinogenik, teratogenik dan mutagenik (carcinogenic,


tetragenic,mutagenic).

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar kepala dan dada
manusia berwarna hitam dengan gambar menyerupai bintang segi enam berwarna putih pada dada.
Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang atau berulang dengan bahan ini
dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai berikut:

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 7


a. karsinogenik yaitu penyebab sel kanker;
b. teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan embrio;
c. mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang berarti dapat
merubah genética;
d. toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik;
e. toksisitas terhadap sistem reproduksi; dan/atau gangguan saluran pernafasan.

10. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure gas), sebagaimana
gambar 10.

Gambar 10 : Simbol B3 klasifikasi bersifat gas bertekanan

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Simbol berupa gambar tabung gas silinder
berwarna hitam. Simbol ini untuk menunjukkan bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan
tinggi dan dapat meledak bila tabung dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya dapat
menyebabkan kebakaran.

C. Ketentuan pemasangan simbol


1. Simbol pada kemasan B3 harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Simbol B3 berupa sticker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik pada kemasan, mudah
penggunaannya, tahan lama, tahan terhadap air dan tahan terhadap tumpahan isi kemasan B3;
b. Jenis simbol yang dipasang harus sesuai dengan karakteristik bahan yang dikemasnya atau
diwadahinya;
c. Simbol dipasang pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan lain dan mudah dilihat;
d. Simbol tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol lain sebelum kemasan
dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa bahan berbahaya dan beracun; dan
e. Kemasan yang telah dibersihkan dari B3 dan akan dipergunakan kembali untuk mengemas B3 harus
diberi label “KOSONG”.
2. Simbol pada tempat penyimpanan kemasan B3.
Tempat penyimpanan kemasan B3 harus ditandai dengan simbol dengan mengikuti ketentuan sebagai
berikut:

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 8


a. Simbol B3 berupa sticker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik pada tempat penyimpanan
kemasan B3, mudah penggunaannya dan tahan lama. Simbol juga terbuat dari bahan yang tahan
terhadap air, goresan dan bahan kimia yang mungkin mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas,
atau plat logam);
b. Simbol dipasang pada bagian luar tempat penyimpanan kemasan B3 yang tidak terhalang;
c. Jenis simbol yang dipasang harus sesuai klasifikasi B3 yang disimpannya; dan
d. Ukuran minimum simbol yang dipasang adalah 25 cm x 25 cm atau lebih besar, sehingga tulisan pada
simbol dapat terlihat jelas dari jarak 20 meter.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 9


BAB III
LABEL BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Label B3 merupakan uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis B3. Penggunaan Label
B3 tersebut dilakukan dalam kegiatan pengemasan B3. Label berfungsi untuk memberikan informasi tentang
produsen B3, identitas B3 serta kuantitas B3. Label harus mudah terbaca, jelas terlihat, tidak mudah rusak, dan
tidak mudah terlepas dari kemasannya.

A. Bentuk, warna dan ukuran.


Label B3 berbentuk persegi panjang dengan ukuran disesuaikan dengan kemasan yang digunakan, ukuran
perbandingannya adalah panjang : lebar = 3:1, dengan warna dasar putih dan tulisan serta garis tepi
berwarna hitam, sebagaimana gambar 11.

NAMA B3/NAMA DAGANG

Nama B3
(komposisi,No CAS/No UN)
Produsen

Kata Peringatan

Pernyataan bahaya
Klasifikasi B3
Informasi tindakan penanganan Fisik, kesehatan dan lingkungan

Keterangan
tambahan

Identitas pemasok

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 10


Gambar 11.Label B3
B. Pengisian label B3 ( Material Safety Data Sheet / MSDS )

Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, tidak mudah terhapus dan dipasang pada setiap
kemasan B3. Pada label wajib dicantumkan informasi minimal sebagai berikut :

No Jenis Informasi Penjelasan Pengisian


1 Nama B3; Nama dagang B3/Nama bahan kimia.
Komposisi, No.CAS/No Komposisi atau formulasi bahan kimia.
UN; Produsen Informasi lengkap mengenai penghasil.
2 Disesuaikan dengan klasifikasi B3

Simbol
3 Kata peringatan Pilih salah satu “bahaya” atau “awas” sesuai dengan
tingkat resiko

4 Pernyataan bahaya: Menjelaskan simbol secara lebih


- klasifikasi B3. detil sesuai dengan klasifikasi B3. Misal: sangat mudah
-fisik, kesehatan, lingkungan. menyala, sangat beracun, karsinogenik, dan lain-lain.
5 Informasi Penanganan: Prosedur penanganan kecelakaan dan darurat

6 Keterangan tambahan Tanggal kadaluarsa.


Tujuan penggunaan.
Jumlah dan isi kemasan atau kontainer.
7 Identitas pemasok Informasi lengkap mengenai pemasok

C. Pemasangan label B3.


Label B3 dipasang pada kemasan di sebelah bawah simbol dan harus terlihat dengan jelas. Label ini juga
harus dipasang pada wadah yang akan dimasukkan ke dalam kemasan yang lebih besar. Contoh pemasangan
simbol dan label pada kemasan/wadah, sebagaimana gambar 12.

Simbol Simbol

Label label

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 11


Gambar 12. Contoh pemasangan simbol dan label

BAB IV
CARA PENYIMPANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya mutlak diperlukan, sehingga tempat /
ruangan yang ada dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari
bahan yang disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan gas / uap / debu
beracun, dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.

A. PENGELOMPOKAN BERDASARKAN SIFAT DARI B3

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 12


1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya
dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang
sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel
(tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya. Jika panas mengakibatkan proses
penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik,
tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas.

2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)


Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan uap
air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk
tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang
cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani
dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan dipasang label. Semua logam disekeliling tempat
penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan terhadap
bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi
yang baik. Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi
pekerja yang terkena bahan tersebut.

3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)


Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa
lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan api dari
cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam penyimpanannya harus
diperhatikan sebagai berikut :
 Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada
uap dari bahan bakar dan udara.
 Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan
diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api.
 Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya.
 Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas
dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi
panas
 Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
 Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
 Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
 Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau api
otomatis dan diperiksa secara periodik.

4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)


Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan harus
berjarak minimum 60 (meter) dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 13


dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. Ruang penyimpanan harus merupakan
bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api,
memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak
digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau
penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan. Penyimpanan tidak boleh dilakukan di
dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api
terbuka atau nyala api. Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau
material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah
cekung belukar atau hutan lebat.

5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)


Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun dalam
keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen,
sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar.
Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan
gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar
dan bahan yang memiliki titik api rendah.
Alat - alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada bahan ini,
baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.

6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)


Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan panas atau
gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat
penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan
lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)


Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang mudah
menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber
penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan asam dan uap dapat menyerang
bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam
gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika konstruksi gudang terbuat dari logam maka harus
di cat atau dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.

8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)


Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan rantai atau
diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk , bebas
dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran
hawanya. Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar silinder tetap
sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 14


BAB V
PRINSIP DASAR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN B3

1. ldentifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan karakteristiknya.
Diperlukan penataan yang rapidan teratur, dilakukan oleh petugas yang ditunjuk sebagai penanggung jawab.
Hasil identifikasi diberi label atau kode untuk dapat membedakan satu sama lainnya. Sumber informasi
didapatkan dari MSDS ( Material Data Safety Sheet)/LDKB (Lembar Data Keselamatan Bahan).

2. Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan sesuai sifat dan karekteristik
dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus memprediksi risiko yang mungkin terjadi apabila
kecelakaan terjadi.

3. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang dilakukan meliputi:
a. Pengendalian operasional, seperti eliminasi, substitusi, ventilasi, penggunaan alat perlindungan diri, dan
menjaga higiene perorangan.
b. Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label, penyediaanMSDS, pembuatan prosedur
kerja, pengaturan tata ruang, pemantauan rutin dan pendidikan atau latihan.
c. lnspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang aman.
d. Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah ambang.

4. Untuk mengurangi risiko karena penanganan bahan berbahaya antara lain:


a. Upayakan substitusi, yaitu mengganti penggunaan bahan berbahaya dengan yang kurang berbahaya.
b. Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit mungkin dengan cara memilih proses
kontinyu yang menggunakan bahan setiap saat lebih sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan sesuai
kebutuhan sehingga risiko dalam penyimpanan kecil.
c. Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang bahan berbahaya yang menyangkut sifat

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 15


berbahaya,cara penanganan,cara penyimpanan, cara pembuangan dan penanganan sisa atau bocoran /
tumpahan, cara pengobatan bila terjadi kecelakaan dan sebagainya. lnformasi tersebut dapat diminta
kepada penyalur atau produsen bahan berbahaya yang bersangkutan.
d. Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau mengendalikan kontaminan bahan berbahaya dengan
sistem ventilasi dan dipantau secara berkala agar kontaminan tidak melampaui nilai ambang batas yang
ditetapkan.
e. Upayakan agar pekerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama dengan mengurangi waktu kerja atau
sistem shift kerja serta mengikuti prosedur kerja yang aman.
f. Upayakan agar pekerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau tepat melalui pengujian, pelatihan
dan pengawasan.
g. Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai prosedur dan petunjuk teknis yang ada
dan memberikan tanda-tanda peringatan yang sesuai dan jelas.
h. Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan bahan-bahan berbahaya.
i. Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan aman, bersih, dan terpelihara
dengan baik.
j. Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara memelihara instalasi
menggunakan teknologi yang tepat dan upaya pemanfaatan kembali atau daur ulang.

BAB VI
PENGADAAN JASA DAN BAHAN BERBAHAYA

Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang diperlukan. Rekanan yang akan
diseleksi diminta memberikan proposal berikut profil perusahaan (company profile). lnformasi yang
diperlukan menyangkut spesifikasi lengkap dari material atau produk, kapabilitas rekanan, harga, pelayanan,
persyaratan K3 dan lingkungan serta informasi lain yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit.

Setiap unit kerja/ lnstalasi yang menggunakan, menyimpan, mengelola B3 harus menginformasikan kepada
lnstalasi Logistik sebagai unit pengadaan barang setiap kali mengajukan permintaan bahwa barang yang
diminta termasuk jenis B3.

Untuk memudahkan melakukan proses seleksi, dibuat formulir seleksi yang memuat kriteria wajib yang
harus dipenuhi oleh rekanan serta sistem penilaian untuk masing masing kriteria yang ditentukan. Hal-
hal yang menjadi kriteria penilaian :

1. Kapabilitas
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang tertulis dalam kontrak kerja sama.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 16


2. Kualitas dan garansi
Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah sesuai dengan spesifikasi yang sudah disepakati.
Jaminan garansi yang disediakan baik waktu maupun jenis garansi yang diberikan.

3. Persyaratan K3 dan lingkungan


a. Menyertakan MSDS.
b. Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan atau ISO 14001.
c. Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan lingkungan.
d. Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di Rumah Sakit.

4. Metodologi bagus.
a. Sistem mutu
b. Dokumen sistem mutu lengkap.
c. Sudah sertifikasi ISO 9000.

5. Pelayanan
a. Kesesuaian waktu pelayanan dengan kontrak yang ada.
b. Pendekatan yang dilakukan supplier dalam melaksanakan tugasnya.
c. Penanganan setiap masalah yang timbul pada saat pelaksanaan.
d. Memberikan layanan purna jual yang memadai dan dukungan teknis disertai sumber daya manusia yang
handal.

BAB VII
PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani tumpahan, menggunakan, dll) B3, setiap staf wajib
mengetahui betul jenis bahan dan cara penanganannya dengan melihat SPO dan MSDS yang telah ditetapkan.

1. Penanganan untuk personil


a. Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan.
b. Baca petunjuk yang tertera pada kemasan.
c. Letakkan bahan sesuai ketentuan.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 17


d. Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk.
e. Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan.
f. Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di lokasi yang sama.
g. Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata.
h. Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penempatan bahan,hindari terjadinya
tumpahan/kebocoran.
i. Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas.
j. Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan bahaya / kecelakaan atau nyaris
celaka (accident atau near miss)melalui formulir yang telah disediakan dan alur yang telah ditetapkan.

2. Penanganan berdasarkan lokasi


Daerah-daerah yang berisiko (laboratorium, radiologi, farmasi dan tempat penyimpanan, penggunaaan dan
pengelolaan B3 yang ada di Rumah Sakit harus di tetapkan sebagai daerah berbahaya dengan menggunakan
kode warna di area bersangkutan, serta dibuat dalam denah Rumah Sakit dan disebarluaskan/ disosialisasikan
kepada seluruh penghuni Rumah Sakit.

3. Penanganan administratif
Di setiap tempat penyimpanan,penggunaan dan pengelolaan B3 harus diberi tanda sesuai potensi bahaya
yang ada, dan di lokasi tersebut tersedia SPO untuk menangani B3 antara lain :
a. Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi.
b. Cara penanggulangan apabila terjadi kedaruratan.
c. Cara penanganan B3 dll.

BAB VIII
PENUTUP

Diharapkan dengan dengan adanya Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun ini, pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun yang selama ini sudah dijalankan oleh Rumah Sakit Santo Borromeus dapat
ditingkatkan hasilnya. Untuk SDM Rumah Sakit, diharapkan panduan ini dapat membantu mereka dalam
memahami masalah-masalah yang ditimbulkan oleh bahan berbahaya dan beracun dan dapat melakukan upaya-
upaya antisipasi terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan sehingga tercapai budaya "sehat dalam lingkungan
rumah sakit".

Tentu saja Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun ini masih jauh dari sempurna, belum
menggambarkan permasalahan dan cara pengelolaan secara menyeluruh di Rumah Sakit Santo Borromeus.
Kepada para pembaca yang berminat dalam bidang lingkungan terutama dalam pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun diharapkan bantuan dan masukan yang berharga bagi penyempurnaan Panduan Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun ini di masa mendatang.

Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 18


Panduan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun 19

Anda mungkin juga menyukai