PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pembangunan pada periode Pembangunan Jangka Panjang kedua
adalah pembangunan berwawasan lingkungan, sebagai upaya sadar dan berencana
mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang ber-
kesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Dalam setiap pembangunan akan
ada berbagai usaha atau kegiatan yang pada dasarnya akan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dijaga keserasian antar
usaha/kegiatan tersebut dengan menganalisa dari sejak awal perencanaannya.
Dengan demikian langkah pengendalian dampak negatif dapat dipersiapkan sedini
mungkin.
Rumah sakit sebagai salah satu hasil pembangunan dan upaya penunjang
pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan sarana pelayanan umum,
tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat. Hal ini memungkinkan
terjadinya pecemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan dapat menjadi
penularan penyakit. Keberadaan Rumah Sakit Hative sebagai penyedia jasa di
bidang pelayanan kesehatan tentunya membutuhkan sarana dan prasarana
penunjang berjalanya aktifitas medis rumah sakit. Tingginya aktifitas medis rumah
sakit juga akan meningkatkan beban lingkungan mengingat tingginya limbah B3
yang akan dihasilkan dari sisa aktifitas medis.
Berdasarkan PP RI No. 101 Tahun 2014 Bahan Berbahaya dan Beracun
yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energy, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, kosentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lain. Pengendalian dan pencegahan dampak penanganan
bahan dan limbah berbahaya dan beracun pada fasilitas pelayanan kesehatan saat
ini menjadi isu strategis yang secara nasional perlu penanganan secara
terintegrasi.Untuk itu diperlukan acuan dan standarisasi prosedur dan ketentuan baik
teknis maupun administratif. Dalam rangka melaksanakan pengelolaan limbah B3
yang memenuhi syarat diperlukan maka diperlukan Pedoman pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yang ingin di capai dari penyusunan pedoman
pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit Hative yaitu untuk meningkatkan Kualitas
Lingkungan Rumah Sakit Hative melalui pengelolaan limbah B3 yang memenuhi
syarat.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan pedoman pengelolaan limbah B3 di
Rumah Sakit Hative adalah:
a. Melakukan upaya reduksi untuk meminimalkan kuantitas limbah yang berpotensi
menjadi limbah B3.
b. Dapat menentukan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang digunakan serta
mengidentifikasi limbah yang dihasilkan di rumah sakit.
c. Dapat melakukan penanganan yang tepat ketika terkena paparan limbah B3 di
rumah sakit.
d. Dapat mengidentifikasi bahan berbahaya dan beracun yang ada dalam Material
Safety Data Sheets (MSDS).
e. Dapat melakukan upaya pemilahan, pengkodean, penyimpanan, pengangkutan
dan pengiriman limbah B3 ke transporter limbah sesuai dengan SOP yang
ditetapkan.
f. Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi Rumah Sakit
KESEHATAN KERJA
PENINGKATAN KINERJA
PRODUKTIVITAS
1. Unsafe Condition
2. Unsafe action
( berdasarkan pendapat ahli K3, kedua factor tersebut merupakan gejala akibat
buruknya dan kurangnya komitmen manajemen K3 )
1. Unsafe Condition :
a. Peralatan using
b. Tempat kerja acak-acakan
c. Peralatan kerja tidak ergonomis
d. Peralatan mesin tidak tertutup
e. Tempat kerja dengan B3 tidak dilengkapi sarana pengaman ( label,
simbul, rambu, prosedur pengelolaan B3
2. Unsafe Action
a. Pegawai tidak tahu
- Bahaya di tempat kerja
- Peraturan K3
- SPO kerja
- Instruksi kerja
b. Pegawai kurang terampil dalam mengoperasikan peralatan pernafasan
BAB II
STANDAR FASILITAS
2. Tempat Penyimpanan
Tempat penyimpanan limbah B3 wajib memenuhi standar untuk lokasi,
fasilitas penyimpanan dan peralatan penanggulangan keadaan darurat.
a. Lokasi Penyimpanan : di bangun pada lokasi bebas banjir dan berada di
dalam penguasaan setiap orang yang menghasilkan
Limbah B3.
b. Fasilitas Penyimpanan (Bangunan):
1) Desain dan kontruksi bangunan yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan
dan sinar matahari.
2) Memiliki penerangan dan ventilasi
3) Memiliki saluran drainase dan bak penampung
c. Peralatan penanggulangan keadaan darurat
1) Ketersediaan alat pemadam api ringan (APAR)
2) Alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai, seperti P3K
BAB III
TATA LAKSANA PENGELOLAAN B3
A. Pengertian
1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah hasil sisa aktivitas Rumah Sakit
Hative berupa zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup lingkungan Rumah Sakit Hative, kesehatan,
serta kelangsungan hidup manusia (Pasien, Petugas, dan Pengunjung) dan
makhluk hidup lain.
2. Tata Laksana Pengelolaan Limbah B3 Rumah Sakit Hative adalah terdiri dari
pengurangan limbah, penyimpanan limbah B3, pemasangan label,
pengangkutan
3. Pengurangan Limbah B3 Rumah Sakit Hative adalah untuk mengurangi jumlah
dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau racun dari Limbah B3 sebelum
dihasilkan dari suatu usaha dan/atau kegiatan
4. Penyimpanan Limbah B3 Rumah Sakit Hative adalah kegiatan menyimpan
Limbah B3 yang dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 dengan maksud
menyimpan sementara Limbah B3 yang dihasilkannya.
5. Label Limbah B3 adalah keterangan mengenai Limbah B3 di Rumah Sakit Hative
yang berbentuk tulisan yang berisi informasi mengenai Penghasil Limbah B3,
alamat Penghasil Limbah B3, waktu pengemasan, jumlah, dan karakteristik
Limbah B3.
6. Pengangkut Limbah B3 Rumah Sakit Hative adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan Pengangkutan Limbah B3 berdasarkan MOU Kerjasama
7. Sistem tanggap darurat adalah system pengendalian keadaan darurat yang
meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, dan penanggulangan kecelakaan serta
pemulihan kualitas lingkungan hidup akibat kejadian kecelakaan Pengelolaan
Lingkungan.
B. Penggolongan B3
1. B3 golongan Explosif
2. B3 golongan Gas Mampat
3. B3 golongan cairan mudah menyala
4. B3 golongan oksidator
5. B3 Golongan racun
C. Pengelolaan B3
Standar Pengelolaan B3 terdiri dari :
1. Proses pengadaan bahan berbahaya ( B3 )
2. Bongkar muat B3
3. Penyimpanan B3
4. Penyaluran / pengangkatan B3
5. Pembuangan limbah B3
( label B3 harus digunakan pada tiap tahapan penanganan B3 )
D. Sifat-sifat B3
1. Asetilen
2. Diazo
3. Nitrozo
4. Alkil polinitro
5. Oksim
6. Azo
7. N-Nitroso
8. N-Nitro
9. Azida
10. Diazonium
11. Hidroksil ammonium
12. N-logam berat
13. Perkhloril
14. Peroksida
15. Ozon
1. Adalah bahan kimia yang mungkin tidak terbakar, tetapi dapat menghasilkan
oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran pada bahan lainnya
2. Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif atau tidak stabil
atau mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraianya
sehingga menimbulkan kebakaran.
PERENCANAA
N
PENGHAPUSAN
PENGANGGARAN
PENGENDALIAN
PEMELIHARAAN PENGADAAN
F. Pengadaan
1. Pembelian :
- Langsung, penunjukan, tender ( Perpres No 54 / 2010
2. Produksi
- Steril, non steril, sediaan langka
Definisi Lembar Data Pengaman ( LDP ) atau MSDS ( Material Safety Data Sheet )
Pasal 1 ayat 2 :
Lembaran Data Pengaman ( LDP ) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi
tentang sifat fisika, kimia dari bahan berbahaya , jenis bahaya yang dapat
ditimbulkan , cara penanganan dan tindakan kusus yang berhubungan dengan
keadaan darurat di dalam penanganan bahan berbahaya.
G. Penyimpanan B3
1. Gudang tempat penyimpanan B3 dibuat agar aman dari pengaruh alam dan
lingkungan :
a. Memiliki sirkulasi udara dan ventilasi baik.
b. Suhu ruangan terjaga konstan dan aman.
c. Aman dari gangguan biologis ( tikus, rayap, dan lain-lain )
2. Tata letak dan pengaturan penempatan B3 mempertimbangkan :
a. Pemisahan dan pengelompokan untuk menghindari reaktivitas.
b. Penyusunan tidak melebihi batas maximum ( anjuran industry ) agar tidak
roboh dan rapi.
c. Dibuatkan lorong dan terjaga agar alat angkat dan angkut dapat lewat.
d. Khusus bahan dalam wadah silinder / tabung gas bertekanan ditempatkan
yang aman, tidak lembab dan aman dari sumber panas ( listrik
3. Program House Keeping secara periodic ( Kebersihan, kerapihan dan
keselamatan )
4. Sarana K3 disiapkan dan digunakan
5. Selain petugas gudang dilarang masuk, dan harus menggunakan APD
6. Inspeksi secara periodic, pemeriksaan kondisi lingkungan, bahan, peralatan
dan system segera lapor bila ada kondisi tidak aman kepada atasan.
7. Penyimpanan B3 dilengkapi dengan symbol / label B3 ( Label isi, safety,
resiko bahaya ) serta cara pencegahan dan pertolongan pertama
8. Petugas gudang dilengkapi dengan buku petunjuk / pedoman K3 yang
berkaitan dengan penyimpanan B3.
9. Petugas dilarang makan dan minum di tempat penyimpanan B3.
10. Tindakan P3K ( pertolongan pertama pada kecelakaan ) oleh tenaga
pengalaman, segera hubungi dokter / tim medis atau bawa korban ke IGD
untuk perawatan lebih lanjut
4. Lokasi
Tempat mudah tercapai, aman.
Bila terjadi tumpahan , bocor hingga mencemari lingkungan, korban langsung dan
sebagainya maka harus mengikuti pola penanganan yang berlaku sesuai dengan
jenis dan tingkat bahaya.
Penyaluran / Pengangkutan B3
I. Penggunaan B3
1. Perencanaan dan penerapan K3 dalam penggunaan B3 harus
memperhatikan :
a. APD yang sesuai dengan factor resiko bahayanya. APAR dan P3K harus
siap dan cukup
b. Kondisi kerja dan lingkungan dinyatakan aman oleh yang berwenang
c. Peralatan kerja harus layak pakai
d. Metode kerja / cara pelaksanaan kerja sudah aman dan efektif
e. Kelengkapan administrasi sudah siap ( perintah kerja, daftar B3)
2. Selama penggunaan B3 hindari tindakan tidak aman. Sesuai SPO
a. Sebelum menggunakan B3 harus diketaui lebih dahulu informasi bahaya
kebakaran, kesehatan, reaktivitas keracunan, korosif dan efek lain dan
peledakan, serta cara pencegahan dan penanggulanganya
b. Bila penggunaan pada transisi shift jaga, maka tiap serah terima dan
tanggung jawab dilakukan sebaik-baiknya. Laporkan situasi kondisi kerja
lebih-lebih yang tidak aman.
c. Bila selesai, amankan dan bersihkan alat-alat kerja, lingkungan kerja,
wadah sisa B3 hingga aman.
d. Lakukan P3K bila ada kecelakaan dan penanganan lebih lanjut
3. Kesiapan penanggulangan
a. Dilakukan oleh petugas yang ahli.
b. Tersedia alat pemadam kebakaran
c. Tersedia P3k dan antidotum
d. Tersedia alt komunikasi
1. DEKORPORASI IODINE
Jalan masuk : Terhirup, tertelan, luka terbuka
Antidote : KL ( Potasium iodide ) tablet 130 mg
Prinsip : memblok deposit tyroid
Dosis dan cara : Potasium jodida 130 mg, selama 1-2 minggu. Bila sensitive
terhadap I, dapat diberikan potassium perklorat 200mg
J. Pembuangan Limbah B3
1. Tiap limbah baik karena rusak, pecah, kadaluarsa maupun sisa hasil proses
yang tidak digunakan harus dibuang pada saluran kusus yang disiapkan atau
tempat sampah kusus B3
2. Jika limbah asam dan basa harus dinetralkan dahulu sebelum dibuang. Untuk
zat-zat logam berbahaya harus diendapkan dahulu hingga buangan aman
tidak lebih ambang
3. Limbah sisa gas yang mudah terbakar harus diamankan
4. Semua wadah / kemasan B3 harus dibakar dengan benar
5. Membuang limbah B3 secara manual harus menggunakan APD yang sesuai.
Hati-hati hindari bahaya percikan, jatuh, terpeleset, tersiram dsb.
L. Karakteristik Limbah B3
1. Mudah meledak
Limbah B3 mudah meledak adalah Limbah yang pada suhu dan tekanan standar
yaitu 25˚C atau 760 mmHG (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury) dapat
meledak, atau melalui reaksi kimia dan fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu
dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitar.
2. Mudah Menyala
Limbah B3 bersifat mudah menyala adalah limbah yang memiliki salah satu atau
lebih sifat – sifat berikut:
a. Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume atau
pada titik nyala tidak lebih dari 60˚C atau 140 ˚F akan menyala jika terjadi kontak
dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHG
(tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury). Pengujian sifat mudah menyala
untuk limbah bersifat cair dilakukan menggunakan seta closed tester, pensky
martens closed cup, dan termutakhir.
b. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar
yaitu 25˚C atau 760 mmHG (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury)
mudah menyala melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia
secara spontan dan jika menyala dapat menyebabkan nyala terus menerus. Sifat
ini dapat diketahui secara langsung tanpa harus melalui pengujian di
laboratorium.
3. Reaktif (reactive – R)
Limbah B3 reaktif adalah limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat – sifat
berikut :
a. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan. Limbah ini secara visual menunjukkan adanya
antara lain gelembung gas, asap, dan perubahan warna.
b. Limbah yang jika bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan,
menghasilkan gas, uap, atau asap. Sifat ini dapat diketahui secara langsung
tanpa melalui pengujian di laboratorium.
c. Merupakan Limbah sianida, sulfide yang pada kondisi Ph antara 2 dan 12,5
dapat menghasilkan, uap, atau asap beracun. Sifat ini dapat diketahui melalui
pengujian limbah yang dilakukan secara kualitatif.
4. Infeksius
Limbah B3 bersifat infeksius yaitu Limbah medis padat yang terkontaminasi
organisme patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan, dan organisme
tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada
manusia rentan. Yang termasuk ke dalam Limbah infeksius antara lain:
a. Limbah yang berasal dari perawatan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular atau perawatan intensif dan Limbah laboratorium;
b. Limbah yang berupa benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan intravena,
pipet pasteur, dan pecahan gelas;
c. Limbah patologi yang merupakan Limbah jaringan tubuh yang terbuang dari
proses bedah atau otopsi;
d. Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok bahan infeksius, organ binatang
percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi, dan terinfeksi atau kontak dengan
bahan yang sangat infeksius; dan/atau
e. Limbah sitotoksik yaitu Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
5. Korosif (corrosive –C)
Limbah B3 korosif adalah Limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat
berikut:
a. Limbah dengan pH sama atau kurang dari 2 (dua) untuk Limbah bersifat asam
dan sama atau lebih besar dari 12,5 (dua belas koma lima) untuk yang bersifat
basa. Sifat korosif dari Limbah padat dilakukan dengan mencampurkan Limbah
dengan air sesuai dengan metode yang berlaku dan jika limbah dengan pH lebih
kecil atau samadengan 2 (dua) untuk Limbah bersifat asam dan pH lebih besar
atau sama dengan 12,5 (dua belas koma lima) untuk yang bersifat basa.
b. Limbah yang menyebabkan tingkat iritasi yang ditandai dengan adanya kemerahan
atau eritema dan pembengkakan atau edema. Sifat ini dapat diketahui dengan
melakukan pengujian pada hewan uji mencit dengan menggunakan metode yang
berlaku.
6. Beracun
Limbah B3 beracun adalah Limbah yang memiliki karakteristik beracun berdasarkan
uji penentuan karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi LD50, dan uji sub-
kronis.
a. Penentuan karakteristik beracun melalui TCLP
1) Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika Limbah memiliki
konsentrasi zat pencemar lebih besar dari TCLP-A sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.
2) Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika Limbah memiliki
konsentrasi zat pencemar sama dengan atau lebih kecil dari TCLP-A dan lebih
besar dari TCLP-B sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
b. Uji Toksikologi LD50
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika memiliki nilai sama dengan
atau lebih kecil dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil
atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada
hewan uji mencit. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika memiliki
nilai lebih besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil
atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada
hewan uji mencit dan lebih kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh)
hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu miligram per
kilogram) berat badan pada hewan uji mencit. Nilai Uji Toksikologi LD50 dihasilkan
dari uji toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah melalui uji hayati untuk
mengukur hubungan dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji. Nilai
Uji Toksikologi LD50 diperoleh dari analisis probit terhadap hewan uji.
c. Sub –kronis
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji toksikologi sub-kronis
pada hewan uji mencit selama 90 (sembilan puluh) hari menunjukkan sifat racun
sub-kronis, berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau
biokonsentrasi, studi perilaku respon antarindividu hewan uji, dan/atau
histopatologis.
Identifikasi Limbah,
Pemisahan,
Pewadahan, Labeling
Timbulan Pengangkutan Penyimpanan
Sampah B3 oleh Pada TPS B3
Pada Sumber Housekepping
Pencatatan Pengangkutan
Volume dan Pengiriman
Limbah B3 Limbah B3oleh
pihak ke3
d. Simbol Limbah B3
5. Penyimpanan
Penghasil limbah B3 wajib melakukan penyimpanan limbah B3. Untuk dapat
melakukan penyimpanan limbah B3, setiap penghasil limbah wajib memiliki izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan limbah B3. Lokasi
penyimpanan limbah B3 bebas banjir dan tidak rawan bencana alam. Fasilitas
penyimpanan limbah B3 meliputi :
a) Bangunan
b) Tangki/container
c) Tempat tumpukan limbah (waste pile)
d) Waste impoundment
e) Peralatan penanggulangan keadaan darurat
f) Laporan penyimpanan limbah paling sedikit memuat:
Sumber, nama, jumlah, dan karakteristik limbah B3
g) Pelaksanaan penyimpanan limbah B3
h) Pemanfaatan limbah B3, Pengelolaan limbah B3 atau penimbunan limbah B3
yang dilakukan sendiri oleh pemegang izin atau menyerahkan limbah B3 kepada
pengumpul limbah B3, pemanfaat limbah B3, Pengolah Limbah B3 atau
penimbun limbah B3.
6. Pengangkutan
Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan alat angkut
yang tertutup untuk limbah B3 kategori 1. Pengangkutan Limbah B3 dapat dilakukan
dengan menggunakan alat angkut yang terbuka untuk Limbah B3 kategori 2. Jika
rumah sakit menjalin kerjasama dengan pihak ke 3 dalam proses pengangkutan
limbah B3 maka pengangkut limbah B3 wajib memiliki:
a. Rekomendasi pengangkut limbah B3
b. Izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan pengangkutan limbah B3.
7. Kerjasama
Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko
yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Sehingga
untuk pengangkutan dan pemusnahan limbah B3 rumah sakit bekerjasama dengan
pihak ke 3 yang telah mendapatkan ijin operasional dari lembaga berwenang.
BAB IV
DOKUMENTASI