Anda di halaman 1dari 46

PEDOMAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA

BERACUN DAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA BERACUN


TAHUN 2015

Jl. Jenderal Ahmad Yani No.9 Kota Tangerang,


Telp: (021) 5523507, 5512948, 5513709 Fax: (021) 5527104
e-mail: rsudtangerang@yahoo.com
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Buku Pedoman Pengelolaan Bahan dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit
di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang ini berhasil disusun. Buku ini diharapkan mampu
menjadi pedoman bagi rumah sakit dalam penyediaan layanan dan fasilitas di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang.
Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada Direktur Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam pembuatan
pedoman ini, para pejabat struktural dan tenaga fungsional di lingkungan Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang yang telah memberikan masukan dalam proses penyusunan pedoman ini,
serta seluruh staf Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang yang telah dan akan berpartisipasi
aktif mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan sampai pada proses monitoring dan evaluasi
pedoman ini.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lainnya yang terkait
dengan penyelenggaraan program pengelolaaaan bahan berbahaya beracun di Rumah Sakit Umum
Kabupaten Tangerang. Akhirnya kami harapkan saran dan koreksi, demi perbaikan buku pedoman
ini.

Tangerang, 2 Januari 2015

Penyusun

1
DAFTAR ISI

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR........................................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ......1
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ......2
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 3
B. Tujuan ................................................................................................................................. 3
C. Ruang Lingkup Pelayanan .................................................................................................. 3
D. Batasan Operasional ........................................................................................................... 4
E. Landasan Hukum................................................................................................................4
BAB II : STANDAR KETENAGAAN .................................................................................. 6
A. Kualifikasi SDM ................................................................................................................. 6
B. Distribusi Ketenagaan......................................................................................................... 6
BAB III : STANDAR FASILITAS ........................................................................................ 7
A. Denah Ruangan................................................................................................................... 7
B. Standar Fasilitas .................................................................................................................. 7
BAB IV : TATA LAKSANA PELAYANAN ...................................................................... 13
BAB V : LOGISTIK ........................................................................................................... 35
BAB VI : KESELAMATN KERJA .................................................................................... 36
BAB VII : PENUTUP ........................................................................................................... 42

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai penunjang kesejahteraan


masyarakat banyak, rumah sakit menjadi salah satu tempat dalam mendukung kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu upaya peningkatan kesehatan
yang terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter yang juga ditunjang oleh unit-
unit lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur, laundry,
pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Salah satu kegiatan rumah sakit memiliki potensi berbahaya dan harus dilakukan
penanganan khusus yaitu pengelolaan bahan berbahaya beracun serta penanganan limbah
bahan berbahaya beracun yang apabila tidak dilakukan dengan baik dapat menimbulkan
resiko kecelakaan dan penularan penyakit terhadap masyarakat rumah sakit serta pencemaran
lingkungan sekitar rumah sakit. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan terhadap bahan
dan limbah berbahaya beracun di rumah sakit
Prosedur pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun adalah suatu prosedur yang
mencakup rangkaian kegiatan yang meliputi pengadaan, penyimpanan, pengemasan,
penanggulangan, serta penanganan bahan berbahaya dan beracun setelah tidak digunakan.
Sedangkan upaya pengolahan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses
untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau
tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau memungkinkan
agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang).
Pengelolaan bahan dan limbah berbahaya di rumah sakit yang tidak baik akan
memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke petugas,
dari pasien ke pasien, dari petugas ke pasien, maupun dari pasien dan petugas kepada
masyarakat pengunjung rumah sakit. Tentu saja Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
sebagai institusi yang sosio ekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, maka tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan bahan berbahaya
dan limbah brbahaya yang dihasilkan.

B. Tujuan
Agar tersedianya pedoman atau panduan pengelolaan bahan berbahaya beracun serta
limbah bahan berbahaya beracun Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang sehingga
mencegah terjadinya resiko kecelakaan kerja, menanggulangi pencemaran atau kerusakan di
lingkungan Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang yang diakibatkan oleh limbah B3
serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan
fungsinya kembali.

C. Ruang lingkup Pelayanan


1. Pengadaan Bahan Berbahaya Beracun
2. Pengangkutan Bahan Berbahaya Beracun
3. Pengumpulan dan Penyimpanan Bahan Berbahaya Beracun
3
4. Penggunaan Bahan Berbahaya Beracun
5. Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya Beracun
6. Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya Beracun
7. Simbol dan Labeling
8. Material Safety Data Sheet
9. Spill Kit
10. Alat Pelindung Diri

D. Batasan Operasional
1. Bahan-bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang selama pembuatannya, pengolahannya,
pengangkutannya, penyimpanan dan penggunaannya mungkin menimbulkan atau
membebaskan debu-debu, kabut, uap-uap, gas-gas, serat atau radiasi mengion yang
mungkin menimbulkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, mati lemas, keracunan dan
bahaya-bahaya lain, dalam jumlah yang memungkinkan menimbulkan gangguan
kesehatan orang yang bersangkutan dengannya atau menyebabkan kerusakan pada
barang-barang atau harta benda.
2. Bahan-bahan beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah relatif kecil berbahaya bagi
kesehatan bahkan juga jiwa manusia. Bahan – bahan demikian dipergunakan, diolah dan
dipakai serta dihasilkan oleh pekerjaan.
3. Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah proses pengadaan bahan
berbahaya dan beracun yang dilaksanakan oleh instalasi Farmasi Rumah Sakit sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan berdasarkan kebutuhan pengguna (user).
4. Material Safety Data Sheet atau lembar data pengamanan (MSDS/LDP) adalah lembar
petunjuk berisi informasi tentang fisika kimia dari bahan berbahaya, jenis bahaya yang
ditimbulkan, cara penanganan dan tindakan khusus, yang berhubungan dengan keadaan
darurat dalam penanganan bahan berbahaya. MSDS ini dikeluarkan oleh pabrik atau
supplier.
5. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah kegiatan menyimpan yang
dilakukan oleh Instalasi Farmasi dengan maksud menjamin agar bahan-bahan tersebut
tidak bereaksi dengan bahan-bahan lain serta memenuhi syarat-syarat penyimpanan.
6. Kontaminasi adalah proses tertumpahnya specimen bahan - bahan berbahaya dan beracun
ke lingkungan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
7. Penanggulangan adalah upaya penanganan suatu bahan-bahan berbahaya dan beracun
agar bahan-bahan tersebut tidak bereaksi dengan bahan-nbahan lain dan menjaga agar
bahan-bahan tersebut tidak menimbulkan bahaya.

E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
3. Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 Tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Menular;
5. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;

4
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Tata Cara
Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air
Limbah lampiran 44 Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan Atau Kegiatan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit;
9. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 05 tahun 2012 Tentang Tarif Layanan Rumah Sakit
Umum Badan Layanan Umum Pada Sakit Umum Kabupaten Tangerang.
10. Keputusan Bupati Tangerang Nomor 41 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas, Fungsi
dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang;
11. Keputusan Bupati Tangerang Nomor 445/Kep.113-Huk/2008 Tentang Penetapan
Rumah Sakit Umum Daerah selaku Penyelenggara Pola Pengelola Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) Kabupaten Tangerang.
12. Keputusan Walikota Tangerang Nomor 660.31/ Kep.16/BPPMT/IPLC/2013 Tentang
Ijin pembuangan Limbah Cair Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang
13. Keputusan Walikota Tangerang Nomor : 660/Kep.465-KONSERVASI Tanggal 15
Oktober 2014 Tentang Izin Lingkungan Kegiatan Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang
14. Keputusan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang Nomor 660.3/Kep
025 – BPLH/2012 Tentang Ijin Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun/B3 Kepada Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.

5
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Kualifiksi ketenagaan penanganan bahan berbahaya beracun yaitu :


- Tenaga medis yaitu dokter yang telah melaksanakan pelatihan sistem operasional,
pemeliharaan, aplikasi, penanganan dan penanggulangan bahan berbahaya beracun
- Tenaga paramedis perawatan yaitu perawat dan bidan yang telah melaksanakan pelatihan
sistem operasional, pemeliharaan, aplikasi, penanganan dan penanggulangan bahan
berbahaya beracun
- Tenaga paramedis non perawatan yaitu Analis Labratorium Klinik/Patologi, Apoteker yang
telah melaksanakan pelatihan sistem perasional, pemeliharaan, aplikasi, penanganan dan
penanggulangan bahan berbahaya beracunemoterapi serta pelatihan perawatan kanker
dengan kemoterapi/handling, pelatihan aseptik dispensing dan cytotoxic handling
- Tenaga paramedis non perawatan yaitu Sanitarian, Teknik Lingkungan, Pelaksana
Kesehatan Keselamatan Kerja, Tenaga Administrasi dan telah melaksanakan pelatihan
manajemen pengelolaan bahan berbahaya beracun dan limbah berbahaya beracun.

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketengaan pengeloaaan bahan berbahaya beracun dan limbah berbahaya beracun
adalah tersebar dibeberapa unit rumah sakit yaitu :
- Instalasi Farmasi dan Ruang Handling Kemoterapi : Apoteker, Asisten Apoteker,
Administrasi Farmasi
- Instalasi Laboratrium : Dokter Spesilais Patologi Klinik, Dokter Spesialis Patologi
Anatomi, Analis laboratorium Kesehatan, Administrasi Laboratorium
- Instalasi Pemulasaran Jenajah : Dokter Forensik dan Petugas Pemulasaraan Jenajah
- Instalasi Kamar Bedah : Dokter Spesialis Bedah, Perawat di Kamar Bedah, Anastesi
- Instalasi Gawat Darurat : Dokter Umum dan Dokter Spesialis Di IGD, Perawat IGD,
Administrasi IGD
- Instalasi Rawat Inap : Seluruh Kepala Ruangan Rawat Inap dan Perawat Ruangan rawat
Inap
- Instalasi Sanitasi : Seluruh Petugas Sanitasi

6
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

B. Standar Fasilitas

1. Persyaratan Lokasi Pengolahan Bahan dan Limbah B3


Pengolahan bahan dan limbah B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil bahan dan
limbah B3 atau di luar penghasil bahan dan limbah B3. Untuk pengolahan di dalam lokasi
penghasil, lokasi pengolahan disyaratkan Jarak antara lokasi pengolahan dan lokasi
fasilitas umum minimal 50 meter. Persyaratan lokasi pengolahan bahan dan limbah B3 di
luar lokasi penghasil adalah :
1. Merupakan daerah bebas banjir.
2. Pada jarak paling dekat 150 meter dari jalan utama/jalan tol dan 50 meter untuk jalan
lainnya atau dengan fasilitas umum.
3. Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah pemukiman, perdagangan, rumah
sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran, fasilitas keagamaan
dan pendidikan.
4. Pada jarak paling dekat 300 meter dari garis pasang naik laut, sungai, daerah pasang
surut, kolam, danau, rawan, mata air dan sumur penduduk.
5. Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah yang dilindungi (cagar alam, hutan
lindung dan lain-lainnya).

7
2. Persyaratan Bangunan Penyimpan Bahan dan Limbah B3
a. Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3
1. Bangunan tempat penyimpan kemasan limbah B3 harus :
a) Memiliki rancang bangun dan luas penyimpanan yang sesuai dengan jenis,
karakteristik dan jumlah bahan dan limbah B3 yang dihasilkan/ akan disimpan.
b) Terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak langsung.
c) Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai (gambar
5) untuk mencegah terjadinya akumulasi gas didalam ruang penyimpanan, serta
memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuk burung atau binatang
kecil lainnya ke dalam ruang penyimpanan.
d) Memiliki system penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk
operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka
lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan
sakelar (stop contact) harus terpasang disisi luar bangunan.
e) Dilengkapi dengan system penangkal petir.
f) Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (symbol) sesuai dengan
tata cara yang berlaku.
2. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan
tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penampungan
dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai
diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi
bangunan penyimpanan.
3. Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 (satu)
karakteristik limbah B3, maka ruang penyimpanan:
a) Harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan ketentuan
bahwa setiap bagian penyimpanan hanya diperuntukkan menyimpan satu
karakteristik limbah B3 atau limbah-limbah B3 yang saling cocok (gambar 6)
b) Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus dibuat tanggul atau
tembok pemisah untuk menghindarkan tercampurnya atau masuknya tumpahan
limbah B3 ke bagian penyimpanan lainnya.
c) Setiap bagian penyimpanan masing-masing harus mempunyai bak penampung
tumpahan limbah dengan kapasitas yang memadai
d) Sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat sebanding dengan kapasitas
maksimum limbah B3 yang tersimpan sehingga cairan yang masuk ke dalamnya
dapat mengalir dengan lancar ke tempat penampungan yang telah disediakan.
4. Sarana lain yang harus tersedia adalah:
a) Peralatan dan system pemadam kebakaran
b) Pagar pengaman
c) Pembangkit listrik cadangan
d) Fasilitas pertolongan pertama
8
e) Peralatan komunikasi
f) Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan
g) Pintu darurat dan Alarm

b. Persyaratan khusus bangunan penyimpanan bahan dan limbah B3


1) Persyaratan bangunan penyimpanan bahan dan limbah B3 mudah terbakar
a) Jika bangunan berdampingan dengan gedung lain maka harus dibuat tembok
pemisah tahan api, berupa:
a. Tembok beton bertulang, tebal minimum 15 cm; atau
b. Tembok bata merah, tebal minimum 23 cm; atau
c. Blok – blok (tidak berongga) tak bertulang, tebal minimum 30 cm.
b) Pintu darurat dibuat tidak pada tembok tahan api pada butir a.
c) Jika bangunan dibuat terpisah dengan bangunan lain, maka jarak minimum
dengan bangunan lain adalah 20 meter
d) Untuk kestabilan struktur pada tembok penahan api dianjurkan agar digunakan
tiang-tiang beton bertulang yang tidak ditembusi oleh kabel listrik.
e) Struktur pendukung atap berdiri dari bahan yang tidak mudah menyala.
Konstruksi atap dibuat ringan, dan mudah hancur bila ada kebakaran, sehingga
asap dan panas akan mudah keluar.
f) Penerangan,jika menggunakan lampu, harus menggunakan instalasi yang tidak
menyebabkan ledakan/percikan listrik (explotion proof).
g) Faktor-faktor lain yang harus dipenuhi:
1. Sistem pendeteksi dan pemadam kebakaran
2. Persediaan air untuk pemadam api
3. Hidran pemadam api dan perlindungan terhadap hidran
2) Rancang bangun untuk penyimpanan bahan dan limbah B3 mudah meledak
a) Konstruksi bangunan baik lantai, dinding maupun atap harus dibuat tahan
ledakan dan kedap air. Konstruksi lantai dan dinding dibuat lebih kuat dari
konstruksi atap, sehingga bila terjadi ledakan yang sangat kuat akan mengarah
ke atas (tidak ke samping)
b) Suhu dalam ruangan harus dapat dikendalikan tetap dalam kondisi normal.
Desain bangunan sedemikian rupa sehingga cahaya matahari tidak langsung
masuk ke ruang gudang
3) Rancang bangun khusus untuk penyimpan bahan dan limbah B3 reaktif, korosif
dan beracun
a) Konstruksi dinding harus dibuat mudah dilepas, guna memudahkan pengamanan
bahan dan limbah B3 dalam keadaan darurat.
b) Konstruksi atap, dinding dan lantai harus tahan terhadap korosi dan api.
4) Persyaratan bangunan untuk penempatan tanki

9
a) Tangki penyimpanan bahan dan limbah B3 harus terletak di luar bangunan
tempat penyimpanan bahan dan limbah B3
b) Bangunan penyimpanan tangki merupakan konstruksi tanpa dinding yang
memiliki atap pelindung dan memiliki lantai kedap air
c) Tangki dan daerah tanggul serta bak penampungnya harus terlindung dari
penyinaran matahari secara langsung serta terhindar dari masuknya air hujan,
baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Persyaratan Fasilitas Pendukung Pengolahan Bahan dan Limbah B3


Dalam pengoperasian bahan dan limbah B3 harus menerapkan system operasi yang
meliputi :
1. Sistem Keamanan Fasilitas
Sistem keamanan yang diterapkan dalam pengoperasian fasilitas pengolahan limbah B3
sekurang-kurangnya harus :
a. Memiliki system penjagaan 24 jam yang memantau, mengawasi dan mencegah orang
yang tidak berkepentingan masuk ke lokasi.
b. Mempunyai pagar pengaman atau penghalang lain yang memadai dan suatu system
untuk mengawasi keluar masuk orang dan kendaraan melalui pintu gerbang maupun
jalan masuk lain.
c. Mempunyai tanda yang mudah terlihat dari jarak 10 meter dengan tulisan
“Berbahaya” yang dipasang pada unit/bangunan pengolahan dan penyimpanan, serta
tanda “Yang Tidak Berkepentingan Dilarang Masuk” yang ditempatkan di setiap
pintu masuk ke dalam fasilitas dan pada setiap jarak 100 meter di sekeliling lokasi.
d. Mempunyai penerangan yang memadai di sekitar lokasi.

2. Sistem Pencegahan Terhadap Kebakaran


Untuk mencegah terjadi kebakaran atau hal lain yang tak terduga difasilitas pengolahan,
maka sekurang-kurangnya harus :
a. Memasang system arde (Electrikal Spark Grounding)
b. Memasang tanda peringatan, yang jelas terlihat dari jarak 10 meter, dengan tulisan :
“Awas Berbahaya”, “Limbah B3 (mudah terbakar, …, dll)
c. Memasang peralatan pendeteksi bahaya kebakaran yang bekerja secara otomatis
selama 24 jam terus menerus, berupa:
1) Alat deteksi peka asam (smoke sensing alarm), dan
2) Alat deteksi peka panas (heat sensing alarm),
d. Tersediannya system pemadam kebakaran yang berupa :
1) Sistem permanen dan otomatis, dengan menggunakan bahan pemadam air, busa,
gas atau bahan kimia kering, dengan jumlah dan mutu sesuai kebutuhan
2) Pemadam kebakaran portable dengan kapasitas minimum 10 kg untuk setiap 100
m2 dalam ruangan

10
e. Menata jarak atau lorong antara kontainer – kontainer yang berisi limbah B3
minimum 60 cm sehingga tidak mengganggu gerakan orang, peralatan pemadam
kebakaran, peralatan pengendali/pencegah tumpahan limbah, dan peralatan untuk
menghilangkan kontaminasi ke semua arah di dalam lokasi.
f. Menata jarak antara bangunan-bangunan yang memadai sehingga mobil pemadam
kebakaran mempunyai akses menuju lokasi kebakaran.

3. Sistem Pencegahan Tumpahan Limbah


a. Fasilitas pengolahan limbah B3 harus mempunyai rencana, dokumen dan petunjuk
teknis operasi pencegahan tumpahan limbah B3 yang meliputi Pemeriksaan
Mingguan terhadap fasilitas pengolahan, dan Sistem tanda bahaya peringatan dini
yang bekerja selama 24 jam dan yang akan memberi tanda bahaya sebelum terjadi
tumpahan/luapan limbah (level control).
b. Pengawas harus dapat mengidentifikasi setiap kelainan yang terjadi, seperti
malfungsi, kerusakan, kelalaian operator, kebocoran atau tumpahan yang dapat
menyebabkan terlepasnya limbah dari fasilitas pengolahan ke lingkungan. Program
ini juga harus menyangkut terlepasnya limbah dari fasilitas pengolahan ke
lingkungan. Program ini juga harus menyangkut mekanisme tanggap darurat
c. Penggunaan bahan penyerap (absorbent) yang sesuai dengan jenis dan karakteristik
tumpahan limbah B3.

4. Sistem Penangulangan Keadaan Darurat.


Fasilitas pengolahan limbah B3 harus mempunyai system untuk mengatasi keadaan
darurat yang mungkin terjadi. Persyaratan minimum untuk system tanggap darurat
antara lain:
a. Ada koordinator penanggulangan keadaan darurat, yang bertanggungjawab
melaksanakan tindakan-tindakan yang harus terjadi
b. Jaringan komunikasi atau pemberitahuan kepada :
1) Tim penangulangan keadaan darurat,
2) Dinas pemadam kebakaran,
3) Pihak kepolisian,
4) Ambulan dan pelayanan kesehatan,
5) Sekolah, rumah sakit dan penduduk setempat,
6) Aparat pemerintah terkait setempat;
c. Memiliki prosedur evakuasi bagi seluruh pekerja fasilitas pengolahan limbah B3.
d. Mempunyai peralatan penanggulangan keadaan darurat
e. Tersedianya peralatan dan baju pelindung bagi seluruh staf penanggulangan keadaan
darurat di lokasi, dan sesuai dengan jenis limbah B3 yang ditangani di lokasi tersebut
f. Memiliki prosedur tindakan darurat pengangkutan
g. Menetapkan prosedur untuk penutupan sementara fasilitas pengolahan
11
h. Melakukan pelatihan bagi karyawan dalam penanggulangan keadaan darurat yang
dilakukan minimal dua kali dalam setahun.

5. Sistem Pengujian Peralatan


a. Semua alat pengukur, peralatan operasi pengolahan dan perlengkapan pendukung
operasi harus diuji minimum sekali dalam setahun
b. Hasil pengujian harus dituangkan dalam berita acara yang memuat hasil uji coba
penanganan system keadaan darurat. Informasi tersebut harus selalu tersedia di lokasi
fasilitas pengolahan limbah B3.

6. Pelatihan Karyawan
Perusahaan wajib memberikan pelatihan secara berkala kepada karyawan yang meliputi
:
a. Pelatihan dasar, diantaranya:
1) Pengenalan limbah; meliputi jenis limbah, sifat dan karakteristik serta
bahayannya terhadap lingkungan dan manusia, serta tindakan pencegahannya
2) Peralatan pelindung : menyangkut kegunaan dan penggunaannya
3) Pelatihan untuk keadaan darurat : meliputi kebakaran, ledakan, tumpahan,
matinya listrik, evakuasi, dan sebagainnya
4) Prosedur inspeksi
5) Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
6) Peralatan keselamatan kerja (K3)
7) Peraturan perundangan-undangan tentang pengolahan limbah B3.
b. Pelatihan khusus
1) Pemeliharaan peralatan pengolahan dan peralatan penunjangnya
2) Pengoperasian alat pengolahan dan peralatan penujangnya
3) Laboratorium
4) Dokumentasi dan pelaporan
5) Prosedur penyimpanan dokumentasi dan pelaporan.

12
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pengadaan Bahan Berbahaya Beracun


1. Macam pengadaan B3
Macam-macam pengadaan bahan berbahaya dan beracun yang dilaksanakan oleh
Instalasi Farmasi dan Unit Layanan Pengadaan Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang adalah:
Tabel 1. Jenis B3
No Nama Umum Kandungan B3 Sifat

1 Cisplatin Cisplatin Karsinogenik,


mutagenik,
teratgenik
2 Doxorubicin Doxorubicin Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
3 Vincristin Vincristin Sulfate Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
4 5-Fluorouracil 5-Fluorouracil Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
5 Epirubicin Epirubicin Karsinogenik,
hydrocloride hydrocloride mutagenik,
Injection teratgenik
6 Methotrexate Methotrexate Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
7 Beomycin for Beomycin Sulfate Karsinogenik,
Injection mutagenik,
teratgenik
8 Tamoxifen citrate Tamoxifen citrate Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
9 Ifosfamide for Ifosfamide Karsinogenik,
injection mutagenik,
teratgenik
10 Cyclophosphamide Cyclophosphamide Karsinogenik,
monohydrate mutagenik,
teratgenik
11 Docetaxel Docetaxel Karsinogenik,
mutagenik,

13
teratgenik
12 Paclitaxel Paclitaxel Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
13 Human Leuprolide Leuprolelin Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
14 Leunase Leunase Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
15 Erbutix Cetuximab Karsinogenik,
myutagenik,
teratgenik
16 Etoposid Etoposid Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
17 Leukokine Filgrastim Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
18 Leucovorin Kalsium Folinat Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
19 Carboplatin Carboplatin Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
20 Uromitexan Mesna Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
21 Cytarabin Cytarabin Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
22 Herceptin Trastuzumab Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
23 Navelbine Vinrelbine Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
24 Mercapto Mercaptopurine Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
25 Avastin Bevacizumab Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik

14
26 Dactinomicin Dactinomicin Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
27 Oxaliplatin Oxaliplatin Karsinogenik,
mutagenik,
teratgenik
28 Cidex Activated Glutaraldehyde Berbahaya bagi
Dialdehyde kesehatan
solution
29 Cidenzyme Enzymatic Mudah terbakar
deterjent
30 Ceftazidime for Ceftazidime Reaksi alergi
injection penthahydrats
31 Chlorine Sodium Mudah
hypoclorine, mengeluarkan uang
sodium hyroxide yang dapat
membuat
terjadinya
kebakaran
31 Acetit Acid (Asam Iritan, mudah
Asetat)CH3COOH terbakar
32 Alkohol 70 % Iritan, mudah
terbakar
33 Alkohol 96 % Iritan, mudah
terbakar
34 API reagent Id Iritan,
bakteri
35 Chlorin Iritan,
36 Cratinin Iritan,
37 Feri Chlorida Iritan, Toxic
38 Giemsa Iritan, Toxic
39 Malachite Green Iritan,
40 Metahnol Mudah terbakar
41 Mindray Chimet Toxic
Mindray
42 Mindray LBA Lyse Toxic
(A12000224)
43 Mindray LEO (I) Toxic
Lyse (A12-000219)
44 Mindray LEO (II) Toxic
Lyse
45 Mindray LH (I) Toxic
Lyse

15
46 Natrium Korosif
Hidroksida
47 Pewarnaan Gram Toxic, Korosif,
Mudah terbakar
48 Pewarnaan Ziehl Toxic, Korosif,
Neelsen Mudah terbakar
49 Phospor Iritan
50 Sysmex CellPack Toxic
51 Sysmex Iritan, toxic
Stromatolyse 4 FB
52 Sysmex sulfolyser Iritan, toxic
53 Total Protein Iritan
54 Triglyserides Iritan
55 Xylenes/Xylol Mudah terbakar,
Iritan
56 Zn Mudah terbakar
57 Methanol Mudah terbakar
58 Formalin Iritan

2. Prosedur pengadaan
Pengadaan bahan berbahaya dan beracun sudah diatur sesuai dengan prosedur di bagian
Instalasi Farmasi, Unit Layanan Pengadaan dan Logistik Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tangerang.

3. Pengadaan barang bahan berbahaya dan beracun di Instalasi Farmasi dan Instalasi
Laboratorium sesuai Prosedur Tetap Pengadaan Barang/Jasa RSU Kabupaten Tangerang
yang mengacu kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 70 Tahun 2012
tentang Perubahan Ke Dua atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

B. Pengangkutan Bahan Berbahaya Beracun


- Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri : baju kerja, masker dan sarung tangan
- Menyiapkan dokumen permohonan barang B3/anfrah ke unit logistik rumah sakit
- Mengecek barang B3 yang akan diangkut memastikan sudah sesuai dengan dokumen
permohonan
- Mengangkut barang B3 ke gudang Instalasi Farmasi dan Gudang barang Instalasi
laboratorium dengan menggunakan troli
- Disimpan di ruang penyimpanan atau lemari khusus penyimpanan barang B3
- Barang B3 di gudang penyimpanan barang B3 Instalasi Farmasi diditribusikan ke beberapa
unit di rumah sakit seperti Kamar Operasi dan Instalasi Pemulasaran Jenajah sesuai
dokumen permohonan atau penyerahan barang B3.

16
C. Pengumpulan dan Penyimpanan Sementara Bahan Berbahaya Beracun
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) harus disimpan secara tepat dan perlu dijamin agar
bahan-bahan berbahaya tersebut tidak bereaksi dengan bahan-bahan lain yang disimpan dan
juga perlu dijaga agar bahan-bahan yang menimbulkan bahaya seperti bahan explosive, obat
narkotika dan lain-lain.
Untuk pengamanan suatu bahan bahaya lebih dari satu macam, segenap bahaya harus
diperhatikan dan diamankan. Fasilitas dan prosedur penyimpanan harus menampung
keselamatan dari seluruh kemungkinan bahaya yang ditimbulkan.
Ketentuan penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun sebagai berikut :
1. Bahan-bahan yang mudah terbakar
Suatu bahan /gas dipandang mudah terbakar apabila bahan itu menyala bila bersentuhan
dengan udara atau oksigen, hydrogen, propan, butan, etilen, hydrogen sulfide merupakan
gas-gas yang dapat terbakar. Bahan yang mudah menyala harus disimpan di tempat yang
cukup sejuk untuk mencegah nyala api manakala uapnya bercampur dengan udara.
Daerah penyimpanan harus jauh dari setiap sumber panas atau bahaya kebakaran.
Pemadam api yang memadai harus tersedia dan di daerah sekitar tidak diperkenankan
merokok.
2. Bahan - bahan beracun
Uap bahan beracun masuk kedalam udara sehingga perlu adanya tempat yang memiliki
pertukaran udara yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung. Bahan-bahan yang
dapat bereaksi satu sama lain ditempatkan secara terpisah.
3. Syarat penyimpanan
Selain cara-cara penyimpanan yang diterangkan di atas, masih perlu diperhatikan syarat
penyimpanan sebagai berikut:
1. Penyimpanan /segera mengetahui terjadinya kebakaran.
2. Tenaga kerja yang berhubungan dengan B3 tidak dibenarkan mempunyai kelainan
penglihatan, pendengaran atau penciuman.
3. Mereka yang memasuki daerah penyimpanan bahan yang mudah terbakar harus
dilarang merokok.
4. Harus diperhatikan kebersihan lingkungan sekitar.
5. Harus disediakan alat pemadam api ringan.
Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya sangat
diperlukan, sehingga tempat/ruangan yang ada dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dan
aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan akan
mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu beracun
dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.

A. Bahan Kimia Beracun (Toxic)


Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi
kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan beracun harus
disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya
kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu
sama lainnya. Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka

17
tempat penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari
langsung dan jauh dari sumber panas.
B. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat
dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan
selain itu beracun untuk tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang
sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap.
Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup
dan dipasang label. Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan
diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan
terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan,
dan memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air
untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut.
C. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya
atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang
secara pelan, sedangkan api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti
meledak. Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :
- Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja
pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara.
- Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran
uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api.
- Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya.
- Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah
menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air
yang lambat laun menjadi panas.
- Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai.
- Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan.
- Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok.
- Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat
deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodic.
D. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat
penyimpanan harus berjarak minimum 60 [meter] dari sumber tenaga, terowongan,
lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil
mungkin. Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api,
lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi
udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak
digunakan. Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang
dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan.
Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli,
gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah tempat
penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah
18
terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung
belukar atau hutan lebat.
E. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi
meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panas
sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen
dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus
diusahakan agar suhunya tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan
api. Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan
yang memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran
pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator
menyediakan oksigen sendiri.
F. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan
panas atau gas-gas yang mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini yang mudah
terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang
tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler
otomatis di dalam ruang simpan.
G. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-
gas yang mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar
sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api harus disingkirkan dan diperiksa secara berkala.
Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan
hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu
yang berventilasi. Jika konstruksi gudang terbuat dari logam maka harus di cat atau
dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.
H. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat
dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang
penyimpanan harus dijaga agar sejuk, bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari
saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran hawanya. Gedung penyimpanan
harus tahan api dan harus ada tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi
kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.
I. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)
Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek
somatik dapat akut atau kronis. Efek somatik akut bila terkena radiasi 200 [Rad] sampai
5000 [Rad] yang dapat menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas
trointestinal dan sindroma kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada
dosis yang rendah. Efek genetik mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya
diturunkan pada keturunan. Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua persenyawaan
yang mengandung radioaktif. Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus memiliki
instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja dengan zat radioaktif, peralatan
teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN. Penyimpanannya harus ditempat
19
yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan
lain yang dapat membahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti
ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara.

D. Penggunaan Bahan Berbahaya Beracun

- Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri : masker, sarung tangan, baju


kerja/jas/celemek, pelindung mata
- Penggunaan barang B3 harus sesuai dengan informasi prosedur penggunaan yang
terdapat pada label maupun acuan MSDS/Material Safety Data Sheet atau LDP/Lembar
Data Pengaman masing - masing bahan.
- Cara penanggulangan bila terjadi kontaminasi :
1. Jauhkan penderita yang terkena dari daerah yg berbahaya.
2. Tanggalkan segera pakaian yang terkena produk
3. Bila kontak dengan mata : segera cuci mata yang terkena dengan air bersih dan
segera konsultasi dengan dokter ahli mata
4. Bila kontak dengan kulit : cuci kulit yang terkena dengan air sabun, kemudian segera
ikuti saran dokter
5. Bila terhisap : bawa penderita ke ruangan yang ber udara segar, hubungi dokter
segera
6. Bila tertelan : pergi segera ke dokter unit gawat darurat
7. Bila terjadi kebakaran : dilarang panik, gunakan tabung APAR sesuai prosedur,
segera hubungi pemadam kebakaran

E. Pemilahan dan Pewadahan Limbah Bahan Berbahaya Beracun


- Pemilahan limbah harus dilakukan muai dari sumber yang menghasilkan limbah.
- Limbah benda taajam harus dikumpulkan dalam suatu wadah tanpa memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk
dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.
- Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali
- Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan
label seperti pada Tabel 1.

20
Tabel 1
Jenis wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Katagorinya

- Pewadahan limbah berbahaya beracun non medis padat seperti lampu TL, Sludge IPAL, Cartrige
kardus atau kontainer plastik atau fiber yang kuat sedangkan untuk bahana berbahaya beracun non
medis cair seperti oli bekas, bahan kimia cair dimasukan dalam jerigen dan diberi simbol label.

F. Pengumpulan, Penyimpnan Sementara dan Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya


Beracun
- Pengumpulan limbah berbahaya beracun khususnya limbah padat medis dari setiap ruangan
penghasil limbah harus tertutup menggunakan troli khusus tertutup
- Penyimpanan limbah berbahaya untuk limbah medis paling lama 48 jam atau 2 hari sedangkan
limbah berbaahaya non medis paling lama 90 hari
- Pengangkutan limbah ke luar atau pihak ke tiga harus menggunakan kendaraan khusus yang telah
berijin di kementrian perhubungan

Pengangkutan limbah B3 merupakan kegiatan pemindahan lokasi limbah dari lokasi


pengumpulan/penyimpanan limbah ke lokasi pengolahan/pemanfaatan limbah B3. Setiap
pemindah tanganan limbah B3 antar pihak atau lokasi harus disertai dengan dokumen limbah
B3 yang diberikan pada waktu penyerahan limbah. Dokumen limbah B3 terdiri dari 7
rangkap yaitu :
a. Lembar asli (pertama) disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah ditandatangani
oleh penghasil, pengumpul dan pengolah limbah B3 (warna putih)
b. Lembar kedua yang sudah ditandangani pengangkut limbah B3, oleh penghasil limbah
B3 atau pengumpul dikirim kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (warna
kuning)

21
c. Lembar ketuga yang sudah ditandatangani oleh pengangkut limbah B3 disimpan oleh
penghasil atau pengumpul limbah B3 yang menyerahkan limbah B3 untuk diangkut
oleh pengangkut limbah B3 (warna hijau)
d. Lembar keempat setelah ditandatangani oleh pengumpul atau pengolah limbah B3
oleh pengangkut diserahkan kepada pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3
yang menerima limbah B3 dari pengangkut limbah B3 (warna merah muda)
e. Lembar kelima dikirim kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan setelah
ditandatangani oleh pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3 (warna biru)
f. Lembar keenam dikirim oleh pengangkut kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
yang bersangkutan, setelah ditandatangani oleh pengumpul limbah B3 atau penglah
limbah B3 (warna krem)
g. Lembar ketujuh dikirim oleh pengangkut kepada penghasil limbah B3 oleh pengumpul
limbah B3 atau pengolah limbah B3, setelah ditandatangani oleh pengumpul limbah
B3 atau pengolah limbah B3 (warna ungu)

Dokumen limbah B3 tersebut merupakan alat pengawasan yang ditetapkan untuk


menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan juga untuk mengetahui mata rantai
perpindahan dan penyebaran limbah B3.

G. Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya Beracun


Pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah proses untuk mengubah
jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya atau tidak beracun lagi.
Karena sifat bahaya yang ditimbulkan oleh B3 sangat tinggi, maka sebelum dibangunnya
suatu pusat pengolahan limbah B3, rumah sakit wajib membuat analisis dampak lingkungan
untuk menyelenggarakan kegiatan pengolahan tersebut.

Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :


1. Persyaratan Lokasi Pengolahan Limbah B3
Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah B3 atau di luar
penghasil limbah B3. Untuk pengolahan di dalam lokasi penghasil, lokasi pengolahan
disyaratkan Jarak antara lokasi pengolahan dan lokasi fasilitas umum minimal 50 meter.
Persyaratan lokasi pengolahan limbah B3 di luar lokasi penghasil adalah :
a. Merupakan daerah bebas banjir.
b. Pada jarak paling dekat 150 meter dari jalan utama/jalan tol dan 50 meter untuk jalan
lainnya.
c. Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah pemukiman, perdagangan, rumah
sakit, pelayanan kesehatan atau kegiatan sosial, hotel, restoran, fasilitas keagamaan
dan pendidikan.
d. Pada jarak paling dekat 300 meter dari garis pasang naik laut, sungai, daerah pasang
surut, kolam, danau, rawan, mata air dan sumur penduduk.
e. Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah yang dilindungi (cagar alam, hutan
lindung dan lain-lainnya).

22
2. Persyaratan Fasilitas Pengolahan Limbah B3
Dalam pengoperasian limbah B3 harus menerapkan system operasi yangmeliputi :
a. Sistem Keamanan Fasilitas

Sistem keamanan yang diterapkan dalam pengoperasian fasilitas pengolahan


limbah B3 sekurang-kurangnya harus :
- Memiliki system penjagaan 24 jam yang memantau, mengawasi dan
mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk ke lokasi.
- Mempunyai pagar pengaman atau penghalang lain yang memadai dan suatu
system untuk mengawasi keluar masuk orang dan kendaraan melalui pintu
gerbang maupun jalan masuk lain.
- Mempunyai tanda yang mudah terlihat dari jarak 10 meter dengan tulisan
“Berbahaya” yang dipasang pada unit/bangunan pengolahan dan
penyimpanan, serta tanda “Yang Tidak Berkepentingan Dilarang Masuk”
yang ditempatkan di setiap pintu masuk ke dalam fasilitas dan pada setiap
jarak 100 meter di sekeliling lokasi.
- Mempunyai penerangan yang memadai di sekitar lokasi.

b. Sistem Pencegahan Terhadap Kebakaran


Untuk mencegah terjadi kebakaran atau hal lain yang tak terduga difasilitas
pengolahan, maka sekurang-kurangnya harus :
- Memasang system arde (Electrikal Spark Grounding)
- Memasang tanda peringatan, yang jelas terlihat dari jarak 10 meter, dengan
tulisan : “Awas Berbahaya”, “Limbah B3 (mudah terbakar, …, dll)
- Memasang peralatan pendeteksi bahaya kebakaran yang bekerja secara
otomatis selama 24 jam terus menerus, berupa:
a. Alat deteksi peka asam (smoke sensing alarm), dan
b. Alat deteksi peka panas (heat sensing alarm),
- Tersediannya system pemadam kebakaran yang berupa :
a. Sistem permanen dan otomatis, dengan menggunakan bahan pemadam
air, busa, gas atau bahan kimia kering, dengan jumlah dan mutu sesuai
kebutuhan
b. Pemadam kebakaran portable dengan kapasitas minimum 10 kg untuk
setiap 100 m2 dalam ruangan
- Menata jarak atau lorong antara kontainer – kontainer yang berisi limbah B3
minimum 60 cm sehingga tidak mengganggu gerakan orang, peralatan
pemadam kebakaran, peralatan pengendali/pencegah tumpahan limbah, dan
peralatan untuk menghilangkan kontaminasi ke semua arah di dalam lokasi.
- Menata jarak antara bangunan-bangunan yang memadai sehingga mobil
pemadam kebakaran mempunyai akses menuju lokasi kebakaran.

23
c. Sistem pencegahan Tumpahan Limbah
o Fasilitas pengolahan limbah B3 harus mempunyai rencana, dokumen dan petunjuk
teknis operasi pencegahan tumpahan limbah B3 yang meliputi Pemeriksaan
Mingguan terhadap fasilitas pengolahan, dan Sistem tanda bahaya peringatan dini
yang bekerja selama 24 jam dan yang akan memberi tanda bahaya sebelum terjadi
tumpahan/luapan limbah (level control).
o Pengawas harus dapat mengidentifikasi setiap kelainan yang terjadi, seperti
malfungsi, kerusakan, kelalaian operator, kebocoran atau tumpahan yang dapat
menyebabkan terlepasnya limbah dari fasilitas pengolahan ke lingkungan.
Program ini juga harus menyangkut terlepasnya limbah dari fasilitas pengolahan
ke lingkungan. Program ini juga harus menyangkut mekanisme tanggap darurat
o Penggunaan bahan penyerap (absorbent) yang sesuai dengan jenis dan
karakteristik tumpahan limbah B3

d. Sistem Penangulangan Keadaan Darurat.


Fasilitas pengolahan limbah B3 harus mempunyai system untuk mengatasi
keadaan darurat yang mungkin terjadi. Persyaratan minimum untuk system
tanggap darurat antara lain:
1. Ada koordinator penanggulangan keadaan darurat, yang bertanggungjawab
melaksanakan tindakan-tindakan yang harus terjadi
2. Jaringan komunikasi atau pemberitahuan kepada :
- Tim penangulangan keadaan darurat,
- Dinas pemadam kebakaran,
- Pihak kepolisian,
- Ambulan dan pelayanan kesehatan,
- Sekolah, rumah sakit dan penduduk setempat,
- Aparat pemerintah terkait setempat;

3. Memiliki prosedur evakuasi bagi seluruh pekerja fasilitas pengolahan limbah B3.
4. Mempunyai peralatan penanggulangan keadaan darurat
5. Tersedianya peralatan dan baju pelindung bagi seluruh staf penanggulangan
keadaan darurat di lokasi, dan sesuai dengan jenis limbah B3 yang ditangani di
lokasi tersebut
6. Memiliki prosedur tindakan darurat pengangkutan
7. Menetapkan prosedur untuk penutupan sementara fasilitas pengolahan
8. Melakukan pelatihan bagi karyawan dalam penanggulangan keadaan darurat yang
dilakukan minimal dua kali dalam setahun.

e. Sistem Pengujian Peralatan


- Semua alat pengukur, peralatan operasi pengolahan dan perlengkapan pendukung
operasi harus diuji minimum sekali dalam setahun

24
- Hasil pengujian harus dituangkan dalam berita acara yang memuat hasil uji coba
penanganan system keadaan darurat. Informasi tersebut harus selalu tersedia di
lokasi fasilitas pengolahan limbah B3.

f. Pelatihan Karyawan
Perusahaan wajib memberikan pelatihan secara berkala kepada karyawan yang
meliputi :
1. Pelatihan dasar, diantaranya:

a. Pengenalan limbah; meliputi jenis limbah, sifat dan karakteristik serta


bahayannya terhadap lingkungan dan manusia, serta tindakan
pencegahannya
b. Peralatan pelindung : menyangkut kegunaan dan penggunaannya
c. Pelatihan untuk keadaan darurat : meliputi kebakaran, ledakan, tumpahan,
matinya listrik, evakuasi, dan sebagainnya
d. Prosedur inspeksi
e. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
f. Peralatan keselamatan kerja (K3)
g. Peraturan perundangan-undangan tentang pengolahan limbah B3.
2. Pelatihan khusus
a. Pemeliharaan peralatan pengolahan dan peralatan penunjangnya
b. Pengoperasian alat pengolahan dan peralatan penujangnya
c. Laboratorium
d. Dokumentasi dan pelaporan
e. Prosedur penyimpanan dokumentasi dan pelaporan.

3. Persyaratan Penanganan Limbah B3 Sebelum Diolah


Sebelum melakukan pengolahan, terhadap limbah B3 harus dilakukan uji analisa
kandungan/parameter fisika dan/atau kimia dan/atau biologi guna menetapkan prosedur yang
tepat dalam proses pengolahan limbah B3 tersebut. Setelah kandungan/parameter fisika
dan/atau kimia dan/atau biologi yang terkandung dalam limbah B3 tersebut di ketahui, maka
terhadap selanjutnya adalah menentukan pilihan proses pengolahan limbah B3 yang dapat
memenuhi kualitas dan baku mutu pembuangan dan/atau lingkungan yang ditetapkan.
Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi
atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau
hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah
upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan kelingkungan
yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya,serta upaya pemanfaatan limbah.
Berbagai upaya telah digunakan untuk pengolahan berbahaya antara lain reduksi limbah
(waste reduction), minimisasi limbah (waste minimization), pemberantasan limbah (waste

25
abatement), pencegahan pencemaran (waste prevention) dan reduksi pada sumbemya
(source reduction).
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan pertama kali
karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi terjadinya limbah yang
keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi
volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar kelingkungan
secara preventif langsung pada sumber pencemar. Hal ini banyak memberikan keuntungan
yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan
pelaksanaannya relatif murah
Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya antara lain :
1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga
kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran
bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.
2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis
komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi
volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah.
3. Pelaksanaan preventive maintenance, yaitu pemeliharaan/penggantian alat atau bagian
alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan
selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan
sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap
rapi dan terkontrol.
5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik : sesuai dengan petunjuk
pengoperasian/ penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang
potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya
dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian
unitnya.

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah.
Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sebagai berikut:
1. Proses secara kimia, meliputi : redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan, stabilisasi,
adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa
2. Proses secara fisika, meliputi : pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan
komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dan
lain-lain.
3. Proses stabilisas/solidifikasi
Dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan kandungan limbah B3 dengan cara
membatasi daya larut, penyebaran dan daya racun sebelum limbah dibuang ke
tempat penimbunan akhir.
26
Stabilisasi sebagai proses pencampuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan
tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi
toksisitas limbah tersebut.
Solidifikasi adalah proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif.
Tujuan dari proses stabilisasi / solidifikasi yaitu untuk mengurangi potensi racun dan
kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun
sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir. Proses solidifikasi/stabilisasi
berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:
a. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus
dalam matriks struktur yang besar.
b. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
c. Precipitation
d. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan
pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
e. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan
padat
f. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain
yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali.
Teknologi solidikasi/stabilisasi biasanya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan
termoplastik.
4. Proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan alat
khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih.
Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka
abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value)
limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses
pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari
sistem insinerasi.

H. SIMBOL DAN LABEL B3

Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan-tulisan


peringatan pada wadah untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan esensial.
Ketika bahan kimia sedang diproduksi, tenaga kerja biasanya mempraktekkan usaha
keselamatan kerja dengan baik, mengenai bahan-bahan kimia dalam botol, kaleng atau
wadah lainnya, biasanya tenaga kerja yang mengolahnya belum mengetahui sifat bahaya
bahan tersebut. Oleh karena itu pemberian keterangan, label dan tanda pada bahan
tersebut sangatlah penting.
Pengelolaan limbah B3 harus dilakukan dengan cara yang aman bagi petugas
limbah rumah sakit, masyarakat sekitar rumah sakit dan lingkungan rumah sakit. Faktor
27
penting yang berhubungan dengan keamanan ini adalah pemberian tanda pada tempat
penyimpanan, tempat pemanfaatan, pengolahan, kemasan dan kendaraan yang digunakan
untuk mengangkut limah B3.
Penandaan terhadap limbah B3 sangat penting guna menelusuri dan menentukan teknik
pengolahan yang selanjutnya. Tanda yang digunakan untuk penandaan ada 2 jenis yaitu
symbol dan label.

A. Symbol
1. Bentuk dasar, ukuran dan bahan
a. Simbol yang dipasang pada kemasan minimal berukuran 10 cm x 10 cm, sedangkan
simbol pada kendaraan pengangkut limbah B3 dan tempat penyimpanan limbah B3
minimal 25 cm x 25 cm
b. Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap goresan dan atau bahan kimia
yang kemungkinan akan mengenainya. Warna simbol untuk dipasang di kendaraan
pengangkut limbah B3 harus dengan cat yang dapat berpendar (fluorescence).

2. Jenis Simbol B3

SIMBOL PENANGANAN
BERBAHAYA
BERBAHAYA BERBAHAYA

Hindari :
- Benturan
EKSPLOSIF/MUDAH - Gedekan
MELEDAK - Api dan Panas

MUDAH
MELEDAK

OKSIDATOR, PENYEBAB Jauhkan dari bahan


KEBAKARAN mudah terbakar

PENGOKSIDASI
Jauhkan dari :
- Api Terbuka
MUDAH TERBAKAR - Loncatan Api
- Panas dan
Oksidator
MUDAH
TERBAKAR

BAHAYA KESEHATAN Hindari Kontak dengan


(CIDERA, LIKA, IRITASI, tubuh (mata, kulit,
KANKER, DLL) BILA saluran pernafasan)
MASUK KEDALAM TUBUH
KARSINOGENIK

28
KOROSIF Hindari kontak dengan
mata, kulit, saruran
pernafasan
KOROSIF

PENANGANAN
SIMBOL BERBAHAYA BERBAHAYA
BERBAHAYA

BERACUN, Hindarkan dan


MEMATIKAN cegah masuk
kedalam tubuh

BERACUN

TABUNG GAS Jangan diletakkan


BERTEKANAN dekat api atau
panas, hindari
benturan
berlebihan.
TABUNG GAS Sebaiknya tabung
BERTEKANAN diikat.

Bahaya terhadap
BERBAHAYA kesehatan sampai
dalam tingkat
tertentu.

BERBAHAYA

Iritasi kulit/iritasi
IRITAN kerusakan parah
pada mata,
sensititasi pada
kulit, iritasi saluran
IRITAN pernafasan.

3. Jenis – jenis simbol Limbah B3


Symbol Arti Keterangan
Limbah B3 Mudah Dipasang pada kemasan
Meledak limbah B3 yang mudah
meledak.

29
Limbah B3 Cairan Dipasang pada kemasan
Mudah Terbakar limbah B3 cair yang mudah
terbakar secara spontan

Limbah B3 padatan Dipasang pada kemasan


mudah terbakar limbah B3 padatan yang
bersifat mudah terbakar
secara spontan

Limbah B3 Reaktif Dipasang pada kemasan


limbah B3 yang akan
mengalami reaksi hebat jika
bercampur dengan bahan
yang lain.

Limbah B3 Beracun Dipasang pada kemasan


limbah B3 yang bersifat
meracuni, melukai atau
membuat cacat sampai
membunuh mahluk hidup
baik jangka pendek atau
panjang
Limbah B3 Infeksi Dipasang pada kemasan
limbah B3 yang
mengandung atau terinfeksi
kuman penyakit

Limbah B3 Korosi Dipasang pada kemasan


limbah B3 Limbah yang
dalam kondisi asam atau
basa (pH < dari 2 atau pH >
dari 12.5) dapat
menyebabkan nekrosis
(terbakar) pada kulit atau
dapat mengkaratkan
(mengkorosikan) logam

B. Label
Label merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi untuk memberikan informasi dasar
mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu limbah B3 yang dikemas. Terdapat 3
(tiga) jenis label yang berkaitan dengan sistem pengemasan limbah B3, yaitu:
1. Label Identitas Limbah
Label Identitas Limbah berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul limbah,
identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam kemasan suatu kemasan limbah B3.
Label Identitas Limbah berukuran minimum 15 cm x 20 cm atau lebih besar, dengan

30
warna dasar kuning dan tulisan serta garis tepi berwarna hitam, dan tulisan
"PERINGATAN !" dengan huruf yang lebih besar berwarna merah.
2. Label Untuk Penandaan Kemasan Kosong
Label harus dipasang pada kemasan bekas pengemasan limbah B3 yang telah
dikosongkan dan atau akan digunakan kembali untuk mengemas limbah B3. Bentuk dasar
label sama dengan bentuk dasar simbol dengan ukuran sisi minimal 10 cm x 10 cm dan
tulisan "KOSONG" berwarna hitam di tengahnya.
3. Label Penunjuk Tutup Kemasan
Label dipasang dekat tutup kemasan dengan arah panah menunjukkan posisi penutup
kemasan. Label harus terpasang kuat pada setiap kemasan limbah B3, baik yang telah
diisi limbah B3, maupun kemasan yang akan digunakan untuk mengemas limbah.
Label berukuran minimal 7 x 15 m2 dengan warna dasar putih dan warna gambar hitam.
Gambar terdapat dalam frame hitam, terdiri dari dua anak panah mengarah ke atas yang
berdiri sejajar di atas balok hitam. Label terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak.

I. MATERIAL SAFETY DATA SHEET/MSDS


Material Safety Data Sheet(MSDS) atau Lembar Data Pengaman(LDP) adalah suatu
lembaran yang berisi data keamanan bahan/material berbahaya beracun. Daftar MSDS harus
disertakan ketika proses pengadaan bahan berbahaya beracun dari perusahaan/pabrik yang
mengeluarkan bahan tersebut. Lembar MSDS harus diinventariskan di setiap unit yang
mggunakan bahan berbahaya tersebut serta di Tim Kesehatan Keselamatan Kerja Rumah
Sakit dandijadikan sebagai dasar Identifikasi Bahan Berbahaya beracun seperti nama umum
bahan/material, pemasok dan merk, kandungan bahan berbahaya, konsentrasi, sifat bahan,
cara penyimpanan dan penanganan bahaan serta tindakan pertolongan pertama jika terjadi
kecelakaan/tumpahan.

J. SPILL KIT
Spill Kit adalah peralatan atau bahan-bahan yang disediakan untuk mengatasi iniden atau
kegawatdaruratan. Spill kit harus trsedia di seluruh ruangan khususnya ruangan yang
melakukan tindakan medis atau yeng menyimpan bhan berbahaya beracun. Adapaun
pembagian jenis spill kit yaitu :
- Spill Kit Bahan Infeksius
- Spill Kitt Bahan Berbahaya Beracun
- Spill Kitt Penanganan Kemoterapi
a. Spill Kit Bahan infeksius :

1. Alat Pelindung Diri (APD)


a. Apron
b. Sarung tangan
c. Masker N95
d. Sepatu both/ sepatu tertutup
2. Kertas penyerap/ Tissu/ Koran bekas
3. Lap kanebo
4. Larutan Na. Hipoklorit 0,5 % (dalam alat penyemprot/ botol)
5. Aquadest
6. Pinset plastik
31
7. Plastik Limbah
8. Plastik khusus pincet
9. Plastik khusus APD
10. Label tanda bahaya
11. Kontainer uk 30x40 cm

b. Spill Kitt Bahan Berbahaya Beracun :

1. Alat Pelindung Diri (APD)


a. Apron
b. Kaca mata/Googles
c. Masker N95
d. Sarung tangan rumah tangga
e. Sepatu bot/sepatu tertutup
2. Absorben :
a. Pasir
b. Tissue
c. Lap kanebo
3. Aquadest : pengencer
4. Pipet
5. Senter
6. Plastic khusus untuk limbah
7. Pincet
8. Karton/label tanda bahaya

c. Spill Kitt Penanganan Kemoterapi :

1. Alat Pelindung Diri (APD)


a. Apron
b. Sarung tangan
c. Tutup kepala
d. Masker
e. Kaca mata/Googles
f. Sepatu bot/sepatu tertutup
2. Absorben :
a. 5000 ml larutan NaCl 0.9%
b. 30 ml larutan pencuci mata
c. 120 ml air sabun
d. 500 ml larutan chlorine 5%
e. 500 ml H2O2 3%
3. Sapu kecil dan serokan kecil
4. Kertas penyerap/ tissu/Koran bekas/lap
5. Format laporan kecelakaan
6. Plastik tempat sampah tajam
7. Plastic tempat baju kemoterapi
8. Container uk 30x40 cm

K. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

32
A. Definisi
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung yang digunakan oleh seorang
pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa Inggris dikenal
dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata "personal" pada kata PPE
terebut, maka setiap peralatan yang dikenakan harus mampu memperoteksi pemakainya. APD dapat
berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap. APD merupakan solusi pencegahan yang paling
mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia.

B. Ruang Lingkup
1. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang adalah
wajib dipergunakan oleh semua petugas/pekerja yang akan mengerjakan pekerjaan beresiko, baik
resiko terhadap penularan penyakit, keterpaparan obat beracun ataupun resiko cedera.
2. APD digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan pekerjaan beresiko sebagai
pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan, cedera akibat kerja atau menekan seminimal
mungkin akibat kecelakaan kerja. Semua jenis APD diinvestaris dan dirawat oleh masing-masing
instalasi/unit.
3. Penggunaan APD dipergunakan di semua instalasi yang mempunyai resiko terhadap kecelakaan
akibat kerja, antara lain : Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi Radilogi, IPSMLRS, Rawat
Inap, Sanitasi, Linen/Laundry, CSSD, Pemeluharaan, Laboratorium, IGD.

C. Ketentuan Umum APD


1. Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik oleh pekerja
2. Beratnya harus seringan mungkin
3. Harus dapat dipakai secara fleksibel
4. Bentuknya harus cukup menarik
5. Tidak mudah rusak
6. Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya
7. Harus memenuhi ketentuan dari standart yang telah ada
8. Tidak terlalu membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya
9. Suku cadangnya harus mudah diperoleh sehingga pemeliharaan alat pelindung diri dapat
dilakukan dengan mudah

D. Jenis – Jenis APD


1. Alat pelindung kepala
a. Fungsi
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi kepala dari
benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau
meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik
(mikro organisme) dan suhu yang ekstrim.
b. Jenis
Menurut bentuknya, alat pelindung kepala dibedakan menjadi 3, yaitu :
1) Safety helmet : dipakai untuk melindungi kepala dari bahaya kejatuhan, terbentur dan
terbentur dan terpukul ileh benda-benda keras/tajam.
2) Hood : digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya bahan-bahan kimia, api dan
panas radiasi yang tinggi
3) Hair cap : digunakan untuk melindungi kepada dari kotoran/debu dan melindungi rambut
dari bahaya terjerat oleh mesin-mesin yang berputar.
2. Alat pelindung mata dan muka.
33
a. Fungsi
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi mata
dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang di
udara dan di badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau
pukulan benda keras atau benda tajam.
b. Jenis
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman (spectacles) dengan atau
tanpa pelindung samping, goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng muka
dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).
3. Alat pelindung telinga
a. Fungsi
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi alat
pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Selaind apat berfungsi melindungi telinga
dari ketulian akibat kebisingan tetapi juga untuk melindungi telinga dari percikan api atau
logam-logam yang panas.
b. Jenis
Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear
muff).
4. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya
a. Fungsi
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat
dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu,
kabut (aerosol), uap, asap, gas/ fume, dans ebagainya.
b. Jenis
Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari masker, respirator, katrit,
kanister, Re-breather, Airline respirator, Continues Air Supply Machine = Air Hose Mask
Respirator, tangki selam dan regulator (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus
/SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing
apparatus.
5. Alat pelindung tangan
a. Fungsi
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik,
radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat
patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
b. Jenis
Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas,
kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia.
6. Alat pelindung kaki
a. Fungsi
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan
benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,
terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.
b. Jenis
Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan, pengecoran
logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya
34
listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya
binatang dan lain-lain.

7. Pakaian pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh bagian badan dari
bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan
bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin,
peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen dari manusia, binatang,
tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.

E. Perawatan
Alat pelindung diri yang telah dipakai seorang tenaga kerja tidak boleh dipakai tenaga kerja lain
kecuali bila alat pelindung diri
tersebut sudah dibersihkan. Alat pelindung diri yang terkontaminasi oleh debu atau serat dan
bahan kimia berbahaya dilarang untuk dibawa pulang.Sebelum digunakan sebaiknya alat pelindung
diri diperiksa apakah ada kerusakan atau layak pakai, jika APD rusak maka perlu diganti dengan yang
baru.Petugas harus menyediakan tempat penyimpanan khusus untuk alat pelindung diri.Penggantian
salah satu komponen atau seluruh komponen alat pelindung diri harus diketahui oleh Petugas
Penatalaksana Alat Pelindung Diri atau Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah sakit.
Secara spesifik sebagai berikut :
1. Alat pelindung kepala
a. Cara pembersihan : untuk pemakaian rutin, lakukan pencucian minimal seminggu sekali.
Pencucian bisa dengan menggunakan air sabun.
b. Cara penyimpanan : disimpan di tempat penyimpanan tertutup dalam keadaan terlungkup.
2. Alat pelindung mata
a. Cara pembersihan : diseka dengan kain lembut/tissue, dan bila permukaan buram dapat
dibasuh dengan air dan bila perlu tambahkan sabun lunak.
b. Cara penyimpanan : simpan di tempat yang terhindar dari benturan dan gesekan dengan
benda yang keras.
3. Alat pelindung telinga
a. Cara pembersihan : cuci eraplug dengan menggunakan sabun lunak, lebih baik bila ada air
hangat. Hindarkan penggunaan alcohol dan pembersih lain dari solvent, kemudian keringkan
pada udara kamar.
b. Cara penyimpanan : masukkan earplug ke dalam wadah. Simpan di tempat sejuk dan kering.
Hindarkan tempat yang lembab dan terkena sinar matahari langsung.
4. Alat pelindung pernafasan
a. Cara pembersihan : tidak boleh menggunakan solvent dan minyak, boleh menggunakan
sabun, suhu air tidak boleh lebih dari 49 C. boleh menggunakan sodium hipocloride.
b. Cara penyimpanan : disimpan di tempat yang bersih, kering dan tidak terkontaminasi,
hinsarkan dari debu dan sinar matahari langsung. Pisahkan resipator dari filternya.
5. Alat pelindung tangan
Cara pembersihan : untuk sarung tangan kain dan karet dapat dicuci dengan air dan detergent,
untuk sarung tangan kulit dapat dilap dengan menggunakan kain lap basah. Lakukan pencucian
sarung tangan karet seminggu sekali tanpa menggunakan detergent.
6. Alat pelindung kaki
a. Cara pembersihan : lakukan pembersihan dengan menggunakan sikat sepatu atau lap kain
basah/kering. Penggunaan detergent bisa merusak kulit sepatu
35
b. Cara penyimpanan : simpan di tempat sejuk dan keringkan dengan sirkulasi udara yang
cukup. Hindarkan tempat yang lembab dan terkena sinar matahari langsung.

F. Pembuangan dan Pemusnahan


Alat pelindung diri yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus dibuang.Alat
pelindung diri yang habis masa pakainya (kadaluarsa) dan mengandung bahan berbahaya dan beracun
(B3), wajib dimusnahkan sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku. Pembuangan dan
pemusnahan alat pelindung diri yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) harus
dilengkapi dengan berita acara pemusnahan

36
BAB V
LOGISTIK

- Seluruh bahan berbahaya beracun yang telah dilakukan pengadaan oleh Unit Layanan
pengadaan RSU Kabupaten Tangerang maka dilakukan pemeriksaan oleh Bagian
Logistik Induk dan Logistik Farmasi RSU Kabupaten Tangerang
- Proses penganfrahan bahan berbahaya dari logistik Farmasi secara on line.
- Penyimpanan sementara bahan berbahaya beracun Instalasi Farmasi kemudian tiap unit
yang membutuhkan seperti Instalasi Labratorium Klinik dan Patologi, Instalasi CSSD,
Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Pemulasaraan Jenajah, Instalasi Kamar Bedah, Ruang
Kemoterapi dan beberapa mengajukan ke Gudang farmasi RSU Kabupaten Tangerang
melalui formulir permintaan barang yang ditandatangani oleh Kepala Unit dan
mengetahui Kepala Seksi Sarana Pelayanan atau Penunjang Medik atau diajukan secara
on line dengan mendata dulu stock awal di masing masing unit
- Pengangkutan barang dari ruang logistik farmasi ke tempat penyimpanan bahan atau
barang masing-masing unit kemudian disimpan di dipergunakan sesuai kebutuhan
- Membuat Berita Acara serah terima barang berbahaya
- Tidak melakukan anfrah barang pada saat stok opname di gudang logistik farmsi
- Membuat laporan daftar Identfikasi bahan berbahaya beracun sesuai jenis dan
karakteristik bahan
- Persyaratn ruang penyimpaanan dan rak/lemari penyimpanan :
1. Ruang/tempat Penyimpanan bahan berbahaya beracun dalam hal ini gudang atau
ruangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Harus terpisah dengan ruangan atau bangunan lainnya
- Dinding dan lantai harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan kedap
air.
- Harus dilengkapi dengan exhaust fan untuk sirkulasi udara .
- Penerangan alam atau buatan harus cukup.
- Harus menjamin keutuhan barang B3 agar tidak kering dan tidak terkena langsung
sinar matahari.
- Pintu ruangan harus dilengkapi dengan tanda atau simbol berbahaya, tulisan selain
petugas dilarang masuk dan selalu dalam kondisi tertutup.
- Tersedia alat-alat kebersihan/pemeliharaan ruangan
- Tersedia Alat Pemadam Api Ringan
- Petugas yang berhubungan dengan B3 dilarang merokok

2. Rak/almari untuk menyimpan sementara barang B3


- Pada bagian rak paling bawah tidak boleh berhubungan langsung dengan lantai,
berikan jarak minimal 15 cm dari lantai, hal ini untuk memudahkan dalam
menjaga kebersihan ruangan.
- Barang B3 harus selalu tertata dalam rak sesuai dengan jenis dan karakteristik B3.
- Penyimpanan barang B3 tidak boleh tercampur dengan makanan, peralatan rumah
sakit, maupun alat-alat pemeliharaan di ruangan.

37
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana,prasarana,dan


peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja yang dilakukan :
1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana,prasarana dan peralatan
kesehatan:
 Lokasi rumah sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamtan
lingkungan, dan tata ruang,serta sesuai dengna hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan Rumah Sakit.
 Teknis bangunan Rumah Sakit,sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat,anak-anak dan orang usia lanjut;
 Prasarana harus memenuhi standar pelayanan ,keamanan,serta keselamatan dan
kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit;
 Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit harus
dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya(sertifikasi
personil petugas/operator sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan Rumah
sakit);
 Membuat program pengoperasian,perbaikan,dan pemeliharaan rutin dan berlaka
sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya didokumentasikan
dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan ;
 Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan nonmedis dan harus memenuhi
standar pelayanan persyaratan mutu,keamanan,keselamatan,dan laik pakai;
 Membuat program pengujian dn kalibrasi peralatan kesehatan,peralatan kesehatan
harus diuji dan dikalibrasi,secara berkala oleh balai pengujian fasilitas kesehatan
dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berweenang;
 Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan
dan harus diawasi oleh lembaga yang berwenang;
 Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan;
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyeuaian peralatan kerja terhadap SDM Rumah sakit;
 Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan
SDM Rumah Sakit;
 Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan resiko
ergonomi;
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja:
 Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi
syarat fisik ,kimia,biologi,ergonomidan psikososial secara rutin san berkala;
 Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan
kerja.
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair:
Manajemen harus menyediakan,memelihara ,mengawasi,sarana dan prasarana
sanitair,yang memenuhi syarat,meliputi:
 Penyehatan makanan dan minuman ;
 Penyehatan Air;
 Penyehatan tempat pencucian;
 Penanganan sampah dan limbah;
 Pengendalian serangga dan tikus;
 Sterilisasi/desinfeksi
 Perlindungan radiasi
 Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan;
38
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatankerja:
 Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan;
 Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat perlindung diri(APD)
 Membuat SP peralatan keselamatan kerja dan APD
 Melakukan Pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan perlatan
keselamatan dan APD.
6. Pelatihan dan promosi/penyuluhankeselamatan kerja untuk semua SDM Rumah Sakit:
 Sosialisasi dan penyuluhankeselamatan kerja bagi seluruh SDM Rumah Sakit;
 Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 Rumah Sakit kepada petugas K3 Rumah
Sakit;
7. Memberi rekmendasi/masukan mengenai perencanaan desain/lay out pembuatan tempat
kerja dan pemilihan alat serta pengadaanya terkait keselamatan dan keamanan:
 Melibatkan petuga K3 Rumah sakit di dalam perencanaan ,desain/layout pembuatan
tempat kerja dan pemilihan serta pengadaan sarana dan prasarana dan peralatan
keselamatan kerja;
 Mengevaluasi dan mendokumentasi kondisi sarana,prasarana dan peralatan
keselamatan kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan persyaratan yang
berlaku dan standar keamanan dan keselamatan.
8. Membuat system pelaporan kejadian dan tindak selanjutnya.
 Membuat alur pelapor kejadian Nyaris celaka dan celaka;
 Membuat SOP pelaporan ,penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka (near
miss)dan celaka
9. Pembinaan dan pengawasan terhadap manajemen system pencegahan dan
penanggulangan kebakaran (MSPK).
 Menejemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
 Membentuk tim penanggulangan kebakaran;
 Membuat SOP
 Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan pennggulangan kebakaran;
 Melakukan audit internal terhadap system pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
10. Membuat evaluasi,pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan kerja yang
disampaikan kepada Direktur Rumah sakit dan Unit terkait di wilayah kerja Rumah sakit.

A. Upaya Keselamatan Kerja


1. Kontak dengan bahan korosif harus ditiadakan atau kemungkinan ditekan sekecil
mungkin. Kontak tersebut khususnya terhadap kulit, selaput lendir dan mata.
2. Ventilasi umum dan setempat harus memadai

B. Penanggulangan Kontaminasi B3 Bentuk Cair


1. Hydrogen peroksida

a. Mata
1) Gejala akut : Nyeri pada mata dan lacrimasi
2) Penanganan kontaminasi : Segera dicuci dengan air sebanyak banyakknya
b. Saluran nafas
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
39
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Kerusakan oesophagus dan lambung
2) Penanganan kontaminasi : Diberi minum air/susu yang banyak dan dibutuhkan
pengenceran lebih kurang 100 kali sampai tidak berbahaya bagi jaringan. Untuk
menghilangkan rasa sakit diberi morfin sulfat 5-10 mg tiap 4 jam atau sesuai
kebutuhan. Jika terjadi shock diberi dextrose 5% atau NaCl
d. Kulit
1) Gejala akut : Eritema dan vesikel
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup, tanggalkan
pakaian korban dan mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya
2. Formalin
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir
b. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi selaput mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh formalin bisa keluar dari
tubuh korban dengan segera
c. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup, tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya

3. Etanol/alcohol
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi selaput mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh Etanol bisa keluar dari tubuh
korban dengan segera
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup, tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya
4. Baygon
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir
selama 15 menit.
40
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh baygon dapat keluar dari
tubuh korban dengan segera, minum susu atau air.
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup, tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya
5. Metanol/Brands spiritus
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir
selama 15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruhnya dapat keluar dari tubuh
korban dengan segera, minum susu atau air.
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup, tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya
6. Presept (Triclosene Sodium)/Klorine
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir
selama 15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruhnya dapat keluar dari tubuh
korban dengan segera, minum susu atau air.
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
41
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup, tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya
7. Natrium hidroksida (NO2)
a. Inhalasi
1) Gejala akut : Iritasi, pusing jika menghirup NO2 murni dalam jumlah besar
2) Penanganan kontaminasi : Bawa korban ke tempat yang segar dan istirahatkan
jika perlu bawa ke UGD
b. Mata
1) Gejala akut : Penglihatan kabur dan Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Bilas dengan air bersih atau NaCl 15 menit, jika perlu
bawa ke IGD.
c. Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Siram dengan air hangat (30ºC-40ºC) pada bagian kulit
yang terbakar atau terluka, jika perlu bawa ke IGD
8. Kaporit
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir
selama 15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Jangan rangsang untuk muntah cuci mulut dengan air,
beri air minum 500 cc air atau susu
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup, tanggalkan
pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-banyaknya
9. Oksigen
a. Inhalasi
1) Gejala akut : Iritasi, pusing jika menghirup O2 murni dalam jumlah besar
2) Penanganan kontaminasi : Bawa korban ke tempat yang segar dan istirahatkan
jika perlu bawa ke UGD
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke
tempat berudara segar
c. Mata
1) Gejala akut : Penglihatan kabur dan Iritasi mata

42
2) Penanganan kontaminasi : Bilas dengan air bersih atau NaCl 15 menit, jika perlu
bawa ke IGD.
d. Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Siram dengan air hangat (30ºC-40ºC) pada bagian kulit
yang terbakar atau terluka, jika perlu bawa ke IGD
10. Sitostatika
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Tanggalkan sarung tangan. Segera rendam dan bilas
mata terbuka dengan air hangat selama 5 menit. Buka mata dengan tangan dan
cuci mata terbuka dengan NaCl 0.9%. tanggalkan pakaian pelindung.
b. Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Tanggalkan sarung tangan. Bilas kulit dengan air
hangat. Bila kulit tidak robek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan
larutan chlorine 5%. Bila kulit robek dengan larutan H1O2 3%. Tanggalkan
seluruh pakaian pelindung. Tertusuk jarum. Jangan segera mengangkat jarumnya,
tarik kembali plunger untuk menghisap obat-obat yang mungkin telah terinjeksi,
angkat jarum dari kulit. Tanggalkan sarung tangan dan bilas dengan air hangat.

43
BAB VII
PENUTUP

Demikian Buku Pedoman Bahan Berbahaya Beracun dan Limbah Berbahaya Beracun ini
disusun untuk dapat digunakan sebagai pedoman dan pegangan seluruh karyawan Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang pada umumnya.
Penyusunan Rancangan Pedoman ini adalah langkah awal suatu proses yang panjang,
sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dalam penerapannya untuk
mencapai tujuan yang dimaksud.

44
RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG
Jl. Jend. Ahmad Yani No.9 Tangerang,
Telp: (021) 5523507, 5512948, 5513709 Fax: (021) 5527104
e-mail: rsudtangerang@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai