SURABAYA
TAHUN 2019
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
IKATAN BIDAN INDONESIA SURABAYA
Sekretariat : Jl. Dupak no.15 A Surabaya
Phone :62.31.5323837 – 5477277-5477534 – 5450187 fax : 62.31.5450187
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBI SURABAYA
TENTANG
PEMBERLAKUKAN PEDOMAN BAHAN DAN LIMBAH BERBAHAYA
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBI SURABAYA
NOMOR 493/SK_DIR/RSIA_IBI/I/2019
DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBI SURABAYA
Ditetapkan di Surabaya
pada tanggal 2 Januari 2019
Tembusan :
1. Arsip
2. Yang Bersangkutan
DAFTAR ISI
BAB I
DEFINISI
A. Latar Belakang
Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai penunjang kesejahteraan
masyarakat banyak, rumah sakit menjadi salah satu tempat dalam mendukung
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu upaya
peningkatan kesehatan yang terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter
yang juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium,
farmasi, administrasi, dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Kegiatan rumah sakit memiliki potensi menghasilkan limbah yang dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengendalian terhadap pembuangan limbah yang dibuang ke lingkungan.
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses untuk
mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau
tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau
memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang).
Dalam pengolahan limbah, rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah
organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan beracun
berbahaya (B3). Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 - 15 % di antaranya
merupakan limbah infeksius yang mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg).
Sekitar 40 % lainnya adalah limbah organik yang berasal dari sisa makan, baik dari
pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi. Sisanya merupakan limbah anorganik
dalam bentuk botol bekas infus dan plastik.
Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber
pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah
sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi, mengandung senyawa-
senyawa kimia yang berbahaya serta mengandung mikroorganisme pathogen yang
dapat menyebabkan penyakit. Pengelolaan limbah RS yang tidak baik akan memicu
resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja, dari
pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan kepada masyarakat
pengunjung rumah sakit. Tentu saja RS sebagai institusi yang sosioekonomis karena
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 1
Surabaya
tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari
tanggung jawab pengelolaan limbah yang dihasilkan.
B. Tujuan
Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran
atau kerusakan di lingkungan RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBI SURABAYA
yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang
sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Dari hal ini jelas bahwa
setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul,
pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek
lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila
terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus
dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.
C. Pengertian
1. Bahan-bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang selama pembuatannya,
pengolahannya, pengangkutannya, penyimpanan dan penggunaannya mungkin
menimbulkan atau membebaskan debu-debu, kabut, uap-uap, gas-gas, serat atau
radiasi mengion yang mungkin menimbulkan iritasi,kebakaran, ledakan, korosi,
mati lemas, keracunan dan bahaya-bahaya lain, dalam jumlah yang
memungkinkan menimbulkan gangguan kesehatan orang yang bersangkutan
dengannya atau menyebabkan kerusakan pada barang-barang atau harta benda.
2. bahan-bahan beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah relatif kecil
berbahaya bagi kesehatan bahkan juga jiwa manusia. Bahan – bahan demikian
dipergunakan, diolah dan dipakai serta dihasilkan oleh pekerjaan
3. Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah proses pengadaan bahan
berbahaya dan beracun yang dilaksanakan oleh instalasi Farmasi Rumah Sakit
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan berdasarkan kebutuhan pengguna
(user).
4. Material Safety Data Sheet atau lembar data pengamanan (MSDS/LDP) adalah
lembar petunjuk berisi informasi tentang fisika kimia dari bahan berbahaya, jenis
bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan dan tindakan khusus, yang
berhubungan dengan keadaan darurat dalam penanganan bahan berbahaya. mSDS
ini dikeluarkan oleh pabrik atau supplier.
5. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah kegiatan menyimpan
yang dilakukan ileh Instalasi Farmasi dengan maksud menjamin agar bahan-bahan
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 2
Surabaya
tersebut tidak bereaksi dengan bahan-bahan lain serta memenuhi syarat-syarat
penyimpanan
6. Kontaminasi adalah proses tertumpahnya specimen bahan-bahan berbahaya dan
beracun ke lingkungan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
7. Penanggulangan adalah upaya penanganan suatu bahan-bahan berbahaya dan
beracun agar bahan-bahan tersebut tidak bereaksi dengan bahan-nbahan lain dan
menjaga agar bahan-bahan tersebut tidak menimbulkan bahaya.
D. Penggolongan
1. Bahan-bahan berbahaya
Bahan-bahan berbahaya dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Bahan-bahan yang dapat terbakar. Bahan-bahan ini biasanya dikelompokkan
lagi menjadi bahan yang dapat terbakar, bahan yang mudah terbakar dan
bahan yang terbakar spontan di udara. Tingkat bahayanya ditentukan oleh
titik leburnya, makin rendah titik lebur makin makin berbahaya bahan trsebut.
Titik lebur suatu cairan adalah suhu yang terdapat pada cairan menyebabkan
terbentuknya uap dengan cukup cepat dalam campuran udara dekat
permukaan atau di dalam bencana yang dipergunakan untuk wadah. Cairan-
cairan dengan titik lebur rendah harus dipergunakan dengan penuh
kewaspadaan atau tidak dipergunakan sama sekali
b. Bahan-bahan beracun. Bahan-bahan ini dapat diklasifikasikan lebih lanjut
menutur sifat-sifat khususnya seperti debu-debu yang berbahaya, debu-debu
beracun melalui kontak kulit, berbahaya jika termakan atau terminum atau
terhirup, tretelan, gas-gas beracun, uao-uap yang berbahaya dan bahan-bahan
yang kontak dengan air atau asam atau pada pengaruh bahan –bahan lain.
2. Bahan-bahan beracun
Bahan-bahan beracun banyak terdapat dalam bentuk padat, cair, gas, uap,
kabut, awan dan asap. Keracunan terjadi sebagai akibat penghirupan melalui
kulit. Organ-organ yang dikenai bergantung pada jenis racun, jalan masuk ke
dalam tubuh, sifat kimiawi bahan-bahan dan faktor-faktor pada tenaga kerjanya.
Keracunan dapat terjadi mendadak (akut) dan menahun (kronis) tergantung dari
hubungan dosis dan waktu. Sebab-sebab keracunan pada umumnya dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Racun-racun logam dan persenyawaannya yaitu timah hitam, air raksa, arsen,
mangan, nikel dan krom, serta persenyawaan-persenyawaannya
b. Racun-racun metalloid dan persenyawaanya, seperti pospor, sulfur dan lain-
lain serta persenyawaannya.
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 3
Surabaya
c. Racun-racun bahan organik, seperti derivate-derivate ter, arang batu, halogen,
hidrokarvon, alcohol, ether, aldehid, keton, insektisida fosfor organik dan
lain-lain
d. Racun-racun gas seperti asam sianida, asam sulfide dan karbon monoksida.
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 4
Surabaya
BAB II
PENGELOLAAN LIMBAH DAN BAHAN BERBAHAYA
A. Pengadaan
1. Macam pengadaan B3
Macam-macam pengadaan bahan berbahaya dan beracun yang dilaksanakan oleh
Instalasi farmasi dan Unit Pengadaan RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK IBI
SURABAYA adalah:
Tabel 1. Jenis B3
No Cair Padat Gas
1 Brand spiritus Formalin tab NO2
2 Hydrogen peroksia Kaporit 70% O2
3 Insektisida/baygon Presept
4 Etanol/alkohol
5 Sitostatika
2. Prosedur pengadaan
Pengadaan bahan berbahaya dan beracun sudah diatur sesuai dengan prosedur di
bagian Instalasi Farmasi dan Unit Pengadaan/Logistik RUMAH SAKIT IBU
DAN ANAK IBI SURABAYA.
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 5
Surabaya
Daerah penyimpanan harus jauh dari setiap sumber panas atau bahaya kebakaran.
Pemadam api yang memadai harus tersedia dan di daerah sekitar tidak
diperkenankan merokok.
2. Bahan-bahan beracun
Uap bahan beracun masuk kedalam udara sehingga perlu adanya tempat yang
memiliki pertukaran udara yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung.
Bahan-bahan yang dapat bereaksi satu sama lain ditempatkan secara terpisah.
3. Syarat penyimpanan
Selain cara-cara penyimpanan yang diterangkan di atas, masih perlu diperhatikan
syarat penyimpanan sebagai berikut:
a. Penyimpanan /segera mengetahui terjadinya kebakaran
b. Tenaga kerja yang berhubungan dengan B3 tidak dibenarkan mempunyai
kelainan penglihatan, pendengaran atau penciuman
c. Mereka yang memasuki daerah penyimpanan bahan yang mudah terbakar
harus dilarang merokok
d. Harus diperhatikan kebersihan lingkungan sekitar
e. Harus disediakan alat pemadam api ringan
C. Pengangkutan
Pengangkutan limbah B3 merupakan kegiatan pemindahan lokasi limbah dari
lokasi pengumpulan / penyimpanan limbah ke lokasi pengolahan / pemanfaatan
limbah B3. setiap pemindahtangaan limbah B3 antar pihak atau lokasi harus disertai
dengan dokumen limbah B3 yang diberikan pada waktu penyerahan limbah. Dokumen
limbah B3 terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian I yang harus diisi oleh petugas limbah,
bagian II diisi oleh pihak pengangkut limbah B3 dan bagian III diisi oleh pihak
pengumpul / pengolah.
Dokumen limbah B3 tersebut merupakan alat pengawasan yang ditetapkan untuk
menghindari hal-hal yang tidak diingainkan dan juga untuk mengetahui mata rantai
perpindahan dan penyebaran limbah B3.
D. Pengolahan
Pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah proses untuk
mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya atau
tidak beracun lagi. Karena sifat bahaya yang ditimbulkan oleh B3 sangat tinggi, maka
sebelum dibangunnya suatu pusat pengolahan limbah B3, rumah sakit wajib membuat
analisis dampak lingkungan untuk menyelenggarakan kegiatan pengolahan tersebut.
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 6
Surabaya
BAB III
PENYIMPANAN B3 (BAHAN BERBAHAYA BERACUN)
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 7
Surabaya
1. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak
sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
2. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran
uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
3. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya
4. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah
menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap
air yang lambat laun menjadi panas
5. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
6. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
7. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
8. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat
deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodic
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 8
Surabaya
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan kebakaran
pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan
oksidator menyediakan oksigen sendiri.
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 9
Surabaya
radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN.
Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi
radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan,
packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang telah
ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara.
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 10
Surabaya
BAB IV
SYARAT PENGOLAHAN LIMBAH DAN BAHAN BERBAHAYA BERACUN
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 11
Surabaya
2. Sistem Pencegahan Terhadap Kebakaran
Untuk mencegah terjadi kebakaran atau hal lain yang tak terduga di fasilitas
pengolahan, maka sekurang-kurangnya harus :
a. Memasang system arde (Electrikal Spark Grounding)
b. Memasang tanda peringatan, yang jelas terlihat dari jarak 10 meter, dengan
tulisan : “Awas Berbahaya”, “Limbah B3 (mudah terbakar, …, dll)
c. Memasang peralatan pedeteksi bahaya kebakaran yang bekerja secara
otomatis selama 24 jam terus menerus, berupa:
1) Alat deteksi peka asam (smoke sensing alarm), dan
2) Alat deteksi peka panas (heat sensing alarm),
d. Tersediannya system pemadam kebakaran yang berupa :
1) Sistem permanen dan otomatis, dengan menggunakan bahan pemadam
air, busa, gas atau bahan kimia kering, dengan jumlah dan mutu sesuai
kebutuhan
2) Pemadam kebakaran portable dengan kapasitas minimum 10 kg untuk
setiap 100 m2 dalam ruangan
e. Menata jarak atau lorong antara kontainer – kontainer yang berisi limbah B3
minimum 60 cm sehingga tidak mengganggu gerakan orang, peralatan
pemadam kebakaran, peralatan pengendali/pencegah tumpahan limbah, dan
peralatan untuk menghilangkan kontaminasi ke semua arah di dalam lokasi
f. Menata jarak antara bangunan-bangunan yang memadai sehingga mobil
pemadam kebakaran mempunyai akses menuju lokasi kebakaran.
3. Sistem pencegahan Tumpahan Limbah
a. Fasilitas pengolahan limbah B3 harus mempunyai rencana, dokumen dan
petunjuk teknis operasi pencegahan tumpahan limbah B3 yang meliputi
Pemeriksaan Mingguan terhadap fasilitas pengolahan, dan Sistem tanda
bahaya peringatan dini yang bekerja selama 24 jam dan yang akan memberi
tanda bahaya sebelum terjadi tumpahan/luapan limbah (level control).
b. Pengawas harus dapat mengidentifikasi setiap kelainan yang terjadi, seperti
malfungsi, kerusakan, kelalaian operator, kebocoran atau tumpahan yang
dapat menyebabkan terlepasnya limbah dari fasilitas pengolahan ke
lingkungan. Program ini juga harus menyangkut terlepasnya limbah dari
fasilitas pengolahan ke lingkungan. Program ini juga harus menyangkut
mekanisme tanggap darurat
c. Penggunaan bahan penyerap (absorbent) yang sesuai dengan jenis dan
karakteristik tumpahan limbah B3.
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 12
Surabaya
4. Sistem Penanggulangan Keadaan Darurat.
Fasilitas pengolahan limbah B3 harus mempunyai system untuk mengatasi
keadaan darurat yang mungkin terjadi. Persyaratan minimum untuk system
tanggap darurat antara lain:
a. Ada koordinator penanggulangan keadaan darurat, yang bertanggungjawab
melaksanakan tindakan-tindakan yang harus terjadi
b. Jaringan komunikasi atau pemberitahuan kepada :
1) Tim penangulangan keadaan darurat,
2) Dinas pemadam kebakaran,
3) Pihak kepolisian,
4) Ambulan dan pelayanan kesehatan,
5) Sekolah, rumah sakit dan penduduk setempat,
6) Aparat pemerintah terkait setempat;
c. Memiliki prosedur evakuasi bagi seluruh pekerja fasilitas pengolahan limbah
B3.
d. Mempunyai peralatan penanggulangan keadaan darurat
e. Tersedianya peralatan dan baju pelindung bagi seluruh staf penanggulangan
keadaan darurat di lokasi, dan sesuai dengan jenis limbah B3 yang ditangani
di lokasi tersebut
f. Memiliki prosedur tindakan darurat pengangkutan
g. Menetapkan prosedur untuk penutupan sementara fasilitas pengolahan
h. Melakukan pelatihan bagi karyawan dalam penanggulangan keadaan darurat
yang dilakukan minimal dua kali dalam setahun.
5. Sistem Pengujian Peralatan
a. Semua alat pengukur, peralatan operasi pengolahan dan perlengkapan
pendukung operasi harus diuji minimum sekali dalam setahun
b. Hasil pengujian harus dituangkan dalam berita acara yang memuat hasil uji
coba penanganan system keadaan darurat. Informasi tersebut harus selalu
tersedia di lokasi fasilitas pengolahan limbah B3.
6. Pelatihan Karyawan
Perusahaan wajib memberikan pelatihan secara berkala kepad karyawan yang
meliputi :
a. Pelatihan dasar, diantaranya:
1) Pengenalan limbah; meliputi jenis limbah, sifat dan karakteristik serta
bahayannya terhadap lingkungan dan manusia, serta tindakan
pencegahannya
2) Peralatan pelindung: menyangkut kegunaan dan penggunaannya
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 13
Surabaya
3) Pelatihan untuk keadaan darurat: meliputi kebakaran, ledakan, tumpahan,
matinya listrik, evakuasi, dan sebagainnya
4) Prosedur inspeksi
5) Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
6) Peralatan keselamatan kerja (K3)
7) Peraturan perundangan-undangan tentang pengolahan limbah B3.
b. Pelatihan khusus
1) Pemeliharaan peralatan pengolahan dan peralatan penunjangnya
2) Pengoperasian alat pengolahan dan peralatan penujangnya
3) Laboratorium
4) Dokumentasi dan pelaporan
5) Prosedur penyimpanan dokumentasi dan pelaporan.
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 14
Surabaya
BAB V
SIMBOL DAN LABEL LIMBAH B3
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 15
Surabaya
Limbah B3 Dipasang pada kemasan
Cairan Mudah limbah B3 cair yang
Terbakar mudah terbakar secara
spontan
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 16
Surabaya
Limbah B3 Korosi Dipasang pada kemasan
limbah B3 Limbah yang
dalam kondisi asam atau
basa (pH < dari 2 atau
pH > dari 12.5) dapat
menyebabkan nekrosis
(terbakar) pada kulit
atau dapat
mengkaratkan
(mengkorosikan) logam
B. Label
Label merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi untuk memberikan informasi
dasar mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu limbah B3 yang dikemas.
Terdapat 3 (tiga) jenis label yang berkaitan dengan sistem pengemasan limbah B3,
yaitu:
1. Label Identitas Limbah
Label Identitas Limbah berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul
limbah, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam kemasan suatu kemasan
limbah B3. Label Identitas Limbah berukuran minimum 15 cm x 20 cm atau lebih
besar, dengan warna dasar kuning dan tulisan serta garis tepi berwarna hitam, dan
tulisan"PERINGATAN !" dengan huruf yang lebih besar berwarna merah.
2. Label Untuk Penandaan Kemasan Kosong
Label harus dipasang pada kemasan bekas pengemasan limbah B3 yang telah
dikosongkan dan atau akan digunakan kembali untuk mengemas limbah B3.
Bentuk dasar label sama dengan bentuk dasar simbol dengan ukuran sisi minimal
10 cm x 10 cm dan tulisan "KOSONG" berwarna hitam di tengahnya.
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 18
Surabaya
dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian
unitnya.
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan
limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sebagai
berikut:
1. Proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan, stabilisasi,
adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa
2. Proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahancairan dan penyisihan
komponen-komponen spesifik denganmetode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dan
lain-lain.
3. Proses stabilisas/solidifikasi
Dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan kandungan limbah B3 dengan
cara membatasi daya larut, penyebaran dan daya racun sebelum limbah dibuang ke
tempat penimbunan akhir.
Stabilisasi sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan
tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi
toksisitas limbah tersebut.
Solidifikasi adalah proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan
aditif. Tujuan dari proses stabilisasi / solidifikasi yaitu untuk mengurangi potensiracun
dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya
racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir. Proses
solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan,
yaitu:
a. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah
dibungkus dalam matriks struktur yang besar.
b. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat
mikroskopik
c. Precipitation
d. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada
bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
e. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke
bahan padat
f. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa
lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali.
Teknologi solidikasi/stabilisasi biasanya menggunakan semen, kapur (CaOH2),
dan bahan termoplastik.
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 19
Surabaya
4. Proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materilimbah menggunakan
alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau
lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100
kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value)
limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya
proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat
diperoleh dari sistem insinerasi.
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 20
Surabaya
BAB VII
PENANGGULANGAN KONTAMINASI
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 21
Surabaya
b. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi selaput mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh formalin bisa keluar
dari tubuh korban dengan segera
c. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,
tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-
banyaknya
3. Etanol/alco hot
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air
mengalir
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi selaput mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh Etanol bisa keluar
dari tubuh korban dengan segera
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,
tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-
banyaknya
4. Baygon
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air
mengalir selama 15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara segar
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 22
Surabaya
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh baygon dapat keluar
dari tubuh korban dengan segera, minum susu atau air.
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,
tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-
banyaknya
5. Metanol/Brands spiritus
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air
mengalir selama 15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruhnya dapat keluar dari
tubuh korban dengan segera, minum susu atau air.
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,
tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-
banyaknya
6. Presept (Triclosene Sodium)/Klorine
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air
mengalir selama 15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara segar
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 23
Surabaya
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruhnya dapat keluar dari
tubuh korban dengan segera, minum susu atau air.
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,
tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-
banyaknya
7. Natrium hidroksida (NO2)
a. Inhalasi
1) Gejala akut : Iritasi, pusing jika menghirup NO2 murni dalam jumlah
besar
2) Penanganan kontaminasi : Bawa korban ke tempat yang segar dan
istirahatkan jika perlu bawa ke UGD
b. Mata
1) Gejala akut : Penglihatan kabur dan Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Bilas dengan air bersih atau NaCl 15 menit,
jika perlu bawa ke IGD.
c. Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Siram dengan air hangat (30ºC-40ºC) pada
bagian kulit yang terbakar atau terluka, jika perlu bawa ke IGD
8. Kaporit
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air
mengalir selama 15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Jangan rangsang untuk muntah cuci mulut
dengan air, beri air minum 500 cc air atau susu
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 24
Surabaya
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,
tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-
banyaknya
9. Oksigen
a. Inhalasi
1) Gejala akut : Iritasi, pusing jika menghirup O2 murni dalam jumlah
besar
2) Penanganan kontaminasi : Bawa korban ke tempat yang segar dan
istirahatkan jika perlu bawa ke UGD
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara segar
c. Mata
1) Gejala akut : Penglihatan kabur dan Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Bilas dengan air bersih atau NaCl 15 menit,
jika perlu bawa ke IGD.
d. Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Siram dengan air hangat (30ºC-40ºC) pada
bagian kulit yang terbakar atau terluka, jika perlu bawa ke IGD
10. Sitostatika
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Tanggalkan sarung tangan. Segera rendam dan
bilas mata terbuka dengan air hangat selama 5 menit. Buka mata dengan
tangan dan cuci mata terbuka dengan NaCl 0.9%. tanggalkan pakaian
pelindung.
b. Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Tanggalkan sarung tangan. Bilas kulit dengan
air hangat. Bila kulit tidak robek, seka area dengan kassa yang dibasahi
dengan larutan chlorine 5%. Bila kulit robek dengan larutan H1O2 3%.
Tanggalkan seluruh pakaian pelindung. Tertusuk jarum. Jangan segera
mengangkat jarumnya, tarik kembali plunger untuk menghisap obat-obat
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 25
Surabaya
yang mungkin telah terinjeksi, angkat jarum dari kulit. Tanggalkan
sarung tangan dan bilas dengan air hangat.
Pedoman Bahan Dan Limbah Berbahaya Rumah Sakit Ibu Dan Anak IBI 26
Surabaya