TENTANG
PENGESAHAN DOKUMEN
Pembuat Dokumen
Authorized Person
Puji syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya,sehinggga Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSUD Bangil diberikan
kemudahan dan menyelesaikan pembuatan Analisa Hazard Vulnerability Analysis (HVA)
RSUD Bangil. Perlu disadari bahwa keberhasilan terhadap pencapaian hasil dan proses
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat bergantung pada kegiatan pelayanan
KomiteKeselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di RSUD Bangil.
Harapan kami agar buku ini dapat dipahami dan dipatuhi oleh segenap
petugas/karyawan rumah sakit baik perawat, bidan, mahasiswa, PPDS, dokter, staf
serta siapapun yang dalam kegiatannya di rumah sakit kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Semoga buku ini akan banyak memberi manfaat dalam program Indonesia
selamat dan sehat, khususnya dalam meningkatkan peranan RSUD Bangil.
KABUPATEN PASURUAN
Semoga buku ini dapat bermanfaat dan digunakan dengan baik dan tepat sehingga
tujuan untuk mencapai keamanan dan mutu tinggi dalam menjalankan pelayanan
secara serasi, selaras dan seimbang di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan akan semakin
cepat terwujud.
Kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini disampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga upaya
peningkatan pelayanan pasien di rumah sakit ini dapat terus menerus dipelihara dan
dikembangkan dan dapat mencapai harapan kita bersama. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senatiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.
KABUPATEN PASURUAN
TENTANG
ANALISA HAZARD VULNERABILTY ANALYSIS (HVA)
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pasal 2
Analisa Hazard Vulnerability Analysis (HVA) wajib dilaksanakan oleh seluruh unit
dan managementdi bawah koordinasi:
a. Wakil Direktur Umum dan Keuangan
b. Kepala Unit
Pasal 3
Analisa Hazard Vulnerability Analysis (HVA) sebagaimana dimaksud pada pasal 1
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur ini.
Pasal 4
Pasal 5
KABUPATEN PASURUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan darurat bisa diartikan dalam beberapa definisi yang
berbeda-beda tergantung pada latar belakang dan konteks kejadiannya.
Akan tetapi pada dasarnya semua mengandung pengertian yang sama, yaitu
suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diharapkan yang dapat
membahayakan jiwa dan kesehatan baik manusia maupun makhluk hidup
lain, serta menimbulkan kerusakan pada bangunan, harta benda, dan lain-
lain. Arti lain dari darurat adalah situasi yang tidak dikehendaki, mendadak
dan berkembang secara cepat sehingga menimbulkan bahaya yang
mengancam keselamatan manusia, kerugian asset perusahaan dan
kerusakan lingkungan. Kondisi semacam ini harus segera diatasi agar
terhindar dari dampak lebih buruk.
Meskipun berbagai usaha pencegahan sudah dilakukan, diorganisasi
dan dikelola secara baik, akan tetapi keadaan darurat masih saja terjadi.
Untuk itu kita harus selalu mengembangkan kemampuan kita tentang
bagaimana memanage keadaan darurat mulai dari persiapan, latihan dan
penanggulangan darurat sampai pada bagaimana mencegah terjadinya atau
terulangnya keadaan darurat.
Perencanaan merupakan kata kunci untuk mencapai tujuan
tersebut, sehingga perencanaan dalam hal ini mempunyai peran yang luar
biasa. Tindakan pencegahan dan persiapan-persiapan jika terjadi keadaan
dadudat, latihan, dan simulasi tanggap darurat, manajemen tanggap
darurat, dan sampai pada pemulihan kondisi pada keadaan darurat.
HVA (Hazard Vulnerability Analysis Tool/Alat Analisa Resiko Bencana
Rumah Sakit) adalah standar MFK 6 Akreditasi SNARS Edisi 1 yang
mensyaratkan rumah sakit untuk menentukan jenis, kemungkinan terhadap
konsekuensi bahaya, ancaman, dan kejadian bencana. Syarat tersebut dapat
dipenuhi dengan mudah, ada alat manajemen resiko yang dapat membantu
kita, yaitu yang disebut Hazard Vulnerability Analysis (HVA) Tool.
B. Tujuan
1. Menetapkan jenis, kemungkinan terjadi, konsekuensi bahaya, ancaman
dan kejadian bencana
2. Agar karyawan dapat menanggulangi bahaya dan bencana yang mungkin
terjadi di lingkungan rumah sakit.
3. Penanggulangan keadaan darurat dapat dilaksanakan secara efektif dan
terpadu
4. Mengerti dan memahami teknik-teknik praktis penanggulangan bahaya
dan bencana kebakaran dan gempa
5. Memiliki kesiapsiagaan dan tanggap darurat terhadap segala
kemungkinan bahaya dan bencana kebakaran dan gempa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kedaruratan komunitas, wabah dan bencana mungkin terjadi di rumah
sakit, seperti kerusakan ruang rawat rumah sakit akibat gempa atau wabah flu
yang menyebabkan staf tidak dapat bekerja. Untuk itu Rumah Sakit haus
membuat rencana dan program penanganan kedaruratan. Rencana berisikan
proses untuk :
1. Menentukan jenis, kemungkinan dan konsekuensi dari bahaya, ancaman dan
kejadian lainnya
2. Menentukan integritas struktural di lingkungan pelayanan pasien yang ada
dan bila terjadi bencana
3. Menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa/kejadian tersebut
4. Menentukan strategi komunikasi pada waktu kejadian
5. Mengelola sumber daya selama kejadian, termasuk sumber-sumber
alternative.
6. Pengelolaan kegiatan klinik selama kejadian, termasuk tempat pelayanan
alternative pada waktu kejadian
7. Mengidentifikasi dan penetapan peran dan tanggung jawab staf selama
kejadian
8. Mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung jawab
pribadi staf dengan tanggung jawab rumah sakit untuk tetap menyediakan
pelayanan pasien.
Bila Rumah sakit memiliki pengalaman pada kejadian bencana sebenarnya, aktif
di rencana tersebut dan dilakukan penilaian dengan benar setelah itu, situasi ini
sesuai dengan uji coba (simulasi) tahunan.
A. Bencana
Bencana atau disaster adalah setiap fenomena (alam, buatan
manusia/teknologi maupun konflik social) yang mempunyai potensi untuk
menimbulkan ancaman terhadap penduduk dan lingkungan. Berdasarkan
penyebabnya, bencana dapat dibagi menjadi:
1. Bencana alam: gempa bumi, tsunami, tornado, jatuhnya meteor
2. Bencana akibat ulah manusia: Banjir akibat penebangan hutan,
semburan lumpur panas akibat pengeboran, kecelakaan pesawat udara,
kecelakaan kereta api.
Bencana selalu menimbulkan kerugian, kesakitan, atau kematian.
Rumah Sakit (RS) yang biasanya hanya menyediakan pelayanan pasien
normal akan kewalahan melayani pasien yang jumlahnya sangat banyak dan
mendadak apalagi jika RS tersebut juga menjadi korban bencana.
B. Manajemen Bencana
Manajemen bencana adalah usaha bersama secara terkoordinasi dalam
mengatasi keadaan bencana. Menurut Kyaw Win, manajemen bencana
dibagi 4 fase, yaitu:
1. Phase Rapid Response
a. Phase Early Emergency Response : <6 jam pasca bencana
b. Phase Peri Emergency Response: 6-24 jam pasca bencana
c. Phase Late Emergency Response: hari ke-2 hingga ke-7 pasca bencana
2. Phase Rehabilitasi: awal bencana, 1-2 minggu pasca bencana
3. Phase Mitigasi: Penyuluhan kesehatan
4. Phase Preparedness
a. Penyusunan prosedur tetap bencana
b. Penyusunan disaster plan dan sosialisasinya
c. Membentuk tim penanggulangan bencana RS
d. Mempersiapkan logistic
e. Melakukan/mengikuti workshop penanggulangan bencana
f. Membentuk Tim Mobile Keliling Penanganan Bencana
g. Membentuk jejaring RS
BAB III
PENENTUAN HVA
1. Penentuan HVA melalui pertemuan yang diadakan oleh komite K3RS dengan
menghadirkan seluruh jajaran Manajemen, Direktur, Kabag, Kainst, Karu di
RSUD Bangil
2. Dalam Pertemuan ini menentukan poin-poin event apa yang dimasukkan
dalam beberapa elemen hazard.
3. HVA untuk Naturally occurring Events ditetapkan macam yaitu banjir , gempa
bumi, dan gunung meletus, angin putting beliung, petir dan hujan angin.
4. HVA untuk technology event ditetapkan 3 macam, yaitu kegagalan listrik,
kegagalan air, dan kebakaran.
5. HVA untuk Human Related Events ditetapkan 3 macam, yaitu kecelakaan
missal, keracunan missal, tamu VIP
6. Setiap komponen diilai dan dipertimbangkan penentuannya dengan meliht
kondisi, situasi, kelengkapan fasilitas, kemampuan rumah sakit serta kondisi
alam area rumah sakit (Pasuruan) yang akan dimasukkan dalam HVA tool
(terlampir)
BAB IV
HASIL HVA
(Terlampir)
LAMPIRAN