Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nomor : 41/SK/DIR-RSIAR/IV/2019
Tentang : Panduan PCRA
PANDUAN
PRA-CONTRUCTION RISK ASSESMENT (PCRA)
DILINGKUNGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK RESPATI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semua kegiatan konstruksi dan renovasi bangunan harus dilakukan
penilaian sebelum kontruksi dilaksanakan menilai dampak/risiko yang
mungkin terjadi, hal ini harus diatur dengan baik sehingga paparan terhadap
debu, uap dan bahaya-bahaya yang menyertai dapat dibatasi.
C. DEFINISI
Pra Contruction Risk Asessment (PCRA). adalah Asesmen risiko pra
konstruksi secara komprehensif dan proaktif digunakan untuk mengevaluasi
risiko dan kemudian mengembangkan rencana agar dapat meminimalkan
dampak kontruksi, renovasi atau penghancuran (demolish) sehingga
pelayanan pasien tetap terjaga kualitas dan keamanannya.
D. KEBIJAKAN
1. UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Presiden RI Nomor 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Lingkungan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
BAB II
Dalam rangka melakukan asesmen risiko yang terkait dengan proyek konstruksi
baru, rumah sakit perlu melibatkan semua departemen/unit/instalasi pelayanan
klinis yang terkena dampak dari kontruksi baru tersebut, konsultan perencana atau
manajer desain proyek, Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
(K-3 RS), Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), Bagian Rumah
Tangga/Bagian Umum, Bagian Teknologi Informasi, Bagian Sarana
Prasarana/UPSRS dan unit atau bagian lainnya yang diperlukan.
Risiko terhadap pasien, keluarga, staf, pengunjung, vendor, pekerja kontrak, dan
entitas diluar pelayanan dapat bervariasi tergantung pada sejauh mana kegiatan
konstruksi dan dampaknya terhadap infrastruktur dan utilitas. Sebagai tambahan,
kedekatan pembangunan ke area pelayanan pasien dapat berdampak pada
meningkatnya tingkat risiko, misalnya, jika konstruksi melibatkan gedung baru
yang terletak terpisah dari bangunan yang menyediakan pelayanan saat ini, maka
risiko untuk pasien dan pengunjung cenderung menjadi minimal.
E. LANGKAH 5
Identifikasi kegiatan di tempat khusus misalnya ruang perawatan, ruang
farmasi/obat dst.
F. LANGKAH 6
Identifikasi masalah yg berkaitan dengan : ventilasi, pipa ledeng, listrik
dalam hal terjadinya kemungkinan pemadaman
G. LANGKAH 7
Identifikasi langkah-2 pencegahan , menggunakan penilaian sebelumnya,
apa jenis bariernya (misalnya bariernya dinding yang tertutup rapat).
Apakah HEPA filter diperlukan.
(Catatan : Selama dilakukan kontruksi maka Area yang di
renovasi/kontruksi seharusnya diisolasi dari area yang dipergunakan dan
merupakan area negatif terhadap daerah sekitarnya)
H. LANGKAH 8
Pertimbangkan potensial risiko dari kerusakan air. Apakah ada risiko akibat
merusak kesatuan struktur (misal : dinding, atap, plafon).
I. LANGKAH 9
Jam Kerja : dapat atau pekerjaan akan dilakukan selama bukan jam
pelayanan pasien
J. LANGKAH 10
K. LANGKAH 11
Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe tempat/bak cuci
tangan.
L. LANGKAH 12
Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimum bak/tempat cuci
tangan tersebut.
M. LANGKAH 13
Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan rencana relatif terhadap utilitas ruangan
bersih dan kotor.
N. LANGKAH 14
Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan tersebut dengan tim
proyek (misalnya arus lalu lintas, rumah tangga, pembersihan puing
(bagaimana dan kapan).
(Lampiran Excel)