PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
mewajibkan untuk melakukan pengendalian terhadap bahaya dan risiko pada saat
kontruksi atau renovasi yang pada umumnya dilakukan oleh kontraktor di rumah
sakit. Bahaya dan risiko yang dapat ditimbulkan oleh pekerjaan yang
infeksi, debu, getaran, kebakaran dan juga pencemaran lingkungan. Komite K3RS
Pelaksanaan pekerjaan pembangunan dan renovasi adalah pekerjaan yang melibatkan berbagai unsur
keilmuan diantaranya, sumber daya manusia (tenaga kerja), teknologi yang mencakup peralatan dengan
metode kerja dan disiplin ilmu sosial serta sistem pengelolaan yang mendukung terlaksananya pekerjaan
pembangunan dan renovasi. Upaya pengendalian kecelakaan pembangunan dan renovasi harus
memperhatikan semua unsur tersebut diatas. Pekerjaan renovasi, konstruksi, pembongkaran dan beberapa
kegiatan pemeliharaan maupun perbaikan memiliki potensi yang dapat memberikan dampak pada proses
perawatan pasien di lingkungan rumah sakit. Sehingga untuk meminimalisir risiko yang ada di Rumah Sakit
perlu adanya proses penilaian risiko Pra-Konstruksi atau sebelum konstruksi tersebut berlangsung. Penilaian
risiko Pra – Konstruksi ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi risiko yang bisa timbul dari kegiatan
renovasi, konstruksi, pembongkaran dan lain sebagainya yang berdampak pada pelayanan di Rumah Sakit
Artha Bunda dan mengembangkan strategi mitigasi risiko untuk meminimalkan risiko. Elemen penilaian yang
harus dipertimbangkan dalam proses ini termasuk : 1. Keselamatan Keamanan Konstruksi 2. Kualitas Udara 3.
Pengendalian Infeksi (ICRA) 4. Utilitas 5. Kebisingan 6. Getaran 7. B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) 8.
Pelayanan Kedaruratan 9. Risiko-risiko lain yang memengaruhi perawatan, penyembuhan, dan pelayanan.
Langkah awal dari seluruh kegiatan adalah mengidentifikasi elemen penilaian yang digunakan untuk menilai
proses pre construction. Pada akhir proses penilaian risiko akan menghasilkan rekomendasi mitigasi risiko
individu atau pihak yang menyelesaikan pekerjaan dan akan menjadi bagian dari dokumentasi
proyek.Penanggungjawab dari proses ini adalah : 1. Tim Pelaksana 2. Tim Pengawas 3. Tim Perencana 4. Tim
Teknis Rumah Sakit 5. Tim PPK Rumah Sakit 6. Tim K3 (RS dan Tim Pelaksana) 7. Tim PPI 8. Bagian Sanitasi
Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana 9. Unit Kerja yang terkena dampak proses konstruksi
B. Maksud dan Tujuan 1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan maupun renovasi di lingkungan
Rumah Sakit. 2. Mencegah dan pengendalian bahaya selama berlangsungnya pengerjaan proyek 3. Sebagai
acuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja. 4. Meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit meliputi, kualitas pelayanan, manajemen risk clinical govermance.
BAB II
KEBIJAKAN
1. PCRA merupakan bagian yang penting pada perencanaan renovasi, kontruksi dan pemeliharaan bangunan di
rumah sakit. Assessment PCRA mulai dilakukan sebelum pekerjaan proyek dimulai dan assesment meliputi
seluruh aktivitas pekerjaan dari pelatakan batu pertama hingga serah terima gedung. 2. Komite Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) akan melakukan assessment PCRA secara proaktif sejak fase awal desain perencanaan
sampai fase akhir proyek untuk semua renovasi, kontruksi dan proyek-proyek pemeliharaan banguan. Dalam
pelaksanaannya Komite K3 dibantu oleh bagian umum, IPSRS, penaggungjawab proyek dan pengawas proyek
yang akan bersama-sama mengawasi jalannya kontruksi berlangsung serta memantau berjalannya sistem
pencegahan dan pengendalian infeksi. 3. Assessment PCRA difokuskan terutama pada pencegahan, selain itu
BAB II
DEFINISI
rumah sakit dapat berdampak pada setiap orang di rumah sakit dan pasien
pasien. Debu konstruksi dan bau dapat mengubah kualitas udara yang dapat
Karena itu rumah sakit perlu melakukan assemen risiko setiap ada kegiatan
risiko harus sudah dilakukan pada waktu perencanan atau sebelum pekerjaan
ada upaya pengurangan risiko terhadap dampak dari kontruksi, renovasi, dan
demolis tersebut.
rumah sakit perlu melibatkan semua unit dan instalasi pelayanan klinis yang
terkena dampak dari konstruksi tersebut, konsultan perencana atau manajer
(K3RS), Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), Sub Bagian Umum,
serta IPSRS. Risiko terhadap pasien, keluarga, staf, pengunjung, vendor, pekerja
kontrak, dan entitas diluar pelayanan dapat bervariasi tergantung pada sejauh
melibatkan gedung baru yang terletak terpisah dari bangunan yang menyediakan
pelayanan saat ini, maka risiko untuk pasien dan pengunjung cenderung menjadi
minimal.
pelayanan dan keselamatan pasien. Area yang harus dilakukan asesmen risiko,
meliputi :
1. Kualitas udara
3. Sistem utilitas
4. Suara
5. Vibrasi
6. Bahan berbahaya
Sebagai bagian dari asesmen risiko, risiko infeksi pada pasien dari konstruksi,
dievaluasi melalui Infection Control Risk Assesment (ICRA) oleh PPI jadi hubungan
PCRA dan ICRA adalah PCRA mencari risiko yang mungkin timbul akibat
pembangunan dari. PCRA dilakukan oleh K3RS atas permintaan Manajemen Rumah
Sakit. ICRA mencari risiko infeksi yang mungkin timbul apabila terjadi risiko dari
BAB III
RUANG LINGKUP
A. Alur Pembangunan atau Renovasi 1. Melakukan tinjauan terhadap lokasi yang akan dibangun 2. Pembuatan
rencana anggaran belanja 3. Mengajukan usulan pembangunan atau renovasi (proposal) 4. Permohonan
persetujuan ke Direktur rumah sakit dan Direktur PT (membuat analis terhadap pelayanan) 5. Mengerjakan
proyek pembangunan dan renovasi 6. Pembersihan lokasi pembangunan atau proyek 7. Serah terima kepada user
B. Penanggung jawab proses pembangunan atau renovasi dan urain tugas 1. Pelaksanaan pembangunan atau
renovasi : Swakelola/ pihak ketiga 2. Penanggung jawab pekerjaan : RS/ pihak ketiga (vendor) 3. Uraian tugas
penanggung jawab pembangunan atau renovasi C. Identifikasi area yang akan dilakukan pembangunan dan
renovasi Proses mencari informasi yang berkaitan dengan pembangunan atau renovasi D. Analisa dampak proses
pembangunan dan renovasi terhadap pelayanan. Melakukan kajian dan informasi yang didapat pada saat
melakukan identifikasi E. Langkah-langkah PCRA renovasi/ pembangunan F. Pelaksanaan proses pembuangan G.
Laporan dan dokumentasi H. Lampiran – lampiran
Assessment (PCRA) meliputi kualitas udara, Infection Control Risk Assessment (ICRA),
dokumentasikan. sebagai bagian dari penilaian risiko. Risiko yang dapat terjadi pada
pasien dinilai dengan menggunakan metode ICRA (Infection Control Risk Assessment)
Pelaksanaan tidak lengkap atau tidak efektif dari PCRA dapat meningkatkan
biaya konstruksi untuk rumah sakit dan menempatkan keadaan bagi pasien, petugas
rumah dan pengunjung beresiko terkena efek negatif dari kegiatan konstruksi
tersebut.
Tujuan dari proses penilaian Pra-Contruction Risk Assessment (PCRA) ini adalah
untuk mengidentifikasi potensi risiko yang bisa ditimbul dari pekerjaan konstruksi
serta dapat untuk meminimalkan risiko tersebut. Pada akhir proses penilaian risiko
akan ada rekomendasi mitigasi risiko (RMR) yang akan dihasilkan. Rekomendasi
mitigasi risiko akan ditinjau oleh individu atau pihak yang menyelesaikan pekerjaan
BAB IV
TATA LAKSANA
1. PCRA merupakan bagian yang penting pada perencanaan renovasi, kontruksi dan pemeliharaan bangunan
di rumah sakit. Assessment PCRA mulai dilakukan sebelum pekerjaan proyek dimulai dan assesment
meliputi seluruh aktivitas pekerjaan dari pelatakan batu pertama hingga serah terima gedung. 2. Komite
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan melakukan assessment PCRA secara proaktif sejak fase awal
desain perencanaan sampai fase akhir proyek untuk semua renovasi, kontruksi dan proyek-proyek
pemeliharaan banguan. Dalam pelaksanaannya Komite K3 dibantu oleh bagian umum, IPSRS,
penaggungjawab proyek dan pengawas proyek yang akan bersama-sama mengawasi jalannya kontruksi
berlangsung serta memantau berjalannya sistem pencegahan dan pengendalian infeksi. 3. Assessment
PCRA difokuskan terutama pada pencegahan, selain itu pemantauan, pengujian, dan intervensi ketika
teridentifikasi terjadinya suatu masalah.
B. URAIAN TUGAS PENANGGUNG JAWAB PELAKSANA PEMBANGUNAN ATAURENOVASI 1.
Pelaksanan pembangunan atau renovasi A. Swakelola Pelaksana pembangunan atau renovasi dilakukan
sendiri oleh pihak RumahSakit B. Pihak ketiga/ vendor Pelaksana pembangunan diserahkan kepada pihak
lain di luar (pihak ketiga)tidak dilakukan oleh Rumah Sakit. 2. Penanggung jawab proses pembangunan
dan renovasi terdiri dari pihak Rumah Sakit a. Penanggung jawab : Kepala Bagian Umum b. Tugas :
Menyusun perencanaan proses pengerjaan, termasuk menyusn gambar teknik dan anggaran. Melakukan
analisa dampak terhadap proses pelayanan bersama dengan Komite PPI, K3RS. Melakukan koordinasi
dengan pihak user selama proses pengerjaan Melakukan pengawasan terhadap pihak kontraktor terutama
di bidang aspek keselamatan serta detail Mengawasi proses serah terima dari kontaktor ke user setelah
pekerjaan selesai Melakukan dokumentasi proses kontruksi/renovasi 3. Pihak kontraktor a. Penanggung
jawab Pimpinan proyek atau perwakilan perusahaan kontraktor yang bertanggung jawab atas proses
pengerjaan. b. Tugas Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit dalam hal perencanaan pengerjaan
sehubungan dengan hasil analisa dampak serta melakukan antisipasi terhadap kemungkinan dampak
tersebut
Berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit sehubungan dengan pengadaan dan penempatan material yang
diperlukan untuk proses konstruksi dan renovasi yang akan dilakukan Memastikan bahwa seluruh pekerja
dan proses pengerjaan yang terjadi mengikuti standar keselamatan dan pencegahan serta pengendalian
infeksi yang berlaku di Rumah sakit Artha Bunda Mengawasi pengerjaan proyek dari hari kehari
Memastikan bahwa proses pengerjaan berlangsung sesuai dengan rencana Melakukan pembersihan
berkala sesuai perencanaan Melakukan koordinasi harian dengan pihak Rumah Sakit Artha Bunda
Melakukan penyerahan hasil proyek kepada pihak Rumah Sakit Artha Bunda C. IDENTIFIKASI
PERENCANAAN PEMBANGUAN ATAU RENOVASI 1. Fasilitas yang akan dibangun Pembanguan
atau renovasi diluar gedung atau didalam gedung dengan menyebutkan unit atau area 2. Luas area yang
akan dibangun Disebutkan dengan besaran ukuran misalkan m2 3. Material apa yang digunakan, contoh :
semen, kayu, batu bata dll 4. Lama perkerjaan : hari, minggu, bulan, atau tahunan 5. Unit terkait dalam
pembuatan pembangunan atau renovasi 6. Ijin-ijin yang terkait dengan pembanguan atau renovasi
contohnya : IMB, Ijin penggunaan air tanah dll 7. Hasil koordinasi atau notulen rapat dengan komite K3RS
dan KPPI 8. Potensi kecelakaan kerja yang kemungkinan terjadi seperti : terjatuh, tertimpa, terpotong,
terlindas, dll D. PENILAIAN RESIKO PEMBANGUNAN ATAU RENOVASI TERHADAP
PELAYANAN Penilaian dampak : 1. Penilaian dampak dilakukan seobjektif mungkin dengan
mengumpulkan informasi sebelum menilai resiko dari suatu aktifitas
2. Informasi tentang suatu aktifitas (durasi, frekuensi, lokasi dan siapa yang melakukan) 3. tindakan
pengendalian resiko yang telah ada peralatan atau mesin yang dugunakan untuk melakukan aktifitas E.
LANGKAH-LANGKAH PCRA RENOVASI/PEMBANGUNAN Langkah 1. Meeting Kordinasi Proyek
Adalah melakukan pertemuan dengan seluruh pihak terkait proyek renovasi/pembangunan. Saat pertemuan
ini dibahas mengenai proyek yang akan dilaksanakan, mulai dari denah proyek, jadwal proyek, pekerja
proyek dan jenis proyek. Langkah 2 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko Selanjutnya adalah tahap
identifikasi bahaya di setiap kegiatan proyek, dari peletakan batu pertama hingga serah terima hasil
pekerjaan. Pada tahap ini diharapakkan kontraktor menyerahkan atau menjelaskan seluruh tahapan proses
pembangunan/renovasi. Kemudian Tim K3 akan melakukan identifikasi bahayanya dan penilaian resiko
nya
Risiko yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya (grading) dengan memperhatikan :
Rating Konsekuen Tingkat Konsekuensi Efek Terhadap Efek Terhadap Efek Pada Lingkungan
Rumah Sakit
5 Fatal Cacat tetap atau Perusahaan Menimbulkan
dapat mengakibatk berhenti/tutu p atau kerusakan lingkungan
an kematian rugi mulai dari Rp 1 yang sangat besar
milyar keatas dan luas, bersifat
permanen
(berdampak jangka
panjang dan tidak
bisa direhabilitasi)
serta memberikan
dampak langsung
terhadap masyarakat
luas
4 Berat Epidemic, Cidera Menghentik Menimbulkan
yang berakibat hari an proses di kerusakan lingkungan
hilang dan berakibat beberapa/dep yang besar dan luas,
cacat sebagian artemen atau rugi terus menerus dalam
kurang dari Rp 1 jangka waktu yang
milyar dan mulaidari panjang dapat
Rp. 100.000.000 direhabilitasi tetapi
mkemerlukan biaya
yang mahal
3 Sedang Cidera yang Menghentikan Menimbulkan
berakibat hari proses di suatu kerusakan lingkungan
hilang (lost time) bagian/depart emen yang besar (melebihi
tanpa berakibat atau rugi kurang nilai baku mutu
lingkungan/ketentuan
caca dari Rp100.000.000
lainnya) dan luas
dan mulai dari (menyebar sampai
keluarlokasi/tempat
Rp.1.000.000
kejadian) namun
tidak bersifat
permanen.
2 Ringan Cidera ringan Menghentikan Menimbulkan
mendapat P3K atau proses sebagian kerusakanlingkungan
perawatan medis kecil atau rugi di wilayah setempat
dan dapat bekerja kurang dari yang dapat segera
kembali di waktu Rp1.000.000 ditangani dan tidak
shiftnya Danmulai dari Rp 1 bersifat permanen
1 Nearmis Hanya memerlukan Tidak ada pengaruh Tidak ada polusi yang
penanganan P3K signifikan dan dapat
diabaikan
Langkah 3 Analisa Resiko Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko tersebut untuk menentukan prioritas
penanganan dan level manajemen yang harus bertanggung jawab untuk mengelola/mengendalikan risiko/
tersebut termasuk dalam kategori biru/hijau/kuning/merah. 1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan
dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan grading yang didapat dalam analisis. 2. Pemeringkatan memerlukan
keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan meliputi proses berikut : a. Menilai secara obyektif
beratnya/dampak/akibat dan menentukan suatu skor b. Menilai secara obyektif kemungkinan/peluang/frekuensi
suatu peristiwa terjadi dan menentukan suatu skor c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko
Penilaian risiko akan dilaksanakan sebagai berikut. a. Resiko dinilai oleh Tim K3, yang akan mengidentifikasi
bahaya, efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko. b. Resiko dinilai oleh
unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait. Setelah resiko ditetapkan, maka kemudia resiko akan dilakukan
grading/pemeringkatan untuk mendapatkan nilai tingkat peluang terjadi dan tingkat dampak nya. Setelah
didapat, maka akan dikalikan dengan rumus berikut SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG 4. Analisa Resiko a.
Resiko dinilai oleh Tim K3 b. Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait. Setelah mendapatkan
skor resiko, maka Tim K3 akan menganalisa resiko tersebut dengan menggunakan Risk Grading Matriks
adalah mengidentifikasi elemen penilaian yang digunakan untuk menilai proses Pre-
Construction Meeting (PCM). Pada akhir proses penilaian risiko akan menghasilkan
rekomendasi mitigasi risiko (RMR). RMR ini akan ditinjau oleh individu atau pihak
yang menyelesaikan pekerjaan dan akan menjadi bagian dari dokumentasi proyek.
Penanggung jawab dari proses ini adalah Tim Pelaksana, Tim Pengawas, Tim
Perencanaan, Tim Teknis Rumah Sakit, Tim PPK Rumah Sakit, Tim K3 (Rumah Sakit
dan Tim Pelaksana, Tim PPI, Bagian Sanitasi atau Kesehatan Lingkungan, Instalasi
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana (ISPRS) serta Unit Kerja yang terkena dampak
proses konstruksi.
KOMPARTEMEN
2 Apakah proyek membutuhkan partisi tahan asap sementara ?
Partisi tersebut harus bebas asap dan terbuat dari material yang
tidak mudah terbakar
HOT WORK
1 Apakah terdapat pekerjaan yang dapat menimbulkan panas dan
percikan api selama proses proyek berlangsung ?
AREA POSTING
1 Apakah terdapat media informasi terkait standar keselamatan
dan kesehatan kerja yang tertempel di area proyek ?
a. Kelas I
Upaya pengendalian yang dilakukan berdasarkan grading adalah sebagai
berikut :
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
SEBELUM PEKERJAAN SAAT PEKERJAAN SAAT PEKERJAAN SELESAI
BERLANGSUNG
- PCM (Pre Construction - Melakukan peke kan - Membersihkan area
Meeting) untuk pekerjaan dengan konstruksi dari sisa
mengkomunikasikan meminimalisir adanya debu material atau
langkah pekerjaan selama konstruksi berjalan pembongkaran
secara detail - Segera menutup kembali - Menghilangkan debu an
- Menutup lokasi proyek plafon atau langit-langit debu yang masih tersisa
dengan pembatas setelah dilakukan selama proses konstruksi
sehingga menghindari pembongkaran sebelum meninggalkan
kontaminasi debu - Akses keluar masuk pekerja area konstruksi
- Memberi tanda bebas dari puing-puing
petunjuk atau bangunan
peringatan yang jelas - Alat angkut material harus
- Rute transportasi tertutup
barang bersih tidak - Pintu keluar masuk proyek
dekat dengan material selalu tertutup
yang terkontaminasi - Mempertahankan lingkungan
pekerjaan tetap kering
- Memastikan barang-barang
yang mendukung
pertumbuhan kuman tidak
digunakan
b. Kelas II
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
SEBELUM PEKERJAAN SEBELUM PEKERJAAN SEBELUM PEKERJAAN
- PCM (Pre Construction - Ketika sed ika sedang - Mengelap perm ap
Meeting) untuk proses pemotongan, permukaan dengan
mengkomunikasikan semprotkan sedikit air agar desinfektan.
langkah pekerjaan secara debu tidak berterbangan - Membersihkan permukaan
detail - Ketika men ika dengan kain pel basah
- Menutup pintu, jendela mengangkut material dan atau vacuum sebelum
dan ventilasi yang tidak sampah sisa meninggalkan area
digunakan untuk pembangunan konstruksi
menghindari debu menggunakan container - Membuka kembali
- Menutup lokasi proyek yang tertutup ventilasi, jendela dan pintu
dengan pembatassehingga - Segera menutup kembali yang sebelumnya tertutup
menghindari kontaminasi plafon atau langit – langit
debu setelah dilakukan
- Menyediakan filtrasi filtrasi pembongkaran
pada local exhaust - Akses keluar masuk
- Menggunakan isolas an pekerja bebas dari puing-
isolasi system HVAC di puing bangunan
area konstruksi untuk - Pintu keluar masuk
mencegah kontaminasi proyek selalu tertutup
pada sistem salurannya - Bagian kebersihan, harus
- Memasang unit udara melakukan pembersihan
negative portable, yang lebih sering disekitar area
harus dioperasikan selama yang berdekatandengan
masa konstruksi area konstruksi
- Memperhatikan akses- - Memonitoring filt ing filter
akses untuk pekerja proyek selama konstruksi
dengan material dan sisa berlangsung
pembongkaran, sebaiknya
dibedakan
- Membedakan akses antara
pekerja proyek dengan
pasien dan pekerja rumah
sakit
- Memberi tanda petunjuk
atau peringatan yang jelas
- Rute transportasi barang
tidak dekat dengan
material yang
terkontaminasi
c. Kelas III
Tambahan dari Kelas I dan II
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
SEBELUM PEKERJAAN SEBELUM PEKERJAAN SEBELUM PEKERJAAN
- PCM (Pre Construction - Ketika sed ika sedang - Sistem ventilasi harus
Meeting) untuk proses pemotongan, dibersihkan setelah
mengkomunikasikan semprotkan sedikit air konstruksi selesai
langkah pekerjaan secara agar debu tidak - Mengalirkan air di area
detail berterbangan konstruksi dan sekitarnya
- Menutup pintu, jendela - Udara dida ra didalam sebelum ditempati
dan ventilasi yang tidak gedung yang dilakukan - Mengecek ulang suhu
digunakan untuk renovasi akan sebelum ditempati
menghindari debu disirkulasikan keluar - Jangan melepas
- Menutup lokasi proyek secara berkala dengan penghalang debu terlebih
dengan pembatas minimal sistem HEPA Filter dahulu sebelum pekerjaan
2 lapis atau menggunakan - Ada sumber listrik proyek selesai dan
papan hingga langit - langit alternatif yang dapat dilakukan pembersihan
sehingga menghindari digunakan apabila terjadi area proyek secara
kontaminasi debu listrik mati menyeluruh dan siap
- Menyediakan filtrasi filtrasi - Kontraktor wajib untuk digunakan.
pada local exhaust mengirimkan lembar kerja - Meninjau ulang kondisi
- Membuat isolasi system ICRA, daftar kontrol dan area proyek dengan Tim PPI
HVAC di area konstruksi kontak informasi di sebelum melepas
untuk mencegah tempat kerja pengahalang debu
kontaminasi pada system - Mempertahankan tekanan - Melepaskan penghalang
salurannya udara negatif di tempat debu dengan hati-hati
- Memasang unit udara kerja minimal 0,01 "WG untuk meminimalkan debu
negative portable, yang - Ketika mengangkut dan kotoran dari
harus dioperasikan selama material dan sampah sisa pekerjaan konstruksi
masa konstruksi pembangunan
- memperhatikan akses menggunakan container
untuk pekerja proyek yang tertutup
dengan material dan sisa - Akses keluar masuk
pembongkaran, sebaiknya pekerja bebas dari puing-
dibedakan puing bangunan
- Membedakan akses antara - Frekuensi penggantian
pekerja proyek dengan filter udara ditingkatkan
pasien dan pekerja rumah - Pintu keluar masuk
sakit proyek selalu tertutup
- Memberi tanda petunjuk - Segera menutup kembali
atau peringatan yang jelas plafon atau langit-langit
- Rute transportasi barang setelah dilakukan
tidak dekat dengan pembongkaran
material yang - Bagian kebersihanharus
terkontaminasi melakukan pembersihan
lebih sering disekitar area
yang berdekatan dengan
area konstruksi
- Membersihkan sampah
sisa konstruksi sebelum
meninggalkan area
konstruksi
- Melakukan pemeriksaan
terhadap pengahalang
debu setiap hari dan
mendokumentasikan
hasilnya
- Sistem ventilasi yang si
yang baru harus
dilindungi dari debu
konstruksi sampai
pekerjaan konstruksi
selesai
d. Kelas IV
Tambahan dari Kelas I, II dan III
PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA
SEBELUM PEKERJAAN SEBELUM PEKERJAAN SEBELUM PEKERJAAN
- Memberikan fasilitas - Pekerja konstruksi akan - Pekerja meng erja
meminta untuk setaip membersihkan area menggunakan apron atau
pekerja yang masuk dan anteroom sebelum baju khusus ketika memasuki
keluar area proyek pekerjaan konstruksi area proyek dan melepasnya
melewati anteroom. diserah terimakan ke ketika menggialkan area
Anteroom tersebut berguna pihak rumah sakit proyek
untuk sebagai ruang - Setiap pekerja yang masuk
antara area proyek dengan area proyek wajib
area non proyek, atau menggunakan penutup
daerah sekitar proyek sepatu.
C. SISTEM UTILITAS
URAIAN OBSERVASI
1. Selama kegiatan proyek yang salah satu dari berikut mungkin YA TIDAK
terganggu atau terpengaruh di daerah manapun di luar area kerja?
2. Pasokan Air, drainase, daya listrik, sistem ventilasi, oksigen, vacum,
katup sprinkle, dll. Untuk salah satu sistem satu sistem di mana
gangguan yang diramalkan tolong jelask ong jelaskan langkah -
langkah yang harus diambil untuk mengurangi dampak.
3. Kebisingan dan Getaran Assessment, Sebutkan kegiatan yang akan
menghasilkan kebisingan dan/atau getaran mungkin
4. mengganggu:Aktivitas
5. Waktu & Durasi
6. Strategi Mitigasi
D. LINGKUNGAN
OBSERVASI
NO URAIAN
YA TIDAK
1 Siapa yang bertanggung jawab untuk membersihkan sehari-hari di
dalam area kerja ?
2 Apakah membersihkan lokasi diperlukan pada akhir setiap hari kerja?
Jika Ya, siapa yang bertanggung jawab untuk membersihkan Lokasi ?
3 Apakah ada kebutuhan khusus yang diperlukan untuk
membersihkan lokasi pada akhir proyek ?
4 Harap memberikan daftar setiap Bahan Berbahaya digunakan atau
disimpan di dalam wilayah proyek ?
5 Apakah pekerjaan cenderung menghasilkan setiap bau berbahaya
atau tidak biasa ? Jika Ya, langkah-langkah apa yang harus diambil
untuk meminimalkan dampak ?
6 Apakah ada kontaminan dikenal ?
Langkah-langkah apa yang harus diambil untuk meminimalkan
dampak?
7 Apakah pekerjaan yang direncanakan meliputi hal-hal berikut?
- Memasuki Ruang Sempit Penggalian
- Cranes atau mengangkat peralatan
- Gangguan pejalan kaki atau kendaraan lalu lintas
- Pekerjaan membutuhkan perlindungan jatuh
- Pekerjaan listrik
- Rekomendasi tambahan untuk mengurangi atau mengurangi risiko
untuk pekerjaan ini.
8 Rumah Sakit Mengelola itu Lingkungan selama Demolition, Renovasi,
atau Konstruksi Baru untuk Mengurangi Risiko
BAB V
DOKUMENTASI
Pencatatan penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi atau konstruksi dengan menggunakan metode PCRA
dilakukan oleh IPS (instalasi Pemeliharaan Sarana) Rumah Sakit dan Komite K3 Rumah Sakit bila terdapat proyek
pemeliharaan, perbaikan, pembongkaran, konstruksi maupun renovasi di Rumah Sakit. Pelaporan pemantauan
penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi atau konstruksi dilakukan oleh komite K3 Rumah Sakit
bekerjasama dengan IPS Rumah Sakit dan dilaporkan ke Direktur Utama setiap 6 bulan sekali.
1. Identitas Pekerja
Nama Pekerjaa :
Waktu Pelaksanaan : ................... Konsultan Perencana : .............................
Tenaga Kerja : ................... Kontraktor Pelaksana : .............................
No. Dokumen : ................... Konsultan Pengawas : .............................
2. Lokasi Pekerjaan
Gedung : ...................
Lantai : ...................
No. Kamar/Ruangan : ...................
Risk Level : ...................
Tipe Konstruksi : ...................
BAB VI
PENUTUP
Demikian Panduan Pre-Construction Risk Assesment (PCRA) ini kami buat agar
pemeliharaan gedung yang akan dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Padang Panjang. Yang tujuannya untuk meminimalisir risiko yang akan terjadi akibat