KONTRUKSI (PCRA)
i
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM GRHA BHAKTI MEDIKA
NOMOR: 151/GBM/SK-DIR/1/2022
TENTANG
Dengan catatan :
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini,
maka diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
ii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
II. LATAR BELAKANG....................................................................................................................1
III. PENGERTIAN...............................................................................................................................2
IV. RUANG LINGKUP........................................................................................................................2
V. KEBIJAKAN..................................................................................................................................2
VI. TATA LAKSANA..........................................................................................................................7
iii
I. PENDAHULUAN
Mutu pelayanan sebagai hasil dari sebuah sistem dalam organisasi pelayanan
kesehatan dipengaruhi oleh komponen struktur dan proses Organisasi (struktur dan
budaya), manajemen, sumber daya manusia, teknologi, peralatan, financial adalah
komponen dari struktur. Proses pelayanan, prosedur tindakan, sistem informasi, sistem
administrasi, sistem pengendalian, pedoman merupakan komponen proses. Keselamatan
pasien merupakan hasil interaksi anatara komponen struktur dan proses. Mutu pelayanan
rumah sakit dapat dilihat dari segi aspek-aspek sebagai berikut : aspek klinis (pelayanan
1
dokter,keselamatan pasien )
III. PENGERTIAN
Asesmen Risiko Pra Konstruksi secara komprehensif dan proaktif digunakan untuk
mengevaluasi risiko dan kemudian mengembangkan rencana agar dapat meminimalkan
dampak kontruksi, renovasi atau penghancuran/demolis sehingga pelayanan pasien tetap
terjaga kualitas dan keamanannya.
Rumah Sakit menentukan regulasi tentang asesmen Risiko Pra Kontruksi (PCRA)
oleh Tim K3RS dan PPI, lainnya untuk evaluasi tentang asesmen Risiko Pra Kontruksi
(PCRA) meliputi :
V. KEBIJAKAN
1. KEBIJAKAN UMUM
2. KEBIJAKAN KHUSUS
Selain itu, rumah sakit bersama dengan manajemen kontruksi (MK) memastikan
bahwa kepatuhan kontraktor dipantau, ditegakan dan didokumentasikan. Sebagai
bagian dari penilaian risiko, risiko pasien infeksi dari kontruksi dievaluasi melalui
infeksi penilaian risiko control juga dikenal sebagai ICRA. (juga lihat PPI 7.5)
dalam menyusun PCRA, individu atau organisasi yang ditunjuk untuk melakukan
pengawasan dan penerapan manajemen risiko fasilitas yang ada di MFK.3 agar
melakukan koordinasi dengan organisasi PPI karena antara PCRA dan ICRA
merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
2) PCRA merupakan pengkajian nilai kualitatif dan kuantitatif risiko cedera atau
infeksi terkait aktifitas di fasilitas pelayanan kesehatan serta mengenali
ancaman bahaya aktifitas tersebut.
3) Kontruksi, renovasi dan demolisi akan menimbulkan debu yang mengandung
flamen-flamen jamur, seperti Aspergillus dan juga potensial pathogen
4) Cara mengidentifikasi risiko infeksi, identifikasi jenis aktifitas dengan
mempertimbangkan pasien, petugas kesehatan dan resiko terhadap
pengunjung.
5) Analisis risiko, di identifikasi kemungkinan konsekuensi dari program untuk
pasien, petugas, pengunjung dan lingkungan
a) Pre Renovasi
Sebelum renovasi ada rapat koordinasi antara bagian teknik,
Tim MFK, PPIRS,K3RS, unit sanitasi, dan vendor
Tim MFK, PPIRS melakukan pengkajian risiko dan membuat
izin renovasi/demolisi
Sebelum pelaksanaan pembangunan dan renovasi bangunan
Tim PPIRS,K3RS dan Unit Sanitasi Lingkungan memberikan
edukasi kepada pihak perencana dan pelaksana proyek tentang
pencegahan terjadinya penularan penyakit akibat renovasi.
Selama proses pembangunan pelaksanaan proyek wajib
menggunaan APD sesuai K3
Setelah pembangunan selesai Tim MFK melakukan Evaluasi
kembali melalui cek list renovasi bangunan.
b) Selama Renovasi, selama dalam proses pembangunan, tim pengawas
4
proyek (Taud, Tim MFK, PPI, K3 dan Kesling) melakukan monitoring
terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai Surat Kesepakatan.
c) Aktifitas kontruksi berdasarkan tipe :
1) Tipe Aktifitas ditentukan dengan :
Banyaknya debu yang ditimbulkan
Potensi terhadap aerosol air
Lama pekerjaan kontruksi
Jumlah system pendingin ruangan dan ventilasi yang
terpadu.
2) Ada 4 tipe:tipe A,B,C dan D
Tipe A
Inspeksi dan aktivitas non invasive
Jenis pekerjaan : mengangkat papan plavon
untuk inspeksi visual terbatas pada 1 papan per
square feet
Pengecetan dll.
Tipe B
Skala kecil, durasi aktivitas pendek yang dapat
menghasilkan debu minimal
Jenis pekerjaan : instalasi telepon dan kabel
computer, akses untuk ke ruangan, memotong
dinding atau langit-langit dimana migrasi debu
dapat dikontrol
Tipe C
Aktifitas yang menghasilkan debu dari tingkat
moderat sampai tinggi atau membutuhkan
penghanncuran atau pemusnahan komponen
kerangka gedung
Jenis pekerjaan : melakukan plesteran dinding
untuk di cat atau pelapisan dinding, mengangkat
penutup lantai, papan plavon, dan papan
penghalang, kontruksi dinding baru, membuat
akses kerja minor, atau pekerjaan listrik di atas
Tipe D
- plavon, aktifitas kabel mayor, pekerjaan
yang tidak bias diselesaikan dalam satu shift
Penghancuran mayor dan proyek bangunan
Jenis pekerjaan : aktifitas yang membutuhkan
kerja shift yang berkelanjutan, membutuhkan
penghancuran besar, pengangkatan system kabel
yang lengkap, kontruksi baru.
d) Berdasarkan Kelompok Risiko
1) Risiko rendah : pada area kantor, non patient area
2) Risiko sedang :
5
Selasar atau halaman ruang rawat inap
Radiologi
Pendaftaran/Rekam medic
Dapur
3) Risiko Tinggi
Poliklinik
IGD
Unit hemodialisa
Ct Scan
Laboraturium
Farmasi
Vk
Unit Teknik
4)Risiko sangat tinggi
R. Isolasi tiap ruangan rawat inap
ICU/ICCU
Kamar Bedah
e) Level PCRA. Berdasarkan tabel antara Tipe Pekerjaan Kontruksi dan
Kelompok Risiko Bangunan.
1) Level I
Lakukan pekerjaan dengan metode yang dapat
meminimalisir debu dari aktifitas kontruksi
Mengganti/menggeser papan langit-langit yang salah
posisi
2) Level II
Melakukan metode yang aktif untuk mencegah debu
berterbangan dari tempatnya ke udara
Semprotan air ke permukaan kerja untuk mengontrol
debu pada saat memotong
Tutup pintu yang tidak dipakai dengan selotip
Memblok dan menutup ventilasi udara
Letakan keset di pintu masuk dan keluar dari area
kontruksi
Lepaskan atau lakukan isolasi system HVAC di area
kerja
3) Level III
Jaga tekanan negative udara dalam area kerja
menggunapak HEPA yang dilengkapai dengan unit
filtrasi udara
Pengiriman atau kereta, tutup rapat dengan selotip
kecuali sudah ada penutupnya.
4) Level IV
Jaga tekanan negative udara dalam area kerja
menggunakan HEPA yang dilengkapi dengan unit
filtrasi udara
6
Tutup lubangm pipa-pipa, sambungan-sambungam dan
bolongan-bolongan dengan benar
Setiap petugas yang memasuki area kerja harus
memakai pelindung diri lengkap
Jangan melepaskan penghalang dari area kerja sampai
proyek selesai.
Tata laksana tahap prakontruksi pada tahap prakontruksi kegiatan yang diperlukan
menimbulkan dampak sebagai berikut : survey lapangan, pengadaan lahan, mobilisasi tenaga
kerja untuk kontruksi, mobilisasi alat, pengadaan material dan pematangan lahan.
1) PCRA merupakan pengkajian kontruksi secara keseluruhan salah satunya adalah nilai
kualitatif dan kuantitatif risiko cedera atau infeksi terkait aktifitas di fasilitas
pelayanan kesehatan serta mengenali ancaman bahaya aktivitas tersebut.
2) Kontruksi, renovasi dan demolisi akan menimbulkan debu yang mengandung flamen-
flamen jamur, seperti aspergillus dan juga potensi pathogen lain.
3) Cara mengidentifikasi risiko infeksi, identifikasi jenis aktifitas dengan
mempertimbangkan pasien, petugas kesehatan dan resiko terhadap pengunjung.
4) Analisis Risiko di identifikasi kemungkinan konsekuensi dari program untuk pasien,
petugas, pengunjung dan lingkungan
7
A Pre Renovasi
Sebelum renovasi ada rapat koordinasi antara bagian teknik, Tim
MFK, PPIRS,K3RS, Unit sanitasi dan vendor
Tim MFK dan PPIRS melakukan pengkajian risiko dan membuat
ijin renovasi/demolisi
Sebelum pelaksanaan pembangunan dan renovasi bangunan Tim
MFK,PPIPRS,K3RS dan Unit Sanitasi Lingkungan memberikan
edukasi kepada pihak perencana dan pelakana proyek tentang
pencegahan terjadinya penularan penyakit akibat renovasi
Selama proses pembangunan pelakanaan proyek wajib
menggunakan APD sesuai K3
Setelah pembangunan pengembangan selesai Tim MFK dan PPI
melakukan evaluasi kembali melalui cek list renovasi bangunan
B Selama Renovasi, selama dalam proses pembangunan. Tim pengawas
proyek (bagian harmat, Tim MFK, PPI, K3 dan kesling) melakukan
mpnitoring terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai Surat Kesepakatan.
C Aktifitas kontruksi berdasarkan Tipe :
a) Tipe aktifitas ditentukan dengan :
Banyaknya debu yang timbul
Potensi terhadap aerosol air
Lama pekerjaan kontruksi
Jumlah system pendingin ruangan dan ventilasi yang terpadu
b) Ada 4 tipe :Tipe A,B,C dan D
1) Tipe A
Inspeksi dan aktivitas non invasive
Jenis pekerjaan : mengangkat papan plavon untuk
inspeksi visual terbatas pada 1 papan per square feet
Pengecatan dll
2) Tipe B
Skala kecil, durasi aktivitas pendek yang dapat
menghasilkan debu minimal
Jenis pekerjaan : instalasi telepon dan kabel computer,
akses untuk ke ruangan, memotong dinding atau langit-
langit dimana migrasi debu dapat dikontrol
3) Tipe C
Aktivitas yang menghasilkan debu dari tingkat moderat
sampai tinggi atau membutuhkan penghancuran atau
pemusnahan komponen kerangka gedung
Jenis pekerjaan : melakukan plesteran dinding untuk di
cat atau pelapisan dinding, mengangkat penutup
lantai,papan plavon, dan papan penghalang, kontruksi
dinding baru, membuat akses kerja minor, atau
pekerjaan listrik di atas plavon, aktivitas kabel mayor,
pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan dalam satu shift
4) Tipe D
Penghancuran mayor dan proyek bangunan
8
Jenis pekerjaan : aktivitas yang membutuhkan kerja
shift yang berkelanjutan, membutuhkan penghancuran
besar, pengangkatan system kabel yang lengkap,
kontruksi baru.
c) Berdasarkan kelompok resiko
1) Resiko rendah : pada area kantor, non patient area
2) Resiko sedang
Selasar atau halaman ruang rawat inap
Radiologi
Pendaftaran/rekam medic
Dapur
3) Resiko Tinggi
Poliklinik
IGD
Unit Hemodialisa
Vk
Laboraturium
Farmasi
4) Resiko Sangat Tinggi
R. Isolasi tiap ruangan rawat inap
ICU/ICCU
R. strelisasi
Kamar Bedan
d) Level PCRA. Berdasarkan tabel antara tipe pekerjaan kontruksi dan
kelompok resiko bangunan
1) Level I
Lakukan pekerjaan dengan metode yang dapat
meminimalisir debu dari aktivitas kontruksi
Mengganti /menggeser papan langit-langit yang salah
posisi
2) Level II
Melakukan metode yang aktif untuk mencegah debu
berterbangan dari tempatnya ke udara
Semprotan air ke permukaan kerja untuk mengontrol
debu pada saat memotong
Tutup pintu yang tidak di pakai dengan solatip
Memblok dan menutup ventilasi udara
Letakan keset di pintu masuk dan keluar dari area
kontruksi
Lepaskan atau lakukan isolasi system HVAC di area
kerja
3) Level III
Jaga tekanan negative udara dalam area kerja menggunakan
HEPA yang di lengkapi dengan unit fasilitas udara
9
Pengiriman atau kereta , tutup rapat dengan selotip, kecuali
sudah ada penutupnya
.
4) Level IV
Jaga tekanan negative udara dalam area kerja
menggunakan HEPA yang di lengkapi dengan unit
fasilitas udara
Tutup lubang pipa, sambungan-sambungan dan
bolongan-bolongan dengan benar
Setiap petugas yang memasuki area kerja harus
memakai alat-alat pelindung diri
Jangan melepas penghalang dari area kerja sampai
proyek selesai
Kualitas udara
Untuk mengatasi polusi udara yang diakibatkan kegiatan renovasi yang berupa
pembongkaran tembok, kupas plesteran, pengamplasan, maka harus dilakukan
penyekatan,area pekerjaan dengan menggunakan triplek. Terpal, seng, atau bahan-bahan lain
yang dapat mencegah debu keluar dari area demolisi/renovasi, atau dengan cara membasahi
material yang akan dibongkar dengan air untuk mencegah debu berterbangan. Selain untuk
menanggulangi dampak yang berupa polisi udara, hal ini juga dapat mencegah timbulnya
infeksi yang disebabkan oleh debu. Adapun kandungan debu maksimal didalam udara
ruangan dalam pengukuran debu rata-rata 8jam adalah 0,15mg/m3.
Kebutuhan Utilitasi
a Kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih dapat dipenuhi dengan memanfaatkan
saluran air rumah sakit yang sudah ada di area renovasi, yang menggunakan system
tangki atap dan tangki tekan.
b Pembuangan air kotor. Pembuangan air kotor/limbah dapat dilakukan menggunakan
saluran air kotor terdekat yang sudah ada di area rumah sakit.
c Pembuangan sampah. Pembuangan sampah bongkaran material harus dilakukan
dengan rapi sehingga tidak menganggu kegiatan pelayanan di unit pelayanan
sekitarnya dan tidak mengganggu keindahan lingkungan.
d Instalasi listrik. Sumber daya listrik dapat diambil dari instalasi terdekat yang ada
dirumah sakit dengan memperhatikan segi keamanan dan kerapihan. Menggunakan
material/bahan-bahan standard an pengaturan kabel tidak berserakan.
10
INDEKS KEBUTUHAN UTILISASI
Kebisingan
Getaran
Apabila kegiatan demosili/renovasi akan menimbulkan dampak getaran yang sangat kuat,
sehingga mengganggu kenyamanan pengguna sekitarnya, maka kegiatan pelayanan harus
dipindahkan atau dihentikan sementara selama getaran tersebut timbul.
INDEKS GETARAN
Bahan Berbahaya
Bahan berbahaya atau beracun kerap disingkat B3 adalah zat atau bahan-bahan lain
yang dapat membahayakan kesehatan atau kelangsungan hidup manusia, makhluk lain,
dan atau lingkungan hidup pada umumnya.
11
Kejadian yang bersifat Emergency, dilakukan sesuai dengan SPO Gawat Darurat
12