Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN PENILAIAN PENGENDALIAN

RESIKO INFEKSI (INFECTION CONTROL


RISK ASSESSMENT/ICRA) FISIK BANGUNAN
RENOVASI RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT UMUM JATI HUSADA


KARANGANYAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sehingga tersusunnya Panduan
Infection Control Risk Assessment/ICRA Fisik Bangunan Renovasi Rumah Sakit ini, dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Rumah Sakit Umum Jati Husada
Karanganyar senantiasa meningkatkan penyelenggaraan peningkatan sarana dan prasarana yang
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Renovasi fisik bangunan rumah sakit dapat menyebabkan berbagai dampak yang dapat
menimbulkan resiko infeksi bagi pasien. petugas di pelayanan pasien, petugas pelaksana bangunan,
pengunjung dan area di sekitar rumah sakit. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa: paparan debu,
penularan melalui airborne, plafon yang dapat menimbulkan penyebaran jutaan spora jamur (jamur
pathogen aspergillus), masuknya air saat renovasi dapat meningkatkan resiko pertumbuhan jamur.
Selanjutnya dalam setiap renovasi atau pembangunan fisik bangunan rumah sakit diperlukan analisis
penilaian ICRA terlebih dahulu untuk pengendalian resiko infeksi di rumah sakit.

Panduan ini masih dikatakan jauh dari kesempurnaan dan akan selalu diperbaruhi sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Karanganyar, September 2020

Tim PPI

RSU Jati Husada Karanganyar

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ii
BAB I DEFINISI ................................................................................................................................. 1
A. PENGERTIAN.......................................................................................................................... 1
B. TUJUAN ................................................................................................................................... 1
C. SASARAN ................................................................................................................................ 1
BAB II RUANG LINGKUP ................................................................................................................ 3
BAB III TATA LAKSANA ................................................................................................................. 4
Langkah 1: Identifikasi Tipe Proyek Konstruksi ............................................................................. 4
Langkah 2 : Identifikasi Kelompok Pasien Berisiko ........................................................................ 5
Langkah 3 : Menentukan Kelas Kewaspadaan dan intervensi PPI .................................................. 6
Langkah 4 : Menentukan Intervensi Berdasarkan Kelas Kewaspadaan........................................... 6
Langkah 5 : Identifikasi area di sekitar area kerja dan menilai dampak potensial ........................... 9
BAB IV DOKUMENTASI ............................................................................................................................. 13

ii
BAB I
DEFINISI

A. PENGERTIAN
Penilaian risiko dampak renovasi atau konstruksi yang dikenal sebagai Infection Control
Risk Assessment (ICRA) adalah suatu proses terdokumentasi yang dilakukan sebelum memulai
kegiatan pemeliharaan, perbaikan, pembongkaran, konstruksi, maupun renovasi untuk
mengetahui risiko dan dampaknya terhadap kualitas udara dengan mempertimbangkan potensi
pajanan pada pasien.
Sistem HVAC (heating, ventilation, air conditioning) adalah sistem pemanas, ventilasi,
dan pendingin udara di sarana pelayanan kesehatan yang dirancang untuk: a) menjaga suhu udara
dan kelembaban dalam ruangan pada tingkat yang nyaman untuk petugas, pasien, dan
pengunjung; b) kontrol bau, c) mengeluarkan udara yang tercemar, d) memfasilitasi penanganan
udara untuk melindungi petugas dan pasien dari patogen airborne, dan e) meminimalkan risiko
transmisi patogen udara dari pasien infeksi. Sistem HVAC mencakupudara luar inlet, filter,
mekanisme modifikasi kelembaban (misalnya kontrol kelembaban musim panas, kelembaban
musim dingin), pemanas dan pendingin peralatan, exhaust, diffusers, atau kisi-kisi untuk
distribusi udara. Penurunan kinerja sistem fasilitas kesehatan HVAC, inefisiensi filter,
pemasangan yang tidak benar, dan pemeliharaan yang buruk dapat berkontribusi pada
penyebaran infeksi airborne.

B. TUJUAN
1. Untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya HAI’s (Healthcare Associated Infection)
pada pasien, petugas dan pengunjung di rumah sakit
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindak lanjuti berdasarkan hasil
penilaian skala prioritas.

C. SASARAN
Program Penilaian Risiko Infeksi control
1. External:
a. Terkait dengan komunitas
b. Terkait dengan bencana
c. Persyaratan peraturan dan akreditasi

1
2. InternaI :
a. Terkait pasien
b. Terkait petugas
c. Terkait prosedur
d. Peralatan
e. Lingkungan
f. Pengobatan
g. Sumber daya

Prosedur Kegiatan ICRA


1. Pra Renovasi
a) Sebelum renovasi ada rapat koordinasi antara bagian Tehnik. TIM PPI,K3RS dan Unit
Sanitasi dan Pemeliharaan.
b) TIM PPI melakukan pengkajian resiko dan membuat izin renovasi.
c) Sebelum pelaksanaan pembangunan dan renovasi bangunan TIM PPI, K3RS dan Unit
Sanitasi Lingkungan memberikan edukasi kepada pihakperencana dan pelaksana proyek.
d) Sebelum pelaksanaan pembangunan/renovasi dan pembongkaran bangunan, pihak
pelaksana proyek harus menutup area kerja. TIM PPI akan memastikan dengan cek list”
Renovasi bagunan” dan memastikan kontraktor memasang informasi bahwa area tersebut
sedang ada pembangunan/renovasidan pembongkaran bangunan sesuai standar K3RS dan
PPI.
e) Setelah pembangunan selesai TIM PPI melakukan evaluasi kembali melalui cek list
renovasi bangunan
2. Selama Renovasi
a) Selama proses pembangunan pelaksana proyek wajib mengenakan APD sesuai K3.
b) Selama dalam proses pembangunan, Tim pengawas proyek (Bagian Tehnik, TIM PPI,
K3RS dan Unit Sanitasi Lingkungan) melakukan monitoring terhadap pelaksanaan
pekerjaan sesuai surat kesepakatan bersama
3. Sesudah Renovasi
a) Setelah pembangunan selesai TIM PPI melakukan evaluasi kembali melalui cek list
renovasi bangunan.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini diterapkan untuk semua kegiatan pembangunan dan renovasi di Rumah Sakit
Umum Jati Husada Karanganyar. Kegiatan ICRA melibatkan Tim PPI, Kepala Ruang, Tim K3RS,
Sanitasi Lingkungan, Tim pembangunan / renovasi dan tenaga profesional lainnya. Tugas masing-
masing bagian sebagai berikut :
1. Tim PPI yang bertugas untuk membuat ICRA dan memberikan pendidikan dan pelatihan;
2. Kepala Ruang bertugas mengkondisikan ruangan yang sedang direnovasi / dibangun agar
tidak mengganggu pelayanan RS.

3. Tim K3RS untuk melakukan edukasi dan supervisi tentang keamanan dan keselamatan;
4. Sanitasi Lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutu limbah);
5. Pimpinan Proyek bersama tim pembangunan sebagai pelaksana konstruksi dan renovasi
bangunan.

3
BAB III
TATA LAKSANA

Ruang lingkup penilaian kriteria risiko akibat dampak renovasi atau konstruksi
menggunakan metode ICRA adalah:

Langkah 1: Identifikasi Tipe Proyek Konstruksi


Tahap pertama dalam kegiatan ICRA adalah melakukan identifikasi tipe proyek konstruksi.
Tipe proyek konstruksi ditentukan berdasarkan banyaknya debu yang dihasilkan, potensi
aerosolisasi air, durasi kegiatan konstruksi, dan sistem sharing HVAC.
Menggunakan label berikut, mengidentifikasi Jenis Proyek Renovasi Kegiatan (Type A - D)

TIPE AKTIVITAS / KEGIATAN

TIPE A Kegiatan pemeriksaan konstruksi dengan resiko rendah. Termasuk


namun tidak terbatas pada:
a. Pemindahan plafon untuk inspeksi visual (debu minimal)
b. Pengecatan (tetapi bukan pemlesteran);
c. Merapikan pekerjaan listrik, pemasangan pipa kecil, dan
aktifitas lain yang tidak menumbulkan debu atau mengakses
ke langit-langit selain untuk pemriksaan visual
TIPE B Kegiatan non invasif skala kecil, durasi pendek dengan risiko debu
minimal, termasuk namun tidak terbatas pada:
a. Instalasi kabel untuk telepon dan komputer
b. Mengakses “chase spaces”
c. Pemotongan dinding atau plafon dimana penyebaran debu
dapat dikontrol.
TIPE C Kegiatan pembongkaran gedung dan perbaikan gedung yang
menghasulkan debu tingkat tingi dengn aresiko sedang sampai
tinggi, termasuk namun tidak terbatas pada :
a. Pemlesteran dinding untuk pengecatan atau melindungi
dinding
b. Pemindahan untuk pemasangan lantai dan plafon

4
c. Konstruksi dinding baru
d. Pekerjaan pipa kecil atau pemasangan listrik di atas plafon
e. Kegiatan pemasangan kabel besar
f. Kegiatan tipe A, B atau C yang tidak dapat diselesaikan dalam
satu shift kerja
TIPE D Kegiatan pembangunan proyek konstruksi dan pembongkaran
gedung dengan skala besar :
a. Kegiatan yang menuntut pembongkaran gedung secara besar-
besaran
b. Adanya kegiatan pemasangan / pemindahan sistem perkabelan
c. Konstruksi baru atau pembangunan gedung baru

Langkah 2 : Identifikasi Kelompok Pasien Berisiko


Selanjutnya identifikasi Kelompok Pasien Berisiko yang dapat terkena dampak
konstruksi. Bila terdapat lebih dari satu kelompok pasien berisiko, pilih kelompok berisiko yang
paling tinggi. Pada semua kelas konstruksi, pasien harus dipindahkan saat pekerjaan dilakukan.

Kelompok Pasien Berisiko


RESIKO RESIKO RESIKO SANGAT
RESIKO TINGGI
RENDAH SEDANG TINGGI
 Area  Fisioterapi  UGD  Area untuk pasien
Perkantoran  Unit Rawat  Ruang immunocompromised
 Tanpa pasien/ Jalan Maternitas/VK  Unit Luka Bakar
area resiko  Unit Gizi  Kamar bayi  R. Isolasi tekanan negative
rendah yang  Laundry  Laboratorium  Onkologi
tidak  Cafeteria (specimen)  Terapi Radiasi
terdaftar  Koridor Umum  Poli Bedah  Chemo Infusion
dimanapun (yang dilewati  IBS  Transplant
pasien, suplai,  Ruang Perawatan  Pharmacy Admixture
dan linen) Pasien - Ruang bersih
 ICCU  Kamar Operasi
 Radiology  Departemen Proses
 Recovery Rooms Sterilisasi
 Kateterisasi Jantung

5
 High  Kamar prosedur invasif
Dependency Unit pasien rawat jalan
 Pediatrics  Area Anastessi & pompa
 Farmasi jantung
 Dialisis  Newborn Intensive Care
 Endoskopi Unit (NICU)
 Area  Semua Intensive CareUnit
Bronchoskopi

Langkah 3 : Menentukan Kelas Kewaspadaan dan intervensi PPI


Kelas Kewaspadaan ditentukan melalui pencocokan Kelompok Pasien Berisiko (R,S,T,ST)
dengan Tipe Proyek Konstruksi (A,B,C,D) berdasarkan matriks pencegahan dan pengendalian
infeksi.

Kelas Kewaspadaan
Kelompok Tipe Proyek Konstruksi
Resiko
TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D
Pasien
Rendah I II II III/IV
Sedang I II III IV
Tinggi I II III/IV IV
Sangat
II III/IV III/IV IV
Tinggi

Catatan:
Persetujuan dari Tim PPI (Pencegahan dan Pengendalian lnfeksi) diperlukan pengontrolan
prosedur saat Kegiatan Renovasi dan Tingkat Risiko yang mengindikasikan bahwa Level III
atau IV.

Langkah 4 : Menentukan Intervensi Berdasarkan Kelas Kewaspadaan


Penentuan intervensi PPI dilakukan setelah Kelas Kewaspadaan diketahui. Apabila Kelas
Kewaspadaan berada pada Kelas III dan IV, maka diperlukan Perizinan Kerja dari Komite
6
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dan dilakukan identifikasi dampak lain di daerah sekitar
area proyek.

Intervensi PPI berdasarkan Kelas Kewaspadaan


Selama Proyek Kontruksi Setelah Proyek Konstruksi
Kelas I 1. Lakukan pekerjaan konstruksi 1. Pembersihan lingkungan
dengan metode debu minimal kerja
2. Segera mengganti plafon yang
digunakan untuk pemeriksaan
visual
Kelas II 1. Menyediakan sarana aktif untuk 1. Bersihkan pernukaan
mencegah debu ke udara kerja dengan lap
2. Memebersihkan kabut air pada pembersih yang dibasahi
permukaan kerja untuk dengan cairan
mengendalikan debusaat desinfektan.
memotong. 2. Letakkan limbah
3. Menyegel pintu yang tidak kostruksi dalam wadah
terpakai dengan lakban yang tertutup rapat
4. Menutup ventilasi udara sebelum dibuang
5. Letakkan dust mat (keset debu) 3. Lakukan pengepelan
di pintu masuk dan keluar area basah dan/atau vakum
kerja dengan HEPA filter
6. Menutup sisten Heating sebelum meninggalkan
Ventilation, Air Conditioning area kerja
(HVAC) 4. Setelah pekerjaan selesai,
rapikan kembali system
HVAC
Kelas 1. Mengisolasi system HVAC di 1. Pembatas area kerja harus
III area kerja untuk mencegah tetap dipasang sampai
kontaminasi system saluran proyek selesai diperiksa
2. Siapkan pembatas area kerja oleh K3, Tim PPI, dan
atau terapkan metode kontrol dilakukan pembersihan
kubus (menutup area kerja oleh petugas kebersihan
7
dengan plastik dan menyegel 2. Lakukan pembongkaran
dengan vakum HEPA untuk bahan-bahan pembatas
menyedot debu keluar) sebelum area kerja dengan hati-
kontruksi dimulai hati untuk meminimalkan
3. Menjaga tekanan udara negatif penyebaran kotoran dan
dalam tempat kerja dengan puing-puing kontruksi
menggunakan unit penyaring 3. Vakum area kerja dengan
udara HEPA penyaring HEPA
4. Letakkan limbah konstruksi 4. Lakukan pengepelan
dalam wadah yang tertutup rapat basah dengan
sebelum dibuang pembersih/disinfektan
5. Tutup wadah atau gerobak 5. Setelah pekerjaan selesai,
transportasi limbah. rapikan kembali sistem
HVAC
Kelas 1. Mengisolasi system HVAC di 1. Pembatas area kerja harus
IV area kerja untuk mencegah tetap dipasang sampai
kontaminasi sistem saluran proyek selesai diperiksa
2. Siapkan pembatas area kerja oleh K3, Tim PPI, dan
atau terapkan metode kontrol dilakukan pembersihan
kubus (menutup area kerja oleh petugas kebersihan
dengan plastik dan menyegel 2. Lakukan pembongkaran
dengan vakum HEPA untuk bahan-bahan pembatas
menyedot debu keluar) sebelum area kerja dengan hati-
kontruksi dimulai hati untuk meminimalkan
3. Menjaga tekanan udara negatif penyebaran kotoran dan
dalam tempat kerja dengan puing-puing kontruksi
menggunakan unit penyaring 3. Letakkan limbah
udara HEPA kostruksi dalam wadah
4. Tutup semua lubang pintu, pipa, yang tertutup rapat
dan saluran. sebelum dibuang
5. Membuat anteroom dan 4. Tutup wadah atau
mewajibkan semua personel gerobak transportasi
untuk melewati ruangan ini limbah
sehingga mereka dapat disedot
8
menggunakan vacuum cleaner 5. Vakum area kerja dengan
HEPA sebelum meninggalkan penyaring HEPA
tempat kerja atau mereka bisa 6. Lakukan pengepelan
memakai pakaian kerja yang basah dengan
lepas setiap kali mereka pembersih/disinfektan
meninggalkan tempat kerja 7. Setelah pekerjaan selesai,
6. Semua personil memasuki rapikan kembali sistem
tempat kerja diwajibkan untuk HVAC
memakai penutup sepatu. Sepatu
harus diganti setiap kali keluar
dari area kerja.

Langkah 5 : Identifikasi area di sekitar area kerja dan menilai dampak potensial
Pada Kelas Kewaspadaan III dan IV, perlu dilakukan identifikasi daerah sekitar area proyek dan
tingkat risiko lokasi tersebut.

Identifikasi daerah sekitar lokasi proyek, menilai dampak potensial


Unit Samping Samping
Unit Atas Depan Belakang
Bawah Kanan Kiri

Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok


Resiko Resiko Resiko Resiko Resiko Resiko

Identifikasi area di sekitar area kerja dan dampak potensial


1 Mengidentifikasi area renovasi misalnya, kamar pasien, ruang obat, dll
2 Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan: ventilasi, pipa air, listrik apabila
diperlukan untuk dipadamkan atau ditutup.
3 Mengidentifikasi tindakan pembatasan, menggunakan penilaian sebelumnya.
Apakah jenis pembatas yang digunakan? (Misalnya, dinding pembatas solid);
Apakah diperlukan HEPA filter? (Catatan: Daerah Renovasi / konstruksi harus
diisolasi selama konstruksi untuk meminimalisasi paparan debu, bising dll)
4 Pertimbangkan potensi risiko kerusakan air. Apakah ada risiko perubahan struktur?
(misalnya, dinding, langit-langit (plafon), atap)
5 Jam Kerja: Apakah pekerjaan renovasi dapat dilakukan diluar jam perawatan pasien?
9
6 Apakah perencanaan memungkinkan jumlah kamar isolasi/tekanan udara negative
yang cukup?
7 Apakah perencanaan memungkinkan jumlah dan jenis washtafel untuk cuci tangan?
8 Apakah Tim PPI setuju dengan jumlah minimum untuk proyek ini? (Verifikasi
terhadap FGI Desain dan Pedoman konstruksi untuk jenis dan area)
9 Apakah Tim PPI (Pencegahan & Pengendalian Infeksi RS) setuju dengan rencana
untuk membersihkan kotoran di kamar utilitas?
10 Rencanakan untuk membahas masalah penutupan area dengan tim proyek.
Misalnya, arus lalu lintas, rumah tangga, puing-puing renovasi (bagaimana dan
kapan).

Lampiran :
 Mengidentitikasi dan mengkomunikasïkan tanggungjawab untuk
memantau proyek yang mencakup Pencegahan & Pengendalian Infeksi
di RS.
 Hasil analisis ICRA dapat dimodifikasi sepanjang proyek.
 Revisi harus dikomunikasikan kepada Manajer Proyek.

10
PENCECAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DALAM RENOVASI BANGUNAN
NO. IJIN :
Lokasi Renovasi : Tanggal mulai Proyek :
Koordinator Proyek : Perkiraan lama Proyek :
Kontraktor yang melakukan proyek : Ijin Tanggal Kadaluarsa :

Supervisor : Telepon :
KELOMPOK RESIKO
YA TIDAK AKTIVITAS RENOVASI YA TIDAK
INFEKSI
TIPE A: Inspeksi, Kegiatan Non - Kelp. 1 :
invasif Resiko Rendah
TIPE B: Skala kecil, Durasi Kelp. 2 :
pendek, Level Sedang sampai Resiko Sedang
tingkat Tinggi.
TIPE C: Kegiatan menghasilkan Kelp. 3 :
debu. Membutuhkan lebih dari 1 Resiko Tinggi
shift kerja untuk penyelesaian,
Level Sedang sampai tingkat
tinggi
TIPE D: Kegiatan konstruksi Kelp.4 :
besar, membutuhkan penyelesain Resiko Tinggi Sekali
durasi kerja lama dan mewajibkan
shift kerja berturut-turut
Kelas I 1. Lakukan pekerjaan konstruksi dengan metode debu minimal
2. Segera mengganti plafon yang digunakan untuk pemeriksaan visual
Kelas II 1. Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu ke udara
2. Memebersihkan kabut air pada permukaan kerja untuk mengendalikan
debusaat memotong.
3. Menyegel pintu yang tidak terpakai dengan lakban
4. Menutup ventilasi udara
5. Letakkan dust mat (keset debu) di pintu masuk dan keluar area kerja
6. Menutup sisten Heating Ventilation, Air Conditioning (HVAC)

11
Kelas III 1. Mengisolasi system HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi
system saluran
2. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode kontrol kubus (menutup
area kerja dengan plastik dan menyegel dengan vakum HEPA untuk
menyedot debu keluar) sebelum kontruksi dimulai
3. Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja dengan menggunakan
unit penyaring udara HEPA
4. Letakkan limbah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dibuang
5. Tutup wadah atau gerobak transportasi limbah.
Kelas IV 1. Mengisolasi system HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi
sistem saluran
2. Siapkan pembatas area kerja atau terapkan metode kontrol kubus (menutup
area kerja dengan plastik dan menyegel dengan vakum HEPA untuk
menyedot debu keluar) sebelum kontruksi dimulai
3. Menjaga tekanan udara negatif dalam tempat kerja dengan menggunakan
unit penyaring udara HEPA
4. Tutup semua lubang pintu, pipa, dan saluran.
5. Membuat anteroom dan mewajibkan semua personel untuk melewati
ruangan ini sehingga mereka dapat disedot menggunakan vacuum cleaner
HEPA sebelum meninggalkan tempat kerja atau mereka bisa memakai
pakaian kerja yang lepas setiap kali mereka meninggalkan tempat kerja
6. Semua personil memasuki tempat kerja diwajibkan untuk memakai
penutup sepatu. Sepatu harus diganti setiap kali keluar dari area kerja.
Persyaratan Tambahan
Tanggal Tanggal
Izin dimintakan Oleh Izin Disahkan oleh
Paraf Paraf

Nama Terang Nama Terang

12
BAB IV
DOKUMENTASI

Pendokumentasian ICRA (Infection Control Risk Assessment) dilakukan sebelum melakukan


renovasi atau pembangunan bangunan atau sarana fisik Rumah Sakit. ICRA dibuat oleh petugas PPI
atau IPCN kemudian ditanda tangani oleh Kepala Proyek.
Dokumentasi dilakukan pada saat ada pembangunan atau renovasi gedung. Kegiatan
monitoring tetap dilakukan oleh petugas PPI atau IPCN. Selanjutnya dilakukan evaluasi dan
dilaporkan kepada Direktur.

13
14

Anda mungkin juga menyukai