Anda di halaman 1dari 16

 

LAPORAN ICRA KONSTRUKSI (INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT)

Disusun oleh: Tim PPI PUSKESMAS LOA JANAN

PUSKESMAS LOA JANAN


JL. A. Yani No. 6-7 Telp. (0343) 741018 Fax. (0343) 742425 ...........
Email.....................@gmail.com
BAB I PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG

Puskesmas Loa Janan merupakan salah satu elemen penting dalam masyarakat dalam bidang
kesehatan karena PUSKESMAS LOA JANAN adalah salah satu Layanan Kesehatan bagi masyarakat Loa
Janan dan sekitarnya untuk berobat.

Seiring dengan makin kompleksnya permasalahan kesehatan dan minimnya fasilitas pendukung di
PUSKESMAS LOA JANAN ini, maka dibutuhkan penambahan sarana dan prasarana di Puskesmas. Untuk
kemajuan kinerja PUSKESMAS LOA JANAN di lingkungannya, maka dari itu manajemen Puskesmas
menindaklanjuti dengan penambahan sarana dan prasarana.
Dalam proses pembangunan ini tidak semata-mata difokuskan untuk pemindahan gedung saja tetapi juga harus
diperhatikan dampak yang mungkin terjadi pada proses pembangunan atau renovasi ruang tersebut. oleh karena
itu Puskesmas Loa Janan, dalam hal ini Tim PPI PUSKESMAS LOA JANAN berupaya mencegah terjadinya
risiko infeksi yang mungkin terjadi di fasilitas Puskesmas selama pembongkaran,
 pembangunan, dan renovasi.

B.   TUJUAN

1.   Memberikan fasilitas penunjang sebagai penunjang peningkatan kinerja PUSKESMAS LOA JANAN

2.   Memenuhi persyaratan Puskesmas untuk menggabungkan issue risk assessment (penilaian risiko
masalah) dengan Tim PPI dalam setiap melaksanakan konstruksi/renovasi bangunan
3.   Mencegah terjadinya risiko infeksi yang mungkin terjadi di fasilitas Puskesmas selama pembongkaran,
pembangunan, dan renovasi.
BAB II DEFINISI

A.   LOKASI PROYEK

Proyek renovasi adalah ruang bedah PUSKESMAS LOA JANAN di Jalan.........

Batas-batas dari lokasi tersebut sebagai berikut:

1.  Sebelah utara : ……….


2.   Sebelah timur : ……………

3.   Sebelah barat : ……………

4. Sebelah selatan : ……………

B.   INFECTION CONTROL RISK ASSESMENT (ICRA)

1.   Proses menetapkan risiko potensial dari transmisi udara yang bervariasi dan kontaminasi melalui air
kotor dalam fasilitas selama konstruksi, renovasi, dan kegiatan maintenance
2.   Kegiatan tersebut merupakan multidisiplin, proses kolaborasi yang mengevaluasi jenis/macam
kegiatan konstruksi dan kelompok risiko untuk klasifikasi penetapan tingkat
3.   Istilah dalam ICRA

a.  Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan kematian, sakit, luka,
kerusakan, kehilangan atau kerugian lain
 b.  Bahaya adalah keadaan atau situasi yang potensial dapat menyebabkan kerugian seperti luka, kerusakan
aset, kerusakan lingkungan kerja atau gabungan dari keadaan ini
c.  Identifikasi bahaya  adalah menemukan dan mengenalkan jenis-jenis bahaya yang berhubungan
kegiatan/proses, termasuk bagaimana bahaya itu akan terjadi
d.  Konsekuensi adalah dampak yang mungkin timbul dari suatu bahaya
e. Kejadian adalah peristiwa yang menyebabkan kecelakaan atau yang dapat mengarah pada kecelakaan

f. Ketidaksesuaian adalah penyimpangan apapun dari standar kerja, praktek, prosedur, peraturan, kinerja
sistem manajemen dan lain-lain yang dapat secara langsung atau tidak langsung menyebabkan luka atau sakit,
kerusakan aset, kerusakan lingkungan kerja, atau gabungan dari semuanya
g.   Risiko adalah gabungan dari kemungkinan dan konsekuensi dari bahaya tertentu pada saat kejadian

h.   Penilaian risiko adalah penilaian dari keseluruhan proses terhadap besarnya risiko dan penentuan apakah
risiko dapat diterima

i.   Keselamatan adalah bebas dari risiko yang tidak dapat diterima atau bahaya (ISO/IEC Guide 2)
 j.  Risiko yang dapat diterima adalah risiko yang telah dikurangi sampai tingkatan dapat diterima oleh
organisasi sesuai dengan pemenuhan hukum terhadap kebijakan OHSAS
k.   Sistem manajemen K3  adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang memudahkan
manajemen dari risiko K3L (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan) sejalan dengan organisasi. Hal
ini mencakup struktur organisasi, rencana kegiatan, tanggung jawab, praktik, prosedur, dan sumber daya
untuk pengembangan, penerapan, pencapaian, dan peninjauan
l.  Peningkatan berkelanjutan  adalah proses untuk meningkatkan sistem manajemen K3L untuk mencapai
perbaikan kinerja secara keseluruhan dari keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan, searah dengan
kebijakan perusahaan
m.   Normal adalah kondisi atau keadaan regular dan terencana

n.   Abnormal adalah kondisi atau keadaan tidak normal baik terencana maupun tidak terencana dan
masih terkendali
o. Keadaan emergency adalah keadaan yang tidak direncanakan atau terjadi secara tiba-tiba dan dapat
mengakibatkan dampak negative terhadap keselamatan, kesehatan, dan lingkungan
 p.  Audit adalah pemeriksaan sistematik untuk menentukan apakah kegiatan dan hasil yang bersangkutan
sesuai dengan peraturan yang telah direncanakan dan apakah pengaturan ini diterapkan secara efektif dan sesuai
dengan pencapaian kebijakan dan tujuan organisasi
q.   Eliminasi adalah menghilangkan suatu materi /bahan yang dianggap menbahayakan

r.   Subtitusi  adalah mengganti suatu materi/bahan dengan bahan lain sehingga tingkat risiko lebih
rendah
s.   Engineering adalah suatu usaha untuk melakukan modifikasi terhadap suatu alat atau kondisi sehingga
tingkat risiko lebih rendah
t.   Administrative  adalah suatu usaha untuk mengurangi risiko dengan pendekatan administratif,
misalnya prosedur kerja, ijin kerja panas, ijin kerja dingin, dan lain-lain
u.   Alat Pelindung Diri (APD)  adalah suatu usaha untuk mengurangi tingkat risiko dengan
menggunakan alat perlindungan pada pekerja yang terpapar

BAB III
RUANG LINGKUP

A.   TUJUAN DIBUAT PANDUAN ICRA

1.   Untuk meminimalisasi risiko infeksi Puskesmas (HAIs) pada pasien yang mungkin

 bisa terjadi ketika ada penyebaran jamur atau bakteri di udara dengan debu atau aerosol atau air selama
renovasi dan konstruksi di Puskesmas
2.   Mengontrol penyebaran debu dari komponen bangunan selama renovasi di Puskesmas

B.   TIM YANG TERGABUNG DALAM ICRA RENOVASI

1.   Tim PPI PUSKESMAS LOA JANAN(IPCN)

2.   Ka. IPSPL

3.   Koordinator bangunan dan perpipaan air (pimpinan proyek)

4. Ka.Ruang OK
5.  IRT (cleaning servis)
6.  Unit Security

C.   URAIAN TUGAS

1.   Tim PPI bertugas untuk:

a.  Membuat ICRA dampak dari renovasi

 b.  Mengembangkan ijin renovasi yang ditandatangani oleh Ketua Tim PPI, pimpinan instalasi/unit kerja
dan pimpinan proyek
c.   Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada penggunaan Personal Protective Equipment
(PPE/APD)
d.   Melakukan supervise, monitoring, dan evaluasi dengan menggunakan check list

e.   Mengikuti pertemuan atau rapat-rapat selama proses renovasi dengan seluruh tim

2.   IPSPL bertugas memfasilitasi semua hal yang terkait dengan pembuangan limbah (baku mutu limbah)
3.   Unit Security bertugas dalam hal penjagaan keamanan

4.   IRT (cleaning servis) bertugas melakukan pembersihan rutin dari ruang yang direnovasi dan setelah
renovasi sesuai dengan standar cleaning prosedur
5.   Pimpinan proyek bertugas memonitor kepatuhan pekerja terkait dengan pelaksanaan ICRA

BAB IV
TATA LAKSANA

A.  LANGKAH-LANGKAH PROSES RENOVASI

1.   Ka. Ruang OK mengajukan permohonan renovasi kepada Puskesmas

2.   Puskesmas memberikan hak penuh kepada IPSPL untuk dikerjakan secara internal 3.  Ka.IPSPL
membuat RAB (Rencana Anggaran Belanja) dan rancangan bangunan sesuai
dengan permintaan Ruang OK

4.   Dalam perjanjian kerjasama diatur tentang waktu pelaksanaan pembangunan, peraturan PUSKESMAS
LOA JANANyang berhubungan dengan ICRA (upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di RS) dan K3
5.   Dilakukan edukasi sebelum proses pengerjaan

6.   Melakukan supervisi, monitoring, dan evaluasi dengan menggunakan checklist harian

PERAN DARI TIM PPI PUSKESMAS LOA JANAN 

Membuat ICRA dampak dari renovasi

Dalam pembuatan ICRA ini menggunakan tabel yang sudah ditentukan (Infection Control Risk Assesment
Matrix of Precaution for Construction and Renovation, Pedoman KARS)
a.   Langkah ke-1

Menentukan identifikasi type/jenis konstruksi kegiatan proyek

Dari hasil penentuan sesuai dengan tabel yang ada, proyek instalasi observasi ini masuk Type C, yaitu pekerjaan
yang menimbulkan debu cukup banyak (pembongkaran dinding atau suatu bagian dari struktur bangunan
yang sudah ada dan memerlukan waktu lebih dari 1 jam dan tidak selesai dalam satu shift

b.   Langkah ke-2

Menentukan identifikasi grup risiko pasien

Pasien yang berisiko pada proses ini adalah pasien yang berada di Ruang HCU. Sehingga identifikasi risiko
pasien masuk dalam Risiko Tinggi (High Risk)
c.   Langkah ke-3

Dilakukan perbandingan antara type konstruksi renovasi pada Type D dengan risiko pasien pada High Risk
(risiko tinggi). Maka didapatkan tingkat risiko menunjukkan KELAS III  sehingga diperlukan persetujuan IC
(Infection Control) pada proses renovasi nurse station ruang bayi

d.   Langkah ke-4

Penentuan diskripsi tindakan pengendalian infeksi berdasarkan KELAS III

-  Untuk mencegah kontaminasi sistem aliran udara maka isolasi sistem HVAC (Heating, Ventilation, dan
Air Conditioning) dimana pekerjaan sedang dilakukan
-  Memastikan system ventilasi di area proyek dinon-aktifkan selama proyek untuk menghindari
kontaminasi debu ke system aliran udara
-  Segel lubang, pipa, saluran dan lubang-lubang kecil yang bisa menyebabkan kebocoran

-  Membangun serambi/ruangan (ante room) dan semua personil yang melewati ruangan ini sehingga

debu dapat disedot dengan vacum cleaner sebelum meninggalkan tempat

kerja atau mereka bisa memakai kain atau baju kerja yang dilepas setiap kali mereka meninggalkan tempat
kerja
-  Semua personil memasuki tempat kerja diwajibkan untuk mengenakan sepatu. Dan

harus diganti setiap kali pekerja keluar area kerja

-  Tidak boleh menghilangkan barier atau partisi dari area kerja sampai proyek selesai diperiksa oleh
Tim PPI. Dibersihkan oleh IRT (cleaning servis)
-  Menghilangkan barier material dengan hati-hati untuk meminimalisasi penyebaran dari kotoran dan
puing-puing yang terkait dengan konstruksi
-  Wadah transportasi atau gerobak agar ditutup rapat

-  Vakum area kerja dengan vakum HEPA filter

Jika tidak ada, lakukan spray manual untuk meminimalisasi penyebaran debu

-  Area kerja dipel dengan pel basah dengan pembersih/disinfektan

-  Setelah selesai mengembalikan system HVAC dimana pekerjaan dilakukan

e.   Langkah ke-5

Idenfikasi kegiatan di tempat khusus misalnya ruang perawatan untuk menilai dampak

 potensial

Renovasi Ruang Observasi

Pasti akan menimbulkan dampak bagi proses pelayanan di PUSKESMAS LOA JANAN. Area yang terkena
dampak dari renovasi tersebut adalah Ruang HCU. Sehingga pintu sebelah utara yang
 berbatasan langsung dengan ruangan HCU harus disekat sehingga tidak terkontaminasi dengan kemungkinan
penyebaran debu.
f.   Langkah ke-6

Identifikasi masalah yang berkaitan dengan ventilasi, pipa ledeng, listrik dalam hal terjadinya
kemungkinan pemadaman.
Tidak ada gangguan dalam ventilasi, pipa ledeng, dan listrik, karena renovasi dilakukan di dinding yang tidak
berhubungan langsung dengan perpipaan. Pada dinding tersebut tidak terpasang ventilasi, saluran air, maupun
sistem perkabelan

g.   Langkah ke-7

Identifikasi langkah-langkah pencegahan, menggunakan penilaian sebelumnya, apa jenis barrier/partisinya.


Apakah HEPA filter diperlukan?

(Catatan: selama dilakukan konstruksi maka area yang direnovasi/konstruksi seharusnya diisolasi dari area
yang dipergunakan dan merupakan area negatif terhadap daerah sekitarnya)
Sesuai dengan tabel ICRA risiko pembangunan renovasi ruang observasi ini memerlukan isolasi dalam hal ini
dipasang terpal yang dipasang setinggi dinding yang akan direnovasi. Karena Puskesmas belum mempunyai
HEPA filter, maka untuk meminimalisasi penyebaran debu, dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan di
spray.

h.   Langkah ke-8

Pertimbangkan potensial risiko dari kerusakan air. Apakah ada risiko akibat kesatuan struktur.
Dalam hal ini tidak ada kemungkinan kerusakan air

i.   Langkah ke-9

Menentukan jam kerja

Jam kerja : pukul 08.00 –  16.00 WIB

 j.  Langkah ke-10

Membuat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang isolasi/ruang aliran udara negatif yang memadai

k.   Langkah ke-11

Membuat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe tempat/bak cuci tangan Untuk kebutuhan tempat
cuci tangan disediakan di dekat area pembangunan Dalam hal ini memakai kamar mandi pengunjung di
sebelah selatan ruang Fisioterapi.

l.   Langkah ke-12

Apakah PPI PUSKESMAS LOA JANAN setuju dengan jumlah minimal bak/tempat cuci tangan tersebut
PPI PUSKESMAS LOA JANAN setuju dengan kamar mandi ruang observasi, karena perbandingan standar
kamar mandi adalah 1: 20 orang. Sedangkan jumlah petugas yang bekerja hanya sejumlah 2 orang

m.   Langkah ke-13

Apakah PPI setuju dengan rencana relatif terhadap utilitas ruangan bersih dan kotor
n.   Langkah ke-14

Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan tersebut dengan tim proyek, misalnya arus lalu lintas,
rumah tangga, kapan dan bagaimana dilakukan pembersihan puing/material yang tidak terpakai.

Penetapan untuk waktu memasukkan material adalah jam 08.30 –  10.00 WIB Penetapan untuk waktu

membuang material adalah jam 15.00 WIB

Jalur yang digunakan untuk membuang material adalah pintu selatan ruangan yang tembus dengan
pembatas belakang Puskesmas.

1.   Mengembangkan ijin renovasi yang ditandatangani oleh Tim PPI, pimpinan instalasi/unit
kerja dan pimpinan proyek Dalam kerjasama ICRA ini dibuat peraturan yang berhubungan dengan pencegahan
infeksi yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh koordinator dan petugas proyek (Perjanjian ICRA dengan
koordinator terlampir) 
2.   Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada penggunaan Personal Protective

Equipment (PPE/APD), 

a.  Tujuan edukasi


-  Mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja

-  Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat perlindungan atas
keselamatannya

-  Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien

 b.  Waktu pemberian

-  Sebelum proyek dimulai.

-  Setiap kali pergantian pengerjaan proyek berikutnya (jika ada)

c.  Edukasi yang diberikan (UU No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan tempat kerja)

-  Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa saja yang dapat timbul dari tempat kerjanya

1)   Keselamatan kerja pembongkaran bangunan

a)   Merencanakan langkah-langkah pengamanan K3 untuk semua pekerja yang berada di tempat kerja
sebelum memulai kegiatan pembongkaran bangunan

 b)  Melakukan engeenering survey, antara lain mencakup:

(1)  Melihat kondisi struktur yang akan dibongkar termasuk peninjauan atas kekuatan bangunan, bagian yang
tidak stabil dari bangunan dan kemungkinan collapse
(2)  Merencanakan metode, peralatan, dan tenaga yang akan diperlukan untuk pembongkaran serta
untuk kepentingan public

(3)  Perhitungkan potensial hazard seperti terkubur, celaka, dll


(4)  Menetapkan perangkat K3 ke dalam setiap tahap kegiatan, antara lain, jarring pengaman, rambu/tanda
peringatan, APD, dll
(5)  Jika bangunan yang akan dibongkar sudah rusak karena kebakaran, banjir, huru-hara atau sebab
lainnya, maka perlu direncanakan suatu system pengaman, seperti bracing, shoring, dll untuk melindungi
pekerja dari kemungkinan robohnya bangunan

c)   Menetapkan petugas yang kompeten dan berpengalaman atau ahli melaksanakan


pembongkaran bangunan

d)   Membuat jalanan yang aman untuk lalu lintas pekerja

e)   Memastikan semua aliran listrik dalam kondisi mati (shut off) sebelum pelaksanaan pembongkaran
dimulai dan saluran air dan gas dalam kondisi mati/tertutup. Jika dipandang membahayakan, maka aliran listrik,
saluran air, dan gas dapat dipindahkan sementara di luar bangunan dan dalam kondisi aman
f) Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, helm, sepatu bot, sarung tangan, masker, kacamata, dsb

g) Menyiapkan pelayanan kecelakaan kerja, antara lain: petugas P3K atau tenaga medis bila perlu, denah,
dan rujukan Puskesmas/klinik terdekat, kendaraan untuk mengangkut, dan alat komunikasi
h)  Memasang barikade, pagar pengamanan agar orang lain tidak melewati area bongkaran

i)  Memastikan bangunan yang akan dibongkar sudah tidak terdapat sisa barang-barang yang
berbahaya, misalnya bahan yang mudah terbakar dan meledak, dll
 j)  Pembongkaran dimulai dengan:

(1)  Memindahkan benda-benda yang mudah dilepas, seperti pintu dan  jendela

(2)  Bangunan yang menjorok ke luar

(3)  Bagian atas bangunan dan diteruskan ke arah bawah

k)  Pembongkaran dinding dan pasangan batu bata harus dilakukan lapis demi lapis dan bertahap
l)  Mengarsipkan semua catatan yang terkait dengan proses pembongkaran  bangunan termasuk foto
dokumentasi

2)  Keselamatan kerja menggerinda


a)  Memastikan bahwa tukang gerinda yang melaksanakan pekerjaan pengelasan konstruksi atau
instalasi memiliki sertifikat yang sesuai dengan pekerjaan yang sedang ditangani
 b)  Pelaksana harus menjelaskan instruksi kerja penggerindaan kepada tukang gerinda dan pekerja untuk
dimengerti dan diikuti, serta menjelaskan potensi bahaya pekerjaan penggerindaan yang ada, antara lain:
ferro oksida, butiran logam halus (lead), dll
c) Penggerindaan tidak diperkenankan dilakukan di daerah yang mudah terbakar atau mudah meledak,
apabila terpaksa dilakukan maka harus mendapat ijin kerja dari pelaksana terkait
d) Memeriksa alat gerinda sebelum dipergunakan, semua baut harus kencang dan penutup/pengaman pada
alat gerinda harus terpasang.

e) Menggunakan APD yang sesuai, seperti helm, sepatu bot, sarung tangan, kacamata pelindung, masker,
penutup muka, dan pelindung dada sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran
f)  Apabila tidak digunakan, alat listrik pada alat gerinda harus dimatikan dan hanya dihidupkan apabila
diperlukan
g)   Kabel/instalasi listrik yang digunakan harus diperiksa sebelum digunakan, tidak diperbolehkan ada
kabel yang terkelupas, sambungan kabel yang tidak diberi penutup (isolasi) dan kabel diatur rapi tidak
ditempatkan di jalur lalu lintas orang

h)   Panel listrik yang digunakan harus selalu tertutup/terkunci, tidak mudah terkena air hujan atau
percikan air dari sumber yang lain
i)   Menyediakan alat pemadam kebakaran portable dan di tempatkan di daerah yang mudah dijangkau
 j)  Semua bahan yang mudah terbakar dan mudah meledak harus disingkarkan atau diberi penghalang
yang memadai
k)   Memastikan alat-alat dalam kondisi stabil, sehingga tidak mudah bergeser atau terguling saat operasi.
Mata gerinda dipastikan tidak retak/tidak cacat

l)   Sisa hasil penggerindaan harus dikumpulkan dan dibuang ke tempat yang telah ditentukan
m)   Pelaksana pekerjaan harus memonitor masing-masing lokasi dimana pekerjaan penggerindaan
sedang dilakukan

3)  Bekerja di ketinggian


a)  Melakukan identifikasi potensi bahaya semua pekerjaan yang berada di ketinggian dan hasilnya
dicatat

 b)  Merencanakan pengendalian terhadap kemungkinan risiko yang akan terjadi (risk control) dan
mencatat hasilnya
c) Sebelum bekerja, para pekerja harus mendapat ijin terlebih dahulu dari pelaksana terkait

d) Memastikan para pekerja yang akan bekerja di ketinggian harus dalam kondisi sehat dan tidak
mempunyai rasa takut bekerja di ketinggian
e) Menggunakan APD yang mamadai sesuai dengan aspek keselamatan kerja, harness safety belt, helm,
dan sepatu bot
f)   Memasang tali pengaman (life line) untuk mengaitkan harness safety belt/safety belt yang cukup kuat

dan aman untuk menahan beban pekerja bila terjadi bahaya dan tidak mengganggu pergerakan pekerja

g) Membuat platform untuk pekerja, alat, dan bahan yang cukup kuat dan aman. Tepi platform harus diberi
railing/pagar pembatas yang kuat/mampu menahan dorongan minimal 100kg
h) Menempatkan peralatan atau bahan ke dalam kantong/wadah agar tidak mudah jatuh
i) Menutup lubang yang berukuran leih besar dari telapak kaki dengan bahan yang cukup kuat
 j)  Membersihkan platform yang licin sehabis hujan dan pekerjaan dapat dimulai setelah platform
dipastikan aman

k) Bila dipersyaratkan atau bila dipandang perlu maka jaring pengaman harus dipasang
l) Penumpukan sementara material harus dibatasi dan ditempatkan tidak terlalu ke tepi dan disusun
sedemikian rupa sehingga tidak mudah jatuh dan pekerja memiliki ruang kerja yang cukup leluasa
m)  Pelaksana pekerjaan harus memonitor masing-masing lokasi dimana pekerjaan di ketinggian
sedang dilakukan

n) Melakukan inspeksi semua pekerjaan di tempat ketinggian dan hasilnya dicatat, jika ditemukan kondisi
maupun tindakan yang berbahaya segera melporkan ke pelaksana terkait, dan segera diamankan/diperbaiki
o) Tidak diperkenankan meninggalkan pekerjaan dalam keadaan bahan yang terpasang mudah terlepas dan
peralatan serta bahan sudah tersimpan rapi di kantong.
-  Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam semua tempat kerjanya

-  APD bagi tenaga kerja yang bersangkutan

-  Pencegahan kecelakaan kerja

-  Pencegahan kebakaran

-  Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan

3. Melakukan supervisi, monitoring, dan evaluasi dengan menggunakan checklist

4. Mengikuti pertemuan/rapat-rapat selama proses evaluasi dengan seluruh tim.


BAB IV DOKUMENTASI

A.   FORM ICRA KONSTRUKSI

TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PUSKESMAS LOA JANAN

FORMULIR CEKLIST PERSETUJUAN KONSTRUKSI


Tata cara:
1. formulir ini harus diisi secara lengkap oleh koordinator proyek dan dikirim ke Tim PPI
2. setelah dilakukan peninjauan terhadap proposal proyek, ketua Tim PPI akan melengkapi dengan
rekomendasi dan dikembalikan ke koordinator proyek

LOKASI PROYEK: TANGGAL PROYEK DIMULAI:

KOORDINATOR PROYEK: ESTIMASI WAKTU:

  NAMA KONTRAKTOR YANG DISETUJUI:

SUPERVISOR: TELEPON:

Inspeksi dan aktifitas tidak rumit yaitu meliputi:


TYPE A
Membuka plafon atau lantai hanya untuk melihat sekilas (seluas 60 cm2),

  pengecatan tanpa pengerokan/amplas, melapis dinding dan pekerjaan

  pelistrikan, panggantian/pemasangan pipa air dengan gangguan sementara ( 15 menit )

atau pekerjaan/pemeliharaan yang tidak menimbulkan gangguan seperti suara/debu.

Aktifitas skala kecil, waktu singkat, dan debu sedikit, seperti meliputi: Membuka akses ke
TYPE B suatu area/saluran, memotong dinding atau plafon, dimana debu akan berhamburan tetapi

dapat terkontrol. Misal : instalasi/perbaikan kabel/listrik/telepon/komputer/ dan

pengerokan lapisan dinding yang tidak luas ( 30 menit )


TYPE C Setiap pekerjaan yang menimbulkan debu cukup banyak, misalnya

  pembongkaran dinding atau pembongkaran suatu bagian dari struktur bangunan yang

sudah ada, seperti sink, counter top, pengerokan dan pelapisan dinding yang cukup luas ( 2

kamar pasien ) dan memerlukan waktu lebih dari 1 jam dan tidak selesai dalam satu shift

TYPE D Penghancuran yang bersifat luas dan berat dari suatu konstruksi bangunan dan proyek
renovasi. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan secara total, ada

gangguan terhadap supply air di kamar pasien ( > 2 kamar), lebih dari 1 jam.
 
TYPE TYPE A TYPE B TYPE C TYPE D

PROYEK
Rekomendasi Infection Control:

Diminta oleh: Disetujui oleh:

Tanggal: Tanggal:

CEKLIST PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DALAM PROYEK BANGUNAN

LOKASI BANGUNAN: TANGGAL PROYEK DIMULAI:

KOORDINATOR PROYEK: ESTIMASI WAKTU


PENGERJAAN:

KONTRAKTOR (PELAKSANA):

SUPERVISOR: TELEPON:

YA TIDAK AKTIFITAS YATIDAKGRUP RESIKO


KONSTRUKSI INFEKSI

TYPE A GRUP 1
Pengawasan, aktifitas Risiko rendah
non invasif
TYPE B GRUP 2
Aktifitas dalam skala Risiko sedang
kecil, waktu singkat, dan
debu minimal
TYPE CGRUP 3
Aktifitasmenimbulkan Risiko tinggi
debudalamjumlah
sedangsampaitinggi,
membutuhkanwaktu lebih
dari 1 shift kerja untuk
menyelesaikannya TYPE D
Aktifitas konstruksi perlu GRUP 4

waktu yang lama dan Risiko tertinggi


membutuhkan sift yang
 berurutan/seharian
 

CATATAN:
Area risiko rendah : Area kantor dan area public
Area risiko sedang : Front office, out patient department, kitchen, radiologi, endoskopi, rehabilitasi medic
Area risiko tinggi : Emergency centre, LDS/ruang bersalin, pediatric ward, Pharmacy, Nursery, laboratorium,
ruang prosedur bedah minor
Area risiko tertiggi : ICU, Cath lab, kamar operasi, CSSD, ruang isolasi, CCU/HCU, NICU, PICU, unit
hemodialisa

Anda mungkin juga menyukai